bab ii
TRANSCRIPT
BAB IIPEMBAHASAN
1. Hakikat Kondisi Fisik
a. Pengertian Kondisi Fisik
Kondisi fisik merupakan unsur yang penting dan menjadi dasar
dalam mengembangkan teknik, taktik, maupun strategi dalam bermain.
Menurut Sajoto (1988: 57), kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang
sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan
sebagai landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi. Menurut
Sugiyanto (1996: 221), kemampuan fisik adalah kemampuan memfungsikan
organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas fisik. Kemampuan fisik
sangat penting untuk mendukung mengembangkan aktivitas psikomotor.
Gerakan yang terampil dapat dilakukan apabila kemampuan fisiknya
memadai. Menurut Sajoto (1995: 8-9), kondisi fisik adalah satu kesatuan
utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja,
baik peningkatan maupun pemeliharaan. Artinya bahwa di dalam usaha
peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus
berkembang.
Status kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika memulai
latihan sejak usia dini dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan
dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan. Status kondisi fisik
seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian yang berbentuk tes
kemampuan. Tes ini dapat dilakukan di dalam labratorium dan di lapangan.
9
Meskipun tes yang dilakukan di laboratorium memerlukan alat-alat yang
mahal, tetapi kedua tes tersebut hendaknya dilakukan agar hasil penilaian
benar-benar objektif.
Kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika latihan dimulai sejak
usia dini dan dilakukan secara terus menerus. Karena untuk
mengembangkan kondisi fisik bukan merupakan pekerjaan yang mudah,
harus mempunyai pelatih fisik yang mempunyai kualifikasi tertentu
sehingga mampu membina pengembangan fisik atlet secara menyeluruh
tanpa menimbulkan efek di kemudian hari. Kondisi fisik yang baik
mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya mampu dan mudah
mempelajari keterampilan yang relatif sulit, tidak mudah lelah saat
mengikuti latihan maupun pertandingan, program latihan dapat diselesaikan
tanpa mempunyai banyak kendala serta dapat menyelesaikan latihan berat.
Kondisi fisik sangat diperlukan oleh seorang atlet, karena tanpa didukung
oleh kondisi fisik prima maka pencapaian prestasi puncak akan mengalami
banyak kendala, dan mustahil dapat berprestasi tinggi.
b. Komponen Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu kesatuan utuh dari komponen-
komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan
maupun pemeliharaannya. Artinya, bahwa didalam usaha peningkatan
kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan.
Menurut Mochamad Sajoto (1988: 57), bahwa komponen kondisi fisik
meliputi:
10
1) Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuanya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
2) Daya tahan ada 2 dua macam, yaitu:a) Daya tahan umum yaitu kemampuan seseorang dalam
mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien.
b) Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.
3) Kekuatan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan kekuatan maksimum yang digunakan dalam waktu yang sesingkat singkatnya.
4) Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mngerjakan gerakan keseimbangan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat singkatnya.
5) Daya lentur adalah efektivitas seseorang dalam penyelesaian diri untuk segala aktivitas dengan penguuran tubuh yang luas.
6) Kelincahan adalah kemampuan mengubah posisi diarea tertentu. 7) Koordinasi adalah kemampuan seseorang melakukan
bermacam- macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif.
8) Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi, dalam bermacam-macam gerakan.
9) Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan bebas terhadap sasaran.
10) Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menggapai rangsangan yang ditimbulkan melalui indera, saraf atau feeling lainya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya bola yang harus ditangkap dan lain-lain.
c. Manfaat Kondisi Fisik
Dalam kegiatan olahraga, kondisi fisik seseorang akan sangat
mempengaruhi bahkan menentukan gerak penampilannya. Menurut Harsono
(1988: 153), dengan kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap
fungsi dan sistem organisasi tubuh, di antaranya:
1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.
11
2) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, dan komponen kondisi fisik lainya.
3) Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu lainya.4) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organisme tubuh kita
apabila sewaktu-waktu respon diperlukan.
Apabila kelima keadaan di atas kurang atau tidak tercapai setelah
diberi latihan kondisi fisik tertentu, maka hal itu dapat dikatakan bahwa
perencanan, sistematika, metode, serta pelaksanaanya kurang tepat.
d. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik
Dalam Depdiknas (2000: 8-10), komponen kondisi fisik adalah satu
kesatuan utuh dari komponen kesegaran jasmani. Jadi, faktor-faktor yang
mempengaruhi kesegaran jasmani juga mempengaruhi kondisi fisik
seseorang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fisik adalah:
1) UmurSetiap tingkatan umur mempunyai keuntungan sendiri. Kebugaran jasmani juga daat ditingkatkan pada hampir semua usia. Pada daya tahan cardiovaskuler ditemukan sejak usia anak anak sampai sekitar umur 20 tahun, daya tahan cardiovascular akan meningkat dan akan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun. Daya tahan tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, tetapi penurunan tersebut dapat berkurang apabila seseorang melakukan kegiatan olahraga secara teratur.
2) Jenis KelaminKebugaran jasmani antara pria dan wanita berbeda karena adanya perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas. Daya tahan kardiovaskuler pada usia anak-anak antara pria dan wanita tidak berbeda, tetapi setelah masa pubertas terdapat perbedaan, karena wanita memiliki jaringan lemak yang lebih banyak dan kadar hemoglobin yang lebih rendah dibanding dengan pria.
3) GenetikDaya tahan cardiovasculer dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat yang ada dalam tubuh seseorang dari sejak lahir.
4) Kegiatan FisikKegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegeran jasmani, latihan bersifat aerobik yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan daya tahan cardiovaskuler dan dapat
12
mengurangi lemak tubuh. Dengan melakukan kegiatan fisik yang baik dan benar berarti tubuh dipacu untuk menjalankan fungsinya.
5) Kebiasan merokokKebiasaan merokok terutama berpengaruh terhadap daya tahan cardiovasculer. Pada asap tembakau terdapat 4% karbon monoksida (CO). Daya ikat CO pada hemoglobin sebesar 200-300 kali lebih kuat dari pada oksigen.
6) Faktor LainFaktor lain yang berpengaruh di antaranya suhu tubuh. Kontraksi otot akan lebih kuat dan cepat biar suhu otot sedikit lebih tinggi dari suhu normal tubuh. Suhu yang lebih rendah akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fisik antara lain; makanan
dan gizi, faktor tidur dan istirahat, faktor kebiasaan hidup sehat, faktor
lingkungan, faktor lingkungan dan olahraga, dan lain-lain. Jadi, agar
mempunyai kemampuan kondisi fisik yang baik, seseorang harus
memperhatikan beberapa faktor tersebut.
2. Deskripsi Pengidentifikasian Bakat
Pengidentifikasian bakat merupakan suatu upaya untuk mendapatkan
olahragawan sejak usia dini yang berbakat dan potensial, sehingga siap
dikembangkan dalam cabang olahraga tertentu untuk mencapai prestasi yang
optimal. Pengidentifikasian bakat yang dilakukan dengan berdasarkan pada
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut Gabbard (1987: 132) proses evaluasi merupakan langkah
pertama untuk mengetahui atau mengamati perubahan. Evaluasi merupakan
suatu proses dari rangkaian latihan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemajuan yang telah dicapai sebagai akibat dari latihan. Evaluasi dapat
dilakukan dengan memberikan berbagai macam bentuk tes sesuai dengan
13
kebutuhannya. Sebagai contoh untuk mengetahui tingkat keterampilan teknik
atlet dapat menggunakan tes-tes keterampilan teknik, untuk mengetahui tingkat
kondisi fisik atlet dapat digunakan tes fisik.
3. Tujuan dan Proses Identifikasi Bakat
Harre (1999) mengemukakan bahwa tujuan mengidentifikasi bakat
adalah untuk memprediksikan suatu derajat yang tinggi tentang kemungkinan
calon atlet akan mampu menyesuaikan dan menyelesaikan program latihan
junior dengan baik dalam olahraga yang dipilih, agar ia dapat dengan layak
mengukur secara pasti, melakukan tahap selanjutnya.
Tujuan umum dari identfikasi bakat anak dan remaja adalah
meningkatkan standar prestasi olahraga, yakni peningkata standar pestasi pada
kompetisi nasional dimaksimalkan melalui bakat yang dimiliki atlet pada
cabang olahraga tertentu, menjadi sukses dikompetisi tingkat internasional
(Yudiana, 2007: 5.3).
Sedangkan tujuan khusus dari identifikasi bakat anak dan remaja, antara
lain sebagai berikut:
a. Menetakan bakat anak dan remaja dengan kesempatan untuk berkembang
pada keterampilan olahraga yang ditekuninya.
b. Optimis terhadap potensi seluruh individu pada kesuksesan prestasi
olahraga.
c. Meningkatkan rangsangan yang cukup untuk partisipasi secara
berkelanjutan.
14
d. Mengendalikan ketidaksesuaian cabang olahraga yang ditekuni oleh anak
dan remaja sehingga mengurangi kemungkinan cidera saat olahraga.
Untuk mendapatkan calon atlet yang kelak diharapkan dapat meraih
prestasi diperlukan upaya dengan beberapa tahapan. Ada beberapa tahapan
yang harus disiapkan atlet, yaitu:
a. Mencari calon atlet berbakat
b. Memilih calon atlet pada usia muda
c. Memonitori calon atlet tersebut secara terus menerus dan teratur
d. Membantu calon atlet agar dapat meraih prestasi puncak.
4. Metode Identifikasi Bakat
Upaya untuk meraih prestasi perlu perencanaan yang sistematis,
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan mulai dari pemasalan,
pembibitan hingga mencapai puncak prestasi. Agar diperoleh bibit
olahragawan yang baik perlu disiapkan sejak awal yakni dengan program
pemasalan yang dilakukan dengan cara menggerakkan anak-anak usia dini
untuk melakukan aktivitas olahraga secara menyeluruh atau jenis olahraga
apapun. Sedangkan upaya pemasalan dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain:
a. Menyediakan sarana dan prasarana olahraga dan bermain yang memadai
untuk anak-anak.
b. Menyiapkan tenaga pengajar olahraga yang mampu menggerakkan kegiatan
olahraga.
15
c. Mengadakan even-even pertandingan atau dalam bentuk
permainanpermainan untuk anak-anak.
d. Memberikan motivasi kepada para siswa untuk aktif beraktivitas jasmani.
e. Mengadakan demonstrasi pertandingan dari atlet-atlet yang berprestasi agar
mereka dijadikan model.
f. Merangsang minat anak-anak untuk berolahraga melalui media massa, TV,
video, permainan elektronik dan lainnya.
g. Melakukan kerjasama dengan masyarakat khususnya orang tua, sponsor dan
pemerintah.
Setiap anak pasti dibekali dengan bakat atau talent sebagai potensi yang
dibawa sejak lahir, merupakan pembawaan yang diperoleh secara genetik dari
faktor keturunan. Bompa (1986: 330) mengidentifikasi sifat anak cenderung
mewarisi orang tuanya baik secara psikologis maupun biologis. Namun
indikator tersebut belumlah cukup, oleh karena tuntutan untuk dapat
melakukan berbagai cabang olahraga sangat beragam. Maka kriteria untuk
mengidentifikasi calon olahragawan berbakat setiap cabang olahraga juga
beragam atau multi indikator.
Indikasi keberbakatan olahragawan harus dilakukan dengan pengukuran
yang objektif, terhadap beberapa indikator yang diyakini sebagai modal utama
yang harus dimiliki calon olahragawan sesuai cabang olahraganya.
Menurut Harsono (2000: 7) faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
pengidentifikasian bakat anak meliputi: (1) Tinggi dan berat badan, (2)
Kecepatan, (3) Waktu reaksi, (4) Koordinasi dan kekuatan (power).
16
Kriteria umum dalam pemilihan bibit unggul dikemukakan oleh
Menpora (1992: 19) sebagai berikut:
a. Memiliki kelebihan kualitas fisik dan mental yang dibawa sejak lahir.
b. Memiliki fisik dan mental yang sehat, tidak cacat tubuh, diharapkan postur tubuh sesuai dengan cabang olahraga yang diminati.
c. Memiliki fungsi organ tubuh yang baik, seperti jantung, paru-paru, otot, dan saraf.
d. Memiliki kemampuan gerak dasar yang baik, seperti kekuatan, kecepatan, daya tahan, koordinasi, kelincahan, dan power.
e. Memiliki inteligensi tinggi.f. Memiliki watak kompetitif, berkemauan keras, tabah, pemberani,
dan semangat tinggi.g. Gemar melakukan berbagai kegiatan olahraga.
Sedangkan menurut Cholik (1995) beberapa indikator penting yang
perlu diperhatikan sebagai kriteria untuk mengidentifikasi dan menyeleksi bibit
atlet berbakat secara objektif antara lain:
a. Kesehatan (seperti pemeriksaan medik, khususnya sistem kardiorespirasi dan sistem otot-saraf).
b. Anthropometri (seperti tinggi dan berat badan, ukuran bagian tubuh, lemak tubuh).
c. Kemampuan fisik (seperti kecepatan, power, koordinasi, Vo2max).d. Kemampuan psikologis (seperti sikap, motivasi, toleransi).e. Keturunan.f. Lama latihan yang telah diikuti sebelumnya dan adalah peluang
untuk dapat dikembangkan.g. Maturasi.
Bompa (1990: 334) mengemukakan bahwa ada dua metode dalam
mengidentifikasi bakat calon atlet, yaitu:
a. Seleksi Alam
Seleksi alam merupakan pendekatan yang normal, dan merupakan
cara pengembangan alam dalam olahraga tertentu. Seleksi ini menganggap
bahwa atlet mengikuti olahraga tertentu sebagai hasil dari pengaruh
17
setempat, misalnya tradisi sekolah, harapan orang tua, atau teman sebaya.
Dengan demikian evolusi prestasi atlet ditentukan oleh seleksi alam yang
tergantung pada beberapa faktor. Oleh karena itu, pendekatan dengan
seleksi alam ini seringkali berjalan lambat. Seleksi ilmiah adalah metode
yang digunakan untuk memilih calon atlet yang memiliki potensi untuk
dibina. Seleksi ini lebih sedikit memerlukan waktu untuk mencapai prestasi
yang tinggi bila dibandingkan dengan metode seleksi alam. untuk olahraga
yang memerlukan persyaratan tinggi atau berat badan, misalnya bola basket,
bola voli, sepakbola, nomor-nomor lempar dan sebagainya perlu
mempertimbangkan seleksi ilmiah. Demikian juga olahraga yang
memerlukan kecepatan, waktu reaksi, koordinasi, dan power, seperti lari
cepat, judo, hoki, nomor lompat dan sebagainya.
b. Seleksi Ilmiah
Seleksi ilmiah adalah suatu pendekatan untuk mengidentifikasi bakat
anak dengan car menyeleksi prospek kemampuan alami yang telah dimiliki
anak untuk diarahkan pada olahraga yang sesuai dengan potensinya dan
dilakukan dalam bentuk tes ilmiah oleh para ilmuan. Contohnya, untuk
cabang olahraga yang memerlukan tinggi atau berat badan, seperti bola
basket, bola voli, sepak bola, atau even-even melempar pada cabang
olahraga atletik, seleksi ilmiah menjadi penguat untuk betul
dipertimbangkan. Begitu pula, untuk olahraga yang didominasi oleh unsur
percepatan, seperti waktu reaksi, koordinasi, dan power. Misalnya, pada lari
18
cepat, silat, gulat, sepak bola, bola voli atau nomor-nomor lompat pada
olahraga atletik.
Menurut Bompa (2004: 328) ada beberapa keuntungan yang diperoleh
apabila menggunakan metode ilmiah dalam proses pengidentifikasian bakat,
yaitu:
a. Mempersingkat waktu yang diperlukan untuk mencapai prestasi optimal.
b. Mengurangi volume kerja yang tinggi dari pelatih, energi dan identifikasi bakat. Efisiensi program latihan dapat dicapai bagi atlet yang memiliki potensi dan kemampuan tinggi.
c. Meningkatkan kompetisi, daya saing dan menambah banyaknya jumlah atlet yang berpotensi dan mampu mencapai prestasi tinggi.
d. Meningkatkan rasa percaya diri atlet.e. Secara tidak langsung tersedia fasilitas untuk penerapan latihan
ilmiah.
5. Kriteria Pemilihan Atlet
Kriteria yang digunakan untuk pengidentifikasian bakat dengan
menggunakan pendekatan ilmiah menurut Bompa (2004: 329) yaitu: kesehatan,
kualitas Biometric, dan Heredity atau keturunan.
a. Aspek Kesehatan
Kesehatan salah satu komponen yang sangat penting dalam
mendukung aktivitas jasmani seseorang. Pemeriksaan bisa dilakukan secara
umum dan khusus. Pemerikasaan secara umum biasanya dilakukan dengan
memberikan beberapa pertanyaan, yang biasa digunakan adalah dengan tes
PAR-Q. Pertanyaan-pertanyaan di dalam tes PAR-Q (Suhajana, 2007: 4)
yaitu:
1) Apakah timbul rasa nyeri pada bagian dada jika melakukan aktivitas fisik?
19
2) Bulan lalu apakah ada rasa nyeri di dada ketika tidak melakukan latihan?
3) Apakah anda pernah kehilangan keseimbangan karena pusing atau tidak sadarkan diri?
4) Apakah masalah pada tulang atau sendi menjadi lebih parah jika melakukan latihan?
5) Apakah anda mendapat perawatan dokter karena tekanan darah atau kondisi jantung?
6) Apakah diketahui alasan yang melarang dilakukannya aktivitas fisik?
Jika dengan beberapa pertanyaan dari tes PAR-Q ini ada jawaban
”Ya” maka harus dilakukan pemeriksaan lanjut ke dokter untuk mengetahui
atau memastikan penyebabnya.
Pemeriksaan kesehatan secara fisik, meliputi:
1) Kesehatan secara umum: ada tidaknya penyakit, pertumbuhan badan.
2) Mata: ada tidaknya gangguan pada mata.3) Telinga: ada tidaknya gangguan pendengaran.4) Pernafasan: ada tidaknya gangguan pada sistem pernafasan.5) Paru jantung: dengan tes EKG dan tekanan darah.6) Pemeriksaaan organ dalam: hati, limfe, ginjal.7) Sistem neuromuscular.
b. Kualitas Biometric
Pengukuran anthropometri sangat penting untuk dilakukan, seperti
pengukuran berat badan, tinggi badan, panjang lengan dan ukuran
biacromial, pengukuran lemak. Menurut Bompa (1986: 333) kriteria atlet
berbakat dalam cabang olahraga bolavoli adalah sebagai berikut: tinggi
badan, panjang lengan dan ukuran biacromial lebar, kapasitas anaerobik dan
aerobik, daya tahan mengatasi kelelahan dan stres, inteligensi.
20
c. Heredity atau Keturunan
Merupakan fenomena biologis yang komplek dan seringkali
memainkan peranan penting dalam latihan. Anak-anak cenderung
mewariskan karakteristik biologis dan psikologis orang tuanya, meskipun
dengan pendidikan, pelatihan dan pengkondisian sosial hal-hal yang
diwarisi tersebut dapat sedikit diubah. Pandangan terhadap peranan
keturunan pada pelatihan tidak seragam dan tidak ada kesepakatan. Radut
(1976) menganggap faktor keturunan mempunyai peran yang penting,
namun tidak mutlak dalam latihan. Sementara Klissouras et al (1973)
beranggapan bahwa peningkatan pada kemampuan fisiologis akan sangat
dibatasi oleh potensi genetic atlet tersebut. Dia mengatakan bahwa sistem
dan fungsi ditentukan secara genetic; sistem asam laktat sampai 81,4%,
heart rate 85,9%, dan VO2max 93,4%. Proporsi antara serat otot merah dan
putih pada manusia sudah tertentu secara genetik, fungsi metabolik dari
kedua otot ini berbeda. Serat otot merah/otot lambat/slow twitch
mempunyai mioglobin lebih banyak (sebagai penyimpan oksigen yang di
bawah darah untuk sel yang bekerja) secara biokimiawi lebih baik untuk
kerja aerobik/ketahanan (Soekarman, 1989). Serat otot putih/otot cepat/fast
twitch mengandung banyak glikogen (karbohidrat) dan lebih baik dalam
kerja anaerobik, singkat dan tipe latihan intensif (Gollnick., et al, 1973).
Persentase serat otot tidak dapat dirubah, namun dengan latihan yang
ekstensif dan spesifik dapat meningkatkan kapabilitas dari serat-serat otot
dan mengubah struktur biokimianya.
21
Berdasarkan kenyataan di atas, atlet yang mewarisi serta otot dengan
proporsi lebih banyak akan lebih sukses pada cabang yang membutuhkan
ketahanan. Hal yang sama terjadi pada atlet yang memiliki serat otot putih
lebih dominan akan lebih sukses pada cabang yang membutuhkan intensitas
kerja (kecepatan dan explosive power). Biopsi, teknik ekstraksi jaringan otot
dan kemudian proporsi kedua jaringan otot tersebut dihitung dapat
digunakan untuk menentukan dikelompok cabang olahraga yang mana atlet
akan sukses. Cara ini dapat digabung dengan karakteristik psikologik dan
biometrik sehingga kandidat dapat diarahkan pada cabang yang paling
sesuai.
Faktor yang berhubungan dengan keturunan merupakan faktor
bawaan dari orang tua baik yang berhubungan dengan fisiologi, psikologi.
a) Aspek fisiologi
Komponen yang berhubungan dengan fisiologi yang perlu di tes
untuk pengidentifikasi bakat anak usia dini seperti kemampuan aerobik
dan anaerobik (paru-jantung), saraf, jenis otot, fungsi organ-organ dalam,
fungsi indera. Atlet cabang olahraga bolavoli harus memiliki tipe otot
cepat (otot putih atau fast twist), daya tahan paru jantung yang baik
(aerobik dan anaerobik), saraf yang tipe penghantaran impulsnya cepat,
fungsi indera dan sistem organ dalam yang normal.
b) Aspek psikologi
Dalam proses pembinaan olahraga untuk prestasi ada beberapa
komponen yang harus dilatihkan yaitu fisik, teknik, taktik dan mental.
22
Pada komponen mental ini merupakan salah satu gejala psikologis yang
pasti dimiliki oleh atlet. Untuk mengetahui seberapa besar aspek
psikologis ini maka dapat dilakukan tes seperti: (1) Tes inteligensi, (2)
Tes motivasi, (3) Tes minat, (4) Tes kemandirian, (5) Tes kemampuan
adaptasi
Atlet harus mempunyai kualitas mental atau psikologis yang
handal untuk dapat mencapai prestasi optimal. Keberhasilan atlet saat
tampil di dalam pertandingan sangat ditentukan sekali oleh kualitas
mentalnya. Dalam tes psikologi ini harus dilakukan oleh orang yang
memang kompeten dalam bidang psikologi, yaitu seorang psikolog
olahraga.
Faktor kemampuan biomotor juga merupakan salah satu faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengidentifikasian bakat.
Gambar 1. Ilustrasi Keterkaitan di Antara Kemampuan Biomotorik(Sumber: Bompa, 1994: 34)
23
Biomotor utama yang perlu diketahui saat pengidentifikasian
bakat, yaitu;
a) Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan sekelompok otot untuk
menimbulkan tenaga sewaktu kontraksi. Kekuatan yang di tes adalah
kekuatan otot perut dan otot punggung. Kedua otot ini merupakan otot
inti manusia dan sebagai otot stabilizer. Tes untuk mengetahui
kekuatan otot perut adalah menggunakan tes sit-up, sedangkan
kekuatan otot punggung di tes dengan tes back-up.
b) Daya tahan
Daya tahan adalah kemampuan mempertahankan kerja dalam
waktu yang lama. Daya tahan yang adalah daya tahan paru-paru dan
jantung, yaitu kemampuan paru-paru dan jantung dalam menghirup
oksigen dan menyalurkannya pada bagian tubuh yang bekerja dalam
rentang waktu yang lama. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan
istilah Maximum Oxygen Uptake atau Volume Oxygen Maximal (VO2
Max). Tes yang dipergunakan untuk mengetahui VO2 max salah
satunya adalah ”Multistage Fitness Test”.
c) Kecepatan
Kecepatan adalah perbandingan antara jarak dan waktu atau
kemampuan untuk bergerak dalam waktu yang singkat. Kecepatan
dapat diketahui dengan menggunakan tes lari cepat 40 meter.
24
d) Koordinasi
Koordinasi adalah kemampuan untuk mempersatukan atau
memisahkan dalam suatu tugas kerja yang komplek. Tes yang
dipergunakan untuk mengetahui kemampuan koordinasi atlet adalah
menggunakan tes melempar dan menangkap bola tenis. Dengan tes ini
koordinasi antara mata dan tangan dapat diketahui.
e) Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah kemampuan dari ruang gerak persendian
untuk melakukan gerakan secara luas tanpa mengalami kesulitan
sampai batas optimal dari ruang gerak persendian. Tes yang dapat
dipergunakan untuk mengetahui kelentukan adalah tes sit and reach.
Kunst dan Florescu (1971) membagi tiga faktor-faktor utama untuk
identifikasi bakat yaitu; (1) motor capacity, (2) psycological capacity, dan (3)
biometric qualities. Walaupun tiga hal di atas mewakili faktor-faktor utama
untuk cabang olahraga, tetapi penekanan ketiganya berbeda. Sistem identifikasi
bakat yang paling efektif untuk olahraga harus dimulai dengan karakteristik
olahraga, spesifikasinya, dan berdasarkan analisis, dan mengisolasikan faktor
utama untuk diseleksi. Untuk karakteristik olahraga setiap faktor di atas harus
diekspresikan dengan persentase untuk merefleksikan pengaruh relatifnya
untuk kesuksesan. Sebagai contoh; penampilan baik dalam melompat
tergantung atas ketiga faktor di atas dengan penekanan relatif dari setiap faktor
diekspresikan dalam persentase; motor capacity 50%, psicological capacity
10%, dan biometric 40%.
25
Lebih jauh tiap faktor harus dibagi lagi dalam tiga elemen utama yang
menyusunnya dengan kepentingan relatifnya (relative influence), diekspresikan
sebagai persentase dengan baik. Jadi ketiga elemen utama dan menitik beratkan
pada latihan untuk motor capacity dari pelompat tinggi; strength 45%, jumping
power 35% dan coordination 20%. Mengetahui karakteristik relative
importance yang dimiliki, maka sangat penting untuk menentukan faktor-
faktor utama untuk identifikasi dan menitik beratkan pada setiap elemen.
Akhirnya pentingnya kualitas biometrik harus dilihat relatif dari spesifikasi
olahraga, sementara untuk berbagai cabang olahraga beberapa kualitas
mungkin krusial (sebagai contoh; tinggi pada olahraga basket atau rasio antara
tinggi dan beban dalam dayung), untuk olahraga lain, rasio antara bagian
bermacam-macam dari badan dan perkembangan harmonis sangat penting, tapi
tidak kritis.
Dalam tiap olahraga harus ada yang ideal, model yang diterima baik
oleh faktor utama dari performa dan identifikasi bakat. Selama stages terakhir
dari pengembangan atlet dengan dibantu oleh ilmuan olahraga, pelatih bisa
mencoba semua kandidat dan membandingkan kualitas mereka dengan model
ideal. Mereka yang mendekati model yang ideal bisa diseleksi untuk kelompok
performa tinggi.
Model yang lebih ilmiah bisa juga dibuat, tetapi pada masalah ini
peranan dari ahli olahraga sangat penting. Sebuah model biometric optimal
berdasarkan atas ukuran atlet yang diambil dari bermacam-macam Olimpiade
dan Kejuaraan dunia telah dibuat untuk rowing laki-laki oleh Radut (1973)
26
menemukan ukuran biometrik yang nyata sangat tinggi dengan atlet yang
masuk final pada kejuaraan top.
Hubungan yang erat antara pelatih, spesialis training, dan ahli/ilmuan
olahraga bisa menghasilkan beberapa model untuk tiap cabang olahraga. Hasil
dari kerjasama akan menjadi sistem identifikasi atlet yang lebih ilmiah untuk
atlet elit yang dampaknya akan menghasilkan peningkatan yang luar biasa
dalam performa. Ketika teknologi mutakhir di dalam pengujian dan memonitor
kemajuan training atlet seperti menjadi konstan dan adanya gambaran dasar
dari atlet dunia saat ini, identifikasi bakat harus diperhatikan sebagai atribut
dari kepentingan bersama.
Bakat anak ada dimana-mana, seseorang hanya mengembangkan makna
untuk mengidentifikasinya dan kemudian memunculkan mereka dalam rencana
yang baik dalam latihan yang memiliki metode ilmiah. Walaupun pelatih
mengetahui bahwa keharusan tersebut tidak bisa dilakukan sendiri. Pekerjaan
ini merupakan tugas ilmuan olahraga untuk mengidentifikasikan bakat individu
yang direkrut untuk olahraga. Hanya usaha yang dikombinasikan dapat
menghasilkan criteria identifikasi individu yang lebih baik, metode latihan
superior, dan pengujian mutakhir dan memonitor latihan akan memberikan
hasil yang efektif dan menjadi lebih baik dalam setiap pertandingan.
Kriteria penilaian untuk pemilihan atlet bibit unggul menurut M. Yusuf
Hadisasmita dalam bukunya yang berjudul ilmu Kepelatihan Dasar adalah:
a. Usia muda
27
Pembinaan olahraga itu harus sudah dimulai dari sejak anak-anak
berada di bangku sekolah yaitu berada pada pendidikan dasar. Karena pada
anak-anak yang berada pada pendidikan dasar adalah anak-anak yang
tergolong dalam usia muda. Mereka sedang berada dalam keadaan tumbuh
dan berkembang, sehingga dalam pembinaan olahraga untuk mencapai
puncak prestasi sangat memungkinkan sekali untuk terus dibina.
b. Bakat olahraga
Bakat olahraga yang dimiliki seseorang adalah kemampuan dasar
yang berkaitan dengan keterampilan dan penampilan gerak serta
mengkombinasikannya dengan kemampuan-kemampuan lain yang ada di
dalam dirinya untuk menyatakan unjuk kerja dalam melakukan
keterampilan gerak. (Hadisasmita M. Yusuf Dkk, 1996:67)
c. Fungsi organ tubuh
Organ tubuh adalah alat yang mempunyai tugas tertentu di dalam
tubuh manusia. Misalnya seperti otot dan tulang yang berfungsi untuk
bergerak. Organ tubuh yang lainnya seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal,
darah dan otak. Dan organ tubuh itu memiliki fungsi pada saat berolahraga
dan berolahraga memiliki pengaruh terhadap organ tubuh tersebut.
d. Bentuk tubuh (struktur tubuh)
Yang dimaksud dengan bentuk tubuh atu postur adalah keadaan
tubuh dari seseorang yang pada awalnya sangat menentukan atau cocok,
karena sangat memungkinkan untuk melakukan aktivitas fisik terhadap
suatu cabang olahraga.
28
e. Fungsi antropomethry
Menurut Braham (1973) dalam Seharsono (1993), anthropometry
adalah: ilmu pengetahuan tentang permasalahan pengukuran terhadap berat,
ukuran dan proporsi tubuh manusia serta bagian-bagiannya. Dan dilihat dari
masing-masing bentuk proporsi tubuh tersebut ada yang memiliki
keuntungan untuk setiap cabang olahtraga tertentu.
f. Bentuk tubuh yang predominan terhadap cabang olahraga
Untuk setiap cabang olahraga mempunyai karakteristik tertentu atau
mempunyai kekhasan tertentu. Dimana untuk masing-masing cabang
olahraga itu memerlukan adanya kesesuaian dengan perbandingan atau
perimbangan tubuh. Yaitu agar dapat menunjang tercapainya prestasi yang
tinggi.
g. Prediksi pertumbuhan bentuk tubuh
Prediksi atau perkiraan mengenai pertumbuhan dari bentuk tubuh,
kea rah tipe tubuh tertentu sudah mulai dapat dilihat pada ahir usia muda
atau anak yang sudah besar, yaitu kira-kira umur 12 tahun. Pada usia ini
sudah dimungkinkan untuk mulai diarahkan pada cabang olahraga khusus,
sesuai dengan tipe tubuh yang dimiliki anak tersebut.
h. Intelegensi dan kepribadian
Intelegensi adalah suatu daya atau kemampuan untuk melakuan
sesuatu atau bertindak atau mengadakan penyesuaian dengan cepat dan tepat
baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman yang baru.
Sedangkan kepribadian adalah suatu sifat yang hakiki dimiliki oleh
29
seseorang yang tercermin dalam sikapnya atau perbuatannya yang
berdasarkan pada pendiriannya.
6. Fase-Fase Identifikasi Bakat
Secara umum identifikasi bakat terbagi dalam 3 fase:
a. Fase masa prapubertas
Fase ini terjadi pada masa anak-anak yang berusia antara 3-10 tahun.
Pada fase ini, identifikasi bakat didominasi oleh pengujian kesehatan dan
berkembangan fisik secara umum dan didesain untuk mendeteksi beberapa
penyimpangan fungsi tubuh/penyakit. Cabang olahraga yang dapat
dipersiapkan untuk fase masa prapubertas ini adalah olahraga renang dan
senam. Ada tahap pengujian kesehatan dan perkembangan fisik difokuskan
pada tiga konsep, yaitu:
1) Kekurangan penjelajahan fisik anak dalam memainkan perannya untuk
menentukan olahraga yang dipilih.
2) Menetapkan tingkat perkembangan fisik anak secara terus menerus,
seperti rasio antara tinggi dan berat badan.
3) Mendeteksi genetic akhir yang dominan, seperti tinggi badan .
b. Fase masa puberitas dan pascapubertas
Fase ini terjadi pada usia 9-17 tahun .pada masa ini, cabang olahraga
yang sudah mampu ditampilkan adalah senam dan renang untuk masa usia
9- 10 tahun, sedangkan masa usia 10-15 tahun untuk wanita, dan 10-17
tahun untuk laki-laki sudah dapat ditampilkan pada cabang-cabang olahraga
lainnya. Saat-saat kritis dari anak dalam fase pubertas ini terjadi ketika
30
perubahan pertumbuhan secara dramatic, yaitu ketika beberapa anggota
tubuh tampak tumbuh memanjang . maka dari itu , sistem latihan untuk atlet
yang sedang tumbuh kembang pada fase ini harus betul-betul
dipertimbangkan. Popovoci(Bompa,1994) menyatakan bahwa pada fase
masa pubertas merupakan akhir dari perkembangan serabut tulang rawan
maka dari itu latihan yang berat, seperti pada latihan kekuatan secara
bertahap sudah dapat diberikan.
c. Fase masa pembentukan atlet nasional
Fase ini mulai muncul beberapa faktor yang akan mempengaruhi
proses keberhasilan identifikasi bakat, seperti tingkat kerumitan dan
kepercayaan yang tinggi kepada kemampuan atlet untuk memenuhi syarat –
syarat yang diperlukan oleh cabang olahraga yang ditekuni. Maka dari itu ,
salah satu faktor utama yang harus diuji adalah kesehatan atlet , baik itu
kesehatan secara faal maupun secara psikologi.
Bakat seseorang dalam olahraga merupakan kemampuan yang
dihubungkan dengan sikap dan bentuk badan seseorang. Dalam melaksanakan
pemanduan bakat dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (1)
melakukan analisis lengkap dari fisik dan mental sesuai dengan karakteristik
cabang olahraga, (2) melakukan seleksi pemanduan khusus dengan
menggunakan instrumen dari cabang olahraga yang bersangkutan, (3)
melakukan seleksi berdasarkan karakteristik antropometrik dan kemampuan
fisik, serta disesuaikan dengan tahapan perkembangan fisik, (4) mengevaluasi
31
berdasarkan data yang komprehensif dengan memperhatikan setiap anak
terhadap olahraga di dalam dan luar sekolah.
Pengenalan bakat yang komprehensif tidak bisa dilakukan dengan
cepat, melainkan membutuhkan beberapa tahun dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Tahap Pertama
Dalam banyak hal dimulai pada masa pra-pubertas (3 - 10 tahun).
Tahap ini didominasi oleh pemeriksaan kesehatan, perkembangan fisik
secara umum, dan dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan tubuh
atau penyakit. Porsi biometrik pada tahap ini difokuskan pada tiga hal (1)
menemukan kelainan fisik yang dapat membatasi usaha atlet dalam
olahraga, (2) menentukan tingkat perkembangan fisik atlet melalui cara
yang sederhana seperti perbandingan antara tinggi dan berat badan, (3)
mendeteksi kemungkinan genetic yang dominan (tinggi) sehingga anak
dapat diarahkan pada cabang yang akan menjadi spesialisasinya pada usia
selanjutnya.
Mempertimbangkan bahwa usia awal pada tahap ini telah selesai
yang hanya memberikan para penguji informasi umum dari seorang anak.
Keputusan yang definitif masih terlalu dini, sebab pertumbuhan dan
perkembangan dinamik kandidat masih belum dapat dipastikan. Meskipun
untuk cabang-cabang tertentu seperti berenang, senam yang mana latihan
komprehensifnya telah dimulai pada usia dini. Dengan demikian tahap
pertama identifikasi bakat ini harus dilakukan dengan cermat dan teliti.
32
b. Tahap Kedua
Dilakukan selama dan setelah masa pubertas (9-10 thn) untuk senam,
dan berenang, (10 – 15thn) untuk gadis dan (10-17thn) untuk anak laki-laki
pada cabang olahraga lain (Dragan, 1979). Hal ini merupakan tahap yang
paling penting dalam seleksi, tahap ini dilakukan pada remaja yang telah
berpengalaman dalam latihan yang terorganisir. Propovici (1979)
menetapkan untuk cabang olahraga lempar, rowing, gulat, angkat berat yaitu
bahu lebar dengan kekuatan dapat dikembangkan, dan pada saat berumur 15
tahun anak perempuan harus memiliki biacromial diameter 38cm dan anak
laki-laki 18 tahun harus mempunyai 46cm. Juga diakui bahwa panjang kaki
dan lengkungannya sangat penting dalam beberapa cabang olahraga (kaki
datar terbatas pada jumping, mengguling, dan berlari). Kelainan bentuk
anatomi dan fisiologi atau ketidakcukupan genetic harus menjadi elemen
yang penting dalam identifkasi bakat.
c. Tahap Ketiga
Utamanya memperhatikan kandidat tim nasional, harus dilakukan
dengan teliti, dapat dipercaya dan sangat berhubungan dengan spesifikasi
dan sesuai kebutuhan dari olahraga. Diantara factor utama seseorang harus
diperiksa; kesehatan, adaptasi psikologi untuk latihan dan bersaing
kemampuan untuk mengatasi stress dan paling penting potensinya untuk
mengembangkan performance yang lebih tinggi.
Penilaian objektif di atas difasilitasi dengan tes medis, logika dan
latihan secara berkala. Data dari tes tersebut harus dicatat dan dibandingkan
33
untuk mengillustrasikan dinamisasi dari fase primari hingga akhir karier.
Untuk setiap tes, model yang optimal harus didirikan dan setiap individu
dibandingkan dengan model tersebut, hanya kandidat yang sangat bagus
dimasukkan dalam tim nasional.
Sehubungan dengan pentahapan identifikasi bakat di atas, maka
menurut Thoho Cholik Mutohir (2002) mengembangkan program pemanduan
dan pengembangan bakat sebagai berikut:
a. Tahap pertama
1) Populasi anak sekolah umur 11 – 16 tahun
2) Tes sederhana (anthropometri + 2 butir tes) - Kerjasama dengan sekolah-
sekolah - Para guru penjas dapat ditugasi
b. Tahap kedua
1) Penganalisaan hasil tes tahap pertama oleh petugas (tim pemandu bakat)
di tingkat klub sekolah
2) Seleksi siswa (sekitar 1-2%) terbaik untuk ikut tes kedua
3) Tes tahap kedua (10 butir tes) untuk mengukur bentuk dan ukuran tubuh
(antropometri) dan kemampuan fisik
4) Tentukan profil siswa sesuai hasil tes
5) Siswa yang memenuhi kriteria, diarahkan memilih cabang olahraga yang
sesuai
6) Tes ini dapat dilakukan dipusat-pusat pembinaan olahraga ditingkat
Kabupaten, Propinsi oleh petugas (tim pemandu bakat)
c. Tahap ketiga
34
1) Tes khusus cabang olahraga (kerjasama dengan Pengda)
2) Penetapan calon atlet berbakat
3) Pembinaan dan pengembangan bakat olahraga yang sesuai dipusat
4) Pembinaan olahraga ditingkat Kabupaten dan Propinsi.
Demikian pula sejalan dengan tahapan di atas Menpora (1999)
membuat program pemanduan bakat berlangsung 3 tahap sebagai berikut:
a. Tahap pertama
Mengidentifikasi bakat anak-anak sekolah umur 11 –16 tahun
dilakukan dengan tes yang sederhana. Karena tim pemandu bakat tidak
mungkin dapat melakukan tes kepada siswa yang jumlahnya besar di
seluruh sekolah, maka para guru pendidikan jasmani dapat ditugasi untuk
melakukan proses identifikasi pada tahap awal. Pemantauan dilakukan
kepada setiap individu siswa dari kelas 4, 5, dan 6 SD dan kelas 1, 2, dan 3
SLTP, dan SMU.
Tes pada tahap pertama terdiri dari 6 butir tes, yaitu 4 butir untuk
mengetahui bentuk dan ukuran tubuh (antropometrik) dan 2 butir untuk
mengetahui kemampuan fisiknya, khususnya daya ledak dan kapasitas
aerobiknya. Selain itu perlu pula diperoleh keterangan mengenai dukungan
orangtua serta minat siswa terhadap olahraga. Tahap ini bertujuan guna
menyeleksi siswa sekitar 1 – 2% untuk diikutsertakan dalam tes tahap
kedua.
b. Tahap kedua
35
Penganalisaan hasil tes tahap pertama; Hasil tes pertama segera
dikumpulkan untuk dianalisis oleh petugas (tim pemandu bakat) ditingkat
klub sekolah. Tes tahap dua ini dapat dilakukan oleh pelatih klub
sekolah/guru penjas. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui gambaran/profil
potensi siswa sehingga dapat diidentifikasi berbakat tidaknya mereka untuk
cabang olahraga. Tes terdiri 10 item butir tes yang bertujuan untuk
mengukur beberapa kemampuan unsur fisik. Siswa terbaik dari hasil tes
tahap pertama (1-2%) yang memenuhi bagian criteria, kemudian disalurkan
sesuai dengan kemampuan dan spesifikasi cabang olahraga masing-masing.
Tes ini dapat dilakukan dipusat-pusat pembinaan olahraga ditingkat
Kabupaten atau Propinsi oleh petugas (tim pemandu bakat).
c. Tahap ketiga
Pembinaan dan pengembangan bakat, pada tahap ini sisiwa yang
telah diidentifikasi dan diseleksi untuk suatu cabang olahraga yang sesuai
dengan bakatnya, selanjutnya dibina dan dikembangkan kemampuan dan
keterampilannya dalam cabang olahraga tersebut dipusat-pusat pembinaan
olahraga di tingkat Kabupaten atau Propinsi (PPLP). Tes-tes khusus yang
diperlukan diserahkan kepada para pelatih dan pakar olahraga prioritas
masing-masing.
7. Test Sport Search Australia
Pemanduan bakat metode Sport Search berpandangan bahwa setiap
anak memiliki bakat olahraga. Artinya bahwa setiap anak dapat diarahkan pada
36
cabang olahraga yang paling cocok bagi anak di antara cabang olahraga yang
ada. Sesuai dengan karakteristik fisik anak, maka anak tersebut cenderung
memiliki potensi mengembangkan bakat olahraga tertentu. Paradigma ini akan
berdampak positif pada diri anak, karena anak dipandang memiliki potensi
untuk berolahraga. Olahraga bukan hanya milik anak tertentu, tetapi milik
semua anak. Paradigma ini berkaitan erat dengan pandangan bahwa olahraga
merupakan bagian hidup dan kebutuhan manusia.
Model pemanduan bakat yang dikembangkan oleh Australian Sports
Commision (ASC) yang dikenal dengan sports search adalah sebuah
pendekatan yang unik dan inovatif untuk membantu mengarahkan anak usia
11-15 tahun dalam rangka menentukan cabang olahraga pilihan yang sesuai.
Sports search merupakan sebuah paket komputer interaktif yang
memungkinkan untuk mengarahkan anak-anak pada spesifikasi cabang
olahraga masing-masing. Program pemanduan bakat ini dapat menunjukkan
kemampuan gerak dan profil kebugaran atlet (anak) serta informasi yang tepat
untuk membantu memilih cabang olahraga yang sesuai dengan potensi anak
tersebut. Dengan demikian seorang guru (pelatih) dapat mengarahkan
kesenangan anak didiknya yang lebih positif.
Pemanduan bakat dengan metode Sport Search adalah suatu model
pengidentifikasian bakat terdiri dari 10 butir tes yang bertujuan membantu anak
(yang berusia antara 11-15 tahun), untuk menemukan potensi anak dalam
berolahraga yang disesuaikan dengan karakteristik dan potensi anak.
Kesepuluh butir tes tersebut adalah:
37
a. Tinggi Badan
Tujuan: Tinggi badan adalah jarak vertikal dari lantai ke ujung
kepala (vertex). Tinggi badan ini merupakan faktor penting di dalam
berbagai cabang olahraga. Misalnya, para atlet lompat dan lempar
menggunakan tinggi badan sebagai pengefektifan hasil.
b. Tinggi Duduk
Tujuan: Tinggi duduk adalah jarak vertikal dari alas permukaan tempat testi
duduk hingga bagian atas (vertex) kepala. Pengukuran ini meliputi panjang
togok, leher, dan sampai panjang kepala. Perbandingan tinggi duduk dengan
tinggi badan pada saat berdiri adalah berkaitan dengan penampilan dalam
berbagai cabang olahraga. Misalnya, dalam lompat tinggi, perbandingannya
adalah tungkai lebih panjang daripada togok.
c. Berat Badan
Tujuan: Berat badan berkaitan erat dengan beberapa cabang olahraga
yang membutuhkan tubuh yang ringan, seperti senam, apabila dibandingkan
dengan cabang olahraga olahraga yang memerlukan berat badan lebih berat,
seperti olahraga lempar dalam atletik.
d. Rentang Lengan
Tujuan: Rentang lengan adalah jarak horisontal antara ujung jari
tengah dengan lengan terentang secara menyamping setinggi bahu. Rentang
lengan meliputi lebar kedua bahu dan panjang anggota badan bagian atas
(tangan). Rentang lengan berkaitan erat dengan olahraga, seperti dalam
38
melempar, yangrentangan lengan yang lebar, karena sangat bermanfaat bagi
penampilannya.
e. Lempar Tangkap Bola Tenis
Tujuan: Tes lempar-tangkap bola tenis bertujuan untuk mengukur
kemampuan testi melempar bola tenis dengan ayunan dari bawah lengan
(underarm) ke arah sasaran dan menangkapnya dengan satu tangan.
Koordinasi tangan dan mata berkaitan dengan penampilan dalam berbagai
permainan bola yang bersifat beregu seperti estafet.
f. Lempar Bola Basket
Tujuan: Tes melempar bola basket dirancang untuk mengukur
kekuatan tubuh bagian atas. Olahraga yang membutuhkan kekuatan yang
tinggi pada tubuh bagian atas, antara nomor lempar dan lompat tinggi galah.
g. Loncat Tegak
Tujuan: Tes loncat tegak adalah mengukur kemampuan untuk
meloncat dalam arah vertikal. Daya ledak kedua kaki berkaitan dengan
penampilan dalam olahraga, misalnya lompat tinggi.
h. Lari Kelincahan
Tujuan: Kelincahan (kemampuan untuk mengubah arah tubuh secara
cepat sambil bergerak) merupakan komponen penting di dalam kebanyakan
olahraga lari gawang dan lompat galah.
i. Lari Cepat 40 meter
39
Tujuan: Kemampuan lari dengan cepat dari posisi tak bergerak
dibutuhkan di dalam lari sprint. Kecepatan juga penting di dalam beberapa
cabang olahraga yang membutuhkan ledakan aktivitas yang pendek dengan
intensitas tinggi.
j. Lari Multitahap
Tujuan: Kesegaran aerobik merupakan komponen penting dari
berbagai cabang olahraga berbasiskan daya tahan (endurance), misalnya
olahraga renang jarak jauh, bersepeda dan lari jarak jauh. Lari Bolak-Balik
(Shuttle Run) atau Lari Multitahap (Multistage Fitness Test) digunakan
untuk menilai kesegaran aerobik.
Contoh: Komponen Fisik Dominan Pada Cabang Olahraga
Sprint
Angkat Besi
40
Marathon
Bola Voli
Tenis Meja
41
Bulutangkis
Dalam Bompa (1994: 339) mengidentifikasi bakat sebagai berikut:
Tabel 1. Identifikasi BakatOlahraga Jenis Tes
Lari Cepat Waktu reaksi, eksitabilitas otot-syaraf, koordinasi, kemampuan mengatasi stress, perbandingan tinggi dan panjang tungkai
Basket Tinggi dan lengan panjang, anaerobik, koordinasi, daya tahan, intelegensi.
Senam Koordinasi, kelentukan, kekuatan, keseimbangan vestibuler, kegigihan, kemampuan mengatasi emosi kemampuan anaerobik power, tinggi badan sedang dan pendek
Sepakbola Koordinasi, semangat kerjasama, dayatahan mengatassi stress dan kelelehan, kapasitas aerobik dan anerobik, intelegensi
Bolavoli Tinggi badan, panjang lengan dan ukuran biacromial lebar, kapasitas anerobik dan aerobik,
Renang Densitas badan rendah, lengan panjang, kaki lebar, bahu lebar, kapasitas aerobik dan anaerobik
Balap Sepeda Kapasitas aerobik tinggi, memiliki kemampuanMengatsasi stress, ulet.
Judo Memiliki koordinasi, waktu reaksi, intelegensi, diameter biacromical lebar dan jangkauan panjang
Menembak Memiliki koordinasi visual motorik, kecepatanreaksi, konsentrasi, ketahanan, kesimbanganemosi
42
8. Alternatif kriteria identifikasi bakat usia sekolah
Kriteria untuk identifikasi bakat, termasuk tes standarisasi dan model
yang optimal harus menjadi spesifik. Dalam banyak olahraga terutama yang
membutuhkan endurance atau kerja yang tinggi secara krusial seleksi akhir
tidak hanya berdasarkan kapasitas kerja atlet, tapi juga atas kemampuan tubuh
untuk kembali segar antara sesi latihan.
Beberapa alternatif panduan kreteria tes dapat dikembangkan dalam
menentukan cabang olahraga yang sesuai dengan bakat anak untuk dibina
menuju pencapaian prestasi puncak dengan memperhatikan lingkungan serta
faktor pendukung sebagai berikut:
a. Track
1) Sprint (lari cepat)
a) waktu reaksi
b) kekuatan neuromuscular
c) koordinasi dan kapasitas relaksasi otot yang baik
d) kemampuan mengatasi stress
e) ratio tinggi/lurus dan panjang kaki
f) kapasitas anaerobik
2) Lari jarak menengah
a) kekuatan anaerobik dan max Vo2/kg berat badan
b) konsentrasi lactic acid dan O2 deficit
c) kemampuan untuk melawan stress
43
d) kapasitas meregangkan jari dengan konsentrasi tinggi dengan
kemampuan untuk mempertahankan terus menerus.
3) Lari jarak jauh
a) Vo2max/kg berat badan
b) volume jantung
c) ketahanan terhadap kelelahan, ketabahan dan motivasi.
4) Jumping event
a) waktu reaksi dan kekuatan eksplosif
b) tinggi dengan kaki yang panjang
c) kekuatan anaerobik tinggi
d) sanggup melawan tekanan
e) kapasitas peregangan jari dan kemampuan untuk mempertahankan
terus menerus
5) Lempar
a) tinggi dan otot individu
b) kekuatan anaerobik tinggi
c) diameter bi-acronial lebar
d) waktu reaksi
e) kapasitas peregangan jari dan kemampuan untuk mempertahankan
terus menerus.
b. Bola basket
1) tinggi dan tangan panjang
2) kekuatan anaerobik tinggi
44
3) kapasitas aerobik tinggi
4) koordinasi
5) resistensi terhadap kelelahan dan stress
6) pemikiran cepat dan semangat bekerjasama
c. Tinju
1) konsentrasi jari yang kuat
2) keberanian
3) waktu reaksi
4) koordinasi dan berpikir cepat
5) kapasitas aerobik tinggi
6) kekuatan anaerobik tinggi
d. Sepeda
1) kapasitas aerobik tinggi
2) volume cardiac (medium) dan Vo2 tinggi
3) sanggup mengatasi stress,
4) ketahanan.
e. Menyelam
1) Keseimbangan vestibular (dalam telinga)
2) Keberanian
3) Koordinasi
4) konsentrasi jari yang kuat
5) kemampuan mengatasi stress
45
f. Anggar
1) waktu reaksi
2) koordinasi
3) pikiran taktis
4) ketahanan terhadap rasa lelah dan stress
5) kapasitas aerobik dan anaerobik tinggi
g. Senam
1) koordinasi, fleksibel, dan kekuatan
2) keseimbangan vestibular
3) ketabahan
4) kapasitas mengatasi stress, keseimbangan emosi
5) pendek dan medium
h. Hoki
1) tinggi, tangan panjang diameter bi-acromial lebar
2) taktis, berani, semangat bekerjasama
3) kapasitas aerobik dan anaerobik tinggi
4) kuat dan tegap
i. Judo
1) Koordinasi
2) waktu reaksi
3) berpikir taktis
4) jangkauan panjang dan diameter bi-acromial lebar.
46
j. Kayak-kano
1) diameter bi-acromial lebar tangan panjang
2) konsentrasi jari
3) kapasitas aerobik dan anaerobik
4) ketahanan terhadap rasa lelah dan stress.
k. Menembak
1) koordinasi motor visual
2) waktu reaksi
3) konsentrasi jari, ketahanan terhadap rasa lelah
4) keseimbangan emosi.
l. Sepakbola
1) koordinasi, semangat bekerjasama
2) ketahanan terhadap rasa lelah dan stress
3) kapasitas aerobik dan anaerobik tinggi
4) berpikir taktis.
m. Renang
1) densitas tubuh rendah
2) lengan panjang dan kaki besar, diameter bi-acromial lebar
3) kapasitas aerobik dan anaerobik tinggi.
n. Bolavoli
1) tinggi, lengan panjang, diamater bi-acromial lebar
2) kapasitas aerobik dan anaerobik tinggi
3) ketahanan terhadap rasa lelah dan stress
47
4) pemikiran taktis dan semangat kerjasama.
o. Polo air
1) tinggi, diameter bi-acromial lebar
2) kapasitas aerobik dan anaerobik tinggi
3) pemikiran taktis dan bekerjasama
4) ketahanan terhadap rasa lelah dan stress.
p. Gulat
1) koordinasi dan waktu reaksi
2) kapasitas aerobik dan anaerobik tinggi
3) berpikir taktis
4) diameter bi-acromial lebar, lengan panjang.
48