bab ii

7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pasien yang dalam keadaan sakit akan memberikan informasi dan respon serba berlebihan. Pasien cenderung bingung dan cemas sehingga klinisi harus tetap berpegang pada prinsip dasar dan melakukan pendekatan sistematik agar didapatkan diagnosis yang tepat. Diagnosis merupakan suatu tindakan mempelajari dan mengidentifikasikan suatu penyakit agar dapat dibedakan dengan penyakit lainnya. Agar mendapatkan diagnosis yang tepat tersebut, klinisi harus mendapatkan informasi yang tepat dan banyak mengenai riwayat medis dan riwayat giginya dengan mengajukan pertanyaan mengenai riwayat, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimuli yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Melakukan pemeriksaan visual pada wajah, jaringan keras dan lunak rongga mulut; melakukan pemeriksaan intraoral; melakukan pengetesan pada pulpa gigi, dan melakukan pemeriksaan penunjang (Torabinejad, 2010). 2.1 Pemeriksaan Subjektif Pemeriksaan Subjektif dilakukan dengan menggali informasi sebanyak mungkin dari pasien meliputi keluhan utama (anamnesis), riwayat medis dan riwayat dental. Keluhan utama merupakan alasan spesifik mengapa pasien datang ke klinik atau rumah sakit, dicatat dalam bahas apa adanya menurut pasien yang nantinya merupakan dasar utama yang menyediakan informasi tentang gejala atau hal patoligis yang akan kita cari dalam pemeriksaan selanjutnya. Riwayat medis pada perawatan endodontik secra spesifik tidak menjadi kontraindikasi hanya pada keadaan tertentu penyakit yang relevan dapat menjadi pertimbangan untuk dilakukannya perawatan endodontik seperti alergi, tendensi perdarahan, penyakit jantung, kelainan imun, atau pasien yang mengonsumsi obat yang terkait endokrin ataupun sistem saraf.

Upload: hinata-mata

Post on 05-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

frezz

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pasienyangdalam keadaan sakit akan memberikan informasi dan respon serba berlebihan. Pasien cenderung bingung dan cemas sehingga klinisi harus tetap berpegang pada prinsip dasar dan melakukan pendekatan sistematik agar didapatkan diagnosis yang tepat. Diagnosis merupakan suatu tindakan mempelajari dan mengidentifikasikan suatu penyakit agar dapat dibedakan dengan penyakit lainnya. Agar mendapatkan diagnosis yang tepat tersebut, klinisi harus mendapatkan informasi yang tepat dan banyak mengenai riwayat medis dan riwayat giginya dengan mengajukan pertanyaan mengenai riwayat, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimuli yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Melakukan pemeriksaan visual pada wajah, jaringan keras dan lunak rongga mulut; melakukan pemeriksaan intraoral; melakukan pengetesan pada pulpa gigi, dan melakukan pemeriksaan penunjang (Torabinejad,2010).

2.1 Pemeriksaan Subjektif

Pemeriksaan Subjektif dilakukan dengan menggali informasi sebanyak mungkin dari pasien meliputi keluhan utama (anamnesis), riwayat medis dan riwayat dental. Keluhan utama merupakan alasan spesifik mengapa pasien datang ke klinik atau rumah sakit, dicatat dalam bahas apa adanya menurut pasien yang nantinya merupakan dasar utama yang menyediakan informasi tentang gejala atau hal patoligis yang akan kita cari dalam pemeriksaan selanjutnya.

Riwayat medis pada perawatan endodontik secra spesifik tidak menjadi kontraindikasi hanya pada keadaan tertentu penyakit yang relevan dapat menjadi pertimbangan untuk dilakukannya perawatan endodontik seperti alergi, tendensi perdarahan, penyakit jantung, kelainan imun, atau pasien yang mengonsumsi obat yang terkait endokrin ataupun sistem saraf.

Riwayat penyakit dental merupakan langkah yang penting untuk menggali informasi terkait keluhan utama pasien. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimulus yang menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena stimulus suhu dan menyebar, kemungkinan berasal dari pulpa. Nyeri pada saat makan atau mengunyah dan jelas batasnya kemungkinan berasal dari daerah periapikal. Faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas nyeri adalah spontanitas, intensitas, dan durasinya. Seorang klinisi yang pandai akan mampu menetapkan diagnosis sementara melalui pemeriksaan subjektif, sedangkan pemeriksaan objektif dan radiografi digunakan untuk konfirmasi (Torabinejad,2002). Sangat sakit biasanya belum lama dan membuat pasien cepat kedokter. Dapat disebabkan pulpitis irreversibel, periodontitis apikal akut atau abses. Rasa sakit ringan, atau sakit ringan sampai sedang atau sudah lama biasanya sudah lama diderita pasien dan tidak dapat dipakai sebagai tanda adanya penyakit pulpa. Spontanitas rasa sakit: Tanpa stimulus disebut spontan seperti pada pulpitis irreversibel. Kontinuitas rasa sakit: Rasa sakit tetap ada (kontinu) walaupun penyebabnya sudah tidak ada. Menandakan pulpa dalam keadaan vital, dan sakit yang kontinu disebut pulpitis irreversibel. Ketika pulpa sudah nekrotik, sakit yang kontinu terjadi akibat tekanan atau pemakaian gigi menandakan adanya kelainan periapikal

2.2 Pemerikasaan Objektif

Pemeriksan objektif merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh operator dengan berbagai metode. Yaitu:

1. Pemeriksaan Visual

2. Pemeriksaan Ekstraoral

Dilihat apakah ada pembengkakan atau perubahan warna. Seperti pembengkakan di rahang bawah daerah submandibular atau mandibular. Di rahang atas pembengkakan sampai di bawah mata akibat infeksi gigi kaninus. Selain itu perhatikan juga apakah ada pembengkakan kelenjar limfe.

1. Pemeriksaan Intraoral

Meliputi jaringan lunak atau gingiva, lidah, bibir apa ada kemerahan, pembengkakan fistel yang biasanya disebabkan gigi yang mengalami kelainan periapikal. Perubahan warna, kontur, dan tekstur gigi geligi, serta perhatikan kebersihan mulut pasien.

2. Tes Vitalitas Pulpa

3. Test Thermal.

Test termis (panas dan dingin) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi vitalitas pulpa atau sesnsitivitas pulpa. Tes dingin dengan menggunakan batangan es, chloretil, dan air dingin. Penggunaan yang paling sering adalah dengan chloretil yang disemprotkan pada cotton pellet kemudian ditempelkan pada permukaan gigi yang karies yang telah dilakukan eskavasi terlebih dahulu, atau pada bukal dipertengahan mahkota. Apabila respon terhadap rangsang dingin positif menandakan bahwa pulpa gigi tersebut masih vital, sedangkan apabila gigi tersebut tidak merespon menandakan bahwa pulpa gigi dalam keadaan nonvital atau nekrosis.

Tes panas tidak dilakukan secara rutin, berguna jika ada keluhan pada gigi yang sulit dilokalisir. Respon yang hebat dan menetap merupakan indikasi dari pulpitis irreversibel. Tes panas dapat menggunakan air panas, burnisher, atau menggunakan gutta percha yang dipanaskan, bahan dan alat diletakkan pada kavitas yang sudah dikeringkan kemudian diangkat dan amati respon pasien.

1. Test Elektris

Alat yang digunakan yaitu EPT (Electic Pulp Test) merupakan alat pembantu dalam menentukan vitalitas gigi dengan menggunakan aliran listrik yang bertahap untuk mendapatkan respon dari pulpa. Angka yang ditunjukkan oleh alat tidak terlalu berperan.

1. Tes Sondasi

Sondasi dengan sonde dapat menunjukkan karies yang luas atau sekunder , terbukanya pulpa, fraktur mahkota dan restorasi yang rusak. Pada beberapa keadaan seperti karies besar di korona, sonde dapat memberikan bantuan yang memadai dalam menegakkan diagnosis. Hasil positif menandakan pulpa gigi yang masih vital.

1. Tes Anestesi

Berguna untuk menentukan gigi yang sakit ketika pasien tidak dapat melokalisir rasa sakit tersebut pada gigi yang tepat, pasien hanya menyataka sakitnya didaerah sekitar atau bagian tertentu. Dilakukan dengan anestesi blok pada salah satu sisi rahang, apabila rasa sakit hilang berarti menandakan bahwa gigiyang sakit berada pada sisi yang teranestesi, apabila tidak hilang berarti gigi yang sakit berada pada sisi yang tidak teranestesi.

1. Tes Kavitas

Tes ini biasanya dilakukan pada keadaan dentin sklerotik. Dilakukan dengan menggunakan bor kecepatan rendah tanpa menggunakan penfdingin, dilakukan pengeboran sampai daerah DEJ. Apabila memberikan rasa sakit menandakan bahwa pulpa masih dalam keadaan vital.

3. Tes Kelainan Periapikal

4. Tes Perkusi

Perkusi merupakan indikator yang baik keadaan periapikal. Respon yangpositif menandakan adanya inflamasi periapikal. Bedakan intensitas rasa sakitdengan melakukan perkusi gigi tetangganya yang normal atau respon positif yangdisebabkan inflamasi ligamen periapikal, karena adanya peradangan pulpayang berlanjut ke apikal dan meluas mengenai jaringan penyangga. Gigi diberi pukulan cepat dan tidak keras, dengan menggunakan tangkai suatu instrumen, untuk menentukan apakah gigi merasa sakit. Suatu responsensitif yang berbeda dari gigi disebelahnya, biasanya menunjukkan adanyaperiodontitis. Sering juga, arah pukulan harus diubah daripermukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau lingual mahkota dan tiap bonjol dipukul dengan urutan berbeda. Akhirnya, sambil mengajukan pertanyaan pada pasien mengenai rasa sakit gigi tertentu, klinisi akan memperoleh suatu respon yang lebih benar, bila pada waktu yang sama diperhatikan gerakan badan pasien, dan reflex respon rasa sakit.

1. Tes Palpasi

Palpasi dilakukan jika dicurigai ada pembengakakan, dapat terjadi intraoral atau ekstra oral. Abses dalam mulut terlihat sebagai pembengkakan dibagianlabial dari gigi yang biasanya sudah non vital.Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan ringanuntuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit. Meskipun sederhana,tetapi merupakan suatu tes yang penting.Bila ada pembengkakan tentukan hal berikut(1) apakah jaringan fluktuan dan cukup membesar untuk insisi dan drainase;(2) adanya, intensitas dan lokasi rasa sakit; (3) adanya dan lokasi adenopati dan(4) adanya krepitasi tulang.

1. Tes Tekan

Dilakukan dengan cara pasien menggigit ujung tangkai instrumen seperti kaca mulut atau dilakukan dengan cara memberikan tekanan dengan jari. Untuk mengetahui adanya fraktur atau kelainan pada periapikal.

4. Tes Kelainan Periodontal

5. Tes Mobilitas

Tes mobilitas digunakan untuk mengevaluasi integritas jaringan periodontal gigi. Tes ini terdiri menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan menggunakan jari atau menggunakan tangkai dua instrument. Tujuan tes ini adalah untuk menentukan apakah gigi terikat kuat atau longgar pada soketnya. Jumlah gerakan menunjukkan kondisiperiodonsium; makin besar gerakannya,makin jelek status periodontalnya. Demikian pula, tes untuk depresibilitas adalah dengan menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya. Tes ini dapat dilakukan dengan jari atau instrumen. Bila terdapat depresibilitas, kemungkinan untuk mempertahankan gigi jelek dan tidak ada harapan. Mobilitas grade 1 adalah kecil dari 1 mm mobilitas grade 2 adalah gerakan gigi dalam jarak 1 mm, dan mobilitas grade 3 gerakan lebih besardari 1 mm disertai arah vertikal.

5. Tes Transluminasi

Berguna untuk pemeriksaan gigi anterior yang nekrotik, menentukan gigi yang fraktur yang tidak terlihat pada foto ronsen, melihat fraktur vertikal, dan dapat digunakan untuk menentukan orifis. Caranya dengan menggunakan sinar (fiber otic, halogen, LED, dan pantulan kaca mulut)

2.3 Pemeriksaan Penunjang

Radiografi adalah salah satu alat klinis paling penting untuk menunjang diagnosis.Alat ini memungkinkan pemeriksaan visual struktur mulut yang tidak mungkin dapat dilihat dengan mata telanjang. Tanpa alat ini tidak mungkin dilakukan diagnosis, seleksi kasus, perawatan, dan evaluasi penyembuhan luka. Untuk dapat menggunakan radiograf dengan tepat, seorang klinisi harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat memberikan interpretasi secara tepat. Diperlukan suatu pengertian tentang anatomi normal dan anomalinya yang mendasarinya dan perubahan yang timbul yang disebabkan oleh usia, trauma, penyakit dan penyembuhan.

Pemeriksaan radiografik yaitu foto bitewing, periapikal dan panoramik diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosa dalam mempertimbangkan jenis perawatan yang harus diberikan antara lain memberi evaluasi masalah :

1. Perluasan karies dan kedekatannya dengan pulpa.

2. Keadaan restorasi yang ada.

3. Ukuran dari keadaan ruang pulpa : Dentin sekunder, kalsifikasi, dan resorpsi interna

4. Akar : bentuk, resorpsi internal.

5. Apeks : kelainan periapeks seperti abses, kista, dan granuloma.

6. Tulang: melihat adanya rarefaction pada daerah periapikal atau bifurkasi, kehilangan lamina dura, dan keadaan membran periodontal.