bab ii

85
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker tulang merupakan kelompok tumor tulang yang ganas. Keganasan tulang dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu tumor benigna dan maligna. Angka kejadian dari seluruh tumor tulang primer terdapat 65,8% bersifat jinak dan 34,2% bersifat ganas. Tumor jinak primer tulang yang paling sering ditemukan adalah osteoma 39,3%, osteokondroma 32,5%, kondroma 9,8%, dan sisanya adalah tumor tulang jinak yang lain. Selain itu, ditemukan juga angka kejadian untuk kasus osteogenik sarkoma 48,8% yang merupakan tumor ganas primer tulang yang paling banyak ditemukan. Serta diikuti juga oleh giant cell tumor 17,5%, kondrosarkoma 10%, dan sisanya adala tumor tulang ganas lainnya. Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker

Upload: rahmanhamid

Post on 23-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker tulang merupakan kelompok tumor tulang yang ganas.

Keganasan tulang dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu tumor benigna

dan maligna. Angka kejadian dari seluruh tumor tulang primer terdapat

65,8% bersifat jinak dan 34,2% bersifat ganas. Tumor jinak primer tulang

yang paling sering ditemukan adalah osteoma 39,3%, osteokondroma

32,5%, kondroma 9,8%, dan sisanya adalah tumor tulang jinak yang lain.

Selain itu, ditemukan juga angka kejadian untuk kasus osteogenik

sarkoma 48,8% yang merupakan tumor ganas primer tulang yang paling

banyak ditemukan. Serta diikuti juga oleh giant cell tumor 17,5%,

kondrosarkoma 10%, dan sisanya adala tumor tulang ganas lainnya.

Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas

yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 %

dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang

90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita

kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru.

Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya

terdiagnosis.

Penderita kanker tulang selalu datang dalam keadaan yang sudah lanjut

sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani

maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya

sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal

diikuti kemoterapi.

1

Page 2: BAB II

2

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, menjelaskan, dan

mengaplikasikan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan

tumor sistem muskuloskletal.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan definisi dari tumor tulang.

b. Mampu menjelaskan klasifikasi dari tumor tulang.

c. Mampu menjelaskan etiologi dari tumor tulang.

d. Mampu menjelaskan patofisiologi dari tumor tulang.

e. Mampu menjelaskan WOC dari tumor tulang.

f. Mampu menjelaskan manifestasi klinis dari tumor tulang.

g. Mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik atau penunjang dari

tumor tulang.

h. Mampu menjelaskan penatalaksanaan dari tumor tulang.

i. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan dari tumor tulang.

Page 3: BAB II

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Tumor tulang adalah kelainan pada sistem muskuloskletal yang

bersifat neoplastik. Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor tulang

dapat bersifat primer yang berasal dari unsur-unsur tulang sendiri atau

sekunder dari metastasis (infiltrasi) tumor-tumor ganas organ lain ke

dalam tulang (Rasjad,2007).

Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan

tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor

tulang utama, seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan

sarkoma lainnya (Lukman dan Nurna, 2009).

B. Klasifikasi Tumor Tulang

Klasifikasi tumor tulang menurut WHOditetapkan berdasarkan dari

kriteria histologis, jenis diferensiasi sel-sel tumor yang diperlihatkan, dan

jenis interseluler yang diproduksi. Selain itu, juga dipertimbangkan juga

sifat-sifat dari tumor, asal usul sel, serta hasil pemeriksaan histologis yang

menunjukkan jenis dari tumor tersebut jinak atau ganas.

Berikut adalah klasifikasi tulang ,meurut WHO tahun 1972 dalam

Rasjad,2007:

NO ASAL SEL JINAK GANAS

1 Osteogenik Osteoma

Osteoblastoma

Parosteal

osteosarkoma

Osteoid osteoma

Osteosarkoma

2 Kondrogenik Kondroma

Osteokondroma

Kondrosarkoma

Kondrosarkoma

3

Page 4: BAB II

4

juksta kortikal

3 Fibroma

kondromiksoid

Kondroblastoma

Fibroma

kondromiksoid

Kondrosarkoma

mesenkim

4 Giant cell tumor Osteoklastoma

5 Mielogenik Sarkoma ewing

Sarkoma retikulum

Limfosarkoma

Mieloma

6 Vaskuler

Intermediet:

Hemangio-

endotelioma

Hemangio-

perisitoma

Hemangioma

Limfangioma

Tumor glomus

Angiosarkoma

7 Jaringan lunak Fibroma desmoplastik

Lipoma

Fibrosarkoma

Liposarkoma

Mesenkimoma

ganas

Sarkoma tak

berdiferensiasi

8 Tumor lain Neurinoma

Neurofibroma

Kordoma

Adamantinoma

9 Tumor tanpa

klasifikasi

Kista soliter

Kista aneurisma

Kista juksta artikuler

Defek metafisis

Granuloma eusinofil

Displasia fibrosa

Miositis osifikans

Page 5: BAB II

5

Tumor brown

Hiperpoaratiroidisme

1. Tumor Asal Jaringan Tulang

a. Tumor Jinak

1) Osteoma

Osteoma merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan

(39,3%) dari seluruh tumor jinak tulang,terutama terjadi pada

usia 20-40 tahun. Bentuknya kecil tapi dapat menjadi besar

tanpa menimbulkan gejal-gejala yang spesifik. Kelainan ini

ditemukan pada tulang tengkorak seperti

maksila,mandibula,palatum,sinus paranasalis,dan dapat pula

pada tulang-tulang panjang seperti tibia,femur dan falangis.

Pada foto rontgen osteoma berbentuk bulat demngan batas

yang tegas tanpa adanya destruksi tulang. Pada pandangan

tangesial osteoma terlihat seperti kubah.

2) Osteoid Osteoma

Osteoid osteoma adalah tumor jinak, jarang ditemukan (1,8%),

terutama pada usia 10-25 tahun. Tumor ini lebih sering pada

laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 2:1. Gejala

yang paling menonjol adalah nyeri pada suatu daerah tertentu

dan menghilang dengan pemberian salisilat. Lokasi osteoid

osteoma adalah pada femur (25%) tibia (25%) dan sisanya

pada daerah-daerah lain, seperti pada tulang belakang. Pada

foto rontgen ditemukan adanya daerah yang bersifat radiolusen

yang disebut nidus didaerah diafisis dikelilingi oleh suatu

daerah sklerosis yang padat, serta penebalan kortikal yang

merupakan reaksi pembentukan tulang.

3) Osteoblastoma Jinak (Osteoid Osteoma Raksasa)

Page 6: BAB II

6

Tumor ini sama seperti osteoid osteoma yang banyak terjadi

pada dewasa muda. Osteoblastoma terdapat di tulang belakang

dan tulang-tulang ceper lainnya sepertiu ilium, iga, tulang jari

dan kaki. Pada rotgen akan tampak daerah osteolitik dengan

batas jelas, bintik-bintik kalsifikasi, dan lesi dengan diameter

yang bervariasi.

b. Tumor Ganas

1) Osteogenik Sarkoma

Pembentukan tumor berasal dari sel osteoblastik dari sel-sel

mesenkim primitif yang paling sering ditemukan di luar

mieloma multipel, dan cepat menyebar ke perosteum serta

jaringan ikat lainnya. Osteogenik sarkoma terutama ditemukan

pada umur 10-20 tahun dan lebih sering pada pria daripada

wanita. Lokasinya di daerah metafisis tulang panjang terutama

pada femur distal dan tibia proksimal dan dapat pula

ditemukan pada radius distal dan humerus proksimal.

2) Parosteal Osteosarkoma

Biasanya ditemukan pada umur 10-50 tahun dengan prognosis

yang lebih baik dibandingkan osteogenik sarkoma.

Pertumbuhannya sangat lambat serta terbentuk suatu massa

tulang yang keras. Terdapat di metafisis femur bagian distal

dan bagian belakang femur dan tulang humerus serta tibia.

Pada rotgen akan tampak bayangan padat yang mengarah

keluar korteks dan mendesak jaringan lunak sekitarnya dan

dapat menonjol pada kulit.

2. Tumor Asal Jaringan Tulang Rawan

Page 7: BAB II

7

a. Tumor Jinak

1) Kondroma

Disebut juga dengan enkondroma yang merupakan tumor jinak

tulang pada usia dewasa muda, akan tetapi dapat terjadi pada

setiap umur. Terdapat benjolan namun tidak nyeri dan

berlokasi di tulang tangan, kaki, iga, dan tulang-tulang panjang

bersifat soliterous tapi dapat juga multiple sebagai

enkondromatosis yang bersifat kongenital. Gambaran

radiologik menunjukkan adanya radiolusen yang bersifat

sentral antara metafisis dan diafisis. Pada tulang yang matur

akan tampak bintik-bintik kalsifikasi.

2) Osteokondroma

Terjadi pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan dewasa

muda. Nyeri terjadi bila terdapat penekanan pada bursa atau

jaringan lunak sekitarnya dan benjolan terdapat di area lesi.

Lokasinya pada daerah metafisis tulang panjang khususnya

femur distal, proksimal dan humerus proksimal, serta dapat

ditemukan juga di skapula dan ilium. Bersifat soliter dengan

dasar lebar atau kecil, bila multiple dikenal dengan diafisial

aklasia yang bersifat herediter dan diturunkan secara dominan

gen mutan. Hasil rotgennya ditemukan penonjolan tulang

dengan batas tegas yang muncul dari metafisis, tapi akan lebih

kecil benjolannya dibandingkan jika ditemukan pada

pemeriksaan fisik.

3) Kondroblastoma Jinak

Jarang ditemukan tapi paling sering terjadi pada usia 10-25

tahun terutama pada laki-laki. Pertumbuhannya sangat lambat,

nyeri pada sendi, dan berada di daerah epifisis dan

berkembang ke arah metafisis. Paling sering ditemukan di

epifisi tibia proksimal, femur distal, dan humerus proksimal.

Foto rotgen akan terlihat batas-batas tumor yang irreguler,

Page 8: BAB II

8

tidak tegas, terdapat bintik-bintik kalsifikasi sebagai gambaran

adanya desposisi kalsium.

4) Fibroma Kondromiksoid

Kelainan ini jarang ditemukan dan merupakan suatu tumor

jinak, terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Tidak ada

gejala yang khas dan biasanya ditemukan secara kebetulan

denga pertumbuhan yang sangat lambat. Lokasi pada daerah

metafisis tulang panjang atau tulang-tulang kecil pada tarsal

dan metatarsal. Gambaran khas rotgennya berupa radiolusen

yang bulat/ oval terletak eksentris pada metafisis dan dapat

meluas ke diafisis tulang panjang. Memiliki batas tegas dan

terkadang disertai dengan pinggiran sklerotik, korteks menipis

akibat ekspansi tumor.

b. Tumor Ganas

1) Kondrosarkoma

Lebih sering terjadi pada laki-laki pada usia 30-45 tahun.

Pertumbuhannya sangat lambat dan gejala khasnya adalah

nyeri tumpul akibat dari pembesaran tumor yang perlahan-

lahan. Lokasinya pada daerah panggul, bahu, dan lutut. Rotgen

terlihat bayangan tumor yang besar dan sering meluas ke luar

korteks sampai ke dalam jaringan lunak. Dapat juga ditemukan

perkabutan ireguler dengan translusen yang ringan serta bintik-

bintik kalsifikasi dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi.

Sering juga ditemukan pembentukan jaringan periosteal dan

pembentuka segitiga Codman.

2) Kondrsosarkoma Juksta Kotikal

Tumor ganas yang ditandai dengan pembentukan tulang rawan

yang berasal dari bagian luar permukaan tulang, mulai dari

permukaan tulang rawan di bawah periosteum. Lokasi

terutama pada femur distal, tibai proksimal serta humerus

proksimal. Perkembangan tumor sangat cepat karena tumor

Page 9: BAB II

9

ekstra-oseus menginvasi korteks sampai ke dalam medula.

Pada foto rotgen lesi terlihat radiolusen dengan bintik-bintik

klasifikasi.

3. Giant Cell Tumor atau Osteoklastoma

Merupakan tumor tulang yang bersifat dan memiliki

kecenderungan untuk berubah menjadi ganas dan agresif. Ditemukan

pada umur 20-40 tahun dan jarang di bawah 20 tahun serta banyak

dialami oleh wanita. Gejalanya nyeri dan pembengkakan pada lutut,

adanya efusi sendi, dan gangguan gerakan sendi. Lokasi di daerah

epifisis tulang panjang, khususnya di daerah lutut yaitu pada tibia

proksimal, femur distal, humerus proksimal, dan radius distal. Sisanya

bisa ditemukan di daerah pelvis dan sakrum.

Hasil rotgen menunjukkan adanya daerah radiolusen, lesi kistik,

korteks tulang menipis, menggembung pada satu sisi permukaan

sendi, bayangan tumor tegas, dan terdapat trabekulasi seperti

gelembung sabun.

4. Tumor Asal Sumsum Tulang

a. Tumor Ganas

1) Sarkoma Ewing

Sarkoma ewing adalah tumor ganas yang berasal dari sumsum

tulang belakang dan paling banyak ditemukan pada usia 10-20

tahun pada laki-laki. Tumor ini sangat ganas, perkembangannya

cepat, dan menyebabkan kematian dalam 3-18 bulan pertama.

Lokasinya berada pada daerah diafisis dan metafisis tulang panjang

seperti femur, tibia, humerus, dan fibula atau pada tulang pipih

seperti pada pelvis dan skapula. Hasil rotgen terlihat destruksi

tulang pada daerah lesi terutama pada diafisis disertai dengan

pembentukan tulang baru sepanjang diafisis tulang panjang

berbentuk fusiform di luar lesi yang merupakan tanda khas yang

disebut onion skin appearance.

2) Retikulo Sarkoma Tulang

Page 10: BAB II

10

Dapat terjadi pada setiap umur terutama pada umur diatas 20 tahun

(30-40 tahun). Gejala yang paling menonjol adalah nyeri serta

fraktur patologis. Lokasinya berada di tulang panjang dan

gambaran rotgen terlihat bintik-bintik destruksi tulang yang

biasanya di daerah sumsum tulang.

3) Limfosarkuma Tulang

Limfosarkoma tulang merupakan tumor ganas tulang yang jarang

sekali ditemukan dan harus dibedakan dengan tumor tulang

sekunder akibat limfosarkoma.

4) Meloma Multiple

Banyak terjadi pada umur 40-70 tahun, jarang pada umur di bawah

30 tahun dan lebih sering ditemukan pada laki-laki. Gejalanya

nyeri menetap pada pinggang yang disertai nyeri radikuler serta

kelemahan otot. Selain itu, gejala yang ditimbulkan antara lain

anemia, mual, muntah, anoreksia, kaheksia, gangguan psikis dan

kesadaran, serta fraktur patologis pada vertebra akibat destruksi

yang hebat. Lokasi yang paling sering terkena adalah tulang

belakang, panggul, iga, sternum, dan tengkorak. Gambaran rotgen

ditemukan lubang-lubang pukulan kecil (punched out) yang

bentuknya bervariasi serta daerah radiolusen yang berbatas tegas.

5) Plasmasitoma

Biasanya adalah suatu mieloma yang bersifat soliter dan memilki

gejala berupa nyeri, benjolan, dan disertai fraktur patologis.

Gambaran radiologik dapat ditemukan lesi osteolitik yang bersifat

multikuler.

5. Tumor Vaskuler

Page 11: BAB II

11

a. Tumor Jinak

1) Hemangioma

Hemangioma merupakan tumor jinak yang berasal dari sistem

vaskuler yang bisa bersifat soliter atau multipel pada tulang.

Lokasinya pada tulang belakang dan tengkorak.

2) Limfangioma

Tumor jinak yang berlokasi pada tulang dan terbentuk dari

saluran-saluran limfe, yang ditemukan dalam bentuk kistik

yang berdilatasi. Limfangioma biasanya bersifat multiple pada

tulang dan kemungkinan disetai limfangioma pada jaringan

lunak.

3) Tumor Glomus

Tumor jinak dengan sel-sel bulat yang uniform disertai dengan

struktur vaskuler. Kemungkinan berasal dari glomus neuro-

mioarterial dengan diameter tumor yang sangat kecil. Badan

glomus terdapat di stratum retikulare kulit, yang berfungsi

mengontrol hubungan anatar pembuluh darh arteri dan vena.

Lokasinya di falangs terminal di bawah kuku, biasanya terasa

nyeri hebat, dan warna kebiruan pada kuku dengan nyeri

tekan.pemeriksaan radiologisnya akan ditemukan adanya erosi

pada tulang falangs terminal akibat tekanan pada tulang.

b. Intermediate

1) Hemangioendotelioma

Merupakan tumor yang bersifat agresif tetapi tidak

bermetastatis yang ditandai dengan adanya sel-sel padat yang

disertai dengan struktur-struktur vaskuler endotelial dan jarang

ditemukan bersifat multipel.

2) Hemangioperisitoma

Page 12: BAB II

12

Tumor yang agresif dan dapat menjadi ganas, dan gambaran

histologisnya berupa gambaran vaskuler yang dilapisi oleh

suatu lapis sel endotelial yang dikelilingi zona proliferasi sel.

c. Tulang Ganas

Angiosarkoma

Tumor yang jarang ditemukan, secara histologis ditandai dengan

pembentukan anastomosis vaskuler irreguler yang dilapisi oleh

satu/ lebih sel-sel endotelial yang atipik dan biaanya terdapat

gambara sel matur disertai dengan massa padat yang kurang

berdiferensiasi (anaplastik). Tumor ini sangat ganas dan akan

bermetastatis cepat ke paru-paru. Tumor ini juga bersifat multipel.

6. Tumor Asal Jaringan Ikat Lainnya

a. Tumor Jinak

1) Fibroma Demoplastik

Tumor jinak yang mengenai anak-anak dan dewasa, terutama

terjadi pada tulang panjang dan tulang pipih. Pada gambaran

radilogis akan ditemukan daerah trabekulasi yang berbatas

tegas.

2) Lipoma

Lipoma merupakan suatu tumor jinak yang terdiri atas jaringan

lemak matur dan biasanya ditemukan pada dewasa muda.

Gambaran radiologis yang akan ditemukan berupa massa pada

jaringan lunak.

b. Tumor Ganas

1) Fibrosarkoma

Berasal dari jaringan lunak dan menghasilkan kolagen. Dapat

bersifat primer atau sekunder akibat keganasan penyaki-

penyakit sebelumnya. Biasanya terjadi pada umur setelah 20-

60 tahun, dan datang dengan gejala pembengkakan atau fraktur

patologis. Lokasinya pada metafisis femur dan tibia, dan dapat

meluas sampai ke epifisis. Foto rotgen akan terlihat tumor

Page 13: BAB II

13

yang berbentuk lobulasi dan trabekulasi ireguler yang disebut

melting-away pada bagian tulang yang terkena.

2) Fibrosarkoma Sekunder

Timbula akibat penyakit paget, osteitis pasca radiasi dan lesi

tulang rawan yang disertai deposisi kalsium.

3) Liposarkoma

Tumor ganas yang sangat jarang ditemukan yang ditandai

dengan adanya doferensiasi lipoblastik dimana ditemukan

lipoblas yang atipik dengan tingkat diferensiasi yang berbeda.

4) Mesenkimoma Ganas

Tumor yang berasal dari jaringan ikat dengan tingkat

diferensiasi serta gambaran struktur sel yang multipel yang

secara normal tidak ditemukan pada tulang.

5) Sarkoma Tak Berdiferensiasi

Tumor ganas dengan struktur sel spindle yang pleomorf dan

tidak ditemukan bentuk-bentuk diferensiasi pada tulang.

7. Tumor Tulang Lainnya

a. Tumor Jinak

1) Neurilemoma

Neurilemoma merupakan tumor jinak pada tulang dan di kenal

juga dengan schwannoma. Jaringan neurilemoma terdiri atas

sel-sel jaringan fibrosa berinti kecil dan sitoplasma sinsial

dengan jaringan matriks yang tersusun atas jaringan retikuler

yang longgar. Kelainan ini terutama di temukan pada

permukaan volar lengan bawah dan pergelangan tangan.

2) Neurofibroma

Neurofibroma merupakan tumor jinak yang dapat di temukan

pada tulang yang berkembang dari jaringan saraf.

Neurofibroma harus dibedakan dengan neurofibromatosis pada

jaringan lunak (penyakit von Recklinghausen)

b. Tumor Ganas

Page 14: BAB II

14

1) Kordoma

Kordoma merupakan tumor ganas yang berasal dari sisa

notokordal, sering di temukan pada usia dewasa muda dan

berkembang secara progresif pada daerah sekrum dan koksigis

(50%). Kordoma juga dapat di temukan pada tulang belakang

dan memberikan nyeri pada pinggang bawah. Apabila terjadi

pada sakrum, kordoma dapat menimbulkan obstruksi

uretra/rectum pada tingkat lanjut dapat timbul gejala-gejala

neurologis. Gambaran radiologis yang dapat di temukan adalah

gambaran radiosulen pada daerah rektum. Dengan ct-scan dan

MRI dapat di lihat penyebaran dan pembesaran tumor

intrapelvik.

2) Adamantinoma tulang panjang

Adamantinoma merupakan tumor ganas tulang yang jarang di

temukan, terutama mengenai diafisis tulang tibia (90%) dan

sering di temukan pada umur 20-25 tahun. Tumor ini termasuk

dalam tumir low-grade dan bermetastasis secara lambat.

Gambaran histologis tumor ini seperti dengan admantinoma

pada rahang (ameloblastoma dari rahang). Pada pemeriksaan

histologis di temukan adanya sel pulau yang menyerupai

epithelial dengan jaringan sel spandle interseluler.

Gambaran radiologik terlihat gelembung khas berupa defek

pada korteks anterior tibia. Mungkin pula di temukan

penebalan dari tulang sekitarnya. Dengan pemeriksaan ct-scan

dapat di lihat adanya penyebaran tumor ke dalam medulla atau

penyebaran di luar periosteum.

8. Lesi yang Menyerupai Tumor

Page 15: BAB II

15

a. Tumor jinak

1) Kista soliter tulang

Penyebab kista soliter tulang tidak di ketahui, mungkin akibat

suatu trauma atau akibat gangguan perkembangan. Gambaran

klinis yang sering di jumpai pada kelainan ini adalah adanya

fraktur patologis. Kelainan ini sering di temukan pada tulang

panjang, terutama pada bagian atas tulang panjang. Pada

pemeriksaan radiologism kista tampak di bagian tengah dan

terdapat penipisan korteks tulang dan ekspansi kista ke segala

arah. Gambaran tumor terlihat radiolusen dan biasanya di

temukan pembentukan tulang baru.

2) Kista aneurisma tulang

Tulang belakang dan tulang panjang adalah bagian tersering

yang terkena. Pada tulang panjang, daerah metafisis kaput

femur merupakan prdileksi tersering pada tulang panjang.

Daerah lesi terlihat menonjol dan membengkak, bisa tanpa di

sertai rasa nyeri. Lesi pada vertebra dapat menyebabkan nyeri

kiriman (referred pain) pada saraf sensoris dan motoris yang

bersangkutan. Pada pemeriksaan radiologis terlihat kista di

bagian pinggir metafisis atau diafisis tulang panjang. Dapat

terlihat destruksi dan penipisan tulang. Pada bagian meduler

dapat terlihat batas tumor yang memisahkan tumor dengan

jaringan yang normal.

3) Displasia fibrosa

Pada lesi monostotik tempat tersering adalah femur, tibia, iga,

tulang rahang, dan lesi poliostatik terutama terjadi pada

anggota gerak bawah. Gambaran klinis yang dapat di temukan

bervariasi dari nyeri ringan sampai adanya deformitas dan

kecacatan. Bila kelainan terjadi pada daerah lutut atau daerah

panggul maka dapat terjadi fraktur patologis. Lesi poliototik di

sertai dengan pigmentasi kulit serta menstruasi prekoks pada

Page 16: BAB II

16

wanita merupakan suatu sindroma yang disebut sindroma

Albright. Pada anak-anak. Kelainan ini dapat menyebabkan

anak-anak terlambat berjalan, jalan pincang atau berjalan

seperti bebek (waddling gait). Pertumbuhan fisik penderita

terganggu sehingga penderita menjadi kerdil yang di sebabkan

oleh osifikasi dan fusi dari epifisis lebih cepat terjadi. Di

laporkan juga adanya perubahan ganas dari penyakit displasia

fibrosa, tetapi sangat jarang. Pada foto rontgen tumor terlihat

opak, jaringan fibrosa Nampak lebih transulen, korteks tulang

menipis dsan eksentrik dan dapat terjadi erosi pada tulang.

4) Ganglion intraoseus (juxta-articular bone cyst)

Ganglion intraoseus merupakan suatu kelainan jinak yang

bersifat kistik dan biasanya bersifat multilokuler yang terdiri

atas jaringan fibrosa dengan perubahan mukoid berlokasi pada

tulang subkondral dekat pada sendi, terutama bagian distal

libia atau humerus. Pada pemeriksaan foto rontgen di temukan

adanya daerah osteolistik yang berbatas tegas yang di lingkari

oleh daerah sclerosis.

5) Defek metafisis fibrosa

Lokasi tersering adalah pada metafisis tulang femur distal.

Gambaran klinis yang di temukan berupa ras nyeri yang ringan

pada tempat lesi dan bisa di temukan pembengkakan baik

secara spontan maupun akibat trauma. Gejala yang ada

biasanya berlangsung singkat kemudian di ikuti fase tanpa

gejala. Tampak darah radiolusen yang menyebar dari sisi

korteks sampai ke bagian tengah medula tulang. Terlihat pula

adanya trabekulasi tulang serta penipisan tulang. Batas tumor

di tandai jaringan sklerotik tipis, permukaan luar tulang

mengalami erosi.

6) Granuloma eosinofilik

Page 17: BAB II

17

Kurang lebih 70% dari lesi terjadi pada tulang pipih seperti

tulang tengkorak, rahang bawah, tulang belakang, iga, dan

sisanya terjadi pada tulang panjang. Biasanya di temukan lesi

yang terlokalisir. Bila lesi terjadi dekat kulit dapat di temukan

penonjolan massa yang umumnya berupa massa yang lunak.

Demam yang ringan mungkin dapat terjadi di sertai kemerahan

pada daerah lesi, sehingga kadang-kadang di diagnosis sebagai

osteomyelitis. Bila granuloma eosinofilik mengenai tulang

belakang, diagonosa dini sangat di perlukan untuk mencegah

terjadinya kolaps tulang belakang yang dapat memberikan

komplikasi neurologik. Gambaran radiologik yang dapat di

temukan umumnya berupa destruksi tulang. Batas tumor dapat

terlihat jelas dan dapat pula tidak jelas dan pada bagian tepi

tumor dapat terlihat reaksi sklerosis tulang setempat.

7) Miositis osifikans

Dapat di temukan massa yang lembek dan membesar dalam

beberapa hari sampai beberapa minggu di sertai rasa nyeri

akut. Pertumbuhan massa yang cepat di sertai rasa nyeri

merupakan gejala khas pada myositis osifikans. Hal ini

berbeda dengan sarcoma yang berkembang secara perlahan.

Lokasi tersering adalah pada daerah ektremitas, tapi lesi dapat

pula terjadi pada muskulus gluteus dan bahkan pada jaringan

paravaginal akibat trauma persalinan. Miositis umumnya

terjadi pada lapisan dalam otot tapi dapat pula terjadi pada

lapisan subkutaneus. Dapat di temukan gambaran osifikasi

pada bagian perifer lesi pada minggu ke 23 pada foto rontgen.

Pada minggu ke 6 atau lebih osifikasi terlihat pada seluruh

daerah mulai dari perifer sampai ke bagian tengah lesi.

8) Tumor brown pada hiperparatiroid

Page 18: BAB II

18

Msekipun tumor brown merupakan manifestasi lanjut

patologik-radiologik dari suatu hiperparatiroidisme, tetapi

cukup penting untuk diketahui dan di kelompokan secara

terpisah. Isitlah tumor brown berasal dari warna tumor yang

mengandung osteoklas berwarna coklat. Tumor sel raksasa

juga di temukan pada penyakit paget dan tahap awal tumor sel

raksasa epifisis, sehingga terkadang agak sulit

membedakannya bila hanya berdasarkan penampakan luar

tumor.

9. Tumor Ganas Tulang Akibat Metastatis

Baik karsioma maupun sarcoma dapat bermetastasis ke tulang.

Metastasis karsinoma ke dalam tulang lebih sering di bandingkan

metastasis sarkoma. Lokasi tersering tumor ganas tulang akibat

metastasis adalah pada tulang belakang, tulang tengkorak, metafisis

humerus proksimal dan femur dan kadang-kadang pada tulang-tulang

tangan, lengan, tungkai bawah dan kaki.

Sel-sel tumor dapat mencapai tulang melalui dua cara yaitu

sirkulasi sistematik atau hubungan langsung antara vena sistemik dan

system vena tulang. Metastasis mungkin tidak memberikan gejala

untuk jangka waktu yang lama. Umumnya gejala yang muncul adalah

nyeri dan lemah dan sering di temukan adanya fraktur patologis.

Pada foto rontgen mungkin dapat di temukan adanya osteolitik atau

peningkatan densitas tulang setempat akibat reaksi antara sel kanker

dan tulang setempat. Osteolitik yang terjadi bersifat ireguler akibat

destruksi tulang yang terjadi. Pada foto rontgen juga di temukan

banyak gambaran punched out dalam berbagai ukuran.

C. Etiologi

Page 19: BAB II

19

Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya kanker tulang adalah

sebagai berikut:

1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

2. Keturunan, contoh faktor genetika yang dapat meningkatkan resiko

kanker tulang adalah:

a. Multiple exostoses

b. Rothmund-Thomson sindrom

c. Retinoblastoma genetik

d. Li-Fraumeni sindrom

3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit

paget (akibat pajanan radiasi ).

4. Trauma, sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak

mempunyai riwayat trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang

timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma,

semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.

5. Infeksi, keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga

disebabkan oleh infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema

kronis akibat obstruksi, filariasis dapat menimbulkan

limfangiosrakoma.

D. Patofisiologi

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh

sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu

proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau

proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses

osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan

periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi

pertumbuhan tulang yang abortif.

Kelainan kongenital, genetik, gender/ jenis kelamin, usia, rangsangan

fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia,

Page 20: BAB II

20

virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor.

Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor

jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan

sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut

pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh

karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan

dengan cara operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor

ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh

menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan

seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang

terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis)

ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh

darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain.

Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat

merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi

terganggu.

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel

yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan

biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang

bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh

(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan

DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel,

dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).

Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk

RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi

kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase

istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).

Page 21: BAB II

21

E. WOC

Page 22: BAB II

22

F. Manifestasi Klinis

Beberapa manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa

bervariasi tergantung pada jenis tumor tulangnya, namun yang paling

umum adalah nyeri. Tumor tulang lebih umum terjadi pada tulang yang

bentuknya panjang (lengan dan kaki), sehingga tempat-tempat tersebut

merupakan tempat yang paling sering merasakan nyeri.

Tidak semua tumor tulang bersifat ganas, melainkan ada juga yang

jinak. Nyeri tulang umumnya menunjukkan bahwa tumor tersebut adalah

jinak. Beberapa manifestasi klinis tumor tulang, antara lain:

1. Persendian yang bengkak dan inflamasi.

2. Patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh

Manifestasi klinis yang tidak spesifik seperti demam, menurunnya

berat badan, kelelahan yang hebat, dan anemia juga bisa menjadi gejala

tumor tulang, tapi bisa juga merupakan indikator penyakit lain.

G. Pemeriksaan Diagnostik atau Penunjang

1. Pemeriksaan Klinis

Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam pemeriksaan

klinis ini antara lain:

a. Lokasi

Beberapa dari jenis tumor memiliki lokasi yang klasik dan

tempat-tempat predileksi tertentu seperti osteoblastoma di

verteba.

b. Besar, bentuk, batas, dan sifat tumor

Hal penting yang harus kita perhatikan adalah bentuk tumor

apakah disertai dengan pelebaran pembuluh darah atau ulkus yang

merupakan karakteristik suatu tumor ganas. Tanda-tanda

terjadinya efusi sendi mungkin dapat ditemukan pada tumor yang

berdekatan dengan sendi.

c. Gangguan pergerakan sendi

Page 23: BAB II

23

Tumor yang besar pada bagian sendi akan memberikan gangguan

pada pergerakan sendi.

d. Spasme otot dan kekakuan tulang belakang

Apabila tumor terdapat dibagian tulang belakang, baik itu jinak

ataupun ganas, dapat menyebabkan terjadinya spasme atau

kekakuan otot.

e. Fraktur patologis

Beberapa tumor ganas dapat menyebabkan komplikasi fraktur

patologis akibat kerapuhan pada tulang sehingga penderita akan

atang ke rumah sakit dengan fraktur.

2. Pemeriksaan Neurologis

Bila terjadi gejala gangguan neurologis pada penderita, maka

pemeriksaan neurologis perlu dilakukan secara cermat untuk

menentukan apakah gangguan ini timbul akibat penekanan tumor pada

saraf.

3. Pemeriksaan Radiologis

a. Radionuklida Scanning

Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk melihat lesi yang kecil

seperti osteoma.

b. CT- Scan

Pemeriksaan CT- Scan dapat memberikan informasi tentang

keberadaan tumor apakah intraoseus atau ekstraoseus.

c. MRI

MIRI dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumor

dalam tulang, tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan

lunak.

Page 24: BAB II

24

4. Pemeriksaan Laboraturium

a. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,

hemoglobin, serum alkali fosfatase, serum elektroforesis protein,

serum asam fosfatase yang memberikan nilai diagnostik pada

tumor ganas tulang.

b. Pemeriksaan Urin

Pemeriksaan urin yang paling penting dilakukan adalah

pemeriksaan protein Bence-Jones.

5. Pemeriksaan Biopsi

a. Biopsi Tertutup

Biopsi tertutup ini menggunakan jarum halus (fine needle

aspiration, FNA) untuk melakukan sitodiagnosa. Tindakan ini

merupakan salah satu cara biopsi untuk melakukan diagnosa pada

tumor. Tapi pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada tumor ganas

tumor primer lainnya.

b. Biopsi Terbuka

Tindakan dari biopsi terbuka seperti metode operatif yang memiliki

keunggulan yaitu dapat diambil jaringan yang lebih besar untuk

pemeriksaan histologik dan ultramikroskopik, mengurangi

kesalahan pengambilan jaringan dan mengurangi kecenderungan

perbedaan diagnostik tumor jinak dan tumor ganas seperti antara

enkondroma dan kondrosarkoma, osteoblastoma dan

osteosarkoma. Biopsi terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat

menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi berikutnya, misalnya

pada reseksi en-bioc.

1) Biopsi insisional, dilakukan melalui pengambilan sebagian

jarum tumor.

2) Biopsi eksisional, dilakukan dengan mengeluarkan seluruh

tumor baik dengan hanya seluruh jaringan tumor saja atau

dikeluarkan bersma-sama dengan anggota gerak (amputasi).

Page 25: BAB II

25

6. Mikroskop Elektron

Disamping pemeriksaan histopatologik dengan mikroskop

biasa,pemeriksaan juga dapat mempergunakan mikroskop elektron.

Pemeriksaan dengan mikroskop elektron mempunyai peran arti

diagnostik yang kecil dan biasanya untuk memberikan dukungan bila

diagnosis secara histologis mergukan,misalnya pada sel. Meloma

plasma dimana dibutuhkan identifikasi sel yang tepat.

H. Penatalaksanaan

1. Operasi atau Pembedahan

Kanker tulang umumnya diterapi dengan pembedahan.

Pembedahan dilakukan pada kanker yang belum menyebar dan

mengangkat jaringan kanker dan jaringan yang ada disekitarnya.

Eksisi tumor dengan cara operasi dapat dilakukan dengan beberapa

teknik.

a. Intralesional atau intrakapsuler

Tekinik ini dilakukan dengan cara eksisi/kuretase tumor,tidak

dilanjurkan pada tumor ganas dan biasanya dilakukan pada

kelompok tumor low grade tumour,misalnya giant cell tumor.

b. Eksisi marginal

Eksisi marginal adalah pengeluaran tumor diluar dari kapsulnya.

Teknik ini terutama dilakukan pada tumor jinak atau tumor ganas

jenis low grade malignancy .

c. Eksisi luas (eksisi en-bloc)

Pada eksisi luas,tumor dikeluarkan secara utuh disertai dengan

jaringan disekitar tumor yang berupa pseudo-kapsul atau jaringan

yang bereaksi diluar tumor. Tindakan eksisi luas dilakukan pada

tumor ganas dan biasanya dikombinasi dengan pemberian

kemoterapi atau radioterapi pada pre/pasca operasi.

d. Operasi radikal

Page 26: BAB II

26

Operasi radikal dilakukan seperti pada eksisi luas dan ditambahg

dengan pengeluaran seluruh tulang serta sendi dan jaringan sebagai

suatu bagian yang utuh. Cara ini biasanya berupa amputasi anggota

gerak diatasnya dan disertai pengeluaran sendi di atasnya.

2. Radioterapi

Terapi radiasi menggunakan energi radiasi tertentu untuk

mengecilkan tumor atau menghilangkan sel kanker. Terapi radiasi

bekerja dengan merusak DNA sel, sehingga sel tidak mampu

berkembang. Meskipun dapat merusak sel sehat yang ada disekitarnya,

sel kanker lebih sensitif terhadap radiasi dan akan mati saat diradiasi.

Sel sehat disekitarnya akan rusak karena radiasi, namun mereka akan

segera pulih

Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara untuk eradikasi

tumor-tumor ganas yang radiosensitif dan dapat juga sebagai

pengobatan awal sebelum tindakan operasi dilakukan. Kombinasi

radioterapi dapat pula diberikan bersama-sama dengan kemoterapi.

Radioterapi dilakukan pada keadaan-keadaan yang in-operable

misalnya ada metastatis atau keadaan lokal yang tidak memungkinkan

untuk tindakan operasi.

3. Kemoterapi

Kemoterapi ini sebagai pengobatan tambahan pada tumor ganas

tulang dan jaringan lunak. Obat kemoterapi bekerja dengan

menghilangkan sel-sel yang memiliki kecepatan dalam membelah diri,

seperti sel kanker. Obat-obat yang digunakan adalah metotreksat,

adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, sisplatinum. Dan kemoterapi ini

dilakukan pada pre/ pasca operasi.

Page 27: BAB II

27

I. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas/Istirahat

Gejala :

1) Kelemahan dan/keletihan.

2) Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam

hari;adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti

nyeri, anasietas, dan berkeringat malam.

3) Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.

4) Pekerjaan atau profesi dengan pemanjanan karsinogen.

5) Tingkat stress tinggi.

b. Sirkulasi

Gejala :

1) Palpitasi dan yeri dada pada aktivitas fisik berlebih.

2) Perubahan pada TD.

c. Integritas Ego

Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan

cara mengatasi stress (misalnya merokok, minum alkohol,

menunda mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual)

Tanda : Kontrol depresi, menyangkal, menarik diri, dan marah.

d. Eliminasi

Gejala :

1) Perubahan pola defekasi,misalnya darah pada feses nyeri saat

defekasi.

2) Perubahan eliminasi urinearius missal nyei atau rasa terbakar

pada saat berkemih, misal nyeri atau rasa terbakar pada saat

berkemih,hematuria,sering berkemih.

Tanda : Perubahan bising usu, distensi abdomen.

e. Makanan/cairan

Gejala :

Page 28: BAB II

28

1) Kebiasaan diet buruk (missal rendah serat,tinggi lemak, aditif

bahan pengawet).

2) Anoreksia, mual/ muntah.

Tanda :

1) Perubahan pada berat badan (BB), penurunan BB hebat,

kakheksia, bekurangnya massa otot.

2) Perubahan pada kelemnapan/turgor kulit,edema.

f. Neurosensori

Gejala : Pusing; sinkope

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Tidak ada nyeri yang bervariasi,missal kenyamanan ringan

sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).

h. Pernapasan

Gejala : Merokok (tembakau,mariyuana, hidup dengan seseorang

yg merokok), dan pemajanan asbes.

i. Keamanan

Gejala :

1) Pemajanan pada kimia toksik,karsinogen.

2) Pemajanan matahari lama/berlebihan.

3) Demam.

Tanda : Ruam kulit,ulserasi.

j. Seksualitas

Gejala :

1) Masalah seksual, misalnyaq dampak pada hubungan,

perubahan pada tingkat kepuasan.

2) Nuligravida lebih besar dari usia 30 thn.

3) Multigravida,pasangan seks multipell, aktivitas seksual dini

dan herpes genital.

Page 29: BAB II

29

k. Interaksi Sosial

Gejala :

1) Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung.

2) Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan dirumah,

dukungan atau bantuan.

2. Diagnosa Keperawatan

Di bawah ini akan diuraikan diagnosis keperawatan dari Doenges

(2000):

a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker),

ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi

peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.

b. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi

(kehilangan bagian tubuh, perubahan fungsi), perubahan gaya

hidup, penerimaan kemungkinan kematian klien.

c. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan

bedah, efek kemoterapi, penurunan BB, impoten, nyeri tidak

terkontrol, kelehan tidak terkontrol, ragu tentang penerimaan, takut

atau kehilangan).

d. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf,

opstruksi jaringan saraf atau inflamasi, serta efek samping berbagai

agen terapi saraf.

e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan stasus

hipermetabolik, konsekuensi, kemotrapi, radiasi, pembedahan,

distre emosiona, keletihan atau kontrol nyeri buruk.

f. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

status hipermetabolik, kerusakan masukan cairan, kehilangan

cairan berlebihan (luka, selang indwelling).

g. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi

metabolik (hipermetabolik), emosional berlebihan, efek obat-

obatan/kemoterapi.

Page 30: BAB II

30

h. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubumgan dengan pertahanan

sekunder tidak adekuat, malnutrisi, proses penyakit kronis, atau

prosedur invasif.

i. Risiko tinggi terjadi perubahan membran mukosa oral

berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi dan radiasi.

j. Risiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

efek radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status

nutrisi, atau anemia.

k. Risiko tinggi terjadi diare/konstipasi berhubungan dengan iritasi

mukosa GI, masukan cairan buruk,kurang latihan, penggunaan

opiat/narkotik.

l. Risiko tinggi perubahan pola seksualitas berhubungan dengan

perubahan fungsi/ struktur tubuh, sangat lelah, ketakutan/ansietas,

kurang privasi/orang terdekat.

m. Risiko tinggi perubahan proses keluarga berhubungan dengan

krisis situasi, perubahan peran/status ekonomi atau kehilangan

yang diantisipasi dari anggota keluarga.

n. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar tentang penyakit,

prognosis, dan kebutuhan perawatan) berhubungan dengan kurang

informasi, salah interpretasi informasi, mitos, tidak mengenal

sumber informasi, atau keterbatasan kognitif.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker),

ancaman/perubahan pada status kesehatan/ social ekonomi, fungsi

peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.

Intervensi Rasional

1. Tinjauan ulang pengalaman

klien/orang terdekat sebelum

mengalami kanker.

1. Membantu dalam identifikasi rasa

takut dan kesalahan kopnsep

berdasarkan pada pengalaman dengan

kanker.

Page 31: BAB II

31

2. Dorong klien untuk menungkapkan

pikiran dan perasaannya.

3. Berikan lingkungan terbuka, dimana

klien merasa aman mendiskusikan

perasaan atau menolak untuk

berbicara

4. Pertahankan kontak sering dengan

klien. Berbicara dengan menyentuh

klien bila memungkinkan.

5. Sadari efek-efek isolasi pada klien

bila diperlukan untuk imunosupresi

atau implan radiasi. Batasi

penggunaan pakaian /masker isolasi

bila mungkin.

6. Berikan informasi akurat, konsisten

mengenai prognosis. Hindari

memperdebatkan tentang persepsi

klien terhadap situasi.

7. Berikan kesempatan klien untuk

mengekspresikann perasaan marah,

kecewa tanpa konfontasi. Berikan

informasi dimana perasaan tersebut

adalah normal dan diekspresikan

secara tepat.

2. Memberikan kesempatan untuk

mengidentifikasi rasa takut, realisasi

serta kesalahan konsep tentang

diagnosis.

3. Membantu klien untuk merasa

diterima apa adanya, kondisi tanpa

perasaan di hakimi dan meningkatkan

rasa terhormat dan control.

4. Memberikan keyakinan bahwa klien

tidak sendiri atau ditolak. Berikan

respek dan penerimaan individu,

mengembangkan kepercayaan.

5. Penyimpangan sensori dapat terjadi

bila nilai stimulasi yang cukup tidak

tersedia dan dapat memperberat

perasaan ansietas/takut.

6. Dapat menurun kan ansietas dan

memungkinkan klien membuat

keputusan/pilihan berdasarkan realita.

7. Dapat menurun kan ansietas dan

memungkinkan klien membuat

keputusan/pilihan berdasarkan realita.

Page 32: BAB II

32

b. Berduka antisipasi berhubungan dengan kehilangan yang

diantisipasi(kehilangan bagian tubuh,perubahan fungsi),perubahan

gaya hidup,penerimaan kemungkinan kematian.

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Kaji klien/orang terdekat terhadap

persepsi berduka

2. Dorong pengungkapan

pikiran/masalah dan penerimaan

ekspresi kesedihan,marah,penolakan.

Akui normalitas perasaan ini.

3. Sadari timbulnya depresi yang

melelahkan. Tanyakan langsung pada

klien tentang status pikiran.

4. Tinjau ulang pengalaman hidup masa

lalu, perubahan peran, dan

keterampilan koping. Bicarakan

tentang sesuatu yang menarik

perhatian klien.

5. Identifikasi aspek positif dari situasi.

1. Pengetahuan tentang proses berduka

memperkuat normalitas

perasaan/reaksi terhadap apa yang di

alami dan dapat membantu klien

menghadapi situasi yang ada dengan

lebih efektif.

2. Klien merasa terdukung

mengekspresikan perasaan dengan

memahami bahwa konflik emosi yang

dalam dan sering adalah norma dan di

alami orang lain dalam situasi sulit

ini.

3. Penelitian menunjukan bahwa

beberapa klien kanker beresiko tinggi

terhadap bunuh diri. Mereka secara

khusus rentan bila baru didiagnosis

dan/ atau pulang kerumah.

4. Kesempatan untuk mengidentifikasi

keterampilan yang dapat membantu

individu menghadapi berduka

terhadap situasi baru secara lebih

efektif.

5. Kemungkinan remisi dan progresi

lambat dari penyakit dan/atau terapi

Page 33: BAB II

33

6. Perhatikan bukti konflik, ekspresi

marah dan pernyataan kecewa, rasa

bersalah, putus asa, perasaan hidup

tidak berguna.

Kolaborasi

7. Rujuk Pada konselor yang tepat

sesuai kebutuhan (perawat klinik

psikiatri, pekerja social, psikologi).

8. Rujuk pada program komunitas bila

tepat

baru dapat menurunkan harapan pada

masa depan.

6. Konflik interpersonal/perilaku marah

mungkin cara-cara klien dalam

mengekspresikan/menghadapi

perasaan kecewa/distress spiritual dan

dapat menandakan ide bunuh diri.

7. Dapat membantu untuk

menghilangkan disters atau mengatasi

perasaan berduka untuk memudahkan

koping dan mengembangkan

pertumbuhan.

8. Memberikan dukungan dalam

pemenuhan kebutuhan fisik dan

emosional klien/rang terdekat, dan

menambahkan perawatan keluarga

dan teman yang dapat diberikan.

c. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan

bedah, efek kemoterapi, penurunan BB,impoten, nyeri tidak

terkontrol, kelelahan berlebihan atau sterilitas, psikososial

(ancaman kematian, perasaan kurang terkontrol, ragu tentan

penerimaan, takut atau kehilangan).

Intervensi Rasional

Page 34: BAB II

34

1. Diskusikan dengan klien/orang

terdekat bagaimana diagnosis

pengobatan yang memengaruhi

kehidupan pribadi klien dan aktivitas

kerja.

2. Dorong klien untuk mendiskusikan

tentang masalah efek

kanker/pengobatan pada peran

sebagai ibu rumah tangga, orang tua,

dan sebagainya.

3. Akui kesulitan yang mungkin dialami

klien. Berikan informasi bahwa

konseling sering perlu dan penting

dalam proses adaptasi.

4. Evaluasi dtruktur pendukung yang

ada dan digunakan oleh klien/orang

terdekat.

5. Gunakan sentuhan selama interaksi,

bila dapat diterima klien dan

pertahankan kontak mata.

Kolaborasi

6. Rujuk pada program kelompok

pendukung (bila ada).

7. Rujuk pada konseling professional

bila diindikasikan.

1. Membantu dalam memastikan

masalah untuk memulai proses

pemecahan masalah.

2. Dapat membantu menurunkan

masalah yang memengaruhi

penerimaan pengobatan atau

merangsang kemajuan penyakit.

3. Memvalidasi realita perasaan dan

memberikan izin untuk melakukan

tindakan apapun perlu dalam

mengatasi apa yang terjadi.

4. Membantu merencanakan perawatan

saat di rumah sakit dan setelah

pulang.

5. Memastikan individualitas dan

penerimaan penting dalam

menurunkan perasaan klien tentang

ketidakamannan dan keraguan diri.

6. Kelompok pendukung biasanya

sangat menguntungkan baik untuk

klien/orang terdekat, memberikan

kontak dengan klien lain dengan

kanker pada berbagai tingkatan

pengobatan dan/atau pemulihan.

7. Mungkin diperlukan untuk memulai

dan mempertahankan sturktur

psilkososial positif bila sistem

Page 35: BAB II

35

ng

pendukung klien/orang terdekat

terganggu.

d. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf,

obstruksi jaras saraf atau inflamasi serta efek samping berbagai

agen terapi saraf.

Intervensi Rasional

1. Kaji nyeri, missal lokasi nyeri,

frekwensi, durasi, dan itensitas (skala

1-10), serta tindakan penghilang nyeri

yang digunakan.

2. Evaluasi terapi tertentu, missal

pemidahan, radiasi, kemoterapi,

bioterapi. Ajarkan pada klien/orang

terdekat apa yang diharapkan.

3. Peningkatan kenyamanan dasar

(missal teknik relaksasi, visualisasi,

bimbingan imajinasi) dan aktivitas

hiburan (missal music, televise).

4. Dorongan penggunaan keterampilan

managemen nyeri (missal teknik

relaksasi, visualisasi, bimbingan

imajinasi), tertawa, music, dan

sentuhan terapeutik.

5. Evaluasi penghilang nyeri/control.

1. Informasi memberikan data dasar

untuk mengevaluasi

kebutuhan/keefektifan intervensi.

2. Ketidaknyamanan adalah umum,

(missal nyeri insisi, kulit terbakar,

nyeri punggung bawah, sakit kepala),

tergantung pada prosedur yang

digunakan.

3. Meningkatkan relaksasi dan

membantu memfokuskan kembali

perhatian.

4. Memungkinkan klien untuk

berpartisipasi secara aktif dan

meningkatkan rasa kontrol.

Page 36: BAB II

36

Kolaborasi

6. Kembangkan rencana manajemen

nyeri bersama klien dan tim medis.

7. Berikan analgesic sesuai indikasi,

misalnya : morfin, metadon, atau

campuran narkotik IV khusus.

PAstikan hal tersebut hanya untuk

memberikan analgesic dalam sehari.

Ganti dari analgesik dalam sehari.

Ganti dari analgesic kerja pendek

menjadi kerja panjang bila ada

indikasi.

8. Berikan nutrisikan penggunaan Patient

Controlled Analgesia (PCA) dengan

tepat.

9. Siapkan/bantu prosedur, misalnya :

blok saraf, kordotomi, dan mielotomi

komisura.

5. Tujuannya adalah control nyeri

maksimum dengan pengaruh

minimum pada aktivitas kegiatan

sehari-hari (AKS).

6. Rencana terorganisasi

mengembangkan kesempatan untuk

control nyeri. Terutama dengan nyeri

kronis, klien/orang terdekat harus

aktif menjadi partisipan dalam

manajemen nyeri di rumah.

7. Nyeri adalah komplikasi tersering

dari kanker, meskipun respon

individu berbeda. Saat perubahan

penyakit/pengobatan terjadi,

penilaian dosis dan pemberian akan

diperlukan.

8. Analgesik dikontrol klien sehingga

pemberian obat tepat waktu,

mencegah fluktuasi pada intensitas

nyeri. Sering diberikan dengan dosis

total rendah melalui metode

konvensionaal.

9. Mungkin digunakan pada nyeri berat

yang tidak berspon pada tindakan

lain.

Page 37: BAB II

37

e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status

hipermetabolik, konsekuensi, kemoterapi, radiasi, pembedahan,

distress emosional, keletihan, atau control nyeri buruk.

Intervensi Rasional

1. Pantau intake makanan setiap hari,

biarkan klien menyimpan buku harian

tentang makanan sesuai indikasi.

2. Ukur tinggi badan(TB), berat badan

(BB), dan ketebalan lipatan kulit,

triseps atau dengan antroprometrik

lainnya. Pastikan jumlah penurunan

berat badan saat ini.

3. Dorong klien untuk makan dengan

diet tinggi kalori kaya nutrient,

dengan intake cairan yang adekuat.

Dorong penggunaan suplemen dan

makan sedikit tapi sering.

4. Nilai diet sebelum dan setelah

pengobatan, missal makanan, cairan

dingin, bubur saring, roti, creackers,

minuman berkabonat. Berikan cairan

satu jam sebelum atau sesudah

makan.

5. Kontrol faktor lingkungan, missal

bau/tidak sedap atau bising. Hindari

makanan terlalu manis, berlemak atau

makan pedas.

1. Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi

nutrisi

2. Membantu dalam identifiksi

malnutrisi protein-kalori, khususnya

bila BB dan pengukuran

antroprometik kurang dari normal.

3. Kebutuhan metabolic jaringan

ditingkatkan, begitu juga cairan

(untuk menghilagkan produk sisa).

Suplemen berguna untuk

mempertahankan masukan kalori dan

protein.

4. Efektifitas penilaian diet saat

individual mengurangi mual pasca

terapi. Klien harus mencoba untuk

menemukan solusi/kombinasi terbaik.

5. Dapat meningkatkan respon

mual/muntah.

Page 38: BAB II

38

6. Dorong penggunaan teknik relaksasi,

visualisasi, bimbingan imajinasi,

latihan saat atau sebelum makan.

Kolaborasi

7. Tinjau ulang pemeriksaan

laboratorium sesuai indikasi, misalnya

: jumlah limfosit total, transferin

serum, dan albumin.

8. Berikan obat-obat sesuai indikasi:

a. Fenotiazin

b.      b. Kortikosteroid

c.     c Vitamin, khususnya A, D, E, dan B6

d.      d. Antasid

9. Rujuk pada ahli diet.

10. Pasang/pettahankan selang

6. Dapat mencegah

timbulnya/menurunkan beratnya

mual, penurunan anoreksia, dan

memungkinkan klien meningkatkan

masukan oral

7. Membantu mengidentifikasi derajat

ktidakseimbangan

biokimia/malnutrisi dan

mempengaruhi pilihan intervensi diet.

8. Obat-obat sesuai indikasi:

a. a. Umumnya antiemetic bekerja untuk

memengaruhi stimulasi pusat muntah dan

kemoreseptor mentriger agen, juga bertindak

secara perifer untuk menghambat peristaltic.

b.      b. Terapi kombinasi, misalnya : torecan

dengan decadron atau valium sering kali

lebih efektif dari pada agen tunggal.

c.       c. Mencegah kekurangan karena penuruna

absorpsi vitamin larut dalam lemak.

d.      d. Meminimalkan iritasi lambung dan

mengurangi risiko ulserasi mukosa.

9. Memberikan rencana diet khusus

untuk memenuhi kebutuhan individu

dan menurunkan masalah terkait

dengan malnutrisi protein/kalori dan

defisiensi mikronutrien.

10. Malnutrisi berat (kehilangan BB 25-

Page 39: BAB II

39

(NGT)/enteral, atau jalur sentral

untuk hiperalimentasi parenteral bila

ada indikasi.

a.

30 % dalam dua bulan ), atau klien

dipuaskan selama lima hari dan tidak

mungkin untuk mampu makan selama

dua minggu, pemberian makan per

selang (NGT) mungkin perlu untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi.

f. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan status

hipermetabolik, kerusakan masukan cairan berlebihan (selang

indwelling).

Intervensi Rasional

1. Pantau masukan dan keluaran berat

jenis, masukan semua sumber

keluaran, missal muntah, diare, luka

basah. Hitung keseimbangan cairan 24

jam.

2. Timbang berat badan sesuai indikasi

3. Pantau tanda vital, evaluasi nadi

perifer, dan pengisian kapiler.

4. Kaji turgor kulit dan kelmbaban

membrane mukosa. Perhatikan

keluhan haus.

5. Dorong peningkatan masukan cairan

sampai 3000 mL/hari sesuai toleransi

1. Keseimbangan cairan negative yang

terus-menerus dapat menurunkan

haluaran renal dan konsentrasi urin.

Hal ini menunjukkan terjadinya

dehidrasi dan perlunya peningkatan

penggantian cairan.

2. Pemngukuran sensitive terhadap

fluktiuasi keseimbangan cairan.

3. Menunjukkan keadekuatan volume

sirkulasi.

4. Indikator tidak langsung dari status

hidrasi/derajat kekurangan.

5. Membantu dalam memelihara

kebutuhan cairan dan menurunkan

resiko efek samping yang

membahayakan, missal sistitis

Page 40: BAB II

40

individu.

6. Observasi kecenderungan perdarahan,

misalny : rembesan dari membrane

mukosa, sisi pungsi ; adanya ekimosis

atau petekie.

7. Minimalkan fungsi vena. Dorong klien

untuk mempertimbangkan

penempatan kateter vena sentral.

8. Hindari trauma dan pemberian

tekanan dapa sisi pungsi

Kolaborasi

9. Berikan cairan IV sesuai indikasi.

10. Berikan terapi antiemetik.

11. Pantau pemeriksaan laboratorium,

misalnya : darah lengkap, elektrolit,

albumin serum

hemoragi pada klien yang mendapat

siklofosfamid (cytoxan).

6. Identifikasi dini terhadap masalah

yang dapat terjadi sebagai akibat

kanker dan/atau terapi dan

memungkinkan untuk intervensi

segera

7. Menurunkan risiko hemoragi dan

infeksi berkenaan dengan pungsi

vena berulang.

8. Mengurangi risiko terhadap

perdarahan/pembentukan hematoma

9. Diberikan untuk hidrasi umum serta

mengencerkan obat antineoplastik

dan mengurangi efek samping yang

merugikan, misalnya : mual/muntah,

nefrotoksitas.

10. Penghilang mual/muntah

menurunkan kehilangan gastrik dan

memungkinkan pemasukan oral.

11. Memberikan informasi tentang

tingkat hidrasi dan kekurangan yang

menyertai

g. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energy

metabolic (hipermetabolik) emosional berlebihan, efek obat-

obatan/kemoterapi.

Page 41: BAB II

41

Intervensi Rasional

1. Rencanakan perawatan untuk

memungkinkan periode istirahat.

Jadwalkan aktivitas periodic bila

klien mempunyai energy yang

banyak. Libatkan klien/orang terdekat

dalam jadwal perencanaan.

2. Buat tujuan aktivitas realistis dengan

klien.

3. Dorong klien untuk melaksanakan

apa saja bila mungkin, missal mandi

duduk, bangun dari kursi, berjalan.

Tingkatkan aktivitas sesuai

kebutuhan.

4. Pantau respon fisiologis terhadap

aktivitas, missal perubahan TD atau

frekuensi jantung dan pernafasan.

5. Dorong masukan nutrisi.

Kolaborasi

‘6. Berikan Oksigen suplemen sesusai

indikasi

7. Rujuk pada terapi fisik/okupasi.

1. Periode istirahat sering diperlukan

untuk memperbaiki/menghemat

energy. Perencanaan akan

memungkinkan klien menjadi aktif

selama tingkat energi lebih tinggi,

yang dapat memperbaiki perasaan

sejahtera dan rasa control

2. Memberikan rasa kontrol dan

perasaan mampu menyelesaikan.

3. Meningkatkan kekuatan atau

staminadan menjadikan klien lebih

aktif tanpa kelelahan yang berarti

4. Toleransi sangat bervariasi

bergantung pada tahap proses

penyakit, status nutrisi, keseimbanagn

cairan, dan reaksi terhadap aturan

terapeutik.

5. Masukan nutrisi yang adekuat perlu

untuk memenuhi kebutuhan energy

selama aktivitas.

6. Adanya anemia/hipoksemia

menurunkan ketersediaan Oksigen

untuk ambilan seluler dan

memperberat keletihan

7. Latihan yang terprogram setiap hari

dan aktivitas membantu klien

mempertahankan atau meningkatkan

Page 42: BAB II

42

kekuatan dan tonus otot,

meningkatkan rasa sejahtera.

h. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahan

sekunder tidak adekuat, malnutrisi, proses penyakit kronis atau

prosedur invasive.

Intervensi Rasional

1. Tingkatkan prosedur mencuci tangan

yang baik dengan staff dan

pengunjung sebelum dan setelah

bersentuhan dengan klien. Batasi

pengunjung yang mengalami infeksi.

Tempatkan klien pada isolasi sesuai

indikasi.

2. Tekanan hygene personal

3. Pantau suhu

4. Kaji semua sistem, missal kulit,

pernafasan, genitourineria dari adanya

gejala/tanda infeksi secara kontinu

5. Ubah posisi dengan sering,

pertahankan kl;ien kering dan bebas

kerutan

6. Tingkatkan istirahat yang cukup

dengan periode latihan

1. Lindungi klien dari sumber-sumber

infeksi, seperti pengunjung dan staf

yang mengalami ISK

2. Mengurangi risiko infeksi dan/atau

pertumbuhan sekunder

3. Peningkatan suhu terjadi karena

berbagai faktor, missal efek samping

kemoterapi, proses penyakit atau

infeksi. Identifikasi dini proses

infeksi memungkinkan terapi yang

tepat untuk dimulai dengan segera

4. Pengenalan dini dan intervensi

segera dapat mencegah progresi

pada situasi/sepsis yang lebih serius

5. Menurunkan tekanan dan iritasi pada

jaringan dan mencegah kerusakan

kulit

6. Membatasi keletihan, mendorong

gerakan yang cukup untuk

mencegah komplikasi stasis,

misalnya : pneumonia, dekubitus,

dan pembentukan thrombus.

Page 43: BAB II

43

7. Tekankan pentingnya oral hygiene

yang baik.

8. Hindari/batasi prosedur invasif. Taati

teknik aseptic

Kolaborasi

9. Pantau Jumlah Darah Lengkap (JDL)

dengan SDP difresial dan jumlah

granulosit dan trombosit sesuai

indikasi.

10. Dapatkan kultur sesuai indikasi

11. Berikan antibiotik sesuai indikasi

7. Terjadinya somatitis meningkatkan

risiko terhadap infeksi/pertumbuhan

sekunder

8. Menurunkan risiko kontaminasi,

membatasi masuknya agen

infeksius.

9. Aktivitas sumsum tulang dihambat

oleh efek kemoterapi, status

penyakit, atau terapi radiasi.

10. Menidentifikasi organisme penyebab

dan terapi yang tepat

11. Mungkin digunakan untuk

mengidentifikasi infeksi atau

diberikan secara profilaktik pada

klien imunosupresi

i. Resiko tinggi terjadi perubahan membrane mukosa oral

berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi dan radiasi

Intervensi Rasional

1. Kaji kesehatan gigi dan oral hygene

secara periodic

2. Diskusikan dengan klien tentang area

yang memerlukan perbaikan dan

demonstrasikan metode untuk

perawatan oral yang baik.

1. Mengidentifikasi pengobatan

profilaksis yang mungkin diperlukan

sebelum memulai kemoterapi atau

radiasi dan memberikan data dasar

pada perawatan oral hygene.

2. Perawatan mulut yang baik penting

selama pengobatan untuk mengontrol

komplikasi stomatitis.

Page 44: BAB II

44

3. Dorong masukan nutrisi sesuai

toleransi individu.

4. Instruksikan mengenai perubahan

diet, missal hindari makanan panas

atau pedas, jus anjurkan penggunaan

sedotan, mencerna makanan lembut

atau diblender, permen, dan es krim

sesuai toleransi.

5. Kaji rongga mulut setiap hari,

perhatikan perubahan pada integritas

membran mukosa oral, seperti :

kering, kemerhan.

Kolaborasi

6. Rujuk pada dokter gigi sebelum

kemoterapi atau radiasi kepala/leher.

7. Kultur lesi oral yang dicurigai

8. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :

A . Pencuci analgesic, jeli lidokain

topical (xylocaine)

B . Preparat pencuci mulut

antimicrobial, misalnya nistatin

(mycostatin).

3. Hidrasi adekuat membantu

mempertahankan kelembaban

membrane mukosa.

4. Stomatitis berat dapat mempengaruhi

masukan nutrisi dan cairan yang

meninggalkan keseimbangan nitrogen

negative atau dehidrasi. Modifikasi

klien dapat membuat makanan lebih

mudah untuk ditelan dan merasa sejuk

5. Inflamasi mukosa oral (stomatitis)

secara umum terjadi 7-14 hari setelah

mulainya pengobatan, tetapi tanda

lainnya mungkin terlihat paling dini

hari ketiga sampai keempat,

khususnya bila ada masalah oral

sebelumnya.

6. Pemeriksaan profilaktik dan

perbaikan sebelum terapi menurunkan

risiko infeksi.

7. Mengidentifikasi organism penyebab

infeksi oral, dan mengarahkan terapi

obat yang tepat.

8. Obat-obat sesuai indikasi :

A . Program analgesia agresif

mungkin diperlukan untuk

menghilangkan nyeri hebat.

B . Mungkin diperlukan untuk

mengatasi/mencegah infeksi oral

Page 45: BAB II

45

sekunder, seperti : kandida,

pseudomonas, herpes simpleks

j. Risiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit/jaringan

berhubungan dengan efek radiasi, kemoterapi, perubahan

imunologis, perubahan status nutrisi atau anemia.

Intervensi Rasional

1. Kaji kulit dengan sering terhadap

efek samping terapi kanker.

Perhatiakn kerusakan/lambatnya

penyembuhan luka. Tekankan

pentingnya melaporkan area terbuka

pada pemberi perawatan.

2. Mandikan klien dengan air hangat

dan sabun ringan.

3. Dorong klien untuk menghindari

menggaruk dan menepuk kulit yang

kering.

4. Ubah posisi dengan sering

5. Hindari menggaruk dan

menggunakan lotion atau deodorant,

hindari memberikan padas atau

menusahakan mencuci tanda/tato

yang ada di kulit sebagai identifikasi

area iradiasi.

1. Efek kemerahan dapat terjadi pada

area radiasi (kekeringan dan pruritus),

deskuamasi lembab (lepuh), ulserasi,

kehilangan rambut, kehilangan

dermis, dan kelenjar keringat juga

dapat terlihat. Reaksi ruam alergi,

hiperpigmentasi, pruritus, dan

alopesia dapat terjadi akibat agen

kemoterapi

2. Mempertahankan kebersihan tanpa

mengiritasi kulit.

3. Membantu mencegah friksi/trauma

kulit

4. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah

tekanan pada kulit/jaringan yang tidak

perlu.

5. menimbulkan atau bahkan

mempengaruhi pemberian radiasi

6. Kulit sangat sensitive sesaat atau

Page 46: BAB II

46

6. Anjurkan menggunakan pakaian yang

lembut dan longgar

7. Cuci kulit segera dengan sabun dan

air agen antineoplastik yang tercecer

pada kulit yang tidak terlindungi.

8. Informasikan klien bahwa bila terjadi

alopesia, rambut dapt tumbuh

kembali setelah kemoterapi selesai.

Kolaborasi

9. Berikan antidote yang tepat bila

terjadi eksaserbasi, misalnya :

A . DMSO topical

B . Hialuronidasi (wydase)

C . NaHCO3

D . Tiosulfat

10. Berikan salep topikal, misalnya :

sulfadiazine perak (silvaene) dengan

tepat.

11. Berikan kompres es/hangat per

protokal

setelah pengobatan, dan semua iritasi

harus dihindari untuk mencegah

cedera termal

7. Mengencerkan obat untuk

menurunkan risiko iritasi kulit/luka

bakar kimia

8. Pedoman antisipasi dapat membantu

penilaia/persiapan untuk kehilangan

rambut.

9. Mengurangi kerusakan jaringan local

10. Digunakan untuk mencegah

infeksi/memudahkan penyembuhan

bila terjadi luka bakar kimia

(ekstravasasi)

11. Intervensi kontroversional tergantung

pada tipe agen yang digunakan

k. Resiko tinggi terjadi diare/konstipasi berhubungan dengan iritasi

mukosa GI, masukan cairan buruk, kurang latihan, penggunaan

opiate/narkotik.

Intervensi Rasional

1. Pastikan kebiasaan eliminasi umum 1. Sebagai data dasar untuk evaluasi

Page 47: BAB II

47

klien

2. Kaji bising usus dan catat gerakan

usus termasuk frekwensi, konsistensi

(terutama 3-5 hari pertama terapi

alkaloid vinca).

3. Pantau intake dan output serta berat

badan.

4. Dorong asupan cairan yang adekuat,

missal 2000mL/24jam, peningkatan

serat dan latihan.

5. Berikan makan sedikit tapi sering

dengan makanan rendah sisa,

mempertahankan kebutuhan protein

dan karbohidat (missal telur, sereal,

dan sayur di blender).

6. Pastikan diet yang tepat, hindari

makanan tinggi lemak, makanan tinggi

serat, mkanan yang menyebabkan

diare dan gas, makanan tinggi kafein,

serta makanan yang sangat

panas/dingin.

7. Pantau adanya infeksi bila tidak ada

distensi abdomen, kram, dan sakit

kepala

2. Mendefinisikan masalah, missal

diare, konstipasi. Konstipasi adalah

salah satu manifestasi termudah dari

neurotoksisitas.

3. Dehidrasi, penurunan berat badan,

dan ketidakseimbangan elektrolit

adalah komplikasi dari daire.

Ketidakadekuatan masuka cairan

dapat menimbulkan konstipasi

4. Dapat menurunkan konstipasi

dengan memperbaiki konsistensi

feses dan merangsang perilstatik, dan

dapat mencegah diare/dehidrasi.

5. Mengurangi iritasi gaster. Makanan

rendah serat dapat menurunkan

iritabilitas dan memeberikan istirahat

pada usus bila ada diare.

6. Stimulan GI yang dapat

meningkatkan motilitas/frekuensi

defekasi

7. Intervensi lanjut/perawatan usus

alternative mungkin diperlukan.

Page 48: BAB II

48

Kolaborasi

8. Pantau hasil laboratorium.

9. Berikan cairan IV (IVFD).

10. Berikan agen antidiare.

11. Pelunak feses, laksatif, enema sesuai

indikasi.

8. Ketidakseimbangan elektrolit

mungkin mengubah funsi GI.

9. Mencegah dehidrasi, mengencerkan

agen kemoterapi untuk mengurangi

efek samping

10. Diindikasikan untuk diare yang

berat.

11. Penggunaan profilaktik dapat

mencegah komplikasi lanjut pada

beberapa klien.

l. Risiko tinggi perubahan pola seksualitas berhubungan dengan

perubahan fungsi/struktur tubuh, sangat lelah, ketakutan/asietas,

kurang privasi/orang terdekat.

Intervensi Rasional

1. Diskusikan dengan klien/orang

terdekat mengenai sifat seksualitas

dan reaksinya bila ini berubah atau

terancam. Berikan informasi tentang

normalitas masalah-masalah tersebut,

dan banyak orang perlu bantuan untuk

proses adaptasi.

2. Jelaskan efek samping pengobatan

kanker yang memengaruhi seksualitas.

3. Berikan waktu khusus untuk klien.

Mintalah izin (ketuk pintu) sebelum

masuk.

1. Pengakuan legitimasi tentang

masalah. Seksualitas cara pria dan

wanita memandang diri sendiri dan

bagaimana mereka

menyampaikannya diantara mereka.

2. Pedoman antisipasi dapat membantu

klien dan orang terdekat dalam

memulai proes adaptasi.

3. Kebutuhan seksualitas tidak berakhir

karena klien dirawat. Kebutuhan

keintiman berlanjut dan sikap

terbuka serta menerima untuk

ekspresi kebutuhan tersebut adalah

Page 49: BAB II

49

penting.

m. Risiko tinggi perubahan proses keluarga berhubungan dengan

krisis situasi, perubahan peran/status ekonomi atau kehilangan

yang diantisipasi dari anggota keluarga.

Intervensi Rasional

1. Perhatikan komponen keluarga,

adanya keluarga besar dan orang lain,

missal teman/tetangga

2. Identifikasi pola komunikasi dalam

keluarga dan pola interaksi antara

anggota keluarga

3. Kaji harapan/peran dari anggota

keluarga dan dorong diskusi tentang

hal tersebut.

4. Kaji arah energi, missal upaya

resolusi/pemecahan masalah sesuai

tujuan

5. Perhatikan keyakinan budaya/religious

6. Dengarkan ekspresi ketidakberdayaan

1. Membantu untuk mengetahui siapa

yang ada untuk membantu

perawatan/memberikan dukungan,

dan

memberikan dorongan bila

diperlukan.

2. Memberikan informasi tentang

efektifitas komunikasi dan

mengidentifikasi masalah yang

memengaruhi kemampuan keluarga

untuk membantu klien dan menilai

positif diagnosis/pengobatan kanker

3. Setiap orang dapat melihat situasi

dengan cara mereka sendiri, dan

identifikasi dengan jelas serta

pembagian harapan ini

meningkatkan pemahaman

4. Memberikan petunjuk tentang

intervensi yang mungkin tepat untuk

membantu klien dan keluarga dalam

mengarahkan energi yang efektif.

5. Memengaruhi reaksi klien/orang

terdekat serta penilaian terhadap

diagnosis, pengobatan, dan akibat

dari kanker.

6. Perasaan tidak berdaya dapat

Page 50: BAB II

50

7. Hadapi anggota keluarga dengan cara

yang hangat, perhatian, dan

menghargai

8. Dorong ekspresi yang tepat tentang

marah tanpa reaksi negatif pada

mereka

9. Akui kesulitan situasi, misalnya :

diagnosis dan pengobatan kanker, seta

kemungkinan kematian

10. Identifikasi dan dorong penggunaan

perilaku koping yang berhasil

sebelumnya

11. Tekankan pentingnya kontinu antara

anggota keluarga

Kolaborasi12. Rujuk pada kelompok pendukung, dan

lakukan terapi keluarga sesuai

indikasi.

memperberat kesulitan menilai

diagnosis kanker dan kerja sama

dalam pengobatan

7. Memberi perasaan empati dan

meningkatkan rasa harga diri

individu serta kemampuan untuk

mengatasi situasi saat ini.

8. Perasaan marah diharapkan bila

individu menghadapi kesulitan/risiko

penyakit menjadi fatal dari kanker

9. Mengomunikasikan penerimaan

realitas klien/keluarga

10. Umumnya orang telah

mengembangkan keterampilan

koping efektif yang dapat bermanfaat

dalam menghadapi situasi baru.

11. Meningkatkan pemahaman dan

membantu anggota keluarga untuk

mempertahankan komunikasi jelas

dan mengatasi masalah dengan

efektif

12. Mungkin perlu bantuan tambahan

untuk mengatasi masalah

disorganisasi yang dapat menyertai

diagnosis dari risiko penyakit

terminal (kanker).

Page 51: BAB II

51

n.  Kurang pengetahuan( kebutuhan belajar tentang penyakit,

prognosis, dan kebutuhan perawatan) berhubungan dengan kurang

informasi, salah interpretasi informasi, mitos, tidak mengenal

sumber informasi atau keterbatasan kognitif.

Intervensi Rasional

1. Tinjau ulang dengan klien/orang

terdekat tentang pemahaman

diagnosis, alternative pengobatan, dan

sifat harapan.

2. Tentukan persepsi klien tentang

kanker dan pengobatan kanker,

tanyakan pengalaman

sebelum/sesudah menderita kanker

atau pengalaman orang lain tentang

kanker.

3. Berikan informasi yang jelas dan

akurat. Jawab pertanyaan secara

khusus, tetapi tidak memaksakan

detail-detail yang tidak penting.

4. Berikan pedoman antisipasi pada

klien/orang terdekat mengenai

pengobatan, kemungkinan efek

samping. Bersikap jujur kepada klien.

1. Memvalidasi tingkat pemahaman

saat ini, mengidentifikasi kebutuhan

belajar, dan memberikan dasar

pengetahuan di mana klien membuat

keputusan berdasarkan informasi.

2. Membantu identifikasi ide, sikap,

rasa takut, kesalahan konsepsi, dan

kesenjangan pengetahuan tentang

kanker.

3. Membantu penilaian diagnosis

kanker, memberikan informasi yang

diperlukan. Kecepatan dan metode

pemberian informasi perlu diubah

agar mengurangi ansietas klien dan

meningkatkan kemampuan untuk

mengasimilasi informasi.

4. Klien mempunyai hak untuk tahu

dan berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan. Informasi

yang akurat dan detail membantu

menghilangkan rasa takut dan

ansietas, mengklarifikasi rutinitas

yang diharapkan, dan

memungkinkan klien

Page 52: BAB II

52

5. Minta umpan balik verbal klien, dan

perbaiki kesalahan konsep tentang tipe

kanker individu dan pengobatan.

6. Nyatakan secara normal keterbatasan

yang akan dialami (bila ada), misalnya

: membatasi pemajana sinar matahari,

masukan alkohol, kehilangan waktu

kerja karena pengobatan di rumah

sakit.

7. Berikan materi tertulis tentang kanker,

pengobatan, dan ketersediaan system

pendukung

8. Tinjau ulang aturan pengobatan

khusus dan penggunaan obat yang di

jula bebas.

9. Beri tahu kebutuhan perawatan khusus

di rumah, misalnya: kemampuan

untuk hidup sendiri, melakukan

prosedur/pengobatan yang diperlukan.

10. Anjurkan meningkatkan masukan

cairan dan serat dalam diet serta

latiahn teratur.

11. Dorong variasi diet serta pengalaman

dalam perencanaan makan

mempertahankan beberapa derajat

kontrol.

5. Kesalahan konsep tentang kanker

lebih mengganggu daripada

kenyataan dan mempengaruhi

penguatan/penurunan penyembuhan.

6. Bila pembatasan diperlukan,

memungkinkan klien/orang terdekat

mulai menempatkan diri mereka

pada perspektif dan rencana/adaptasi

sesuai indikasi.

7. Ansietas dan berpikir terus-menerus

dengan pikiran tentang kehidupan

dan kematian sering mempengaruhi

kemampuan klien untuk

mengasimilasi informasi adekuat

8. Meningkatkan kemampuan untuk

mengatur perawatan diri dan

menghindari risiko komplikasi,

reaksi/interaksi obat.

9. Memberikan informasi mengenai

perubahan yang doperlukan dalam

rencana memenuhi kebutuhan

terapeutik

10. Memperbaiki konsistensi feses dan

merangsang peristaltik.

11. Kreativitas dapat meningkatkan

keinginan dan masukan makanan,

khususnya bila makanan protein

Page 53: BAB II

53

12. Berikan buku masak yang didesain

untuk klien kanker.

terasa lebih pahit

12. Membantu dalam memberikan

menu/ide bumbu khusus.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 54: BAB II

54

Tumor tulang adalah kelainan pada sistem muskuloskletal yang

bersifat neoplastik. Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor tulang

dapat bersifat primer yang berasal dari unsur-unsur tulang sendiri atau

sekunder dari metastasis (infiltrasi) tumor-tumor ganas organ lain ke

dalam tulang (Rasjad,2007). Tumor tulang merupakan kelompok tumor

tulang yang ganas. Keganasan tulang dapat dikelompokkan menjadi 2

yaitu tumor benigna dan maligna. Angka kejadian dari seluruh tumor

tulang primer terdapat 65,8% bersifat jinak dan 34,2% bersifat ganas.

Tumor jinak primer tulang yang paling sering ditemukan adalah osteoma

39,3%, osteokondroma 32,5%, kondroma 9,8%, dan sisanya adalah tumor

tulang jinak yang lain.

Selain itu, ditemukan juga angka kejadian untuk kasus osteogenik

sarkoma 48,8% yang merupakan tumor ganas primer tulang yang paling

banyak ditemukan. Serta diikuti juga oleh giant cell tumor 17,5%,

kondrosarkoma 10%, dan sisanya adala tumor tulang ganas lainnya.

Beberapa manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa

bervariasi tergantung pada jenis tumor tulangnya, namun yang paling

umum adalah nyeri. Tumor tulang lebih umum terjadi pada tulang yang

bentuknya panjang (lengan dan kaki), sehingga tempat-tempat tersebut

merupakan tempat yang paling sering merasakan nyeri

B. Saran

1. Bagi perawat

Selalu siap dan tanggap dalam memberikan pelayanan kepada klien.

Agar masalah yang dialami klien dapat teratasi dan meningkatkan

status kesehatan klien ke level yang optimal.

54

Page 55: BAB II

55

2. Bagi mahasiswa

Lebih menumbuhkan semangat untuk belajar, mencari tahu apa yang

tidak diketahui, bertanya jika tidak mengerti, mengasah keterampilan

dalam melakukan tindakan, dan lain- lain.

3. Bagi penulis berikutnya

Perbanyak referensi yang membahas tentang kasus ini.