bab ii

Upload: asep-iwan

Post on 09-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

achonk

TRANSCRIPT

  • 15

    BAB II

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

    TENTANG SHALAT BERJAMAH HUBUNGANNYA DENGAN

    PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL SISWA DI SDN SINDANGHURIP

    KECAMATAN BANTARUJEG KABUPATEN MAJALENGKA

    TAHUN PELAJARAN 2011 - 2012

    A. Konsep tentang Model Pembelajaran Tematik

    1. Pengertian Model Pembelajaran

    Pembelajaran diartikan sebagai upaya membelajarkan siswa. (Abdul

    Rahmat, 2009: 87). Sementara itu hakikat mengajar (teaching) adalah membantu

    para siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana

    untuk mengekspresikan diri, dan cara-cara bagaimana belajar. (Abdul Rahmat,

    2009: 87). Selain itu juga pembelajaran dapat diartikan sebagai penciptaan sistem

    lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. (Abdul Rahmat, 2009: 87).

    Penciptaan sistem lingkungan berarti menyediakan seperangkat kondisi

    lingkungan bagi siswa tersebut. Kondisi ini dapat berupa sejumlah tugas-tugas

    yang harus dikerjakan siswa, persoalan yang menuntut agar siswa

    memecahkannya, seperangkat keterampilan yang perlu dikuasai siswa. Termasuk

    di dalamnya seperangkat kondisi, yaitu sejumlah informasi atau pengetahuan atau

    keterampilan yang perlu dikuasai siswa.

    Pembelajaran merupakan perubahan yang kompleks, oleh karena itu

    perencanaan maupun pelaksanaannya pembelajaran memerlukan

    pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana. Untuk memutuskan

    tujuan yang hendak dicapai, guru perlu mempertimbangkan karakteristik

    anak. (Abdul Rahmat, 2009: 87).

  • 16

    Pembelajaran menitik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk

    melakukan tugas-tugas tertentu yang sesuai dengan standar rerformansi yang telah

    ditetapkan. Rumusan ini menunjukan bahwa pendidikan mengacu pada upaya

    penyiapan individu agar mampu melakukan perangkat kompetensi yang

    diperlukan. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung

    empat unsur pokok, yaitu:

    a. Pemilihan kompetensi yang sesuai

    b. Spesifikasi indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian

    kompetensi

    c. Pengembangan sistem pengajaran

    d. Penilaian

    Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi

    peserta didik untuk menguasai potensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran

    mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu,

    dan hidup dalam kebersamaan serta mengaktualisasikan diri.

    Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu:

    a. Berpusat pada peserta didik b. Mengembangkan kreativitas peserta didik c. Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika e. Menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan

    (Abdul Rahmat, 2009: 88)

    2. Tujuan Pembelajaran

    Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam

    memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam menyajikan materi yang

  • 17

    akan diajarkan. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai

    pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran

    tersebut dapat dicapai dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.

    Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan

    yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses

    pembelajaran tertentu, (Badruli Martati, 2010: 3). Tujuan pembelajaran dapat

    menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru, misalnya seorang guru PAI

    menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat mendemonstrasikan cara

    melaksanakan shalat berjamaah dengan baik dan benar sesuai denga ajaran Islam.

    Dalam hal ini salah satu model yang dapat membantu siswa mencapai tujuannya

    adalah dengan menggunakan model pembelajaran tematik, yang selanjutnya siswa

    akan diberi tugas untuk mempraktekkan menjadi imam dan makmum.

    Dalam contoh tersebut terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan

    psikomotor, demikian juga diaplikasikan kemampuan afektif tentang bagaimana

    kemampuan mereka dalam melaksanakan shalat berjamaah.

    Dalam silabus, telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yang

    diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat 4

    (empat) komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil belajar, yaitu:

    a. Penentuan subjek belajar untuk menunjukan sasaran belajar.

    b. Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang ditampilkan

    melalui performan siswa.

    c. Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performannya.

  • 18

    d. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.

    Berdasarkan indikator penentuan tujuan pembelajaran, maka dapat

    dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur: Audiance (siswa), behavior

    (perilaku yang harus dimiliki), condition (kondisi dan situasi), dan degree

    (kualitas dan kuantitas hasil belajar). Adapun gambaran antara tujuan

    pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran dapat dilihat pada gambar

    berikut ini:

    (Abdul Rahmat, 2009: 125)

    Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa agar proses pembelajaran dapat

    berlangsung dengan baik, maka diperlukan penentuan tujuan terlebih dahulu

    kemudian diperlukan adanya model, guru yang kompeten serta media yang

    memadai.

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran

    Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, maka diperlukan

    faktor-faktor sebagai berikut:

    Tujuan Penetapan

    isi dan

    Model

    Guru

    Media

    Guru

    dengan

    Media

    Peserta

    Didik

  • 19

    a. Faktor guru Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sangat penting untuk

    diperhatikan. Sebab kemampuan untuk mengelola dan menguasai materi

    pembelajaran sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan pembelajaran.

    Untuk melihat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

    diperlukan indikator, yaitu melalui rencana pembelajaran. Melalui

    rencana pembelajaran ini dilakukan pengamatan terhadap kegiatan guru.

    Dalam hal ini untuk kegiatan penanaman nilai-nilai demokrasi pada

    siswa.

    b. Faktor siswa Ditinjau dari siswa siswi, maka aktivitas dan respon siswa terhadap

    proses pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran.

    Aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor penting

    dalam menentukan efektif atau tidaknya suatu proses pembelajaran.

    Untuk melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diperlukan

    suatu indikator yang merupakan gejala-gejala yang nampak, baik dalam

    tingkah laku maupun dalam iklim pembelajaran yang berlangsung.

    Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan sangat

    berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Apabila responnya positif hal

    ini berarti siswa senang dan ada motivasi untuk belajar. Hal ini akan

    membawa dampak yang baik pada pelaksanaan proses pembelajaran,

    begitu juga sebaliknya. Selain itu juga diperlukan kerja sama dan peranan

    orang tua dan masyarakat dilingkungan keluarganya agar dapat

    mempersiapkan pendidikan anak-anaknya sejak usia dini.

    c. Faktor pembelajaran Proses pembelajaran membutuhkan perangkat pembelajaran yang sesuai

    untuk proses pembelajaran. Adanya perangkat pembelajaran akan

    memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar. Hal ini sejalan dengan

    pendapat Slavina (2008: 29), bahwa agar pembelajaran dapat berjalan

    dengan baik, maka siswa perlu diberi kegiatan yang berisi pertanyaan

    atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan. Selain perangkat

    pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik,

    diperlukan juga strategi dan metode yang sesuai dengan karakter dan

    kemampuan anak didik. Metode pembelajaran merupakan upaya untuk

    mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata

    agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Herdiana Prasetya

    Ningrum, 2010: 22). Penerapan metode mengajar perlu memperhatikan

    berbagai faktor, antara lain keadaan peserta didik, fasilitas yang

    mendukung proses belajar mengajar, maupun mata pelajaran yang

    diajarkan.

    d. Faktor media/Sarana dan prasarana Media dan sarana prasarana pendidikan sebagai elemen dalam proses

    belajar mengajar sangat mempengaruhi dalam kelancaran dan

  • 20

    keberhasilan peserta didik. Pengalaman menunjukan bahwa ketersediaan

    buku pelajaran, ruang belajar yang memadai, perpustakaan, laboratorium,

    dan alat praktik sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan belajar

    mengajar.

    e. Faktor lingkungan Lingkungan belajar siswa meliputi fisik, sosial, dan budaya. Lingkungan

    fisik ini meliputi cuaca, keadaan udara, ruangan, cahaya dan kesehatan

    lingkungan. Sedangkan lingkungan sosial meliputi pergaulan siswa

    dengan orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang dewasa

    disekitarnya. Sesuai dengan peran manusia itu sendiri sebagai mahluk

    sosial, yang saling membutuhkan antara manusia yang satu dengan

    manusia yang lainnya. Maka dalam hal ini siswa harus mampu bersikap

    yang baik sesuai dengan ajaran Agama Islam dan aturan yang berlaku di

    lingkungan masyarakat tertentu sehingga akan terjalin ukhuwah Islamiah.

    Dengan terjalinnya ukhuwah Islamiah tersebut maka akan menciptakan

    suasana yang kondusif dalam lingkungan sosial masyarakat sehingga

    pada gilirannya hal ini akan mendukung terhadap berlangsungnya proses

    belajar siswa di sekolah. (Badruli Martati, 2010: 50)

    Selanjutnya yang termasuk lingkungan budaya meliputi kebiasaan, tata cara

    pergaulan masyarakat di sekitar siswa. Sesuai dengan fungsi yang lainnya bahwa

    manusia berfungsi sebagai mahluk Tuhan, yang dalam hal ini Allah menciptakan

    manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi. Sesuai dengan firman Allah

    dalam Al-Quran ( Al- Anam: 165)

    Artinya : Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah (penguasa-penguasa) di muka bumi dan ia meninggikan sebahagian kamu

    atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu

    tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya

    Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha

    Pengampun lagi Maha Penyayang.

    (Azyumardi Azra, 2008: 64)

  • 21

    Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai

    khalifah di muka bumi, yakni mempunyai kewajiban untuk menjaga alam semesta

    yang telah diciptakan Allah, serta menciptakan sesuatu yang bermanfaat karena

    Allah telah membekali manusia lengkap dengan akal pikirannya.

    Manusia sebagai pencipta ke dua setelah Allah SWT, ciptaan manusia itu

    dapat berupa:

    a. Ide, gagasan, norma, dan nilai (abstrak)

    b. Aktivitas perbuatan yang merupakan aktualisasi dari yang pertama.

    c. Benda-benda konkrit sebagai hasil aktualisasi dari yang pertama dan kedua.

    (Azyumardy Azra, 2008: 3)

    Yang salah satu hasil ciptaan manusia itu adalah berupa kebudayaan.

    Kebudayaan inilah yang perlu dijaga oleh siswa sebagai salah satu karakter umat

    Islam dan ciri khas bangsa Indonesia.

    Dengan adanya rasa saling memiliki dan saling menjaga keanekaragaman

    budaya yang dimiliki berdasarkan latar belakang keluarga yang berbeda-beda,

    maka akan semakin mempererat ukhuwah Islamiah siswa tersebut. Dan hal ini

    akan menunjang terhadap berlangsungnya proses pembelajaran yang baik.

    4. Pengertian Pembelajaran Tematik

    Model Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan model

    pembelajaran yang berasumsi bahwa siswa di kelas rendah masih melihat segala

    sesuatu itu sebagai suatu keutuhan (holistic) (E. Kosasih, 2010: 24). Oleh karena

    itu di dalam pembelajaranpun mereka belum mengenal pemisahan mata pelajaran.

  • 22

    Pengalaman belajar perlu dilakukan secara terpadu, baik dari segi proses atau

    waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Model pembelajaran tematik

    hanya diajarkan pada siswa Sekolah Dasar untuk kelas rendah (kelas 1 s/d 3).

    5. Strategi Pembelajaran Tematik

    Model pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar

    siswa, misalnya sebagai berikut:

    a. Bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi siswa;

    b. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, siswa tidak

    harus di-drill, tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan

    menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Bentuk

    pembelajaran ini sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.

    6. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik

    Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental siswa Sekolah Dasar,

    pembelajaran pada tahap ini harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

    a. Berpusat pada siswa; b. Memberikan pengalaman langsung pada siswa; c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses

    pembelajaran;

    e. Bersifat fleksibel; f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan

    kebutuhan siswa. (E. Kosasih, 2010: 25)

    7. Keunggulan Pembelajaran Tematik

    Pembelajaran tematik memiliki keunggulan/kekuatan, diantaranya sebagai

    berikut:

  • 23

    a. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa;

    b. Pembelajaran menjadi menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;

    c. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna;

    d. Pembelajaran tematik mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahan yang dihadapi;

    e. Keterampilan sosial bisa tumbuh karena di dalamnya dipraktikan pula kegiatan bekerja, toleransi, berkomunikasi, dan penyampaian gagasan

    terhadap orang lain (musyawarah);

    f. Siswa biasanya mudah memusatkan perhatian pada 1 (satu) tema atau topik tertentu. Ia pun dapat mempelajari pengetahuan dan

    mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang

    sama;

    g. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, siswa pun dapat merasakan manfaat dan makna belajar karena

    materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

    h. Siswa lebih bergairah belajar, karena mereka dapat berkomunikasi dalam alam yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi,

    mempraktekan;

    i. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3

    kali pertemuan. Dan waktu selebihnya dapat digunakan untuk remidial,

    pemantapan, mempraktekkan. (E. Kosasih, 2010: 25)

    Untuk mencapai keunggulan-keunggulan tersebut, maka guru harus

    memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

    a. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, guru perlu mempertimbangkan

    alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyaknya bahan yang ada

    dalam kurikulum.

    b. Memilih tema yang terdekat dengan anak, misalnya kalau para siswa berada

    di tengah-tengah kehidupan pertanian, guru perlu memilih tema tentang

    pertanian, atau yang ada kaitannya dengan tema tersebut.

  • 24

    c. Guru perlu mengutamakan kompetensi dasar yang ada pada kurikulum dari

    pada penentuan tema. Meskipun demikian kompetensi dasar yang akan

    dikembangkan itu tetap saja harus diwadahi oleh satu kesatuan tema yang

    hal itu tidak terlalu sulit dilakukan guru.

    8. Cara Penyajian dan Langkah-langkah Pembelajaran Tematik

    Dalam menyajikan Pembelajaran tematik (terpadu), sepenuhnya diserahkan

    kepada guru yang akan mengatur alokasi waktu per minggunya. Dalam arti

    indikator dari mata pelajaran apa saja yang akan disajikan terlebih dahulu

    tergantung kepada situasi dan kondisi siswa, guru yang bersangkutan. Pada

    prinsipnya cara penyajian pembelajaran tematik ini adalah menyajikan sejumlah

    mata pelajaran dalam setiap kali pertemuan (tatap muka sehari) tetapi tidak perlu

    dipaksakan untuk harus selalu meliputi 7 mata pelajaran secara lengkap dalam

    sehari, melainkan disesuaikan indikator mana yang dapat terpadu. Adapun

    langkah-langkah dalam model pembelajaran tematik adalah:

    a. Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap

    mata pelajaran.

    b. Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut,

    misalnya: pilih tema diri sendiri, keluarga, lingkungan hidup, tempat umum,

    pengalaman, persahabatan, kegemaran, tumbuhan, binatang, hiburan,

    transportasi, kesehatan, makanan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan,

    peristiwa, dan sebagainya.

  • 25

    c. Buatlah matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema.Dalam langkah

    ini penyusun memperkirakan dan menentukan kompetensi-kompetensi dasar

    pada sebuah mata pelajaran yang cocok dikembangkan dengan sebuah tema.

    Langkah ini dilakukan untuk semua mata pelajaran.

    B. Pembahasan tentang Shalat Berjamaah

    1. Pengertian dan Hukum Shalat Berjamaah

    Shalat ialah ibadat yang terdiri perkataan dan perbuatan tertentu yang terdiri

    dari takbir bagi Allah Taala dan di akhiri dengan mengucapkan salam

    (Azyumardy Azra, 2008: 15). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:

    149) Shalat ialah ibadah kepada Allah, doa kepada Allah.

    Shalat merupakan salah satu perbuatan amaliah terpenting dalam Islam, dan

    berada setingkat dibawah petingnya mempercayai serta meyakini Ketuhanan

    Allah, dan Kerasulan Muhammad, karena shalat di samping merupakan bukti dari

    keimanan tersebut dalam bentuk penghambaan manusia terhadapnya, juga

    merupakan wahana hubungan kejiwaan antara manusia dengan Allah sebagai

    Tuhannya. (Azyumardi Azra, 2008: 147).

    Dari kebanyakan ulama berpendapat bahwa shalat merupakan doa. Dan ini

    sejalan dengan praktik shalat yang sebagaimana diajarkan Rasulullah Saw, yang

    di dalamnya terdiri dari rangkaian perbuatan ucapan berupa doa-doa seorang

    mukmin terhadap Tuhannya. Dan secara lebih sempurna, Imam Taqiyyudin yang

    dikutif oleh Azyumardi Azra (2008: 150) memberikan batasan bahwa shalat itu

    adalah rangkaian perbuatan gerak dan ucapan, yang diawali dengan takbir dan

  • 26

    diakhiri dengan salam. Sejalan dengan definisi di atas, maka shalat sebagaimana

    diajarkan Rasulullah, adalah serangkaian perbuatan gerak dan ucapan yang

    disamping merefleksikan sikap tunduk seorang hamba terhadap Tuhannya, juga

    merupakan wahana hubungan kejiwaan serta penyampaian doa-doa seorang

    mukmin terhadap Allah SWT sebagai Tuhannya.

    Shalat berjamaah adalah aktivitas shalat yang dilakukan secara bersama-

    sama, paling sedikit dilakukan oleh 2 (dua) orang dengan 1 (satu) orang menjadi

    imam dan yang lainnya menjadi makmum. (Prihatin Nurlathifah, 2009: 2). Shalat

    berjamaah adalah shalat yang dilakukan oleh 2 (dua) orang secara bersama sama

    dan salah satu diantara mereka mengikuti yang lainnya. (Sulaiman Rasjid, 2002:

    109).

    Adapun hukum dari shalat berjamaah terdiri dari beberapa pendapat,

    sebagian ulama mengatakan shalat berjamaah hukumnya fardu ain (wajib aini),

    sebagian lagi berpendapat bahwa shalat berjamaah hukumnya sunnat muakkad

    (sunnat yang istimewa). Jadi berdasarkan pendapat yang seadil-adilnya dan

    sehampir-hampirnya pada yang betul menyatakan bahwa bahwa shalat berjamaah

    hukumnya sunnat muakkad (sunnat yang istimewa). (Sulaiman Rasjid, 1992:

    110).

    2. Ketentuan-ketentuan Shalat Berjamaah

    Adapun ketentuan-ketentuan shalat berjamaah adalah sebagai berikut:

    (Udin Wahyudin, 2008: 83)

  • 27

    a. Shalat berjamaah sekurang -kurangnya terdiri atas 2 (dua) orang, seorang menjadi imam dan seorang menjadi makmum.

    b. Sebelum shalat berjamaah disunatkan membaca adzan dan iqamah. c. Imam berdiri paling depan dan makmum berdiri berjajar dibelakang. d. Imam hendaklah dipilih oleh makmum. e. Imam sebaiknya yang baik bacaan Al-Qurannya. f. Makmum tidak boleh mendahului gerakan ataupun bacaan imam. g. Laki-laki boleh menjadi imam laki-laki dan perempuan. h. Perempuan hanya boleh menjadi imam bagi makmum perempuan.

    Karena dalam shalat berjamaah harus terdapat 1 (satu) imam dan makmum,

    maka terdapat pula syarat-syarat menjadi imam dan makmum, yaitu sebagai

    berikut:

    a. Imam

    Imam merupakan pemimpin dalam shalat berjamaah. Tidak sembarang

    orang dapat menjadi imam, seorang imam harus memenuhi syarat-syarat tertentu

    sehingga mampu memimpin shalat berjamaah.

    Adapun syarat-syarat menjadi imam adalah sebagai berikut:

    1. Mampu membaca Al-Quran dengan fasih.

    2. Berperilaku terpuji atau orang yang adil.

    3. Memiliki pemahaman tentang hukum islam yaitu faham tentang tata cara

    shalat.

    Selain memiliki syarat-syarat yang telah dituliskan di atas, imam juga

    memiliki kewajiban-kewajiban sebagai berikut:

    1. Imam harus menertibkan saf sebelum shalat dimulai, saf harus lurus dan

    rapat;

    2. Bacaan imam harus fasih;

  • 28

    3. Imam harus menyaringkan suara ketika membaca surah al-Fatihah dan

    surah pendek atau ayat Al- Quran pada rakaat pertama dan kedua shalat

    magrib, isya dan subuh. Pada rakaat ketiga dan keempat bacaan imam

    pelan, cukup hanya didengar oleh dirinya.

    Adapun shalat berjamaah yang sah telah diatur berdasarkan imam dan

    makmum, ketentuan orang yang sah menjadi imam adalah:

    1. Imam laki-laki mengimami laki-laki;

    2. Imam laki-laki mengimami perempuan dan anak-anak;

  • 29

    3. Perempuan mengimami perempuan;

    4. Perempuan mengimami anak-anak perempuan;

    5. Anak laki-laki mengimami anak laki-laki dan perempuan.

    (Udin Wahyudin, 2008: 85-86)

  • 30

    b. Makmum

    Makmum adalah orang yang orang yang mengikuti imam dalam shalat

    berjamaah. (Udin Wahyudin, 2008: 87).

    Sulaiman Rasjid (1992: 112) menyebutkan syarat-syarat menjadi makmum

    sebagai berikut:

    1. Makmum hendaklah meniatkan menjadi makmum; 2. Makmum hendaklah mengikuti imamnya dalam segala pekerjaannya; 3. Mengetahui dan mengikuti semua gerakan imam; 4. Keduanya (imam dan makmum) berada dalam satu tempat; 5. Tempat berdiri makmum tidak boleh terkemuka dari imamnya; 6. Posisi makmum berada di belakang imam; 7. Makmum laki-laki tidak boleh berimam kepada perempuan; 8. Makmum berimam kepada orang yang diketahui shalatnya sah; 9. Tidak ada pembatas yang menghalangi gerakan imam; 10. Shalat makmum harus sesuai dengan shalat imam

    3. Tata Cara Melaksanakan Shalat Berjamaah

    Dalam shalat berjamaah dikenal istilah barisan dalam shalat atau saf, imam,

    makmum, dan makmum masbuk.

    Saf artinya barisan dalam shalat berjamaah, barisan makmum dalam shalat

    berjamaah tidak dibedakan atau diistimewakan. Saf tidak ditentukan oleh

    jabatan, pangkat, atau kekayaan seseorang. Saf atau barisan dalam shalat

    harus lurus dan rapat, saf yang tidak rapat dapat disusupi setan. Setiap akan

    melaksanakan shalat fardu berjamaah, imam akan selalu merapikan saf.

    Bagi makmum yang datang lebih dahulu sebaiknya mengisi saf paling

    depan, saf paling depan diisi oleh laki-laki dewasa. Kemudian makmum

    remaja, dan paling belakang adalah makmum anak-anak perempuan.

    Jika shalat berjamaah hanya diikuti oleh dua orang, maka letak imam dan

    makmum adalah satu barisan. Akan tetapi posisi imam sedikit lebih ke

    depan dari pada makmum, posisi imam berada di sebelah kiri makmum.

    (Udin Wahyudin, 2008: 88-89)

    4. Keutamaan dan Manfaat Shalat Berjamaah

    Bukan hanya pahalanya saja yang memiliki nilai lebih, shalat berjamaah

    juga dapat membangun keselarasan dan silaturahmi sesama saudara, artinya dari

  • 31

    shalat berjamaah dapat berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat kita

    selama hidup di dunia. (Prihatin Nurlathifah, 2009: 21) menyebutkan keutamaan-

    keutamaan shalat berjamaah sebagai berikut:

    a. Mendapat pahala 27 derajat lebih tinggi dari pada shalat sendiri (munfaridz);

    b. Didoakan oleh para malaikat Allah; c. Mendapat naungan atau perlindungan Allah pada hari kiamat; d. Mendapat kemuliaan dari Allah SWT; e. Diampuni semua dosa; f. Setiap langkah kaki meninggikan derajat kita di sisi Allah SWT; g. Memancarkan cahaya yang sempurna di hari kiamat; h. Berada dalam jaminan Allah SWT; i. Disiapkan satu tempat di surga; j. Allah mencukupkan rizkinya; k. Dijauhkan dari kekafiran; l. Setara dengan pahala Haji; m. Dihindarkan dari godaan setan; n. Anugerah ketentraman, persatuan dan persaudaraan; o. Pembebas dari neraka dan sifat munafik; p. Mendapat balasan yang berlipat ganda; q. Sarana penyatuan hati dan fisik, saling mengenal dan saling mendukung; r. Membiasakan kehidupan yang teratur dan disiplin.

    Adapun manfaat dari shalat berjamaah adalah sebagai berikut :

    a. Melatih hidup disiplin;

    b. Terjalinnya tali silaturahmi;

    c. Tersebarnya energi Illahi;

    d. Sarana terapi bagi jiwa;

    e. Belajar berorganisasi.

    Dari uraian di atas jelaslah bahwa melalui shalat berjamaah, maka sikap

    sosial kita akan tumbuh, karena dengan shalat berjamaah maka rasa persaudaraan

    kita akan semakin erat, sebagimana telah kita ketahui bahwa sesama muslim itu

  • 32

    adalah bersaudara. Anugrah ketentraman, persatuan dan persaudaraan dapat

    dinikmati saat kita shalat berjamaah, tidak mungkin ketentraman itu dapat

    dirasakan ketika kehidupan masyarakat berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling

    memperdulikan. Dan awal yang baik untuk memperoleh nikmat itu adalah dengan

    sering mendatangi mesjid untuk shalat berjamaah.

    Allah menganugrahkan rasa sayang, agar kita bisa saling melindungi dan

    hidup berdampingan tanpa kebencian atau rasa iri akibat kedudukan yang berbeda.

    Karena pada dasarnya manusia itu sama, dan yang membedakan kedudukannya di

    sisi Allah adalah dari ketaqwaannya.

    C. Konsep Masyarakat dan Sikap Sosial

    1. Pengertian Masyarakat dan Sikap Sosial

    Sikap sosial berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat. Manusia

    sebagai bagian dari masyarakat memiliki sikap dan tingkah laku yang heterogen.

    Heterogenitas perilaku mereka merupakan cerminan dari latar belakang mereka

    yang beragam. Keragaman budaya, pemikiran, gaya hidup, serta status sosial telah

    mewarnai keragaman tersebut.

    Sebagaimana dijelaskan dalam Al- Qur,an (Al- Hujurat: 13)

    Artinya : Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa

    dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya

    orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang

  • 33

    paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui

    lagi maha mengenal (Azyumardi Azra, 2008: 7).

    Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia selain sebagai mahluk pribadi

    berfungsi juga sebagai mahluk sosial, yang memiliki keanekaragaman, baik jenis

    kelamin yang berbeda, tempat tinggal dan etnis yang berbeda pula. Dan dari

    adanya perbedaan tersebut maka mereka diperintahkan untuk dapat saling

    mengenal. Dan manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah manusia yang

    paling bertaqwa, yaitu manusia yang mampu melakukan hubungan baik secara

    vertikal kepada Allah (Hablu min Allah), dan mampu menjalani hubungan baik

    secara horizontal dengan sesama manusia (Hablu minannaas).

    Masyarakat dalam istilah Inggrisnya society, sedangkan kata masyarakat itu

    sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu syakara yang berarti ikut serta atau

    partisipasi, saling bergaul dan berinteraksi. Berikut ini beberapa pengertian

    masyarakat menurut para ahli yang dikutif oleh Dasim Budimansyah (2004: 25):

    a. Menurut Hassan Shadilly yang dikutif oleh Dasim Budimansyah (2004: 25)

    masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri atas beberapa manusia,

    yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara bergolongan dan

    pengaruh-mempengaruhi satu sama lain.

    b. Menurut Koentjaraningrat Dasim Budimansyah (2004: 25) masyarakat

    adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat

    istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa

    identitas yang sama.

  • 34

    c. Menurut Ralph Linton Dasim Budimansyah (2004: 25) masyarakat adalah

    setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang

    cukup lama, sehingga mereka dapat mengorganisir diri dan sadar bahwa

    mereka merupakan suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang jelas.

    d. Menurut Betrand Dasim Budimansyah (2004: 25) masyarakat adalah

    sekelompok orang yang sama identitasnya, teratur sedemikian rupa di dalam

    menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama secara

    harmonis.

    e. Menurut Soekanto Dasim Budimansyah (2004: 26) masyarakat adalah suatu

    sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan,

    f. Menurut Horton dan Hunt Dasim Budimansyah (2004: 26) masyarakat

    adalah sekelompok manusia yang secara nisbi mampu menghidupi

    kelompoknya sendiri, bersifat independen dan mendiami suatu wilayah

    tertentu, memiliki kebudayaan serta kebanyakan kegiatannya berlangsung di

    dalam kelompok itu sendiri.

    Dari definisi-definisi tersebut menampilkan ciri-ciri sebagai berikut (Dasim

    Budimansyah, 2008: 26):

    a. Manusia yang hidup bersama dua atau lebih;

    b. Bergaul dalam jangka waktu yang relatif lama;

    c. Setiap anggotanya menyadari sebagai satu kesatuan;

    d. Bersama membangun sebuah kebudayaan yang membuat keteraturan dalam

    kehidupan bersama.

  • 35

    Di dalam masyarakat senantiasa terjadi interaksi, dan faktor-faktor dasar

    terjadinya proses interaksi sosial tesebut adalah imitasi (meniru), sugesti

    (menerima), identifikasi (menempatkan diri), simpati (turut merasakan).

    Sedangkan syarat terjadinya interaksi sosial adalah kontak sosial (social contact),

    dan komunikasi sosial (social communication). Adapun bentuk-bentuk interaksi

    sosial antara lain kerjasama (cooperation), kompetisi (competition), pertentangan

    (conflict), dan akomodasi (accomodation).

    Bentuk kontak sosial dapat terjadi antara orang-perorangan, orang-

    perorangan dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Dari uraian di

    atas dapat kita fahami bahwa dengan melaksanakan shalat berjamaah dapat

    memupuk sikap sosial antar sesama muslim, karena pada saat melaksanakan

    shalat berjamaah setiap umat muslim akan merasakan adanya ikatan persaudaraan

    yang erat, karena dapat saling berinteraksi baik secara lisan maupun sikap. Agar

    dapat berinteraksi dengan baik, maka diperlukan kecakapan sosial

    2. Bentuk-bentuk Kecakapan Sosial

    Kecakapan hidup adalah keterampilan atau kemampuan untuk dapat

    beradaptasi atau berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu

    menghadapi tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. (E.

    Kosasih, 2010: 2).

    Sementara itu Development Basic Education (DBE) yang dikutif oleh E.

    Kosasih (2010: 3) mendefinisikan kecakapan hidup sebagai suatu pengembangan

    perilaku yang mengutamakan keseimbangan, diantara ranah pengetahuan,

  • 36

    keterampilan dan sikap. Kecakapan hidup merupakan pendekatan yang

    mempersiapkan para siswa dalam menghadapi kenyataan hidupnya di masa

    depan.

    Pendidikan kecakapn hidup merupakan upaya untuk meningkatkan

    pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap, dan kemampuan yang

    memungkinkan siswa dapat hidup mandiri dengan hubungan sosial yang baik.

    Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas 5 (lima) prinsip

    pilar pendidikan, yaitu:

    a. Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan); b. Learning to learn (belajar untuk tahu cara belajar); c. Learning to do (belajar untuk dapat berbuat/melakukan pekerjaan); d. Learning to be (belajar agar dapat menjadi orang yang berguna sesuai

    dengan minat, bakat dan potensi diri);

    e. Lerning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain), (E. Kosasih, 2010: 4)

    Melalui 5 (lima) pilar tersebut diharapkan siswa mampu belajar untuk

    meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diminatinya, memanfaatkan

    kemampuan dan keterampilan tersebut untuk meningkatkan kualitas hidupnya

    serta membantu orang lain yang membutuhkan.

    Dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa selain dapat meningkatkan

    pengetahuan dan keterampilan, siswa juga diharapkan mampu memiliki sikap

    sosial yang tinggi. Kecakapan sosial atau kecakapan antar personal (interpersonal

    skills) mencakup kecakapan komunikasi dengan empati (communication skills)

    dan kecakapan bekerja sama (collaboration skills). Empati sikap penuh

  • 37

    pengertian, dan komunikasi 2 (dua) arah perlu ditekankan. Hal ini karena yang

    dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, akan tetapi isi

    pesan itu harus disertai kesan baik yang dapat menumbuhkan hubungan harmonis.

    (Pusat Kurikulum, 2004: 14).

    Menurut E. Kosasih (2010: 19) untuk menumbuhkan sikap sosial siswa

    harus memiliki beberapa kecakapan sebagai sosial sebagai berikut:

    a. Kecakapan berkomunikasi

    Kecakapan berkomunikasi mencakup kegiatan secara lisan. Sebagai mahluk

    sosial yang hidup dalam masyarakat, siswa memerlukan kecakapan ini. Dalam

    komunikasi lisan diperlukan kemampuan dalam memilih kata dan cara

    menyampaikan agar mudah dimengerti oleh teman bicaranya. Komunikasi secara

    lisan sangat penting, maka perlu ditumbuh kembangkan sejak dini kepada siswa.

    b. Kecakapan bekerja sama

    Bekerja sama dalam kelompok merupakan kebutuhan yang tidak dapat

    dielakan sepanjang manusia hidup. Kemampuan bekerja sama perlu

    dikembangkan agar siswa terbiasa dalam memecahkan masalah. Kerja sama yang

    dimaksudkan adalah kerja sama adanya saling memperhatikan dan membantu

    antar sesama untuk mencapai tujuan yang baik, hal ini agar siswa terbiasa dan

    dapat membangun semangat kebersamaan yang harmonis.

    Kecakapan kerja sama sangat diperlukan karena sebagai mahluk sosial,

    dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu bekerja sama dengan manusia

    yang lainnya. Bekerjasama bukan hanya sekedar berhubungan dan saling

  • 38

    membantu, tetapi dalam bekerja sama juga harus disertai dengan saling pengertian

    dan saling menghargai.

    Termasuk dalam pelaksanaan shalat berjamaah, siswa dapat dididik untuk

    menjalin kerja sama yang harmonis baik antara makmum dengan makmum,

    maupun antara makmum dengan imam dalam menciptakan suasana pelaksanaan

    shalat berjamaah yang baik, seperti bekerja sama untuk merapihkan saf dalam

    shalat, bekerja sama untuk menunjuk imam yang dianggap tepat, saling

    mengingatkan ketika imam melakukan kesalahan baik dalam bacaan ataupun

    dalam gerakan shalat dengan cara memberi isyarat atau kode. Dan hal ini akan

    menjadi pelajaran yang berharga bagi siswa untuk menumbuhkan sikap sosialnya.

    D. Ukhuwah Islamiah Sebagai Bentuk Sikap Sosial

    1. Pengertian Ukhuwah Islamiah

    Ukhuwah Islamiah terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu Ukhuwah dan

    Islamiah. Ukhuwah berasal dari bahasa Arab, ukhuwwah yang pada alasannya

    berarti persamaan dan keserasian dalam banyak hal, kemudian diartikan sebagai

    persaudaraan, karena adanya persamaan-persamaan tersebut. Oleh karena itu

    dikatakan persaudaraan sepertalian darah, karena kesamaan dalam keturunan;

    dikatakan persaudaraan sebangsa, karena sama-sama memeluk satu agama. Jadi

    ukhuwah secara umum berarti persaudaraan (Azyumardi Azra, 2008: 361). Yang

    menjadi inti dari persaudaraan adalah ikatan batin yang menghubungkan antara

    seseorang dengan orang lain, sehingga apa yang dirasakan oleh yang satu akan

    dirasakan pula oleh yang lainnya.

  • 39

    Adapun kata Islamiah yang selama ini sering dipahami sebagai pelaku

    ukhuwah, sebenarnya berpungsi sebagai ajektif dari kata ukhuwah. Dengan

    demikian persaudaraan yang dimaksud di sini adalah persaudaraan yang bersifat

    Islam, atau persaudaraan secara Islam, yakni persaudaraan yang didasarkan atas

    norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam.

    Perbandingan-perbandingan dalam ukhuwah Islamiah (Azyumardi Azra,

    2008: 368)

    a. Ukhuwah seketurunan (ukhuwwah fi al-nasab)

    Dalam hal ini ukhuwah akan senantiasa berlanjut sepanjang garis keturunan

    itu masih dapat diketahui. Ukhuwah Islamiah akan senantiasa erat selama

    sesorang memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat, karena ukhuwah

    Islamiah merupakan hasil dari iman dan takwa.

    b. Ukhuwah karena persamaan sifat/profesi (ukhuwwah fi al-sifat wa al-

    sanah)

    Dalam hal ini ukhuwah akan senantiasa berlanjut selama sifat dan propesi

    itu ada pada sesorang, bila hal ini telah tiada maka putus pulalah tali

    persaudaraan. Tetapi hal ini tidak akan terjadi pada ukhuwah Islamiah,

    karena dimilikinya iman dan takwa persaudaraan akan terus berjalan sampai

    akhirat.

    c. Ukhuwah karena sebangsa (ukhuwwah fi al watanniyah) dan termasuk di

    dalamnya ukhuwah karena seideologi.

  • 40

    Seperti halnya ukhuwah karena persamaan sifat/profesi, ukhuwah karena

    sebangsa/seideologi akan habis bila sendi-sendi kebangsaan/ideologi berantakan.

    Hal ini tidak akan terjadi pada ukhuwah Islamiah yang dipersatukan oleh iman.

    Dari perumpamaan-perumpamaan yang telah dijelaskan di atas, jelaslah

    bahwa ukhuwah Islamiah itu dilandasi oleh hubungan batin yang mendalam, yang

    kemudian terjelma dalam persaudaraan dalam bentuk lahir. Hubungan batin

    tersebut didasarkan atas kesamaan dalam akidah dan syariah, yang diistilahkan

    oleh Al-Quran dengan habl Allah (tali Allah).

    Jadi persaudaraan Islam ialah persaudaraan yang diikat oleh tali Allah

    yang kuat, sehingga sukar untuk diputuskan. (Azyumardi Azra, 2008: 370). Akan

    tetapi sekalipun demikian, secara implisit terlibat adanya konstelasi atau isyarat

    bahwa ada saja kemungkinan timbulnya konflik.

    Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ukhuwah Islamiah

    merupakan suatu bentuk persaudaraan dalam kondisi dinamis yang diakibatkan

    oleh perasaan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT., yang dengannya

    seseorang bersedia berbagi rasa dengan saudaranya. (Azyumardi Azra, 2008:

    371).

    2. Sendi-sendi Ukhuwah Islamiah

    Ukhuwah Islamiah tidak akan terwujud tanpa sendi-sendi yang kokoh yang

    mendasarinya. Adapun tanpa sendi-sendi yang kokoh tersebut adalah sebagai

    berikut:

    a. Husnul zhan (prasangka baik)

  • 41

    Prasangka baik perlu ditanamkan dalam pergaulan dengan sesama Muslim,

    sebab jika dari sejak awal persaudaraan telah dibina dengan prasangka baik, maka

    semua kegiatan akan berjalan dengan lancar karena tidak ada saling curiga antara

    sesama manusia. Sebaliknya jika persaudaraan dibina atas perasaan suul zhan

    (prasangka buruk) segala kegiatan tidak dapat berjalan dengan lancar, dan tidak

    akan dipandang baik sekalipun ia baik. Karena segala kegiatan/sikap yang

    dilakukan ditafsirkan dengan tafsiran yang buruk. Dan hal ini justru akan

    memudarkan rasa persaudaraan.

    b. Kasih sayang

    Kasih sayang dan sikap saling mencintai merupakan jiwa persaudaraan.

    Tanpa kasih sayang dan rasa saling mencintai tidak mungkin dapat menumbuhkan

    rasa persaudaraan. Oleh karena itu semakin besar kasih sayang, maka semakin

    tinggi pula rasa persaudaraan yang dirasakan.

    c. Rela berkorban

    Rela berkorban dan berbagi rasa sangat diperlukan dalam membina

    ukhuwah. Karena ukhuwah pada intinya pergaulan hidup dalam taraf yang sangat

    dekat. Pergaulan hidup memerlukan pengorbanan baik material maupun spiritual.

    Kita dapat saling membantu dengan mengorbankan (memberikan) sesuatu yang

    kita miliki dan dibutuhkan oleh saudara kita sesama Muslim.

    d. Toleransi

    Sebagai manusia kita tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, dalam

    ukhuwah dituntut adanya kelapangan dada atau toleransi.

  • 42

    e. Musyawarah

    Musyawarah merupakan salah satu sendi ukhuwah Islamiah, karena melalui

    musyawarah umat Muslim dapat memecahkan dan mendapat jalan keluar dari

    suatu permasalahan secara adil, bebas dan terbuka. Dengan adanya musyawarah,

    maka akan terjadi dialog yang akan menghasilkan keputusan bersama yang akan

    ditaati secara bersama-sama pula.

    3. Sumber-Sumber Keretakan Ukhuwah

    Selain terdapat sendi-sendi pembangun ukhuwah Islamiah, ada juga hal-hal

    yang justru dapat membuat keretakan ukhuwah Islamiah, sehingga dapat

    menurunkan sikap sosial diatara sesama. Hal-hal tersebut diantaranya:

    a. Mengolok-olok (sukhriyah)

    Lafal sakhar dalam bahasa Arab berarti merendahkan, menghina,

    menyebutkan aib dan kekurangan orang lain sehingga menimbulkan tertawaan

    yang dilakukan dengan perkataan, perbuatan, isyarat, atau mentertawakan orang

    yang menjadi objek perolok-olokan itu. Hal demikian dapat menimbulkan reaksi

    tidak baik dari orang yang diperolok-olokan tersebut, dan mengundang reaksi

    perang mulut bahkan perang fisik antar sesama, antar keluarga, atau lebih jauhnya

    antar suku.

    b. Mencela diri sendiri (lamz al nafs)

    Yang diaksud mencela diri sendiri, menurut (Azyumardi Azra, 2008: 379)

    adalah mencela sesama Mukmin dengan perkataan atau sindiran, karena sesama

  • 43

    Mukmin laksana satu pribadi, maka apabila seorang Mukmin mencela Mukmin

    lainnya berarti ia telah mencela dirinya sendiri.

    c. Saling memanggil dengan sebutan yang buruk (tanabuz bi al-alqab)

    Sejak lahir manusia sudah diberi nama yang baik oleh kedua orang tuanya,

    akan tetapi adakalanya seseorang memanggil dengan nama yang buruk kepada

    seseorang, yang pada akhirnya menimbulkan rasa sakit hati pada orang yang

    dipanggilnya. Dan secara otomatis hal ini akan menimbulkan keadaan yang tidak

    harmonis dalam masyarakat, dan akhirnya akan menimbulkan keretakan pada

    ukhuwah Islamiah.

    d. Prasangka buruk (suul-zhan)

    Prasangka buruk (suul-zhan) akan menimbulkan keretakan dalam ukhuwah

    Islamiah, karena dengan adanya prasangka buruk (suul-zhan), maka akan

    hilanglah kepercayaan diantara sesama Muslim.

    e. Mencari cari kesalahan orang lain

    Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa manusia tidak pernah luput dari

    kesalahan, selama manusia itu mempunyai niat untuk taubat dan berusaha untuk

    tidak melakukan kesalahan yang sama, maka hal tersebut tidak perlu diungkit-

    ungkit untuk disebarkan kepada orang lain, karena pada dasarnya manusia tidak

    ada yang sempurna.

    f. Menggunjing (ghibah)

    Menggunjing (ghibah) adalah sipat yang suka menyebutkan aib orang lain

    secara terang-terangan, hal ini akan menyakiti orang yang digunjingkan, dan akan

  • 44

    menimbulkan permusuhan diantara sesama. Menggunjing merupakan sipat yang

    paling dikutuk oleh Allah SWT, karena dengan menggunjing berarti sama halnya

    orang tersebut telah memakan bangkai saudaranya sendiri. Dan pada akhirnya hal

    tersebut akan menibulkan keretakan ukhuwah Islamiah.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kita selaku Umat Islam perlu

    menjaga ukhuwah Islamiah sebagai salah satu bentuk dari sikap sosial, dan

    menghindari hal-hal yang dapat meretakannya. Hal tersebut dapat dilakukan

    dengan cara mengikuti shalat berjamaah. Karena melalui shalat berjamaah ini, kita

    dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan sebagai dasar pembentuk ukhuwah

    Islamiah, dan melalui shalat berjamaah juga kita dapat memupuk rasa

    persaudaraan dengan sesama Muslim lainnya, hingga rasa persaudaraan (ukhuwah

    Islamiah) diantara sesama Muslim semakin erat.

    Hal ini dapat diterapkan sejak dini kepada siswa dengan cara membiasakan

    mereka untuk dapat melaksanakan shalat berjamaah, agar siswa dapat memiliki

    pemahaman tentang pentingnya melaksanakan shalat berjamaaah dan dapat

    memupuk rasa persaudaraan diantara mereka, dan pada akhirnya siswa memiliki

    sikap sosial yang tinggi terhadap sesama.