pengelompokkan alat ukur

25
Pengelompokkan alat ukur Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar, tentunya kita memerlukan instrument/alat yang akan kita gunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang kita butuhkan. Instrumen evaluasi hasil belajar yang disebut juga alat penilaian yang akan digunakan, tergantung dari metode/teknik evaluasi yang dipakai, apakah teknik tes atau teknik non tes. Apabila menggunakan teknik tes maka alat penilaiannya berupa tes , sedangkan teknik non-tes alat penilaiannya berupa macam-macam penilaian non-tes. Setelah jelas tentang teknik evaluasi hasil belajar dan alat penilaian. Berikut ini akan diuraikan prosedur penyusunan alat penilaian secara garis besar. Prosedur yang perlu ditempuh untuk menyusun alat penialainya tes adalah sebagai berikut: 1. Menentukan bentuk tes yang akan disusun, yakni kegiatan yang dilaksanakanevaluator untuk memilih dan menentukan bentuk tes yang akan disusun dan digunakan sesuai dengan kebiutuha. Bentuk tes ada dua yakni tes objektif dan tes esai(tes subjektif) berdasarkan bentuk pertanyaan yang ada dalam tes tersebut (Arikunto,1990: 160 dan 163;Nurkancana,1986:27). Yang dimaksud tes objektif adalah tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan memilih salah satu alternative yang benar dari sejumlah alternative yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang benar

Upload: achie-medes

Post on 30-Jun-2015

484 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelompokkan  alat ukur

Pengelompokkan alat ukur

Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar, tentunya kita memerlukan

instrument/alat yang akan kita gunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang kita

butuhkan. Instrumen evaluasi hasil belajar yang disebut juga alat penilaian yang akan

digunakan, tergantung dari metode/teknik evaluasi yang dipakai, apakah teknik tes atau

teknik non tes. Apabila menggunakan teknik tes maka alat penilaiannya berupa tes ,

sedangkan teknik non-tes alat penilaiannya berupa macam-macam penilaian non-tes.

Setelah jelas tentang teknik evaluasi hasil belajar dan alat penilaian. Berikut ini akan

diuraikan prosedur penyusunan alat penilaian secara garis besar.

Prosedur yang perlu ditempuh untuk menyusun alat penialainya tes adalah

sebagai berikut:

1. Menentukan bentuk tes yang akan disusun, yakni kegiatan yang

dilaksanakanevaluator untuk memilih dan menentukan bentuk tes yang akan disusun

dan digunakan sesuai dengan kebiutuha. Bentuk tes ada dua yakni tes objektif dan tes

esai(tes subjektif) berdasarkan bentuk pertanyaan yang ada dalam tes tersebut

(Arikunto,1990: 160 dan 163;Nurkancana,1986:27).

Yang dimaksud tes objektif adalah tes yang terdiri dari butir-butir soal yang

dapat dijawab dengan memilih salah satu alternative yang benar dari sejumlah

alternative yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa

perkataan atau symbol. Dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif

(Arikunto,1990:163; Nurkancana,1986:27). Bentuk tes objektif terdiri dari ;

- Tes benar-salah adalah tes yang butir-butir soalnya menghasruskan siswa

mwmpwrtimbangkan suatu pernyataan sebagai pernyataan yang benar atau salah

(Bloom,1981:189).

- Tes pilihan berganda adalah tes yang butir-butir soalanya selalu terdiri dari dua

komponen utama: stemyang menghadap siswa kepada satu pernyataan langsung

atau sebuah pernyataan tak lengkap dan dua atau lebih jawaban yang satu lebih

benar dan sisanyua salah(sebagai pengecoh).(Bloom,1981:191)

Page 2: Pengelompokkan  alat ukur

- Siswa menjoodohkan adalah tes yang butir-butir soalnya tersdiri dari satu daftar

premis dan satu dafytar jawaban yang sesuai (Bloom,1981:190 Arikunto,1990:172;

Nurkancana,1986:40).

- Tes melengkapi merupakan tes yang butir-butir soalnya terdiri dari aklimat

pernyataan yang belum sempurna, diman siswa diminta untuk melengkapi kalimat

dengan satu atau beberapa kata pada titik-titik yang tersedia (Arikunto,1990:175;

Nurkancana,1986:36).

Secangkan tes surjektif/esai merupakan bentuk tes yang terdiri dari suatu

pernyataan atau perintah yang memerlukan jawaban bersifat pembahasan atau uraian

kata-kata yang relative panjang (Arikunto,1990:161; Nurkancana,1986:41-42).Ciri-ciri

pertanyaan atau perintah esai-esai diawali dengan kata-kata seperti jelaskan,

bagaimana, mengapa, bandingkan,jabarkan,kemukakan, dan yang lainnya. Bentuk tes

juga bisa dibagi menjadi jenis butir soal memberikan jawaban dan butir soal pilihan.

Jenis butir soal memberikan jawaban terdiri dari pertanyaan esai dan butir-soal jawaban

singkat . Sedangkan jenis buti soal pilihan terdiri dari butir soal betul-salah , butir soal

menjodohkan, dan butir soal pilihan ganda. (Bloom,1981:185-191). Untuk dapat

menentukan secara tepat bentuk tes yang akan disusun, evaluator perlu

mempertimbangkan karakteristik aspek-aspek sasaran evaluasi yang akan diatur.

2. Membuat kisi-kisi butir soal, yakni kegiatan yang dilaksanakan evaluator untuk

membuat suatu tabel yang memuat tentang perincian aspek isi dan aspek perilaku

beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki.

3. Menulis butir soal, yakni kegiatan yang dilaksanakan evaluator setelah membuat kisi-

kisi soal. Berdasarkan kisi-kisi soal inilah evaluator menulis soal deng memperhatikan

hal-hal berikut :

- Bahas yang digunakan sederhana dan mudah dipahami

- Tidak mnegndung penafsiran ganda atau membinggungkan

- petunjuk pengerjaan butir soal perlu diberikan untuk setiap bentuk soal, walaupun

sudah diberikan petunjuk umum

Page 3: Pengelompokkan  alat ukur

- Berdasarkan kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal tes hasil belajar

Untuk tiap-tiap soal memiliki kaidah-kaidah penulisan sendiri. Kaidah-kaidah penulisan

butir soal-benar-salah meliputi :

- Meyakinkan sepenuh ya bahwa butir soal tersebut dapat dipastikan benar atau salah

- Jangan menulis butir soal yang memindahkan satu kalimat secara harfiah dari teks

- Jangan menulis butir soal yang memperdayakan

- Menghindari pernyataan yang negatif

- Menghindari pernyataan berarti ganda

- Menggunakan suatu bentuk yang tepat

- Menghindari kata-kata kunci,seperti pada umumnya, semua, dan yang lain

- Menghindari jawaban benar yang berpola(Bloom,1981:189-190)

Sedangkan kaidah yang harus diperhatikan dalam penulisan soal pilihan ganda

meliputi :

- Pokok soal yang merupakan permasalahan hareus dirumuskan secara jelas

- Perumusan pokok soal dan alternative jawaban hendaknya merupakan pernytaan

yang diperlukan saja.

- Untuk soal satu hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar

- Pada pokok soal sedapat mungkin perumusan pernyataan yang bersifat negatif

- Alternatif jawaban sebaiknya logis dan pengecoh harus berfungsi

- Diusahakan agar tidak ada petunjukuntuk jawaban yang benar

- Diusahakan agar mencegah penggunaaan pilihan jawaban yang terakhir berbunyi

“semua pilihan jawaban diatas benar” atau “semua pilihan jawaban diats salah”

- Diusahakan agar pilihan jawaban homogeny, baik baik dari segi isi, maupun

panjang pendeknya pernyataan.

- Apabila pilihan jawaban berbentuk angka yang tekecil di atas dan terbesar dibawah

- Didalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang

bersifat tidak tentu, seperti seringkali,kadang-kadang,pada umumnya, dan yang

sejenis.

Page 4: Pengelompokkan  alat ukur

- Diusahakan agar jawaban butir soal yag satu tidak bergantung dari jawaban butir

soal yang lain.

- Dan merakit soal di usahakan agar jawaban yang benar (kunci jawaban) letaknya

tersebar di antara a,b,c, dan/atau yang lain ditentukan secara acak, sehingga tidak

terjadi pola jawaban tertentu. (Depdikbud,1985:21-28;Bloom,1981:196-198).

Adapun kaidah penulisan bentuk soal menjodohkan meliputi :

- Meyakinkan antara premis dan pilihan yang dijodohkan keduanya homogeny

- Menggunakan bnentuk yang cocok

- Dasar untuk menjodohkan setiap premis dan pilihan dibuat secara jelas

Bloom,1981:191)

Kaidah penulisan untuk bentuk soal melengkapi meliputi :

- Meyakinkan bahwa pernyataan dapat dijawab dengan kata atau penggalan kalimat

yang mudah atau yang khusus, dan hanya ada satu jawaban yang benar

- Menggunakan bnentuk yang cocok

- Jangan memutus-mutus butir soal melengkapi

- Menghindari pemberian petunjuk kearah jawaban yang benar (Bloom,1981:188-

189).

Untuk penulisan bentuk soal esai perlu diperhatikan kaidah berikut :

- Meyakinkan bahwa pernyataan telah terarah

- Jangan memberikan izin atau memerintah peserta ujian untuk memilih di antara

beberapa pertanyaan esai yang akan merka jawab

- Terlebih dahulu memutuskan cara memberikan skor pada pertanyaan

esai(Bloom,1981:185-186)

4. Menata soal, yakni kegiatan terakhir dari penyudunan alat penilaian tes yang harus

dilaksanakan oleh evaluator berupa pengelompokan butir-butir soal berdasarkan bentuk

soal dan sekaligus melengkapi peteunjuk pengerjaannya.

Page 5: Pengelompokkan  alat ukur

TEKNIK TES

A. Teknik Tes

Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda

antara individu yang satu dengan individu yang lain. Tidak ada individu yang persis

sama , baik dari segi fisik maupun psikis.

Senada dengan adanya perbedaan individu itu, maka selalu perlu diciptakan alat

untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan individu, dan alat pengukur itulah yang

lazim disebut tes. Dengan alat pengukur berupa tes tersebut, maka orang lain akan

berhasil mengetahui adanya perbedaan antar individu. Karena adanya aspek psikis yang

berbeda- beda yang dapat membedakan individu yang satu dengan individu yang lain,

maka kemudian timbul pula bermacam – macam tes.

1. Pengertian tes

Tes, testing, tester, dan testee memiliki pengertian yang berbeda. Tes adalah alat

atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Testing

berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian,

Tester adalah orang yang melaksanakan tes , atau pembuat tes, tau eksperimentor, yaitu

orang yang sedang melakukan percobaan(eksperimen) ; sedangkan testee ( mufrad) dan

testee jamak adalah pihak yang dikenai tes atau pihak yang sedaqng dikenai percobaan.

Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anatasi dalam karya tulisnya berjudul

Psikological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai

standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara melluas, serta dapat betul – betul

digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atu tingkah laku

individu.

Dari definisi – defini tersebut diatas sekiranya dapat dipahami bahwa dalam

dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur dalam

rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan , yang berbentuk pemberian

tugas atau serangkaian tugas berupa pertanyaan-pertanyaan, atau perintah – perintah

oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau

Page 6: Pengelompokkan  alat ukur

prestasi ; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai – nilai yang dicapai oleh testee

lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

2. Fungsi Tes

Secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu

A. sebagai alat pengukur peserta didik . Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur

tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah

mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

B. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut

akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah

ditentukan, telah dapat dicapai.

3. Penggolongan Tes

Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan sebgai

berikut :

a. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan atau

kemajuan belajar peserta didik. Adapun dapat dibedakan menjadi 6 golongan yaitu :

1. Tes seleksi

Tes seleksi sering dikenal dengan istilah ujian saringan atau ujian masuk. Materi tes

pada tes seleksi ini merupakan materi prasyarat untuk mengikuti program pendidikan

yang akan diikuti oleh calon. Sesuai dengan sifatnya yaitu, menyeleksi atau melakukan

penyaringan, maka materi tes seleksi berdiri atas butir – butir soal yang cukup sulit.

Sebagai tindak lanjut dari tes seleksi maka para calon yang dipandang memiliki batas

persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan peserta tes yang lulus dan dapat

diterima sebagai siswa baru

2. Tes Awal

Tes awal sering dikenal dengan istilah pretest. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah

Page 7: Pengelompokkan  alat ukur

dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan

sebelum bahan pelajaran diberikan kepadapeserta didik .

Isi atau materi tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan – bahan penting yang

seharusnya sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik sebelum peljaran diberikan

kepada mereka. Setelah tes awal itu berakhir, maka sebagai tindakan selanjutnya adalah

a. Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan dalam tes sudah dikuasai

dnegan baik oleh peserta didik maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal

itu tidak akan diajari lagi

b. Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta diidk baru sebagian saja, maka

diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta

didik.

3. Tes Akhir

Tes akhir dikenal dengan istilah postest. Tes akhir dilaksanakan dnegan tujuan

untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat

dikuasai dengan sebebaik – baiknya oleh para peserta didik.

Isi materi tes akhir ini adalah bahan – bahan pelajaran yang tergolong penting,

yang telah diajarkan kepada peserta didik dan biasanya naskah tes akhir dibuat sama

dengan naskah tes awal.Dengan demikian maka akan dapat diketahui apakah hasil tes

akhir lebih baik atau lebih jelek daripada hasil tes awal.

4. Tes Diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat,

jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran

tertentu. Tes diagnostik bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan apakah

peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan

untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya.

Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan –

bahan tertentu biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa,tes ini dapat

dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.

Page 8: Pengelompokkan  alat ukur

5. Tes formatif

Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui , sejauh

manakah peserta didik telah terbentuk setelah mereka mengikuti proses pembelajaran

dalam jangka waktu tertentu. Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahui hasil

tes formatif adalah jika :

a. Materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran

dilanjutkan dnegan pokok bahasan yang baru.

b. Jika ada bagian – bagian yang belum dikuasai maka sebelum dilanjutkan dengan

pokok bahasan yang baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian –

bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik. Dari uraian tersebut diatas maka

menjadi jelaslah bahwa tujuan dari tes formatif itu adalah untuk memperbaiki

tingkat penguasaan peserta didik dan sekaligus juga untuk memperbaiki proses

pembelajaran.

6. Tes Sumatif

Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan

satuan program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah, tes ini dengan istilah “

Ulangan Umum” atau “ EBTA( Evaluasi Belajar Tahap Akhir)”, dimana hasilnya

digunakan untuk mengisi nilai rapor atau mengisi ijazah

( STTB) . Tes sumatif ini pada umumnya disusun oleh dasar materi pelajaran yang telah

diberikan selama satu caturwulan atau satu semester. Dengan demikian materi tes

sumatif itu jauh lebih banyak ketimbang materi tes formatif.

Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama.

Butir – butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih

sulit atau lebih berat daripada butir – butir soal tes formatif.

Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang

melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses

pembelajaran dalam jangka waktu tertentu sehingga ditentukan :

Page 9: Pengelompokkan  alat ukur

a. Kedudukan dari masing – masing peserta didik di tengah- tengah kelompoknya.

b. Dapat atau tidaknya peserta didik untuk mengikuti program pelajaran selanjutnya

( yang lebih tinggi),

c. Kemajuan peserta didik , untuk diinformasikan kepada pihak keluarga, petugas

bimbingan dan konseling , lembaga – lembaga pendidikan lainnya, atau pasaran

kerja, yang tertuang dalam bentuk rapor atau surat tanda tamat belajar.

b. Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang Ingin Diungkap

Ditilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak – tidak dapat

dibedakan menjadi lima golongan, yaitu :

1. Tes intelegensi (Intellegency test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengungkapkan atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.

2. Tes kemampuan (aplitude test), yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengungkapkan kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki

oleh testee.

3. Tes sikap ( altitude test) , yaitu salah satu jenis kata yang dipergunakan untuk

mengungkapkan predisposisi atau kecendrungan seseorang untuk melakukan

suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa indivisu –

individu maupun objek – objek tertentu.

4. Tes kepribadian (Personality test) , yakni tes yang dilaksanakan dnegan tujuan

mengungkap ciri – ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat

lahiriah seperti gaya bicara,cara berpakaian, nada suara,hobi atau kesenangan,

dan lain- lain.

5. Tes hasil belajar, yang sering dikenal dengan tes pencapaian(achievement test)

, yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkapkan tingkat pencapaian

atau prestasi belajar. Tes hasil belajar atau tes prestasi belajar dengan

didefinisikan sebagai cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan

penilaian hasil belajar,yang berbetuj tugas dan serangkaian tugas yang harus

dijawab , atau perintah – perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga

kegiatan dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku prestasi

belajar testee.

Page 10: Pengelompokkan  alat ukur

c. Penggolongan lain

Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua

golongan, yaitu :

1. Tes individual ( Individual test) , yakni tes dimana tester hanya berhadapan

dengan satu orang testee saja, dan

2. Tes Kelompok ( group test) , yakni tes dimana tester berhadapan dengan lebih

dari satu orang testee.

Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes , tes dapat

dibedakan menjadi dua golongan yaitu :

1. Power test, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk

menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan

2. Speed test, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk

menyelesaikan tes tersebut dibatasi.

Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni ;

1. Verbal test, yakni suatu tes yang menghendaki respon ( jawaban) yang tertuang

dalam bentuk kata – kata atau kalimat , baik secara lisan maupun secara tulisan,

dan

2. Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon ( jawaban) dari testee

bukan berupa ungkapan kata – kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan

atau gerakan(perbuatan tertentu).

Akhirnya bila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan

jawabannya tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :

1. Tes Tertulis (pencil and paper test), yakni jenis tes dimana tester dalam

mengajukan butir – butir pertanyaan – pertanyaan atau soalnya dilakukan secara

tertulis dan testee memberikan jawabannya secara tertulis.

2. Tes lisan ( nonpencil and paper test) , yakni tes dimana tester di dalam mengajukan

pertanyaan – pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee

memberikan jawabannya secara lisan pula.

Page 11: Pengelompokkan  alat ukur

B. Teknik Non tes

Sebelumnya dikatakan bahwa kegiatan “mengukur” atau “melakukan

pengukuran” adalah merupakan kegiatan yang umum dilakukan dan tindakan yang

mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian hasil belajar. Kegiatan “ mengukur” itu

pada umumnya berbentuk tes dengan berbagai variasi. Dalam praktek teknik tes inilah

yang lebih sering dipergunakan dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik.

Pernyataan di atas tidak harus diartikan bahwa teknik tes adalah satu – satunya

teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih ada teknik lainnya yang

dapat dipergunakan yaitu teknik non tes. Dengan teknik non tes maka penilaian atau

evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa “ menguji” peserta didik ,

melainkan dilakukan dengan pengamatan secara sistematis ( observation), melakukan

wawancara ( interview) , menyebarkan angket ( questionaire),dan memeriksa atau

meneliti dokumen – dokumen ( documentary analysis). Teknik non tes pada umumnya

memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik

dari segi ranah sikap hidup ( affective domain) dan ranah keterampilan ( psycomotoric

domain), sedangkan teknik tes sebagaimana telah dikemukakan sebelum ini lebih

banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses

berfikirnya ( cognitive domain).

1. Pengamatan ( observation )

Secara umum pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan – bahan

keterangan ( = data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap phenomena – phenomena yang sedang dijadikan sasaran

pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah

laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam

situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur /

menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru

pendidikan agama menyampaikan pelajaran di kelas , dsb.

Observasi dapat dilakukan baik secara partisipatif maupun non partisipatif serta

experimental (observasi yang dilakukan dalam situasi buatan/bentuk observasi yang

dilakukan dalam situasi yang wajar) pada observasi berpartisipasi observer (pendidik

Page 12: Pengelompokkan  alat ukur

yang melakukan penilaian) melibatkan diri ditengah-tengah kegiatan observee (peserta

ddik), sedangkan observasi non partisipasi, evaluator berada diluar sistem.

Jika observasi digunakan sebagai alat evaluasimaka harus diingat bahwa

pencatatan hasil observasi itu pada umumnya jauh lebih sukar daripada mencatat

jawaban dari peserta didik yang diberikan dalam tes, sebab respon yang diperoleh dalam

observasi berupa tingkah laku. Kesulitannya terjadi karena observer selaku evaluator

harus dengan secara cepat mencatatnya karena setiap tingkah laku peserta didik harus

dicatat untuk menilai makna dari tingkah laku tersebut.

Observasi yang dilakukan harus dilaksanakan secara matang, dikenal dengan

istilah observasi sistematis yaitu dilaksanakan dengan berlandaskan pada kerangka kerja

yang memuat faktor-faktor yang telah diatur katagorinya, isi dan luas materi juga

dibatasi, sehingga pengamatan dan pencatatan yang dilakukan bersifat selektif. Faktor-

faktor apa saja yang tercantum dalam pedoman observasi itulah yang diamati dan

dicatat. Pedoman observasi ini wujud kongkretnya adalah sebuah atau beberapa

formulir yang dimuat segi-segi, aspek-aspek, atau tingkah laku yang perlu diamati dan

dicatat pada waktu berlangsungnya kegiatan.

Dalam evaluasi hasil belajar dimana digunakan observasi non sistematis, yaitu

observasi dimana observer atau evaluator dalam melakukan pengamatan dan pencatatan

tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti, maka kegiatan observasi disisni semata-

mata hanya dibatasi oleh tujuan dari observasi itu sendiri.Contohnya, seorang guru

pendidikan agam islam dalam bulan ramadhan mengadakan observasipada satu atau

beberapa masjid, untuk mengetahui dan menilai keaktifan siswa-siswanya dalam

menjalankan ibadah dalam menjalankan sholat tarawih dan witir

Penilaian atau evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan dengan melakukan

observasi itu disampinbg memiliki kebaikan juga terdapat kekurangan.Diantara segi

kebaikannya yaitu :

a. Data observasi itu diperoleh secara langsung dilapangan, yakni dengan melihat dan

mengamati kegiatan atau ekspresi peserta didiki dalam melakukan sesuatu

sheingga dengan demikian datanya bersifat objektif dalam melukiskan aspek-aspek

kepribadian peserta didik menurut kenyataan

Page 13: Pengelompokkan  alat ukur

b. Data hasil observasi dapat mencangkup beberapa aspek kepribadian masing-

masing individu pesaerta didik. Jadi, pengolahannya tidak hanya menekan pada

satu aspek saja

Adapun kelemahannya yaitu :

a. Observasi sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapat dilakukan

dengan baik dan benar oleh para pengajar.Guru yang tidak atau kurang memiliki

kecakapan atau keterampilan dalam melakukan observasi, maka hasilnya menjadi

kurang dapat diyakini kebenarannya.Untuk menghasilkan data observasi yang baik

guru harus mampu membedakan antar : apa yang tersurat, dnegan apa yang tersirat.

b. Kepribadian atau persoanaliti dari observer ( evaluator) seringkali mewarnai

kedalam penilaian yang dilakukan dengan observasi. Pemikiran yang mungkin

melekat pada diri observer ( evaluator) dapat mengakibatkan sulit dipisahkannya

secara tegas mengenai tingkah laku peserta didik yang diamatinya

c. Data yang diperoleh dari observasi umumnya baru dapat mengungkap “kulit

luar”nya saja. Adapun apa saja yang terjadi dibalik hasil pengamatan itu belum

dapat diungkap secara tuntas hanya dengan melakukan observasi saja , karena itu

observasi harus didukung dnegan cara – cara lainnya misalnya dengan melakukan

wawancara.

2. Wawancara

Secara umum wawancara adalah cara menghimpun bahan – bahan keterangan

yang dilaksanakan dnegan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak , berhadapan

muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara

yang sering dilakukan yaitu :

a. Wawancara terpimpin yang juga sering dikenal dnegan istilah wawancara

terstrktur

b. Wawanacara tidak terpimpin yang sering dikenal dnegan istilah wawancara

sederhana atau wawancara tidak sistematis atau wawancara bebas.

Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihak yang

diperlukan; misalnya wawancara sengan peserta didik ,dll. Dalam rangka menghimpun

Page 14: Pengelompokkan  alat ukur

bahan – bahan dan keterangan untuk penilaian terhadap peserta didik . wawancara ini

sudah dipersiapkan yaitu , dengan berpegang pada panduan wawancara yang butir –

butir itemnya terdiri dari hal – hal yang dipandang perlu guna mengungkap kebiasaan

hidup sehari – hari peserta didik,dsb. Diantara kelebihan yang dimiliki oleh wawancara

adalah , bahwa dengan melakukan wawancara, wawancara sebagai evaluator dapat

melakukan kontak langsung dengan peserta didik yang akan dinilai, sehingga dapat

diperoleh hasil penilaian yang lengkap dan mendalam. Melalui wawancara, data dapat

diperoleh dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif; pertanyaan yang kurang jelas

dapat diulang dan sebaliknya, jawaban yang belum jelas dapat diminta lagi dnegan lebih

terarah dan lebih bermakna.

Wawancara dapat dilengkapi dnegan alat bantu berupa tape recorder ( alat

perekam suara) , sehingga jawaban atas pertanyaan yang diajukan dapat dicatat dengan

lebih lengkap. Alat bantu perekam suara itu akan sangat membantu pewawancara delam

mengatagorikan dan menganalisis jawaban yang diberikan oleh peserta didik untuk

akhirnya dapat ditarik kesimpulan.

Dalam wawancara bebas, pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan

kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu.

Hanya saja pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini

pewawancara ( evaluator) dihadapkan pada kesulitan . Sebaiknya hasil wawancara itu

dicatat seketika. Mencatat hasil wawancara terpimpin tidaklah sulit, sebab pewawancara

sudah dilengkapi dnegan alat bantu berupa pedoman wawancar; sebaliknya mencatat

hasil wawancara bebas adalah jauh lebih sulit ,oleh karena itu pewawancara harus

terampil dalam mencatat pokok – pokok jawaban yang diberikan oleh narasumber.

3. Angket ( questionaire)

Angket ( questionaire) juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka

penilaian hasil belajar . Berbeda dengan wawancara , dengan menggunakan angket

pengukuran data sebagai hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga.

Hanya saja jawaban yang diberikan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang

sebenarnya apalagi jika pertanyaan – pertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang

tajam, sehingga memungkinkan bagi responden untuk memberikan jawaban yang

Page 15: Pengelompokkan  alat ukur

diperkirakan akan memberikan kepuasan kepada pihak penilai. Angket dapat diberikan

langsung kepada peserta didik , dapat pula diberikan kepada orang tua mereka.Pada

umumnya tujuan penggunaan angket dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk

memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam

menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Selain itu dimaksudkan untuk

memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program

pembelajaran.

Data yang dapat dihimpun dari kuisioner misalnya adalah data yang

berhubungan dengan kesulitan – kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam

mengikuti pelajaran , cara belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan belajar,

motivasi dan minat belajar, sikap belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu ,

pandangan siswa terhadap proses belajar dan sikap mereka terhadap guru.

4. Pemeriksaan dokumen ( documentary Analysis)

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta

didik tanpa menguji ( teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara

melakukan pemeriksaan terhadap dokumen – dokumen misalnya dokumen yang

memuat informasi mengenai riwayat hidup ( auto biografi), sampai kapan dan dimana

peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak di dalam keluarga, sejak

kapan diterima sebagai siswa, darimana sekolah asalnya , apakah ia pernah tinggal

kelas, apakah ia pernah meraih juara kelas, apakah ia memiliki keterampilan khas,

pernah meraih penghargaan karena keterampilan yang dimilikinya, apakah yang

bersangkutan pernah menderita penyakit serius, berapa lama dirawat dirumah sakit, dan

sebagainya.

Berbagai informasi mengenai peserta didik , orang tua maupun lingkungannya

bukan tidak mungkin pada saat – saat tertentu diperlukan sebagai pelengkap dalam

melakukan evaluasi belajar. Dari uraian tersebut dapatlah dipahami bahwa dalam

rangka evaluasi hasil belajar peserta didik, evaluasi tidak harus semata – mata dilakukan

dengan menggunakan alat berupa tes hasil belajar. Teknik – teknik nontes juga

menempati kedudukan penting dalam rangka evaluasi belajar, lebih – lebih evaluasi

yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap

Page 16: Pengelompokkan  alat ukur

guru, minatnya, bakatnya, tingkahlakunya, dan sikapnya, serta lainnya, kesemuanya itu

tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengukurnya.