bab ii

14
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas : (a) Strategi Pembelajaran , (b) konstruktivisme , (c) tahapan belajar mengajar konstruktivisme , dan (d) Hasil Belajar. Adapun penjelasannya : A. Strategi Pembelajaran Dalam proses pembelajaran disekolah proses itu diperlancar, digiatkan melalui peristiwa – peristiwa (events) diluar diri siswa. Guru mengatur even – even eksternal ini dengan maksud memudahkan belajarnya siswa, dan dengan cara beginilah pengajaran (pembelajaran) instruction berlangsung (Gagne, 1998). Pengaturan peristiwa – peristiwa ini perlu dirancang secara seksama sehingga belajar siswa diperlancar, maju kearah pencapaian tujuan belajar. Even – even pembelajaran itu menurut Gagne (1998) yang dikutip oleh Munandir (2001) adalah : 1. Membangkitkan perhatian dan minat 2. Memberitahukan apa tujuan belajar 3. Membantu mengingatkan kembali prasyarat belajar yang telah dikuasai 4. Menyajikan stimulus belajar 5. Memberikan bimbingan belajar 5

Upload: dwi-nurhayati

Post on 21-Jun-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab ii

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini dibahas : (a) Strategi Pembelajaran , (b)

konstruktivisme , (c) tahapan belajar mengajar konstruktivisme , dan (d) Hasil

Belajar. Adapun penjelasannya :

A. Strategi Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran disekolah proses itu diperlancar,

digiatkan melalui peristiwa – peristiwa (events) diluar diri siswa. Guru

mengatur even – even eksternal ini dengan maksud memudahkan belajarnya

siswa, dan dengan cara beginilah pengajaran (pembelajaran) instruction

berlangsung (Gagne, 1998). Pengaturan peristiwa – peristiwa ini perlu

dirancang secara seksama sehingga belajar siswa diperlancar, maju kearah

pencapaian tujuan belajar. Even – even pembelajaran itu menurut Gagne

(1998) yang dikutip oleh Munandir (2001) adalah :

1. Membangkitkan perhatian dan minat

2. Memberitahukan apa tujuan belajar

3. Membantu mengingatkan kembali prasyarat belajar yang telah dikuasai

4. Menyajikan stimulus belajar

5. Memberikan bimbingan belajar

6. Membuat siswa berkinerja (merespon)

7. Memberikan balikan tentang kinerja

8. Menilai kinerja siswa

9. Menguatkan retensi (apa yang telah dipelajari) dan alih (transfer) belajar.

Menurut Hamalik (2002), mengatakan bahwa strategi merancang

sistem pengajaran adalah suatu rencana untuk mengerjakan prosedur

merancang sistem secara efisien. Strategi dasar dalam perencanaan meliputi :

1. Menganilisa tuntutan sistem

2. Mendesain sistem

3. Mengevaluasi dampak sistem

5

Page 2: Bab ii

6

Strategi merupakan suatu upaya, cara ataupun langkah – langkah

pendekatan untuk mencapai sesuatu tujuan secara optimal. Strategi

pembelajaran merupakan cara – cara yang dilakukan untuk menghasilkan

pembelajaran tersebut tercapai sesuai dengan pendekatan tujuan yang

direncanakan.

Berdasarkan pada konteks penelitian ini strategi pembelajaran

diarahkan pada strategi yang berasosiasi dengan pembelajaran konstektual.

Diantaranya :

1. Pengajaran berbasis masalah

2. Pengajaran kooperatif

3. Pengajaran berbasis kerja

4. Pengajaran berbasis inquiry

5. Pengajaran berbasis tugas / proyek

6. Pengajaran berbasis jasa layanan. (Nurhadi &Senduk, 2003)

B. Konstruktivisme

Dalam pandangan konstrutivisme, strategi memperoleh lebih

diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat

pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut

dengan :

1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

2. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri

dan

3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam

belajar.

Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan

kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir ( filosofi ) pembelajaran

konstektual, yaitu bahwa pengetahuan dibangunn oleh manusia sedikit demi

sediki, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas ( sempit ( dan

Page 3: Bab ii

7

tidak sekonyong – konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta – fakta,

konsep atau kaidah yang sisap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman

nyata (Nurhadi,2003)

Menurut Wuryadi (2000) dalam proses pembelajaran, pendekatan

konstruktivisme merupakan pendekatan yang meberikan pengakuan terhadap

keragaman siswa. Dalam pendangan pembelajaran konstruktivisme ini diakui

bahwa siswa, pada awal proses pembelajaran , telah memiliki konsep kognitif,

afektif, dan psikomotor tertentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman

sebelumnya. Bertolak dari pengetahuan awal dan pengalaman ini, siswa

membangun sendiri pandangan mereka terhadap pengetahuan baru

yangsedang diperolehnya.

Prinsip konstruktivisme merupakan belajar bermakna dapat dicapai

melalui pengalaman dan refleksi terhadap pengalaman. Pengalaman dalam hal

ini bukanlah pengalaman orang lain yang diabstraksikan dan dikumpulkan

dalam sebuah buku, tetap pengalaman langsung yang dilakukan sendiri.

Pengalaman itu selanjutnya harus diikuti dengan analisis dan refleksi.

Jonassen yang dikutip oleh Fahrurrazy (2000) menyatakan bahwa

dalam pandangan konstruktivisme sebuah realitas ada dalam pikiran mereka

yang mengetahui, sehingga merekalah yang membentuk atau sekurang –

kurangnya menafsirkan realitas berdasarkan persepsi mereka sendiri. Sebagai

implikasinya pendekatan konstruktivisme lebih menekankan bagaimana

pengetahuan dibangun dengan bantuan pengalaman, pengetahuan awal dan

keyakinan yang dimiliki untuk menafsirkan obyek – obyek dan peristiwa

penting.

Sesungguhnya pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme

memiliki beberapa kelebihan , namun pada kenyataan implementasinya pada

kelas – kelas pendidikan di Indonesia masih mempunyai banyak kendala. Bagi

guru kendala – kendala yang dotemui diantaranya :

1. Guru – guru Indonesia adalah tenanga pendidik yang telah dilatih di LPTK

dengan pendekatan tradisional dan telah melakukan proses pembelajaran

Page 4: Bab ii

8

bertahun – tahun dengan pendekatan tradisional. Guru akan kesulitan

untuk mengubah pendekatann pembelajarannya dengan pembelajaran yang

baru.

2. Pembelajaran konstruktivisme memerlukan waktu yang lama untuk

menyelesaikan sebuah konsep, sedangkan sistem pendidikan menuntut

terselesainya target kurikulum.

3. Guru konstruktivisme dituntut untuk lebih kreatif dan berwawasan luas,

namun kondisi perekonomian guru membatasi akses guru, utamanya untuk

memanfaatkab perkembangan teknologi informasi.

4. Pendekatan konstruktivisme menuntut adanya perubahan sistem evaluasi,

sedangkan sistem pendidikan Indonesia masih mempergunakan sistem

evaluasi yang tradisional.

5. Guru telah terbiasa dengan kurikulum terkontrol sedangkan pendekatan

konstruktivisme memerlukan kurikulum yang fleksibel.

Dari bebrapa kendala pelaksanaan strategi pembelajaran tersebut,

diharapkan mampu diatasi oleh beberapa kelebihan yang dimiliki oleh strategi

pembelajaran konstruksi tersebut.

C. Tahapan Belajar Mengajar Konstruktivisme

Zamroni ( 1999 ) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam belajar mengajar konstruktivisme. Diantaranya :

1) Murid harus selalu aktif selama proses pembelajaran

2) Proses aktif adalah proses membuat segala sesuatu masuk akal

3) Interprestasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya

4) Kegiatan belajar mengajar tidak hanya proses pengalihan pengetahuan,

tetapi juga pengalihan ketrampilan dan kemampuan .

Berikut ini bagan tahapan belajar mengajar konstruktivisme , yang

meliputi :

1. Pemanasan apersepsi

2. Eksplorasi

3. Konsolidasi pembelajaran

Page 5: Bab ii

PEMANASAN – APERSEPSITanya jawab tentang penegtahuan dan pengalaman

9

4. Pembentukan sikap dan perilaku

5. Penialaian formatif

Gambar. 2.1 Tahapan Belajar Mengajar Konstruktivisme

ALOKASI WAKTU

Berdasarkan bagan tersebut di atas, dapat

Berdasarkan bagan diatas, dapat dijelaskan hal – hal sebagai berikut :

1. Pemanasan Apersepsi, meliputi :

a. Pelajaran dimulai dengan hal – hal yang diketahui dan dipahami siswa

b. Motivasi siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi

siswa, dan

c. Siswa didorong agar tertarik untuk mengetahui hal – hal yang baru.

2. Eksplorasi, meliputi :

a. Materi / Ketrampilan baru diperkenalkan

b. Kaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada siswa, dan

5 – 10 %

25 – 30 %EKSPLORASI

Tanya jawab tentang pengetahuan dan pengalaman

35 – 40 %KONSOLIDASI PEMBELAJARANNegoisasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru

10 %PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU Pengetahuan diproses menjadi nilai, sikap dan perilaku

10 %PENILAIAN FORMATIF

Page 6: Bab ii

10

c. Mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan

penerimaan siswa akan materi baru.

3. Konsolidasi Pembelajaran, Meliputi :

a. Libatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi

ajaran baru.

b. Libatkan siswa secara aktif dalam problem solving,

c. Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi

ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan / kehidupan didalam

lingkungan dan

d. Cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses

menjadi bagian dari pengetahuan siswa.

4. Pembentukan Sikap dan Perilaku, Meliputi :\

a. Siswa didorong untuk menerapkan konsep / pengertian yang

dipelajarinya dalam kehidupan sehari – hari.

b. Siswa membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari –

hari berdasarkan pengertian yang dipelajari dan

c. Cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan pada sikap

perilaku siswa

5. Penilaian Formatif, meliputi :

a. Kembangkan cara – cara untuk melihat hasil pembelajaran siswa.

b. Gunakan hasil penialaian tersebut untuk melihat kelemahan atau

kekurangan siswa dan masalah – masalah yang dihadapi oleh guru, dan

c. Cari metodologi yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai.

D. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar

oleh siswa untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu aktivitas mentaldan

psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan - perubahan pengetahuan , pemahaman,

ketrampilan, dan nilai sikap ( Winkel, 1984 )

Page 7: Bab ii

11

Nasution (2001) belajar adalah suatu proses yang berlangsung didalam

diri pembelajar ( siswa ).

Belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk merubah tingkah

laku sehingga diperoleh kecakapan baru (Sukirin, 1984).

Hilgard yang dikutip oleh Pasaribu ( 1983 ) berpendapat bahwa

Learning in the process by wich an activity oreginites or is changed trough

responding to a situation provided the changed can not be attributed to

growth or the temporary sate of the organisme as in fatique or under druges.

Artinya belajar adalah suatu proses kegiatan yang menghasilkan aktivitas baru

atau perubahan kegiatan karena reaksi lingkungan. Perubahan itu tidak dapat

disebut belajar apabila disebabkan oleh perubahan atau kesadaran sementara

orang tersebut karena kelelahan atau karena obat – obatan, sehingga orang

tersebut tidak sadar terhadap keadaan dirinya.

Perubahan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, kecakapan

dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh dengan latihan dan pengalaman

bukan perubahan dengan sendirinya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahawa belajar

proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar, baik itu

perubahan pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan dan perubahan tersebut

dilakukan secara berkesinambungan.

Hasil belajar merupakan suatu bukti terjadinya suatu perubahan

tingkah laku pada seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Tingkah laku

memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur dan

unsur motoris adalah unsur jasmaniah.

Menurut Hamalik (2001), hasil belajar akan tampak pada setiap

perubahan pada aspek-aspek tersebut. Aspek – aspek tersebut meliputi : (1)

pengetahuan, (2) pengertian, (3) kebiasaan, (4) ketrampilan, (5) apresiasi, (6)

emosional, (7) hubungan sosial, (8) jasmani, (9) etis dan budi pekerti, dan (10)

sikap.

Page 8: Bab ii

12

Dari beberapa pendapat tentang konsep hasil belajar tesebut, maka

hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat belajar dan

prestasi belajar. Adapun penjabarannya sebagai berikut :

1. Minat Belajar

Minat berkaitan erat dengan perasaan individu, objek, dan aktivitas.

Ada dua hal yang diperhatikan kaitannya dengan minat, yaitu : minat

sebagai dorongan dan minat sebagai kebutuhan. Minat adalah

kecenderungan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu

dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun

membuktikan lebih lanjut.

Minat belajar adalah suatu dorongan atau keinginan indvidu dalam

hal ini siswa sebagai upaya untuk mencapai hasil belajar yang dilakukan.

Membangkitkan minat beelajar pada siswa sulit dilaksanakan bila proses

belajar hanya menekankan pada satuam – satuan kurikulum, sistem

kenaikan kelas, sistem ujian, yang mengutamakan kontinuitas dan

pendalaman belajar. (Sukmadinata,2001)

Minat belajar pada siswa ada yang bersifat sementara (jangka

pendek) dan bersifat menetap (jangka panjang). Beberapa hal yang dapat

diusahakan untuk membangkitkan minat belajar siswa secara menetap

(jangka panjang) yaitu, pemilihan bahan pengajaran yang berarti bagi anak

, menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan dorongan

untuk menemukan, menterjemahkan materi pembelajaran sesuai dengan

tingkat perkembangan siswa, dan materi disampaikan dalam bentuk siswa

aktif anak banyak terlibat dalam proses belajar.

2. Prestasi Belajar

Woodworth (1951 ) mengatakan bahwa prestasi ( achivement

adalah actual ability and can be measured directly by use of lest.) Artinya

prestasi menunjukan suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara

langsung dengan menggunakan tes.

Berkaitan dengan prestasi belajar, belajar akan labih mudah dan

dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh.

Page 9: Bab ii

13

Kalau belajar berarti perubahan – perubahan yang terjadi pada individu,

maka perubahan – perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil

dari pengamatan dan penialaian inilah umumnya diwujudkan dalam

bentuk prestasi belajar.

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diukur dengan

menggunakan tes karena hasil belajar berupa ketrampilan intelektual,

strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan dan nilai sikap.

Menurut Gagne yang dikutip oleh Badawi (1987) mengatakan

bahwa hasil belajar berupa ketrampilan intelektual, strategi kognitif,

informasi verbal, ketrampilan, dan nilai sikap.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

merupakan hasil belajar seseorang yang dapat dilihat secara nyata oleh orang lain

dan hasil kerja tersebut dapat diukur secara langsung dengan tes.