bab ii

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Distribusi pendapatan merupakan permasalahan yang sangat rumit, hingga saat ini masih sering dijadikan bahan perdebatan antara ahli ekonomi. Sistem ekonomi kapitalis memandang seorang individu dapat secara bebas mengumpulkan dan menghasilkan kekayaan (pendapatan) dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki serta tidak ada batasan untuk memanfaatkan dan membagi harta yang dimiliki. Muhammad Baqir Ash-Sadr sebagai salah satu tokoh intelektual muslim kontemporer dewasa ini, hadir dengan gagasan original yang mencoba menawarkan gagasan sistem ekonomi Islam yang digali dari 1

Upload: taupik-milanisti

Post on 18-Jun-2015

596 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Distribusi pendapatan merupakan permasalahan yang sangat

rumit, hingga saat ini masih sering dijadikan bahan perdebatan

antara ahli ekonomi. Sistem ekonomi kapitalis memandang

seorang individu dapat secara bebas mengumpulkan dan

menghasilkan kekayaan (pendapatan) dengan menggunakan

kemampuan yang dimiliki serta tidak ada batasan untuk

memanfaatkan dan membagi harta yang dimiliki.

Muhammad Baqir Ash-Sadr sebagai salah satu tokoh intelektual

muslim kontemporer dewasa ini, hadir dengan gagasan original yang

mencoba menawarkan gagasan sistem ekonomi Islam yang digali dari

landasan doktrinal Islam yakni al-Qur’an dan al-Hadis. Sadr tidak sepakat

bahwa ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang sama seperti sistem

ekonomi sebelumnya seperti kapitalisme dan sosialisme.

Dalam pada itu, magnum opus yang menjadi dedikasi luar biasa Sadr

terhadap pemikiran ekonomi Islam diwujudkan dalam Iqtishaduna yang telah

diterjemahkan kedalam beberapa bahasa sampai saat ini. Our Economic

merupakan salah satu bentuk transformasi bahasa tersebut. Banyak tokoh

cendikiawan muslim yang merasa bahwa melalui Iqtishaduna dapat

1

Page 2: Bab ii

ditemukan bagaimana seharusnya sistem ekonomi Islam . Syafi’I Antonio

semisal sebagai pakar ekonomi Islam yang mashur di Indonesia, menyatakan

karya Baqir Sadr ini merupakan karya pionir yang cukup komperhensif dalam

literature ekonomi Islam.

Dari paparan di atas, makalah ini bermaksud mendiskripsikan

bagaimana sebenarnya pemikiran ekonomi Islam dalam mazhab Baqir as-

Sadr. Terdapat beberapa fokus pembahasan dalam makalah ini terkait dengan

pokok pikiran ekonomi Islam Baqir Sadr yang meliputi pertama, difinisi

ekonomi Islam (usaha penemuan doktrin ekonomi Islam). Kedua,

karakteristik ekonomi Islam. Ketiga, teori produksi. Ke-empat, teori distribusi

kekayaan, dan kelima, Tanggung jawab pemerintah dalam bidang ekonomi,

serta kebijakan fiskal dan juga kebijakan moneter di awal Islam.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pokok pemikiran Ekonomi Islam dalam mazhab Baqir as-

sadr?

2. Bagaimana kebijakan fiskal di awal pemerintahan Islam?

3. Bagaimana kebijakan moneter di awal Islam?

2

Page 3: Bab ii

BAB II

PEMBAHASAN

MAZHAB BAQIR AS-SADR

A. Biografi Baqir as-Sadr

Nama lengkapnya adalah asy-Syahid Muhammad Baqir as-Sadr. Lahir

di Khadhimiyeh di sebuah daerah Baghdad pada tahun 1935. Sadr merupakan

salah seorang keturunan dari keluarga serjana dan intelektual yang menganut

paham syiah. Oleh karena itu sangat wajar manakala ia menjadi salah seorang

pemikir kontemporer yang mendapatkan perhatian yang besar dari kalangan

umat Islam dan Non-Muslim.1

Ia amat menonjol dalam prestasi intelektualnya, sehingga pada umur 20

tahun telah memperoleh derajat mujtahid mutlaq, dan selanjutnya meningkat

lagi ke tingkat otoritas tertinggi marja (otoritas pembeda). Otoritas intelektual

dan spiritual di dalam tradisi Islam tersebut juga terwujud di dalam tulisan-

tulisan Sadr, dan di dalam karyanya Iqtishaduna (Ekonomi Kita) ia

menunjukkan metodologi pernyataan tegas yang independen tetapi memenuhi

syarat.2

Meskipun Sadr berlatar belakang tradisional , Sadr tidak pernah

dipisahkan dari isu-isu hari ini. Perhatian intelektualnya yang sangat tajam

1 Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 321. 2 Pemikiran Muhammad Baqir as-sadr, http://rintihanqolbi.blogspot.com/2012/08/pemikiran-muhammad-baqir-as-sadr.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.

3

Page 4: Bab ii

menginspirasinya untuk mendalami filsafat kontemporer, ekonomi, sosiologi,

sejarah dan hukum. Sama seperti Taleghani, seorang ulama yang aktif. Sadr

terus menerus menyuarakan pandangan-pandangan tentang kondisi umat

Muslim dan menyuarakan tentang perlunya untuk bebas, tidak hanya dari

kolonialisme ekonomi dan politis, tetapi juga dari “ fikiran dan memikirkan

kekuasaan” . Kementerian agama di Iraq menyarankan Beliau untuk

mendirikan Hizb ad-Da’wah Al Islamiyyah, sebuah partai yang bersama-

sama membawa pemimpin agama dan pemuda bangsa, yang bertujuan utama

untuk melawan gelombang dari sosialisme Ba’ath yang mengambil kendali

politis di tahun 1958 . Di bukunya Falsafatuna (filsafat kita) dan Iqtisaduna,

Sadr menawarkan suatu kritik komparatif terhadap kapitalisme dan

sosialisme, dan menawarkan suatu solusi pemikiran yang islami dan

kerangka-kerangka dari suatu sistem ekonomi islam.3

B. Selintas Pemikiran Madzhab Baqir as-Sadr

Mazhab Baqir as-Sadr yang dipelopori oleh Baqir as-Sadr dengan

tokoh-tokohnya seperti Abbas Mirakhor, Baqir al-Hasani, Kadim as-Sadr,

IrajToutounchian, Hedayati dan lainnya. Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu

ekonomi tidak akan pernah bisa sejalan dengan Islam. Keduanya tidak pernah

dapat disatukan karena berangkat dari filosofi yang saling kontradiktif  yaitu;

yang satu berlandaskan Islam dan satunya lagi anti dengan Islam. Sejalan

dengan itu semua teori yang dikembangkan oleh ekonomi konvensional

3 Ekonomi Islam dalam Pandangan Baqir As-Shadr (Penulis Buku Iqtishaduna ‘Iran’), http://hmiekonomi.wordpress.com/2010/08/03/ekonomi-islam-dalam-pandangan-baqir-as-shadr-penulis-buku-iqtishaduna-iran/, diakses tanggal 7 Desember 2012.

4

Page 5: Bab ii

ditolak dan dibuang. Sebagai gantinya mazhab ini berusaha untuk menyusun

teori-teori baru dalam ekonomi yang langsung digali dan langsung dideduksi

dari Al Quran dan As-Sunnah.4

Madzhab ini menolak pernyataan Ilmu ekonomi yang menyebutkan

bahwa sumber daya alam terbatas, karena menurutnya sumber daya ada

tidaklah terbatas. Alasan yang digunakan oleh madzhab ini adalah kalimat

Allah SWT yang menyebutkan “sungguh telah kami ciptakan segala sesuatu

dalam ukuran yang setepat-tepatnya (Qs: al-Qamar 49). Dengan demikian,

mereka memiliki pemikiran bahwa Allah SWT telah memberikan sumber

daya alam yang cukup bagi umat manusia di kehidupan duniawi sehingga

tidak alasan bagi siapapun mengatakan bahwa sumber daya yang ada

terbatas.5

Madzhab Baqir berpendapat bahwa permasalahan yang muncul dalam

ekonomi bukanlah dikarenakan oleh kedua hal yang telah dipaparkan di atas

(sumber daya yang langka maupun kepuasan tak terbatas manusia itu sendiri)

melainkan di karenakan keserakahan manusia yang tidak terbatas dan karena

distribusi yang tidak merata dan adil. Yang terjadi, yang kuat menindas yang

lemah. Yang kuat memiliki akses untuk mendapatkan sumber daya sehingga

menjadi sangat kaya dan yang lemah sebaliknya, mereka sama sekali tidak

memiliki akses dan senantiasa selalu dalam kemiskinannya.6

4 SekilasTentang Mazhab dalam Ekonomi Islam, http://ke-kampus.blogspot.com/2009/06/sekilas-tentang-mahzab-dalam-ekonomi.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.5 Selintas Pemikiran Madzhab Baqir as-Sadr, http://dhiyatheadventurer.blogspot.com/2012/10/selintas-pemikiran-madzhab-baqir-as-sadr.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.6 Ibid.

5

Page 6: Bab ii

Seperti yang telah dipaparkan pada paragraf pertama yang mana istilah

ekonomi Islam tidak mereka setujui maka mereke menawarkan istilah baru

yang berasal dari filosofi Islam, yakni “IQTISHAD”. Iqtishad bukan sekedar

terjemahan dari ekonomi, ia berasal dari bahasa arab (Qasd) yang secara

harfiah berarti “equilibrium” keadaan sama atau seimbang.7

C. Pokok Pemikiran Ekonomi Islam Baqir as-Sadr

1. Definisi Ekonomi Islam

Dalam mendifinisikan ekonomi Islam, Baqir Sadr mencoba

memberikan sebuah intepretasi baru yang bisa dikatakan original.

Pendifinisian tersebut di mulai dari membangun kerangka dasar dengan

membuat perbedaan yang signifikan antara ilmu ekonomi dan doktrin

ekonomi.8

Menurut Sadr, ilmu ekonomi merupakan ilmu yang berhubungan

dengan penjelasan terperinci perihal kehidupan ekonomi, peristiwa-

peristiwanya, gejala-gejala (fenomena-fenomena) lahiriahnya, serta

hubungan antara peristiwa-peristiwa dan fenomena-fenomena tersebut

dengan sebab-sebab dan factor-faktor umum yang memepengaruhinya.9

Sadr menyimpulkan bahwa ekonomi Islam merupakan sebuah

doktrin dan bukan merupakan suatu ilmu penegetahuan, karena ia adalah

cara yang direkomendasiakan Islam dalam mengejar kehidupan ekonomi,

7 Ibid.8 Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 322.9 Ibid, 322.

6

Page 7: Bab ii

bukan merupakan suatu penafsiran yang dengannya Islam menjelaskan

peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ekonomi dan hokum-

hukum yang berlaku didalamnya.10

2. Karakteristik Umum dari Sistem Ekonomi Islam

Dengan definisi ekonomi Islam menurut Baqir as-Sadr di atas,

selanjutnya akan dijelaskan tentang beberapa karakteristik ekonomi Islam

yang telah dirumuskan oleh Bair as-Sadr. Karakteristik yang telah

dirumuskan Baqir as-Sadr tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Konsep Kepemilikan Multi Jenis

Baqir as-Sadr berpandangan bahwa ekonomi Islam memiliki konsep

kepemilikan yang dikatakan sebagai kepemilikan multi jenis. Bentuk

kepemilikan tersebut dirumuskan dalam 2 kelompok yakni bentuk

kepemilikan swasta (private) dan kepemilikan bersama yang terbagi

menjadi dua bentuk kepemilikan yakni kepemilikan public dan

kepemilikan Negara.

Kepemilikan swasta (private) dalam pandangan Sadr hanya terbatas

pada hak memakai dan adanya prioritas untuk menggunakan serta

hak untuk melarang orang lain untuk menggunakan sesuatu yang

telah menjadi miliknya. Dalam hal ini, Sadr dan seluruh pemikir

ekonomi baik klasik maupun kontemporer sepakat bahwa yang

dimiliki oleh manusia hanyalah sebatas kepemilikan sementara,

10 Muhammad Hambali, Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-sadr, http://marx83.wordpress.com/2009/01/12/pemikiran-ekonomi-muhammad-baqir-ash-sadr/, diakses tanggal 7 Desember 2012.

7

Page 8: Bab ii

sedangkan kepemilikan yang mutlak hanya terdapat pada Allah

SWT.11

Bentuk kepemilikan kedua adalah kepemilikan bersama. Dalam hal

ini seperti diatas telah disinggung bahwa bentuk kepemilikan

bersama ini terbagimenjadi dua jenis yakni kepemilikan public dan

kepemilikan Negara. Perbedaan kepemilikan public dengan

kepemilikan Negara adalah terletak pada tata cara pengelolaannya.12

b. Peran Negara dalam Perekonomian

Negara memiliki kekuasaan sehingga mempunyai tanggung jawab

yang besar untuk memastikan bahwasannya keadilan berlaku.

Diantaranya ialah fungsi-fungsi sebagai berikut:

Distribusi sumber daya alam kepada individu ysng berdasarkan

pada keinginan dan kepastian untuk bekerja.

Pelaksanaan yang tepat sesuai dengan undang-undang yang sah

pada penggunaan sumber daya.

Memastikan keseimbangan sosial.

Jadi intinya, Negara harus memenuhi standar kehidupan masyarakat

yang seimbang secara keseluruhan. Negara pun harus memberikan

keamanan social serta memastikan keseimbangan social dan

keamana secara keseluruhan. Sehingga masyarakat percaya bahwa

11 Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 324.12 Muhammad Hambali, Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-sadr, http://marx83.wordpress.com/2009/01/12/pemikiran-ekonomi-muhammad-baqir-ash-sadr/, diakses tanggal 7 Desember 2012.

8

Page 9: Bab ii

Negara yang menjalankan tugas sebgagai pengatur keseimbangan

ekonomi masyarakat secara keseluruhan.13

c. Larangan Riba dan Pengimplementasi Zakat

Sebagaimana pemikiran ekonom muslim lain, Sadr juga berpendapat

bahwa riba adalah sesuatu yang harus dijauhkan dari interaksi

ekonomi masyarakat. Sedangkan zakat merupakan instrument

setrategis yang dapat membantu merealisasikan kesejahteraan

ditengah-tengah kehidupan masyarakat.14

Perihal implementasi zakat, Sadr melihatnya sebagai suatu tugas dari

negara. bersama-sama dengan zakat, ia juga mendiskusikan

khums(dimana bersama-sama dengan zakat ditetapkan sebagai pajak

tetap), fay’ dan anfal, seperti juga pajak yang lain yang dapat

dikumpulkan dan dibelanjakan untuk tujuan-tujuan mengurangi

kemiskinan dan untuk menciptakan keseimbangan sosial.15

3. Pandangan Islam tentang Masalah Ekonomi

13 Pemikiran Al-Maududi dan Baqir Al-Sadr Tentang Ekonomi Islam, http://syafaatmuhari.wordpress.com/2011/09/05/pemikiran-al-maududi-dan-baqir-al-sadr-tentang-ekonomi-islam/, diakses tanggal 7 Desember 2012.14 Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 325.15 Ekonomi Islam dalam Pandangan Baqir As-Shadr (Penulis Buku Iqtishaduna ‘Iran’), http://hmiekonomi.wordpress.com/2010/08/03/ekonomi-islam-dalam-pandangan-baqir-as-shadr-penulis-buku-iqtishaduna-iran/, diakses tanggal 7 Desember 2012.

9

Page 10: Bab ii

Menurut Sadr, masalah-masalah ekonomi lahir bukan disebabkan

oleh kelangkaan sumber-sumber material ataupun terbatasnya kekayaan

alam. Hal ini didukung dengan dalil Al-Qur’an surat Al-Qomar ayat 49:16

�َق�َد�ٍر� ِب �اُه� �َق�َن َل َخ� ْي�ٍء� َش� �َّل� ُك �ا �َّن ِإ

Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut

ukuran.”

Sadr berpendapat bahwa permasalah ekonomi muncul karena

disebabkan oleh dua faktor yang mendasar. Pertama adalah karena

perilaku manusia yang melakukan kezaliman dan kedua kerena

mengingkari nikmat Allah SWT.17

4. Teori Produksi

Dalam aktivitas produksi Sadr, mengklasifikasi dua aspek yang

mendasari terjadinya aktivitas produksi. Pertama adalah aspek obyektif

atau aspek ilmiah yang berhubungan dengan sisi teknis dan ekonomis yang

terdiri atas sarana-sarana yang digunakan, kekayaan alam yang diolah, dan

kerja yang dicurahkan dalam aktivitas produksi.18

Kedua adalah aspek subyaktif . Yaitu aspek yang terdiri atas motif

psikologis, tujuan yang hendak dicapai lewat aktifitas produksi, dan

16 Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 325.17 Ibid, 326.18 Ibid, 327.

10

Page 11: Bab ii

evaluasi aktivitas produksi menurut berbagai konsepsi keadilan yang

dianut. Sisi obyektif aktivitas produksi adalah subyek kajian ilmu ekonomi

baik secara khusus maupun dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan

lainnya guna menemukan hukum-hukum umum yang mengendalikan

sarana-sarana produksi dan kekayaan alam supaya dalam satu kondisi

manusia dapat menguasai hokum-hukum tersebut dan memanfaatkannya

untuk mengorganisasi sisi obyektif produksi secara lebih baik dan lebih

sukses.19

Selain hal di atas, Sadr berpendapat bahwa sumber asli produksi

dijabarkan dalam tiga kelompok yang terdiri atas alam, modal dan kerja.

Adapun sumber alam yang dipergunakan untuk aktivitas produksi Sadr

membaginya kembali kedalam tiga kelompok, yakni tanah, substansi-

substansi primer dan aliran air.

Dalam rangka mewujutkan pertumbuhan produksi, Sadr

menawarkan dua strategi. Startegi tersebut terdiri atas strategi

doctrinal/intelektual dan strategi legislatife/hukum.20

5. Distribusi Kekayaan

19 Ibid, 327. 20 Muhammad Hambali, Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-sadr, http://marx83.wordpress.com/2009/01/12/pemikiran-ekonomi-muhammad-baqir-ash-sadr/, diakses tanggal 7 Desember 2012.

11

Page 12: Bab ii

Dalam pemikiran Sadr, distribusi kekayaan berjalan pada dua

tingkatan, yang pertama adalah distribusi sumber-sumber produksi dan

yang kedua adalah distribusi kekayaan produktif. Pokok pikiran yang di

maksud Sadr, sebagai sumber-sumber produktif adalah terkait dengan

tanah, bahan-bahan mentah, alat-lat dan mesin yang dibutuhkan untuk

memproduksi beragam barang dan komoditas.21

Sedangkan yang termasuk dengan kekayaan produktif hasil dari

proses pengolahan atau hasil dari aktivitas produksi melalui kombinasi

sumber-sumber produsi yang di hasilkan manusia melaui kerja. Berkenaan

dengan ini pula, maka prinsip-prinsip menjaga adilnya sirkulasi kekayaan

dan keseimbangan harta ditengah-tengah kehidupan masyarakat juga

masuk dalam konsepsi Sadr sebagaimana pemikiran ekonomi Islam

lainnya.22

6. Tanggung Jawab Pemerintah dalam Bidang Ekonomi

Menurut Sadr, fungsi pemerintah dalam bidang ekonomi terdapat

beberapa tanggung jawab. Tanggung jawab atau fungsi pemerintah dalam

bidang ekonomi tersebut antara lain berkenaan dengan pertama,

penyediaan akan terlaksananya Jaminan Sosial dalam masyarakat, kedua

berkenaan dengan tercapainya keseimbaangan social dan ketiga terkait

adannya intervensi pemerintah dalam bidang ekonomi.23

21 Ibid.22 Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 329.23 Ibid, 330.

12

Page 13: Bab ii

D. Kebijakan Fiskal di Awal Islam

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang digunakan pemerintah untuk

mengelola perekonomian ke kondisi yang lebih baik dengan cara mengubah

penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dapat juga

diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang

anggaran belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya

perekonomian.24

Menarik untuk diketahui, bagaimana kira-kira bentuk kebijakan fiskal

pada masa rasulullah yang memegang kekuasaan pemerintahan pertama

dikota madinah. Ketika itu negara tidak mempunyai kekayaan apapun, karena

sumber penerimaan negara hampir tidak ada.

Segala kegiatan yang dilakukan oleh Rasulullah dalam awal masa

pemerintahan dilakukan berdasarkan keikhlasan sebagai bagian dari kegiatan

dakwah yang ada.25

Instrument Kebijakan fiskal pada masa Rasulullah ada empat langkah

yang dilakukan Rasulullah, diantaranya :

1. Peningkatan pendapatan nasional dan tingkat dari partisipasi kerja.

Dalam rangka meningkatkan permintaan agregat masyarakat Muslim di

Madinah, Rasulullah melakukan kebijakan mempersaudarakan kaum

Muhajirin dan Anshar. Hal ini menyebabkan terjadinya distribusi

24 M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm, 149.25 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Prenada Media Grup, 2007, hlm, 226.

13

Page 14: Bab ii

pendapatan dari kaum Anshar ke Muhajirin yang berimplikasi pada

peningkatan permintaan total di Madinah.

2. Kebijakan pajak Penerapan kebijakan pajak yang dilakukan Rasulullah

seperti Kharaj, khums, dan zakat menyebabkan teciptanya Kestabilan

harga dan mengurangi inflasi.

3. Anggaran Pengaturan APBN yang dilakukan Rasululah cermat, efektif,

dan efisien menyebabkan jarang terjadinya defisit anggaran meskipun

sering terjadi peperangan.

4. Kebijakan fiskal khusus Rasulullah menerapkan beberapa kebijakan

fiskal secara khusus untuk pengeluaran Negara yaitu : menerima

bantuan kaum muslimin secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan

pasukan muslim; meminjam peralatan dari kaum non muslim secara

Cuma-Cuma dengan jaminan pengembalian dan ganti rugi bila terjadi

kerusakan; meminjam uang dari orang-orang tertentu untuk diberikan

kepada para muallaf, serta menerapkan kebijakan insentif untuk

menjaga pengeluaran dan meningkatkan partisipasi kerja dan produksi

kaum muslimin.26

E. Uang dan Kebijakan Moneter di Awal Periode Islam

26 Freedom, kebijakan fiskal pada awal pemerintahan islam,didownload dari http://ahmadaka.blogspot.com/2011/11/kebijakan-fiskal-pada-awal-pemerintahan.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.

14

Page 15: Bab ii

1. Perkembangan Perniagaan dan Uang Di Masa Islam27

Pra berdirinya pemerintah Islam, jazirah Arab dikenal sebagai salah

satu jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Eropa dan

Asia. Pergerakan perdagangan yang menghubungkan benua tersebut sejak

ribuan tahun lalu dikenal sebagai Jalur Sutera (Silk Road). Berabad-abad

yang lalu, beberapa agama-agama di dunia bergerak dan berkembang

seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan jalur lalu lintas

perdagangan yang diperkuat pula oleh bertambahnya populasi manusia.

Pada awal tahun 600 M sebelum Islam di Arab bagian selatan, hadir

seorang pemuda yang dikenal sebagai pedagang di masa mudanya,

sebelum diutus sebagai Nabi dan Rasul terakhir setelah Nabi Isa as, yang

merupakan keturunan dari Nabi Ismail as, anak dari Nabi Ibrahim as. Di

masa Islam telah jaya di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad Saw,

menghadirkn sebuah model kepemimpinan Islam yang bernilai tinggi

dalam aktivitas komersial yang tidak dapat dibandingkan dengan

kebudayaan manapun di masa itu.

Sebelum Pemerintahan Islam terbentuk di Jazirah Arab waktu itu,

Romawi dan Persia telah menguasai dan berpengaruh banyak pada

wilayah Arab waktu itu. Sehingga, dinar dan dirham sudah cukup dikenal

dan dipergunakan dalam setiap transaksi perdagangan oleh pedagang-

pedagang Arab kala itu.

27 Uang dan Kebijakan Moneter pada awal Pemerintahan Islam, http://syarifhidayat92mks.blogspot.com/2011/04/uang-dan-kebijakan-moneter-pada-awal.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.

15

Page 16: Bab ii

Koin dinar dan dirham secara fisik memiliki berat yang tetap serta

kandungan emas dan peraknya juga tetap. Namun sempat terjadi

perubahan setelah masa-masa pemerintahan Islam berganti oleh dinasti-

dinasti berkuasa, seperti pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah, koin

dinar dan dirham mengalami perubahan berat dari sebelumnya.

Selain menggunakan dinar dan dirham, pada awal masa

pemerintahan Islam juga menggunakan metode pembayaran kredit. Pada

masa pemerintahan Umar bin Khattab, kredit yang dituangkan dalam

bentuk surat-surat utang diterbitkan oleh pemerintah untuk dipergunakan

oleh negara dan masyarakat yang melakukan transaksi perdagangan

dengan nilai yang besar dan membutuhkan jarak yang jauh, oleh

karenanya penggunaan logam dinar dan dirham akan menyulitkan.

2. Instrumen Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan

perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan dengan mengatur jumlah

uang yang beredar. Kondisi lebih baik disini adalah dengan meningkatkan

output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga.28

Menurut mazhab Baqir as-Sadr atau Iqtishaduna, pada awal masa

Islam dapat dikatakan bahwa tidak diperlukan suatu kebijakan moneter

dikarenakan hampir tidak adanya sistem perbankan dan minimnya

penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan

perubahan-perubahan terhadap penawaran uang (Ms) melalui kebijakan

28 M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm, 130.

16

Page 17: Bab ii

diskresioner. Selain itu, kredit tidak memiliki peran dalam penciptaan

uang, karena kredit hanya digunakan diantara para pedagang saja.29

Sistem yang diterapkan oleh pemerintah yang berhubungan dengan

konsumsi, tabungan dan investasi, serta perdagangan telah menciptakan

instrumen otomatis untuk pelaksanaan kebijakan moneter.30

BAB III

29 Adiwarman A. Karim , Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm, 225.30 Ibid, 226.

17

Page 18: Bab ii

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mazhab Baqir as-Sadr yang dipelopori oleh Baqir as-Sadr dengan

tokoh-tokohnya seperti Abbas Mirakhor, Baqir al-Hasani, Kadim as-Sadr,

IrajToutounchian, Hedayati dan lainnya. Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu

ekonomi tidak akan pernah bisa sejalan dengan Islam. Keduanya tidak pernah

dapat disatukan karena berangkat dari filosofi yang saling kontradiktif yaitu;

yang satu berlandaskan Islam dan satunya lagi anti dengan Islam. Sejalan

dengan itu semua teori yang dikembangkan oleh ekonomi konvensional

ditolak dan dibuang. Sebagai gantinya mazhab ini berusaha untuk menyusun

teori-teori baru dalam ekonomi yang langsung digali dan langsung dideduksi

dari Al Quran dan As-Sunnah.

Madzhab ini menolak pernyataan Ilmu ekonomi yang menyebutkan

bahwa sumber daya alam terbatas, karena menurutnya sumber daya ada

tidaklah terbatas. Alasan yang digunakan oleh madzhab ini adalah kalimat

Allah SWT yang menyebutkan “sungguh telah kami ciptakan segala sesuatu

dalam ukuran yang setepat-tepatnya (Qs: al-Qamar 49). Dengan demikian,

mereka memiliki pemikiran bahwa Allah SWT telah memberikan sumber

daya alam yang cukup bagi umat manusia di kehidupan duniawi sehingga

tidak alasan bagi siapapun mengatakan bahwa sumber daya yang ada terbatas.

Serta, pendapat bahwa keinginan manusia tidak terbatas juga ditolak

oleh madzhab Baqir ini, sebagai contoh: bahwa manusia akan berhenti minum

18

Page 19: Bab ii

jika dahaganya telah terpuaskan. Yang mana sejalan dengan teori LDMU

(law diminishing marginal utility) yang mana jika keinginannya terpuaskan

lalu tetap ditambah lagi yang ada bukannya menjadikan dia semakin

terpuaskan, malah semakin bosan yang akhirnya tidak menggunakannya sama

sekali.

Madzhab Baqir berpendapat bahwa permasalahan yang muncul dalam

ekonomi bukanlah dikarenakan oleh kedua hal yang telah dipaparkan di atas

(sumber daya yang langka maupun kepuasan tak terbatas manusia itu sendiri)

melainkan di karenakan keserakahan manusia yang tidak terbatas dan karena

distribusi yang tidak merata dan adil. Yang terjadi, yang kuat menindas yang

lemah. Yang kuat memiliki akses untuk mendapatkan sumber daya sehingga

menjadi sangat kaya dan yang lemah sebaliknya, mereka sama sekali tidak

memiliki akses dan senantiasa selalu dalam kemiskinannya.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami susun, dalam penulisan makalah ini

kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun sangat kami harapkan agar dalam penulisan makalah

yang selanjutnya bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: Bab ii

Al-Arif, M. Nur Rianto. (2010). Teori Makroekonomi Islam. Bandung: Alfabeta.

Chamid, Nur. (2010). Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Ekonomi Islam dalam Pandangan Baqir As-Shadr (Penulis Buku

Iqtishaduna ‘Iran’), http://hmiekonomi.wordpress.com/2010/08/03/ekonomi-

islam-dalam-pandangan-baqir-as-shadr-penulis-buku-iqtishaduna-iran/, diakses

tanggal 7 Desember 2012.

Freedom, kebijakan fiskal pada awal pemerintahan islam,didownload dari

http://ahmadaka.blogspot.com/2011/11/kebijakan-fiskal-pada-awal-

pemerintahan.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.

Karim, Adiwarman A.. (2007). Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010),

hlm, 130.

Muhammad Hambali, Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-sadr,

http://marx83.wordpress.com/2009/01/12/pemikiran-ekonomi-muhammad-baqir-

ash-sadr/, diakses tanggal 7 Desember 2012.

Nasution, Mustafa Edwin, dkk. (2007). Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam.

Prenada Media Grup.

20

Page 21: Bab ii

Pemikiran Al-Maududi dan Baqir Al-Sadr Tentang Ekonomi Islam,

http://syafaatmuhari.wordpress.com/2011/09/05/pemikiran-al-maududi-dan-baqir-

al-sadr-tentang-ekonomi-islam/, diakses tanggal 7 Desember 2012.

Pemikiran Muhammad Baqir as-sadr,

http://rintihanqolbi.blogspot.com/2012/08/pemikiran-muhammad-baqir-as-

sadr.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.

SekilasTentang Mazhab dalam Ekonomi Islam,

http://ke-kampus.blogspot.com/2009/06/sekilas-tentang-mahzab-dalam-

ekonomi.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.

Selintas Pemikiran Madzhab Baqir as-Sadr,

http://dhiyatheadventurer.blogspot.com/2012/10/selintas-pemikiran-madzhab-

baqir-as-sadr.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.

Uang dan Kebijakan Moneter pada awal Pemerintahan Islam,

http://syarifhidayat92mks.blogspot.com/2011/04/uang-dan-kebijakan-moneter-

pada-awal.html, diakses tanggal 7 Desember 2012.

21