bab i ratih

6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi adalah satu-satunya tempat yang digunakan untuk menopang kehidupan manusia. Dengan umur bumi yang semakin bertambah, semakin menurun pula kemampuan ekologi bumi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sama halnya dengan kemampuan alam untuk memperbaharui diri kalah cepat dengan eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan manusia. Di permukaan bumi, deforestasi yang terjadi lebih dari 17 juta hektar pertahun, erosi tanah 26 milyar ton pertahun dan eksploitasi perikanan secara besar-besaran (Wackernagel and Rees, 1996). Selain itu, sampah yang dihasilkan manusia lebih banyak dibandingkan dengan yang bisa diserap oleh alam. Contoh nyata yang terjadi adalah kerusakan lapisan ozon stratosfer, peningkatan CO2 sebanyak 28 % akibat industri, yang menyebabkan lebih dari 17.000 spesies hilang dari muka bumi (Wackernagel and Rees, 1996). Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka keberlanjutan kehidupan manusia menjadi terancam karena konsumsi manusia terhadap sumberdaya alam lebih besar dibandingkan regenerasi oleh alam. Untuk menjawab pertanyaan seberapa besar konsumsi manusia terhadap sumberdaya alam dan seberapa besar kemampuan alam untuk mendukungnya, maka diperlukan suatu metode perhitungan yang dapat menjawab hal tersebut. Ecological footprint (jejak ekologi) adalah suatu metode penghitungan sumber daya yang memperkirakan konsumsi sumberdaya alam dan penyerapan limbah yang diperlukan sebuah populasi manusia atau kegiatan ekonomi dalam bentuk

Upload: dianora-didi

Post on 22-Jul-2015

202 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i ratih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bumi adalah satu-satunya tempat yang digunakan untuk menopang

kehidupan manusia. Dengan umur bumi yang semakin bertambah, semakin

menurun pula kemampuan ekologi bumi untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia. Sama halnya dengan kemampuan alam untuk memperbaharui diri kalah

cepat dengan eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan manusia. Di

permukaan bumi, deforestasi yang terjadi lebih dari 17 juta hektar pertahun, erosi

tanah 26 milyar ton pertahun dan eksploitasi perikanan secara besar-besaran

(Wackernagel and Rees, 1996). Selain itu, sampah yang dihasilkan manusia lebih

banyak dibandingkan dengan yang bisa diserap oleh alam. Contoh nyata yang

terjadi adalah kerusakan lapisan ozon stratosfer, peningkatan CO2 sebanyak 28 %

akibat industri, yang menyebabkan lebih dari 17.000 spesies hilang dari muka

bumi (Wackernagel and Rees, 1996). Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka

keberlanjutan kehidupan manusia menjadi terancam karena konsumsi manusia

terhadap sumberdaya alam lebih besar dibandingkan regenerasi oleh alam.

Untuk menjawab pertanyaan seberapa besar konsumsi manusia terhadap

sumberdaya alam dan seberapa besar kemampuan alam untuk mendukungnya,

maka diperlukan suatu metode perhitungan yang dapat menjawab hal tersebut.

Ecological footprint (jejak ekologi) adalah suatu metode penghitungan sumber

daya yang memperkirakan konsumsi sumberdaya alam dan penyerapan limbah

yang diperlukan sebuah populasi manusia atau kegiatan ekonomi dalam bentuk

Page 2: Bab i ratih

2

luas lahan area produktif (Wackernagel and Rees, 1996). Analisis jejak ekologi ini

menghitung dampak aktifitas manusia terhadap alam. Metode ini mampu

menjawab pertanyaan dasar pembangunan berkelanjutan, yaitu seberapa besar

sumberdaya alam yang telah digunakan manusia dibandingkan dengan

ketersediaannya sehingga konsep ini dapat membantu mencapai pembangunan

keberlanjutan.

Menurut Wackernagel et.al. (2005) penelitian tentang jejak ekologi

merupakan salah satu upaya mendukung keberhasilan pemerintah nasional

ataupun lokal dalam membantu penduduknya hidup berkecukupan baik sekarang

maupun dimasa depan. Walaupun keberadaan modal alami, kemampuan alam

untuk menyediakan sumber daya dan pelayanan ekologi bukanlah satu-satunya

penentu keberhasilan ini. Namun tanpa modal alami, visi tersebut menjadi tidak

mungkin untuk diwujudkan.

Hasil penelitian Globalfootprint Network tahun 2006 dengan populasi

penduduk dunia 6,6 milyar jiwa, menunjukan total biocapacity (kapasitas

produksi secara hayati) adalah 11,9 milyar global hektar (gha) atau 1,8 gha per

kapita, sedangkan total jejak ekologi adalah 17,1 milyar gha atau 2,6 gha per

kapita. Hal ini berarti rata-rata penduduk bumi mengalami defisit 0,8 gha, yang

berarti diperlukan 1,44 planet bumi untuk menopang kehidupan manusia.

Penggunaan bumi berdasarkan jejak ekologi tahun 2006 adalah jejak karbon

(carbon footprint) sebanyak 9,1 milyar gha, jejak pertanian (cropland footprint)

3,7 gha, jejak hutan (forest footprint) 1,8 gha, jejak penggembalaan (grazing

footprint) 1,4 gha, jejak perikanan (fisheries footprint) 0,6 gha dan jejak terbangun

(build footprint) 0,4 gha (Globalfootprint network, 2006). Jika konsumsi manusia

Page 3: Bab i ratih

3

lebih besar dari biokapasitas alam akan mengakibatkan kerusakan lingkungan

akibat ekstraksi sumberdaya alam yang berlebihan dan akan menurunkan

kemampuan alam dalam mendukung kebutuhan hidup manusia. Selain itu

konsumsi sumberdaya alam yang tinggi membutuhkan lahan yang lebih luas

untuk menyerap sampah dan emisi CO2 yang dihasilkan aktivitas manusia.

Salah satu konsumsi yang besar pengaruhnya dalam perhitungan jejak

ekologi adalah konsumsi pangan (Wackernagel and Rees, 1996). Jejak makanan

(food footprint) menghitung dampak aktifitas konsumsi pangan manusia terhadap

alam. Dampak meliputi area lahan yang dibutuhkan untuk memproduksi

biomassa, lahan hutan untuk menyerap sampah dan CO2 dalam produksi tersebut

dan lahan perairan dalam memproduksi perikanan. Semakin jauh lokasi sumber

pangan dengan konsumen dan semakin sering mengkonsumsi pangan kemasan,

maka semakin besar pula luasan lahan yang diperlukan untuk memenuhinya

(Bond, 2002). Hal ini menyebabkan aktifitas pangan ini menimbulkan dampak

yang semakin besar terhadap alam.

Hasil penelitian Tiawon dkk (2008) menunjukan bahwa rumah tangga di

pedesaan dengan strata pendapatan rendah dan sedang, umumnya memiliki

kemampuan menjangkau pangan lebih rendah dibanding rumahtangga di

perkotaan. Hal ini menyebabkan perbedaan akses pangan dan juga menunjukkan

bahwa di pedesaan, harga dan pengadaan pangan relatif kurang stabilitas

dibandingkan di perkotaan. Selain itu, rumah tangga perkotaan lebih berpeluang

melakukan diversifikasi pangan dibandingkan rumah tangga pedesaan. Rumah

tangga perkotaan lebih berupaya mementingkan kualitas pangan sedangkan rumah

tangga pedesaan lebih mementingkan kuantitas pangan.

Page 4: Bab i ratih

4

Masalah konsumsi pangan adalah salah satu hal yang menarik untuk dikaji

di Kabupaten Bangka Tengah karena sebagian besar konsumsi pangan berasal dari

luar kabupaten karena hasil produksi pertanian dan peternakan belum dapat

memenuhi kebutuhan lokal. Selain itu, ekstraksi sumberdaya alam lain menjadi

semakin tinggi karena keterbatasan lapangan pekerjaan hal ini mengakibatkan

terjadinya konversi lahan hutan dan pertanian menjadi lahan tambang. Agar dapat

mengetahui kebutuhan lahan untuk mencukupi kebutuhan pangan dan mengetahui

ketersediaan sumberdaya lahan lokal dalam memenuhinya, maka digunakanlah

metode perhitungan jejak makanan. Penelitian jejak makanan yang dilakukan

perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Bangka Tengah hanya dihitung

berdasarkan luas lahan yang diperlukan untuk memproduksi biomassa dalam

mencukupi kebutuhan pangan, tidak menghitung luas lahan yang diperlukan untuk

menyerap limbah yang dihasilkan dari aktifitas tersebut. Hal ini disebabkan oleh

terbatasnya data dan waktu yang ada.

Di masa yang akan datang, kemungkinan Kabupaten Bangka Tengah akan

lebih maju seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan pendapatan

penduduknya. Hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa daerah yang

lebih maju mempunyai jejak makanan yang lebih besar dibandingkan dengan

daerah yang miskin dan tingkat pendidikan yang rendah. Oleh sebab itu, perlu

diketahui besarnya pengaruh pendidikan dan pendapatan terhadap jejak makanan

di Kabupaten Bangka Tengah.

Dari informasi jejak makanan, dapat diketahui asal lahan dan luas lahan

yang dibutuhkan dalam mencukupi konsumsi pangan penduduk setempat. Dengan

diketahuinya proporsi penyediaan lahan lokal dalam pemenuhan jejak makanan,

Page 5: Bab i ratih

5

maka hal ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka

Tengah dalam mengelola sumberdaya lahan lokal yang seoptimal mungkin dalam

memenuhi kebutuhan konsumsi pangan penduduk setempat. Penelitian ini

diharapkan dapat membantu pemerintah daerah setempat merancang kebijakan

pembangunan yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

berwawasan lingkungan.

1.2 Identifikasi Masalah

Keterbatasan produksi pangan di Kabupaten Bangka Tengah menyebabkan

tingginya ketergantungan terhadap pasokan pangan dari luar daerah. Jejak

makanan akan memberikan informasi mengenai tekanan terhadap daya dukung

lahan, baik yang bersifat internal terhadap ketersediaan lahan setempat maupun

eksternal terhadap lahan di luar Kabupaten Bangka Tengah. Untuk mengetahui

kebutuhan lahan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk Kabupaten

Bangka Tengah dan proporsi ketersediaan lahan setempat dalam memenuhi jejak

makanan, maka diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Berapa besar jejak makanan (food footprint) penduduk Desa Kulur Ilir dan

penduduk Kelurahan Dul Kabupaten Bangka Tengah?

2. Apakah faktor pendapatan dan pendidikan penduduk Desa Kulur Ilir dan

penduduk Kelurahan Dul Kabupaten Bangka Tengah mempengaruhi besarnya

jejak makanan?

3. Bagaimana proporsi ketersediaan lahan setempat dalam memenuhi jejak

makanan penduduk Desa Kulur Ilir dan penduduk Kelurahan Dul Kabupaten

Bangka Tengah?

Page 6: Bab i ratih

6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan informasi mengenai besarnya jejak makanan penduduk Desa

Kulur Ilir dan penduduk Kelurahan Dul Kabupaten Bangka Tengah.

2. Mendapatkan informasi mengenai pengaruh faktor pendapatan dan

pendidikan penduduk Desa Kulur Ilir dan penduduk Kelurahan Dul

Kabupaten Bangka Tengah terhadap besarnya jejak makanan.

3. Mendapatkan informasi mengenai proporsi ketersediaan lahan setempat

dalam memenuhi jejak makanan penduduk Desa Kulur Ilir dan penduduk

Kelurahan Dul Kabupaten Bangka Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi akademis, memberikan kontribusi pengetahuan dalam bidang

pengkajian sumberdaya alam khususnya konsumsi sumberdaya lahan.

2. Secara praktis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai besarnya

kebutuhan lahan dalam memenuhi konsumsi pangan penduduk Desa Kulur

Ilir dan penduduk Kelurahan Dul Kabupaten Bangka Tengah dan tingkat

pemenuhan konsumsi tersebut oleh sumberdaya lahan penduduk Desa Kulur

Ilir dan penduduk Kelurahan Dul Kabupaten Bangka Tengah sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak yang berkepentingan.

Selain itu hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan untuk membangun

kesadaran mengenai konservasi sumberdaya lahan.