bab ii

7

Click here to load reader

Upload: pramudito-hutomo

Post on 28-May-2015

226 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab ii

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1. Pengertian Suporter

Di setiap bidang olahraga menghadirkan hal-hal menarik yang disukai

masyarakat. Dari cabang sepakbola,bola basket, bola voli, bulu tangkis, dan cabang-

cabang yang lainnya pasti digemari dan mendukung tim cabang olahraga

tersebut,mereka inilah yang disebut suporter. Suporter dalam pengertian Kamus

Besar Bahasa Indonesia adalah orang-orang yang memberi dukungan,sokongan

dalam berbagai bentuk di situasi tertentu. Suporter biasanya memiliki cara-cara

dalam mendukung tim kesukaannya, seperti bernyanyi-nyanyi menyuarakan

dukungannya. Suporter dalam sutu pertandingan pun memiliki peran yang cukup

penting. Suporter seakan membuat pemain menunjukan permainan yang terbaik.

Maka dari itu tidak jarang tim yang didukung suporter mampu meraih kemenangan.

Jadi suporter pun memiliki peran penting dalam cabang olahraga.

2.2. Perbedaan Antara Penonton dan Suporter Sepakbola

Secara harfiah, istilah “penonton” berasal dari awalan pe- dan kata

kerja tontondalam bahasa Indonesia. Awalan pe- dalam hal ini berarti orang yang

melakukan pekerjaan sesuai dengan kata kerja. Bila kata kerjanya tonton, maka

penonton berarti orang yang menyaksikan suatu pertunjukan atau tontonan.

Sementara itu menurut akar katanya, kata “suporter “ berasal dari kata kerja

(verb) dalam bahasa Inggris to support dan akhiran (suffict) –er.  To supportartinya

mendukung, sedangkan akhiran –er menunjukkan pelaku. Jadi suporter dapat

diartikan sebagai orang yang memberikan suport atau dukungan.

Dilihat dari kedua pengertian di atas jelaslah apabila antara ‘penonton’ dan

‘suporter’ memiliki makna yang berbeda, terlebih lagi apabila kata tersebut

digunakan dalam persepakbolaan. Penonton adalah orang yang melihat atau

menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat pasif. Sementara

itusuporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehinga bersifat aktif. Di

lingkungan sepakbola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh

perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim.

3

Page 2: Bab ii

4

Dalam pemakaian awam, kedua kata tersebut seringkali saling mengganti

dalam pemaknaannya. Makna saling mengganti ini bisa ditemui di tulisan Maksum

dan Suyanto (1991) ataupun dalam berbagai tulisan di media massa. Penelitian ini

memilih kata penonton untuk menjelaskan orang yang menyaksikan maupun

memberikan dukungan pada suatu tim.

Terdapat tiga alasan dasar pemakaian istilah penonton pada kajian ini.

Pertama, ‘penonton’ maknanya lebih luas daripada ’suporter’, artinya setiap suporter

adalah penonton, sebaliknya tidak semua  penonton  itu suporter. Kedua, tidak

semua ’suporter’ yang mendukung tim kesayangan dalam suatu pertandingan

menggunakan atribut tim yang didukungnya, sehingga sulitlah bila mengidentifikasi

apakah seseorang sebagai penonton atau sebagai suporter.  Ketiga, baik penonton

maupun suporter juga bisa melakukan tindakan agresi ketika berada dalam suatu

situasi dan kondisi lingkungan tertentu (Suryanto, 1996).

Selain penonton dan suporter, istilah lain juga muncul berkenaan dengan

sebutan terhadap sekelompok orang yang sedang menyaksikan pertandingan

sepakbola. Bersumber dari sejumlah terbitan surat kabar  di Surabaya maupun

tulisan  hasil  penelitian sejumlah ahli, peneliti melansir  adanya beberapa istilah

untuk penonton sepakbola,  seperti istilah tifosi dari Italia, torsedor dari Amerika

Latin, istilah bonek serta boling dari Surabaya.

Tifosi  berarti  pendukung  fanatik  dalam  sepakbola Italia  (Dal-Lago  & De

Biasi, 1994), begitu  pula  halnya dengan  istilah torsedor. Sementara itu

istilah bonekdan boling merupakan  singkatan atau akronim dari kata  ’bondho nekat’

dan ‘bondho maling’.

Istilah  ’bonek’ dari sisi semantik memiliki makna yang netral  dan tidak 

memiliki tendensi perilaku yang negatif. Orang yang memiliki sifat ‘bondho nekat’

menunjukkan motivasi yang tinggi dan keberanian untuk mencapai suatu tujuan

walaupun tidak memiliki bekal yang cukup. Dalam perkembangannya peran media

sangat besar dalam mensosialisasikan istilah ini.  Istilah bonek kemudian menjadi

sifat yang dimiliki oleh suporter yang ingin menonton dan mendukung suatu

kesebelasan sepakbola.

Perkembangan makna istilah bonek berikutnya adalah menggambarkan

sekelompok penonton sepakbola yang biasanya selalu membuat ulah dan keributan,

Page 3: Bab ii

5

baik di luar ataupun di dalam lapangan atau stadion.  Para  bonek biasanya  hanya

berbekal  lima ratus  hingga dua ribu rupiah atau kurang dari biaya yang dibutuhkan

untuk ongkos berangkat dan pulang dari stadion serta untuk membeli tiket masuk

stadion. Bila berangkat ke stadion seringkali bonek ini mencari tumpangan umum

seperti truk terbuka atau pick-up atau mencegat kereta api yang sedang lewat.

Caranya masuk ke stadion, bonek ini ada yang minta uang untuk beli karcis, ada

yang tanpa bayar. Ada yang minta belas kasihan penjaga pintu stadion. Ada yang

masuk  dengan memanjat  dinding  stadion atau menunggu  jebolnya  pintu

stadion.   

Sementara itu istilah  ’boling’  muncul setelah  terjadi  keributan antar

penonton sepakbola saat kesebelasan Persebaya  bertanding dengan Persita

Tangerang pada 17/3/1997. Label ini diberikan  oleh  Walikota Surabaya (Sunarto

Somaprawiro) melalui  sejumlah penerbitan media massa atas kekecewaannya

terhadap perilaku para penonton sepakbola dari Surabaya yang diduga melakukan

kericuhan di Stadion Benteng Tangerang.

Apapun istilah yang diberikan terhadap pengkonsumsi pertunjukan

sepakbola, hal itu menunjukkan bahwa diantara para wartawan, birokrat, maupun

penontonnya sendiri memiliki kreativitas tersendiri dalam menjelaskan dan

menjalankan peran dalam persepakbolaan. 

Penonton sepakbola merupakan orang atau sekelompok orang yang

menyaksikan ataupun memberikan dukungan pada suatu tim dalam pertandingan

sepakbola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penonton sepakbola

merupakan kumpulan orang yang berada dalam suatu situasi sosial tertentu, yaitu

situasi pertandingan sepakbola yang menyaksikan atau memberikan dukungan

kepada tim yang dijagokannya. Oleh karena penonton sepakbola merupakan suatu

kumpulan orang, maka untuk memahami perilakunya diperlukan penjelasan yang

terkait dengan  konsep seperti situasi sosial dan kelompok sosial.

Sumber : http://suryanto.blog.unair.ac.id/2008/01/09/perbedaan-istilah-antara-

penonton-dan-suporter-sepakbola/ Yang diakses pada Jumat, 08 Maret 2013.

Page 4: Bab ii

6

2.3. Pengertian Konflik antara Suporter Sepakbola

Konflik adalah sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya

diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya

mencapai satu tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan

kerjasama. Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan

(the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua

pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak,

sampai kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain

sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing

masing. Penyelesaian efektif dari suatu konflik seringkali menuntut agar faktor-faktor

penyebabnya diubah.

2.4. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM)

National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1) memandang STM

sebagai the teaching and learning of science in the context of human experience.

STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan

konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk

meningkatkan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains

dalam kehidupan sehari-hari.

Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa

STM merupakan “an interdisciplinary approach which reflects the widespread

realization that in order to meet the  increasing demands of a technical society,

education must integrate acrossdisciplines”

Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah

diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam

rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan

masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara

sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi

terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting

dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.

Page 5: Bab ii

7

Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1),

bahwa STM merupakan “an interdisciplinery field of study that seeks to explore

aunderstand the many ways that scinence and technology shape culture, values,

and institution, and how such factors shape science and technology”. STM dengan

demikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui

bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di

masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan

teknologi.

Sumber : http://sman1krangkeng.sch.id/blog/index.php?/archives/6-Macam-Macam-

Pendekatan-Pembelajaran.html. Yang diakses pada Selasa, 5 Maret 2013