bab ii
TRANSCRIPT
![Page 1: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Distribusi pendapatan merupakan permasalahan yang sangat
rumit, hingga saat ini masih sering dijadikan bahan perdebatan
antara ahli ekonomi. Sistem ekonomi kapitalis memandang
seorang individu dapat secara bebas mengumpulkan dan
menghasilkan kekayaan (pendapatan) dengan menggunakan
kemampuan yang dimiliki serta tidak ada batasan untuk
memanfaatkan dan membagi harta yang dimiliki.
Muhammad Baqir Ash-Sadr sebagai salah satu tokoh intelektual
muslim kontemporer dewasa ini, hadir dengan gagasan original yang
mencoba menawarkan gagasan sistem ekonomi Islam yang digali dari
landasan doktrinal Islam yakni al-Qur’an dan al-Hadis. Sadr tidak sepakat
bahwa ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang sama seperti sistem
ekonomi sebelumnya seperti kapitalisme dan sosialisme.
Dalam pada itu, magnum opus yang menjadi dedikasi luar biasa Sadr
terhadap pemikiran ekonomi Islam diwujudkan dalam Iqtishaduna yang telah
diterjemahkan kedalam beberapa bahasa sampai saat ini. Our Economic
merupakan salah satu bentuk transformasi bahasa tersebut. Banyak tokoh
cendikiawan muslim yang merasa bahwa melalui Iqtishaduna dapat
1
![Page 2: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/2.jpg)
ditemukan bagaimana seharusnya sistem ekonomi Islam . Syafi’I Antonio
semisal sebagai pakar ekonomi Islam yang mashur di Indonesia, menyatakan
karya Baqir Sadr ini merupakan karya pionir yang cukup komperhensif dalam
literature ekonomi Islam.
Dari paparan di atas, makalah ini bermaksud mendiskripsikan
bagaimana sebenarnya pemikiran ekonomi Islam dalam mazhab Baqir as-
Sadr. Terdapat beberapa fokus pembahasan dalam makalah ini terkait dengan
pokok pikiran ekonomi Islam Baqir Sadr yang meliputi pertama, difinisi
ekonomi Islam (usaha penemuan doktrin ekonomi Islam). Kedua,
karakteristik ekonomi Islam. Ketiga, teori produksi. Ke-empat, teori distribusi
kekayaan, dan kelima, Tanggung jawab pemerintah dalam bidang ekonomi,
serta kebijakan fiskal dan juga kebijakan moneter di awal Islam.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pokok pemikiran Ekonomi Islam dalam mazhab Baqir as-
sadr?
2. Bagaimana kebijakan fiskal di awal pemerintahan Islam?
3. Bagaimana kebijakan moneter di awal Islam?
2
![Page 3: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
MAZHAB BAQIR AS-SADR
A. Biografi Baqir as-Sadr
Nama lengkapnya adalah asy-Syahid Muhammad Baqir as-Sadr. Lahir
di Khadhimiyeh di sebuah daerah Baghdad pada tahun 1935. Sadr merupakan
salah seorang keturunan dari keluarga serjana dan intelektual yang menganut
paham syiah. Oleh karena itu sangat wajar manakala ia menjadi salah seorang
pemikir kontemporer yang mendapatkan perhatian yang besar dari kalangan
umat Islam dan Non-Muslim.1
Ia amat menonjol dalam prestasi intelektualnya, sehingga pada umur 20
tahun telah memperoleh derajat mujtahid mutlaq, dan selanjutnya meningkat
lagi ke tingkat otoritas tertinggi marja (otoritas pembeda). Otoritas intelektual
dan spiritual di dalam tradisi Islam tersebut juga terwujud di dalam tulisan-
tulisan Sadr, dan di dalam karyanya Iqtishaduna (Ekonomi Kita) ia
menunjukkan metodologi pernyataan tegas yang independen tetapi memenuhi
syarat.2
Meskipun Sadr berlatar belakang tradisional , Sadr tidak pernah
dipisahkan dari isu-isu hari ini. Perhatian intelektualnya yang sangat tajam
1 Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 321. 2 Pemikiran Muhammad Baqir as-sadr, http://rintihanqolbi.blogspot.com/2012/08/pemikiran-muhammad-baqir-as-sadr.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.
3
![Page 4: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/4.jpg)
menginspirasinya untuk mendalami filsafat kontemporer, ekonomi, sosiologi,
sejarah dan hukum. Sama seperti Taleghani, seorang ulama yang aktif. Sadr
terus menerus menyuarakan pandangan-pandangan tentang kondisi umat
Muslim dan menyuarakan tentang perlunya untuk bebas, tidak hanya dari
kolonialisme ekonomi dan politis, tetapi juga dari “ fikiran dan memikirkan
kekuasaan” . Kementerian agama di Iraq menyarankan Beliau untuk
mendirikan Hizb ad-Da’wah Al Islamiyyah, sebuah partai yang bersama-
sama membawa pemimpin agama dan pemuda bangsa, yang bertujuan utama
untuk melawan gelombang dari sosialisme Ba’ath yang mengambil kendali
politis di tahun 1958 . Di bukunya Falsafatuna (filsafat kita) dan Iqtisaduna,
Sadr menawarkan suatu kritik komparatif terhadap kapitalisme dan
sosialisme, dan menawarkan suatu solusi pemikiran yang islami dan
kerangka-kerangka dari suatu sistem ekonomi islam.3
B. Selintas Pemikiran Madzhab Baqir as-Sadr
Mazhab Baqir as-Sadr yang dipelopori oleh Baqir as-Sadr dengan
tokoh-tokohnya seperti Abbas Mirakhor, Baqir al-Hasani, Kadim as-Sadr,
IrajToutounchian, Hedayati dan lainnya. Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu
ekonomi tidak akan pernah bisa sejalan dengan Islam. Keduanya tidak pernah
dapat disatukan karena berangkat dari filosofi yang saling kontradiktif yaitu;
yang satu berlandaskan Islam dan satunya lagi anti dengan Islam. Sejalan
dengan itu semua teori yang dikembangkan oleh ekonomi konvensional
3 Ekonomi Islam dalam Pandangan Baqir As-Shadr (Penulis Buku Iqtishaduna ‘Iran’), http://hmiekonomi.wordpress.com/2010/08/03/ekonomi-islam-dalam-pandangan-baqir-as-shadr-penulis-buku-iqtishaduna-iran/, diakses tanggal 7 Desember 2012.
4
![Page 5: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/5.jpg)
ditolak dan dibuang. Sebagai gantinya mazhab ini berusaha untuk menyusun
teori-teori baru dalam ekonomi yang langsung digali dan langsung dideduksi
dari Al Quran dan As-Sunnah.4
Madzhab ini menolak pernyataan Ilmu ekonomi yang menyebutkan
bahwa sumber daya alam terbatas, karena menurutnya sumber daya ada
tidaklah terbatas. Alasan yang digunakan oleh madzhab ini adalah kalimat
Allah SWT yang menyebutkan “sungguh telah kami ciptakan segala sesuatu
dalam ukuran yang setepat-tepatnya (Qs: al-Qamar 49). Dengan demikian,
mereka memiliki pemikiran bahwa Allah SWT telah memberikan sumber
daya alam yang cukup bagi umat manusia di kehidupan duniawi sehingga
tidak alasan bagi siapapun mengatakan bahwa sumber daya yang ada
terbatas.5
Madzhab Baqir berpendapat bahwa permasalahan yang muncul dalam
ekonomi bukanlah dikarenakan oleh kedua hal yang telah dipaparkan di atas
(sumber daya yang langka maupun kepuasan tak terbatas manusia itu sendiri)
melainkan di karenakan keserakahan manusia yang tidak terbatas dan karena
distribusi yang tidak merata dan adil. Yang terjadi, yang kuat menindas yang
lemah. Yang kuat memiliki akses untuk mendapatkan sumber daya sehingga
menjadi sangat kaya dan yang lemah sebaliknya, mereka sama sekali tidak
memiliki akses dan senantiasa selalu dalam kemiskinannya.6
4 SekilasTentang Mazhab dalam Ekonomi Islam, http://ke-kampus.blogspot.com/2009/06/sekilas-tentang-mahzab-dalam-ekonomi.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.5 Selintas Pemikiran Madzhab Baqir as-Sadr, http://dhiyatheadventurer.blogspot.com/2012/10/selintas-pemikiran-madzhab-baqir-as-sadr.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.6 Ibid.
5
![Page 6: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/6.jpg)
Seperti yang telah dipaparkan pada paragraf pertama yang mana istilah
ekonomi Islam tidak mereka setujui maka mereke menawarkan istilah baru
yang berasal dari filosofi Islam, yakni “IQTISHAD”. Iqtishad bukan sekedar
terjemahan dari ekonomi, ia berasal dari bahasa arab (Qasd) yang secara
harfiah berarti “equilibrium” keadaan sama atau seimbang.7
C. Pokok Pemikiran Ekonomi Islam Baqir as-Sadr
1. Definisi Ekonomi Islam
Dalam mendifinisikan ekonomi Islam, Baqir Sadr mencoba
memberikan sebuah intepretasi baru yang bisa dikatakan original.
Pendifinisian tersebut di mulai dari membangun kerangka dasar dengan
membuat perbedaan yang signifikan antara ilmu ekonomi dan doktrin
ekonomi.8
Menurut Sadr, ilmu ekonomi merupakan ilmu yang berhubungan
dengan penjelasan terperinci perihal kehidupan ekonomi, peristiwa-
peristiwanya, gejala-gejala (fenomena-fenomena) lahiriahnya, serta
hubungan antara peristiwa-peristiwa dan fenomena-fenomena tersebut
dengan sebab-sebab dan factor-faktor umum yang memepengaruhinya.9
Sadr menyimpulkan bahwa ekonomi Islam merupakan sebuah
doktrin dan bukan merupakan suatu ilmu penegetahuan, karena ia adalah
cara yang direkomendasiakan Islam dalam mengejar kehidupan ekonomi,
7 Ibid.8 Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 322.9 Ibid, 322.
6
![Page 7: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/7.jpg)
bukan merupakan suatu penafsiran yang dengannya Islam menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ekonomi dan hokum-
hukum yang berlaku didalamnya.10
2. Karakteristik Umum dari Sistem Ekonomi Islam
Dengan definisi ekonomi Islam menurut Baqir as-Sadr di atas,
selanjutnya akan dijelaskan tentang beberapa karakteristik ekonomi Islam
yang telah dirumuskan oleh Bair as-Sadr. Karakteristik yang telah
dirumuskan Baqir as-Sadr tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Konsep Kepemilikan Multi Jenis
Baqir as-Sadr berpandangan bahwa ekonomi Islam memiliki konsep
kepemilikan yang dikatakan sebagai kepemilikan multi jenis. Bentuk
kepemilikan tersebut dirumuskan dalam 2 kelompok yakni bentuk
kepemilikan swasta (private) dan kepemilikan bersama yang terbagi
menjadi dua bentuk kepemilikan yakni kepemilikan public dan
kepemilikan Negara.
Kepemilikan swasta (private) dalam pandangan Sadr hanya terbatas
pada hak memakai dan adanya prioritas untuk menggunakan serta
hak untuk melarang orang lain untuk menggunakan sesuatu yang
telah menjadi miliknya. Dalam hal ini, Sadr dan seluruh pemikir
ekonomi baik klasik maupun kontemporer sepakat bahwa yang
dimiliki oleh manusia hanyalah sebatas kepemilikan sementara,
10 Muhammad Hambali, Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-sadr, http://marx83.wordpress.com/2009/01/12/pemikiran-ekonomi-muhammad-baqir-ash-sadr/, diakses tanggal 7 Desember 2012.
7
![Page 8: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/8.jpg)
sedangkan kepemilikan yang mutlak hanya terdapat pada Allah
SWT.11
Bentuk kepemilikan kedua adalah kepemilikan bersama. Dalam hal
ini seperti diatas telah disinggung bahwa bentuk kepemilikan
bersama ini terbagimenjadi dua jenis yakni kepemilikan public dan
kepemilikan Negara. Perbedaan kepemilikan public dengan
kepemilikan Negara adalah terletak pada tata cara pengelolaannya.12
b. Peran Negara dalam Perekonomian
Negara memiliki kekuasaan sehingga mempunyai tanggung jawab
yang besar untuk memastikan bahwasannya keadilan berlaku.
Diantaranya ialah fungsi-fungsi sebagai berikut:
Distribusi sumber daya alam kepada individu ysng berdasarkan
pada keinginan dan kepastian untuk bekerja.
Pelaksanaan yang tepat sesuai dengan undang-undang yang sah
pada penggunaan sumber daya.
Memastikan keseimbangan sosial.
Jadi intinya, Negara harus memenuhi standar kehidupan masyarakat
yang seimbang secara keseluruhan. Negara pun harus memberikan
keamanan social serta memastikan keseimbangan social dan
keamana secara keseluruhan. Sehingga masyarakat percaya bahwa
11 Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 324.12 Muhammad Hambali, Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-sadr, http://marx83.wordpress.com/2009/01/12/pemikiran-ekonomi-muhammad-baqir-ash-sadr/, diakses tanggal 7 Desember 2012.
8
![Page 9: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/9.jpg)
Negara yang menjalankan tugas sebgagai pengatur keseimbangan
ekonomi masyarakat secara keseluruhan.13
c. Larangan Riba dan Pengimplementasi Zakat
Sebagaimana pemikiran ekonom muslim lain, Sadr juga berpendapat
bahwa riba adalah sesuatu yang harus dijauhkan dari interaksi
ekonomi masyarakat. Sedangkan zakat merupakan instrument
setrategis yang dapat membantu merealisasikan kesejahteraan
ditengah-tengah kehidupan masyarakat.14
Perihal implementasi zakat, Sadr melihatnya sebagai suatu tugas dari
negara. bersama-sama dengan zakat, ia juga mendiskusikan
khums(dimana bersama-sama dengan zakat ditetapkan sebagai pajak
tetap), fay’ dan anfal, seperti juga pajak yang lain yang dapat
dikumpulkan dan dibelanjakan untuk tujuan-tujuan mengurangi
kemiskinan dan untuk menciptakan keseimbangan sosial.15
3. Pandangan Islam tentang Masalah Ekonomi
13 Pemikiran Al-Maududi dan Baqir Al-Sadr Tentang Ekonomi Islam, http://syafaatmuhari.wordpress.com/2011/09/05/pemikiran-al-maududi-dan-baqir-al-sadr-tentang-ekonomi-islam/, diakses tanggal 7 Desember 2012.14 Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 325.15 Ekonomi Islam dalam Pandangan Baqir As-Shadr (Penulis Buku Iqtishaduna ‘Iran’), http://hmiekonomi.wordpress.com/2010/08/03/ekonomi-islam-dalam-pandangan-baqir-as-shadr-penulis-buku-iqtishaduna-iran/, diakses tanggal 7 Desember 2012.
9
![Page 10: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/10.jpg)
Menurut Sadr, masalah-masalah ekonomi lahir bukan disebabkan
oleh kelangkaan sumber-sumber material ataupun terbatasnya kekayaan
alam. Hal ini didukung dengan dalil Al-Qur’an surat Al-Qomar ayat 49:16
�َق�َد�ٍر� ِب �اُه� �َق�َن َل َخ� ْي�ٍء� َش� �َّل� ُك �ا �َّن ِإ
Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran.”
Sadr berpendapat bahwa permasalah ekonomi muncul karena
disebabkan oleh dua faktor yang mendasar. Pertama adalah karena
perilaku manusia yang melakukan kezaliman dan kedua kerena
mengingkari nikmat Allah SWT.17
4. Teori Produksi
Dalam aktivitas produksi Sadr, mengklasifikasi dua aspek yang
mendasari terjadinya aktivitas produksi. Pertama adalah aspek obyektif
atau aspek ilmiah yang berhubungan dengan sisi teknis dan ekonomis yang
terdiri atas sarana-sarana yang digunakan, kekayaan alam yang diolah, dan
kerja yang dicurahkan dalam aktivitas produksi.18
Kedua adalah aspek subyaktif . Yaitu aspek yang terdiri atas motif
psikologis, tujuan yang hendak dicapai lewat aktifitas produksi, dan
16 Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 325.17 Ibid, 326.18 Ibid, 327.
10
![Page 11: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/11.jpg)
evaluasi aktivitas produksi menurut berbagai konsepsi keadilan yang
dianut. Sisi obyektif aktivitas produksi adalah subyek kajian ilmu ekonomi
baik secara khusus maupun dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan
lainnya guna menemukan hukum-hukum umum yang mengendalikan
sarana-sarana produksi dan kekayaan alam supaya dalam satu kondisi
manusia dapat menguasai hokum-hukum tersebut dan memanfaatkannya
untuk mengorganisasi sisi obyektif produksi secara lebih baik dan lebih
sukses.19
Selain hal di atas, Sadr berpendapat bahwa sumber asli produksi
dijabarkan dalam tiga kelompok yang terdiri atas alam, modal dan kerja.
Adapun sumber alam yang dipergunakan untuk aktivitas produksi Sadr
membaginya kembali kedalam tiga kelompok, yakni tanah, substansi-
substansi primer dan aliran air.
Dalam rangka mewujutkan pertumbuhan produksi, Sadr
menawarkan dua strategi. Startegi tersebut terdiri atas strategi
doctrinal/intelektual dan strategi legislatife/hukum.20
5. Distribusi Kekayaan
19 Ibid, 327. 20 Muhammad Hambali, Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-sadr, http://marx83.wordpress.com/2009/01/12/pemikiran-ekonomi-muhammad-baqir-ash-sadr/, diakses tanggal 7 Desember 2012.
11
![Page 12: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/12.jpg)
Dalam pemikiran Sadr, distribusi kekayaan berjalan pada dua
tingkatan, yang pertama adalah distribusi sumber-sumber produksi dan
yang kedua adalah distribusi kekayaan produktif. Pokok pikiran yang di
maksud Sadr, sebagai sumber-sumber produktif adalah terkait dengan
tanah, bahan-bahan mentah, alat-lat dan mesin yang dibutuhkan untuk
memproduksi beragam barang dan komoditas.21
Sedangkan yang termasuk dengan kekayaan produktif hasil dari
proses pengolahan atau hasil dari aktivitas produksi melalui kombinasi
sumber-sumber produsi yang di hasilkan manusia melaui kerja. Berkenaan
dengan ini pula, maka prinsip-prinsip menjaga adilnya sirkulasi kekayaan
dan keseimbangan harta ditengah-tengah kehidupan masyarakat juga
masuk dalam konsepsi Sadr sebagaimana pemikiran ekonomi Islam
lainnya.22
6. Tanggung Jawab Pemerintah dalam Bidang Ekonomi
Menurut Sadr, fungsi pemerintah dalam bidang ekonomi terdapat
beberapa tanggung jawab. Tanggung jawab atau fungsi pemerintah dalam
bidang ekonomi tersebut antara lain berkenaan dengan pertama,
penyediaan akan terlaksananya Jaminan Sosial dalam masyarakat, kedua
berkenaan dengan tercapainya keseimbaangan social dan ketiga terkait
adannya intervensi pemerintah dalam bidang ekonomi.23
21 Ibid.22 Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 329.23 Ibid, 330.
12
![Page 13: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/13.jpg)
D. Kebijakan Fiskal di Awal Islam
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang digunakan pemerintah untuk
mengelola perekonomian ke kondisi yang lebih baik dengan cara mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dapat juga
diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang
anggaran belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian.24
Menarik untuk diketahui, bagaimana kira-kira bentuk kebijakan fiskal
pada masa rasulullah yang memegang kekuasaan pemerintahan pertama
dikota madinah. Ketika itu negara tidak mempunyai kekayaan apapun, karena
sumber penerimaan negara hampir tidak ada.
Segala kegiatan yang dilakukan oleh Rasulullah dalam awal masa
pemerintahan dilakukan berdasarkan keikhlasan sebagai bagian dari kegiatan
dakwah yang ada.25
Instrument Kebijakan fiskal pada masa Rasulullah ada empat langkah
yang dilakukan Rasulullah, diantaranya :
1. Peningkatan pendapatan nasional dan tingkat dari partisipasi kerja.
Dalam rangka meningkatkan permintaan agregat masyarakat Muslim di
Madinah, Rasulullah melakukan kebijakan mempersaudarakan kaum
Muhajirin dan Anshar. Hal ini menyebabkan terjadinya distribusi
24 M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm, 149.25 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Prenada Media Grup, 2007, hlm, 226.
13
![Page 14: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/14.jpg)
pendapatan dari kaum Anshar ke Muhajirin yang berimplikasi pada
peningkatan permintaan total di Madinah.
2. Kebijakan pajak Penerapan kebijakan pajak yang dilakukan Rasulullah
seperti Kharaj, khums, dan zakat menyebabkan teciptanya Kestabilan
harga dan mengurangi inflasi.
3. Anggaran Pengaturan APBN yang dilakukan Rasululah cermat, efektif,
dan efisien menyebabkan jarang terjadinya defisit anggaran meskipun
sering terjadi peperangan.
4. Kebijakan fiskal khusus Rasulullah menerapkan beberapa kebijakan
fiskal secara khusus untuk pengeluaran Negara yaitu : menerima
bantuan kaum muslimin secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan
pasukan muslim; meminjam peralatan dari kaum non muslim secara
Cuma-Cuma dengan jaminan pengembalian dan ganti rugi bila terjadi
kerusakan; meminjam uang dari orang-orang tertentu untuk diberikan
kepada para muallaf, serta menerapkan kebijakan insentif untuk
menjaga pengeluaran dan meningkatkan partisipasi kerja dan produksi
kaum muslimin.26
E. Uang dan Kebijakan Moneter di Awal Periode Islam
26 Freedom, kebijakan fiskal pada awal pemerintahan islam,didownload dari http://ahmadaka.blogspot.com/2011/11/kebijakan-fiskal-pada-awal-pemerintahan.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.
14
![Page 15: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/15.jpg)
1. Perkembangan Perniagaan dan Uang Di Masa Islam27
Pra berdirinya pemerintah Islam, jazirah Arab dikenal sebagai salah
satu jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Eropa dan
Asia. Pergerakan perdagangan yang menghubungkan benua tersebut sejak
ribuan tahun lalu dikenal sebagai Jalur Sutera (Silk Road). Berabad-abad
yang lalu, beberapa agama-agama di dunia bergerak dan berkembang
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan jalur lalu lintas
perdagangan yang diperkuat pula oleh bertambahnya populasi manusia.
Pada awal tahun 600 M sebelum Islam di Arab bagian selatan, hadir
seorang pemuda yang dikenal sebagai pedagang di masa mudanya,
sebelum diutus sebagai Nabi dan Rasul terakhir setelah Nabi Isa as, yang
merupakan keturunan dari Nabi Ismail as, anak dari Nabi Ibrahim as. Di
masa Islam telah jaya di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad Saw,
menghadirkn sebuah model kepemimpinan Islam yang bernilai tinggi
dalam aktivitas komersial yang tidak dapat dibandingkan dengan
kebudayaan manapun di masa itu.
Sebelum Pemerintahan Islam terbentuk di Jazirah Arab waktu itu,
Romawi dan Persia telah menguasai dan berpengaruh banyak pada
wilayah Arab waktu itu. Sehingga, dinar dan dirham sudah cukup dikenal
dan dipergunakan dalam setiap transaksi perdagangan oleh pedagang-
pedagang Arab kala itu.
27 Uang dan Kebijakan Moneter pada awal Pemerintahan Islam, http://syarifhidayat92mks.blogspot.com/2011/04/uang-dan-kebijakan-moneter-pada-awal.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.
15
![Page 16: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/16.jpg)
Koin dinar dan dirham secara fisik memiliki berat yang tetap serta
kandungan emas dan peraknya juga tetap. Namun sempat terjadi
perubahan setelah masa-masa pemerintahan Islam berganti oleh dinasti-
dinasti berkuasa, seperti pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah, koin
dinar dan dirham mengalami perubahan berat dari sebelumnya.
Selain menggunakan dinar dan dirham, pada awal masa
pemerintahan Islam juga menggunakan metode pembayaran kredit. Pada
masa pemerintahan Umar bin Khattab, kredit yang dituangkan dalam
bentuk surat-surat utang diterbitkan oleh pemerintah untuk dipergunakan
oleh negara dan masyarakat yang melakukan transaksi perdagangan
dengan nilai yang besar dan membutuhkan jarak yang jauh, oleh
karenanya penggunaan logam dinar dan dirham akan menyulitkan.
2. Instrumen Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan
perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan dengan mengatur jumlah
uang yang beredar. Kondisi lebih baik disini adalah dengan meningkatkan
output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga.28
Menurut mazhab Baqir as-Sadr atau Iqtishaduna, pada awal masa
Islam dapat dikatakan bahwa tidak diperlukan suatu kebijakan moneter
dikarenakan hampir tidak adanya sistem perbankan dan minimnya
penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan
perubahan-perubahan terhadap penawaran uang (Ms) melalui kebijakan
28 M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm, 130.
16
![Page 17: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/17.jpg)
diskresioner. Selain itu, kredit tidak memiliki peran dalam penciptaan
uang, karena kredit hanya digunakan diantara para pedagang saja.29
Sistem yang diterapkan oleh pemerintah yang berhubungan dengan
konsumsi, tabungan dan investasi, serta perdagangan telah menciptakan
instrumen otomatis untuk pelaksanaan kebijakan moneter.30
BAB III
29 Adiwarman A. Karim , Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm, 225.30 Ibid, 226.
17
![Page 18: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/18.jpg)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mazhab Baqir as-Sadr yang dipelopori oleh Baqir as-Sadr dengan
tokoh-tokohnya seperti Abbas Mirakhor, Baqir al-Hasani, Kadim as-Sadr,
IrajToutounchian, Hedayati dan lainnya. Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu
ekonomi tidak akan pernah bisa sejalan dengan Islam. Keduanya tidak pernah
dapat disatukan karena berangkat dari filosofi yang saling kontradiktif yaitu;
yang satu berlandaskan Islam dan satunya lagi anti dengan Islam. Sejalan
dengan itu semua teori yang dikembangkan oleh ekonomi konvensional
ditolak dan dibuang. Sebagai gantinya mazhab ini berusaha untuk menyusun
teori-teori baru dalam ekonomi yang langsung digali dan langsung dideduksi
dari Al Quran dan As-Sunnah.
Madzhab ini menolak pernyataan Ilmu ekonomi yang menyebutkan
bahwa sumber daya alam terbatas, karena menurutnya sumber daya ada
tidaklah terbatas. Alasan yang digunakan oleh madzhab ini adalah kalimat
Allah SWT yang menyebutkan “sungguh telah kami ciptakan segala sesuatu
dalam ukuran yang setepat-tepatnya (Qs: al-Qamar 49). Dengan demikian,
mereka memiliki pemikiran bahwa Allah SWT telah memberikan sumber
daya alam yang cukup bagi umat manusia di kehidupan duniawi sehingga
tidak alasan bagi siapapun mengatakan bahwa sumber daya yang ada terbatas.
Serta, pendapat bahwa keinginan manusia tidak terbatas juga ditolak
oleh madzhab Baqir ini, sebagai contoh: bahwa manusia akan berhenti minum
18
![Page 19: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/19.jpg)
jika dahaganya telah terpuaskan. Yang mana sejalan dengan teori LDMU
(law diminishing marginal utility) yang mana jika keinginannya terpuaskan
lalu tetap ditambah lagi yang ada bukannya menjadikan dia semakin
terpuaskan, malah semakin bosan yang akhirnya tidak menggunakannya sama
sekali.
Madzhab Baqir berpendapat bahwa permasalahan yang muncul dalam
ekonomi bukanlah dikarenakan oleh kedua hal yang telah dipaparkan di atas
(sumber daya yang langka maupun kepuasan tak terbatas manusia itu sendiri)
melainkan di karenakan keserakahan manusia yang tidak terbatas dan karena
distribusi yang tidak merata dan adil. Yang terjadi, yang kuat menindas yang
lemah. Yang kuat memiliki akses untuk mendapatkan sumber daya sehingga
menjadi sangat kaya dan yang lemah sebaliknya, mereka sama sekali tidak
memiliki akses dan senantiasa selalu dalam kemiskinannya.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, dalam penulisan makalah ini
kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan agar dalam penulisan makalah
yang selanjutnya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
19
![Page 20: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/20.jpg)
Al-Arif, M. Nur Rianto. (2010). Teori Makroekonomi Islam. Bandung: Alfabeta.
Chamid, Nur. (2010). Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ekonomi Islam dalam Pandangan Baqir As-Shadr (Penulis Buku
Iqtishaduna ‘Iran’), http://hmiekonomi.wordpress.com/2010/08/03/ekonomi-
islam-dalam-pandangan-baqir-as-shadr-penulis-buku-iqtishaduna-iran/, diakses
tanggal 7 Desember 2012.
Freedom, kebijakan fiskal pada awal pemerintahan islam,didownload dari
http://ahmadaka.blogspot.com/2011/11/kebijakan-fiskal-pada-awal-
pemerintahan.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.
Karim, Adiwarman A.. (2007). Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm, 130.
Muhammad Hambali, Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-sadr,
http://marx83.wordpress.com/2009/01/12/pemikiran-ekonomi-muhammad-baqir-
ash-sadr/, diakses tanggal 7 Desember 2012.
Nasution, Mustafa Edwin, dkk. (2007). Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam.
Prenada Media Grup.
20
![Page 21: Bab ii](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062307/55829124d8b42ac9798b5218/html5/thumbnails/21.jpg)
Pemikiran Al-Maududi dan Baqir Al-Sadr Tentang Ekonomi Islam,
http://syafaatmuhari.wordpress.com/2011/09/05/pemikiran-al-maududi-dan-baqir-
al-sadr-tentang-ekonomi-islam/, diakses tanggal 7 Desember 2012.
Pemikiran Muhammad Baqir as-sadr,
http://rintihanqolbi.blogspot.com/2012/08/pemikiran-muhammad-baqir-as-
sadr.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.
SekilasTentang Mazhab dalam Ekonomi Islam,
http://ke-kampus.blogspot.com/2009/06/sekilas-tentang-mahzab-dalam-
ekonomi.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.
Selintas Pemikiran Madzhab Baqir as-Sadr,
http://dhiyatheadventurer.blogspot.com/2012/10/selintas-pemikiran-madzhab-
baqir-as-sadr.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.
Uang dan Kebijakan Moneter pada awal Pemerintahan Islam,
http://syarifhidayat92mks.blogspot.com/2011/04/uang-dan-kebijakan-moneter-
pada-awal.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.
21