bab ii

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Mimba Nama umum Indonesia : Mimba, nimba Inggris : Neem Tree Pilipina : Neem Cina : yin du ku lian Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae Genus : Azadirachta Spesies : Azadirachta indica A.Juss (Sukrasno, 2004 10

Upload: dedie-setiawan

Post on 06-Nov-2015

226 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

21

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Daun Mimba Nama umum Indonesia : Mimba, nimbaInggris: Neem TreePilipina: NeemCina: yin du ku lian

KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: RosidaeOrdo: SapindalesFamili: MeliaceaeGenus: AzadirachtaSpesies: Azadirachta indica A.Juss (Sukrasno, 2004

Gambar 2. Daun Mimba (Azadirachta indica A.Juss)Mimba atau Daun Mimba atau Azadirachta indica A. Juss. adalah daun-daun yang tergolong dalam tanaman perdu/terna yang pertama kali ditemukan didaerah Hindustani, di Madhya Pradesh, India. Mimba datang atau tersebar ke Indonesia diperkirakan sejak tahun 1.500 dengan daerah penanaman utama adalah di Pulau Jawa. (Sukrasno, 2004)Merupakan pohon yang tingi batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar.Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung ranting, merupakan daun majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung tangkai, dengan jumlah helaian 8-16. tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian daun tipis seperti kulit dan mudah layu. Bangun anak daun memanjang sampai setengah lancet, pangkal anak daun runcing, ujung anak daun runcing dan setengah meruncing, gandul atau sedikit berambut. Panjang anak daun 3-10,5 cm.Helaian anak daun berwarna coklat kehijauan, bentuk bundar telur memanjanga tidak setangkup sampai serupa bentuk bulan sabit agak melengkung, panjang helaian daun 5 cm, lebar 3 cm sampai 4 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun miring, tepi daun bergerigi kasar. Tulang daun menyirip, tulang cabang utama umumnya hampir sejajar satu dengan lainnya.Kandungan kimia pada tanaman mimba terdapat berbagai jenis bahan aktif. Dikenal suatu kelompok bahan aktif yang disebut produk metabolit sekunder (Secondary metabolic products), dimana fungsinya dalam metabolisme tumbuhan kurang diketahui, namun kelompok ini berperan aktif dalam hal berinteraksi atau berkompetisi, termasuk menjadi bahan untuk melindungi diri dari gangguan pesaingnya (Kardinan, 2002). Dalam pohon mimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder ini. Metabolit yang ditemukan dari Azadirachta indica adr. juss ini antara lain disetil vilasinin, nimbandiol, 3-desasetil salanin, salanol, azadirachtin. Bijinya mengandung azadirahtin, azadiron, azadiradion, epoksiazadiradion, gedunin, 17-epiazadiradion, 17-hidroksi azadiradion dan alkaloid. Kulit batang dan kulit akar mengandung nimbin, nimbinin, nimbidin, nimbosterol, nimbosterin, sugiol, nimbiol, margosin (suatu senyawa alkaloid). Buah mengandung alkaloid (azaridin). Daun mengandung azadirachtin, meliantriol, salanin, nimbin, nimbidin, dan paraisin (suatu alkaloid dan komponen minyak atsiri mengandung senyawa sulfide). Tangkai dan ranting hijau mengandung 2 tetranortriterpenoidhidroksibutenolida yaitu desasetilnimbinolida dan desasetilisonimbinolida yang berhasil diisolasi bersama dengan desasetilnimbin.Pemilihan daun mimba sebagai insektisida alami tentu karena kandungan zat-zat aktif yang beracun, diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin.Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian (Wiwin, 2008).Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari mimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah disemprot (knock down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit (Ruskin, 1993).Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikroorganisme seperti anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman. Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis penyakit pada manusia (Kardinan, 2002).

B. Lalat Rumah (Musca domestica)Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera, mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat juga merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vector penularan penyakit saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri, dan lain lain. Pada saat ini dijumpai 60.000 100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat. Penularan penyakit dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti : bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta faecesnya. Dalam upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan, salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit.Pengendalian vektor penyakit merupakan tindakan pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh binatang pembawa penyakit, seperti lalat. Saat ini banyak sekali metode pengendalian lalat yang telah dikenal dan dimanfaat kan oleh manusia. Prinsip dari metode pengendalian lalat adalah pengendalian itu dapat mencegah perindukan lalat yang dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia. 1. Klasifikasi lalatPhylum:ArthropodaKelas:InsectaOrdo :DipteraSubordo :CyclorrhaphaFamili:MuscidaeGenus:Musca Spesies:Musca domestica (Natadisastra, Agoes, 2009).Kebanyakan Diptera secara relatif berukuran kecil dan bertubuh lunak (Borror 1992; Levine 1990). Salah satu contoh Diptera yang penting dalam kehidupan manusia adalah Musca domestica. Lalat rumah dapat menjadi vektor dari penyakit demam typhoid, disentri dan anthrax (Triplehorn dan Jhonson 2005).

Gambar 1. Lalat Rumah (Musca domestica)

2. Morfologi lalat rumah (Musca dometica)Sebagaimana umumnya tubuh insekta lainnya, tubuh Musca domestica dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, dada (toraks) dan perut (abdomen). Lalat Musca domestica dewasa jantan berukuran 5,86,5 mm dan yang betina 6,57,5 mm. Lalat jantan dan betina memiliki beberapa perbedaan Soulsby (1986) . Menurut Axtell (1986), lalat jantan memiliki mata yang bersifat holoptik (kedua mata majemuk berdekatan), sedangkan yang betina bersifat dikoptik (kedua mata majemuk berjauhan).Pada kepala lalat terdapat probosis, yang berfungsi menghisap atau menyerap makanan cair atau cairan. Pada saat tidak digunakan, probosis akan masuk kembali ke dalam kepala. Probosis bersifat retraktif yang dapat diperpanjang dan diperpendek pada saat mengambil dan menjangkau makanan (Levine 1990).Morfologi antena Musca domestica sama dengan lalat tipe Musca lainnya, yaitu tipe antena mengalami reduksi dengan ujung distal yang menumpul dan terdiri dari tiga segmen. Segmen antena terakhir merupakan bagian yang paling besar berbentuk silinder atau bulat dan mempunyai rambut yang disebut arista. Antena berfungsi sebagai organ sensoris yang penting untuk mendeteksi kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban dan bau-bauan.Bagian toraks lalat berwarna abu kekuningan sampai abu gelap, di bagian dorsal toraks terdapat 4 garis longitudinal gelap sejajar dan memanjang ke batas posterior dari skutum. Toraks terdiri atas tiga segmen yaitu protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Pada bagian mesotoraks terdapat sepasang sayap yang berfungsi untuk terbang.Sayap Musca domestica memiliki venasi M1+2 dan venanya melengkung ke distal dan R5 (posterior pertama) yang hampir berdekatan (Soulsby, 1986). Sayap merupakan membran yang berbulu dan bersisik halus. Venasi sayap sudah terbentuk sejak lalat dalam pupa, venasi sayap merupakan aliran darah dan udara. Sayap Musca domestica transparan, berwarna kelabu pucat dengan pangkal berwarna kekuningan. Tepat di belakang sayap terdapat sepasang halter (alat keseimbangan ketika terbang) berbentuk seperti alat pemukul (Noble dan Noble 1992).Pada tiap segmen toraks terdapat sepasang kaki. Tiap pasang kaki terbagi menjadi lima segmen yang sama yaitu koksa, trokhanter, femur, tibia dan tarsus. Lalat dapat melekat pada permukaan karena pada kakinya terdapat sepasang pulvilus yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan kelenjar yang bisa mengeluarkan cairan seperti lem yang lengket. Pulvilus ini terdapat pada ujung tarsus (Axtell, 1970).Abdomen lalat rumah rumah berwarna kekuningan dan ruas terakhir berwarna coklat kehitaman. Abdomen terdiri dari 4 segmen. Segmen ke-1 tidak berkembang dengan baik tapi tidak demikian dengan segmensegmen lainnya (Axtell 1970). Di bagian tengah abdomen terdapat garis berwarna hitam memanjang sampai ruas ke empat (Soulsby 1986). Pada lalat jantan, segmen terakhir abdomen dilengkapi dengan organ genitalia yang digunakan untuk memasukkan sperma ke dalam ovipositor lalat betina. Lalat betina sendiri memiliki 10 buah spirakel yang terdapat di ventral abdomen. Spirakel-spirakel ini dilengkapi dengan ovipositor untuk meletakkan telur di tempat yang sesuai (Soulsby 1986).3. Siklus hidup lalatLalat rumah termasuk serangga yang bermetamorfosis sempurna. Siklus hidup lalat rumah terdiri dari tahap pra dewasa dan tahap dewasa. Lalat rumah bersifat ovipar.Siklus hidup Musca domestica dimulai dari telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat rumah bertelur 100150 butir dengan rata-rata 120 butir setiap kali bertelur. Lalat berkembang biak pada feses manusia atau hewan atau sampah organik basah tapi biasanya lebih sering ditemukan pada manur kuda. Selama hidupnya lalat betina bertelur 4 sampai 6 kali dengan interval waktu sekitar 2 minggu dan tergantung pada faktor lingkungan . Panjang telur kurang lebih 1 mm, lebar telur kurang lebih 0,26 mm, berbentuk seperti pisang, berwarna putih krem dan bagian dorsal memiliki dua garis longitudinal (Axtell 1970). Suhu memadai diperlukan agar telur dapat berkembang dengan baik. Suhu penetasan dapat berkisar antara 10-42C. Suhu optimum untuk penetasan telur berkisar antara 15-20C.Telur akan menetas menjadi larva setelah 12-24 jam. Larva berwarna putih, berukuran 1-13 mm dan mempunyai 12 segmen yang terdiri atas 1 segmen kepala, 3 segmen toraks dan 8 segmen abdomen (Kettle 1984). Morfologi tubuh larva meruncing di bagian anterior dan melebar di bagian posterior dimana spirakel berada. Tubuh bagian anterior terdapat sepasang kait oral yang terhubung dengan tulang internal cephalopharyngeal. Tulang ini tersusun dari kitin yang mengalami pigmentasi gelap.Larva lalat dapat bertahan pada suhu 30C selama 4-5 hari. Larva mengalami pergantian kulit sebanyak 2 kali dan mempunyai 3 bentuk instar. Instar I berlangsung selama 20 jam sampai 4 hari, instar II selama 24 jam sampai beberapa hari dan instar III selama 3-9 hari. Selama periode larva, makanannya berupa bahan-bahan organik yang telah membusuk.Sebelum menjadi pupa, larva tidak makan dan akan bermigrasi ke tempat yang lebih kering dan dingin (Yap dan Chong 1995). Setelah melalui tiga tahap instar dalam stadium larva, kulit larva berubah warna menjadi coklat dan keras menuju bentuk puparium. Pupa yang semula berwarna putih lamakelamaan akan berwarna coklat kehitaman. Pupa terbentuk melalui kontraksi (pemendekan dan pengerasan) setelah itu terbentuk pupa yang silindris, gelap, kutikula mengeras dengan ukuran sekitar 6,3 mm. Stadium pupa hidup pada suhu 25-30C selama 4-7 hari. Menurut Yap dan Chong (1995), pupa lebih suka hidup pada kelembaban rendah dan jika kondisi lingkungan tidak memungkinkan maka masa puparium diperpanjang.Umur lalat pada umumnya antara 12 bulan dan ada yang 6 bulan sampai 1 tahun. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer (Depkes, 2012).

4. Makanan lalatLalat rumah mengisap cairan yang mengandung gula atau bahan-bahan yang telah membusuk (Sembel, 2009). Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga sore hari. Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula, susu, makanan olahan, kotoran manusia dan hewan, darah serta bangkai binatang. Sehubung dengan bentuk mulutnya, lalat hanya dalam bentuk cairan, makanan yang kering dibasahi oleh lidahnya terlebih dahulu baru dihisap. Air merupakan hal yang penting dalam hidupnya tanpa air lalat hanya hidup 48 jam saja. Lalat makan paling sedikit 2-3 kali sehari (Depkes, 2012).5. Tempat perindukan lalatTempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif (dikandang).a. Kotoran hewanTempat perindukan lalat yang paling utama adalah pada kotoran hewan yang lembab dan masih baru (normalnya lebih kurang satu minggu).b. Sampah dan sisa makanan dari hasil olahanDisamping lalat suka hinggap juga berkembang baik pada sampah, sisa makanan, buah-buahan yang ada didalam rumah maupun dipasar.

c. Kotoran organikKotoran organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, sampah dan makanan ikan adalah merupakan tempat yang cocok untuk berkembang biaknya lalat.d. Air kotorLalat rumah berkembang biak pada permukaan air kotor yang terbuka (Depkes, 2012).6. Gangguan pada kesehatan manusia oleh lalata. Agen langsung1) Pengganggu ketentraman (annoyance and Nuiscense)Lalat yang sering kali masuk kedalam rumah dalam jumlah yang besar dan yang berkeliaran dalam rumah atau bersarang dalam rumah sangat mengganggu ketentraman hidup. Lalat rumah (Musca domestica), selain sebagai pembawa penyakit secara mekanik juga sering mengganggu ketentraman pada saat makan bilamana lalat itu berterbangan ke sana kemari, apalagi hinggap pada makanan. Seekor lalat yang hadir dimeja makan akan sangat mengganggu.2) MiasisMiasis adalah istilah yang digunakan untuk adanya infeksi pada organ atau jaringan tubuh manusia atau hewan oleh larva-larva lalat (maggot).b. Agen tidak langsung/vektor penyakitSelain dapat mengganggu ketentraman dalam rumah, lalat rumah dapat menularkan sekitar 100 jenis penyakit pathogen yang dapat mengakibatkan penyakit pada manusia atau hewan. Diantaranya adalah tipoid, kolera, disentri, tuberculosis, antraks, berbagai jenis cacing dan pathogen-patogen penyakit lainnya. Pathogen penyakit biasanya terbawa oleh lalat dari berbagai sumber seperti sisa-sisa kotoran, tempat pembuangan sampah, pembuangan kotoran manusia dan sumber-sumber kotoran yang lain kemudian pathogen-patogen yang melekat pada mulut dan bagian-bagian tubuh lainnya dipindahkan ke makanan manusia Lalat rumah biasa menyebarkan penyakit dengan berjalan diatas kotoran dan lalu menularkan kuman tersebut pada makanan atau tangan manusia. Demam tifus, disentri dan kolera selalu dipindahkan dengan cara ini (Sembel, 2009).7. Pemyakit yang ditularkan oleh lalatPenyakit yang ditularkan oleh lalat serta gejala-gejalanya diantaranya adalah : (Depkes Ditjen pPPM dan PLP, 2001).a. Desentri, penyebaran penyakit yang dibawa oleh lalat rumah yang berasal dari sampah, kotoran manusia/hewan terutama melalui bulu-bulu badannya, kakai dan bagian tubuh lain, bila lalat hinggap ke makanan manusia maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang di makan manusia, akhirnya timbul gejala pada manusia yaitu sakit perut, lemas karena terhambat peredaran dan pada kotoran terdapat mucus push.b. Diare cara penyebaranya sama dengan disentri dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pencernaan terganggu.

c. Thypoid cara penyebarannya sama dengan disentri, gangguan pada usus, sakit pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi.d. Cholera penyebaraanya sama dengan disentri dengan gejala muntah-muntah, demam , dehydrasi8. Pencegahan dan pengendaliana. Pengendalian secara kimiaPengendalian secara kimia dimaksudkan adalah dengan menggunakan bahan atau senyawa kimia yang dapat membunuh atau melumpuhkan hama (lalat). Bahan yang digunakan untuk membasmi hama disebut pestisida. Pestisida adalah sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah Iaku, perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktivitas Iainnya (Kardinan, 2002). Penggunaan pestisida telah dikenal sejak dahulu kala oleh bangsa Romawi dan Cina yang bertujuan untuk menolak serangga pengganggu hasil panen pertanian. Pestisida yang digunakan pada saat itu berasal dan bahan-bahan mineral dan ekstrak tanaman. Sedangkan penggunaan pestisida sintetik secara luas dimulai sejak tahun 1930 dan meningkat secara drastis setelah Perang Dunia II. Pestisida terdiri dari insektisida untuk serangga, moluskisida untuk moluska, nematisida untuk cacing, fungisida untuk fungi, bakterisida untuk bakteri, herbisida untuk gulma dan rodentisida untuk rodensia (Kardinan, 2002).Awalnya pengendalian lalat dengan menggunakan bahan kimia sintetik yaitu insektisida golongan organoklorin, organofosfor, dan karbamat. Kemudian timbul kesulitan karena berkembangnya resistensi pada vektor itu sendiri dan gangguan sebagai akibat akumulasi bahan-bahan kimia di dalam Iingkungan. Dengan timbulnya masalah resistensi ini, mengakibatkan timbulnya kembali penyakit yang sebelumnya telah dapat ditekan. Selain insektisida kimia sintetik ini masuk ke dalam sistem rantai makanan mulai dari plankton, ikan, burung dan mamalia lainnya, sehingga dapat mengakibatkan kematian yang bisa menyebabkan putusnya sistem rantai makanan tersebut. Sehingga beberapa negara sudah membatasi atau bahkan melarang penggunaan beberapa insektisida kimia sintetik ini.Pengendalian lalat dengan menggunakan bahan yang tidak merusak Iingkungan terutama berasal dan ekstrak tumbuhan (insektisida nabati) ekstrak daun mimba (Azadiractha indica A. Juss.) sangat dianjurkan. Tanaman mimba mengandung azadiracthin (C35H44O16), meliantriol, salanin, nimbin, dan lainnya. Tanaman mimba ini mampu mengendalikan sekitar 127 hama dan mampu berperan sebagai fungisida, bakterisida, antivirus, nematisida, serta moluskisida (Kardinan, 2000).Pada umumnya insektisida nabati mempunyai daya bunuh yang relatif Iebih rendah dan mudah terdegradasi oleh Iingkungan dibandingkan dengan insektisida sintetik. Disamping ini penggunaan insektisida nabati juga akan meminimalkan pernakaian bahan yang tidak dapat diperbaharui. Yang menjadi hambatan mendasar dalam penggunaan insektisda nabati ini adalah keefektifan suatu insektisida nabati pada suatu tempat belum tentu bisa efektif di tempat lain karena ramuan insektisida tersebut bersifat site spesifc (spesifik lokal). Ini artinya pada tumbuhan yang sama, tapi jika tumbuh di lingkungan berbeda maka kandungan bahan aktifnya pun dapat berbeda pula. Dengan demikian, dosis atau konsentrasi bahan aktif yang digunakan akan berbeda. Berkaitan dengan masalah tersebut ramuan insektisida nabati akan sangat tergantung kepada hasil pengujian lokasi setempat (Kardinan, 2002). Namun pada umumnya kemampuannya sebagai bahan insektisida nabati pada tumbuhan di masing-masing tempat sama hanya saja tergantung dan konsentrasi pemaparan insektisida tersebut.b. Pengendalian Secara BiologisPengendalian secara bologis pada dasarnya adalah menekan populasi serangga (lalat) dengan menggunakan musuh alaminya, dapat berupa dengan memanfaatkan sejenis semut kecil berwana hitam (Phiedoloqelon affinis) untuk mengurangi populasi lalat rumah ditempattempat sampah ( Filipina ).c. Cara fisikCara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan aman tetapi kurang efektif apabila lalat dalam kepadatan yang tinggi. Cara ini hanya cocok untuk digunakan pada skala kecil seperti dirumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran, serta buah-buahan.1) Perangkap Lalat (Fly Trap)Lalat dalam jumlah yang besar/padat dapat ditangkap dengan alat ini. Tempat yang menarik lalat untuk berkembang biak dan mencari makan adalah kontainer yang gelap Bila lalat mencoba makan terbang maka/mereka akan tertangkap dalam perangkap dalam perangkap yang diletakkan dimulut kontainer yang terbuka itu. Cara ini hanya cocok digunakan di luar rumah sebuah model perangkap akan terdiri dari kontainer plastik atau kaleng untuk umpan, tutup kayu atau plastik dengan celah kecil, dan sangkar diatas penutup. Celah selebar 0,5cm antara sangkar dan penutup tersebut memberi kelonggaran kepada lalat untuk bergerak pelan menuju penutup. Kontainer harus terisi separo dengan umpan, yang akan luntur tekstur & kelembabannya. Tak ada air tergenang dibagian bawahnya. Dekomposisasi sampah basah dari dapur adalah yang paling cocok, seperti sayuran hijau, sereal, dan buah-buahan.Setelah tujuh hari, umpan akan berisi larva dalam jumlah yang besar dan perlu dirusak serta diganti. Lalat yang masuk ke dalam sangkar akan segera mati dan umumnya terus menumpuk sampai mencapai puncak serta tangki harus segera dikosongkan, perangkap harus ditempatkan di udara terbuka dibawah sinar cerah matahari, jauh dari keteduhan pepohonan.2) Umpan kertas lengket berbentuk pita/lembaran (Sticky tapes)Dipasaran tersedia alat ini, menggantung diatap, menarik lalat karena kandungan gulanya. Lalat hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat berfungsi beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat yang terperangkap.3) Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak dengan jeruji yang bermuatan listrik yang menutupi. Sinarbias dan ultraviolet menarik lalat hijau (blow flies) tetapi tidak terlalu efektif untuk lalat rumah metode ini harus diuji dibawah kondisi setempat sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini kadang digunakan didapur rumah sakit dan restoran.4) Pemasangan kasa kawat/plastik pada pintu dan jendela serta lubang angin/ ventilasi.5) Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri.Sanitasi yang baik merupakan bagian yang sangat penting dalam program pengendalian dan pengelolaan lalat rumah dan lalat sejenis. Sisa-sisa makanan dan bahan makanan lainnya dimana lalat dapat meletakkan telurnya harus dikeluarkan, dihancurkan, dipendam dalam tanah, atau dibakar sehingga bahan-bahan ini tidak menjadi tempat peletakan telur lalat. Sampah seharusnya dikeluarkan setiap dua atau tiga hari untuk memutus siklus hidup lalat. Tempat pembuangan sampah kota seharusnya jauh dari kota (Sembel, 2009).

C. EkstraksiEkstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif dari tanaman menggunakan pelarut, tetapi pelarutnya diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuknya dapat kental atau kering tergantung apakah sebagian aja pelarut yang diuapkan atau seluruhnya.. Beberapa pembagian tentang dasar-dasar teori dari ekstraksi diantarnya adalah :1. Ekstrak SederhanaSuatu senyawa terbagi ke dalam dua cairan yang terpisah. Secara ideal solute akan terlarut 100% pada pelarut.2. PenyaringanPadatan dapat dipisahkan dari cairan, atau cairan dari padatan dengan cara menyaringnya melalui penyaring (kertas atau gelas).3. Penyaring SelaputDapat dilakukan menggunakan sifat-sifat semi permeabel dari beberapa selaput, untuk dapat memisahkan senyawa-senyawa satu terhadap lainnya.4. Ekstrak BersinambunganDikenal adanya alat-alat untuk pemisahan secara otomatik, corong pemisah otomatik.Dalam rancangan penelitian ini menggunakan metode pembuatan ektrak adalah dengan metode ekstrak berkesinambungan. Di dalam ekstraksi fase (cairan atau padatan) tetap tidak berubah. Ada dua tipe ekstraksi pelarut yaitu ekstraksi padat cair dan ekstraksi cair-cair. Tipe padat cair sering disebut dengan cara melarutkan dalam suatu cairan dimana bahan yang diinginkan untuk dipisahkan akan terlarut. Proses ekstraksi cair-cair pada prinsipnya sama, namun larutan yang mengandung bahan terlarut dicampurkan dan dikocok dengan cairan yang lain. Jika kedua cairan bersifat tidak dapat bercampur, maka akan berbentuk lapisan pemisah antara bahan-bahan terlarut di dalamnya dinyatakan dengan refinat. (Yakup, 2011).

D. Kerangka KonsepEkstrak Daun MimbaLalat Rumah (Musca domestica)Kematian Lalat Rumah Suhu Kelembaban Makanan

: Tidak diteliti

: Yang di teliti

Gambar 3. Kerangka KonsepE. HipotesisHipotesi Mayor:Ada pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap kematian lalat.Hipotesis Minor:1. Ada pengaruh pemberian ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dengan konsentrasi 50% terhadap kematian lalat rumah (Musca domestica).2. Ada pengaruh pemberian ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dengan konsentrasi 60% terhadap kematian lalat rumah (Musca domestica).3. Ada pengaruh pemberian ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dengan konsentrasi 70% terhadap kematian lalat rumah (Musca domestica).4. Ada pengaruh pemberian ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dengan konsentrasi 80% terhadap kematian lalat rumah (Musca domestica).

10