bab i revisi 4

6
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka terkontaminasi merupakan jenis luka yang dibiarkan tanpa perawatan dan mengandung banyak mikroorganisme sehingga rentan terjadinya infeksi (1). Luka terkontaminasi sering kali ditandai dengan adanya inflamasi, yang ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti kemerahan (rubor), panas (calor), sakit (dolor), bengkak (tumor), dan kehilangan fungsi (function lesa) (2). Tanda kemerahan atau eritema merupakan tanda yang sangat mudah untuk diukur dan hasil pengukuran dapat bersifat obyektif. Saat tanda eritema berkurang, maka proses penyembuhan luka akan semakin cepat. Luka terkontaminasi meliputi luka terbuka, luka operasi dengan kerusakan besar, luka insisi akut serta inflamasi nonpurulen, dan luka akibat kecelakaan (3). Insiden luka terkontaminasi akibat kecelakaan transportasi, kecelakaan kerja, ataupun bencana alam

Upload: anesfikri7

Post on 06-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdsd

TRANSCRIPT

4

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahLuka terkontaminasi merupakan jenis luka yang dibiarkan tanpa perawatan dan mengandung banyak mikroorganisme sehingga rentan terjadinya infeksi (1). Luka terkontaminasi sering kali ditandai dengan adanya inflamasi, yang ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti kemerahan (rubor), panas (calor), sakit (dolor), bengkak (tumor), dan kehilangan fungsi (function lesa) (2). Tanda kemerahan atau eritema merupakan tanda yang sangat mudah untuk diukur dan hasil pengukuran dapat bersifat obyektif. Saat tanda eritema berkurang, maka proses penyembuhan luka akan semakin cepat. Luka terkontaminasi meliputi luka terbuka, luka operasi dengan kerusakan besar, luka insisi akut serta inflamasi nonpurulen, dan luka akibat kecelakaan (3).Insiden luka terkontaminasi akibat kecelakaan transportasi, kecelakaan kerja, ataupun bencana alam yang terjadi di Indonesia sebanyak 3.581.927 kasus setiap tahun, 298.493 kasus per bulan, 68.883 kasus per minggu, 408 kasus per jam, dan 6 kasus per menit (4). berdasarkan studi pendahuluan di provinsi Kalimantan Selatan khususnya daerah kota Banjarbaru, pada Januari sampai dengan Desember 2012 tercatat 89 peristiwa kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal sebanyak 40 orang, korban luka berat 10 orang dan korban luka ringan 88 orang. Dari data yang diperoleh menunjukkan tingginya angka kejadian luka terkontaminasi sehingga perlu dilakukan perawatan luka.Perawatan luka merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh perawat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengendalian infeksi, karena infeksi dapat menghambat proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar disamping masa perawatan yang lebih lama, sehingga biaya perawatan di rumah sakit menjadi lebih tinggi (5). Penyembuhan luka disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor sistemik yang mempengaruhi penyembuhan, antara lain : usia, stres, hormon seks, diabetes, obat, obesitas, konsumsi alkohol, merokok, serta nutrisi (6). Faktor nutrisi atau gizi merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan untuk menggantikan jaringan yang mempengaruhi proses penyembuhan luka (7). Peningkatan asupan protein atau asam amino,vitamin, dan mineral dibutuhkan guna memenuhi tuntutan dari peningkatan metabolik yang terjadi akibat peradangan dan aktivitas seluler saat penyembuhan luka(8).Sehingga selain dilakukan perawatan luka diberikan juga asupan nutrisi berupa asupan nutrisi protein hewani. Protein hewani dapat diperoleh dari ikan. Dikarenakan ikan merupakan salah satu makanan sumber protein hewani yang memiliki kandungan asam-asam amino dalam jumlah lengkap dan berimbang (9,10). salah satunya ikan betok atau papuyu (Anabas testudineus)Ikan betok atau yang lebih dikenal dengan ikan papuyu (Anabas testudineus), di masyarakat Kalimantan Selatan merupakan salah satu ikan rawa yang sangat digemari dan dikonsumsi oleh masyarakat. Ikan ini mengandung protein yang tinggi sebanyak 52% (9,10). Protein yang diperoleh dari ikan dapat dimanfaatkan terutama dalam penyembuhan luka dan sintesis jaringan baru. kekurangan protein dapat mempengaruhi penyembuhan luka yang merugikan dengan menurunkan respon fibroblastik, pembentukan pembuluh darah baru, sintesis kolagen, dan proses penyembuhan luka (11). Salah satu jenis protein dari asam amino adalah glutamin. Glutamin merupakan hasil sintesa dari glutamat yang berfungsi sebagai sumber bahan bakar untuk sel dengan onset yang cepat seperti eritrosit, sel-sel epitel, fibroblast, makrofag dan limfisit (11). Sehingga diberikan asupan nutrisi berupa ikan betok atau papuyu (Anabas Testudineus) untuk mempercepat proses penyembuhan luka.Pada penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti dan memanfaatkan ikan betok sebagai diet dalam penyembuhan luka, dengan demikian penelitian ini ingin melihat efek pemberian diet ikan betok (Anabas testudineus) dalam mempercepat penurunan eritema terkontaminasi pada tikus putih (Rattus norvegicus).B. Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat efek pemberian diet ikan betok (Anabas testudineus) dalam mempercepat penurunan eritema terkontaminasi pada tikus putih (Rattus norvegicus)?

C. Tujuan PenelitianTujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat efek pemberian diet ikan betok (Anabas testudineus) dalam mempercepat penurunan eritema terkontaminasi pada tikus putih (Rattus norvegicus).Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:a. Mengukur penurunan intensitas warna kemerahan dari eritema terkontaminasi pada tikus putih (Rattus norvegicus) tanpa diberikan perlakuan.b. Mengukur penurunan intensitas warna kemerahan dari eritema terkontaminasi pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi ikan betok (Anabas testudineus).c. Menganalisis efek daging ikan betok (Anabas testudineus) terhadap penurunan intensitas warna kemerahan dari eritema terkontaminasi pada tikus putih (Rattus norvegicus).

D. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan wawasan untuk kemajuan pengetahuan dan kesehatan di bidang keperawatan, khususnya tentang penatalaksanaan luka dengan pemberian diet menggunakan ikan betok (Anabas testudineus) dalam mempercepat penurunan eritema, dan menjadi bahan rujukan referensi untuk calon peneliti selanjutnya. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat ikan betok (Anabas testudineus) sebagai upaya alternatif dalam penatalaksanaan luka yang murah dan tanpa efek samping.