bab i - v dan daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan...

25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Mengelompokkan Benda sesuai dengan Ukuran Pengelompokkan benda merupakan salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan aspek perkembangan kognitif anak usia dini. Dalam proses pengelompokkan benda, anak tidak hanya mengamati benda tetapi juga berpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, bentuk, jenis, maupun warna benda tersebut. Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk berpikir secara logis dan mengasah kemampuan kognitifnya. Dasar-dasar pengelompokkan benda merupakan salah satu karakteristik dalam perkembangan kognitif anak usia dini. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009 bahwa mengelompokkan atau mengklasifikasikan benda merupakan salah satu indikator dalam tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak usia dini. a. Perkembangan Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan suatu proses perubahan yang berkesinambungan yang terjadi secara progresif dari masa kelahiran sampai usia 8 tahun (Ramli, 2005). Meskipun demikian, dalam kerangka pendidikan anak usia dini di Indonesia, pelaksanaannya ditekankan pada pelayanan pendidikan terhadap anak-anak yang berada paa masa usia lahir sampai usia 6 tahun. Masa-masa usia dini memiliki peran yang sangat penting bagi peningkatan kualitas perkembangan masa depan manusia. Hal ini terjadi karena pada masa usia dinilah semua aspek perkembangan yang terjadi secara pesat melebihi perkembangan pada masa-masa lainnya. Pada masa usia dini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dari segi fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan aspek-aspek perkembangan kepribadian lainnya. Hendrick berpendapat bahwa setiap bidang perkembangan merupakan bagian

Upload: vonga

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Mengelompokkan Benda sesuai dengan Ukuran

Pengelompokkan benda merupakan salah satu kegiatan yang dapat

mengembangkan aspek perkembangan kognitif anak usia dini. Dalam proses

pengelompokkan benda, anak tidak hanya mengamati benda tetapi juga

berpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, bentuk, jenis, maupun

warna benda tersebut. Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk

berpikir secara logis dan mengasah kemampuan kognitifnya.

Dasar-dasar pengelompokkan benda merupakan salah satu

karakteristik dalam perkembangan kognitif anak usia dini. Hal ini sesuai

dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009

bahwa mengelompokkan atau mengklasifikasikan benda merupakan salah satu

indikator dalam tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak usia dini.

a. Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan anak usia dini merupakan suatu proses perubahan

yang berkesinambungan yang terjadi secara progresif dari masa kelahiran

sampai usia 8 tahun (Ramli, 2005). Meskipun demikian, dalam kerangka

pendidikan anak usia dini di Indonesia, pelaksanaannya ditekankan pada

pelayanan pendidikan terhadap anak-anak yang berada paa masa usia lahir

sampai usia 6 tahun. Masa-masa usia dini memiliki peran yang sangat

penting bagi peningkatan kualitas perkembangan masa depan manusia. Hal

ini terjadi karena pada masa usia dinilah semua aspek perkembangan yang

terjadi secara pesat melebihi perkembangan pada masa-masa lainnya.

Pada masa usia dini anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat cepat dari segi fisik, kognitif, bahasa, sosial

emosional, dan aspek-aspek perkembangan kepribadian lainnya. Hendrick

berpendapat bahwa setiap bidang perkembangan merupakan bagian

Page 2: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

keseluruhan perkembangan suatu unit kesatuan yang terdiri atas banyak

aspek perkembangan (Ramli, 2005).

Aspek perkembangan yang terjadi pada diri anak saling berkaitan

antara satu dengan yang lainnya yaitu aspek fisik, kognitif, bahasa, dan

sosial emosional. Perkembangan pada satu aspek mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh perkembangan pada aspek yang lain.

b. Perkembangan Kognitif Anak

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan

manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua

proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari

dan memikirkan lingkungannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Myers, th

(Desmita, 2008: 103).

Senada dengan Myers, Drever menjelaskan bahwa kognisi adalah

istilah umum yang yang mencakup segenap model pemahaman, yakni

persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran.

Kemudian Chaplin juga menjelaskan bahwa kognisi adalah konsep umum

yang mencakup semua bentuk pengenal, termasuk di dalamnya mengamati,

melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan,

memperkirakan, menduga dan menilai (Desmita, 2008: 103).

Desmita memberikan pengertian bahwa kognitif adalah sebuah

istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas

mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan

informasi atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana

individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,

memperkirakan, menilai, dan memikirkan lingkungannya (2008: 103).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kognitif merupakan suatu aktivitas mental untuk beradaptasi dan

menginterpretasikan objek-objek atau kejadian di lingkungan sekitarnya.

Page 3: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan

yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif maka

anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri

pengetahuan mereka tentang dunia. Piaget meyakini bahwa anak

membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri (Desmita, 2008:

104). Anak tidak pasif menerima informasi, melainkan berperan aktif di

dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas.

Perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan anak dalam

berpikir dan kemampuan untuk memberikan alasan. Malkus, Feldman, dan

Gardner menyatakan perkembangan kognitif sebagai kapasitas untuk

bertumbuh untuk menyampaikan dan menghargai maksud dalam

penggunaan beberapa simbol yang secara kebetulan ditonjolkan dalam suatu

pengaturan. Sistem simbol tersebut meliputi kata-kata, gambaran, isyarat

dan angka-angka (Sujiono, 2009: 78).

Anak-anak tumbuh dengan mengumpulkan informasi yang semakin

banyak dari hari ke hari. Dalam perkembangan kognitif, pengetahuan

merupakan hal yang membangun dari interaksi anak-anak dengan

lingkungan mereka. Jadi perkembangan kognitif dipengaruhi oleh kedua hal

tersebut yaitu kematangan dan pengalaman.

Piaget meyakini bahwa proses-proses penting yang digunakan

anak-anak saat mereka membangun pengetahuan mereka tentang dunia

meliputi skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, keseimbangan, dan

penyeimbangan. Berikut tabel proses-proses penting tersebut menurut

Piaget dalam Santrock (2007: 243) :

Tabel 2.1

Proses-proses Perkembangan Kognitif Piaget

Proses Deskripsi Skema Aksi atau representasi mental yang

mengorganisasikan pengetahuan Asimilasi Penggabungan informasi baru ke dalam

pengetahuan yang ada (skema) Akomodasi Pembentukan skema agar sesuai dengan informasi

dan pengalaman baru

Page 4: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Organisasi Pengelompokan perilaku terisolasi menjadi sistem kognitif pada tingkat lebih tinggi yang berfungsi lancar, pengelompokkan atau pengaturan item ke dalam kategori

Penyeimbangan (equilibration)

Mekanisme perpindahan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Perpindahan terjadi ketika anak mengalami konflik kognitif atau ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam usaha memahami dunia. Akhirnya, anak menyelesaikan konflik dan mencapai keseimbangan atau ekuilibrium pikiran.

Piaget menguraikan perkembangan kognitif anak-anak dalam

beberapa langkah, yang mencakup tahap sensorimotor, tahap

praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal.

Berikut tabel deskripsi tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget

dalam Desmita (2008: 46-47).

Tabel 2.2

Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap Usia/Tahun Perilaku Sensorimotor 0 2 Bayi membangun suatu

pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.

Praoperasional 2 7 Anak mulai merepresentasikan dunia dengan pemikiran simbolis berupa kata-kata dan gambar.

Operasional Konkret

7 11 Anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret.

Operasional Formal

11 15 Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abtrak dan logis.

Melengkapi teori perkembangan kognitif di atas, Piaget membagi

tahap praoperasional menjadi 3 sub fase berpikir, yaitu:

(1) Berpikir secara simbolik, (2-4 tahun), yaitu kemampuan berfikir tentang objek dan peristiwa secara abstrak. Anak sudah dapat menggambarkan objek yang tidak ada dihadapannya.

Page 5: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Kemampuan berfikir simbolik, ditambah dengan perkembangan kemampuan bahasa dan fantasi sehingga anak mempunyai dimensi baru dalam bermain. Anak dapat manggunakan kata-katanya untuk menandai suatu objek dn membuat substitusi dari objek tersebut.

(2) Berfikir secara egosentris (2-4 tahun), anak melihat dunia dengan perspektifnya sendiri, menilai benar/tidak berdasarkan sudut pandang sendiri. Sehingga anak belum dapat meletakkan cara pandangnya dari sudut pandang orang lain.

(3) Berpikir secara intuitif (4-7 tahun), yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu (mengggambar/menyusub balok), tetapi tidak mengetahui alasan pasti mengapa melakukan hal tersebut. Pada usia ini anak sudah dapat mengklasifikasi objek sesuai dengan kelompoknya (Sujiono, 2009: 121).

Anak usia 5-6 tahun umumnya berada pada tahap akhir berpikir

praoperasional khususnya tahap berpikir intuitif. Setelah anak melewati

masa awal berpikir praoperasional yang berupa kemampuan berpikir

simbolis, maka anak-anak berkembang ke arah kemampuan berpikir intuitif,

yaitu anak mampu membuat klasifikasi meskipun sebenarnya tidak

memahami tentang mengapa dan bagaimananya. Dalam hal ini, menurut

Woolfolk, anak-anak membuat lompatan imajinatif kepada persepsi yang

benar atau penyelesaian yang dapat dilaksanakan. Secara perlahan anak-

anak mulai berpikir berdasarkan kelompok, menangani konsep-konsep

bilangan, dan melihat hubungan sederhana (Ramli, 2005: 203).

Syamsu Yusuf dalam Masitoh, dkk. (2005) mengemukakan

perkembangan kognitif pada masa prasekolah adalah sebagai berikut:

a. Mampu berpikir dengan menggunakan simbol b. Berpikir masih dibatasi oleh persepsi. Mereka meyakini apa

yang dilihatnya, dan hanya terfokus pada satu dimensi terhadap sato objek dalam waktu yang sama. Cara berfikir mereka bersifat memusat.

c. Berpikir masih kaku. Cara berfikirnya terfokus pada keadaan awal atau akhir suatu transformasi, bukan kepada tranformasi itu sendiri.

d. Anak sudah mulai mengerti dasar-dasar mengelompokkan sesuatu atas dasar satu dimensi, seperti atas kesamaan warna, bentuk, dan ukuran.

Page 6: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Berdasarkan perkembangan kognitif pada masa prasekolah di atas,

salah satu karakteristiknya adalah anak mulai mengerti dasar-dasar

mengelompokkan. Hal ini sesuai dengan ruang lingkup atau tingkat

pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun pada lingkup perkembangan

konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola yaitu

warna, bentuk dan ukuran (3 variasi); 3) mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi; 4) mengenal pola ABCD-ABCD; 5) mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling keci ke paling besar atau sebaliknya (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009).

Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak

mampu mengeksploitasi terhadap dunia sekitar melalui pancaindranya

sehingga dengan cerdas yang didapatnya tersebut anak akan dapat

melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia seutuhnya.

Proses kognisi meliputi berbagai aspek seperti persepsi, ingatan, pikiran,

simbol, penalaran dan pemecahan masalah. Sehubungan dengan hal ini

Piaget (Sujiono, 2008) berpendapat bahwa pentingnya mengembangkan

kognitif pada anak adalah sebagai berikut:

1) Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa

yang ia lihat, dengar dan rasakan sehingga anak akan memiliki

pemahaman yang utuh dan komprehensif

2) Agar anak mampu melatih ingatanya terhadap semua peristiwa dan

kejadian yang pernah dialamimya

3) Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam

rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa yang lain

4) Anak mampu memahami berbagai simbol yang tersebar di dunia

sekitarnya.

5) Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran baik yang terjadi

melalui proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah

(percobaan)

Page 7: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

6) Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya

sehingga pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong

dirinya sendiri.

c. Kemampuan Mengelompokkan Benda sesuai dengan Ukuran

Kemampuan menerima pembelajaran berbeda-beda untuk masing-

masing anak. Anak mempunyai karakter sendiri-sendiri untuk menerima

pembelajaran sesuai dengan kematangan dan tingkat perkembangannya.

Menurut Sujiono, anak harus diarahkan untuk menjadi pembelajar yang

aktif, sehingga anak akan terbiasa belajar dan mempelajari berbagai aspek

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan melalui berbagai aktivitas

mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan menyimpulkan, dan

mengemukakan sendiri berbagai hal yang ditemukan pada lingkungan

sekitar (2009).

Dari penjelasan di atas salah satu aspek dalam pembelajaran adalah

kemampuan. Desmita mendefinisikan arti ability (kemampuan atau

kecakapan) sebagai suatu potensi untuk menguasai keterampilan (2008:

257). Mohammad Zain mengartikan bahwa kemampuan adalah

kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.

Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati mendefenisikan kemampuan

sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan

pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil (Yusdi, 2011).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau potensi seseorang

individu untuk melakukan atau mengerjakan suatu hal yang ia inginkan atau

keinginannya untuk menguasai keterampilan.

Mengelompokkan atau mengadakan klasifikasi merupakan suatu

cara pengelompokkan atau pemilahan berdasarkan kategori-kategori tertentu

(Sudono, dkk., 2007). Pada proses mengelompokkan ini anak tidak hanya

mengamati benda tetapi juga berpikir dengan cara mengklasifikasi

Page 8: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

berdasarkan ukuran, bentuk, sifat-sifat benda tersebut, jenis warna, dan

sebagainya.

Senada dengan pendapat Sudono, Sarama dan Clements (2009:

314) mendefinisikan pengertian mengelompokkan atau klasifikasi

(Classification) sebagai berikut:

This category includes grouping, sorting, or categorizing by attributes. A child cleaned up the blocks on the rug, for example, by taking one block at a time and placing it in a box that contained the same size and shape of blocks. Also a girl took all the plastic bugs out of the container and sorted them by type of bug and then by color. They were classifying. Dalam kategori mengkasifikasikan meliputi kegiatan

pengelompokan, pengurutan, atau mengkategorikan berdasarkan atribut.

Anak-anak mengelompokkan atau menyortir benda-benda berdasarkan

ukuran, bentuk, jenis maupun warna.

Seefeldt dan Wasik berpendapat bahwa mengelompokkan atau

mengklasifikasi benda-benda yang serupa atau memiliki kesamaan adalah

salah satu proses yang penting untuk mengembangkan konsep bilangan

(2008: 394). Ginsburg dan Seo menyatakan supaya anak-anak mampu

mengelompokkan atau menyortir benda-benda, mereka harus

Kegiatan-kegiatan di kelas yang mendukung perkembangan kemampuan

anak-anak untuk mengelompokkan dan menyortir benda-benda ke dalam

kategori yang sama dan berbeda dapat memperkuat pengembangan konsep

pada anak.

Mengelompokkan atau menyortir merupakan pengembangan dari

kegiatan mengumpulkan benda yang dilakukan anak. Mengumpulkan benda

adalah kegiatan yang menguntungkan, karena kegiatan ini membantu

mengajarkan klasifikasi dan penghitungan yang bermanfaat. Polonsky,

Freedman, Lesher, dan Morrison berpendapat bahwa ketika anak sedang

memikirkan koleksinya dan bermain dengannya, anak-anak membentuk

Page 9: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

kategori berdasar ukuran, bentuk, tempat asal, fungsi, desain, atau ciri lain

yang semuanya merupakan bentuk pemikiran matematis (2005: 20).

Seefeldt dan Wasik (2008: 394) mengutarakan bahwa anak usia

tiga sampai lima tahun belajar menggolongkan atau mengelompokkan lewat

hal-hal sebagai berikut:

a. Menyortir alat pemainan di ruang kelas ke dalam kategori-kategori yang

sesuai.

b. Memberi anak-anak benda dalam berbagai bentuk dan ukuran serta

membimbing mereka untuk menyortir benda-benda tersebut ke dalam

kelompok yang sama.

c. Memberi anak-anak koleksi barang-barang, seperti kancing, manik-

manik, kerang. Minat anak untuk menyortir mereka ke dalam kelompok-

kelompok dan menjelaskan alasan dari keputusan-keputusan mereka.

d. Minat anak untuk menyortir diri mereka sendiri ke dalam kelompok

kesukaan mereka.

e. Dengan menggunakan benda-benda umum di ruang kelas, suruh anak

menyortir ke dalam kelompok-kelompok yang sama dan berbeda.

Keterampilan dan kecakapan mengelompokkan benda sangat

penting bagi anak, karena kegiatan ini dapat memberikan kemudahan dalam

pengelompokkan benda dan mengasah kemampuan mengamati pada anak

tentang persamaan dan perbedaan. Dalam kegiatan mengelompokkan anak-

anak menyortir benda-benda berdasarkan persamaan bentuk, ukuran, jenis

maupun warna. Manfaat dari kegiatan mengelompokkan atau menyortir ini

adalah dapat melatih anak untuk berpikir secara logis dan mengasah

kemampuan kognitifnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan mengelompokkan adalah kemampuan anak untuk

mengklasifikasikan atau menyortir benda-benda ke dalam kategori yang

sama berdasarkan bentuk, ukuran jenis maupun warna. Ciri-ciri jika anak

sudah dapat mengelompokkan adalah anak sudah mengenal ciri-ciri yang

dimiliki benda tersebut baik dari bentuk, ukuran, jenis maupun warna, anak

Page 10: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dapat mengelompokkan warna, mengelompokkan benda berdasarkan

ukuran, mengelompokkan benda berdasarkan jenis dan mengelompokkan

benda berdasarkan bentuk. Sehingga kemampuan mengelompokkan benda

sesuai dengan ukuran adalah keterampilan anak dalam mengelompokkan

benda-benda sesuai dengan ukuran benda tersebut.

Sudono, dkk. (2007: 84) memberikan acuan penilaian pada

perkembangan matematika bidang pengembangan kognitif bahwa, anak

dikatakan dapat mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran jika anak

dapat menyebutkan dan menunjukkan ukuran-ukuran benda tersebut, anak

teliti dalam membedakan ukuran benda serta anak tepat dalam

mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran.

2. Hakikat Permainan Kooperatif

a. Bermain dan Permainan Anak

Bermain dan permainan merupakan istilah yang sangat dekat

dengan dunia anak. Dalam proses pembelajaran pun bermain merupakan hal

yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan belajar anak, karena anak

bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Menurut Musfiroh

bermain dan belajar adalah satu kesatuan proses yang terjadi dalam satu

kesatuan waktu, karena di dalam bermain itulah sebenarnya terjadi proses

belajar, dan proses belajar itu terjadi dalam kegiatan bermain (2005: 35).

Hurlock mendefinisikan bahwa bermain merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa

memepertimbangkan hasil akhir (2007: 320). Bermain dilakukan secara

suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.

Parten dalam Sujiono memandang kegiatan bermain sebagai sarana

sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak

bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan

belajar secara menyenangkan (2009: 144). Selain itu, kegiatan bermain

dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup

dan lingkungan tempat di mana ia hidup.

Page 11: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Soegeng Santosa dalam Kamtini dan Tanjung (2005) berpendapat

bahwa bermain merupakan suatu kegiatan atau tingkah laku anak yang

dilakukan secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau

tidak untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, Johnson et Al

mendefinisikan bermain sebagai suatu kegiatan yang dilakukan berulang-

ulang untuk mendapatkan kesenangan (Kamtini & Tanjung, 2005).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain

adalah suatu kegiatan anak yang dilakukan secara sendirian atau

berkelompok menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu

dan mendapatkan kesenangan.

Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan

pada awal masa anak-anak. Sebab, anak-anak menghabiskan lebih banyak

waktunya di luar rumah bermain dengan teman-temannya dibanding terlibat

dalam aktivitas lain.

Hetherington dan Parke dalam Desmita (2008: 141) mendefinisikan

A nonserious and self-contained activity engaged in for

Jadi, permainan bagi anak-anak adalah

suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata

untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang

dihasilkan dari aktivitas tersebut. Menurut Schwartzman, bagi anak-anak

proses melakukan sesuatu lebih menarik daripada hasil yang akan

didapatkannya (Desmita, 2008: 141).

Piaget dan Vigotsky mendefinisikan permainan adalah suatu

aktivitas yang dapat mendorong perkembangan kognitif (Santrock, 2007)..

Bermain memungkinkan anak mempraktikkan kemampuan mereka dengan

cara menyenangkan. Sementara itu, Daniel Berlyne menggambarkan

permainan sebagai aktivitas yang seru dan menyenangkan karena permainan

dapat mendorong anak-anak untuk bereksplorasi. Permainan adalah alat

dimana anak-anak dapat menggali dan mencari informasi baru yang

mungkin tidak dilakukan di luar permainan (Santrock, 2007).

Page 12: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Senada dengan pendapat-pendapat di atas, Cosby dan Sawyer

mengemukakan bahwa permainan dapat mempengaruhi seluruh area

perkembangan anak dengan memberikan kesempatan anak untuk belajar

tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya (Sujiono, 2007: 154).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

permainan merupakan suatu aktivitas yang dapat memberikan kesenangan

dan kebebasan anak untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan menggali

bakat/potensinya, serta berkreativitas.

b. Tahapan Bermain

Kegiatan bermain memiliki tahapan-tahapan sesuai dengan tingkat

perkembangannya. Piaget dalam Kamtini dan Tanjung (2005)

mengemukakan tahapan bermain yang sejalan dengan perkembangan

kognitif anak, yaitu:

1) Sensory Motor Play (usia 3 bulan - 2 tahun)

Anak lebih banyak bereksplorasi dengan kemampuan sensorik yang

dikuasainya untuk mendapatkan pengalaman baru.

2) Symbolic (Make Believe Play) (usia 2-7 tahun)

Anak senang bermain dan berkhayal serta bermain pura-pura. Pada masa

ini anak mulai mencoba berbagai hal yang berkaitan dengan konsep

angka, ruang, kuantitas dan sebagainya.

3) Social Play Games with Rules (usia 8-11 tahun)

Kegiatan bermain anak banyak dikendalikan oleh aturan permainan yang

disepakati dengan teman-teman sebayanya,

4) Games with Rules and Sport (usia 11 tahun ke atas)

Kegiatan bermain yang memiliki aturan, seperti olahraga. Kegiatan

bermain ini masih menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun

aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara lebih kaku

dibandingkan permainan sosial tahap sebelumnya.

Page 13: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Senada dengan Piaget, Hurlock (1978: 324) juga membagi tahapan

perkembangan menjadi 4 tahapan, yaitu:

1) Tahap Eksplorasi (Exploratory stage)

Pada tahap ini, bayi mencoba menjangkau atau meraih benda di

sekelilingnya, lalu mengamatinya.

2) Tahap Permainan (Toy stage)

Anak mulai mengeksplorasi alat permainannya, kemudian mereka

membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat hidup, seperti dapat

bergerak, berbicara dan merasakan.

3) Tahap Bermain (Play stage)

Tahap ini terjadi bersamaan dengan mulai masuknya anak ke sekolah

dasar, dengan jenis permainan yang semakin banyak.

4) Tahap Melamun (Daydream stage)

Tahap ini diawali saat anak mendekati masa pubertas. Mereka kehilangan

minat dalam permainan yang sebelumnya disenangi dan banyak

menghabiskan waktunya dengan melamun.

Santrock (2007: 219) membagi tahapan bermain dengan

menekankan aspek kognitif dan sosial dari permainan menjadi 5 tahapan,

yaitu:

1) Permainan sensorimotor, perilaku bayi yang bertujuan mendapatkan kesenangan dan melatih sistem sensorimotor mereka; Permainan praktik, permainan yang melibatkan pengulangan perilaku ketika keterampilan baru dipelajari atau ketika penguasaan fisik atau mental dan koordinasi keterampilan dibutuhkan dalam permainan dan olahraga. Permainan sensorimotor yang sering kali melibatkan permainan praktik, terutama dimainkan pada masa bayi, sementara permainan praktik bisa dimainkan seumur hidup.

2) Permainan pura-pura/simbolis, permainan yang terjadi ketika anak mengubah lingkungan fisik menjadi sebuah simbol.

3) Permainan sosial, permainan yang melibatkan interaksi dengan sebaya.

4) Permainan konstruktif, permainan yang mengombinasikan aktivitas praktik/sensorimotor yang berulang dengan representasi simbolis dari gagasan-gagasan. Permainan konstrukstif terjadi ketika anak terlibat dalam penciptaan produk atau solusi masalah sediri.

Page 14: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

5) Games, aktivitas yang dilakukan demi kesenangan, yang memiliki peraturan dan sering melibatkan kompetisi dengan satu individu atau lebih.

c. Jenis-jenis Permainan

Studi klasik terhadap aktivitas permainan anak-anak prasekolah

dilakukan oleh Mildred Parten. Menurut Parten dalam Desmita (2008: 142)

ada 6 kategori permainan anak-anak, yaitu:

a) Permainan Unoccupied

Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik

perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam tingkah laku

yang tidak terkontrol.

b) Permainan Solitary

Anak dalam sebuah kelompok asyik bermain sendiri-sendiri dengan

bermacam-macam alat permainan, sehingga tidak terjadi kontak antara

satu sama lain dan tidak peduli terhadap apa pun yang terjadi.

c) Permainan Onlooker

Anak melihat dan memperhatikan anak-anak lain bermain. Anak ikut

berbicara dengan anak-anak lain itu dan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan, tetapi ia tidak ikut terlibat dalam aktivitas permainan

tersebut.

d) Permainan Parallel

Anak-anak bermain dengan alat-alat permainan yang sama, tetapi tidak

terjadi kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukar alat

permainan.

e) Permainan Assosiative

Anak bermain bersama-sama saling pinjam alat permainan, tetapi

permainan itu tidak mengarah pada satu tujuan, tidak ada

pembagianperanan dan pembagian alat-alat permainan.

Page 15: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

f) Permainan Cooperative

Anak-anak bermain dalam kelompok yang terorganisir, dengan kegiatan-

kegiatan konstrukstif dan membuat sesuatu yang nyata, di mana setiap

anak mempunyai peranan sendiri-sendiri.

Kategori permainan di atas ditinjau dari partisipasi anak dalam

kegiatan bermain atau sudut tingkah laku sosial anak. Berikut tabel levels of

social play menurut Parten dalam Padmonodewo (2000):

Tabel 2.3

Tabel Levels of Social Play

Levels Description Solitary Play Play in which children paly without regard for

what other children around them are doing. A child may be constructing a tower with blocks and be completely oblivious to what other children in the room are doing.

Onlooker Play Play in which the child who is play individually is simultaneously observing those playing in the same area. The child may be talking to peers children who watch other children play may after their own play behavior after watching. Children engaged in onlooker play may seem to be sitting passively while children aroud them are playing but they are very alert to the action around them.

Paralel Play Play in which several children are playing with the same materials but each is playing independently. What one child does is not dependent on what others do. Children working puzzles are usually an engaged in paralel play. They usually talk to each other but if one laves the others continue playing.

Associative Play Play in which several children play together but in a loosely organized fashion. Several children may decide to play moneters, for example, and may run around the playground chasing each other, but there are not definite roles and if one child does not run and chese continue to play.

Cooperative Play Play in which each child accepts a designated role and each is dependent on the other for

Page 16: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

achieving the goals of the play. When children

role of store clerk and others must be shoppers. If a child refuses to play unless she can be the sotrekeeper, the play episode will end.

Berdasarkan tingkat bermain sosial (levels of social play) di atas,

dapat diuraikan bahwa pada tingkat bermain soliter anak-anak bermain

tanpa memperhatikan apa yang dilakukan anak lain yang ada di dekatnya.

Tingkat bermain selanjutnya adalah bermain sebagai penonton/pengamat,

dimana anak bermain sendirian sekaligus melakukan pengamatan terhadap

apa yang terjadi di sekitarnya. Pada tingkat bermain paralel anak-anak

bermain dengan materi yang sama, tetapi masing-masing bermain sendiri.

Berikutnya adalah bermain asosiatif, dimana anak-anak bermain bersama-

sama tetapi tanpa suatu organisasi. Tingkat bermain yang terakhir adalah

bermain kooperatif, yaitu anak-anak bekerja sama dalam bermain untuk

mencapai tujuan bersama.

Sementara itu, Seifert dan Hoffnung mengidentifikasikan 4 macam

permainan yang berkembang sejalan dengan tahap-tahap perkembangan

kognitif anak (Desmita, 2008: 143). Keempat macam permainan itu adalah:

a) Permainan fungsional (functional play)

Permainan fungsional terjadi selama periode sensorimotorik, yang

ditunjukkan dengan gerakan yang diulang-ulang, seperti gerakan-gerakan

tangan dan kaki bayi dan terfokus pada badan sendiri.

b) Permainan konstruktif (constructive play)

Permainan konstruktif merupakan bentuk permainan dengan

menggunakan objek-objek fisik untuk membangun atau membuat

sesuatu.

c) Permainan dramatik (dramatic play)

Permainan dramatik merupakan bentuk permainan yang dilakukan secara

berpura-pura, yang dimulai ketika anak dapat mensimbolisasi atau

menghadirkan objek-objek secara mental.

Page 17: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

d) Permainan dengan aturan (games with play)

Permainan dengan aturan adalah permainan yang menggunakan suatu

aturan tertentu dalam bermain. Aturan permainan pada awalnya diikuti

anak berdasarkan yang diajarkan orang lain. Lambat laun anak

memahami bahwa aturan itu dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan

orang yang terlibat dalam permainan.

d. Fungsi dan Manfaat Permainan

Permainan mempunyai arti yang sangat penting bagi

perkembangan kehidupan anank-anak. Hetherington dan Parke dalam

Desmita (2008: 141) menyebutkan tiga fungsi utama dari permainan, yaitu:

a) Fungsi kognitif

Permainan membantu perkembangan kognitif anak. Melalui permainan,

anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek di

sekitarnya, dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.

b) Fungsi sosial

Permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak, khususnya

dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran, anak belajar

memahami orang lain dan peran-peran yang akan ia mainkan di

kemudian hari setelah tumbuh menjadi orang dewasa.

c) Fungsi emosi

Permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari

masalah emosionalnya, mengatasi kegelisahan dan konflik batin.

Permainan memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan

dan membebaskan perasaan-perasaan yang terpendam. Karena tekanan-

tekanan batin terlepaskan di dalam permainan, anak dapat mengatasi

masalah-masalah kehidupan.

Bermain memberikan banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak.

kegiatan yang menyenangkan menstimulasi seluruh aspek perkembangan

anak. Kegiatan bermain melibatkan sejumlah aktivitas belajar. Hal tersebut

sejalan dengan hasil riset dari Keles dan Soyler (2013: 335) yang

Page 18: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

menyebutkan

teachers share the view that play is a significant field in terms of

Dengan kata lain, banyak penelitian yang

menunjukkan bahwa guru prasekolah berbagi pandangan bahwa bermain

adalah bidang yang signifikan dalam hal pembelajaran dan perkembangan.

Hasil studi lain yang senada dengan pendapat di atas menyebutkan

bahwa significant mathematical thinking and

reasoning in their play, especially if they have sufficient knowledge about

the toys or materials they are using, if the task is understandable and

motivating, and if the context is familiar and comfortable (Alexander, White,

and Daugherty 1997). Such a knowledgeable adult helps children transform

foundational play into mathematical knowledge and abilities. Children

benefit from richer play experiences, preparation for learning later

mathematics, and new ways to understand their world (Sarama &

Clements, 2009: 332).

Pendapat tersebut berarti anak-anak terlibat dalam pemikiran

matematika yang signifikan dan penalaran dalam permainan mereka,

terutama jika mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang mainan

atau bahan yang mereka gunakan, jika tugas dimengerti dan memotivasi,

dan jika konteksnya adalah akrab dan nyaman (Alexander, White, dan

Daugherty 1997). Orang dewasa yang berpengetahuan seperti membantu

anak mengubah dasar bermain dalam pengetahuan dan kemampuan

matematika. Anak-anak mendapatkan pengalaman dari bermain, persiapan

untuk belajar matematika, dan cara-cara baru untuk memahami dunia

mereka.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bermain

mempunyai hubungan dengan perkembangan anak atau berkontribusi

dalam meningkatkan perkembangan anak.

Berdasarkan jenis-jenis permainan yang telah peneliti uraikan di

atas, peneliti memilih salah satu jenis permainan untuk meningkatkan dan

Page 19: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

mengembangkan kognitif anak dalam mengelompokkan benda sesuai

dengan ukuran yaitu permainan kooperatif.

Permainan kooperatif dipilih dengan alasan karena permainan

kooperatif berbeda dengan permainan-permainan yang lain. Perbedaan

permainan kooperatif dengan permainan yang lain yaitu selain

meningkatkan kemampuan kognitif anak, permainan kooperatif juga dapat

mengembangkan kemampuan sosial anak dan memperluas empati terhadap

orang lain serta mengurangi sikap egosentrisme. Melalui permainan

kooperatif anak dapat belajar perilaku prososial seperti menunggu giliran,

kerja sama, saling membantu dan berbagi (Sujiono, 2009: 63).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permainan

kooperatif tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif anak, tetapi

juga dapat mengembangkan kemampuan sosial anak dalam bekerja sama

dengan teman kelompoknya.

e. Permainan Kooperatif

Parten mendefinisikan bahwa permainan kooperatif (Cooperative

play) merupakan permainan yang melibatkan interaksi sosial dalam satu

kelompok dibarengi dengan adanya perasaan identitas kelompok dan

aktivitas yang yang terorganisir (Santrock, 2007: 218). Permainan

kooperatif terlihat pada permainan formal anak-anak, kompetisi dengan

sasaran kemenangan, dan kelompok-kelompok yang dibentuk oleh guru

untuk melakukan hal tertentu bersama-sama. Lebih lanjut Wahyuningsih

mengemukakan bahwa bermain secara kooperatif melibatkan anak secara

aktif dalam menggalang hubungan dengan anak yang lain dalam kelompok

dan saling mengikat (2009: 57).

Permainan kooperatif adalah permainan yang melibatkan anak

bermain dalam kelompok. Dalam bermain kooperatif, anak-anak akan

terlibat di dalam kegiatan bermain bersama yang ditandai oleh kerja sama.

Menurut Parten, saat anak bermain bersama secara lebih terorganisasi dan

masing-masing menjalankan peran yang saling mempengaruhi satu sama

Page 20: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

lain. Anak bekerja sama dengan anak lain untuk mencapai tujuan kegiatan

bermain (Sujiono, 2009: 148).

Garaigordobil (2008: 304) mendefinisikan permainan kooperatif

sebagai berikut:

Cooperative and creative games are defined on the basis of five structural characteristics: 1) participation, as in these games, all the members of the group participate, nobody is ever eliminated, and there are no winners or losers; the objective consists of achieving group goals, for which each participant has a necessary role in the game; 2) communication, because all of the games in the program structure intragroup communication processes that involve listening, dialogue, decision-making, negotiation, and so on; 3) cooperation, as the games in the program stimulate the players to help each other in order to contribute to a common aim, a group goal; 4) fiction and creation, given that the games involve

tables, and so on, as well as the combination of stimuli to create something new; and 5) fun, because with these games, the aim is for the group members to enjoy interacting in a positive, constructive, and creative way with their colleagues. The play program assessed in this study contains cooperative games with and without socio-dramatic components. Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa permainan kooperatif

didefinisikan berdasarkan lima karakteristik yaitu partisipasi, komunikasi,

kerjasama, fiksi dan penciptaan, serta bersifat menyenangkan. Permainan

kooperatif melibatkan semua anggota kelompok untuk berpartisipasi dan

berinteraksi serta bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam

kelompok.

Permainan kooperatif sejalan dengan asas pembelajaran anak usia

dini yaitu asas kerja sama (kooperatif). Kerja sama menjadi asas karena

dengan bekerja sama keterampilan sosial anak akan berkembang optimal.

Anak akan bertanggung jawab terhadap kelompok, menghargai pendapat

anak lain, aktif dalam kerja kelompok, dan membantu anak lain (Sujiono,

2009: 95).

Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika

berbagi dengan anak lain. Bermain adalah sarana yang paling utama bagi

Page 21: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

kemampuan bersosialisasi dan memperluas empati terhadap orang lain serta

mengurangi sikap egosentrisme. Bermain dapat menumbuhkan dan

meningkatkan sosialisasi anak. Catron dan Allen berpendapat bahwa

melalui bermain anak dapat belajar perilaku prososial seperti menunggu

giliran, kerja sama, saling membantu dan berbagi (Sujiono, 2009: 63).

Permainan kooperatif pada intinya sama dengan belajar kooperatif.

Masitoh, dkk. (2005) berpendapat bahwa dalam belajar kooperatif anak-

anak bekerja sama dalam kelompok yang cukup kecil, dan setiap anak dapat

berpartisipasi dalam tugas-tugas untuk mencapai tujuan bersama. Belajar

kooperatif juga melibatkan anak untuk berbagi tanggung jawab antara guru

dan anak untuk mencapai tujuan pendidikan, guru mendukung anak untuk

belajar bersama-sama sedangkan anak-anak melakukan tugas berperan

sebagai teman sekelompoknya dan tutor bagi anak lainnya.

Harmin dalam Masitoh, dkk. (2005), mengungkapkan karakteristik

belajar kooperatif sebagai berikut:

1) Semua anggota kelompok bertanggung jawab untuk belajar dari dirinya

sendiri dan belajar dari orang lain.

2) Anak-anak memberi kontribusi terhadap anak lainnya dengan cara

membantu dan memberikan dorongan.

3) Setiap anak bertanggung jawab untuk mencapai hasil kelompok.

Kegiatan dibangun sehingga setiap anak berbagi tanggung jawab untuk

mencapai tujuan bersama. Umpan balik diberikan kepada setiap anak

dalam kelompok secara keseluruhan.

4) Anak-anak harus mempunyai kesempatan yang sama dalam kerja

kelompoknya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

permainan kooperatif adalah permainan yang melibat interaksi sosial

kelompok yang bermain secara aktif dan bekerja sama untuk mencapi tujuan

bersama.

Page 22: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

f. Penerapan Permainan Kooperatif dalam Meningkatkan Kemampuan

Mengelompokkan Benda sesuai dengan Ukuran

Permainan kooperatif merupakan teknik permainan yang digunakan

untuk meningkatkan kemampuan mengelompokkan benda sesuai dengan

ukuran pada anak. Penerapan permainan kooperatif dalam pembelajaran

didukung dengan media yang akan memperjelas materi. Benda-benda yang

dapat dijadikan media dalam permainan ini adalah kancing baju, sedotan,

stik es krim, balok batu bata, balok kayu, dan balok sterofom.

Penerapan permainan kooperatif dalam meningkatkan kemampuan

mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran dibuat secara berkelompok

yang terdiri dari 2-3 anak tiap kelompok. Permainan ini dibuat secara

berkelompok agar anak termotivasi dengan teman satu kelompoknya jika

ada diantara mereka yang masih susah dalam mengklasifikasikan atau

mengelompokkan, maka akan termotivasi dan terbantu teman satu

kelompoknya.

Langkah-langkah permainan kooperatif dalam kegiatan

mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran adalah sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengelompokkan

benda sesuai dengan ukuran.

2) Guru menjelaskan media dan cara kerja media dalam permainan

kooperatif mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran.

3) Anak dibagi ke dalam kelompok kecil satu kelompok terdiri dari 2-3

anak, pembagian dapat dilakukan secara acak maupun berdasarkan

tingkat kemampuan anak.

4) Masing-masing kelompok bekerjasama untuk mengelompokkan benda

sesuai dengan ukuran dengan media yang disediakan sesuai dengan

intruksi guru, kegiatan dapat dilakukan dengan maju bergiliran setiap

kelompok.

Page 23: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti Penerapan

Permainan Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelompokkan

Benda sesuai dengan Ukuran pada Anak Kelompok B TK Dharma Wanita

Mlopoharjo I Tahun Ajaran 2013/2014 sebagai berikut:

Siti

mengelompokkan benda berdasarkan warna dengan menggunakan media botol

susu plastik bekas pada kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan Dohoagung

pada siklus I

rata-rata 56,25% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,25% .

Sulistyowati (2011)

untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional anak TK Kelompok A di TK

Dharma Wanita Persatuan Sengkaling Tahun Aj

pada skor awal kemampuan sosial emosional anak hanya 394 poin (70%), setelah

dilakukan tindakan pada Siklus I meningkat sebesar 473 poin (84 %), dilanjutkan

dengan siklus ke II, juga meningkat menjadi 516 poin (92,1 %).

Pat Broadhead (2009) dengan judul

Behaviour: Observing and Understanding Social and Cooperative Play in Early

Years Educational Settings menyimpulkan bahwa anak-anak bermain untuk

menggambarkan kebutuhan mereka dalam memperdalam pemahaman dan

pengetahuan tentang lingkungan.

Perihan Dinc Artut (2009) denga judul Experimental Evaluation of The

Effects of Cooperative Learning on Kindergarten

Ability yang meyimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif dapat

diterapkan untuk mengajarkan konsep matematika di TK.

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas terdapat perbedaan

variabel yang pada dasarnya memiliki kesamaan yaitu untuk meningkatkan

kemampuan kognitif anak melalui kegiatan permainan. Sedangkan dalam penelitian

ini menggunakan penerapan permainan kooperatif untuk meningkatkan kemampuan

Page 24: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31 kognitif yaitu mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran pada anak kelompok B

TK Dharma Wanita Mloharjo I Tahun Ajaran 2013/2014.

C. Kerangka Berpikir

Kemampuan kognitif anak dalam mengelompokkan benda-benda sesuai

dengan ukuran pada kelompok B di TK Dharma Wanita Mlopoharjo I tergolong

masih rendah. Rendahnya kemampuan mengklasifikasikan benda-benda pada

anak tersebut dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan guru masih bersifat

konvensional.Strategi pembelajaran yang digunakan guru yaitu dengan

menggunakan metode cerita, mengerjakan LKA,tanya jawab, bernyanyi dan

media gambar dinding seadanya. Selain itu pembelajaran masih berpusat pada

guru, anak kurang diberi kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuannya

tentang sesuatu hal. Guru lebih banyak ceramah dan krang menggunakan media

yang menarik, sehingga pembelajaran kurang bermakna, pengetahuan yang

didapat anak tidak dapat bertahan lama dari ingatannya. Hal ini juga

mengakibatkan anak kurang mengerti terhadap tujuan pembelajaran dan

menganggap pembelajaran yang sulit, kurang menarik dan membosankan.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan pembenahan dalam proses

pembelajaran yang dilakukan guru khususnya dalam pembelajaran kognitif

mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran. Penerapan permainan kooperatif

diharapkan akan meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam

mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran, karena

dengan menerapkan permainan kooperatif anak akan lebih tertarik dan antusias

dalam mengikuti pembelajaran bidang kognitif. Jika ada diantara mereka yang

masih susah dalam mengklasifikasikan atau mengelompokkan, maka akan

termotivasi dan terbantu teman satu kelompoknya. Dengan permainan ini kegiatan

belajar kognitif anak akan berkembang bersama teman kelompoknya. Melalui

permainan memungkinkan anak-anak mengembangkan kompetensi-kompetensi

dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dengan cara yang menyenangkan.

Setelah penerapan permainan kooperatif maka kemampuan kognitif anak dalam

mengelompokkan benda-benda sesuai dengan ukuran pun akan meningkat.

Page 25: Bab I - V dan Daftar pustaka - digilib.uns.ac.id fileberpikir cara mengelompokkan berdasarkan ukuran, ... Pengelompokkan benda dapat melatih anak untuk ... pikiran, ingatan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Berdasarkan uraian di atas, maka alur kerangka berpikir dalam penelitian

ini dapat digambarkan seperti bagan 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas dapat diajukan

meningkatkan kemampuan mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran pada

anak kelompok B di TK Dharma Wanita Mlopoharjo I Tahun Ajaran 2013/2014.

Siklus II

KONDISI AKHIR

Kemampuan mengelompokkan benda

sesuai dengan ukuran akan meningkat

Siklus I

KONDISI AWAL

TINDAKAN Penerapan Permainan Kooperatif

Guru mengajar menggunakan

metode konvensional

Kemampuan Kognitif dalam

mengelompokkan benda sesuai dengan

ukuran Rendah

KONDISI AWAL

KONDISI AWAL

Siklus ISiklus I Penerapan Permainan Kooperatif

Penerapan Permainan Kooperatif

TINDAKANTINDAKAN