bab ii

Upload: qumairy-lutfiyah

Post on 30-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah1.1.1. Tumor OtakTumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak.Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per 100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut masih menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang menyerang adalah jenis tumor jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain. Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun.Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial). Hal ini ditandai dengan nyeri kepala, nausea, muntah dan papil edema. Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).Untuk Penatalaksanaan tumor otak, yang perlu diperhatikan adalah usia, general health, ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis tumor. Metode yang dapat digunakan antara lain: pembedahan, radiotherapy, dan chemotherapy. Seorang Perawat berperan untuk membuat asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor otak serta mengimplementasikannya secara langsung mulai dari pengkajian, diagnosa, hingga intervensi yang harus diberikan.

1.1.2. Tumor Medula SpinalisMedula spinalis tersusun dalam kanalis spinalis dan diselubungi oleh sebuah lapisan jaringan konektif, dura mater. Tumor medula spinalis merupakan suatu kelainan yang tidak lazim, dan hanya sedikit ditemukan dalam populasi. Namun, jika lesi tumor tumbuh dan menekan medula spinalis, tumor ini dapat menyebabkan disfungsi anggota gerak, kelumpuhan dan hilangnya sensasi.Insiden dari semua tumor primer medula spinalis sekitar 10% sampai 19% dari semua tumor primer susunan saraf pusat. (SSP), dan seperti semua tumor pada aksis saraf, insidennya meningkat seiring dengan umur. Prevalensi pada jenis kelamin tertentu hampir semuanya sama, kecuali pada meningioma yang pada umumnya terdapat pada wanita, serta ependymoma yang lebih sering pada laki-laki. Sekitar 70% dari tumor intradural merupakan ekstramedular dan 30% merupakan intramedular.Hanya sekitar 10% dari tumor medula spinalis primer berasal dari sel-sel dalam medula spinalis. Tumor ini dapat sepanjang saraf tulang belakang dan menyebabkan terbentuknya ruangan yang berisi cairan. Sedangkan 90% lainnya dari tumor medula spinalis primer berasal dari sel sebelah medula spinalis, seperti dari saraf medula spinalis akar-bagian saraf medula spinalis yang muncul dari medula spinalis meningioma dan neurofibroma, yang berasal dari sel sebelah sarafnya, adalah tumor medula spinalis primer yang paling umum, hal ini bukan kanker.Tumor medula spinalis sekunder, yang lebih umum, adalah metastasis dari kanker yang berasal dari bagian tubuh yang lain. Metastasis paling sering menyebar ke tulang belakang adalah kanker yang berasal dari paru-paru, payudara, kelenjar prostat, ginjal, atau kelenjar tiroid. Dalam hal ini perawat berperan penting dalam upaya penyelenggaraan seperti peningkatan kesehatan (Promotif) dengan cara memberikan penyuluhan tentang penyakit thalasemia. Pencegahan penyakit (preventif), Penyembuhan penyakit (kuratif)dan peran Rehabilitatif.

1.2. Rumusan Masalaha. Apa definisi dan klasisfikasi dari tumor otak dan tumor medulla spinalis ?b. Bagaimana etiologi dari tumor otak dan tumor medulla spinalis?c. Bagaimana patofisiologi dari tumor otak dan tumor medulla spinalis?d. Bagaimana manifestasi klinis dari tumor otak dan tumor medulla spinalis?e. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada tumor otak dan tumor medulla spinalis?f. Bagaimana penatalaksaan pada tumor otak dan tumor medulla spinalis?g. Bagaimana komplikasi dari tumor otak dan tumor medulla spinalis?h. Bagaimana prognosis dari tumor otak dan tumor medulla spinalis?i. Bagaimana WOC dari tumor otak dan tumor medulla spinalis?j. Bagaimana asuhan keperawatan pada tumor otak dan tumor medulla spinalis?

1.3. Tujuan UmumMahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami gangguan dalam sistem neurologi, yakni tumor otak dan tumor medulla spinalis.

1.4. Tujuan Khususa. Mengetahui dan memahami definisi dan klasifikasi tumor otak dan tumor medulla spinalis.b. Mengetahui dan memahami etiologi dari tumor otak dan tumor medulla spinalis.c. Menjelaskan secara singkat tentang patofisiologi dari tumor otak dan tumor medulla spinalisd. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis dari tumor otak dan tumor medulla spinalis.e. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik pada tumor otak dan tumor medulla spinalis f. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dan pencegahan klien dengan penyakit tumor otak dan tumor medulla spinalis.g. Mengetahui dan memahami komplikasi dan prognosis dari tumor otak dan tumor medulla spinalis h. Menjelaskan secara singkat tentang WOC dari tumor otak dan tumor medulla spinalisi. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit tumor otak dan tumor medulla spinalis

1.5. Manfaata. Dapat digunakan sebagai acuan bagi penulis serta rekan perawat yang lain dalam praktik memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami tumor otak dan tumor medulla spinalisb. Dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan tujuan untuk menangani penyakit tumor otak dan tumor medulla spinalis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 TUMOR OTAK2.1.1 DefinisiTumor otak merupakan salah satu tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat, baik yang bersifat ganas maupun tidak ganas. Tumor ganas di susunan saraf pusat merupakan semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intrakranial atau di dalam kanalis spinalis yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses keganasan yang spesifik, seperti yang berasal dari sel-sel saraf meningen otak termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neurologis), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak (Padmosantjojo, 2002).

2.1.2 KlasifikasiNeoplasma intrakranial dapat di klasifikasikan sebagai berikut :a. Benigna.Yaitu tumor ekstra aksial yang tumbuh dari meningen, nervus kranialis atau dari struktur lain yang menyebabkan kompresi ekstrinsik pada substansi otak. Walaupun secara histologi tumor ini termasuj jinak namun tumor ini dapat mengancam nyawa arena efek dari desakan massa dalam rongga kranium.b. Maligna. Merupakan tumor yang umumnya intra aksial yang berasal dari parenkim otak. Tumor maligna otak ini terbagi lagi menjadi 2 (dua) klasifikasi, yaitu :1) Primer.Tumor ini umumnya berasal dari sel glia atau glioma. Tumor ini di klasifikasikan maligna karena invasif lokal, metastasis ekstrakranial (jarang) dan dikenali sebagai subtipe histologis dan derajat diferensiasi. Tumor ganas ini seperti : astrositoma, astroblastoma, oligodendroglioma, ,eduloblastoma, dan limfoma serebral2) Sekunder.Yaitu metastasis dari tumor maligna di bagian tubuh yang lainnya. Tumor metastasis adalah tumor ini berasal dari daerah manapun dari tubuh yang umumnya terdapat ekstradural dalam kanalis spinalis karena penyebaran hematogen ke arah pleksus venosus peridural dari vena vena di dalam pelvis, dinding rongga toraks, dalam toraks dan daerah leher (Patmosantjojo, 2002)Tumor otak maligna primer terjadi pada lebih dari separuh neoplasma intrakranial dewasa, yaitu sekitar 15-20% tumor intrakranial merupakan metastasis ke otak. Tumor serebellum merupakan salah satu tumor intrinsik posterior yang pada orang dewasa merupakan tumor metastasis tersering di hemisfer serebellum. Lokasi primer sesuai dengan lesi supratentorial (Saanin, 2002). Tumor ini merupakan tumor metastasis 80% dan tumor ganas primer >90% pada anak dan terdapat dalam ruang intrakranial.

2.1.3 EtiologiPenyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:a. Herediter Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest) Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.c. Radiasi Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.d. Virus Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.e. Substansi-substansi karsinogenik Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.f. Trauma Kepala

2.1.4 PatofisiologiTumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan disertai kerusakan jaringan neuron. Serangan kejang dapat dijadikan sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan akibat tumor yang tumbuh menyebabkan terjadinya nekrosis pada jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer.Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan terjadinya edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan terjadinya penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak menimbulkan peningkatan volume cairan intrakranial dan meningkatkan tekanan intrakranial.Peningkatan TIK dikatakan membahayakan jiwa karena proses terjadinya berlangsung secara tepat. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbukan-bulan untuk menjadi eefektif dan oleh karena itu akan menjadi tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul secara cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah intrakranial, volume CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak dapat di atasi akan mengakibatkan herniasi unkus serebellum. Herniasi unkus serebellum timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi ini menekan mesensefalon yang menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum bergeser ke arah bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.Kompresi medula oblongata dan terhentinya pernafasan dapat terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial yang cepat adalah bradikardi progesif, hipertensi sistemik dan adanya gangguan pernafasan.

2.1.5 WOCTerlampir

2.1.6 Manifestasi KlinisTumor otak memiliki tiga manifestasi utama yang dapat terjadi secara bersamaan, yaitu :a. Epilepsib. Peningkatan tekanan intra kranial. Manifestasi ini umumnya besdifat kronis. Disertai dengan nyeri kepala, muntah, dan edema papil. Namun pada akhirnya akan terjadi perburukan akut dengan coning.c. Terjadinya defisit neurologis fokal seperti disfasia, hemiparesis, ataksia cerebral, defek lapang pandang, gangguan kognitif, dan perubahan kepribadian.Gejala klinis pada tumor otak yang dikenal dengan sebutan trias klosis tumor otak, yaitu :a. Nyeri kepalaNyeri kepala merupakan gejala tersering, dapat bersifat dalam, terus menerus, tumbuh bahkan kadang0kadang hebat sekali. Nyeri paling hebat pada pagi hari dan lebih hebat saat beraktivitas sehingga nyeri dapat meningkatkan TIK pada saat membungkuk, batuk dan mengejan saat BAB. Nyeri kepala dirasakan dapat berkurang ketika diberikan aspirin dan disertai dengan kompres air dingin pada daerah yang sakit. Lokasi yang sering menimbulkan nyeri terjadi pada 1/3 daerah tumor dan 2/3 di daerah terdekat tumor ataupun di atas tumor.b. Mual dan disertai dnegan muntah.Mual dan muntah terjadi akibat rangsangan pusat muntah pada medula oblongata. Sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan TIK yang disertai dengan pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa di dahului rasa mual dan bahkan dapat bersifat proyektil.c. Papiledema.Papiledema disebabkan oleh stres vena yang menyebabkan pembengkakkan papila saraf optikus. Bila manifestasi ini terlihat pada pemeriksaan oftalmoskopi atau fondoskopi, maka tanda ini mengisyaratkan adanya peningkatan TIK. Papiledema kadang disertai dengan gangguan penglihatan termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis (saat dimana penglihatan menjadi berkurang.

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostika. Rentogen TengkorakMenegaskan adanya tumor. Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.b. Scan OtakMenegaskan adanya tumor.c. CT Scan dan MRIMenegaskan adanya tumor Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.d. Angiografi SerebralMenegaskan adanya tumor. Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.e. Elektroensefalogram (EEG)Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.f. TomografiTomografi emisi positron menegaskan adanya tumorg. Biopsy JaringanMenegaskan jenis tumorh. Pemeriksaan Lumbal PungsiMeneunjukan peningkatan cairan serebrospinal (CSS), yang mencerminkan TIK, peningkatan kadar protein, penurunan kadar glukosa, dan terkadang sel-sel tumor pada CSS. Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).

2.1.8 Pencegahana. Jangan mengangap remeh nyeri pada kepala, apabila sering mengalami nyeri kepala segera periksa ke dokter Sp. Sarafb. Hindari kebiasaan buruk seperti merokok, minuman yang beralkohol, paparan dan radiasic. Menghindari bahan yang mengandung kimia, missal MSGd. Pemenuhan gizi yang seimbanng.e. Olah raga secara teraturf. Studi telah menunjukkan bahwa seseorang yang menggunakan ponsel secara teratur kemungkinan mendapatkan tumor otak.Ponsel mengeluarkan gelombang radioaktif yang menyerang sel-sel otak.

2.1.9 PenatalaksanaanTerapi khusus bervariasi menurut jenis histologik tumor, radiosensitivitas, dan lokasi Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitua.Terapi SteroidSteroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor.b.Terapi Pre-Surgery :1) Steroid : Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone2) Anticonvulsant: Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine, fenotoin3) Shunt : Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinalc.SurgeryPembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak dapat direseksi.1) Glioma Reserksi melelui kraniotomi Terpi rtadiasi dan kemoterpi menyertai reserksi2) Astrostoma serebral kistik derajat rendahReserksi bedah3) AstrositomaBedah berulang, terpi radiasi, dan pirau cairan dari jaras CSS yang terobstruksi4) Oligodendroglioma dan epidinomaReserksi bedah dan terapi radiasi5) Meduloblastoma Reserksi bedah Kemungkinan infuse intartekal dengan metotreksat atau obat antineoplastik lain

6) MenigiomaReserksi bedah, termasuk durameter dan tualng7) SchwannomaTeknik bedah mikro

d.RadiotherapyTumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 5000-6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi intensif. ChemotherapyPada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.

2.1.10 Komplikasia. Ensefalopati radiasib. Peningkatan TIKc. Komad. Henti nafas atau henti jantunge. Herniasi otak

2.1.11 PrognosisInsidens tumor otak primer terjadi pada sekitar enam kasus per 100.000 populasi per tahun. Dimana tumor otak primer tersebut kira-kira 41% adalah glioma, 17% meningioma, 13% adenoma hipofisis dan 12% neurilemoma. Pada orang dewasa 60% terletak supratentorial sedang pada anak 70% terletak infratentorial. Pada anak yang paling sering ditemukan adalah tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma, sedangkan pada dewasa adalah glioblastoma multiforme.

c. TUMOR MEDULA SPINALIS2.2.1 DefinisiTumor medula spinalis merupakan pertumbuhan sel atau massa yang abnormal didalam atau disekeliling medula spinalis (Dugdale, 2012). Sel dalam sistem saraf pusat biasanya tumbuh dengan terkendali. Namun jika terdapat bebarapa alasan (faktro pemicu) pertumbuhan sel ini akan terganggu, sel-sel terus membelah dan membentuk benjolan atau tumor. Tumor dapat berupa tumor jinak atau ganas. Meskipun tumor jinak dapat terus tumbuh, sel-sel tidak menyebar dari area tumbuhnya sel tumor tersebut. Sedangkan pada tumor ganas, sel-sel tumor dapat menyerang dan merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke bagian lain dari sistem saraf pusat (McBrain, 2013). Tumor medula primer spinalis bukan merupakan tumor ganas atau kanker, dibandingkan dengan tumor otak tumor medula spinalis jauh lebih jarang terjadi (Shapiro, 2008).

2.2.2 KlasifikasiKlasifikasi tumor medula spinalis berdasarkan dari jenis sel penyebab dapat dilihat dari tabel berikut:

Merck Sharp & Dohme Corp., a subsidiary of Merck & Co., Inc., Whitehouse Station,N.J.,U.S.A (2010-2013)

Sedangkan klasifikasi tumor medula spinalis berdasarkan letak tumor dibedakan menjadi intradural intramedulari, intradural ekstramedulari, dan ekstradural.

a.Intradural intramedulariTumor berada di dalam penutup dural dan di dalam medula spinalis b.Intradural ekstramedulariTumor berada didalam penutup dural tetapi tidak berada di dalam medula spinalisc.EkstradulariTumor berasal dari penutup dural dari medula spinalis.Asal mula terjadinya tumor medula spinalis sampai dengan saat ini belum diketahui. Para ahli menduga adanya pengaruh gen yang cacat, meskipun itu biasanya tidak diketahui apakah cacat genetik tersebut diwariskan, terjadi secara spontan atau disebabkan oleh sesuatu di lingkungan, seperti paparan bahan kimia tertentu. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, tumor tulang belakang terkait dengan sindrom genetik yang terkenal, seperti neurofibromatosis 2 dan penyakit Hippel-Lindau von (MayoClinic, 2011).

2.2.3 EtiologiHanya sekitar 10% dari tumor medula spinalis primer berasal dari sel-sel dalam medula spinalis. Tumor ini dapat sepanjang saraf tulang belakang dan menyebabkan terbentuknya ruangan yang berisi cairan. Sedangkan 90% lainnya dari tumor medula spinalis primer berasal dari sel sebelah medula spinalis, seperti dari saraf medula spinalis akar-bagian saraf medula spinalis yang muncul dari medula spinalis meningioma dan neurofibroma, yang berasal dari sel sebelah sarafnya, adalah tumor medula spinalis primer yang paling umum, hal ini bukan kanker.Tumor medula spinalis sekunder, yang lebih umum, adalah metastasis dari kanker yang berasal dari bagian tubuh yang lain. Metastasis paling sering menyebar ke tulang belakang adalah kanker yang berasal dari paru-paru, payudara, kelenjar prostat, ginjal, atau kelenjar tiroid. Penyebab tumor medula spinalis primer selama ini masih belum diketahui, menurut McBrain (2013) peneyabab tumor medula spinalis primer baik yang terjadi pada bagian medula spinalis maupun bagian selaputnya (meningien) masih belum diketahui. Sedangkan pada tumor medula spinalis sekunder yang mana berasal dari metastasis dari kanker lain, etiologinya sama dengan etiologi dari kanker yang bermetastasis tersebut.

2.2.4 PatofisiologiPatofisiologi tumor medula spinalis tergantung pada jenis sel tumor. Jenis-jenis histologis tumor medula spinalis intradural adalah neurilemomas (schwannomas, Neurofibroma), meningioma, astrocytomas, ependymomas, dan sarkoma.a. NeurilemomasNeurilemomas adalah yang paling umum tumor primer intradural dari medula spinalis dan diklasifikasikan sebagai schwannomas, atau Neurofibroma. Mereka timbul dari selubung akar saraf dan karena itu ditemukan dalam sistem saraf tulang belakang, tengkorak, dan perifer. Mayoritas tumor selubung saraf ini muncul di akar saraf dorsal. Mereka cenderung melibatkan tulang belakang dapat kranial saraf. Para tumor neurofibromatosis, atau penyakit von Recklinghausen, adalah dari jenis neurilemoma.b. MeningiomaMeningioma yang baik adalah jenis intradural extramedullary tumor primer yang timbul dari sel-sel arachnoid. Paling sering terjadi di daerah dada dan lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Mereka biasanya longgar melekat pada dura, yang memungkinkan operasi pengangkatan mudah, tumor ini kemungkinan juga dapat mengikis ke dalam struktur tulang.c. AstrocytomasAstrocytomas yang paling sering intradural intramedulari dan intradural ekstramedullari, merupakan jenis umum dari tumor medula spinalis intramedulla pada orang dewasa dan anak-anak. Selama ini jenis sel tumor ini banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan. Serupa dengan klasifikasi tumor otak, astrocytomas terjadi di sepanjang sebuah kontinum nilai I sampai IV. d. Ependymomas Ependymomas dapat ditemukan di seluruh medula spinalis dan cenderung intradural intramedullari.dan intradural ekstramedulari. Tidak seperti astrocytomas, ependymomas cenderung tidak menyerang jaringan normal. Oleh karena itu mereka dapat memiliki morbiditas minimal. 10-tahun tingkat kelangsungan hidup lebih besar dari 90% tanpa perawatan lebih lanjut. Radiasi diindikasikan hanya pada mereka dengan sel anaplastik.e. SarkomaSarkoma adalah tumor ganas yang timbul dari jaringan mesenkim dan memiliki jaringan ikat yang sangat sedikit. Contohnya adalah fibrosarcomas dan liposarcomas. Prevalensi sarkoma sekitar 10% dari semua tumor medula spinalis extramedullary intradural (Neuro Spine Center, 2010).

2.2.5 WOCTerlampir

2.2.6 Manifestasi Klinisa. NyeriPada tumor medula spinalis nyeri merupakan gejala awal. Rasa sakit ini diduga disebabkan oleh kompresi, invasi saluran tulang belakang, dan ketegangan pada akar saraf. Tumor medula spinalis intradural ekstramedulari dan extradural dapat menyebabkan nyeri lokal yang parah dan nyeri. Tumor intradural intramedulari dapat menyebabkan rasa sakit, tapi ini biasanya kurang parah. Nyeri radikuler berjalan melalui distribusi akar saraf yang terkena. Rasa sakit yang disebabkan oleh tumor medula spinalis diperparah oleh bedrest dan karena itu lebih buruk di malam hari. b. Gangguan sensorikGangguan sensorik tergantung pada sejauh mana medula spinalis yang terpengaruh. Jika tumor berada pada kolom dorsal maka akan menghasilkan gangguan dari sentuhan ringan dan getaran. c. Kerusakan motorikSecara umum, kelemahan motorik merupakan gejala akhir dari tumor medula spinalis. Kelemahan ini disebabkan keterlibatan saluran piramida atau kortikospinalis. Derajat kerusakan motor bisa berkisar dari quadriplegia lengkap. Mielopati mungkin jelas dengan tumor medula spinalis pusat, mengakibatkan kejang-kejang, paresis, refleks hiperaktif, tanda Babinski. Beberapa pasien mungkin mengembangkan syrinx, yang merupakan daerah diisi cairan di pusat medula spinalis yang akibat dari tekanan pada saraf dari tumor, trauma, atau setelah operasi. Defisit motor diffuse dapat dicatat pada mereka dengan syrinx. Gejala ini dapat unilateral atau bilateral, dan biasanya lambat untuk berkembang. d. Gangguan Kontrol Sfingter Gangguan kontrol sfingter, dengan hilangnya kontrol kandung kemih dan usus, dapat terjadi sebagai gejala akhir tumor medula spinalis. Ketika tumor menyebabkan tekanan pada akar saraf sakral kedua atau ketiga maka akan ada kelumpuhan kontraksi kandung kemih, kandung kemih distensi, dan retensi urin dengan inkontinensia overflow. Inkontinensia urin sering dikaitkan dengan syrinx ketika lesi menyebabkan terganggunya jalur sakral. e. Lesi tingkatSeiring dengan penilaian dasar nyeri, gangguan sensorik, kerusakan motorik, dan kontrol sfingter, maka harus dipastikan apakah lesi pada tingkat leher, toraks, atau lumbal dari medula spinalis. Lesi serviks Lesi pada tingkat foramen magnum (segmen tengkuk bagian atas) dapat menjadi bahaya. Pasien dapat memegang kepala mereka kaku dan mengalami kesulitan untuk meninggikan bahu. Lesi pada tingkat C4 dapat sangat berbahaya karena saraf frenikus (yang mengontrol diafragma). Dengan lesi yang melibatkan saraf unilateral, pasien mungkin mengalami kesulitan pernapasan dan gagal napas bilateral. Lesi serviks tinggi juga memproduksi quadriplegia, sakit kepala oksipital, leher kaku, dan nistagmus. Lesi di bawah tingkat C4 kurang mengancam kehidupan karena tidak mengenai saraf frenikus. Nyeri dan kelemahan otot mengikuti pola sesuai dengan distribusi akar. Sindrom Horner dapat terjadi dengan lesi di persimpangan cervicothoracic (C8) sebagai akibat dari disfungsi sistem saraf otomatis. Sindrom Horner termasuk ptosis kelopak mata dengan penyempitan pupil (miosis) dan anhydrosis pada sisi yang terkena. Hal ini dapat terjadi secara sepihak atau bilateral. Lesi metastasis dari paru-paru cenderung menyebar ke daerah dada. Apakah metastasis atau primer, lesi daerah thoraks lebih sulit untuk melokalisasi daripada lesi serviks atau lumbar. Nyeri dan perubahan sensori biasanya mendahului kelemahan otot. Perubahan sensori relatif mudah untuk mengidentifikasi karena distribusi mirip pita reguler dari dermatom pada tingkat ini. Tanda Beevor yang mungkin hadir dengan lesi pada tingkat T10. Ketika seorang pasien duduk tegak atau mengangkat kepala dari posisi telentang, umbilikus dipindahkan ke arah kepala. Ini adalah tanda terlambat dan terjadi sekunder untuk kelumpuhan bagian interior dari otot rektus perut. Pasien dengan kanker paru-paru, payudara, prostat, dan ginjal mungkin memiliki metastasis ke lumbal. Apakah lesi metastasis atau primer, dari pinggang dan cauda equina yang ditandai dengan nyeri, paresis, dan kehilangan kekuatan di bawah otot ekstremitas. Rasa sakit bisa sangat parah, dan awal hilangnya kontrol sfingter tidak jarang. Cauda equina syndrome adalah kompresi (atau cedera) dari setiap akar saraf lumbosakral dalam saluran saraf di bawah tingkat L1. Pasien mengalami areflexic kandung kemih dan usus dengan berbagai tingkat motor atau gangguan sensorik tergantung pada tingkat keparahan dan kompresi. Sebagai saraf perifer mampu melakukan regenerasi, pemulihan sering mungkin dalam situasi ini. Sindrom medullaris Conus terjadi dengan kerusakan pada materi abu-abu di bagian lumbar dan sacral lebih rendah dari medula spinalis dan bisa juga menyertakan akar saraf dalam kanal tulang belakang (Neuro Spine Center, 2010).

2.2.7 Pemeriksaan Diagnostika. Lumbal pungsiCairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom, dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan.b. Foto Polos VertebraeFoto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai mata burung hantu pada tulang belakang lumbosakral AP) atau pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping badan vertebra, sklerosis, perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara.c. CT-scan CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini juga dapat membantu dokter mendeteksi adanya edema, perdarahan dan keadaan lain yang berhubungan.

2.2.8 Pencegahana. Pemenuhan gizi yang seimbangb. Pengankatan tumor atau kanker di sekitar kepala agar tidak bermetasmase.c. Tidak banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung bahan pengawet dan MSG 2.2.9 Penatalaksanaana. TerapiTumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologist dan tidak secara total di hilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post operasi.b. RadiasiTujuan dari terapi radiasi pada penatalaksanaan tumor medulla spinalis adalah untuk memperbaiki kontrol lokal, serta dapat menyelamatkan dan memperbaiki fungsi neurologikc. Stabilitasasi : fusi spinald. Pengobatan : relasan otot, transquilizer, anti koagulan. Laksatif, antasida dan steroide. Tumor Ekstradural Laminektomie Hormone, radiasi dan kemoterpi merupaknan tambahanf. Tumor intraduralPengangkatan dengan pembedahan

2.2.10 Komplikasia. Komplikasi yang mungkin pada tumor medula spinalis antara lain: Paraplegia Quadriplegia Infeksi saluran kemih Kerusakan jaringan lunak Komplikasi pernapasanb. Komplikasi yang muncul akibat pembedahan adalah: Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat menyebabkan kompresi medula spinalis. Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.

2.2.11 PrognosisTumor dengan gambaran histopatologi dan klinik yang agresif mempunyai prognosis yang buruk terhadap terapi. Pembedahan radikal mungkin dilakukan pada kasus-kasus ini. Pengangkatan total dapat menyembuhkan atau setidaknya pasien dapat terkontrol dalam waktu yang lama. Fungsi neurologis setelah pembedahan sangat bergantung pada status pre operatif pasien. Prognosis semakin buruk seiring meningkatnya umur (>60 tahun)

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Tumor Otak4.1.1 Umum a. PengkajianPengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting dalam merawat pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada terhadap berbagai perubahan, yang kadang samar, dalam kondisi pasien yang mungkin menunjukkan perburukan kondisi.1) Anamnesaa) Data DemografiIdentitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.b) Keluhan utamaBiasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan durasinya makin meningkat.c) Riwayat penyakit saat iniKlien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi, dan dapat meningkat dengan aktivitas, vertigo, muntah proyektil, papiledema, perubahan mental seperti disorientasi, letargi.d) Riwayat penyakit dahulu Apakah klien pernah mengalami pembedahan kepala atau trauma kepala. e) Riwayat penyakit keluarga Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor kepala.f) Pengkajian psiko-sosio-spiritualPerubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.2) Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )a) B1 Breath (Pernafasan)Adanya peningkatan irama pernafasan dan sesak nafas terjadi karena tumor makin mendesak otak sehingga terjadi herniasi dan kompresi medulla oblongata.b) B2 Blood (Kardiovaskular)Desakan ruang intrakranial akan menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Selain itu, terjadi ketidakteraturan irama jantung dan bradikardi.c) B3 Brain (Persyarafan)Kesadaran pasien menurun karena terjadi penurunan suplai O2 ke otak. Kejang juga terjadi pada pasien dengan tumor otak akibat perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.(1) PenglihatanPenurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau diplopia, ptosis, respon pupil tidak sama terhadap cahaya.(2) PendengaranTerganggu bila mengenai lobus temporal(3) PenciumanMengeluh bau yang tidak biasannya. Terjadi apabila tumor mengenai lobus frontal(4) PengecapanKetidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)(5) EkstremitasKelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbanngd) B4 Bladder (Perkemihan): Tidak adae) B5 Bowel (Pencernaan)Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial sehingga menenkan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah ini biasanya akan diikuti dengan penurunan nafsu makan pada pasien.f) B6 Bone (Muskuloskeletal/integument) Kelemahan atau paralisis.

b. Analisa DataDataEtiologiMasalah Keperawatan

DS: Pasien merasa pusing dan nyeri kepala IritabilitasDO: Penurunan kesadaran GCS pasien < 15 Perubahan pupil Papiledema Perubahan TTVTumor

Desakan ruang intracranial

Peningakatan Intrakranial

Penurunan O2 otak

Iskemia jaringan otak

Gangguan perfusi jaringan serebralGangguan perfusi jaringan serebral

DS: Pasien mengeluh sakit kepala apabila berubah posisi Pasien mengeluh tidak bisa tidur karena sakit kepalaDO: Perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas Gangguan konsentrasi Menarik bila disentuh di daerah nyeriSpasme otot paravertebralis, iritasi serabut saraf

kerusakan jaringanmerangsang reseptor nyeri

NyeriNyeri akut

DS: Pasien mengeluh sesak nafasDO: RR > 24x/ menit Adanya retraksi otot bantu napas

Tumor

Makin mendesak otak

Peningkatan tekanan intracranial

Herniasi

Kompresi medulla oblongataKetidakefektifan pola nafas

DS: Pasien mengeluh tidak dapat menggerak ekstremitasnyaDO: Penurunan kemampuan untuk bergerak dengan sengaja. Adanya keterbatasan rentang gerak pada pasien Adanya hemiparesisTumor

Mengenai lobus frontalis

Menekan daerah dan lintasan motorik

Hemiparesis

Hambatan mobilitas fisik

Hambatan mobilitas fisik

DS: Pasien mengeluh tidak nafsu makan Pasien mengeluh lesu dan lemahDO: Porsi makan tidak habis BB pasien turun Pasien terlihat kurus Adanya tanda-tanda anemia Hasil laboratorium menunjukkan penurunan Hb dan albuminTumor

Desakan ruang intracranial

Penekanan pusat muntah

Mual dan muntah

Penurunan nafsu makan

Ketidakseimbangan nutrisiKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

c. Diagnosa Keperawatan1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.2) Nyeri Akut: Sakit kepala berhubungan dengan kompresi/perubahan tempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial.3) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.4) Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-motorik5) Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagiad. Intervensi Keperawatan1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.Tujuan : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan tanda-tanda vital stabil.Kriteria hasil :a) Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial 80mmHgc. Kolaborasi dalam pemberian oksigen3. Hindari faktor yang dapat meningkatkan TIK.1. Monitor TIK sangat penting untuk mengetahui perkembangan neurologib. Tingkat kesadaran memberikan gambaran adanya perubahan TIKc. Lebih lanjut untuk mengetahui keadaan umum pasien.d. Respon motorik menggambarkan keutuhan fungsi motorike. Merupakan tanda PTIK2. b. Peninggian bagian kepala akan mempercepat aliran darah balik dari otak, posisi fleksi tungkai akan meninggikan tekanan intraabomen atau intratorakal yang akan mempengaruhi aliran darah balik dari otak.c. Menurunnya CO2 menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah3. Mengurangi peningkatan TIK

2) Nyeri Akut: Sakit kepala berhubungan dengan kompresi/perubahan tempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial Tujuan: Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klienKriteria hasil :a) Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi ditunjukkan penurunan skala nyeri. Skala = 2b) Klien tidak merasa kesakitan.c) Klien tidak gelisahIntervensiRasional

1. Kaji keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.2. Mobilisasi pasien dengan posisi lurus sesuai anatomi tubuh.3. Ajarkan teknik relaksasi dan metode distraksi seperti bernafas dalam dengan teratur dan mendengarkan musik.4. Kolaborasi pemberian analgesik.1. Pengenalan terhadap nyeri segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.2. Nyeri dapat terjadi akibat regangan dan posisi yang tidak tepat.3. Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan4. Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang.

3) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.Tujuan : Pola pernafasan kembali normal antara 16 20x/menitKriteria Hasil :a) Pola nafas efekifb) GDA normalc) Tidak terjadi sianosisIntervensiRasional

1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. Catat ketidakteraturan pernafasan2. Beri posisi semi fowler3. Anjurkan pasien untuk melakukan nafas dalam4. Kolabolasi. Berikan terapi oksigen.1. Mengidentifkasi adanya masalah paru atau obstruksi jalan nafas yang membahayakan oksigenasi serebral atau menandakan infeksi paru.2. Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam pencegahan hipoksia. Jika pusat pernafasan tertekan, mungkin diperlukan ventilasi mekanik.

4) Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-motorikTujuan: klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannyaKriteria hasil:a) Pasien dapat mempertahankan tingkat mobilitas yang optimalb) Bertambahnya kekuatan ototc) Tidak terjadi gangguan/ komplikasi akibat immobilitas fisik seperti gangguan integritas kulitIntervensiRasional

1. Kaji kemampuan motorik pasien, catat perubahan status neurologi, keadaan sensorik.2. Lakukan latihan ROM setiap 4 jam sekali3. Ubah posisi klien tiap 2 jam4. Lakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif5. Berikan papan kaki pada ekstremitas dalam posisi fungsionalnya6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien1. Tumor dapat menekan medulla spinalis yang mengakibatkan gangguan sensorik dan motorik2. Mencegah kontraktur dan mempertahankan kekuatan otot3. Menghindari dekubitus4. Melatih ekspansi paru akibat paralisis otot pernafasan.5. Agar tidak ada perubahan posisi fungsional pada ekstremitas

5) Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntahTujuan: Kebutuhan nutrisi klien terpenuhiKriteria hasil:a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuanb) Tidak ada tanda-tanda anemiac) Porsi makan habisd) Nafsu makan membaik

IntervensiRasional

1. Anjurkan pasien makan dengan porsi kecil tapi sering2. Evaluasi adanya alergi makanan kontraindikasi makanan3. Sajikan makanan dengan cara yang menarik4. Fasilitasi pasien memperoleh diet biasa yang disukai pasien (sesuai indikasi)5. Pantau intake dan output.6. Lakukan dan ajarkan keluarga untuk perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.7. Berikan makanan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang.8. Pasang sonde jika diperlukan

a. Mengurangi rasa tidak nyaman atau mualb. Beberapa pasien mungkin mengalami alergi terhadap beberapa komponen makanan tertentu dan beberapa penyakit lain, seperti diabetes mellitus, hipertensi, gout, dan lainnya memberikan menifestasi terhadap persiapan komposisi makanan yang akan diberikan.c. Membantu merangsang nafsu makan.d. Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki intake nutrisi.e. Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.f. Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, bau obat untuk yang dapat merangsang pusat muntah.g. Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar.h. Menghindarkan klien dari rasa sakit akibat menelan apabila sudah tidak bisa ditoleransi.

e. Kasus An. Beta (15 th), mengalami Gangguan bicara dan Gangguan gaya berjalan selama 1 bulan, sebelumnya belum pernah dirawat, baru 2 hari asuk di RS karena keluhan dirasa semakin berat dan tidak kunjung membaik. BB turun. sebelumnya pernah didiagnosa epilepsy 5 th lalu, kemudian terjadi gangguan kepribadian dengan lainnya

1) Pengkajiana) Identitas KlienNama : An BetaUmur : 15 tahunb) Keluhan UtamaGangguan bicara dan Gangguan gaya berjalanc) Riwayat penyakit sekarangGangguan bicara dan Gangguan gaya berjalan selama 1 bulan, sebelumnya belum pernah dirawat, baru 2 hari asuk di RS karena keluhan dirasa semakin berat dan tidak kunjung membaik.d) Riwayat penyakit dahuluDidiagnosa epilepsy 5 th lalue) Riwayat penyakit keluarga.Ibu An.Beta pernah operasi mengangkatn tumor di mataf) Pola-pola fungsi kesehatan(1) Aktifitas /IstirahatKelemahan umum /kelemahan otot. Susah untuk beristirahat(2) SirkulasiHipotensi, Hipotensi posturak, bradikardi, ekstremitas dingin dan pucat.(3) Integritas EgoTakut, cemas, gelisah, menarik diri. (4) Makanan /cairanRiwayat epilepsyNafsu makan hilangAdanya mual, muntah selama fase akutKehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokanKesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)(5) HigieneSangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (bervariasi)(6) NeurosensoriKesadaran: GCSFungsi motorik: Kelumpuhan, kelemahanFungsi sensorik: Kehilangan sensasi / sensibilitas.Refleks fisiologis: Kehilangan refleks /refleks asimetris termasuk tendon dalam. Kehilangan tonus otot /vasomotor.Refleks patologis: munculnya refleks patologis.Perubahan reaksi pupil.(7) Nyeri /kenyamananMengalami deformitas, postur(8) PernapasanPernapasan cepat dan irreguler(9) KeamananSuhu yang berfluktasi, jatuh. Penkajian fisik didasarkan pada pemeriksaan pada neurologiskemingkinan didapati deficit motorik dan sensorik di bawah area yang terkena.

2) Pemeriksaan fisika) B1 (Breathing): napas pendek, sesakb) B2 ( Blood ) : -c) B3 ( Brain ) : gangguan bicarad) B4 ( Blader ): -e) B5 (Bowel ): -f) B6 ( Bone ) : kelemahan anggota gerak, gangguan berjalang) Psikososial : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas, gelisah dan menarik diri.

3) Pemeriksaan diagostika) Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada system ventrikel dan cisterna.b) CT SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.c) Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.d) Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.e) Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.f) Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.

4) Analisis dataDataEtiologiMasalah Keperawatan

Data Subjektif : -Data Objektif : TTV pasienN :70x/mRR : 32x/mS :38C,Dislokasi C4

Gangguan pada otot diafragma

Pola nafas tidak efektif

Pola nafas tidak efektif

Data Subyektif : pasien mengeluh nyeri, ketidaknyamanan karena lukaData Objektif :Skala nyeri

Spasme otot paravertebralis, iritasi serabut saraf

kerusakan jaringanmerangsang reseptor nyeri

nyerinyeri

Data Subjektif : pasien mengatakan kedua tungkai tidak dapat digerakkan. Data Objektif : Hasil CT Scan menunjukkan fraktur dislkasi C4.Dislokasi medulla spinalis

Gangguan fungsi

Tidak dapat menggerakkan kedua tungkai

Gangguan imobilisasiKerusakan mobilitas fisik

Data Subjektif: -Data Objektif:Hambatan mobilitasLama waktu badrestPasca trauma spinal (jatuh)

kerusakan motorik

ketidak mampuan bergerak

bedrest lama

Resiko kerusakan integritas jarinagn kulitResiko kerusakan integritas kulit

Data Subyektif: menyatakan tidak mampu melakukan apapun sebagai mana biasanyaData Objektif : Ketergantungan pada bantuanmenarik diri

kerusakan syaraf

ketidak mampuan bergerak

kehilangan beberapa peran

gangguan konsep diri

Gangguan konsep diri

Data Subyektif: -Data Obyektif: pasien mengalami gangguan mobilisasi, penurunan kesadaran.Dislokasi C4

Gangguan mobilisasi

Difisit perawatan diriDifisit Perawatan Diri:Mandi, toileting

5) Diagnosa Keperawatana) Pola nafas tidak efektive berhubungan dengan kelemahan atau paralisis otot abdominal dan intercostal serta ketidak mampuan membersihkan sekresib) Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringanc) kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan gangguan sensorik dan motorikd) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kehilangan sensorik dan mobilitase) Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan fungsi motorikf) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, menurunnya kekuatan otot, kehilangan control otot/koordinasi.

6) Intervensi dan Rasionala) Pola nafas tidak efektive berhubungan dengan kelemahan atau paralisis otot abdominal dan intercostal serta ketidak mampuan membersihkan sekresiTujuan : Pasien akan mengalami pola nafas efektif yang ditandai dengan RR dalam rentang normalKriteria hasil :Pemenuhan kebutuhanventilasi yang memadaiyang ditandai dengan(1) tidak adanyagangguan pernapasandanBGAdalam batas yangdapat diterima.(2) Menunjukkanperilaku yang sesuaiuntuk mendukung upayapernafasan.Intervensi KeperawatanRasional

Kelola oksigen dengan metode yang sesuai, misal masker, nasal kanul, intubasi.Metode ditentukan oleh tingkat cedera, tingkat insufisiensi respirasi, dan jumlah pemulihan fungsi otot pernapasan setelah fase syok spinal.

Berikan oksigen masker 3lpmMenyediakan supply oksigen yang adekuat, meminimalkan resiko kelelahan, dan mencegah terjadinya ARDS.

Memelihara kepatenan jalan nafas: menjaga kepala dalam posisi yang tepat. Menggunakan jalan nafas tambahan

Pasiendengan cederaleher rahimtinggi dangangguanmuntah/batukrefleksakanmemerlukan bantuandalam mencegahaspirasi/mempertahankanjalan napaspaten

Memeriksa serangan tiba-tiba dari dispnea, sianosis dan/atau tanda lain yang mengarah pada distress pernafasan. Perkembangan emboli paru dapat silent karena persepsi nyeri mengalami perubahan dan/atau thrombosis vena dalam tidak mudah dikenali.

Auskultasi bunyi nafas. Catat area dimana terjadi perubahan suara nafasHiperventilasi secara umum dapat menyebabkan akumulasi sekret, atelektasis dan pneumonia (komplikasi yang sering terjadi)

Kaji warna kulit dari sianosi, kehitam-hitamanDapat menunjukkan kegagalan pernafasan, membutuhkan segera evaluasi pengobatan dan intervensi.

Kaji distensi abdomen, dan spasme ototDapat menghambat perjalanan diafragma, mengurangi kapasitas ekspansi paru dan lebih jauh dapat mengurangi fungsi respirasi

Monitor atau batasi penjenguk sesuai indikasi.Kelemahan umum dan kompromi pernafasan menempatkan pasien pada peningkatan memperoleh resiko URI (sistem pernapasan atas)

b) Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringanTujuan : Memberikan rasa nyaman: nyeriKriteria hasil : (1) Melaporkan penurunan rasa nyeri /ketidak nyaman(2) Mengidentifikasikan cara-cara untuk mengatasi nyeri(3) Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu.

Intervensi KeperawatanRasional

Kaji terhadap adanya nyeri, bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri, misalnya lokasi, tipe nyeri, intensitas pada skala 0 10Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada / punggung atau kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

Berikan tindakan kenyamanan, misalnya, perubahan posisi, masase, kompres hangat / dingin sesuai indikasi.Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan, selain menurunkan kebutuhan otot nyeri / efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan..

Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya, pedoman imajinasi visualisasi, latihan nafas dalam.Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol, dan dapat meningkatkan kemampuan koping

kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, relaksasi otot, misalnya dontren (dantrium); analgetik; antiansietis.misalnya diazepam (valium)Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme /nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas dan meningkatkan istrirahat.

c) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan gangguan sensorik dan motorikTujuan : Gangguan mobilitas dapat diminimalkan.Kriteria hasil :(1) Mempertahankan posisi fungsi yang dibuktikan dengan tidak adanya kontraktur, footdrop.(2) Meningkatkan kekuatan tidak terpengaruh/kompensasi bagian tubuh.(3) Menunjukkan teknik/perilaku yang memungkinkan dimulainya kembali kehiatan.Intervensi KeperawatanRasional

Kaji fungsi motorik secara berkala Evaluasi status situasi individu (gangguan sensorik-motorik) untuk tingkatan spesifik cedera dan memilih intervensi.

Menjaga pergelangan kaki 90o dengan papan kaki. Gunakan trochanter rolls sepanjang paha saat di ranjang.Mencegah footdrop dan rotasi eksternal pangkal paha.

Ukur dan pantau tekanan darah pada fase akut atau hingga stabil. Ubah posisi secara perlahan.Hipotensi orthostatic dapat terjadi sebagai hasil dari penyatuan vena (sekunder untuk kehilangan tonus pembuluh darah).

Inspeksi kulit setiap hari. Kaji terhadap area yang tertekan, dan memberikan perawatan kulit secara teliti.Perubahan sirkulasi, kehilangan sensai, dan paralisis memungkinkan pembentukan tekanan sakit. Ini merupakan pertimbangan seumur hidup

Membantu/mendorong pulmonary hygiene seperti nafas dalam, batuk, suctionImobilisasi/bedrest meningkatkan resiko infeksi pulmonal.

Kaji dari kemerahan,bengkak/ketegangan otot jaringan betis.Dalam presentasi tinggi pasien dengan cedera medulla spinal, thrombus berkembang karena sirkulasi perifer berubah, imobilisasi, dan paralisis lemah

d) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kehilangan sensorik dan mobilitasTujuan : Dalam waktu 3x24 jam klien memperlihatkan perilaku mampu mempertahankan keutuhan kulitKriteria :Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahui penyebab, dan cara pencegahan luka. Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka, kulit kering.IntervensiRasional

Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (Range of Motion) dan mobilisasi jika mungkinMeningkatkan aliran darah ke semua daerah.

Ubah posisi tiap 2 jamMenghindari tekanan dan meningkatkan tekanan darah

Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah daerah yang menonjolMenghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol

Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu merubah posisi.Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler.

Bersihkan dan keringkan kulit. Jagalah linen tetap kering.Meningkatkan integritas kulit dan mengurangi resiko kelembapan kulit.

Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi.Hangat dan pelunakan adalah tanda perusakan jaringan.

Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit.Mempertahankan keutuhan kulit

e) Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan fungsi motorikTujuan: mampu mendemonstrasikan adaptasi kesehatan dan penanganan ketrampilanKriteria hasil: (1) Menghargai situasi dengan realistis tanpa penyimpangan(2) Mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan perasaan positif

IntervensiRasional

Kaji perasaan yang di alami pasienMengetahui sejauh apa dan bagaimana perasaan yang dirasakan.

Dorong individu mengekspresikan perasaan, khususnya bagaimana individu merasakan, memikirkan, atau memandang dirinyaDengan dorongan yang tepat diharapkan pasien akan secara jelas mengutarakan keluhan.

Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah , penanganan, perkembangan, prognosis kesehatan.Keantusiasan pasien sangat diperlukan untuk mengukur sejauh mana ketertarikan terhadap perubahan

Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang sudah diberikanInformasi awal yang sudah didapat perlu diperkuat agar timbul motivasi yang lebih besar

Hindari kritik negativeKritik negative justru akan memperburuk perasaan pasien

Beri privasi dan keamanan lingkungan.Jaga rahasia pasien, privasi dan keamanan dibutuhkan karena pasien tidak mampu lagi berpindah tempat dan menjaga diri secara optimal

Ajarkan pasien untuk menenal komunitas-komunitas yang tersediaInteraksi dengan kelompok komunitas akan membantu menangani masalah keminderan

f) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, menurunnya kekuatan otot, kehilangan control otot/koordinasiTujuan : Klien dapat menujukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasi personal atau masyarakat yang dapat membantu.IntervensiRasional

Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan ADL.Membantu dalam mengantisipasi dalam merencanakan pertemuan kebutuhan individual

Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perluKlien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien

Lakukan perawatan kateter setiap hariMencegah pertumbuhan kuman

Lakukan higiene oral setiap hariMenjaga higiene mulut

Berikan higiene secara total sesuai indikasiMenghindari perkembangan kuman

Jelaskan pentingnya perawatan diri

Agar klien mengetahui pentingnya perawatan diri

Menyadarkan tingkah laku /sugesti tindakan ada perlindungan kelemahan. Pertahankan perlindungan pola pikir izinkan klien melakukan tugas, beri umpan balik positif untuk usahanya.Klien memerlukan empati ,tetapi perlu mengetahui perawatan yang konsistensi dalam menangani klien. Sekaligus meningkatkan harga diri, memandirikan klien dan menganjurkan klien untuk terus mencoba.

Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan minum dan meningkatkan aktifitasMeningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi.

Kolaborasi :Pemberian supositoria dan pelumas feses atau pencahar ; konsul ke dokter terapi okupasiPertolongan pertama terhadap fungsi usus dan defekasi.Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan usus

4.2 Tumor Medula Spinalis4.2.1 Umuma. PengkajianPengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting dalam merawat pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada terhadap berbagai perubahan, yang kadang samar, dalam kondisi pasien yang mungkin menunjukkan perburukan kondisi.i. Anamnesaa) Data DemografiIdentitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.b) Keluhan utamaNyeri hebat ketika tulang belakang digerakkan. Nyeri biasanya terjadi di malam hari pada saat pasien beristirahat/bedrest.c) Riwayat penyakit saat iniKlien mengeluh nyeri tulang belakang saat perubahan posisi dan adanya keluhan-keluhan lain seperti kelemahan ekstremitas, mual muntah, kesulitan bernafas. d) Riwayat penyakit dahulu Apakah klien pernah terpajan zat kimia tertentue) Riwayat penyakit keluarga Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor tulang belakang.f) Pengkajian psiko-sosio-spiritualPerubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.2) Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )g) B1 Breath (Pernafasan)Peningkatan irama pernafasanPerubahan pola nafasAdanya retraksi otot bantu napasDispneaPotensial obstruksih) B2 Blood (Kardiovaskular)Perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung terjadi karena perasaan tidak nyaman akibat timbulnya nyeri.i) B3 Brain (Persyarafan)Gangguan motorik: paresis atau paralisis, plegia (paraplegia atau tetraplegia), refleks hiperaktif, tanda babinski, kelemahan spastikGangguan sensori: Rasa kebas/ kehilangan sensasi terhadap sentuhan dan getaranj) B4 Bladder (Perkemihan)Kelumpuhan kontraksi kandung kemih, kandung kemih distensi, dan retensi urin dengan inkontinensia overflow akan terjadi apabila tumor menekan akar saraf sakral kedua atau ketiga.k) B5 Bowel (Pencernaan)Gangguan kontrol usus pada tumor sakral bawah .l) B6 Bone (Muskuloskeletal/integument)Kondisi tubuh: kelelahan/keletihan, kaku, hilang keseimbangan.

b. Analisa DataDataEtiologiMasalah Keperawatan

DS: Pasien menyatakan nyeri apabila berubah posisiDO: Ekspresi wajah nampak kesakitan Gelisah condong ke arah bagian tubuh yang sakit Nadi cepat, pernafasan meningkat Perilaku berhati-hatiTumor

kompresi, invasi saluran tulang belakang, dan ketegangan pada akar saraf.

NyeriNyeri akut

DS: Pasien mengeluh tidak dapat menggerak ekstremitasnyaDO: Penurunan kemampuan untuk bergerak dengan sengaja. Adanya keterbatasan rentang gerak pada pasien Adanya paresis/ paralisis/ plegia Tumor

Menekan saluran piramida atau kortikospinalis

Kelemahan (paraplegia atau tetraplegia)

Gangguan mobilitas fisikGangguan mobilitas fisik

DS: Pasien mengeluh tidak bisa buang air kecil/buang air kecil tidak terkontrolDO: Adanya distensi pada bladder Intake dan output cairan pasien tidak seimbang Retensi urineTumor

menekan akar saraf sakral kedua atau ketiga

hilangnya kontrol kandung kemihPerubahan pola eliminasi urine

DS: Pasien mengatakan tidak dapat BAB/ kesulitan BABDO: Bunyi usus lambat, intensitas berkurang Teraba massa feses pada bagian kiri bawah Distensi abdomenTumor

Menekan daerah sacral bawah.

Gangguan kontrol ususGangguan pola eliminasi bowel

c. Diagnosa Keperawatan1) Nyeri akut berhubungan dengan kompresi pada medulla spinalis2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik motoric3) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan gangguan fungsi sfingter4) Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan disfungsi saraf yang mensarafi bowel.

d. Intervensi Keperawatan1) Nyeri akut berhubungan dengan pengaruh tumor pada medulla spinalis.Tujuan: Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klienKriteria hasil :a) Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi ditunjukkan penurunan skala nyeri. Skala = 2b) Klien tidak merasa kesakitan.c) Klien tidak gelisahIntervensiRasional

1. Kaji keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.2. Mobilisasi pasien dengan posisi lurus sesuai anatomi tubuh.3. Ajarkan teknik relaksasi dan metode distraksi seperti bernafas dalam dengan teratur dan mendengarkan musik.4. Kolaborasi pemberian analgesic.1. Pengenalan terhadap nyeri segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.2. Nyeri dapat terjadi akibat regangan dan posisi yang tidak tepat.3. Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan4. Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang.

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensori-motorikTujuan: klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannyaKriteria hasil:a) Pasien dapat mempertahankan tingkat mobilitas yang optimalb) Bertambahnya kekuatan ototc) Tidak terjadi gangguan/ komplikasi akibat immobilitas fisik seperti gangguan integritas kulitIntervensiRasional

1. Kaji kemampuan motorik pasien, catat perubahan status neurologi, keadaan sensorik.2. Lakukan latihan ROM setiap 4 jam sekali3. Ubah posisi klien tiap 2 jam4. Lakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif5. Berikan papan kaki pada ekstremitas dalam posisi fungsionalnya6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien1. Tumor dapat menekan medulla spinalis yang mengakibatkan gangguan sensorik dan motorik2. Mencegah kontraktur dan mempertahankan kekuatan otot3. Menghindari dekubitus4. Melatih ekspansi paru akibat paralisis otot pernafasan.5. Agar tidak ada perubahan posisi fungsional pada ekstremitas

3) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan gangguan fungsi sfingterTujuan : Pola eliminasi klien membaikKriteria Hasil :a) Pola eliminasi urine pasien normalb) Distensi bladder tidak terjadic) Intake dan output urine seimbangd) Warna urine normalIntervensiRasional

1. Kaji pola eliminasi urin, lakukan pemeriksaan bladder dan monitor intake dan output cairan2. Lakukan kateterisasi dan lakukan perawatan kateter3. Lakukan bladder training4. Ukur intake dan output cairan5. Hindari makanan atau minuman yang dapat merangsang miksi seperti kopi1. Menentukan adanya gangguan eliminasi dan penentuan tindakan lebih lanjut2. Mengontrol pengeluaran urin dan mencegah infeksi3. Melatih kemampuan spinter traktus urinarius4. Menentukan kebutuhan dan keseimbangan5. Kopi mempunyai efek diuretic

4) Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan disfungsi saraf yang mensarafi bowel.Tujuan: Pola eliminasi bowelpasien normalKriteria hasil : a) Bising usus normalb) Tidak ada distensi abdomenc) Tidak teraba massa feses di bagian bawah kiriIntervensiRasional

a) Kaji bising usus dan distensi abdomenb) Monitor pola eliminasi bowel. Catat frekuensi, konsistensi feses.c) Berikan intake cairan 2500 cc/harid) Berikan diet serat tinggie) Latih pergerakan ROM pasienf) Lakukan rectal tuseg) Berikan obat pelunak feses 1. Menentukan adekuatnya peristaltik dan adanya feses yang keras2. Membantu mengatasi masalah eliminasi bowel3. Membantu melunakkan feses4. Membantu pergerakan feses5. Meningkatkan peristaltic usus6. Merangsang spingter ani dan peristaltic usus7. Melunakkan feses pasien sehingga memudahkan BAB

4.2.2 Kasus Tn Abi (35th) dirujuk ke RS Airlangga setelah 2 hari merasakan nyeri yang tak tertahankan mulanya dari punggung dan kemudian di sepanjang radiks spinal, dan mengeluh batuk selama 7 hari sebelum dibawa ke RS. dan nyeri diperberat saat malam hari. Sempat muntah. BB : 45 kg, TB : 170cm, RR : 35x/menit irregular

a. Pengkajian1) IdentitasNama : Tn AbiUmur : 35 th2) Keluhan UtamaNyeri yang tak tertahankan mulanya dari punggung dan kemudian di sepanjang radiks spinal dan nyeri diperberat saat malam hari.3) Riwayat penyakit sekarang 2 hari merasakan nyeri yang tak tertahankan mulanya dari punggung dan kemudian di sepanjang radiks spinal, dan mengeluh batuk selama 7 hari sebelum dibawa ke RS. dan nyeri diperberat saat malam hari. Sempat muntah.4) Riwayat Penyakit Dulu belum pernah dirawat di RS 5) Riwayat Alergi Tidak ada alergi 6) Riwayat Penyakit KeluargaAyah pasien meninggal 10 tahun yang lalu karena tumor, namun tidak tahu spesifik letaknya.7) Pengkajian psiko-sosio-spirituala) Keadaan Psikologis: Perubahan kepribadian dan perilaku klien b) Keadaan Sosial : Kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peranc) Keadaan Spiritual : Penolakan, merasa bersalah/berdosa, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan 8) Keadaan Umum TD = normalN= normalRR = meningkatT = normal

b. ROS (Review of System)1) B1 (Breathing): napas pendek, sesak2) B2 ( Blood ) : berdebar-debar3) B3 ( Brain ) : nyeri di area punggung4) B4 ( Blader ): inkontinensia uri5) B5 (Bowel ): tidak bisa BAB (konstipasi), distensi abdomen, peristaltik usus menurun.6) B6 ( Bone ) : kelemahan anggota gerak7) Psikososial : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas, gelisah dan menarik diri.

c. Analisa Data

DataEtiologiMasalah Keperawatan

DS Klien mengeluh sesak napas.DO Klien terlihat pucat, sianosis, adanya pernapasan cuping hidungRR= meningkatCedera cervical 1-4Kelumpuhan otot pernapasan (diafragma)Ekspansi paru menurunPola napas tidak efektifKetidakefektifan pola napas

DS Klien mengeluh nyeri hebat & tidak bisa tidur.DO Klien terlihat sangat gelisah, suhu tubuh klien naik turun tak menentu, klien memakai colar neck. S= meningkatHasil foto X-cervical menunjukan fraktur dislokasi C1-2.Skala nyeri 8 (interval 1-10).Fraktur dislokasi servikalPelepasan mediator inflamasiProstalglandin, bradikinin dllrespon nyeri hebat dan akutNyeriNyeri akut

DS Klien merasa mengalami kelemahan pada keempat anggota geraknya.DO Klien membutuhkan bantuan untuk memenuhi ADL nya.Cedera cervikalis 5-8Fraktur kompresi baji ligamen utuhSpasme ototHambatan mobilitas fisikHambatan mobilitas fisik

DS DO Terjadinya cedera pada vertebraCedera di daerah cervikalisFraktur vertebraResiko cederaResiko cedera

DS Pasien mengeluh tidak bisa tidurDO Klien terlihat cemas, terus-menerus bertanya mengenai tindakan yang dilakukan padanyaKompresi kordaTindakan dekompresi dan stabilisasi kordaFase asuhan perioperatifRespon psikologisAnsietasAnsietas

d. Diagnosa Keperawatan1) Ketidakefektifan pola napas2) Nyeri akut3) Hambatan mobilitas fisik 4) Resiko cedera5) Ansietas

e. Rencana Intervensi 1) Pola napas tidak efektif Tujuan perawatan : pola nafas efektif setelah diberikan oksigenKriteria hasil : a) ventilasi adekuatb) PaCo280d) RR 16-20x/ menite) Tanda-tanda sianosis(-) : CRT 2 detikIntervensi keperawatan :

IntervensiRasional

Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak.

Pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk mencegah aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.

Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik sekret.

Jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.

Kaji fungsi pernapasan.

Trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara partial, karena otot pernapasan mengalami kelumpuhan.

Auskultasi suara napas.

Hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi sekret yang berakibat pnemonia.

Observasi warna kulit.

Menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan segera

Kaji distensi perut dan spasme otot.

Kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma

Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari.

Membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi sekret sebagai ekspektoran

Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernapasan. Menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus untuk mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.

Pantau analisa gas darah.

Untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai contoh: hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.

Berikan oksigen dengan cara yang tepat.

Metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi pernapasan.

Lakukan fisioterapi nafas.

Mencegah sekret tertahan

2) Nyeri akut Tujuan keperawatan : Rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan perawatan dan pengobatanKriteria hasil : Melaporkan rasa nyerinya berkurang dengan skala nyeri 6 dalam waktu 2 X 24 jamIntervensi keperawatan :

IntervensiRasional

Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-5.

Pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.

Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus.

Nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih dan berbaring lama.

Berikan tindakan kenyamanan.

Memberikan rasa nayaman dengan cara membantu mengontrol nyeri.

Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi.Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol.

Berikan obat antinyeri sesuai pesanan.

Untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan kecemasan dan meningkatkan istirahat

3) Hambatan mobilitas fisikTujuan perawatan : selama perawatan gangguan mobilisasi bisa diminimalisasi sampai cedera diatasi dengan pembedahan.Kriteria hasil :a) Tidak ada konstrakturb) Kekuatan otot meningkat c) Klien mampu beraktifitas kembali secara bertahapIntervensi keperawatan :

IntervensiRasional

Kaji secara teratur fungsi motorik.Mengevaluasi keadaan secara umum

Instruksikan pasien untuk memanggil bila minta pertolongan. Memberikan rasa aman

Lakukan log rolling.Membantu ROM secara pasif

Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kaki.Mencegah footdrop

Ukur tekanan darah sebelum dan sesudah log rolling.Mengetahui adanya hipotensi ortostatikgangguan sirkulasi dan hilangnya sensai

Inspeksi kulit setiap hari. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit.

Berikan relaksan otot sesuai pesanan seperti diazepam.

Berguna untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang berhubungan dengan spastisitas.

4) Resiko cederaTujuan perawatan : tidak terjadi cedera lebih lanjutKriteria hasil : tidak ada kelemahan motorik dan sensorik lebih lanjutIntervensi keperawatan :

IntervensiRasional

Pantau status neuromuskular dan TTV setiap 2 jam selama 48 jam, kemudian setiap 4 jam jika stabilUntuk mengevaluasi efektifitas terapi

Laporkan pada dokter jika terjadi defisit neurologis lebih lanjut, dan perubahan mendadak pada pola pernapasan Adanya defisit neurologis lebih lanjut bisa jadi merupakan indikasi kompresi sum sum tulang yang berlebihan. Pasien dengan cedera servikal memiliki kemungkinan terjadinya gangguan pernapasan yang tinggi.

Pertahankan traksi dan/atau tirah baring sesuai programTraksi membantu mempertahankan posisi vertebral. Posisi terlentang mengurangi tekanan pada spinal.

Lakukan tindakan untuk mencegah gangguan refleks otonom:1. Jamin defekasi lancar, bila perlu berikan laksatif1. Pertahankan kateter indwelling menetap1. Berikan obat untuk mengatasi nyeri sesuai programNyeri, konstipasi, dan distensi kandung kemih dapat menyebabkan gangguan reflex otonom.

Pastikan pemakaian brace secara tepat dan benar sesuai programBrance membantu mempertahankan posisi vertebra sejajar.

Lakukan pengubahan posisi setiap 2 jam sekaliUntuk menghindari tekanan pada area penonjolan tulang

5) AsietasTujuan perawatan : selama perawatan dapat terbebas dari ansietasKriteria hasil :a) Keluhan ansietas dan takut berkurangb) Mengungkapkan pemahaman akan kemungkinan hasil dan rencana tindakanIntervensi keperawatan :IntervensiRasional

Jelaskan bagaimana terjadinya trauma susmsum tulang belakang, terbentuk edema, yang mengakibatkan kompresi lebih lanjut pada sumsum tulang.Dengan mengetahui tentang apa yang mungkin akan terjadi, membantu mengurangi ansietas.

Rujuk pasien untuk konsultasi psikologi bila kelemahan motorik, sensorik, dan fungsi seksual terjadi permanen.

Pasien yang mengalami kehilangan fungsi tubuh permanen akan merasa sedih. Orang-orang seperti ini memerlukan bantuan profesional untuk mengatasi kehilangan permanen yang muncul dari situasi mendadak.

Berikan pujian dari keinginan belajarnya dalam memperoleh kembali kemandiriannya.Penguatan secara positif membantu memotivasi seorang untuk belajar

Mulai lakukan rehabilitasi dengan merujuk ke bagian terapi okupasi dan terapi fisikMeningkatkan kekuatan dan tonus otot pasien

Merancang program untuk mengembalikan fungsi gerak pasien Rehabilitasi dini membantu peningkatan harapan kesembuhan pasien

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulana. Tumor OtakTumor otak merupakan salah satu tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat, baik yang bersifat ganas maupun tidak ganas. Tumor ganas di susunan saraf pusat merupakan semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intrakranial atau di dalam kanalis spinalis yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses keganasan yang spesifik, seperti yang berasal dari sel-sel saraf meningen otak termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neurologis), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak (Padmosantjojo, 2002). Tumor otak dibedakan menjadi dua yaitu benigna dan maligna, etiologinya sendiri yaitu akibat herediter, sisa-sisa sel embrional, radiasi, virus, substansi-substansi karsinogenik, dan trauma kepala. Terapi khusus bervariasi menurut jenis histologik tumor, radiosensitivitas, dan lokasi Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu terapi steroid, terapi pre-surgery, surgery, dan radiotherapy.

b. Tumor Medula SpinalisTumor medula spinalis merupakan pertumbuhan sel atau massa yang abnormal didalam atau disekeliling medula spinalis (Dugdale, 2012). Tumor medulla spinalis dibedakan menjadi intradural intramedulari, intradural ekstramedulari, dan ekstradulari. Penatalaksanaan yang dapat diberikan untuk penderita tumor medulla spinalis antara lain yaitu terapi, radiasi, stabilitasasi : fusi spinal, pengobatan, laminektomie, pemberian pemormone, radiasi dan kemoterpi merupaknan tambahan, serta pengangkatan dengan pembedahan3.2 Saran a. Tumor OtakDengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi perawat, sehingga dalam memberikan perawatan kepada pasien yang menderita tumor otak dapat dilakukan secara maksimal sesuai dengan hal yang dibutuhkan pasien. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tumor otak yaitu dengan jangan mengangap remeh nyeri pada kepala, apabila sering mengalami nyeri kepala segera periksa ke dokter Sp. Saraf, hindari kebiasaan buruk seperti merokok, minuman yang beralkohol, paparan dan radiasi, menghindari bahan yang mengandung kimia, missal MSG, pemenuhan gizi yang seimbanng, olah raga secara teratur, studi telah menunjukkan bahwa seseorang yang menggunakan ponsel secara teratur kemungkinan mendapatkan tumor otak, ponsel mengeluarkan gelombang radioaktif yang menyerang sel-sel otak.

b. Tumor Medula Spinalis Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi perawat, sehingga dalam memberikan perawatan kepada pasien yang menderita tumor medulla spinalis dapat dilakukan secara maksimal sesuai dengan hal yang dibutuhkan pasien. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tumor medulla spinalis yaitu pemenuhan gizi yang seimbang, pengankatan tumor atau kanker di sekitar kepala agar tidak bermetasmase, serta tidak banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung bahan pengawet dan MSG.

WOC TUMOR OTAKEtiologiPertumbuhan selHIDROSEPALUSPenekanan jaringan otak terhadap sirkulasi darah dan 02Obstruksi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke sub arachnoidOtak abnormal TUMOR OTAKGejala fokal sesuai fokal tumorMassa dalam otak bertambahMenggangu fungsi spesifik bagian otak tempat tumorSuplai O2 ke jaringan otak akibat obstruksi sirkulasi otakKompensasi kurang cepatMK : Pola nafas inefektifVolume intrakranialPerpindahan cairan intravaskuler ke jaringan serebralKerusakan darah otakKompensasi otak butuh berhari sampai berbulan bulanBergesernya ginus medialis labis temporal ke inferior melalui insisura tentorialKompresi batang otakMK : Gangguan perfusi jaringan serebralMual MuntahIritasi pusat vagal di medulla oblongataStatis vena serebralMK : NyeriTIKMK : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhHerniasi medulla oblongataObstruksi sistem serebralObstruksi drainage vena retina (Papil edema)Kompresi saraf optikusMK : Gangguan persepsi visualMengenai lobus frontalisMK :Hambatan mobilitas fisik

Hemiparesis Menekan daerah dan lintasan motorik

WOC TUMOR MEDULA SPINALISKerusakan pada cervical 1- 4Kehilangan inervasi otot intercostalEkspansi paru menurunMK : Pola nafas inefektifSpasme otot paravertebralisPerasaan nyeri tidak nyamanMK :Nyeri Menekan saraf sakral Kehilngan control kandung kemihMK : Perubahan pola eliminasi urineAtas 2 / 3Bawah Kehilngan control ususMK : Gangguan pola eliminasi bowelTekanan pada saluran piramida atau kortikospinalisPenurunan fungsi sendiParaplegii paralisisMK : Kerusakan mobilitas fisikPenenkanan setempatMK : Defisit perawatan diriMK : Kerusakan integritas kulitEtiologiMetastasis kanker dari bagian yang dekat dengan medulla spinalis (sekuder)Sel dari dalam sebelah medulla spinalis10 %TUMOR MEDULLA SPINALISTerbentuknya ruangan yang berisi cairanSel dari luar sebelah medulla spinalis90 %

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Tutu april. 2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba MedikaBatticaca, Fransisca. B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba MedikaBaughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000.Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGCBilotta, Kimberly A.J. 2011. Kapita Selekta Penyakit : Dengan Implikasi Keperawatan Ed 2.Jakarta: EGCCarpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku diagnosis keperawatan Ed 10. Jakarta: EGCGinsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes : Neurology. Jakarta : Penerbit ErlanggaHakim, A.A. 2006. Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan Sumsum Tulang Belakang. Medan: Universitas Sumatera UtaraSatyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka UtamaSmelltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner dan Suddarth Volume 3. Jakarta : EGCTarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007.Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung SetoTucker, Susan Martin. 1998. Standar perawatan pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi Ed. 5. Jakarta: EGC

Dari internetDugdale, David. 2012. Spinal Tumors. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus /ency/article/001403.htm. [Access 23/05/2013]McBrain, Catherine. 2013. Spinal cord tumours. http://www.macmillan.org.uk /Cancerinformation/Cancertypes/Spinalcord/Spinalcordtumours.aspx [Access 23/05/2013]Shapiro, William R. 2008. Spinal Cord Tumors. http://www.merckmanuals.com/home/brain_spinal_cord_and_nerve_disorders/tumors_of_the_nervous_system/spinal_cord_tumors.html. [Access 23/05/2013]MayoClinic. 2011. Spinal tumor. http://www.mayoclinic.com/health/spinal-tumor/DS00594/DSECTION=causes. [Access 23/05/2013]Neuro Spine Center. 2010. Spinal Cord Tumors. http://www.neurospinewi.com /newsletters/spinalcordtumors.html. [Access 23/05/2013]Asuhan Keperawatan pada Penderita Tumor Otak dan Tumor Medula SpinalisPage 10