bab ii

Upload: suariyani

Post on 18-Jul-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 2.1.1 Landasan Teori Pengertian dan peranan pasar modal Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Menurut Sunariyah (2004:5), pasar modal diuraikan sebagai tempat bertemunya antara penawaran dengan permintaan surat berharga dimana para pelaku pasar yaitu individuindividu atau badan usaha yang memiliki kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu Negara yang pada dasarnya tidak berbeda antara satu negara dengan negara lain. Hampir semua Negara di dunia ini mempunyai pasar modal yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Menurut Sunariyah (2004:7), peranan pasar modal dalam suatu Negara dapat dilihat dari lima segi sebagai berikut. 1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-belikan.

2) Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan. 3) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. 5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. 2.1.2 Pengertian dan tujuan laporan keuangan Laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak (Abdul Halim, 2003:57). Laporan ini memberikan suatu sejarah yang berkesinambungan yang dikuantifikasikan dalam satuan uang yang berkenaan dengan sumber daya ekonomi dan kewajiban. Laporan keuangan yang paling sering disajikan adalah neraca, perhitungan laba rugi, laporan perubahan ekuitas pemilik atau pemegang saham, dan laporan arus kas. Selain itu, pengungkapan dalam catatan merupakan bagian yang terpadu dari masing-masing keempat laporan keuangan dasar tersebut (Kieso dan Weygandt, 2002:3). Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah suatu media yang menyajikan informasi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu yang terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas pemilik, laporan arus kas, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan.

Tujuan laporan keuangan sebagaimana dinyatakan dalam APB Statement No.4 dalam Riahi, dkk (2000:126), sebagai berikut: 1) Tujuan umum laporan keuangan (1) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumberdaya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan, menunjukkan pendanaan dan investasi, mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi komitmen dan menunjukkan basis sumberdaya untuk pertumbuhan. (2) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumberdaya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang menghasilkan profit dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat kembalian deviden harapan bagi investor, menunjukkan kemampuan operasi membayar kreditor dan pemasok, menyediakan pekerjaan bagi karyawan, membayar pajak dan menghasilkan dana untuk ekspansi, menyediakan informasi bagi manajemen untuk perencanaan dan pengendalian, serta menunjukkan profitabilitas jangka panjang. (3) Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi earnings potensial perusahaan. (4) Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan sumberdaya ekonomi dan kewajiban. (5) Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai.

2) Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan. 3) Tujuan kualitatif laporan keuangan (1) Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi. (2) Dapat dipahami, selain harus jelas, informasi yang dipilih juga harus dapat dipahami pemakai. (3) Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh ukuran-ukuran yang independent, menggunakan metode pengukuran yang sama. (4) Netral, informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu. (5) Tepat waktu, berarti mengkomunikasikan informasi seawal mungkin untuk menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi. (6) Dapat diperbandingkan, perbedaan-perbedaan seharusnya tidak mengakibatkan perlakuan akuntansi yang berbeda. (7) Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuan-tujuan kualitatif lain harus dilaporkan. 2.1.3 Kewajiban pelaporan emiten Salah satu konsekuensi yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan yang telah go public dan mencatatkan efeknya di bursa adalah keharusan untuk mengikuti

peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan. Emiten sebagai perusahaan publik wajib menyampaikan laporan secara rutin maupun laporan lain jika ada kejadian kepada Bapepam dan Bursa Efek Indonesia. Untuk mengetahui kinerja perusahaan, investor sangat tergantung pada informasi yang terkandung dalam laporan tersebut. Oleh karena itu, kewajiban pelaporan dimaksudkan untuk membantu penyediaan informasi, sehingga informasi tersebut dapat sampai secara tepat waktu dan tepat guna kepada investor (Sunariyah, 2004:36). 2.1.4 Aturan penyampaian laporan keuangan Penyampaian informasi ke publik sesegera mungkin secara material dapat mempengaruhi aktivitas pasar dan harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek. Aturan yang terkait dengan hal itu dapat dilihat pada keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No.36/PM/2003, tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala (tahunan atau tengah tahunan). Isi dari peraturan tersebut khususnya mengenai laporan keuangan tahunan sebagai berikut. 1) Laporan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. 2) Dalam hal emiten atau perusahaan publik telah menyampaikan laporan tahunan sebelum batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan, maka emiten atau perusahaan publik tersebut tidak diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan secara tersendiri.

3) Laporan keuangan tahunan wajib diumumkan kepada publik dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Perusahaan wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi, dan laporan lain yang dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan jenis industrinya, sekurang-kurangnya pada 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang satu diantaranya mempunyai peredaran nasional dan lainnya yang terbit di tempat kedudukan emiten atau perusahaan publik, selambatlambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. (2) Bagi perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan menengah atau kecil, wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi, dan laporan lain yang dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan jenis industrinya dalam sekurang-kurangnya 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran nasional. (3) Bentuk dan isi neraca, laporan laba rugi, dan laporan lain yang dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan jenis industrinya yang diumumkan tersebut harus sama dengan yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan yang disampaikan kepada Bapepam. (4) Pengumuman tersebut harus memuat opini dari akuntan publik (5) Bukti pengumuman tersebut harus disampaikan kepada Bapepam selambatlambatnya 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengumuman. 4) Jika terdapat perbedaan antara laporan keuangan tengah tahunan yang telah disajikan secara tersendiri kepada masyarakat dengan data periode yang sama yang

secara implisit sudah tercakup dalam laporan keuangan tahunan, maka harus dijelaskan di dalam catatan atas laporan keuangan. Perbedaan data laporan keuangan tengah tahunan tersebut terutama terjadi karena adanya saran koreksi akuntan dalam rangka pemeriksaan (audit) laporan keuangan tahunan. Penjelasan tersebut juga mencakup perbedaan laba bersih yang terjadi dan hal-hal yang menyebabkan timbulnya perubahan. 5) Laporan keuangan tahunan menjadi salah satu bagian dari laporan tahunan untuk keperluan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2.1.5 Ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan Menurut pendapat Gregory dan Van Horn (Syafrudin,2004:760), secara konseptual yang dimaksud dengan tepat waktu adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu. Suwarjono (Dwi Ratnadi, 2005:210) menyatakan bahwa ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan. Dari kedua konsep ini, maka poin penting yang menjadi masalah adalah apabila terjadi

ketidaktepatwaktuan penyajian laporan keuangan tahunan. Tidak tepat waktu dapat dikonsepkan sebagai waktu antara ketersediaan informasi yang didistribusikan oleh pelapor informasi pada saat tertentu dengan distribusi informasi yang seharusnya sudah diterima oleh pemakai informasi pada waktu yang telah ditetapkan (Syafrudin, 2004:760).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ketidaktepatwaktuan penyajian laporan keuangan adalah waktu ketika perusahaan mendistribusikan atau menyampaikan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah tanggal yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan tahunan auditan yang harus disampaikan ke Bapepam maupun ke Bursa Efek Indonesia selambat-lambatnya tiga bulan sejak akhir tahun buku (31 Desember). Menurut Syafrudin (2004:755), ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan didasarkan pada tiga motivasi, yaitu (1) motivasi alami manajemen untuk menunda atau menangguhkan informasi buruk dalam rangka mencegah atau menghindari terjadinya respon negatif dari pemegang saham. Juga untuk mencegah akibat yang tidak diinginkan oleh manajemen sebagai respon negatif dari pemilik. Bila manajemen menangkap situasi bahwa apabila sebuah informasi buruk disampaikan kepada pemegang saham mempunyai akibat negatif, ada kecenderungan alami manajemen untuk tidak tepat waktu dalam menyampaikan informasi atau berita buruk. (2) Keinginan manajemen untuk melanjutkan dan menyelesaikan berbagai kesepakatan dan kontrak manajemen dengan pemegang saham dalam situasi yang paling memungkinkan dan terbaik. Bila ada berita buruk yang mengganggu keberlangsungan negosiasi dan kontrak, berita buruk harus ditunda penyampaiannya sampai waktu yang tepat untuk menyampaikan informasi tersebut. (3) Dengan tidak tepat waktu dalam menyampaikan informasi ini, manajemen menganggap mempunyai cukup waktu untuk memperbaiki situasi, sampai yakin bahwa mereka telah aman dari berbagai situasi yang tidak menyenangkan tersebut.

2.1.6

Audit laporan keuangan (financial statement audit)

2.1.6.1 Pengertian audit laporan keuangan Auditing menurut Arens Alvin & Loebbecke (1995:1) adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dari suatu entitas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pengertian audit menurut Sukrisno (2000:1) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak-pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan tersebut. Abdul Halim (2003:1) mengemukakan pengertian auditing yaitu proses sistematik untuk menghimpun data dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan

menyampaikannya kepada para pemakai yang berkepentingan. Jadi dapat disimpulkan bahwa audit adalah proses pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak-pihak yang independent, mengumpulkan data dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan.

Audit laporan keuangan (Mulyadi, 2002:30) adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya (perusahaan yang diaudit) untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Asumsi yang mendasari suatu audit laporan keuangan adalah bahwa laporan tersebut akan digunakan oleh kelompok yang berbeda. Karena itu, jauh lebih efisien menggunakan seorang auditor untuk menyelenggarakan audit dan menarik kesimpulan yang dapat diandalkan oleh semua pihak daripada membiarkan masingmasing pihak menyelenggarakan auditnya sendiri (Arens Alvin & Loebbecke, 1995:5). Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU). Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur dan KAP. 2.1.6.2 Tahap-tahap audit atas laporan keuangan Mulyadi (2002:121) menyatakan bahwa proses audit atas laporan keuangan dibagi menjadi empat (4) tahap berikut ini.

1) Penerimaan perikatan audit Perikatan (engangement) adalah kesepakatan dua (2) pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa

auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam perikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien atau untuk melanjutkan/menghentikan perikatan audit dari klien berulang. Di dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak, auditor menempuh suatu proses yang terdiri dari enam (6) tahap berikut ini. (1) Mengevaluasi integritas manajemen. (2) Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa. (3) Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit (4) Menilai independensi. (5) Menentukan kemampuan untuk menggunakn kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan. (6) Membuat surat perikatan audit. 2) Perencanaan audit Langkah berikutnya setelah perikatan audit diterima oleh auditor adalah perencanaan audit. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. Tujuh (7) tahap perlu ditempuh oleh auditor di dalam merencanakan pekerjaan audit atas laporan keuangan seperti:

(1) Memahami bisnis dan industri klien. (2) Melaksanakan prosedur analitik. (3) Mempertimbangkan tingkat materialitas awal. (4) Mempertimbangkan resiko bawaan. (5) Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, bila perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama. (6) Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan. (7) Memahami pengendalian intern klien. 3) Pelaksanaan pengujian audit Tahap ketiga pekerjaan audit adalah pelaksanaan pengujian audit. Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan. Pelaksanaan pekerjaan lapangan ini harus mengacu ketiga standar auditing yang termasuk dalam kelompok standar pekerjaan lapangan. Tujuan utama pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Tahap pelaksanaan pengujian audit ini mencakup sebagian besar pekerjaan audit.

4) Pelaporan audit

Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan audit. Pelaksanaan tahap ini harus mengacu ke standar pelaporan. Ada dua (2) langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini, yaitu: (1) Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik simpulan. Setelah semua prosedur audit yang diperlukan selesai dilaksanakan, auditor perlu menggabungkan informasi yang dihasilkan melalui berbagai prosedur audit tersebut untuk menarik simpulan secara menyeluruh dan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan auditan. Proses ini sangat subyektif sifatnya, yang sangat tergantung pada pertimbangan professional auditor. (2) Menerbitkan laporan audit. Akhir proses audit adalah penyajian laporan audit yang berisi pernyataan pendapat atau pernyataan tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. 2.1.7 Ketidaktepatwaktuan dan signalling Signalling Theory menunjukkan masalah-masalah informasi asimetri di pasar. Menurut Harianto, dkk (2001:107) teori sinyal membahas tentang sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang seharusnya disampaikan. Teori sinyal menjelaskan tentang motivasi perusahaan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Motivasi perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan

mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar. Perilaku manajemen perusahaan yang tepat waktu atau tidak tepat waktu menyajikan laporan keuangan merupakan suatu tindakan yang dianggap memiliki signal tertentu. Mekanisme yang dipilih manajemen untuk mempublikasikan laporan keuangan merupakan pencerminan kualitas kinerja perusahaan. Manajemen akan menyajikan laporan keuangan tepat waktu sesuai dengan batas regulasi, saat kinerja perusahaan lebih baik. Sedangkan penyajian laporan keuangan kepada publik dilakukan tidak tepat waktu apabila kinerja perusahaan buruk (Wirakusuma, 2006:56). 2.1.8 Corporate governance Zingales (1997) menjelaskan bahwa corporate governance merupakan pengelolaan (governance) dari bentuk organisasi tertentu, yaitu perusahaan (corporation). Zingales mendefinisikan corporate governance sebagai the complex set of contraints that shape the ex-post bargaining over the quasi-rents generated by a firm (fokus pengelolaan berbagai hubungan sentra pihak yang berkepentingan di perusahaan). Pengertian lain diberikan oleh Prowsen (1998), yang menyatakan bahwa corporate governance merupakan alat untuk menjamin direksi dan manajer bertindak yang terbaik untuk kepentingan investor luar (kreditur dan shareholders). Turnbull (Syakhorsa, 2003) mendefinisikan corporate governance sebagai tata kelola dalam sebuah organisasi dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses organisasi dalam rangka menghasilkan dan menjual barang atau jasa. Forum of Corporate Governance in Indonesia (2003:26) mendefinisikan corporate governance

sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu system yang mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi pemegang kepentingan (stakeholders) perusahaan. Peraturan No. I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat ekuitas di bursa huruf C-1, dimana dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan yang baik (good corporate governance). Perusahaan tercatat wajib memiliki: 1) Komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali dengan ketentuan jumlah Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh komisaris. 2) Komite Audit. 3) Sekretaris perusahaan. Dalam penelitian ini, corporate governance diproksikan dengan komposisi komisaris independen dalam perusahaan. Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam

pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Semakin besar persentase jumlah komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan maka hak pemegang saham minoritas akan terlindungi. Jika perusahaan memiliki komisaris independen maka laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen cenderung lebih tepat waktu, karena didalam perusahaan terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak pihakpihak diluar manajemen perusahaan. Akhmad Syakhroza (2004) menyatakan bahwa emiten yang memiliki komisaris independen dapat mendesak pihak manajemen perusahaan tersebut untuk menyampaikan laporan keuangan auditan ke publik lebih tepat waktu dibandingkan dengan emiten yang tidak memiliki komisaris independen. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut. H1 : Corporate governance berpengaruh terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. 2.1.9 Faktor-faktor fundamental perusahaan Owusu-Ansah (Wirakusuma, 2006:56) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan auditan merupakan fungsi dari faktor-faktor fundamental perusahaan dan faktor-faktor yang berkaitan dengan pengauditan. Faktor-faktor fundamental perusahaan merupakan faktor yang menilai kinerja suatu perusahaan. Faktor-faktor fundamental perusahaan akan memungkinkan manajemen menghasilkan laporan keuangan tahunan lebih cepat atau

bahkan mengurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penundaan yang belum diselesaikan dalam laporan keuangan. Adapun faktor-faktor fundamental perusahaan yang dianalisis adalah sebagai berikut. 1) Profitabilitas Menurut Sartono (2001:122), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penyerahan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Riyanto, 2001:35). Dengan kata lain, profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan seluruh aktiva atau modal yang dimilikinya. Tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan diperkirakan mempengaruhi rentang waktu penyajian laporan keuangan tahunan kepada publik. Lawrence (Dwi Ratnadi, 2005:211) menemukan bukti yang menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress di Amerika Serikat telah menunda penerbitan laporan keuangan mereka. Hal ini serupa dengan yang ditemukan oleh Carslaw dan Kaplan (Wirakusuma, 2006:57), dimana perusahaan yang mengalami rugi operasional telah meminta auditornya untuk menjadwalkan pengauditan lebih lambat dari biasanya. Hasil penelitian oleh Wirakusuma (2006:71) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan, dan memiliki hubungan positif terhadap rentang waktu penyelesaian laporan keuangan auditan. Dengan kata lain profitabilitas memiliki hubungan positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Sementara bagi perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi

cenderung mengharapkan penyelesaian audit secepat mungkin sehingga mampu mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ke publik lebih awal. Semakin besar rasio profitabilitas, semakin baik pula kinerja perusahaan sehingga perusahaan akan cenderung untuk memberikan informasi tersebut pada pihak lain yang berkepentingan. Dye dan Sridhar, dalam penelitian Wirakusuma, mengungkapkan bahwa perusahaan dengan hasil gemilang cenderung berusaha untuk menyajikan laporan keuangannya lebih tepat waktu (Wirakusuma, 2006:57). Berarti profitabilitas memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. 2) Solvabilitas Solvabilitas perusahaan (Riyanto, 2001:33) menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut dilikuidasikan. Menurut Munawir (1999:239), solvabilitas adalah rasio yang mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Sudiyono (1991:114) mengemukakan pengertian solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban perusahaan yaitu baik utang jangka panjang maupun jangka pendek, baik dalam keadaan perusahaan masih berjalan maupun dalam keadaan dilikuidasi. Jadi, solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya baik dalam keadaan

perusahaan masih berjalan maupun dalam keadaan dilikuidasi. Solvabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan membandingkan jumlah utang di suatu pihak dengan jumlah aktiva dilain pihak. Analisis peranan solvabilitas dalam menjelaskan rentang waktu penyajian laporan keuangan ke publik didasari oleh berbagai penemuan. Tingginya rasio solvabilitas mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan. Resiko keuangan perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan perusahaan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata publik (Saleh, 2004:899). Pihak manajemen cenderung akan menutupi kondisi ini. Menurut Simnett et al (Dwi Ratnadi, 2005:212) menyatakan bahwa rasio total debt to total asset (TDTA) yang tinggi akan meningkatkan kemungkinan kegagalan perusahaan yang akhirnya meningkatkan kemungkinan auditor eksternal dituntut. Oleh karena itu, auditor harus bekerja lebih hati-hati dan ini bisa memperlama waktu penugasan audit. Carslaw dan Kaplan (Wirakusuma, 2006:58) menemukan hubungan yang signifikan antara rasio total debt to total asset (TDTA) dengan audit delay untuk perusahaan sampelnya pada tahun 1988, namun tidak signifikan untuk perusahaan sampelnya pada tahun 1987. Hasil penelitian oleh Wirakusuma (2006:64) menunjukkan bahwa solvabilitas memiliki pengaruh yang signifikan. Dan solvabilitas memiliki hubungan positif terhadap rentang waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, solvabilitas memiliki pengaruh positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Proses pengauditan utang relatif membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan

pengauditan ekuitas, khususnya apabila jumlah debt holdersnya banyak. Hal ini dapat memperlambat waktu penyelesaian audit sehingga publikasi laporan keuangan menjadi terlambat. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H3 : Solvabilitas berpengaruh terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. 3) Likuiditas Mamduh (Almilia dan Lucas, 2006:8) menyatakan bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi hutang lancar dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan. Menurut White (Almilia dan Lucas, 2006:8) secara umum hutang lancar dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu hutang jangka pendek, hutang dagang, dan hutang akrual/Accrued Liabilities. Sedangkan aktiva lancar perusahaan dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu kas dan setara kas, sekuritas yang dapat diperdagangkan, piutang, persediaan dan biaya dibayar dimuka. White (Almilia dan Lucas, 2006:8) mengemukakan bahwa rasio likuiditas dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu rasio yang membandingkan sumber sumber kas dengan hutang lancar dan rasio yang membandingkan arus kas dengan hutang lancar. Logika teorinya adalah semakin besar rasio likuiditas, maka hal itu menunjukkan kondisi yang baik dari suatu perusahaan . Dye dan Sridhar (Wirakusuma, 2006:57) mengungkapkan bahwa jika perusahaan mengalami good news, maka perusahaan akan cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu. Sehingga dapat dikatakan likuiditas akan memiliki hubungan negatif terhadap

keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Penelitian Almilia dan Lucas (2006:22) menunjukkan likuiditas tidak berpengaruh signifikan, dan memiliki hubungan negatif, sesuai dengan logika teorinya, yang berarti semakin besar rasio likuiditas perusahaan makin kecil keterlambatan penyelesaian yang terjadi. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H4 : Likuiditas berpengaruh terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. 4) Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan. Perusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu daripada perusahaan kecil (Rachmad Saleh, 2004). Hasil penelitian oleh Rachmad Saleh (2004) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki hubungan positif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Hasil penelitian Wirakusuma (2006:64) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan, dan memiliki jenis hubungan negatif terhadap rentang waktu penyelesaian laporan keuangan auditan, dengan kata lain memiliki hubungan negatif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Carslaw dan Kaplan

(Dwi Ratnadi, 2005:211) mengemukakan bahwa perusahaan besar cenderung memiliki sistem pengendalian intern yang kuat dengan konsekuensi auditor menghabiskan lebih sedikit waktu dalam melakukan pengujian ketaatan dan pengujian substantif. Di samping itu, Dyer dan Mchugh (Wirakusuma, 2006:56) menemukan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan audit (audit delay) dan penundaan laporan keuangan yang disebabkan karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan dan oleh agen regulator. Sedangkan hasil penelitian oleh Bandi dan Tri Hananto (2002) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki hubungan positif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Scwartz dan Soo (Saleh, 2004:900) menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap ketidakpatuhan dan keterlambatan pelaporan keuangan perusahaan. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan.

5)

Struktur kepemilikan Struktur kepemilikan (ownership structure) merupakan persentase saham yang

dimiliki oleh insider shareholders dan outsider shareholders. Menurut Iturriaga dan Sanz (Suranta dan Mediastuty, 2003:55), struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua

sudut pandang yaitu pendekatan keagenan (agency approach) dan pendekatan ketidakseimbangan informasi (asymmetric information). Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik kepentingan diantara berbagai pemegang klaim utama yang ada dalam perusahaan. Sedangkan pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan sebagai suatu cara untuk mengurangi

ketidakseimbangan informasi antara insider dan outsider melalui pengungkapan informasi di pasar modal. Menurut Mello dan Pearson (Saleh, 2004:901), bahwa struktur kepemilikan sangat penting dalam menentukan nilai perusahaan. Terdapat dua aspek kepemilikan yang perlu dipertimbangkan yaitu kepemilikan oleh pihak luar dan kepemilikan oleh pihak dalam. Dalam struktur kepemilikan perusahaan, pemilik dari pihak luar mempunyai kekuatan besar untuk menekan manajemen dalam menyajikan informasi secara tepat waktu, karena ketepatan waktu pelaporan keuangan akan mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi. Jadi semakin besar persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak luar, manajemen akan memiliki tekanan tersendiri untuk mengungkapkan penyajian laporan keuangan dengan lebih tepat waktu. Sebaliknya, semakin kecil persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh publik, semakin besar kecenderungan perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan secara tidak tepat waktu karena manajemen perusahaan tidak tergantung pada pemegang saham publik tetapi tergantung pada pemegang saham terbesar.

Hasil penelitian Ayu Wiratni (2007) terhadap 32 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yaitu struktur kepemilikan perusahaan berpengaruh positif terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. Ini berarti semakin besar persentase kepemilikan saham perusahaan oleh publik, maka semakin besar pula ketidaktepatwaktuan penyajian laporan keuangan kepada publik. Sedangkan hasil penelitian oleh Megariyanti (2008:55) menunjukkan bahwa struktur kepemilikan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan, tetapi memiliki hubungan negatif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Ini berarti semakin besar persentase kepemilikan saham perusahaan oleh publik, maka semakin besar pula ketepatan waktu publikasi laporan keuangan. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H6 : Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. 2.1.10 Reputasi auditor Faktor auditor (ukuran Kantor Akuntan Publik) yang mengaudit juga diperkirakan akan berpengaruh terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. Imam dalam Subekti dan Widiyanti (2004:993) melakukan penelitian tentang audit delay di Bangladesh dengan membagi auditor (ukuran Kantor Akuntan Publik) menjadi Kantor Akuntan Publik (KAP) lokal-besar dan KAP lokal-kecil berdasarkan:

(1) Jumlah partner. (2) Kualifikasi dari partner. (3) Adanya ikatan atau hubungan dengan KAP yang memiliki reputasi internasional. Reputasi auditor dalam penelitian ini diproksi oleh besarnya perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan. Berbagai penelitian empiris yang menguji hubungan ukuran perusahaan audit dengan audit delay telah banyak dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian oleh Gilling (Dwi Ratnadi, 2005:212) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan audit memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki hubungan negatif dengan audit delay, dengan kata lain, ukuran perusahaan audit memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Garsombke, Carslaw dan Kaplan, serta David & Whittred (Dwi Ratnadi, 2005:212) tidak menemukan hubungan antara ukuran perusahaan audit dengan audit delay. Gilling menyatakan bahwa perusahaan audit besar yang bersifat internasional mampu melakukan audit dengan lebih efisien dan memiliki fleksibilitas yang besar untuk menyelesaikan audit lebih cepat. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut: H7 : Reputasi auditor berpengaruh terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. 2.2 Penelitian Sebelumnya

Ni Luh Nyoman Ayu Tirta Wiratni (2007) dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan Perusahaan, Spesialisasi Auditor, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Ketidaktepatwaktuan Publikasi Laporan Keuangan Ke Publik (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2005). Penelitian ini menganalisis pengaruh struktur kepemilikan perusahaan, spesialisasi auditor, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan ke publik baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2002 sampai dengan 2005. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Dari hasil analisis diketahui bahwa secara simultan variabel struktur kepemilikan perusahaan, spesialisasi auditor, ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. Sedangkan secara parsial struktur kepemilikan dan spesialisasi auditor berpengaruh signifikan terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan dengan hubungan tanda yang tidak sesuai dengan logika. Untuk variabel profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketidaktepatwaktuan dan memiliki hubungan tanda yang sesuai dengan logika/teori. Sedangkan variabel ukuran perusahaan tidak menunjukkan adanya pengaruh signifikan terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan dan memiliki hubungan tanda yang tidak sesuai dengan logika/teori. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada teknik analisisnya yaitu analisis regresi linear berganda, variabel bebas berupa profitabilitas, struktur kepemilikan perusahaan dan ukuran perusahaan serta variabel

terikat yaitu ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode dan sampel perusahaan yang digunakan. Penelitian ini menggunakan periode 2005-2007 pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan lainnya dapat dilihat dari variabel bebas yang tidak digunakan dalam penelitian terdahulu yaitu variabel corporate governance, solvabilitas, likuiditas dan reputasi auditor. Rachmad Saleh (2004) dengan judul Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah apakah faktor rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, item-item luar biasa dan/atau kontijensi, serta struktur kepemilikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur periode 2000-2002. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan teknik estimasi ekonometrikmodel probit. Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel item-item luar biasa secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan dan mempunyai hubungan tanda yang sesuai dengan logika/teori. Sedangkan variabel rasio gearing, ukuran perusahaan serta struktur kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur dan mempunyai hubungan tanda yang sesuai dengan logika/teori. Sementara variabel profitabilitas dan umur perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur dan memiliki hubungan tanda yang tidak sesuai dengan logika/teori.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada teknik analisis yang sama-sama menggunakan analisis regresi linear berganda. Selain itu, persamaan juga terletak pada penggunaan variabel bebas yaitu profitabilitas, struktur kepemilikan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada periode, sampel perusahaan, dan variabel terikat. Penelitian ini menggunakan periode 2005-2007 pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan ketidaktepatwaktuan sebagai variabel terikatnya. Perbedaan juga terlihat dari variabel bebas yang tidak digunakan dalam penelitian terdahulu yaitu variabel corporate governance, solvabilitas, likuiditas dan reputasi auditor. Made Gede Wirakusuma (2006) yang meneliti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan Kepada Publik. Penelitian ini menganalisis apakah faktor-faktor spesifik perusahaan seperti ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas dan jenis industri serta faktor-faktor audit seperti internal audit, reputasi auditor dan opini mempengaruhi rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan dan mempengaruhi rentang waktu pengumuman laporan keuangan ke publik. Teknik analisis data yang digunakan adalah melalui dua tahap regresi linear berganda. Dari hasil analisis regresi berganda tahap I diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan, solvabilitas, internal audit dan opini mempengaruhi rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan tahunan. Sedangkan hasil analisis regresi berganda tahap II diketahui bahwa rentang waktu

penyelesaian audit laporan keuangan bersama-sama dengan solvabilitas dan opini mempengaruhi rentang waktu pengumuman laporan keuangan ke publik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada teknik analisis yang sama-sama menggunakan analisis regresi linear berganda. Selain itu, persamaan juga terletak pada penggunaan variabel bebas yaitu profitabilitas, solvabilitas, reputasi auditor dan ukuran perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada periode dan sampel perusahaan. Penelitian ini menggunakan periode 2005-2007 pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan juga terlihat dari variabel bebas yang tidak digunakan dalam penelitian terdahulu yaitu variabel corporate governance, struktur kepemilikan perusahaan dan likuiditas.