bab ii
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker tulang merupakan kelompok tumor tulang yang ganas.
Keganasan tulang dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu tumor benigna
dan maligna. Angka kejadian dari seluruh tumor tulang primer terdapat
65,8% bersifat jinak dan 34,2% bersifat ganas. Tumor jinak primer tulang
yang paling sering ditemukan adalah osteoma 39,3%, osteokondroma
32,5%, kondroma 9,8%, dan sisanya adalah tumor tulang jinak yang lain.
Selain itu, ditemukan juga angka kejadian untuk kasus osteogenik
sarkoma 48,8% yang merupakan tumor ganas primer tulang yang paling
banyak ditemukan. Serta diikuti juga oleh giant cell tumor 17,5%,
kondrosarkoma 10%, dan sisanya adala tumor tulang ganas lainnya.
Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas
yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 %
dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang
90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita
kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru.
Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya
terdiagnosis.
Penderita kanker tulang selalu datang dalam keadaan yang sudah lanjut
sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani
maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya
sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal
diikuti kemoterapi.
1
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, menjelaskan, dan
mengaplikasikan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
tumor sistem muskuloskletal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan definisi dari tumor tulang.
b. Mampu menjelaskan klasifikasi dari tumor tulang.
c. Mampu menjelaskan etiologi dari tumor tulang.
d. Mampu menjelaskan patofisiologi dari tumor tulang.
e. Mampu menjelaskan WOC dari tumor tulang.
f. Mampu menjelaskan manifestasi klinis dari tumor tulang.
g. Mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik atau penunjang dari
tumor tulang.
h. Mampu menjelaskan penatalaksanaan dari tumor tulang.
i. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan dari tumor tulang.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tumor tulang adalah kelainan pada sistem muskuloskletal yang
bersifat neoplastik. Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor tulang
dapat bersifat primer yang berasal dari unsur-unsur tulang sendiri atau
sekunder dari metastasis (infiltrasi) tumor-tumor ganas organ lain ke
dalam tulang (Rasjad,2007).
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan
tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor
tulang utama, seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan
sarkoma lainnya (Lukman dan Nurna, 2009).
B. Klasifikasi Tumor Tulang
Klasifikasi tumor tulang menurut WHOditetapkan berdasarkan dari
kriteria histologis, jenis diferensiasi sel-sel tumor yang diperlihatkan, dan
jenis interseluler yang diproduksi. Selain itu, juga dipertimbangkan juga
sifat-sifat dari tumor, asal usul sel, serta hasil pemeriksaan histologis yang
menunjukkan jenis dari tumor tersebut jinak atau ganas.
Berikut adalah klasifikasi tulang ,meurut WHO tahun 1972 dalam
Rasjad,2007:
NO ASAL SEL JINAK GANAS
1 Osteogenik Osteoma
Osteoblastoma
Parosteal
osteosarkoma
Osteoid osteoma
Osteosarkoma
2 Kondrogenik Kondroma
Osteokondroma
Kondrosarkoma
Kondrosarkoma
3
4
juksta kortikal
3 Fibroma
kondromiksoid
Kondroblastoma
Fibroma
kondromiksoid
Kondrosarkoma
mesenkim
4 Giant cell tumor Osteoklastoma
5 Mielogenik Sarkoma ewing
Sarkoma retikulum
Limfosarkoma
Mieloma
6 Vaskuler
Intermediet:
Hemangio-
endotelioma
Hemangio-
perisitoma
Hemangioma
Limfangioma
Tumor glomus
Angiosarkoma
7 Jaringan lunak Fibroma desmoplastik
Lipoma
Fibrosarkoma
Liposarkoma
Mesenkimoma
ganas
Sarkoma tak
berdiferensiasi
8 Tumor lain Neurinoma
Neurofibroma
Kordoma
Adamantinoma
9 Tumor tanpa
klasifikasi
Kista soliter
Kista aneurisma
Kista juksta artikuler
Defek metafisis
Granuloma eusinofil
Displasia fibrosa
Miositis osifikans
5
Tumor brown
Hiperpoaratiroidisme
1. Tumor Asal Jaringan Tulang
a. Tumor Jinak
1) Osteoma
Osteoma merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan
(39,3%) dari seluruh tumor jinak tulang,terutama terjadi pada
usia 20-40 tahun. Bentuknya kecil tapi dapat menjadi besar
tanpa menimbulkan gejal-gejala yang spesifik. Kelainan ini
ditemukan pada tulang tengkorak seperti
maksila,mandibula,palatum,sinus paranasalis,dan dapat pula
pada tulang-tulang panjang seperti tibia,femur dan falangis.
Pada foto rontgen osteoma berbentuk bulat demngan batas
yang tegas tanpa adanya destruksi tulang. Pada pandangan
tangesial osteoma terlihat seperti kubah.
2) Osteoid Osteoma
Osteoid osteoma adalah tumor jinak, jarang ditemukan (1,8%),
terutama pada usia 10-25 tahun. Tumor ini lebih sering pada
laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 2:1. Gejala
yang paling menonjol adalah nyeri pada suatu daerah tertentu
dan menghilang dengan pemberian salisilat. Lokasi osteoid
osteoma adalah pada femur (25%) tibia (25%) dan sisanya
pada daerah-daerah lain, seperti pada tulang belakang. Pada
foto rontgen ditemukan adanya daerah yang bersifat radiolusen
yang disebut nidus didaerah diafisis dikelilingi oleh suatu
daerah sklerosis yang padat, serta penebalan kortikal yang
merupakan reaksi pembentukan tulang.
3) Osteoblastoma Jinak (Osteoid Osteoma Raksasa)
6
Tumor ini sama seperti osteoid osteoma yang banyak terjadi
pada dewasa muda. Osteoblastoma terdapat di tulang belakang
dan tulang-tulang ceper lainnya sepertiu ilium, iga, tulang jari
dan kaki. Pada rotgen akan tampak daerah osteolitik dengan
batas jelas, bintik-bintik kalsifikasi, dan lesi dengan diameter
yang bervariasi.
b. Tumor Ganas
1) Osteogenik Sarkoma
Pembentukan tumor berasal dari sel osteoblastik dari sel-sel
mesenkim primitif yang paling sering ditemukan di luar
mieloma multipel, dan cepat menyebar ke perosteum serta
jaringan ikat lainnya. Osteogenik sarkoma terutama ditemukan
pada umur 10-20 tahun dan lebih sering pada pria daripada
wanita. Lokasinya di daerah metafisis tulang panjang terutama
pada femur distal dan tibia proksimal dan dapat pula
ditemukan pada radius distal dan humerus proksimal.
2) Parosteal Osteosarkoma
Biasanya ditemukan pada umur 10-50 tahun dengan prognosis
yang lebih baik dibandingkan osteogenik sarkoma.
Pertumbuhannya sangat lambat serta terbentuk suatu massa
tulang yang keras. Terdapat di metafisis femur bagian distal
dan bagian belakang femur dan tulang humerus serta tibia.
Pada rotgen akan tampak bayangan padat yang mengarah
keluar korteks dan mendesak jaringan lunak sekitarnya dan
dapat menonjol pada kulit.
2. Tumor Asal Jaringan Tulang Rawan
7
a. Tumor Jinak
1) Kondroma
Disebut juga dengan enkondroma yang merupakan tumor jinak
tulang pada usia dewasa muda, akan tetapi dapat terjadi pada
setiap umur. Terdapat benjolan namun tidak nyeri dan
berlokasi di tulang tangan, kaki, iga, dan tulang-tulang panjang
bersifat soliterous tapi dapat juga multiple sebagai
enkondromatosis yang bersifat kongenital. Gambaran
radiologik menunjukkan adanya radiolusen yang bersifat
sentral antara metafisis dan diafisis. Pada tulang yang matur
akan tampak bintik-bintik kalsifikasi.
2) Osteokondroma
Terjadi pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan dewasa
muda. Nyeri terjadi bila terdapat penekanan pada bursa atau
jaringan lunak sekitarnya dan benjolan terdapat di area lesi.
Lokasinya pada daerah metafisis tulang panjang khususnya
femur distal, proksimal dan humerus proksimal, serta dapat
ditemukan juga di skapula dan ilium. Bersifat soliter dengan
dasar lebar atau kecil, bila multiple dikenal dengan diafisial
aklasia yang bersifat herediter dan diturunkan secara dominan
gen mutan. Hasil rotgennya ditemukan penonjolan tulang
dengan batas tegas yang muncul dari metafisis, tapi akan lebih
kecil benjolannya dibandingkan jika ditemukan pada
pemeriksaan fisik.
3) Kondroblastoma Jinak
Jarang ditemukan tapi paling sering terjadi pada usia 10-25
tahun terutama pada laki-laki. Pertumbuhannya sangat lambat,
nyeri pada sendi, dan berada di daerah epifisis dan
berkembang ke arah metafisis. Paling sering ditemukan di
epifisi tibia proksimal, femur distal, dan humerus proksimal.
Foto rotgen akan terlihat batas-batas tumor yang irreguler,
8
tidak tegas, terdapat bintik-bintik kalsifikasi sebagai gambaran
adanya desposisi kalsium.
4) Fibroma Kondromiksoid
Kelainan ini jarang ditemukan dan merupakan suatu tumor
jinak, terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Tidak ada
gejala yang khas dan biasanya ditemukan secara kebetulan
denga pertumbuhan yang sangat lambat. Lokasi pada daerah
metafisis tulang panjang atau tulang-tulang kecil pada tarsal
dan metatarsal. Gambaran khas rotgennya berupa radiolusen
yang bulat/ oval terletak eksentris pada metafisis dan dapat
meluas ke diafisis tulang panjang. Memiliki batas tegas dan
terkadang disertai dengan pinggiran sklerotik, korteks menipis
akibat ekspansi tumor.
b. Tumor Ganas
1) Kondrosarkoma
Lebih sering terjadi pada laki-laki pada usia 30-45 tahun.
Pertumbuhannya sangat lambat dan gejala khasnya adalah
nyeri tumpul akibat dari pembesaran tumor yang perlahan-
lahan. Lokasinya pada daerah panggul, bahu, dan lutut. Rotgen
terlihat bayangan tumor yang besar dan sering meluas ke luar
korteks sampai ke dalam jaringan lunak. Dapat juga ditemukan
perkabutan ireguler dengan translusen yang ringan serta bintik-
bintik kalsifikasi dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi.
Sering juga ditemukan pembentukan jaringan periosteal dan
pembentuka segitiga Codman.
2) Kondrsosarkoma Juksta Kotikal
Tumor ganas yang ditandai dengan pembentukan tulang rawan
yang berasal dari bagian luar permukaan tulang, mulai dari
permukaan tulang rawan di bawah periosteum. Lokasi
terutama pada femur distal, tibai proksimal serta humerus
proksimal. Perkembangan tumor sangat cepat karena tumor
9
ekstra-oseus menginvasi korteks sampai ke dalam medula.
Pada foto rotgen lesi terlihat radiolusen dengan bintik-bintik
klasifikasi.
3. Giant Cell Tumor atau Osteoklastoma
Merupakan tumor tulang yang bersifat dan memiliki
kecenderungan untuk berubah menjadi ganas dan agresif. Ditemukan
pada umur 20-40 tahun dan jarang di bawah 20 tahun serta banyak
dialami oleh wanita. Gejalanya nyeri dan pembengkakan pada lutut,
adanya efusi sendi, dan gangguan gerakan sendi. Lokasi di daerah
epifisis tulang panjang, khususnya di daerah lutut yaitu pada tibia
proksimal, femur distal, humerus proksimal, dan radius distal. Sisanya
bisa ditemukan di daerah pelvis dan sakrum.
Hasil rotgen menunjukkan adanya daerah radiolusen, lesi kistik,
korteks tulang menipis, menggembung pada satu sisi permukaan
sendi, bayangan tumor tegas, dan terdapat trabekulasi seperti
gelembung sabun.
4. Tumor Asal Sumsum Tulang
a. Tumor Ganas
1) Sarkoma Ewing
Sarkoma ewing adalah tumor ganas yang berasal dari sumsum
tulang belakang dan paling banyak ditemukan pada usia 10-20
tahun pada laki-laki. Tumor ini sangat ganas, perkembangannya
cepat, dan menyebabkan kematian dalam 3-18 bulan pertama.
Lokasinya berada pada daerah diafisis dan metafisis tulang panjang
seperti femur, tibia, humerus, dan fibula atau pada tulang pipih
seperti pada pelvis dan skapula. Hasil rotgen terlihat destruksi
tulang pada daerah lesi terutama pada diafisis disertai dengan
pembentukan tulang baru sepanjang diafisis tulang panjang
berbentuk fusiform di luar lesi yang merupakan tanda khas yang
disebut onion skin appearance.
2) Retikulo Sarkoma Tulang
10
Dapat terjadi pada setiap umur terutama pada umur diatas 20 tahun
(30-40 tahun). Gejala yang paling menonjol adalah nyeri serta
fraktur patologis. Lokasinya berada di tulang panjang dan
gambaran rotgen terlihat bintik-bintik destruksi tulang yang
biasanya di daerah sumsum tulang.
3) Limfosarkuma Tulang
Limfosarkoma tulang merupakan tumor ganas tulang yang jarang
sekali ditemukan dan harus dibedakan dengan tumor tulang
sekunder akibat limfosarkoma.
4) Meloma Multiple
Banyak terjadi pada umur 40-70 tahun, jarang pada umur di bawah
30 tahun dan lebih sering ditemukan pada laki-laki. Gejalanya
nyeri menetap pada pinggang yang disertai nyeri radikuler serta
kelemahan otot. Selain itu, gejala yang ditimbulkan antara lain
anemia, mual, muntah, anoreksia, kaheksia, gangguan psikis dan
kesadaran, serta fraktur patologis pada vertebra akibat destruksi
yang hebat. Lokasi yang paling sering terkena adalah tulang
belakang, panggul, iga, sternum, dan tengkorak. Gambaran rotgen
ditemukan lubang-lubang pukulan kecil (punched out) yang
bentuknya bervariasi serta daerah radiolusen yang berbatas tegas.
5) Plasmasitoma
Biasanya adalah suatu mieloma yang bersifat soliter dan memilki
gejala berupa nyeri, benjolan, dan disertai fraktur patologis.
Gambaran radiologik dapat ditemukan lesi osteolitik yang bersifat
multikuler.
5. Tumor Vaskuler
11
a. Tumor Jinak
1) Hemangioma
Hemangioma merupakan tumor jinak yang berasal dari sistem
vaskuler yang bisa bersifat soliter atau multipel pada tulang.
Lokasinya pada tulang belakang dan tengkorak.
2) Limfangioma
Tumor jinak yang berlokasi pada tulang dan terbentuk dari
saluran-saluran limfe, yang ditemukan dalam bentuk kistik
yang berdilatasi. Limfangioma biasanya bersifat multiple pada
tulang dan kemungkinan disetai limfangioma pada jaringan
lunak.
3) Tumor Glomus
Tumor jinak dengan sel-sel bulat yang uniform disertai dengan
struktur vaskuler. Kemungkinan berasal dari glomus neuro-
mioarterial dengan diameter tumor yang sangat kecil. Badan
glomus terdapat di stratum retikulare kulit, yang berfungsi
mengontrol hubungan anatar pembuluh darh arteri dan vena.
Lokasinya di falangs terminal di bawah kuku, biasanya terasa
nyeri hebat, dan warna kebiruan pada kuku dengan nyeri
tekan.pemeriksaan radiologisnya akan ditemukan adanya erosi
pada tulang falangs terminal akibat tekanan pada tulang.
b. Intermediate
1) Hemangioendotelioma
Merupakan tumor yang bersifat agresif tetapi tidak
bermetastatis yang ditandai dengan adanya sel-sel padat yang
disertai dengan struktur-struktur vaskuler endotelial dan jarang
ditemukan bersifat multipel.
2) Hemangioperisitoma
12
Tumor yang agresif dan dapat menjadi ganas, dan gambaran
histologisnya berupa gambaran vaskuler yang dilapisi oleh
suatu lapis sel endotelial yang dikelilingi zona proliferasi sel.
c. Tulang Ganas
Angiosarkoma
Tumor yang jarang ditemukan, secara histologis ditandai dengan
pembentukan anastomosis vaskuler irreguler yang dilapisi oleh
satu/ lebih sel-sel endotelial yang atipik dan biaanya terdapat
gambara sel matur disertai dengan massa padat yang kurang
berdiferensiasi (anaplastik). Tumor ini sangat ganas dan akan
bermetastatis cepat ke paru-paru. Tumor ini juga bersifat multipel.
6. Tumor Asal Jaringan Ikat Lainnya
a. Tumor Jinak
1) Fibroma Demoplastik
Tumor jinak yang mengenai anak-anak dan dewasa, terutama
terjadi pada tulang panjang dan tulang pipih. Pada gambaran
radilogis akan ditemukan daerah trabekulasi yang berbatas
tegas.
2) Lipoma
Lipoma merupakan suatu tumor jinak yang terdiri atas jaringan
lemak matur dan biasanya ditemukan pada dewasa muda.
Gambaran radiologis yang akan ditemukan berupa massa pada
jaringan lunak.
b. Tumor Ganas
1) Fibrosarkoma
Berasal dari jaringan lunak dan menghasilkan kolagen. Dapat
bersifat primer atau sekunder akibat keganasan penyaki-
penyakit sebelumnya. Biasanya terjadi pada umur setelah 20-
60 tahun, dan datang dengan gejala pembengkakan atau fraktur
patologis. Lokasinya pada metafisis femur dan tibia, dan dapat
meluas sampai ke epifisis. Foto rotgen akan terlihat tumor
13
yang berbentuk lobulasi dan trabekulasi ireguler yang disebut
melting-away pada bagian tulang yang terkena.
2) Fibrosarkoma Sekunder
Timbula akibat penyakit paget, osteitis pasca radiasi dan lesi
tulang rawan yang disertai deposisi kalsium.
3) Liposarkoma
Tumor ganas yang sangat jarang ditemukan yang ditandai
dengan adanya doferensiasi lipoblastik dimana ditemukan
lipoblas yang atipik dengan tingkat diferensiasi yang berbeda.
4) Mesenkimoma Ganas
Tumor yang berasal dari jaringan ikat dengan tingkat
diferensiasi serta gambaran struktur sel yang multipel yang
secara normal tidak ditemukan pada tulang.
5) Sarkoma Tak Berdiferensiasi
Tumor ganas dengan struktur sel spindle yang pleomorf dan
tidak ditemukan bentuk-bentuk diferensiasi pada tulang.
7. Tumor Tulang Lainnya
a. Tumor Jinak
1) Neurilemoma
Neurilemoma merupakan tumor jinak pada tulang dan di kenal
juga dengan schwannoma. Jaringan neurilemoma terdiri atas
sel-sel jaringan fibrosa berinti kecil dan sitoplasma sinsial
dengan jaringan matriks yang tersusun atas jaringan retikuler
yang longgar. Kelainan ini terutama di temukan pada
permukaan volar lengan bawah dan pergelangan tangan.
2) Neurofibroma
Neurofibroma merupakan tumor jinak yang dapat di temukan
pada tulang yang berkembang dari jaringan saraf.
Neurofibroma harus dibedakan dengan neurofibromatosis pada
jaringan lunak (penyakit von Recklinghausen)
b. Tumor Ganas
14
1) Kordoma
Kordoma merupakan tumor ganas yang berasal dari sisa
notokordal, sering di temukan pada usia dewasa muda dan
berkembang secara progresif pada daerah sekrum dan koksigis
(50%). Kordoma juga dapat di temukan pada tulang belakang
dan memberikan nyeri pada pinggang bawah. Apabila terjadi
pada sakrum, kordoma dapat menimbulkan obstruksi
uretra/rectum pada tingkat lanjut dapat timbul gejala-gejala
neurologis. Gambaran radiologis yang dapat di temukan adalah
gambaran radiosulen pada daerah rektum. Dengan ct-scan dan
MRI dapat di lihat penyebaran dan pembesaran tumor
intrapelvik.
2) Adamantinoma tulang panjang
Adamantinoma merupakan tumor ganas tulang yang jarang di
temukan, terutama mengenai diafisis tulang tibia (90%) dan
sering di temukan pada umur 20-25 tahun. Tumor ini termasuk
dalam tumir low-grade dan bermetastasis secara lambat.
Gambaran histologis tumor ini seperti dengan admantinoma
pada rahang (ameloblastoma dari rahang). Pada pemeriksaan
histologis di temukan adanya sel pulau yang menyerupai
epithelial dengan jaringan sel spandle interseluler.
Gambaran radiologik terlihat gelembung khas berupa defek
pada korteks anterior tibia. Mungkin pula di temukan
penebalan dari tulang sekitarnya. Dengan pemeriksaan ct-scan
dapat di lihat adanya penyebaran tumor ke dalam medulla atau
penyebaran di luar periosteum.
8. Lesi yang Menyerupai Tumor
15
a. Tumor jinak
1) Kista soliter tulang
Penyebab kista soliter tulang tidak di ketahui, mungkin akibat
suatu trauma atau akibat gangguan perkembangan. Gambaran
klinis yang sering di jumpai pada kelainan ini adalah adanya
fraktur patologis. Kelainan ini sering di temukan pada tulang
panjang, terutama pada bagian atas tulang panjang. Pada
pemeriksaan radiologism kista tampak di bagian tengah dan
terdapat penipisan korteks tulang dan ekspansi kista ke segala
arah. Gambaran tumor terlihat radiolusen dan biasanya di
temukan pembentukan tulang baru.
2) Kista aneurisma tulang
Tulang belakang dan tulang panjang adalah bagian tersering
yang terkena. Pada tulang panjang, daerah metafisis kaput
femur merupakan prdileksi tersering pada tulang panjang.
Daerah lesi terlihat menonjol dan membengkak, bisa tanpa di
sertai rasa nyeri. Lesi pada vertebra dapat menyebabkan nyeri
kiriman (referred pain) pada saraf sensoris dan motoris yang
bersangkutan. Pada pemeriksaan radiologis terlihat kista di
bagian pinggir metafisis atau diafisis tulang panjang. Dapat
terlihat destruksi dan penipisan tulang. Pada bagian meduler
dapat terlihat batas tumor yang memisahkan tumor dengan
jaringan yang normal.
3) Displasia fibrosa
Pada lesi monostotik tempat tersering adalah femur, tibia, iga,
tulang rahang, dan lesi poliostatik terutama terjadi pada
anggota gerak bawah. Gambaran klinis yang dapat di temukan
bervariasi dari nyeri ringan sampai adanya deformitas dan
kecacatan. Bila kelainan terjadi pada daerah lutut atau daerah
panggul maka dapat terjadi fraktur patologis. Lesi poliototik di
sertai dengan pigmentasi kulit serta menstruasi prekoks pada
16
wanita merupakan suatu sindroma yang disebut sindroma
Albright. Pada anak-anak. Kelainan ini dapat menyebabkan
anak-anak terlambat berjalan, jalan pincang atau berjalan
seperti bebek (waddling gait). Pertumbuhan fisik penderita
terganggu sehingga penderita menjadi kerdil yang di sebabkan
oleh osifikasi dan fusi dari epifisis lebih cepat terjadi. Di
laporkan juga adanya perubahan ganas dari penyakit displasia
fibrosa, tetapi sangat jarang. Pada foto rontgen tumor terlihat
opak, jaringan fibrosa Nampak lebih transulen, korteks tulang
menipis dsan eksentrik dan dapat terjadi erosi pada tulang.
4) Ganglion intraoseus (juxta-articular bone cyst)
Ganglion intraoseus merupakan suatu kelainan jinak yang
bersifat kistik dan biasanya bersifat multilokuler yang terdiri
atas jaringan fibrosa dengan perubahan mukoid berlokasi pada
tulang subkondral dekat pada sendi, terutama bagian distal
libia atau humerus. Pada pemeriksaan foto rontgen di temukan
adanya daerah osteolistik yang berbatas tegas yang di lingkari
oleh daerah sclerosis.
5) Defek metafisis fibrosa
Lokasi tersering adalah pada metafisis tulang femur distal.
Gambaran klinis yang di temukan berupa ras nyeri yang ringan
pada tempat lesi dan bisa di temukan pembengkakan baik
secara spontan maupun akibat trauma. Gejala yang ada
biasanya berlangsung singkat kemudian di ikuti fase tanpa
gejala. Tampak darah radiolusen yang menyebar dari sisi
korteks sampai ke bagian tengah medula tulang. Terlihat pula
adanya trabekulasi tulang serta penipisan tulang. Batas tumor
di tandai jaringan sklerotik tipis, permukaan luar tulang
mengalami erosi.
6) Granuloma eosinofilik
17
Kurang lebih 70% dari lesi terjadi pada tulang pipih seperti
tulang tengkorak, rahang bawah, tulang belakang, iga, dan
sisanya terjadi pada tulang panjang. Biasanya di temukan lesi
yang terlokalisir. Bila lesi terjadi dekat kulit dapat di temukan
penonjolan massa yang umumnya berupa massa yang lunak.
Demam yang ringan mungkin dapat terjadi di sertai kemerahan
pada daerah lesi, sehingga kadang-kadang di diagnosis sebagai
osteomyelitis. Bila granuloma eosinofilik mengenai tulang
belakang, diagonosa dini sangat di perlukan untuk mencegah
terjadinya kolaps tulang belakang yang dapat memberikan
komplikasi neurologik. Gambaran radiologik yang dapat di
temukan umumnya berupa destruksi tulang. Batas tumor dapat
terlihat jelas dan dapat pula tidak jelas dan pada bagian tepi
tumor dapat terlihat reaksi sklerosis tulang setempat.
7) Miositis osifikans
Dapat di temukan massa yang lembek dan membesar dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu di sertai rasa nyeri
akut. Pertumbuhan massa yang cepat di sertai rasa nyeri
merupakan gejala khas pada myositis osifikans. Hal ini
berbeda dengan sarcoma yang berkembang secara perlahan.
Lokasi tersering adalah pada daerah ektremitas, tapi lesi dapat
pula terjadi pada muskulus gluteus dan bahkan pada jaringan
paravaginal akibat trauma persalinan. Miositis umumnya
terjadi pada lapisan dalam otot tapi dapat pula terjadi pada
lapisan subkutaneus. Dapat di temukan gambaran osifikasi
pada bagian perifer lesi pada minggu ke 23 pada foto rontgen.
Pada minggu ke 6 atau lebih osifikasi terlihat pada seluruh
daerah mulai dari perifer sampai ke bagian tengah lesi.
8) Tumor brown pada hiperparatiroid
18
Msekipun tumor brown merupakan manifestasi lanjut
patologik-radiologik dari suatu hiperparatiroidisme, tetapi
cukup penting untuk diketahui dan di kelompokan secara
terpisah. Isitlah tumor brown berasal dari warna tumor yang
mengandung osteoklas berwarna coklat. Tumor sel raksasa
juga di temukan pada penyakit paget dan tahap awal tumor sel
raksasa epifisis, sehingga terkadang agak sulit
membedakannya bila hanya berdasarkan penampakan luar
tumor.
9. Tumor Ganas Tulang Akibat Metastatis
Baik karsioma maupun sarcoma dapat bermetastasis ke tulang.
Metastasis karsinoma ke dalam tulang lebih sering di bandingkan
metastasis sarkoma. Lokasi tersering tumor ganas tulang akibat
metastasis adalah pada tulang belakang, tulang tengkorak, metafisis
humerus proksimal dan femur dan kadang-kadang pada tulang-tulang
tangan, lengan, tungkai bawah dan kaki.
Sel-sel tumor dapat mencapai tulang melalui dua cara yaitu
sirkulasi sistematik atau hubungan langsung antara vena sistemik dan
system vena tulang. Metastasis mungkin tidak memberikan gejala
untuk jangka waktu yang lama. Umumnya gejala yang muncul adalah
nyeri dan lemah dan sering di temukan adanya fraktur patologis.
Pada foto rontgen mungkin dapat di temukan adanya osteolitik atau
peningkatan densitas tulang setempat akibat reaksi antara sel kanker
dan tulang setempat. Osteolitik yang terjadi bersifat ireguler akibat
destruksi tulang yang terjadi. Pada foto rontgen juga di temukan
banyak gambaran punched out dalam berbagai ukuran.
C. Etiologi
19
Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya kanker tulang adalah
sebagai berikut:
1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2. Keturunan, contoh faktor genetika yang dapat meningkatkan resiko
kanker tulang adalah:
a. Multiple exostoses
b. Rothmund-Thomson sindrom
c. Retinoblastoma genetik
d. Li-Fraumeni sindrom
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit
paget (akibat pajanan radiasi ).
4. Trauma, sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak
mempunyai riwayat trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang
timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma,
semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
5. Infeksi, keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga
disebabkan oleh infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema
kronis akibat obstruksi, filariasis dapat menimbulkan
limfangiosrakoma.
D. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh
sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu
proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau
proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses
osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan kongenital, genetik, gender/ jenis kelamin, usia, rangsangan
fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia,
20
virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor.
Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor
jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh
karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan
dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor
ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh
menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan
seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang
terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis)
ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh
darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain.
Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat
merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi
terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel
yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel,
dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk
RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi
kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase
istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).
21
E. WOC
22
F. Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa
bervariasi tergantung pada jenis tumor tulangnya, namun yang paling
umum adalah nyeri. Tumor tulang lebih umum terjadi pada tulang yang
bentuknya panjang (lengan dan kaki), sehingga tempat-tempat tersebut
merupakan tempat yang paling sering merasakan nyeri.
Tidak semua tumor tulang bersifat ganas, melainkan ada juga yang
jinak. Nyeri tulang umumnya menunjukkan bahwa tumor tersebut adalah
jinak. Beberapa manifestasi klinis tumor tulang, antara lain:
1. Persendian yang bengkak dan inflamasi.
2. Patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh
Manifestasi klinis yang tidak spesifik seperti demam, menurunnya
berat badan, kelelahan yang hebat, dan anemia juga bisa menjadi gejala
tumor tulang, tapi bisa juga merupakan indikator penyakit lain.
G. Pemeriksaan Diagnostik atau Penunjang
1. Pemeriksaan Klinis
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam pemeriksaan
klinis ini antara lain:
a. Lokasi
Beberapa dari jenis tumor memiliki lokasi yang klasik dan
tempat-tempat predileksi tertentu seperti osteoblastoma di
verteba.
b. Besar, bentuk, batas, dan sifat tumor
Hal penting yang harus kita perhatikan adalah bentuk tumor
apakah disertai dengan pelebaran pembuluh darah atau ulkus yang
merupakan karakteristik suatu tumor ganas. Tanda-tanda
terjadinya efusi sendi mungkin dapat ditemukan pada tumor yang
berdekatan dengan sendi.
c. Gangguan pergerakan sendi
23
Tumor yang besar pada bagian sendi akan memberikan gangguan
pada pergerakan sendi.
d. Spasme otot dan kekakuan tulang belakang
Apabila tumor terdapat dibagian tulang belakang, baik itu jinak
ataupun ganas, dapat menyebabkan terjadinya spasme atau
kekakuan otot.
e. Fraktur patologis
Beberapa tumor ganas dapat menyebabkan komplikasi fraktur
patologis akibat kerapuhan pada tulang sehingga penderita akan
atang ke rumah sakit dengan fraktur.
2. Pemeriksaan Neurologis
Bila terjadi gejala gangguan neurologis pada penderita, maka
pemeriksaan neurologis perlu dilakukan secara cermat untuk
menentukan apakah gangguan ini timbul akibat penekanan tumor pada
saraf.
3. Pemeriksaan Radiologis
a. Radionuklida Scanning
Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk melihat lesi yang kecil
seperti osteoma.
b. CT- Scan
Pemeriksaan CT- Scan dapat memberikan informasi tentang
keberadaan tumor apakah intraoseus atau ekstraoseus.
c. MRI
MIRI dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumor
dalam tulang, tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan
lunak.
24
4. Pemeriksaan Laboraturium
a. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,
hemoglobin, serum alkali fosfatase, serum elektroforesis protein,
serum asam fosfatase yang memberikan nilai diagnostik pada
tumor ganas tulang.
b. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin yang paling penting dilakukan adalah
pemeriksaan protein Bence-Jones.
5. Pemeriksaan Biopsi
a. Biopsi Tertutup
Biopsi tertutup ini menggunakan jarum halus (fine needle
aspiration, FNA) untuk melakukan sitodiagnosa. Tindakan ini
merupakan salah satu cara biopsi untuk melakukan diagnosa pada
tumor. Tapi pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada tumor ganas
tumor primer lainnya.
b. Biopsi Terbuka
Tindakan dari biopsi terbuka seperti metode operatif yang memiliki
keunggulan yaitu dapat diambil jaringan yang lebih besar untuk
pemeriksaan histologik dan ultramikroskopik, mengurangi
kesalahan pengambilan jaringan dan mengurangi kecenderungan
perbedaan diagnostik tumor jinak dan tumor ganas seperti antara
enkondroma dan kondrosarkoma, osteoblastoma dan
osteosarkoma. Biopsi terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat
menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi berikutnya, misalnya
pada reseksi en-bioc.
1) Biopsi insisional, dilakukan melalui pengambilan sebagian
jarum tumor.
2) Biopsi eksisional, dilakukan dengan mengeluarkan seluruh
tumor baik dengan hanya seluruh jaringan tumor saja atau
dikeluarkan bersma-sama dengan anggota gerak (amputasi).
25
6. Mikroskop Elektron
Disamping pemeriksaan histopatologik dengan mikroskop
biasa,pemeriksaan juga dapat mempergunakan mikroskop elektron.
Pemeriksaan dengan mikroskop elektron mempunyai peran arti
diagnostik yang kecil dan biasanya untuk memberikan dukungan bila
diagnosis secara histologis mergukan,misalnya pada sel. Meloma
plasma dimana dibutuhkan identifikasi sel yang tepat.
H. Penatalaksanaan
1. Operasi atau Pembedahan
Kanker tulang umumnya diterapi dengan pembedahan.
Pembedahan dilakukan pada kanker yang belum menyebar dan
mengangkat jaringan kanker dan jaringan yang ada disekitarnya.
Eksisi tumor dengan cara operasi dapat dilakukan dengan beberapa
teknik.
a. Intralesional atau intrakapsuler
Tekinik ini dilakukan dengan cara eksisi/kuretase tumor,tidak
dilanjurkan pada tumor ganas dan biasanya dilakukan pada
kelompok tumor low grade tumour,misalnya giant cell tumor.
b. Eksisi marginal
Eksisi marginal adalah pengeluaran tumor diluar dari kapsulnya.
Teknik ini terutama dilakukan pada tumor jinak atau tumor ganas
jenis low grade malignancy .
c. Eksisi luas (eksisi en-bloc)
Pada eksisi luas,tumor dikeluarkan secara utuh disertai dengan
jaringan disekitar tumor yang berupa pseudo-kapsul atau jaringan
yang bereaksi diluar tumor. Tindakan eksisi luas dilakukan pada
tumor ganas dan biasanya dikombinasi dengan pemberian
kemoterapi atau radioterapi pada pre/pasca operasi.
d. Operasi radikal
26
Operasi radikal dilakukan seperti pada eksisi luas dan ditambahg
dengan pengeluaran seluruh tulang serta sendi dan jaringan sebagai
suatu bagian yang utuh. Cara ini biasanya berupa amputasi anggota
gerak diatasnya dan disertai pengeluaran sendi di atasnya.
2. Radioterapi
Terapi radiasi menggunakan energi radiasi tertentu untuk
mengecilkan tumor atau menghilangkan sel kanker. Terapi radiasi
bekerja dengan merusak DNA sel, sehingga sel tidak mampu
berkembang. Meskipun dapat merusak sel sehat yang ada disekitarnya,
sel kanker lebih sensitif terhadap radiasi dan akan mati saat diradiasi.
Sel sehat disekitarnya akan rusak karena radiasi, namun mereka akan
segera pulih
Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara untuk eradikasi
tumor-tumor ganas yang radiosensitif dan dapat juga sebagai
pengobatan awal sebelum tindakan operasi dilakukan. Kombinasi
radioterapi dapat pula diberikan bersama-sama dengan kemoterapi.
Radioterapi dilakukan pada keadaan-keadaan yang in-operable
misalnya ada metastatis atau keadaan lokal yang tidak memungkinkan
untuk tindakan operasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi ini sebagai pengobatan tambahan pada tumor ganas
tulang dan jaringan lunak. Obat kemoterapi bekerja dengan
menghilangkan sel-sel yang memiliki kecepatan dalam membelah diri,
seperti sel kanker. Obat-obat yang digunakan adalah metotreksat,
adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, sisplatinum. Dan kemoterapi ini
dilakukan pada pre/ pasca operasi.
27
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
1) Kelemahan dan/keletihan.
2) Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam
hari;adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri, anasietas, dan berkeringat malam.
3) Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.
4) Pekerjaan atau profesi dengan pemanjanan karsinogen.
5) Tingkat stress tinggi.
b. Sirkulasi
Gejala :
1) Palpitasi dan yeri dada pada aktivitas fisik berlebih.
2) Perubahan pada TD.
c. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan
cara mengatasi stress (misalnya merokok, minum alkohol,
menunda mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual)
Tanda : Kontrol depresi, menyangkal, menarik diri, dan marah.
d. Eliminasi
Gejala :
1) Perubahan pola defekasi,misalnya darah pada feses nyeri saat
defekasi.
2) Perubahan eliminasi urinearius missal nyei atau rasa terbakar
pada saat berkemih, misal nyeri atau rasa terbakar pada saat
berkemih,hematuria,sering berkemih.
Tanda : Perubahan bising usu, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala :
28
1) Kebiasaan diet buruk (missal rendah serat,tinggi lemak, aditif
bahan pengawet).
2) Anoreksia, mual/ muntah.
Tanda :
1) Perubahan pada berat badan (BB), penurunan BB hebat,
kakheksia, bekurangnya massa otot.
2) Perubahan pada kelemnapan/turgor kulit,edema.
f. Neurosensori
Gejala : Pusing; sinkope
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri yang bervariasi,missal kenyamanan ringan
sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
h. Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau,mariyuana, hidup dengan seseorang
yg merokok), dan pemajanan asbes.
i. Keamanan
Gejala :
1) Pemajanan pada kimia toksik,karsinogen.
2) Pemajanan matahari lama/berlebihan.
3) Demam.
Tanda : Ruam kulit,ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala :
1) Masalah seksual, misalnyaq dampak pada hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan.
2) Nuligravida lebih besar dari usia 30 thn.
3) Multigravida,pasangan seks multipell, aktivitas seksual dini
dan herpes genital.
29
k. Interaksi Sosial
Gejala :
1) Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung.
2) Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan dirumah,
dukungan atau bantuan.
2. Diagnosa Keperawatan
Di bawah ini akan diuraikan diagnosis keperawatan dari Doenges
(2000):
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker),
ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi
peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
b. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi
(kehilangan bagian tubuh, perubahan fungsi), perubahan gaya
hidup, penerimaan kemungkinan kematian klien.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan
bedah, efek kemoterapi, penurunan BB, impoten, nyeri tidak
terkontrol, kelehan tidak terkontrol, ragu tentang penerimaan, takut
atau kehilangan).
d. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf,
opstruksi jaringan saraf atau inflamasi, serta efek samping berbagai
agen terapi saraf.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan stasus
hipermetabolik, konsekuensi, kemotrapi, radiasi, pembedahan,
distre emosiona, keletihan atau kontrol nyeri buruk.
f. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
status hipermetabolik, kerusakan masukan cairan, kehilangan
cairan berlebihan (luka, selang indwelling).
g. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik (hipermetabolik), emosional berlebihan, efek obat-
obatan/kemoterapi.
30
h. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubumgan dengan pertahanan
sekunder tidak adekuat, malnutrisi, proses penyakit kronis, atau
prosedur invasif.
i. Risiko tinggi terjadi perubahan membran mukosa oral
berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi dan radiasi.
j. Risiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
efek radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status
nutrisi, atau anemia.
k. Risiko tinggi terjadi diare/konstipasi berhubungan dengan iritasi
mukosa GI, masukan cairan buruk,kurang latihan, penggunaan
opiat/narkotik.
l. Risiko tinggi perubahan pola seksualitas berhubungan dengan
perubahan fungsi/ struktur tubuh, sangat lelah, ketakutan/ansietas,
kurang privasi/orang terdekat.
m. Risiko tinggi perubahan proses keluarga berhubungan dengan
krisis situasi, perubahan peran/status ekonomi atau kehilangan
yang diantisipasi dari anggota keluarga.
n. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar tentang penyakit,
prognosis, dan kebutuhan perawatan) berhubungan dengan kurang
informasi, salah interpretasi informasi, mitos, tidak mengenal
sumber informasi, atau keterbatasan kognitif.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker),
ancaman/perubahan pada status kesehatan/ social ekonomi, fungsi
peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
Intervensi Rasional
1. Tinjauan ulang pengalaman
klien/orang terdekat sebelum
mengalami kanker.
1. Membantu dalam identifikasi rasa
takut dan kesalahan kopnsep
berdasarkan pada pengalaman dengan
kanker.
31
2. Dorong klien untuk menungkapkan
pikiran dan perasaannya.
3. Berikan lingkungan terbuka, dimana
klien merasa aman mendiskusikan
perasaan atau menolak untuk
berbicara
4. Pertahankan kontak sering dengan
klien. Berbicara dengan menyentuh
klien bila memungkinkan.
5. Sadari efek-efek isolasi pada klien
bila diperlukan untuk imunosupresi
atau implan radiasi. Batasi
penggunaan pakaian /masker isolasi
bila mungkin.
6. Berikan informasi akurat, konsisten
mengenai prognosis. Hindari
memperdebatkan tentang persepsi
klien terhadap situasi.
7. Berikan kesempatan klien untuk
mengekspresikann perasaan marah,
kecewa tanpa konfontasi. Berikan
informasi dimana perasaan tersebut
adalah normal dan diekspresikan
secara tepat.
2. Memberikan kesempatan untuk
mengidentifikasi rasa takut, realisasi
serta kesalahan konsep tentang
diagnosis.
3. Membantu klien untuk merasa
diterima apa adanya, kondisi tanpa
perasaan di hakimi dan meningkatkan
rasa terhormat dan control.
4. Memberikan keyakinan bahwa klien
tidak sendiri atau ditolak. Berikan
respek dan penerimaan individu,
mengembangkan kepercayaan.
5. Penyimpangan sensori dapat terjadi
bila nilai stimulasi yang cukup tidak
tersedia dan dapat memperberat
perasaan ansietas/takut.
6. Dapat menurun kan ansietas dan
memungkinkan klien membuat
keputusan/pilihan berdasarkan realita.
7. Dapat menurun kan ansietas dan
memungkinkan klien membuat
keputusan/pilihan berdasarkan realita.
32
b. Berduka antisipasi berhubungan dengan kehilangan yang
diantisipasi(kehilangan bagian tubuh,perubahan fungsi),perubahan
gaya hidup,penerimaan kemungkinan kematian.
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji klien/orang terdekat terhadap
persepsi berduka
2. Dorong pengungkapan
pikiran/masalah dan penerimaan
ekspresi kesedihan,marah,penolakan.
Akui normalitas perasaan ini.
3. Sadari timbulnya depresi yang
melelahkan. Tanyakan langsung pada
klien tentang status pikiran.
4. Tinjau ulang pengalaman hidup masa
lalu, perubahan peran, dan
keterampilan koping. Bicarakan
tentang sesuatu yang menarik
perhatian klien.
5. Identifikasi aspek positif dari situasi.
1. Pengetahuan tentang proses berduka
memperkuat normalitas
perasaan/reaksi terhadap apa yang di
alami dan dapat membantu klien
menghadapi situasi yang ada dengan
lebih efektif.
2. Klien merasa terdukung
mengekspresikan perasaan dengan
memahami bahwa konflik emosi yang
dalam dan sering adalah norma dan di
alami orang lain dalam situasi sulit
ini.
3. Penelitian menunjukan bahwa
beberapa klien kanker beresiko tinggi
terhadap bunuh diri. Mereka secara
khusus rentan bila baru didiagnosis
dan/ atau pulang kerumah.
4. Kesempatan untuk mengidentifikasi
keterampilan yang dapat membantu
individu menghadapi berduka
terhadap situasi baru secara lebih
efektif.
5. Kemungkinan remisi dan progresi
lambat dari penyakit dan/atau terapi
33
6. Perhatikan bukti konflik, ekspresi
marah dan pernyataan kecewa, rasa
bersalah, putus asa, perasaan hidup
tidak berguna.
Kolaborasi
7. Rujuk Pada konselor yang tepat
sesuai kebutuhan (perawat klinik
psikiatri, pekerja social, psikologi).
8. Rujuk pada program komunitas bila
tepat
baru dapat menurunkan harapan pada
masa depan.
6. Konflik interpersonal/perilaku marah
mungkin cara-cara klien dalam
mengekspresikan/menghadapi
perasaan kecewa/distress spiritual dan
dapat menandakan ide bunuh diri.
7. Dapat membantu untuk
menghilangkan disters atau mengatasi
perasaan berduka untuk memudahkan
koping dan mengembangkan
pertumbuhan.
8. Memberikan dukungan dalam
pemenuhan kebutuhan fisik dan
emosional klien/rang terdekat, dan
menambahkan perawatan keluarga
dan teman yang dapat diberikan.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan
bedah, efek kemoterapi, penurunan BB,impoten, nyeri tidak
terkontrol, kelelahan berlebihan atau sterilitas, psikososial
(ancaman kematian, perasaan kurang terkontrol, ragu tentan
penerimaan, takut atau kehilangan).
Intervensi Rasional
34
1. Diskusikan dengan klien/orang
terdekat bagaimana diagnosis
pengobatan yang memengaruhi
kehidupan pribadi klien dan aktivitas
kerja.
2. Dorong klien untuk mendiskusikan
tentang masalah efek
kanker/pengobatan pada peran
sebagai ibu rumah tangga, orang tua,
dan sebagainya.
3. Akui kesulitan yang mungkin dialami
klien. Berikan informasi bahwa
konseling sering perlu dan penting
dalam proses adaptasi.
4. Evaluasi dtruktur pendukung yang
ada dan digunakan oleh klien/orang
terdekat.
5. Gunakan sentuhan selama interaksi,
bila dapat diterima klien dan
pertahankan kontak mata.
Kolaborasi
6. Rujuk pada program kelompok
pendukung (bila ada).
7. Rujuk pada konseling professional
bila diindikasikan.
1. Membantu dalam memastikan
masalah untuk memulai proses
pemecahan masalah.
2. Dapat membantu menurunkan
masalah yang memengaruhi
penerimaan pengobatan atau
merangsang kemajuan penyakit.
3. Memvalidasi realita perasaan dan
memberikan izin untuk melakukan
tindakan apapun perlu dalam
mengatasi apa yang terjadi.
4. Membantu merencanakan perawatan
saat di rumah sakit dan setelah
pulang.
5. Memastikan individualitas dan
penerimaan penting dalam
menurunkan perasaan klien tentang
ketidakamannan dan keraguan diri.
6. Kelompok pendukung biasanya
sangat menguntungkan baik untuk
klien/orang terdekat, memberikan
kontak dengan klien lain dengan
kanker pada berbagai tingkatan
pengobatan dan/atau pemulihan.
7. Mungkin diperlukan untuk memulai
dan mempertahankan sturktur
psilkososial positif bila sistem
35
ng
pendukung klien/orang terdekat
terganggu.
d. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf,
obstruksi jaras saraf atau inflamasi serta efek samping berbagai
agen terapi saraf.
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri, missal lokasi nyeri,
frekwensi, durasi, dan itensitas (skala
1-10), serta tindakan penghilang nyeri
yang digunakan.
2. Evaluasi terapi tertentu, missal
pemidahan, radiasi, kemoterapi,
bioterapi. Ajarkan pada klien/orang
terdekat apa yang diharapkan.
3. Peningkatan kenyamanan dasar
(missal teknik relaksasi, visualisasi,
bimbingan imajinasi) dan aktivitas
hiburan (missal music, televise).
4. Dorongan penggunaan keterampilan
managemen nyeri (missal teknik
relaksasi, visualisasi, bimbingan
imajinasi), tertawa, music, dan
sentuhan terapeutik.
5. Evaluasi penghilang nyeri/control.
1. Informasi memberikan data dasar
untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi.
2. Ketidaknyamanan adalah umum,
(missal nyeri insisi, kulit terbakar,
nyeri punggung bawah, sakit kepala),
tergantung pada prosedur yang
digunakan.
3. Meningkatkan relaksasi dan
membantu memfokuskan kembali
perhatian.
4. Memungkinkan klien untuk
berpartisipasi secara aktif dan
meningkatkan rasa kontrol.
36
Kolaborasi
6. Kembangkan rencana manajemen
nyeri bersama klien dan tim medis.
7. Berikan analgesic sesuai indikasi,
misalnya : morfin, metadon, atau
campuran narkotik IV khusus.
PAstikan hal tersebut hanya untuk
memberikan analgesic dalam sehari.
Ganti dari analgesik dalam sehari.
Ganti dari analgesic kerja pendek
menjadi kerja panjang bila ada
indikasi.
8. Berikan nutrisikan penggunaan Patient
Controlled Analgesia (PCA) dengan
tepat.
9. Siapkan/bantu prosedur, misalnya :
blok saraf, kordotomi, dan mielotomi
komisura.
5. Tujuannya adalah control nyeri
maksimum dengan pengaruh
minimum pada aktivitas kegiatan
sehari-hari (AKS).
6. Rencana terorganisasi
mengembangkan kesempatan untuk
control nyeri. Terutama dengan nyeri
kronis, klien/orang terdekat harus
aktif menjadi partisipan dalam
manajemen nyeri di rumah.
7. Nyeri adalah komplikasi tersering
dari kanker, meskipun respon
individu berbeda. Saat perubahan
penyakit/pengobatan terjadi,
penilaian dosis dan pemberian akan
diperlukan.
8. Analgesik dikontrol klien sehingga
pemberian obat tepat waktu,
mencegah fluktuasi pada intensitas
nyeri. Sering diberikan dengan dosis
total rendah melalui metode
konvensionaal.
9. Mungkin digunakan pada nyeri berat
yang tidak berspon pada tindakan
lain.
37
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik, konsekuensi, kemoterapi, radiasi, pembedahan,
distress emosional, keletihan, atau control nyeri buruk.
Intervensi Rasional
1. Pantau intake makanan setiap hari,
biarkan klien menyimpan buku harian
tentang makanan sesuai indikasi.
2. Ukur tinggi badan(TB), berat badan
(BB), dan ketebalan lipatan kulit,
triseps atau dengan antroprometrik
lainnya. Pastikan jumlah penurunan
berat badan saat ini.
3. Dorong klien untuk makan dengan
diet tinggi kalori kaya nutrient,
dengan intake cairan yang adekuat.
Dorong penggunaan suplemen dan
makan sedikit tapi sering.
4. Nilai diet sebelum dan setelah
pengobatan, missal makanan, cairan
dingin, bubur saring, roti, creackers,
minuman berkabonat. Berikan cairan
satu jam sebelum atau sesudah
makan.
5. Kontrol faktor lingkungan, missal
bau/tidak sedap atau bising. Hindari
makanan terlalu manis, berlemak atau
makan pedas.
1. Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi
nutrisi
2. Membantu dalam identifiksi
malnutrisi protein-kalori, khususnya
bila BB dan pengukuran
antroprometik kurang dari normal.
3. Kebutuhan metabolic jaringan
ditingkatkan, begitu juga cairan
(untuk menghilagkan produk sisa).
Suplemen berguna untuk
mempertahankan masukan kalori dan
protein.
4. Efektifitas penilaian diet saat
individual mengurangi mual pasca
terapi. Klien harus mencoba untuk
menemukan solusi/kombinasi terbaik.
5. Dapat meningkatkan respon
mual/muntah.
38
6. Dorong penggunaan teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan imajinasi,
latihan saat atau sebelum makan.
Kolaborasi
7. Tinjau ulang pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi, misalnya
: jumlah limfosit total, transferin
serum, dan albumin.
8. Berikan obat-obat sesuai indikasi:
a. Fenotiazin
b. b. Kortikosteroid
c. c Vitamin, khususnya A, D, E, dan B6
d. d. Antasid
9. Rujuk pada ahli diet.
10. Pasang/pettahankan selang
6. Dapat mencegah
timbulnya/menurunkan beratnya
mual, penurunan anoreksia, dan
memungkinkan klien meningkatkan
masukan oral
7. Membantu mengidentifikasi derajat
ktidakseimbangan
biokimia/malnutrisi dan
mempengaruhi pilihan intervensi diet.
8. Obat-obat sesuai indikasi:
a. a. Umumnya antiemetic bekerja untuk
memengaruhi stimulasi pusat muntah dan
kemoreseptor mentriger agen, juga bertindak
secara perifer untuk menghambat peristaltic.
b. b. Terapi kombinasi, misalnya : torecan
dengan decadron atau valium sering kali
lebih efektif dari pada agen tunggal.
c. c. Mencegah kekurangan karena penuruna
absorpsi vitamin larut dalam lemak.
d. d. Meminimalkan iritasi lambung dan
mengurangi risiko ulserasi mukosa.
9. Memberikan rencana diet khusus
untuk memenuhi kebutuhan individu
dan menurunkan masalah terkait
dengan malnutrisi protein/kalori dan
defisiensi mikronutrien.
10. Malnutrisi berat (kehilangan BB 25-
39
(NGT)/enteral, atau jalur sentral
untuk hiperalimentasi parenteral bila
ada indikasi.
a.
30 % dalam dua bulan ), atau klien
dipuaskan selama lima hari dan tidak
mungkin untuk mampu makan selama
dua minggu, pemberian makan per
selang (NGT) mungkin perlu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
f. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan status
hipermetabolik, kerusakan masukan cairan berlebihan (selang
indwelling).
Intervensi Rasional
1. Pantau masukan dan keluaran berat
jenis, masukan semua sumber
keluaran, missal muntah, diare, luka
basah. Hitung keseimbangan cairan 24
jam.
2. Timbang berat badan sesuai indikasi
3. Pantau tanda vital, evaluasi nadi
perifer, dan pengisian kapiler.
4. Kaji turgor kulit dan kelmbaban
membrane mukosa. Perhatikan
keluhan haus.
5. Dorong peningkatan masukan cairan
sampai 3000 mL/hari sesuai toleransi
1. Keseimbangan cairan negative yang
terus-menerus dapat menurunkan
haluaran renal dan konsentrasi urin.
Hal ini menunjukkan terjadinya
dehidrasi dan perlunya peningkatan
penggantian cairan.
2. Pemngukuran sensitive terhadap
fluktiuasi keseimbangan cairan.
3. Menunjukkan keadekuatan volume
sirkulasi.
4. Indikator tidak langsung dari status
hidrasi/derajat kekurangan.
5. Membantu dalam memelihara
kebutuhan cairan dan menurunkan
resiko efek samping yang
membahayakan, missal sistitis
40
individu.
6. Observasi kecenderungan perdarahan,
misalny : rembesan dari membrane
mukosa, sisi pungsi ; adanya ekimosis
atau petekie.
7. Minimalkan fungsi vena. Dorong klien
untuk mempertimbangkan
penempatan kateter vena sentral.
8. Hindari trauma dan pemberian
tekanan dapa sisi pungsi
Kolaborasi
9. Berikan cairan IV sesuai indikasi.
10. Berikan terapi antiemetik.
11. Pantau pemeriksaan laboratorium,
misalnya : darah lengkap, elektrolit,
albumin serum
hemoragi pada klien yang mendapat
siklofosfamid (cytoxan).
6. Identifikasi dini terhadap masalah
yang dapat terjadi sebagai akibat
kanker dan/atau terapi dan
memungkinkan untuk intervensi
segera
7. Menurunkan risiko hemoragi dan
infeksi berkenaan dengan pungsi
vena berulang.
8. Mengurangi risiko terhadap
perdarahan/pembentukan hematoma
9. Diberikan untuk hidrasi umum serta
mengencerkan obat antineoplastik
dan mengurangi efek samping yang
merugikan, misalnya : mual/muntah,
nefrotoksitas.
10. Penghilang mual/muntah
menurunkan kehilangan gastrik dan
memungkinkan pemasukan oral.
11. Memberikan informasi tentang
tingkat hidrasi dan kekurangan yang
menyertai
g. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energy
metabolic (hipermetabolik) emosional berlebihan, efek obat-
obatan/kemoterapi.
41
Intervensi Rasional
1. Rencanakan perawatan untuk
memungkinkan periode istirahat.
Jadwalkan aktivitas periodic bila
klien mempunyai energy yang
banyak. Libatkan klien/orang terdekat
dalam jadwal perencanaan.
2. Buat tujuan aktivitas realistis dengan
klien.
3. Dorong klien untuk melaksanakan
apa saja bila mungkin, missal mandi
duduk, bangun dari kursi, berjalan.
Tingkatkan aktivitas sesuai
kebutuhan.
4. Pantau respon fisiologis terhadap
aktivitas, missal perubahan TD atau
frekuensi jantung dan pernafasan.
5. Dorong masukan nutrisi.
Kolaborasi
‘6. Berikan Oksigen suplemen sesusai
indikasi
7. Rujuk pada terapi fisik/okupasi.
1. Periode istirahat sering diperlukan
untuk memperbaiki/menghemat
energy. Perencanaan akan
memungkinkan klien menjadi aktif
selama tingkat energi lebih tinggi,
yang dapat memperbaiki perasaan
sejahtera dan rasa control
2. Memberikan rasa kontrol dan
perasaan mampu menyelesaikan.
3. Meningkatkan kekuatan atau
staminadan menjadikan klien lebih
aktif tanpa kelelahan yang berarti
4. Toleransi sangat bervariasi
bergantung pada tahap proses
penyakit, status nutrisi, keseimbanagn
cairan, dan reaksi terhadap aturan
terapeutik.
5. Masukan nutrisi yang adekuat perlu
untuk memenuhi kebutuhan energy
selama aktivitas.
6. Adanya anemia/hipoksemia
menurunkan ketersediaan Oksigen
untuk ambilan seluler dan
memperberat keletihan
7. Latihan yang terprogram setiap hari
dan aktivitas membantu klien
mempertahankan atau meningkatkan
42
kekuatan dan tonus otot,
meningkatkan rasa sejahtera.
h. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahan
sekunder tidak adekuat, malnutrisi, proses penyakit kronis atau
prosedur invasive.
Intervensi Rasional
1. Tingkatkan prosedur mencuci tangan
yang baik dengan staff dan
pengunjung sebelum dan setelah
bersentuhan dengan klien. Batasi
pengunjung yang mengalami infeksi.
Tempatkan klien pada isolasi sesuai
indikasi.
2. Tekanan hygene personal
3. Pantau suhu
4. Kaji semua sistem, missal kulit,
pernafasan, genitourineria dari adanya
gejala/tanda infeksi secara kontinu
5. Ubah posisi dengan sering,
pertahankan kl;ien kering dan bebas
kerutan
6. Tingkatkan istirahat yang cukup
dengan periode latihan
1. Lindungi klien dari sumber-sumber
infeksi, seperti pengunjung dan staf
yang mengalami ISK
2. Mengurangi risiko infeksi dan/atau
pertumbuhan sekunder
3. Peningkatan suhu terjadi karena
berbagai faktor, missal efek samping
kemoterapi, proses penyakit atau
infeksi. Identifikasi dini proses
infeksi memungkinkan terapi yang
tepat untuk dimulai dengan segera
4. Pengenalan dini dan intervensi
segera dapat mencegah progresi
pada situasi/sepsis yang lebih serius
5. Menurunkan tekanan dan iritasi pada
jaringan dan mencegah kerusakan
kulit
6. Membatasi keletihan, mendorong
gerakan yang cukup untuk
mencegah komplikasi stasis,
misalnya : pneumonia, dekubitus,
dan pembentukan thrombus.
43
7. Tekankan pentingnya oral hygiene
yang baik.
8. Hindari/batasi prosedur invasif. Taati
teknik aseptic
Kolaborasi
9. Pantau Jumlah Darah Lengkap (JDL)
dengan SDP difresial dan jumlah
granulosit dan trombosit sesuai
indikasi.
10. Dapatkan kultur sesuai indikasi
11. Berikan antibiotik sesuai indikasi
7. Terjadinya somatitis meningkatkan
risiko terhadap infeksi/pertumbuhan
sekunder
8. Menurunkan risiko kontaminasi,
membatasi masuknya agen
infeksius.
9. Aktivitas sumsum tulang dihambat
oleh efek kemoterapi, status
penyakit, atau terapi radiasi.
10. Menidentifikasi organisme penyebab
dan terapi yang tepat
11. Mungkin digunakan untuk
mengidentifikasi infeksi atau
diberikan secara profilaktik pada
klien imunosupresi
i. Resiko tinggi terjadi perubahan membrane mukosa oral
berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi dan radiasi
Intervensi Rasional
1. Kaji kesehatan gigi dan oral hygene
secara periodic
2. Diskusikan dengan klien tentang area
yang memerlukan perbaikan dan
demonstrasikan metode untuk
perawatan oral yang baik.
1. Mengidentifikasi pengobatan
profilaksis yang mungkin diperlukan
sebelum memulai kemoterapi atau
radiasi dan memberikan data dasar
pada perawatan oral hygene.
2. Perawatan mulut yang baik penting
selama pengobatan untuk mengontrol
komplikasi stomatitis.
44
3. Dorong masukan nutrisi sesuai
toleransi individu.
4. Instruksikan mengenai perubahan
diet, missal hindari makanan panas
atau pedas, jus anjurkan penggunaan
sedotan, mencerna makanan lembut
atau diblender, permen, dan es krim
sesuai toleransi.
5. Kaji rongga mulut setiap hari,
perhatikan perubahan pada integritas
membran mukosa oral, seperti :
kering, kemerhan.
Kolaborasi
6. Rujuk pada dokter gigi sebelum
kemoterapi atau radiasi kepala/leher.
7. Kultur lesi oral yang dicurigai
8. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
A . Pencuci analgesic, jeli lidokain
topical (xylocaine)
B . Preparat pencuci mulut
antimicrobial, misalnya nistatin
(mycostatin).
3. Hidrasi adekuat membantu
mempertahankan kelembaban
membrane mukosa.
4. Stomatitis berat dapat mempengaruhi
masukan nutrisi dan cairan yang
meninggalkan keseimbangan nitrogen
negative atau dehidrasi. Modifikasi
klien dapat membuat makanan lebih
mudah untuk ditelan dan merasa sejuk
5. Inflamasi mukosa oral (stomatitis)
secara umum terjadi 7-14 hari setelah
mulainya pengobatan, tetapi tanda
lainnya mungkin terlihat paling dini
hari ketiga sampai keempat,
khususnya bila ada masalah oral
sebelumnya.
6. Pemeriksaan profilaktik dan
perbaikan sebelum terapi menurunkan
risiko infeksi.
7. Mengidentifikasi organism penyebab
infeksi oral, dan mengarahkan terapi
obat yang tepat.
8. Obat-obat sesuai indikasi :
A . Program analgesia agresif
mungkin diperlukan untuk
menghilangkan nyeri hebat.
B . Mungkin diperlukan untuk
mengatasi/mencegah infeksi oral
45
sekunder, seperti : kandida,
pseudomonas, herpes simpleks
j. Risiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit/jaringan
berhubungan dengan efek radiasi, kemoterapi, perubahan
imunologis, perubahan status nutrisi atau anemia.
Intervensi Rasional
1. Kaji kulit dengan sering terhadap
efek samping terapi kanker.
Perhatiakn kerusakan/lambatnya
penyembuhan luka. Tekankan
pentingnya melaporkan area terbuka
pada pemberi perawatan.
2. Mandikan klien dengan air hangat
dan sabun ringan.
3. Dorong klien untuk menghindari
menggaruk dan menepuk kulit yang
kering.
4. Ubah posisi dengan sering
5. Hindari menggaruk dan
menggunakan lotion atau deodorant,
hindari memberikan padas atau
menusahakan mencuci tanda/tato
yang ada di kulit sebagai identifikasi
area iradiasi.
1. Efek kemerahan dapat terjadi pada
area radiasi (kekeringan dan pruritus),
deskuamasi lembab (lepuh), ulserasi,
kehilangan rambut, kehilangan
dermis, dan kelenjar keringat juga
dapat terlihat. Reaksi ruam alergi,
hiperpigmentasi, pruritus, dan
alopesia dapat terjadi akibat agen
kemoterapi
2. Mempertahankan kebersihan tanpa
mengiritasi kulit.
3. Membantu mencegah friksi/trauma
kulit
4. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah
tekanan pada kulit/jaringan yang tidak
perlu.
5. menimbulkan atau bahkan
mempengaruhi pemberian radiasi
6. Kulit sangat sensitive sesaat atau
46
6. Anjurkan menggunakan pakaian yang
lembut dan longgar
7. Cuci kulit segera dengan sabun dan
air agen antineoplastik yang tercecer
pada kulit yang tidak terlindungi.
8. Informasikan klien bahwa bila terjadi
alopesia, rambut dapt tumbuh
kembali setelah kemoterapi selesai.
Kolaborasi
9. Berikan antidote yang tepat bila
terjadi eksaserbasi, misalnya :
A . DMSO topical
B . Hialuronidasi (wydase)
C . NaHCO3
D . Tiosulfat
10. Berikan salep topikal, misalnya :
sulfadiazine perak (silvaene) dengan
tepat.
11. Berikan kompres es/hangat per
protokal
setelah pengobatan, dan semua iritasi
harus dihindari untuk mencegah
cedera termal
7. Mengencerkan obat untuk
menurunkan risiko iritasi kulit/luka
bakar kimia
8. Pedoman antisipasi dapat membantu
penilaia/persiapan untuk kehilangan
rambut.
9. Mengurangi kerusakan jaringan local
10. Digunakan untuk mencegah
infeksi/memudahkan penyembuhan
bila terjadi luka bakar kimia
(ekstravasasi)
11. Intervensi kontroversional tergantung
pada tipe agen yang digunakan
k. Resiko tinggi terjadi diare/konstipasi berhubungan dengan iritasi
mukosa GI, masukan cairan buruk, kurang latihan, penggunaan
opiate/narkotik.
Intervensi Rasional
1. Pastikan kebiasaan eliminasi umum 1. Sebagai data dasar untuk evaluasi
47
klien
2. Kaji bising usus dan catat gerakan
usus termasuk frekwensi, konsistensi
(terutama 3-5 hari pertama terapi
alkaloid vinca).
3. Pantau intake dan output serta berat
badan.
4. Dorong asupan cairan yang adekuat,
missal 2000mL/24jam, peningkatan
serat dan latihan.
5. Berikan makan sedikit tapi sering
dengan makanan rendah sisa,
mempertahankan kebutuhan protein
dan karbohidat (missal telur, sereal,
dan sayur di blender).
6. Pastikan diet yang tepat, hindari
makanan tinggi lemak, makanan tinggi
serat, mkanan yang menyebabkan
diare dan gas, makanan tinggi kafein,
serta makanan yang sangat
panas/dingin.
7. Pantau adanya infeksi bila tidak ada
distensi abdomen, kram, dan sakit
kepala
2. Mendefinisikan masalah, missal
diare, konstipasi. Konstipasi adalah
salah satu manifestasi termudah dari
neurotoksisitas.
3. Dehidrasi, penurunan berat badan,
dan ketidakseimbangan elektrolit
adalah komplikasi dari daire.
Ketidakadekuatan masuka cairan
dapat menimbulkan konstipasi
4. Dapat menurunkan konstipasi
dengan memperbaiki konsistensi
feses dan merangsang perilstatik, dan
dapat mencegah diare/dehidrasi.
5. Mengurangi iritasi gaster. Makanan
rendah serat dapat menurunkan
iritabilitas dan memeberikan istirahat
pada usus bila ada diare.
6. Stimulan GI yang dapat
meningkatkan motilitas/frekuensi
defekasi
7. Intervensi lanjut/perawatan usus
alternative mungkin diperlukan.
48
Kolaborasi
8. Pantau hasil laboratorium.
9. Berikan cairan IV (IVFD).
10. Berikan agen antidiare.
11. Pelunak feses, laksatif, enema sesuai
indikasi.
8. Ketidakseimbangan elektrolit
mungkin mengubah funsi GI.
9. Mencegah dehidrasi, mengencerkan
agen kemoterapi untuk mengurangi
efek samping
10. Diindikasikan untuk diare yang
berat.
11. Penggunaan profilaktik dapat
mencegah komplikasi lanjut pada
beberapa klien.
l. Risiko tinggi perubahan pola seksualitas berhubungan dengan
perubahan fungsi/struktur tubuh, sangat lelah, ketakutan/asietas,
kurang privasi/orang terdekat.
Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan klien/orang
terdekat mengenai sifat seksualitas
dan reaksinya bila ini berubah atau
terancam. Berikan informasi tentang
normalitas masalah-masalah tersebut,
dan banyak orang perlu bantuan untuk
proses adaptasi.
2. Jelaskan efek samping pengobatan
kanker yang memengaruhi seksualitas.
3. Berikan waktu khusus untuk klien.
Mintalah izin (ketuk pintu) sebelum
masuk.
1. Pengakuan legitimasi tentang
masalah. Seksualitas cara pria dan
wanita memandang diri sendiri dan
bagaimana mereka
menyampaikannya diantara mereka.
2. Pedoman antisipasi dapat membantu
klien dan orang terdekat dalam
memulai proes adaptasi.
3. Kebutuhan seksualitas tidak berakhir
karena klien dirawat. Kebutuhan
keintiman berlanjut dan sikap
terbuka serta menerima untuk
ekspresi kebutuhan tersebut adalah
49
penting.
m. Risiko tinggi perubahan proses keluarga berhubungan dengan
krisis situasi, perubahan peran/status ekonomi atau kehilangan
yang diantisipasi dari anggota keluarga.
Intervensi Rasional
1. Perhatikan komponen keluarga,
adanya keluarga besar dan orang lain,
missal teman/tetangga
2. Identifikasi pola komunikasi dalam
keluarga dan pola interaksi antara
anggota keluarga
3. Kaji harapan/peran dari anggota
keluarga dan dorong diskusi tentang
hal tersebut.
4. Kaji arah energi, missal upaya
resolusi/pemecahan masalah sesuai
tujuan
5. Perhatikan keyakinan budaya/religious
6. Dengarkan ekspresi ketidakberdayaan
1. Membantu untuk mengetahui siapa
yang ada untuk membantu
perawatan/memberikan dukungan,
dan
memberikan dorongan bila
diperlukan.
2. Memberikan informasi tentang
efektifitas komunikasi dan
mengidentifikasi masalah yang
memengaruhi kemampuan keluarga
untuk membantu klien dan menilai
positif diagnosis/pengobatan kanker
3. Setiap orang dapat melihat situasi
dengan cara mereka sendiri, dan
identifikasi dengan jelas serta
pembagian harapan ini
meningkatkan pemahaman
4. Memberikan petunjuk tentang
intervensi yang mungkin tepat untuk
membantu klien dan keluarga dalam
mengarahkan energi yang efektif.
5. Memengaruhi reaksi klien/orang
terdekat serta penilaian terhadap
diagnosis, pengobatan, dan akibat
dari kanker.
6. Perasaan tidak berdaya dapat
50
7. Hadapi anggota keluarga dengan cara
yang hangat, perhatian, dan
menghargai
8. Dorong ekspresi yang tepat tentang
marah tanpa reaksi negatif pada
mereka
9. Akui kesulitan situasi, misalnya :
diagnosis dan pengobatan kanker, seta
kemungkinan kematian
10. Identifikasi dan dorong penggunaan
perilaku koping yang berhasil
sebelumnya
11. Tekankan pentingnya kontinu antara
anggota keluarga
Kolaborasi12. Rujuk pada kelompok pendukung, dan
lakukan terapi keluarga sesuai
indikasi.
memperberat kesulitan menilai
diagnosis kanker dan kerja sama
dalam pengobatan
7. Memberi perasaan empati dan
meningkatkan rasa harga diri
individu serta kemampuan untuk
mengatasi situasi saat ini.
8. Perasaan marah diharapkan bila
individu menghadapi kesulitan/risiko
penyakit menjadi fatal dari kanker
9. Mengomunikasikan penerimaan
realitas klien/keluarga
10. Umumnya orang telah
mengembangkan keterampilan
koping efektif yang dapat bermanfaat
dalam menghadapi situasi baru.
11. Meningkatkan pemahaman dan
membantu anggota keluarga untuk
mempertahankan komunikasi jelas
dan mengatasi masalah dengan
efektif
12. Mungkin perlu bantuan tambahan
untuk mengatasi masalah
disorganisasi yang dapat menyertai
diagnosis dari risiko penyakit
terminal (kanker).
51
n. Kurang pengetahuan( kebutuhan belajar tentang penyakit,
prognosis, dan kebutuhan perawatan) berhubungan dengan kurang
informasi, salah interpretasi informasi, mitos, tidak mengenal
sumber informasi atau keterbatasan kognitif.
Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang dengan klien/orang
terdekat tentang pemahaman
diagnosis, alternative pengobatan, dan
sifat harapan.
2. Tentukan persepsi klien tentang
kanker dan pengobatan kanker,
tanyakan pengalaman
sebelum/sesudah menderita kanker
atau pengalaman orang lain tentang
kanker.
3. Berikan informasi yang jelas dan
akurat. Jawab pertanyaan secara
khusus, tetapi tidak memaksakan
detail-detail yang tidak penting.
4. Berikan pedoman antisipasi pada
klien/orang terdekat mengenai
pengobatan, kemungkinan efek
samping. Bersikap jujur kepada klien.
1. Memvalidasi tingkat pemahaman
saat ini, mengidentifikasi kebutuhan
belajar, dan memberikan dasar
pengetahuan di mana klien membuat
keputusan berdasarkan informasi.
2. Membantu identifikasi ide, sikap,
rasa takut, kesalahan konsepsi, dan
kesenjangan pengetahuan tentang
kanker.
3. Membantu penilaian diagnosis
kanker, memberikan informasi yang
diperlukan. Kecepatan dan metode
pemberian informasi perlu diubah
agar mengurangi ansietas klien dan
meningkatkan kemampuan untuk
mengasimilasi informasi.
4. Klien mempunyai hak untuk tahu
dan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan. Informasi
yang akurat dan detail membantu
menghilangkan rasa takut dan
ansietas, mengklarifikasi rutinitas
yang diharapkan, dan
memungkinkan klien
52
5. Minta umpan balik verbal klien, dan
perbaiki kesalahan konsep tentang tipe
kanker individu dan pengobatan.
6. Nyatakan secara normal keterbatasan
yang akan dialami (bila ada), misalnya
: membatasi pemajana sinar matahari,
masukan alkohol, kehilangan waktu
kerja karena pengobatan di rumah
sakit.
7. Berikan materi tertulis tentang kanker,
pengobatan, dan ketersediaan system
pendukung
8. Tinjau ulang aturan pengobatan
khusus dan penggunaan obat yang di
jula bebas.
9. Beri tahu kebutuhan perawatan khusus
di rumah, misalnya: kemampuan
untuk hidup sendiri, melakukan
prosedur/pengobatan yang diperlukan.
10. Anjurkan meningkatkan masukan
cairan dan serat dalam diet serta
latiahn teratur.
11. Dorong variasi diet serta pengalaman
dalam perencanaan makan
mempertahankan beberapa derajat
kontrol.
5. Kesalahan konsep tentang kanker
lebih mengganggu daripada
kenyataan dan mempengaruhi
penguatan/penurunan penyembuhan.
6. Bila pembatasan diperlukan,
memungkinkan klien/orang terdekat
mulai menempatkan diri mereka
pada perspektif dan rencana/adaptasi
sesuai indikasi.
7. Ansietas dan berpikir terus-menerus
dengan pikiran tentang kehidupan
dan kematian sering mempengaruhi
kemampuan klien untuk
mengasimilasi informasi adekuat
8. Meningkatkan kemampuan untuk
mengatur perawatan diri dan
menghindari risiko komplikasi,
reaksi/interaksi obat.
9. Memberikan informasi mengenai
perubahan yang doperlukan dalam
rencana memenuhi kebutuhan
terapeutik
10. Memperbaiki konsistensi feses dan
merangsang peristaltik.
11. Kreativitas dapat meningkatkan
keinginan dan masukan makanan,
khususnya bila makanan protein
53
12. Berikan buku masak yang didesain
untuk klien kanker.
terasa lebih pahit
12. Membantu dalam memberikan
menu/ide bumbu khusus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
54
Tumor tulang adalah kelainan pada sistem muskuloskletal yang
bersifat neoplastik. Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor tulang
dapat bersifat primer yang berasal dari unsur-unsur tulang sendiri atau
sekunder dari metastasis (infiltrasi) tumor-tumor ganas organ lain ke
dalam tulang (Rasjad,2007). Tumor tulang merupakan kelompok tumor
tulang yang ganas. Keganasan tulang dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu tumor benigna dan maligna. Angka kejadian dari seluruh tumor
tulang primer terdapat 65,8% bersifat jinak dan 34,2% bersifat ganas.
Tumor jinak primer tulang yang paling sering ditemukan adalah osteoma
39,3%, osteokondroma 32,5%, kondroma 9,8%, dan sisanya adalah tumor
tulang jinak yang lain.
Selain itu, ditemukan juga angka kejadian untuk kasus osteogenik
sarkoma 48,8% yang merupakan tumor ganas primer tulang yang paling
banyak ditemukan. Serta diikuti juga oleh giant cell tumor 17,5%,
kondrosarkoma 10%, dan sisanya adala tumor tulang ganas lainnya.
Beberapa manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa
bervariasi tergantung pada jenis tumor tulangnya, namun yang paling
umum adalah nyeri. Tumor tulang lebih umum terjadi pada tulang yang
bentuknya panjang (lengan dan kaki), sehingga tempat-tempat tersebut
merupakan tempat yang paling sering merasakan nyeri
B. Saran
1. Bagi perawat
Selalu siap dan tanggap dalam memberikan pelayanan kepada klien.
Agar masalah yang dialami klien dapat teratasi dan meningkatkan
status kesehatan klien ke level yang optimal.
54
55
2. Bagi mahasiswa
Lebih menumbuhkan semangat untuk belajar, mencari tahu apa yang
tidak diketahui, bertanya jika tidak mengerti, mengasah keterampilan
dalam melakukan tindakan, dan lain- lain.
3. Bagi penulis berikutnya
Perbanyak referensi yang membahas tentang kasus ini.