bab ii
DESCRIPTION
achonkTRANSCRIPT
-
15
BAB II
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
TENTANG SHALAT BERJAMAH HUBUNGANNYA DENGAN
PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL SISWA DI SDN SINDANGHURIP
KECAMATAN BANTARUJEG KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN PELAJARAN 2011 - 2012
A. Konsep tentang Model Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran diartikan sebagai upaya membelajarkan siswa. (Abdul
Rahmat, 2009: 87). Sementara itu hakikat mengajar (teaching) adalah membantu
para siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana
untuk mengekspresikan diri, dan cara-cara bagaimana belajar. (Abdul Rahmat,
2009: 87). Selain itu juga pembelajaran dapat diartikan sebagai penciptaan sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. (Abdul Rahmat, 2009: 87).
Penciptaan sistem lingkungan berarti menyediakan seperangkat kondisi
lingkungan bagi siswa tersebut. Kondisi ini dapat berupa sejumlah tugas-tugas
yang harus dikerjakan siswa, persoalan yang menuntut agar siswa
memecahkannya, seperangkat keterampilan yang perlu dikuasai siswa. Termasuk
di dalamnya seperangkat kondisi, yaitu sejumlah informasi atau pengetahuan atau
keterampilan yang perlu dikuasai siswa.
Pembelajaran merupakan perubahan yang kompleks, oleh karena itu
perencanaan maupun pelaksanaannya pembelajaran memerlukan
pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana. Untuk memutuskan
tujuan yang hendak dicapai, guru perlu mempertimbangkan karakteristik
anak. (Abdul Rahmat, 2009: 87).
-
16
Pembelajaran menitik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas tertentu yang sesuai dengan standar rerformansi yang telah
ditetapkan. Rumusan ini menunjukan bahwa pendidikan mengacu pada upaya
penyiapan individu agar mampu melakukan perangkat kompetensi yang
diperlukan. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung
empat unsur pokok, yaitu:
a. Pemilihan kompetensi yang sesuai
b. Spesifikasi indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian
kompetensi
c. Pengembangan sistem pengajaran
d. Penilaian
Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi
peserta didik untuk menguasai potensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran
mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu,
dan hidup dalam kebersamaan serta mengaktualisasikan diri.
Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu:
a. Berpusat pada peserta didik b. Mengembangkan kreativitas peserta didik c. Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika e. Menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan
(Abdul Rahmat, 2009: 88)
2. Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam
memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam menyajikan materi yang
-
17
akan diajarkan. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai
pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran
tersebut dapat dicapai dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan
yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses
pembelajaran tertentu, (Badruli Martati, 2010: 3). Tujuan pembelajaran dapat
menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru, misalnya seorang guru PAI
menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat mendemonstrasikan cara
melaksanakan shalat berjamaah dengan baik dan benar sesuai denga ajaran Islam.
Dalam hal ini salah satu model yang dapat membantu siswa mencapai tujuannya
adalah dengan menggunakan model pembelajaran tematik, yang selanjutnya siswa
akan diberi tugas untuk mempraktekkan menjadi imam dan makmum.
Dalam contoh tersebut terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan
psikomotor, demikian juga diaplikasikan kemampuan afektif tentang bagaimana
kemampuan mereka dalam melaksanakan shalat berjamaah.
Dalam silabus, telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yang
diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat 4
(empat) komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil belajar, yaitu:
a. Penentuan subjek belajar untuk menunjukan sasaran belajar.
b. Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang ditampilkan
melalui performan siswa.
c. Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performannya.
-
18
d. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.
Berdasarkan indikator penentuan tujuan pembelajaran, maka dapat
dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur: Audiance (siswa), behavior
(perilaku yang harus dimiliki), condition (kondisi dan situasi), dan degree
(kualitas dan kuantitas hasil belajar). Adapun gambaran antara tujuan
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
(Abdul Rahmat, 2009: 125)
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik, maka diperlukan penentuan tujuan terlebih dahulu
kemudian diperlukan adanya model, guru yang kompeten serta media yang
memadai.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, maka diperlukan
faktor-faktor sebagai berikut:
Tujuan Penetapan
isi dan
Model
Guru
Media
Guru
dengan
Media
Peserta
Didik
-
19
a. Faktor guru Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sangat penting untuk
diperhatikan. Sebab kemampuan untuk mengelola dan menguasai materi
pembelajaran sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan pembelajaran.
Untuk melihat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
diperlukan indikator, yaitu melalui rencana pembelajaran. Melalui
rencana pembelajaran ini dilakukan pengamatan terhadap kegiatan guru.
Dalam hal ini untuk kegiatan penanaman nilai-nilai demokrasi pada
siswa.
b. Faktor siswa Ditinjau dari siswa siswi, maka aktivitas dan respon siswa terhadap
proses pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor penting
dalam menentukan efektif atau tidaknya suatu proses pembelajaran.
Untuk melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diperlukan
suatu indikator yang merupakan gejala-gejala yang nampak, baik dalam
tingkah laku maupun dalam iklim pembelajaran yang berlangsung.
Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan sangat
berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Apabila responnya positif hal
ini berarti siswa senang dan ada motivasi untuk belajar. Hal ini akan
membawa dampak yang baik pada pelaksanaan proses pembelajaran,
begitu juga sebaliknya. Selain itu juga diperlukan kerja sama dan peranan
orang tua dan masyarakat dilingkungan keluarganya agar dapat
mempersiapkan pendidikan anak-anaknya sejak usia dini.
c. Faktor pembelajaran Proses pembelajaran membutuhkan perangkat pembelajaran yang sesuai
untuk proses pembelajaran. Adanya perangkat pembelajaran akan
memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar. Hal ini sejalan dengan
pendapat Slavina (2008: 29), bahwa agar pembelajaran dapat berjalan
dengan baik, maka siswa perlu diberi kegiatan yang berisi pertanyaan
atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan. Selain perangkat
pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik,
diperlukan juga strategi dan metode yang sesuai dengan karakter dan
kemampuan anak didik. Metode pembelajaran merupakan upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Herdiana Prasetya
Ningrum, 2010: 22). Penerapan metode mengajar perlu memperhatikan
berbagai faktor, antara lain keadaan peserta didik, fasilitas yang
mendukung proses belajar mengajar, maupun mata pelajaran yang
diajarkan.
d. Faktor media/Sarana dan prasarana Media dan sarana prasarana pendidikan sebagai elemen dalam proses
belajar mengajar sangat mempengaruhi dalam kelancaran dan
-
20
keberhasilan peserta didik. Pengalaman menunjukan bahwa ketersediaan
buku pelajaran, ruang belajar yang memadai, perpustakaan, laboratorium,
dan alat praktik sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan belajar
mengajar.
e. Faktor lingkungan Lingkungan belajar siswa meliputi fisik, sosial, dan budaya. Lingkungan
fisik ini meliputi cuaca, keadaan udara, ruangan, cahaya dan kesehatan
lingkungan. Sedangkan lingkungan sosial meliputi pergaulan siswa
dengan orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang dewasa
disekitarnya. Sesuai dengan peran manusia itu sendiri sebagai mahluk
sosial, yang saling membutuhkan antara manusia yang satu dengan
manusia yang lainnya. Maka dalam hal ini siswa harus mampu bersikap
yang baik sesuai dengan ajaran Agama Islam dan aturan yang berlaku di
lingkungan masyarakat tertentu sehingga akan terjalin ukhuwah Islamiah.
Dengan terjalinnya ukhuwah Islamiah tersebut maka akan menciptakan
suasana yang kondusif dalam lingkungan sosial masyarakat sehingga
pada gilirannya hal ini akan mendukung terhadap berlangsungnya proses
belajar siswa di sekolah. (Badruli Martati, 2010: 50)
Selanjutnya yang termasuk lingkungan budaya meliputi kebiasaan, tata cara
pergaulan masyarakat di sekitar siswa. Sesuai dengan fungsi yang lainnya bahwa
manusia berfungsi sebagai mahluk Tuhan, yang dalam hal ini Allah menciptakan
manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi. Sesuai dengan firman Allah
dalam Al-Quran ( Al- Anam: 165)
Artinya : Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah (penguasa-penguasa) di muka bumi dan ia meninggikan sebahagian kamu
atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Azyumardi Azra, 2008: 64)
-
21
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai
khalifah di muka bumi, yakni mempunyai kewajiban untuk menjaga alam semesta
yang telah diciptakan Allah, serta menciptakan sesuatu yang bermanfaat karena
Allah telah membekali manusia lengkap dengan akal pikirannya.
Manusia sebagai pencipta ke dua setelah Allah SWT, ciptaan manusia itu
dapat berupa:
a. Ide, gagasan, norma, dan nilai (abstrak)
b. Aktivitas perbuatan yang merupakan aktualisasi dari yang pertama.
c. Benda-benda konkrit sebagai hasil aktualisasi dari yang pertama dan kedua.
(Azyumardy Azra, 2008: 3)
Yang salah satu hasil ciptaan manusia itu adalah berupa kebudayaan.
Kebudayaan inilah yang perlu dijaga oleh siswa sebagai salah satu karakter umat
Islam dan ciri khas bangsa Indonesia.
Dengan adanya rasa saling memiliki dan saling menjaga keanekaragaman
budaya yang dimiliki berdasarkan latar belakang keluarga yang berbeda-beda,
maka akan semakin mempererat ukhuwah Islamiah siswa tersebut. Dan hal ini
akan menunjang terhadap berlangsungnya proses pembelajaran yang baik.
4. Pengertian Pembelajaran Tematik
Model Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan model
pembelajaran yang berasumsi bahwa siswa di kelas rendah masih melihat segala
sesuatu itu sebagai suatu keutuhan (holistic) (E. Kosasih, 2010: 24). Oleh karena
itu di dalam pembelajaranpun mereka belum mengenal pemisahan mata pelajaran.
-
22
Pengalaman belajar perlu dilakukan secara terpadu, baik dari segi proses atau
waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Model pembelajaran tematik
hanya diajarkan pada siswa Sekolah Dasar untuk kelas rendah (kelas 1 s/d 3).
5. Strategi Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar
siswa, misalnya sebagai berikut:
a. Bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi siswa;
b. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, siswa tidak
harus di-drill, tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Bentuk
pembelajaran ini sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.
6. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental siswa Sekolah Dasar,
pembelajaran pada tahap ini harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berpusat pada siswa; b. Memberikan pengalaman langsung pada siswa; c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran;
e. Bersifat fleksibel; f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa. (E. Kosasih, 2010: 25)
7. Keunggulan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki keunggulan/kekuatan, diantaranya sebagai
berikut:
-
23
a. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa;
b. Pembelajaran menjadi menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
c. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna;
d. Pembelajaran tematik mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahan yang dihadapi;
e. Keterampilan sosial bisa tumbuh karena di dalamnya dipraktikan pula kegiatan bekerja, toleransi, berkomunikasi, dan penyampaian gagasan
terhadap orang lain (musyawarah);
f. Siswa biasanya mudah memusatkan perhatian pada 1 (satu) tema atau topik tertentu. Ia pun dapat mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang
sama;
g. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, siswa pun dapat merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
h. Siswa lebih bergairah belajar, karena mereka dapat berkomunikasi dalam alam yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi,
mempraktekan;
i. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3
kali pertemuan. Dan waktu selebihnya dapat digunakan untuk remidial,
pemantapan, mempraktekkan. (E. Kosasih, 2010: 25)
Untuk mencapai keunggulan-keunggulan tersebut, maka guru harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, guru perlu mempertimbangkan
alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyaknya bahan yang ada
dalam kurikulum.
b. Memilih tema yang terdekat dengan anak, misalnya kalau para siswa berada
di tengah-tengah kehidupan pertanian, guru perlu memilih tema tentang
pertanian, atau yang ada kaitannya dengan tema tersebut.
-
24
c. Guru perlu mengutamakan kompetensi dasar yang ada pada kurikulum dari
pada penentuan tema. Meskipun demikian kompetensi dasar yang akan
dikembangkan itu tetap saja harus diwadahi oleh satu kesatuan tema yang
hal itu tidak terlalu sulit dilakukan guru.
8. Cara Penyajian dan Langkah-langkah Pembelajaran Tematik
Dalam menyajikan Pembelajaran tematik (terpadu), sepenuhnya diserahkan
kepada guru yang akan mengatur alokasi waktu per minggunya. Dalam arti
indikator dari mata pelajaran apa saja yang akan disajikan terlebih dahulu
tergantung kepada situasi dan kondisi siswa, guru yang bersangkutan. Pada
prinsipnya cara penyajian pembelajaran tematik ini adalah menyajikan sejumlah
mata pelajaran dalam setiap kali pertemuan (tatap muka sehari) tetapi tidak perlu
dipaksakan untuk harus selalu meliputi 7 mata pelajaran secara lengkap dalam
sehari, melainkan disesuaikan indikator mana yang dapat terpadu. Adapun
langkah-langkah dalam model pembelajaran tematik adalah:
a. Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap
mata pelajaran.
b. Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut,
misalnya: pilih tema diri sendiri, keluarga, lingkungan hidup, tempat umum,
pengalaman, persahabatan, kegemaran, tumbuhan, binatang, hiburan,
transportasi, kesehatan, makanan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan,
peristiwa, dan sebagainya.
-
25
c. Buatlah matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema.Dalam langkah
ini penyusun memperkirakan dan menentukan kompetensi-kompetensi dasar
pada sebuah mata pelajaran yang cocok dikembangkan dengan sebuah tema.
Langkah ini dilakukan untuk semua mata pelajaran.
B. Pembahasan tentang Shalat Berjamaah
1. Pengertian dan Hukum Shalat Berjamaah
Shalat ialah ibadat yang terdiri perkataan dan perbuatan tertentu yang terdiri
dari takbir bagi Allah Taala dan di akhiri dengan mengucapkan salam
(Azyumardy Azra, 2008: 15). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:
149) Shalat ialah ibadah kepada Allah, doa kepada Allah.
Shalat merupakan salah satu perbuatan amaliah terpenting dalam Islam, dan
berada setingkat dibawah petingnya mempercayai serta meyakini Ketuhanan
Allah, dan Kerasulan Muhammad, karena shalat di samping merupakan bukti dari
keimanan tersebut dalam bentuk penghambaan manusia terhadapnya, juga
merupakan wahana hubungan kejiwaan antara manusia dengan Allah sebagai
Tuhannya. (Azyumardi Azra, 2008: 147).
Dari kebanyakan ulama berpendapat bahwa shalat merupakan doa. Dan ini
sejalan dengan praktik shalat yang sebagaimana diajarkan Rasulullah Saw, yang
di dalamnya terdiri dari rangkaian perbuatan ucapan berupa doa-doa seorang
mukmin terhadap Tuhannya. Dan secara lebih sempurna, Imam Taqiyyudin yang
dikutif oleh Azyumardi Azra (2008: 150) memberikan batasan bahwa shalat itu
adalah rangkaian perbuatan gerak dan ucapan, yang diawali dengan takbir dan
-
26
diakhiri dengan salam. Sejalan dengan definisi di atas, maka shalat sebagaimana
diajarkan Rasulullah, adalah serangkaian perbuatan gerak dan ucapan yang
disamping merefleksikan sikap tunduk seorang hamba terhadap Tuhannya, juga
merupakan wahana hubungan kejiwaan serta penyampaian doa-doa seorang
mukmin terhadap Allah SWT sebagai Tuhannya.
Shalat berjamaah adalah aktivitas shalat yang dilakukan secara bersama-
sama, paling sedikit dilakukan oleh 2 (dua) orang dengan 1 (satu) orang menjadi
imam dan yang lainnya menjadi makmum. (Prihatin Nurlathifah, 2009: 2). Shalat
berjamaah adalah shalat yang dilakukan oleh 2 (dua) orang secara bersama sama
dan salah satu diantara mereka mengikuti yang lainnya. (Sulaiman Rasjid, 2002:
109).
Adapun hukum dari shalat berjamaah terdiri dari beberapa pendapat,
sebagian ulama mengatakan shalat berjamaah hukumnya fardu ain (wajib aini),
sebagian lagi berpendapat bahwa shalat berjamaah hukumnya sunnat muakkad
(sunnat yang istimewa). Jadi berdasarkan pendapat yang seadil-adilnya dan
sehampir-hampirnya pada yang betul menyatakan bahwa bahwa shalat berjamaah
hukumnya sunnat muakkad (sunnat yang istimewa). (Sulaiman Rasjid, 1992:
110).
2. Ketentuan-ketentuan Shalat Berjamaah
Adapun ketentuan-ketentuan shalat berjamaah adalah sebagai berikut:
(Udin Wahyudin, 2008: 83)
-
27
a. Shalat berjamaah sekurang -kurangnya terdiri atas 2 (dua) orang, seorang menjadi imam dan seorang menjadi makmum.
b. Sebelum shalat berjamaah disunatkan membaca adzan dan iqamah. c. Imam berdiri paling depan dan makmum berdiri berjajar dibelakang. d. Imam hendaklah dipilih oleh makmum. e. Imam sebaiknya yang baik bacaan Al-Qurannya. f. Makmum tidak boleh mendahului gerakan ataupun bacaan imam. g. Laki-laki boleh menjadi imam laki-laki dan perempuan. h. Perempuan hanya boleh menjadi imam bagi makmum perempuan.
Karena dalam shalat berjamaah harus terdapat 1 (satu) imam dan makmum,
maka terdapat pula syarat-syarat menjadi imam dan makmum, yaitu sebagai
berikut:
a. Imam
Imam merupakan pemimpin dalam shalat berjamaah. Tidak sembarang
orang dapat menjadi imam, seorang imam harus memenuhi syarat-syarat tertentu
sehingga mampu memimpin shalat berjamaah.
Adapun syarat-syarat menjadi imam adalah sebagai berikut:
1. Mampu membaca Al-Quran dengan fasih.
2. Berperilaku terpuji atau orang yang adil.
3. Memiliki pemahaman tentang hukum islam yaitu faham tentang tata cara
shalat.
Selain memiliki syarat-syarat yang telah dituliskan di atas, imam juga
memiliki kewajiban-kewajiban sebagai berikut:
1. Imam harus menertibkan saf sebelum shalat dimulai, saf harus lurus dan
rapat;
2. Bacaan imam harus fasih;
-
28
3. Imam harus menyaringkan suara ketika membaca surah al-Fatihah dan
surah pendek atau ayat Al- Quran pada rakaat pertama dan kedua shalat
magrib, isya dan subuh. Pada rakaat ketiga dan keempat bacaan imam
pelan, cukup hanya didengar oleh dirinya.
Adapun shalat berjamaah yang sah telah diatur berdasarkan imam dan
makmum, ketentuan orang yang sah menjadi imam adalah:
1. Imam laki-laki mengimami laki-laki;
2. Imam laki-laki mengimami perempuan dan anak-anak;
-
29
3. Perempuan mengimami perempuan;
4. Perempuan mengimami anak-anak perempuan;
5. Anak laki-laki mengimami anak laki-laki dan perempuan.
(Udin Wahyudin, 2008: 85-86)
-
30
b. Makmum
Makmum adalah orang yang orang yang mengikuti imam dalam shalat
berjamaah. (Udin Wahyudin, 2008: 87).
Sulaiman Rasjid (1992: 112) menyebutkan syarat-syarat menjadi makmum
sebagai berikut:
1. Makmum hendaklah meniatkan menjadi makmum; 2. Makmum hendaklah mengikuti imamnya dalam segala pekerjaannya; 3. Mengetahui dan mengikuti semua gerakan imam; 4. Keduanya (imam dan makmum) berada dalam satu tempat; 5. Tempat berdiri makmum tidak boleh terkemuka dari imamnya; 6. Posisi makmum berada di belakang imam; 7. Makmum laki-laki tidak boleh berimam kepada perempuan; 8. Makmum berimam kepada orang yang diketahui shalatnya sah; 9. Tidak ada pembatas yang menghalangi gerakan imam; 10. Shalat makmum harus sesuai dengan shalat imam
3. Tata Cara Melaksanakan Shalat Berjamaah
Dalam shalat berjamaah dikenal istilah barisan dalam shalat atau saf, imam,
makmum, dan makmum masbuk.
Saf artinya barisan dalam shalat berjamaah, barisan makmum dalam shalat
berjamaah tidak dibedakan atau diistimewakan. Saf tidak ditentukan oleh
jabatan, pangkat, atau kekayaan seseorang. Saf atau barisan dalam shalat
harus lurus dan rapat, saf yang tidak rapat dapat disusupi setan. Setiap akan
melaksanakan shalat fardu berjamaah, imam akan selalu merapikan saf.
Bagi makmum yang datang lebih dahulu sebaiknya mengisi saf paling
depan, saf paling depan diisi oleh laki-laki dewasa. Kemudian makmum
remaja, dan paling belakang adalah makmum anak-anak perempuan.
Jika shalat berjamaah hanya diikuti oleh dua orang, maka letak imam dan
makmum adalah satu barisan. Akan tetapi posisi imam sedikit lebih ke
depan dari pada makmum, posisi imam berada di sebelah kiri makmum.
(Udin Wahyudin, 2008: 88-89)
4. Keutamaan dan Manfaat Shalat Berjamaah
Bukan hanya pahalanya saja yang memiliki nilai lebih, shalat berjamaah
juga dapat membangun keselarasan dan silaturahmi sesama saudara, artinya dari
-
31
shalat berjamaah dapat berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat kita
selama hidup di dunia. (Prihatin Nurlathifah, 2009: 21) menyebutkan keutamaan-
keutamaan shalat berjamaah sebagai berikut:
a. Mendapat pahala 27 derajat lebih tinggi dari pada shalat sendiri (munfaridz);
b. Didoakan oleh para malaikat Allah; c. Mendapat naungan atau perlindungan Allah pada hari kiamat; d. Mendapat kemuliaan dari Allah SWT; e. Diampuni semua dosa; f. Setiap langkah kaki meninggikan derajat kita di sisi Allah SWT; g. Memancarkan cahaya yang sempurna di hari kiamat; h. Berada dalam jaminan Allah SWT; i. Disiapkan satu tempat di surga; j. Allah mencukupkan rizkinya; k. Dijauhkan dari kekafiran; l. Setara dengan pahala Haji; m. Dihindarkan dari godaan setan; n. Anugerah ketentraman, persatuan dan persaudaraan; o. Pembebas dari neraka dan sifat munafik; p. Mendapat balasan yang berlipat ganda; q. Sarana penyatuan hati dan fisik, saling mengenal dan saling mendukung; r. Membiasakan kehidupan yang teratur dan disiplin.
Adapun manfaat dari shalat berjamaah adalah sebagai berikut :
a. Melatih hidup disiplin;
b. Terjalinnya tali silaturahmi;
c. Tersebarnya energi Illahi;
d. Sarana terapi bagi jiwa;
e. Belajar berorganisasi.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa melalui shalat berjamaah, maka sikap
sosial kita akan tumbuh, karena dengan shalat berjamaah maka rasa persaudaraan
kita akan semakin erat, sebagimana telah kita ketahui bahwa sesama muslim itu
-
32
adalah bersaudara. Anugrah ketentraman, persatuan dan persaudaraan dapat
dinikmati saat kita shalat berjamaah, tidak mungkin ketentraman itu dapat
dirasakan ketika kehidupan masyarakat berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling
memperdulikan. Dan awal yang baik untuk memperoleh nikmat itu adalah dengan
sering mendatangi mesjid untuk shalat berjamaah.
Allah menganugrahkan rasa sayang, agar kita bisa saling melindungi dan
hidup berdampingan tanpa kebencian atau rasa iri akibat kedudukan yang berbeda.
Karena pada dasarnya manusia itu sama, dan yang membedakan kedudukannya di
sisi Allah adalah dari ketaqwaannya.
C. Konsep Masyarakat dan Sikap Sosial
1. Pengertian Masyarakat dan Sikap Sosial
Sikap sosial berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat. Manusia
sebagai bagian dari masyarakat memiliki sikap dan tingkah laku yang heterogen.
Heterogenitas perilaku mereka merupakan cerminan dari latar belakang mereka
yang beragam. Keragaman budaya, pemikiran, gaya hidup, serta status sosial telah
mewarnai keragaman tersebut.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al- Qur,an (Al- Hujurat: 13)
Artinya : Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang
-
33
paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui
lagi maha mengenal (Azyumardi Azra, 2008: 7).
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia selain sebagai mahluk pribadi
berfungsi juga sebagai mahluk sosial, yang memiliki keanekaragaman, baik jenis
kelamin yang berbeda, tempat tinggal dan etnis yang berbeda pula. Dan dari
adanya perbedaan tersebut maka mereka diperintahkan untuk dapat saling
mengenal. Dan manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah manusia yang
paling bertaqwa, yaitu manusia yang mampu melakukan hubungan baik secara
vertikal kepada Allah (Hablu min Allah), dan mampu menjalani hubungan baik
secara horizontal dengan sesama manusia (Hablu minannaas).
Masyarakat dalam istilah Inggrisnya society, sedangkan kata masyarakat itu
sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu syakara yang berarti ikut serta atau
partisipasi, saling bergaul dan berinteraksi. Berikut ini beberapa pengertian
masyarakat menurut para ahli yang dikutif oleh Dasim Budimansyah (2004: 25):
a. Menurut Hassan Shadilly yang dikutif oleh Dasim Budimansyah (2004: 25)
masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri atas beberapa manusia,
yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara bergolongan dan
pengaruh-mempengaruhi satu sama lain.
b. Menurut Koentjaraningrat Dasim Budimansyah (2004: 25) masyarakat
adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas yang sama.
-
34
c. Menurut Ralph Linton Dasim Budimansyah (2004: 25) masyarakat adalah
setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang
cukup lama, sehingga mereka dapat mengorganisir diri dan sadar bahwa
mereka merupakan suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang jelas.
d. Menurut Betrand Dasim Budimansyah (2004: 25) masyarakat adalah
sekelompok orang yang sama identitasnya, teratur sedemikian rupa di dalam
menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama secara
harmonis.
e. Menurut Soekanto Dasim Budimansyah (2004: 26) masyarakat adalah suatu
sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan,
f. Menurut Horton dan Hunt Dasim Budimansyah (2004: 26) masyarakat
adalah sekelompok manusia yang secara nisbi mampu menghidupi
kelompoknya sendiri, bersifat independen dan mendiami suatu wilayah
tertentu, memiliki kebudayaan serta kebanyakan kegiatannya berlangsung di
dalam kelompok itu sendiri.
Dari definisi-definisi tersebut menampilkan ciri-ciri sebagai berikut (Dasim
Budimansyah, 2008: 26):
a. Manusia yang hidup bersama dua atau lebih;
b. Bergaul dalam jangka waktu yang relatif lama;
c. Setiap anggotanya menyadari sebagai satu kesatuan;
d. Bersama membangun sebuah kebudayaan yang membuat keteraturan dalam
kehidupan bersama.
-
35
Di dalam masyarakat senantiasa terjadi interaksi, dan faktor-faktor dasar
terjadinya proses interaksi sosial tesebut adalah imitasi (meniru), sugesti
(menerima), identifikasi (menempatkan diri), simpati (turut merasakan).
Sedangkan syarat terjadinya interaksi sosial adalah kontak sosial (social contact),
dan komunikasi sosial (social communication). Adapun bentuk-bentuk interaksi
sosial antara lain kerjasama (cooperation), kompetisi (competition), pertentangan
(conflict), dan akomodasi (accomodation).
Bentuk kontak sosial dapat terjadi antara orang-perorangan, orang-
perorangan dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Dari uraian di
atas dapat kita fahami bahwa dengan melaksanakan shalat berjamaah dapat
memupuk sikap sosial antar sesama muslim, karena pada saat melaksanakan
shalat berjamaah setiap umat muslim akan merasakan adanya ikatan persaudaraan
yang erat, karena dapat saling berinteraksi baik secara lisan maupun sikap. Agar
dapat berinteraksi dengan baik, maka diperlukan kecakapan sosial
2. Bentuk-bentuk Kecakapan Sosial
Kecakapan hidup adalah keterampilan atau kemampuan untuk dapat
beradaptasi atau berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu
menghadapi tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. (E.
Kosasih, 2010: 2).
Sementara itu Development Basic Education (DBE) yang dikutif oleh E.
Kosasih (2010: 3) mendefinisikan kecakapan hidup sebagai suatu pengembangan
perilaku yang mengutamakan keseimbangan, diantara ranah pengetahuan,
-
36
keterampilan dan sikap. Kecakapan hidup merupakan pendekatan yang
mempersiapkan para siswa dalam menghadapi kenyataan hidupnya di masa
depan.
Pendidikan kecakapn hidup merupakan upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap, dan kemampuan yang
memungkinkan siswa dapat hidup mandiri dengan hubungan sosial yang baik.
Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas 5 (lima) prinsip
pilar pendidikan, yaitu:
a. Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan); b. Learning to learn (belajar untuk tahu cara belajar); c. Learning to do (belajar untuk dapat berbuat/melakukan pekerjaan); d. Learning to be (belajar agar dapat menjadi orang yang berguna sesuai
dengan minat, bakat dan potensi diri);
e. Lerning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain), (E. Kosasih, 2010: 4)
Melalui 5 (lima) pilar tersebut diharapkan siswa mampu belajar untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diminatinya, memanfaatkan
kemampuan dan keterampilan tersebut untuk meningkatkan kualitas hidupnya
serta membantu orang lain yang membutuhkan.
Dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa selain dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, siswa juga diharapkan mampu memiliki sikap
sosial yang tinggi. Kecakapan sosial atau kecakapan antar personal (interpersonal
skills) mencakup kecakapan komunikasi dengan empati (communication skills)
dan kecakapan bekerja sama (collaboration skills). Empati sikap penuh
-
37
pengertian, dan komunikasi 2 (dua) arah perlu ditekankan. Hal ini karena yang
dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, akan tetapi isi
pesan itu harus disertai kesan baik yang dapat menumbuhkan hubungan harmonis.
(Pusat Kurikulum, 2004: 14).
Menurut E. Kosasih (2010: 19) untuk menumbuhkan sikap sosial siswa
harus memiliki beberapa kecakapan sebagai sosial sebagai berikut:
a. Kecakapan berkomunikasi
Kecakapan berkomunikasi mencakup kegiatan secara lisan. Sebagai mahluk
sosial yang hidup dalam masyarakat, siswa memerlukan kecakapan ini. Dalam
komunikasi lisan diperlukan kemampuan dalam memilih kata dan cara
menyampaikan agar mudah dimengerti oleh teman bicaranya. Komunikasi secara
lisan sangat penting, maka perlu ditumbuh kembangkan sejak dini kepada siswa.
b. Kecakapan bekerja sama
Bekerja sama dalam kelompok merupakan kebutuhan yang tidak dapat
dielakan sepanjang manusia hidup. Kemampuan bekerja sama perlu
dikembangkan agar siswa terbiasa dalam memecahkan masalah. Kerja sama yang
dimaksudkan adalah kerja sama adanya saling memperhatikan dan membantu
antar sesama untuk mencapai tujuan yang baik, hal ini agar siswa terbiasa dan
dapat membangun semangat kebersamaan yang harmonis.
Kecakapan kerja sama sangat diperlukan karena sebagai mahluk sosial,
dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu bekerja sama dengan manusia
yang lainnya. Bekerjasama bukan hanya sekedar berhubungan dan saling
-
38
membantu, tetapi dalam bekerja sama juga harus disertai dengan saling pengertian
dan saling menghargai.
Termasuk dalam pelaksanaan shalat berjamaah, siswa dapat dididik untuk
menjalin kerja sama yang harmonis baik antara makmum dengan makmum,
maupun antara makmum dengan imam dalam menciptakan suasana pelaksanaan
shalat berjamaah yang baik, seperti bekerja sama untuk merapihkan saf dalam
shalat, bekerja sama untuk menunjuk imam yang dianggap tepat, saling
mengingatkan ketika imam melakukan kesalahan baik dalam bacaan ataupun
dalam gerakan shalat dengan cara memberi isyarat atau kode. Dan hal ini akan
menjadi pelajaran yang berharga bagi siswa untuk menumbuhkan sikap sosialnya.
D. Ukhuwah Islamiah Sebagai Bentuk Sikap Sosial
1. Pengertian Ukhuwah Islamiah
Ukhuwah Islamiah terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu Ukhuwah dan
Islamiah. Ukhuwah berasal dari bahasa Arab, ukhuwwah yang pada alasannya
berarti persamaan dan keserasian dalam banyak hal, kemudian diartikan sebagai
persaudaraan, karena adanya persamaan-persamaan tersebut. Oleh karena itu
dikatakan persaudaraan sepertalian darah, karena kesamaan dalam keturunan;
dikatakan persaudaraan sebangsa, karena sama-sama memeluk satu agama. Jadi
ukhuwah secara umum berarti persaudaraan (Azyumardi Azra, 2008: 361). Yang
menjadi inti dari persaudaraan adalah ikatan batin yang menghubungkan antara
seseorang dengan orang lain, sehingga apa yang dirasakan oleh yang satu akan
dirasakan pula oleh yang lainnya.
-
39
Adapun kata Islamiah yang selama ini sering dipahami sebagai pelaku
ukhuwah, sebenarnya berpungsi sebagai ajektif dari kata ukhuwah. Dengan
demikian persaudaraan yang dimaksud di sini adalah persaudaraan yang bersifat
Islam, atau persaudaraan secara Islam, yakni persaudaraan yang didasarkan atas
norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam.
Perbandingan-perbandingan dalam ukhuwah Islamiah (Azyumardi Azra,
2008: 368)
a. Ukhuwah seketurunan (ukhuwwah fi al-nasab)
Dalam hal ini ukhuwah akan senantiasa berlanjut sepanjang garis keturunan
itu masih dapat diketahui. Ukhuwah Islamiah akan senantiasa erat selama
sesorang memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat, karena ukhuwah
Islamiah merupakan hasil dari iman dan takwa.
b. Ukhuwah karena persamaan sifat/profesi (ukhuwwah fi al-sifat wa al-
sanah)
Dalam hal ini ukhuwah akan senantiasa berlanjut selama sifat dan propesi
itu ada pada sesorang, bila hal ini telah tiada maka putus pulalah tali
persaudaraan. Tetapi hal ini tidak akan terjadi pada ukhuwah Islamiah,
karena dimilikinya iman dan takwa persaudaraan akan terus berjalan sampai
akhirat.
c. Ukhuwah karena sebangsa (ukhuwwah fi al watanniyah) dan termasuk di
dalamnya ukhuwah karena seideologi.
-
40
Seperti halnya ukhuwah karena persamaan sifat/profesi, ukhuwah karena
sebangsa/seideologi akan habis bila sendi-sendi kebangsaan/ideologi berantakan.
Hal ini tidak akan terjadi pada ukhuwah Islamiah yang dipersatukan oleh iman.
Dari perumpamaan-perumpamaan yang telah dijelaskan di atas, jelaslah
bahwa ukhuwah Islamiah itu dilandasi oleh hubungan batin yang mendalam, yang
kemudian terjelma dalam persaudaraan dalam bentuk lahir. Hubungan batin
tersebut didasarkan atas kesamaan dalam akidah dan syariah, yang diistilahkan
oleh Al-Quran dengan habl Allah (tali Allah).
Jadi persaudaraan Islam ialah persaudaraan yang diikat oleh tali Allah
yang kuat, sehingga sukar untuk diputuskan. (Azyumardi Azra, 2008: 370). Akan
tetapi sekalipun demikian, secara implisit terlibat adanya konstelasi atau isyarat
bahwa ada saja kemungkinan timbulnya konflik.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ukhuwah Islamiah
merupakan suatu bentuk persaudaraan dalam kondisi dinamis yang diakibatkan
oleh perasaan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT., yang dengannya
seseorang bersedia berbagi rasa dengan saudaranya. (Azyumardi Azra, 2008:
371).
2. Sendi-sendi Ukhuwah Islamiah
Ukhuwah Islamiah tidak akan terwujud tanpa sendi-sendi yang kokoh yang
mendasarinya. Adapun tanpa sendi-sendi yang kokoh tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Husnul zhan (prasangka baik)
-
41
Prasangka baik perlu ditanamkan dalam pergaulan dengan sesama Muslim,
sebab jika dari sejak awal persaudaraan telah dibina dengan prasangka baik, maka
semua kegiatan akan berjalan dengan lancar karena tidak ada saling curiga antara
sesama manusia. Sebaliknya jika persaudaraan dibina atas perasaan suul zhan
(prasangka buruk) segala kegiatan tidak dapat berjalan dengan lancar, dan tidak
akan dipandang baik sekalipun ia baik. Karena segala kegiatan/sikap yang
dilakukan ditafsirkan dengan tafsiran yang buruk. Dan hal ini justru akan
memudarkan rasa persaudaraan.
b. Kasih sayang
Kasih sayang dan sikap saling mencintai merupakan jiwa persaudaraan.
Tanpa kasih sayang dan rasa saling mencintai tidak mungkin dapat menumbuhkan
rasa persaudaraan. Oleh karena itu semakin besar kasih sayang, maka semakin
tinggi pula rasa persaudaraan yang dirasakan.
c. Rela berkorban
Rela berkorban dan berbagi rasa sangat diperlukan dalam membina
ukhuwah. Karena ukhuwah pada intinya pergaulan hidup dalam taraf yang sangat
dekat. Pergaulan hidup memerlukan pengorbanan baik material maupun spiritual.
Kita dapat saling membantu dengan mengorbankan (memberikan) sesuatu yang
kita miliki dan dibutuhkan oleh saudara kita sesama Muslim.
d. Toleransi
Sebagai manusia kita tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, dalam
ukhuwah dituntut adanya kelapangan dada atau toleransi.
-
42
e. Musyawarah
Musyawarah merupakan salah satu sendi ukhuwah Islamiah, karena melalui
musyawarah umat Muslim dapat memecahkan dan mendapat jalan keluar dari
suatu permasalahan secara adil, bebas dan terbuka. Dengan adanya musyawarah,
maka akan terjadi dialog yang akan menghasilkan keputusan bersama yang akan
ditaati secara bersama-sama pula.
3. Sumber-Sumber Keretakan Ukhuwah
Selain terdapat sendi-sendi pembangun ukhuwah Islamiah, ada juga hal-hal
yang justru dapat membuat keretakan ukhuwah Islamiah, sehingga dapat
menurunkan sikap sosial diatara sesama. Hal-hal tersebut diantaranya:
a. Mengolok-olok (sukhriyah)
Lafal sakhar dalam bahasa Arab berarti merendahkan, menghina,
menyebutkan aib dan kekurangan orang lain sehingga menimbulkan tertawaan
yang dilakukan dengan perkataan, perbuatan, isyarat, atau mentertawakan orang
yang menjadi objek perolok-olokan itu. Hal demikian dapat menimbulkan reaksi
tidak baik dari orang yang diperolok-olokan tersebut, dan mengundang reaksi
perang mulut bahkan perang fisik antar sesama, antar keluarga, atau lebih jauhnya
antar suku.
b. Mencela diri sendiri (lamz al nafs)
Yang diaksud mencela diri sendiri, menurut (Azyumardi Azra, 2008: 379)
adalah mencela sesama Mukmin dengan perkataan atau sindiran, karena sesama
-
43
Mukmin laksana satu pribadi, maka apabila seorang Mukmin mencela Mukmin
lainnya berarti ia telah mencela dirinya sendiri.
c. Saling memanggil dengan sebutan yang buruk (tanabuz bi al-alqab)
Sejak lahir manusia sudah diberi nama yang baik oleh kedua orang tuanya,
akan tetapi adakalanya seseorang memanggil dengan nama yang buruk kepada
seseorang, yang pada akhirnya menimbulkan rasa sakit hati pada orang yang
dipanggilnya. Dan secara otomatis hal ini akan menimbulkan keadaan yang tidak
harmonis dalam masyarakat, dan akhirnya akan menimbulkan keretakan pada
ukhuwah Islamiah.
d. Prasangka buruk (suul-zhan)
Prasangka buruk (suul-zhan) akan menimbulkan keretakan dalam ukhuwah
Islamiah, karena dengan adanya prasangka buruk (suul-zhan), maka akan
hilanglah kepercayaan diantara sesama Muslim.
e. Mencari cari kesalahan orang lain
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa manusia tidak pernah luput dari
kesalahan, selama manusia itu mempunyai niat untuk taubat dan berusaha untuk
tidak melakukan kesalahan yang sama, maka hal tersebut tidak perlu diungkit-
ungkit untuk disebarkan kepada orang lain, karena pada dasarnya manusia tidak
ada yang sempurna.
f. Menggunjing (ghibah)
Menggunjing (ghibah) adalah sipat yang suka menyebutkan aib orang lain
secara terang-terangan, hal ini akan menyakiti orang yang digunjingkan, dan akan
-
44
menimbulkan permusuhan diantara sesama. Menggunjing merupakan sipat yang
paling dikutuk oleh Allah SWT, karena dengan menggunjing berarti sama halnya
orang tersebut telah memakan bangkai saudaranya sendiri. Dan pada akhirnya hal
tersebut akan menibulkan keretakan ukhuwah Islamiah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kita selaku Umat Islam perlu
menjaga ukhuwah Islamiah sebagai salah satu bentuk dari sikap sosial, dan
menghindari hal-hal yang dapat meretakannya. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara mengikuti shalat berjamaah. Karena melalui shalat berjamaah ini, kita
dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan sebagai dasar pembentuk ukhuwah
Islamiah, dan melalui shalat berjamaah juga kita dapat memupuk rasa
persaudaraan dengan sesama Muslim lainnya, hingga rasa persaudaraan (ukhuwah
Islamiah) diantara sesama Muslim semakin erat.
Hal ini dapat diterapkan sejak dini kepada siswa dengan cara membiasakan
mereka untuk dapat melaksanakan shalat berjamaah, agar siswa dapat memiliki
pemahaman tentang pentingnya melaksanakan shalat berjamaaah dan dapat
memupuk rasa persaudaraan diantara mereka, dan pada akhirnya siswa memiliki
sikap sosial yang tinggi terhadap sesama.