bab ii
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR GASTROENTERITIS
1. Pengertian Gastroenteritis
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari
biasanya (Mansjoer Arief dkk, 1999, hal 11)
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya
(FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995
hal 21).
Dari ketiga defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa Gastroenteritis adalah
buang air besar yang tidak normal yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit
yang pathogen dimana gejala yang umum terjadi adalah diare (bentuk tinja yang
encer) dalam frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.
2. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1) Berdasarkan lama waktu :
a. Akut : berlangsung < 5 hari
b. Persisten : berlangsung 15-30 hari
c. Kronik : berlangsung > 30 hari
9
8
10
2). Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3). Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dehidrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
4). Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infektif
b. Non infeksif
5). Berdasarkan penyebab organik atau tidak
a. Organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik,
hormonal, atau toksikologik.
b. Fungsional merupakan bila tidak ditemukan penyebab organik.
Klasifikasi dehidrasi
dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa parameter, yaitu :
1. Berdasarkan jumlah cairan tubuh yang hilang dan keadaan klinis pasien,
dehidrasi dapat diklasifikasikan kedalam 3 kelompok yaitu :
a. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5 % bb)
Gambaran kliniks : torgor kulit sudah mulai berkurang,suara serak, belum jatuh
dalam persyok.
b. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8 %bb)
11
Gambaran klinis : togor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau
syok,nadi cepat, napas cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% bb)
Gambaran klinis : kelanjutan dari tanda dehidrasi sedang, kesadaran menurun,
otot-otot kaku., dan sianosis.
2. Berdasarkan bj (berat jenis) plasma
a. Dehidrasi ringan, (bj plasma 1,032 -1,040)
b. Dehidrasi sedang (bj plasma 1,028 -1,032)
c. Dehidrasi berat (bj plasma 1,025 -1,028)
3. Etiologi
1. Faktor infeksi menurut Ngastiah (2005)
a. Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : Vibrio, ecoli, salomonela, shigela, complylobacter,
virginia, aeromonas, dll.
2) Infeksi virus : enterovirus (virus echo, loksicicihie, plyomielitis)
adenovirus, rotavirus, aslecovirus, dll.
3) Infeksi parasit : cacing (oscaris, trichuris, dxyuris, strongloides)
protozoa (eutamoebo hystolitica, glardia lambia,
trichomonashominis) jamur (candida albicaus).
b. Infeksi parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti:
otitis ototis media akut, tonsilitis, broncop, pneumonia,
12
ensetalitis, dll. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur dibawah 2
tahun.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karohidrat : disakarida (intoleransi ketosa, maltosa dan
sukrosa) monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan laktosa).
1. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
2. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar).(Abdul Latief, 2007, hal 20)
4. Patofisiologi
Menurut Suriadi (2001 hal 15), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah
meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan,
cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler
kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat
terjadi asidosis metabolik. Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif
akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel
dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan
elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal
dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan
13
makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan motilitas intestinal
dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang 9 berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri kambuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah
14
Secara sederhana skema Patofisiologi terjadinya diare dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Cairan ekstraseluler Hilang dengan cepat
Ketidakseimbangan elektrolit
Hilangnya cairan dalam intraseluler
Disfungsi selulere
Syok hipovolemik
Kematian
Skema 2. 1Skema patofisiologi Gastroenteritis
5. Manifestasi Klinis
Menurut Ngastiyah (2005 hal 31), manifestasi klinik penyakit diare antara
lain, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, feses cair dan berlendir,
kadang juga disertai dengan adanya darah. Kelamaan, feses ini akan berwarna
hijau dan asam, anus lecet, dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi
penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut
jantung, penurunan kesadaran dan diakhiri dengan syok, berat badan menurun,
15
turgor kulit menurun, Mata dan ubun-ubun cekung, dan selaput lendir dan mulut
serta kulit menjadi kering.
6. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan
tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong
atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau
basah (Juffrie, 2010, hal 21). Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya
asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill
dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi (Juffrie, 2010, hal 22).Penilaian
beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu
dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan
menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain (Juffrie, 2010, hal
22).
7. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan
untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan
bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain.
Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing,
parasit, bakteri, dan lain-lain (Hadi, 2002, hal 14).
16
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999, hal 30) adalah
pengobatan dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.
a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun
misalnya air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin. Jangan
memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol karena cairan
yang terlalu banyak mengandung gula akan memperburuk diare.
b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang
mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral
( LRO ). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam
rehidrasi kedalam 1 liter air bersih.
c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping
LRO. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999, hal 24) antara
lain :
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
penderita.
b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
c. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero
patogen dan cara mengurangi penularan.
17
9. Komplikasi
Radang pada saluran cerna dapat menyebabkan peningkatan suhu
tubuh,diare dengan berbagai macam komplikasi yaitu dehidrasi, baik ringan,
sedang atau berat. Selain itu diare juga menyebabkan berkurangnya cairan tubuh
(Hipovolemik), kadar Natrium menurun (Hiponatremia), dan kadar gula dalam
tubuh turun (Hipoglikemik), sebagai akibatnya tubuh akan bertambah lemas dan
tidak bertenaga yang dilanjutkan dengan penurunan kesadaran, bahkan dapat
sampai kematian. Kondisi seperti ini akan semakin cepat apabila diare disertai
dengan muntah-muntah, yang artinya pengeluaran cairan tidak disertai dengan
masukkan cairan sama sekali.
Pada keadaan tertentu, infeksi akibat parasit juga dapat menyebabkan
perdarahan. Kuman mengeluarkan racun diaregenik yang menyebabkan
hipersekresi (peningkatan volume buangan) sehingga cairan menjadi encer,
terkadang mengandung darah dan lendir. Tindakan yang dapat dilakukan
sebagai terapi
Klasifikasi Dehidrasi :
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
18
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun,
apatis sampai,otot-otot kaku sampai sianosis.
Akibat dari diare/kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat hipotonik, isotonik dan hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala metorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahanelektrokardiogram).
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktosa.
6. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energy proretin (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DIARE
Dalam asuhan keperawatan pada kasus diare yaitu pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian pada penyakit diare
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam
melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut. Pengumpulan
19
data yang akurat dan sistematik akan membantu menentukan status kesehatan dan
pola pertahanan pasien serta memudahkan perumusan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan menurut Carpenito (2000, hal 44) mendefinisikan
diagnosa keperawatan adalah : “Pernyataan yang menjelaskan status kesehatan
atau masalah aktual atau potensial. Perawat menggunakan proses keperawatan
dalam mengidentifikasi dan mensintesa data klinis dan menentukan intervensi
keperawatan, untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah klien
yang ada pada tanggung jawabnya”. Menurut Doenges (1999, hal 43) diagnosa
keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.
Label diagnosa keperawatan memberi format untuk mengekspresikan bagian
identifikasi masalah dari proses keperawatan.
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan
tanda dan gejala-gejala yang ada yakni :
1) Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus (doenges, Ed 3 1999 hal 211)
2) Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan adanya melabsorbsi
usus.
3) Gangguan keseimbangan suhu tubuh hypertermi berhubungan dengan
dehidrasi.
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafsu makan kurang.
5) Kecemasan berhubungan dengan kurang dari pembelajaran tentang
penyakit.
20
6) Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus (doenges, Ed 3 1999 hal
211)
7) Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi inosokomial berhubungan dengan
BAB yang terus menerus.
8) Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan
frekwensi BAB.
9) Resiko tinggi kerusakan terhadap integritas kulit berhubungan dengan
iritasi disekitar daerah anus.
10) Nutrisi; perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrient. (doengoes 1999, hal 212)
11) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan. Berhubungan dengan kesalahan interpretasi
informasi. (doengoes 1999, hal 212)
a. Rencana Tindakan / Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1
Diare berhubungan dengan malabsorbsi usus
Tujuan : meningkatkan fungsi usus, mendekati normal
Intervensi :
a) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, dan jumlah kaluaran
faces.
b) Tingkatkan tirah baring, dekatkan alat-alat di samping tempat tidur.
c) Mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap, tawarkan minuman
jernih,
21
d) hindari minuman dingin.
e) Observasi TTV
f) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasional :
a) membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode
penyakit
b) istirahat menurunkan motilitas dan menurunkan laju metabolisme bila
infeksi atau perdarahan adalah komplikasi.
c) Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan
rangsang makanan atau cairan. Makan kembali secara bertahap, cairan
mencegah keram dan diare berulang.
d) Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukan respon terhadap dan atau
efek kehilangan cairan.
e) Mengobati infeksi suparif lokal.
2. Diagnosa keperawatan 2
Gangguan keseimbangan cairan elektrolit.
Tujuan : Volume cairan teratasi.
Intervensi :
1) Kaji tanda – tanda dehidrasi
2) Beri air gula jika klien muntah
3) Beri sesering mungkin sesuai
4) Penatalaksanaan pemberian infus
Rasional :
22
1) Mengetahui penyebab defisit volume cairan sehingga segera melakukan
tindakan.
2) Air gula dapat menekan peningkatan asam lambung.
3) Cairan infus sangat baik, penting bagi yang mengalami defisit volume
cairan karena cairan langsung masuk ke pembuluh darah.
3. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan keseimbangan suhu tubuh hyperthermia.
Tujuan : Keseimbangan suhu tubuh normal.
Intervensi :
1) Observasi vital sign.
2) Beri kompres hangat.
3) Ganti pakaian klien yang tipis dan menyerap keringat.
4) Beri minum banyak
5) Penatalaksanaan pemberian anti piretik.
Rasional
1) Perbaikan vital sign merupakan indikasi dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Kompres hangat dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah menyebabkan
terjadinya penguapan sehingga membantu menurunkan suhu tubuh.
3) Baju yang tipis dan menyerap keringat membuat klien merasa cerah
sehingga memberikan kenyamanan pada klien.
4) Obat antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh.
4. Diagnosa Keperawatan 4
23
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tujuan :Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi
a. Siapkan makanan dalam keadaan hangat.
b. Beri makan sedikit tapi sering
c. Anjurkan pada klien untuk menghindari makanan yang berasa asam dan
merangsang.
d. BAB tiap hari
e. Beri nutrisi diet lunak
Rasional
a. Makanan yang hangat dapat merangsang selera makan klien.
b. Membantu mengurangi kerja lambung dan usus, peningkatan asupan
nutrisi.
c. Makanan yang berasa asam dan yang mengandung gas akan
meningkatkan pH lambung.
d. Penurunan berat badan akan menunjukkan klien masuk kategori
dehidrasi.
e. Membantu mengurangi beban kerja lambung dan usus.
5. Diagnosa Keperawatan 5
Kecemasan klien
Tujuan :Kecemasan teratasi.
Intervensi
a. Kaji tingkat kecemasan klien
24
b. Berikan informasi yang kuat tentang penyakit yang diderita klien.
c. Memberi informasi kepada keluarga tentang pencegahan dan perawatan
diare.
d. Memberikan dorongan spiritual kepada keluarga klien.
Rasional
a. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dialami oleh klien.
b. Informasi yang kuat akan membantu keluarga menenangkan dan
mengurangi kecemasan.
c. Menambah pengetahuan dalam pencegahan penanganan.
d. Dorongan spiritual memberi ketenangan jiwa dan hati.
6. Diagnosa keperawatan 6
Gangguan rasa nyaman nyeri
Tujuan :Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi
1) Kaji tingkat nyeri
2) Observasi tanda-tanda vital
3) Penatalaksanaan pemberian analgetik.
a) Rasional
a. Mengetahui sejauh mana tingkat nyeri mempengaruhi keadaan klien sehingga
memudahkan dalam pemberian intervensi.
b. Vital sign merupakan indikator dalam melakukan tindakan selanjutnya.
c. Analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri.
d. Mengatur posisi klien nyaman/lutut fleksi
25
7. Diagnosa Keperawatan 7
Potensial/resiko tinggi terjadi infeksi nosokomial
Tujuan :Infeksi nosokomial tidak terjadi.
Intervensi
1) Bila klien BAB secepatnya dibersihkan.
Rasional
1) untuk mencegah terjadinya penularan pada orang lain.
8. Diagnosa Keperawatan 8
Gangguan pemenuhan istirahat tidur
Tujuan :Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi
Intervensi
1) Kaji pola tidur klien
2) Ajar posisi klien sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman
4) Penatalaksanaan pemberian obat sedatif.
Rasional
1) Mengetahui sejauh mana perubahan pola tidur yang dialami klien.
2) Posisi yang sesuai dengan keinginan klien merangsang untuk tidur.
3) Lingkungan yang tenang dan nyaman membantu klien untuk istirahat.
4) Obat sedatif sebagai obat penenang
9. Diagnosa Keperawatan 9
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
Tujuan :Integritas kulit terpelihara dengan baik.
26
Intervensi
a. Observasi kemerahan eksplorasi pada daerah kulit.
b. Anjurkan agar selalu menjaga kebersihan daerah bokong dan anus.
Rasional
a. Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan
lebih intensif.
b. Memberikan informasi yang kuat dan menambah pengetahuan klien.
10. Diagnosa 10.
Nutrisi,perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
malabsorbsi nutrient
Tujuan :menunjukan berat badan yang stabil atau meningkatkan berat
badan sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak
ada malnutrisi
intervensi :
1) Timbang berat badan tiap hari
2) Dorong tirah baring dan/pembatasan aktifitas selama fase sakit akut.
3) Anjurkan istirahat sebelum makan
4) Sediakan makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan, dengan situasi yang tidak terburu-buru.
Rasional
a. Membuktikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
27
b. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi.
c. Menenangakan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makan.
d. Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusif
untuk makan.
11. Diagnosa ke 11
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan Menyatakan pemahaman proses penyakit, dan pengobatan
Intervensi
a. Tentukan persepsi pasien dan keluarga tentang penyakit
b. Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang
menimbulkan gejalah dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor
pendukung.
Rasional
a) Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan
belajar individu.
b) Faktor pencetus/pemberat individu; sehingga kebutuhan pasien untuk
waspada terhadap makanan, cairan, dan faktor pola hidup dapat
mencetuskan gejala.
4. Implementasi
Implementasi adalah adalah inisiatif dan rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam
28
mencapai tujuan yang ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika
pasien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan
data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
pasien, semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah
ditetapkan oleh institusi (Nursalam, 2001 hal: 63).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana perawatan atau mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
1. Tujuan evaluasi
1) Menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan.
2) Menilai keefektifitasan rencana atau strategi asuhan keperawatan
1. Hal-hal yang dievaluasi
1) Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif.
2) Apakah perubahan perilaku pasien seperti yang diharapkan.
1. Penafsiran hasil evaluasi
1) Tujuan tercapai.
2) Tujuan sebagian tercapai.
3) Tujuan sama sekali tidak tercapai.