bab i pendahuluan - bappeda.temanggungkab.go.id · laporan akhir i - 1 bab i pendahuluan 1.1. latar...

76
Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung beberapa tahun terakhir ini begitu pesat pertumbuhan dan perkembangan kawasannya, terutama menyangkut kawasan perdesaan dan perkotaan. Hal ini disebabkan antara lain adanya perubahan kebijakan dasar pemerintahan yang memunculkan paradigma baru perkembangan kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan di daerah Otonomi Daerah dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, bahwa penataan kawasan perdesaan dan perkotaan diselenggarakan untuk mencapai dan meningkatkan fungsi kawasan perdesaan dan perkotaan secara serasi, selaras, dan seimbang antara perkembangan lingkungan dengan tata kehidupan masyarakat. Perkembangan perdesaan secara keseluruhan telah dilaksanakan melalui berbagai sektor secara terpadu, perumahan pemukiman di perdesaan menjadi sangat penting sebagai entry point pembangunan perdesaan secara keseluruhan. Dalam upaya merumuskan kebijakan pembangunan perdesaan, desa dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu: 1. Desa cepat berkembang 2. Desa yang berpotensi untuk berkembang dan atau desa yang sedang berkembang. 3. Desa yang belum berkembang. Untuk mempercepat pertumbuhan dan pengembangan pemukiman, pemerintah daerah telah merencanakan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi. Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada

Upload: trantruc

Post on 02-Jul-2019

229 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

beberapa tahun terakhir ini begitu pesat pertumbuhan dan perkembangan

kawasannya, terutama menyangkut kawasan perdesaan dan perkotaan. Hal

ini disebabkan antara lain adanya perubahan kebijakan dasar pemerintahan

yang memunculkan paradigma baru perkembangan kebijakan pemerintah

yang dituangkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan di

daerah Otonomi Daerah dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang

Penataan Ruang, bahwa penataan kawasan perdesaan dan perkotaan

diselenggarakan untuk mencapai dan meningkatkan fungsi kawasan

perdesaan dan perkotaan secara serasi, selaras, dan seimbang antara

perkembangan lingkungan dengan tata kehidupan masyarakat.

Perkembangan perdesaan secara keseluruhan telah dilaksanakan melalui

berbagai sektor secara terpadu, perumahan pemukiman di perdesaan menjadi

sangat penting sebagai entry point pembangunan perdesaan secara

keseluruhan. Dalam upaya merumuskan kebijakan pembangunan perdesaan,

desa dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu:

1. Desa cepat berkembang

2. Desa yang berpotensi untuk berkembang dan atau desa yang sedang

berkembang.

3. Desa yang belum berkembang.

Untuk mempercepat pertumbuhan dan pengembangan pemukiman,

pemerintah daerah telah merencanakan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di

beberapa lokasi.

Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D)

merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara

mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya alam, sumber

daya buatan ataupun sumber daya manusia yang difokuskan pada

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I - 2

kemandirian masyarakat sesuai dengan azas Tridaya yang intinya adalah

pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasarana dan

sarana permukiman.

Harapan keberadaan DPP-KTP2D dapat meningkatkan pelayanan dan menjadi

pusat pertumbuhan bagi kawasan sekitarnya dengan saling menunjang antara

potensi-potensi desa dengan konsep KTP2D guna mempercepat dan

mempermudah pembangunan dan pengembangan desa. Keberadaan KTP2D

diharapkan mampu melayani desa-desa yang berada di kawasan tersebut

sehingga kawasan menjadi lebih mandiri dan saling melengkapi kebutuhan

prasarana dan sarananya.

Perkembangan dinamika pembangunan selalu berubah dengan cepat, dan

sering kali berada diluar kendali atau diluar rencana tata ruang yang telah

digariskan dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah). Oleh sebab itu

Pemerintah daerah sudah seharusnya mengawal pembangunan kawasan

dengan ketat, dengan berpedoman pada pengembangan kawasan yang

berwawasan lingkungan serta berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang

Wilayah) yang dirancang secara terpadu dan terintegrasi.

Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) yang terdiri atas desa

pusat dan desa hinterland, sebenarnya secara keseluruhan dapat mengait

keseluruhan kelompok tersebut yaitu bahwasanya Desa Pusatnya merupakan

desa cepat berkembang sedangkan hinterlandnya dari kelompok desa sedang

berkembang dan desa belum berkembang.

Diharapkan Kecamatan Tembarak sudah memiliki peta potensi wilayahnya,

baik yang sudah dikembangkan, yang sedang dikembangkan dan yang akan

dikembangkan, data-data perkembangan ekonomi, prasarana dan sarana yang

tersedia sehingga dapat merencanakan desa yang akan dijadikan DPP-KTP2D

dan kaitannya dengan desa disekitarnya, sehingga dapat saling mempengaruhi

perkembangan kemajuan dengan desa lainnya.

Dengan adanya KTP2D Kawasan Menggoro Kecamatan Tembarak, dapat

dijadikan referensi guna perencanaan pengembangan Kawasan Menggoro.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I - 3

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Maksud dari kegiatan untuk menyiapkan dokumen perencanaan

berupa Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) Pembangunan

Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) dengan

melakukan pengenalan kawasan pusat pengembangan pedesaan yang

dilanjutkan dengan identifikasi lokasi untuk membantu terlaksananya

pembangunan yang lebih sistematis, dimana: Desa yang berfungsi

sebagai DPP perlu diberikan perhatian khusus. Dengan

mengintegrasikan penanganan desa pusat (DPP) dengan hinterland

(desa pendukung) kedalam suatu sistem pembangunan Kabupaten,

maka desa pusat akan berperan sebagai pendorong terbentuknya satu

kesatuan sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan.

1.2.2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah :

Mendapatkan kawasan perdesaan yang diiindikasikan dapat

dikembangkan menjadi KTP2D dalam suatu kecamatan, lengkap

dengan urutan/rangking lokasi yang disusun berdasarkan kajian dan

kesepakatan bersama di kecamatan, mengetahui karakteristik

kawasan sesuai dengan potensi dominan yang dapat/akan

dikembangkan, termasuk untuk mengetahui jenis sumber dan

pembangunan yang mendukung pengembangan potensi dominan

kawasan serta perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana dasar

perdesaan yang dapat mendorong pengembangan potensi tersebut.

1.3. Sasaran

Sasarannya dari kegiatan ini adalah penyusunan dokumen perencanaan Desa

Pusat Pertumbuhan (DPP) Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa

(KTP2D) melalui pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara

mengembangkan potensi unggulannya.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I - 4

1.4. Ruang Lingkup

1.4.1. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan “Penyusunan Studi Kawasan Terpilih Pusat

Pengembangan Desa (KTP2D)” meliputi beberapa tahapan :

a. Persiapan

b. Identifikasi dan Observasi

c. Rembug Desa I dan II

d. Survey dan Pengumpulan Data

e. Pengolahan dan Analisis Data

Penyusunan laporan sesuai tahapan, yaitu :

a. Laporan Pendahuluan

b. Laporan Antara

c. Laporan Akhir

Rembug Desa di Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) yang dipilih sebagai

bentuk aplikasi Peran Serta Masyarakat dalam penyusunan Rencana

Tata Ruang dan Program Pembangunan Jangka Menengah.

1.4.2. Lingkup Lokasi

Lokasi kegiatan KTP2D berada di Desa Menggoro Kecamatan

Tembarak Kabupaten Temanggung.

1.4.3. Jangka Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kegiatan KTP2D di Desa Menggoro Kecamatan

Tembarak selama 90 (Sembilan puluh) hari kalender.

1.5. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang digunakan pada pelaksanaan survey terdiri

dari survey data primer dan survey data sekunder.

1.5.1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dilapangan dengan menagamati

objek yang menjadi sasaran survey dan dengan melakukan pengukuran

variable-variabel fisik, sosial, ekonomi. Adapun teknik yang digunakan

dalam memperoleh data primer adalah :

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I - 5

1. Observasi lingkungan

a. Karakter umum masyarakat, adat istiadat terutama kebiasaan

dalam mengambil keputusan, personil yang ditokohkan, dll

b. Kebiasaan masyarakat dalam berpenghasilan berkaitan dengan

potensi desa baik alam maupun yang sudah disentuh secara

artificial.

c. Pemahaman masyarakat tentang kebutuhan infrastruktur

pedesaan terutama dalam menunjang pengembangan

perekonomian.

d. Potensi desa dan orientasi pasar yang dipahami oleh

masyarakat.

e. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap upaya pemerintah

termasuk pembangunan fisik dalam pengembangan desanya.

2. Wawancara atau Tanya jawab

Wawancara atau Tanya jawab dilakukan terhadap responden yang

dianggap berkaitan dengan materi interaksi wilayah dalam

konstelasi lokal dan regional, misalnya responden yang bekerja

pada instansi pemerintah daerah, dinas PU dan Bappeda ataupun

masyarakat umum yang berkompeten terhadap kelancaran survey

ini.

3. Foto

Foto merupakan data visual yang dapat menampilkan kondisi

eksisting wilayah kajian dan objek-objek yang menarik dalam

bentuk gambar.

1.5.2. Data Sekunder

Data sekunder dapat berupa buku-buku di perpustakaan, instansi-

instansi ataupun literatur lainnya. Data ini umumnya sudah terpola

sesuai dengan aturan masing-masing instansi, dan untuk memperoleh

data yang benar-benar akurat.

Adapun instansi – instansi yang akan di datangi yaitu BAPPEDA

Pemerintah Kabupaten Temanggung, aparat desa dan dusun, dll.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I - 6

1.6. Analisis Data

1.6.1. Metode Analisis kependudukan

Analisis Regresi Linier

Metode analisis yang digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk

dimasa yang akan datang. Metode ini cocok untuk wilayah studi, karena

perkembangan penduduk menunjukkan perkembangan yang terus

menerus meningkat secara linier.

Rumus :

dimana :

P (t+x) : Jumlah penduduk pada tahun t

X : Tambahan tahun terhitung dari tahun dasar

a, b : Konstanta-konstanta yang diperoleh dari pemahaman

dibawah

ini.

Kepadatan Penduduk

Dimana:

Kp = Kepadatan penduduk

p = Jumlah penduduk awal atau tahun ke -0 (jiwa)

A = Luas daerah permukiman (Ha)

1.6.2. Metode analisis skoring

Hasil skoring terhadap Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dan Desa-desa

Hinterland dilakukan untuk Penentuan Prioritas Penanganan KTP2D.

Untuk lebih jelasnya mengenai analisis skoring penentuan prioritas

KTP2D dapat dilihat pada table berikut :

P (t+x) = a + b (x)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I - 7

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I - 8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I - 9

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I - 10

1.6.3. Metode Analisis SWOT

Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk

merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah

sebuah singkatan dari, S adalah STRENGHT atau Kekuatan, W adalah

WEAKNESS atau Kelemahan, O adalah OPPORTUNITY atau Kesempatan,

dan T adalah THREAT atau Ancaman. SWOT ini biasa digunakan untuk

menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk

melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja.

KTP2D dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi wilayah dan

karakteristik sosial budaya masyarakat yang ada serta penentuan

prioritas penanganan KTP2D untuk merumuskan strategi KTP2D di

lokasi penelitian juga digunakan analisis SWOT. Analisis ini akan

mengelompokkan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan)

serta faktor – faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang merupakan

dasar pemikiran alternatif KTP2D Menggoro.

1.7. Tahapan Kegiatan

Dalam melaksanakan kegiatan diatas Konsultan akan memperoleh data dan

informasi namun harus diadakan pemeriksaan data tersebut di lapangan.

Tahapan kegiatan dalam perencanaan penyusunan KTP2D Kecamatan

Tembarak Kabupaten Temanggung sebagai berikut :

1. Persiapan penyusunan KTP2D

a. Observasi Masyarakat

b. Pencermatan Potensi Unggulan

c. Penyusunan Profil Kawasan

2. Penyusunan Laporan Pendahuluan

3. Penyusunan RPJM-KTP2D

a. Pendekatan dan Misi Penyusunan RPJM-KTP2D

b. Persiapan Rembug Desa/Sarasehan Kawasan (Rembug Desa I)

c. Tahapan Kegiatan Rembug Desa

d. Keluaran Rembug Desa

4. Penyusunan Laporan Antara

5. Rembug Desa II

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I - 11

6. Penyusunan Laporan Akhir

7. Lampiran

a. Matriks Program

b. Penyusunan RPJM

1.8. Keluaran / Produk Teknis (Output)

Keluaran yang diharapkan dapat dihasilkan dalam pelaksanaan Kegiatan

Perencanaan Penyusunan KTP2D Desa Menggoro Kecamatan Tembarak

Kabupaten Temanggung ini berupa :

1. Dokumen Perencanaan Penyusunan KTP2D Desa Menggoro di Kecamatan

Tembarak Kabupaten Temanggung.

2. Usulan Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) KTP2D yang dirinci

dalam program tahunan.

3. Seluruh dokumen berupa Hard Copy dan Soft Copy dalam bentuk CD

(Compact Disk).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 1

BAB II

KONSEP KTP2D

2.1. Pendekatan

2.1.1. Pengertian KTP2D

1. Kawasan Terpilih Pusat pengembangan Desa (KTP2D) adalah satu

kesatuan kawasan perdesaan yang terdiri dari desa pusat dan desa-

desa lain sebagai desa pendukungnya, yang memiliki keunggulan

stategi berupa:

a. Peran kawasan ini bagi pertumbuhan dan pengembangan

potensi kawasan perdesaan lain di sekitarnya.

b. Keuntungan ekonomis (economic scale) guna mengembangkan

potensi andalannya.

c. Memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tingkat

aksesibilitas yang relatif lebih baik dibandingkan dengan

kawasan perdesaan disekitarnya.

2. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) adalah suatu

pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui penyediaan

prasarana dan sarana dasar permukiman termasuk sentuhan

terhadap rumah tinggal yang mendukung dan memacu

pertumbuhan ekonomi kawasan perdesaan secara terarah, terpadu

dan berkelanjutan.

3. Penanganan KTP2D merupakan salah satu pendekatan penanganan

perumahan permukiman yang dimaksudkan dapat mengatasi

permasalahan terjadinya kawasan kumuh legal perkotaan (slums)

dan illegal (squatters) yang disebabkan karena urbanisasi.

4. Penanganan KTP2D akan menyentuh berbagai bidang yang intinya

meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat setempat

tanpa harus meninggalkan desanya.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 2

5. Penanganan KTP2D berarti menggarap potensi yang ada baik pada

desa pusat maupun desa hinterlandnya. Untuk itu penetapan

KTP2D harus benar-benar selektif.

6. Penanganan KTP2D juga akan menangani peningkatan kualitas

lingkungan perumahan dan permukiman perdesaan, baik bagi desa

pusat maupun hinterland-nya.

Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) adalah suatu

pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui penyediaan

prasarana dan sarana dasar permukiman termasuk sentuhan terhadap

rumah tinggal yang mendukung dan memacu pertumbuhan ekonomi

kawasan perdesaan secara terarah, terpadu dan berkelanjutan.

2.1.2. Misi dari KTP2D adalah :

1. Mengembangkan Potensi Desa di suatu kawasan perdesaan yang

telah diindikasikan dapat berkembang, baik pada desa pusat

maupun desa hinterlandnya yang menyentuh berbagai bidang, dan

pada gilirannya mampu meningkatkan kualitas kehidupan dan

penghidupan masyarakat perdesaan.

2. Pengejawantahan asas Tridaya yang difokuskan pada pemandirian

masyarakat dan pemerintah daerah dalam upaya mengatasi

permasalahan di bidang perumahan, permukiman, ekonomi dan

sosial.

3. Mendorong dan memperkuat kelembagaan di tingkat masyarakat

dalam menjaga keberlanjutan program dan efektifnya koordinasi

lintas sektor.

4. Mendorong terjadinya koordinasi dan integrasi program kebijakan

pembangunan daerah, dimana keberadaan program KTP2D

menjadi bagian dalam mendukung dan merealisasikan kebijakan

pembangunan daerah secara lebih konkrit.

5. Mengurangi beban perkotaan yang disebabkan oleh dampak

urbanisasi, seperti kawasan kumuh, perumahan, dan permukiman

illegal (squatters), pengangguran, dan lain-lain. Melalui

pembangunan perekonomian kawasan perdesaan, sehingga

tercipta lapangan kerja yang memberikan penghasilan memadai.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 3

2.1.3. Tujuan KTP2D

Program KTP2D ini dimaksudkan sebagai penyeimbang pembangunan

perdesaan dan perkotaan secara umum melalui penanganan perumahan

dan permukiman sebagai salah satu entry point. Sedangkan tujuan yang

ingin dicapai melalui KTP2D ini adalah :

1. Mendorong perkembangan kawasan-kawasan strategi dan potensi

perdesaan melalui penanganan simpul-simpul pusat kegiatan

primer perdesaan secara terarah, intensif, terintegrasi dan

menyeluruh.

2. Mengurangi beban permasalahan perumahan permukiman

perkotaan akibat urbanisasi masyarakat perdesaan.

Untuk bisa mencapai tujuan tersebut diatas ditetapkan 2 (dua) sasaran

sebagai berikut :

1. Pertama, terkonsentrasinya penanganan perumahan dan

permukiman perdesaan sesuai dengan spesifikasi potensi yang

dimiliki oleh suatu kawasan di perdesaan yang telah ditetapkan

sebagai pusat pengembangan.

2. Kedua, tersusunnya perencanaan yang visioner, integrative dan

menyeluruh pada suatu kawasan di perdesaan yang telah

ditetapkan sebagai pusat pengembangan.

Dilihat dari misi, maksud, tujuan dan sasarannya, pada dasarnya KTP2D

adalah pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara

mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya

dominan baik yang belum diolah (eksplor) maupun sumber daya yang

tersembunyi berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun

sumber daya manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat

sesuai dengan azas TRIDAYA yang intinya adalah pemberdayaan

masyarakat, ekonomi dan pendayagunaan prasaranan dan sarana

permukiman. Hal tersebut mencerminkan lokalitas dari program KTP2D

ini. Dengan demikian, dalam tahapan penyususnan KTP2D khususnya

pada langkah persiapan yaitu penetapan lokasi KTP2D dan perkiraan

awal potensi unggulan kawasan, pendekatan yang digunakan adalah

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 4

pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal yang berbasis pada konsep

“Good Village”.

“Good Village diindikasikan memiliki kemampuan, terutama untuk

mengembangkan perekonomian lokal berbasis pada potensi unggulan.

Kemampuan lokal tersebut adalah :

1. Kemampuan Berproduksi

a. Adanya perubahan teknologi, misalnya dalam pengolahan

sawah, dulu masih menggunakan tenaga hewan sekarang

sudah menggunakan traktor. Pemanfaatan SDA tergantung

pada tingkat teknologi yang digunakan dalam masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan perubahan

teknologi yang dapat meningkatkan produksi.

b. Adanya basis SDA dan terciptanya multiplier effect sehingga

dapat menyediakan tenaga kerja. Tenaga Kerja adalah elemen

dari penduduk yang membantu mempertahankan

keberlangsungan suatu perekonomian dengan jalan

menyediakan suatu kombinasi energi dan intelegensi manusia

kepada proses produksi.

c. Adanya pengembangan produk (inovasi) sehingga dapat

meningkatkan produksi, misalnya dalam bidang tambak tidak

hanya tambak udang tetapi dikembangkan menjadi tambak

jenis-jenis ikan. Adapun inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu

inovasi yang berupa turunnya biaya termasuk mengenalkan

metode baru dalam pengolahan dan inovasi yang berupa

peningkatan produk dengan kualitas baik.

2. Kemampuan Mengembangkan Kegiatan

a. Adanya peningkatan akses pada pasar;

b. Penyediaan sarana dan prasarana;

1) Jaringan transportasi;

2) Jaringan irigasi;

3) Air bersih;

4) Listrik;

5) Pasar;

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 5

c. Peningkatan pelayanan kesehatan;

3. Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia

a. Adanya peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan

kemampuan dalam suatu masyarakat. Hal ini untuk

menciptakan kesempatan kerja agar angkatan kerja dapat

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

b. Adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan

melalui kemampuan berfikir masyarakat melalui materi dasar

hitung-menghitung, membuat perbandingan, mengeluarkan

ide, membuat keputusan dengan kendala tertentu.

c. Meningkatkan fungsi fasilitas pendidikan dan fasilitas

kesehatan. Fasilitas pendidikan atau mengembangkan

intelektual dan fasilitas untuk mengembangkan fisik

masyarakat.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan strategi memanfaatkan dan

mengkombinasikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan

eksternal (peluang dan tantangan) yang ada sebagai potensi dan

peluang yang dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi wilayah akan

barang dan jasa yang merupakan fungsi dari kebutuhan baik secara

internal maupun eksternal wilayah. Faktor internal ini berupa sumber

daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya teknologi,

sedangkan faktor eksternal dapat berupa peluang dan ancaman yang

muncul seiring dengan interaksinya dengan wilayah lain.

Pengembangan wilayah sebagai hubungan yang harmonis antara

sumber daya alam, manusia dan teknologi dengan memperhitungkan

daya tampung lingkungan dalam memberdayakan masyarakat, seperti

terlihat pada gambar 2.1.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 6

Gambar 2.1.

Hubungan antar elemen pembangunan

Teknologi

SDA SDM

Pengembangan wilayah mengacu pada perubahan produktivitas

wilayah, yang diukur dengan peningkatan populasi penduduk,

kesempatan kerja, tingkat pendapatan, dan nilai tambah industri

pengolahan. Selain definisi ekonomi, pengembangan wilayah mengacu

pada pengembangan sosial, berupa aktivitas kesehatan, pendidikan,

kualitas lingkungan, kesejahteraan dan lainnya.

2.2.2 Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development)

Konsep pengembangan Local Economic Development (LED), merupakan

konsep pengembangan wilayah yaitu pembuatan Networking (jaringan)

antara aktor (Stakeholder) yang ada di pusat (Centre) dengan aktor yang

ada di pinggiran atau pedesaan (Hinterland).

Definisi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development).

World Bank

Pembangunan Ekonomi Lokal adalah proses dimana pemerintah Lokal

dan organisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang,

memelihara aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

International Labour Organization (ILO)

Pembangunan Ekonomi Lokal adalah proses pertisipatif yang

mendorong kemitraan antara dunia usaha dan pemerintah dan

masyarakat pada wilayah tertentu, yang memungkinkan kerjasama

Pengembangan

wilayah

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 7

dalam perencanaan dan pelaksanaan strategis pembangunan secara

umum, dengan menggunakan sumber daya Lokal dan keuntungan

kompetitif dalam konteks global, dengan tujuan akhir menciptakan

lapangan pekerjaan yang layak dan merangsang kegiatan ekonomi.

A. H. J. Helming

Pembangunan Ekonomi Lokal adalah suatu proses dimana kemitraan

yang mapan antara pemerintah daerah, kelompok berbasis masyarakat,

dan dunia usaha mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan

lapangan pekerjaan dan merangsang (pertumbuhan) ekonomi pada

suatu wilayah tertentu. Menekankan pada kontrol lokal, dan

penggunaan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber

daya fisik.

Bank Dunia, ILO, Blakery dan Bradshow

Pembangunan Ekonomi Lokal adalah usaha mengoptimalkan sumber

daya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal

dan organisasi masyarakat untuk mengembangkan ekonomi pada suatu

wilayah.

Dengan demikian Pembangunan Ekonomi Lokal merupakan upaya

pemberdayaan masyarakat ekonomi dalam suatu wilayah dengan

bertumpuan kepada kekuatan lokal, baik itu kekuatan nilai lokasi,

sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, kemampuan

managemen kelembagaan (capacity of institutions) maupun aset

pengalaman.

Adapun definisi Pembangunan Ekonomi Lokal tersebut memfokuskan

pada :

1. Peningkatan kandungan lokal.

2. Melibatan stakeholder secara substansial dalam suatu kemitraan

strategis.

3. Peningkatan ketahanan dan kemandirian ekonomi.

4. Pembanguanan keberlanjutan.

5. Pemanfaatan hasil pembangunan oleh sebagian besar masyarakat

lokal.

6. Pengembangan usaha kecil dan menengah.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 8

7. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai secara inklusif.

8. Penguatan kapasitas dan peningkatan kualitas sumber daya

manusia.

9. Pengurangan kesenjangan antar golongan masyarakat, antar sektor

dan antar daerah.

10. Pengurangan dampak negative dari kegiatan ekonomi terhadap

lingkungan.

Inti dari teori pembangunan ekonomi lokal adalah bagaimana cara

menumbuhkan wiraswasta lokal, menumbuhkan /pendayagunaan

lembaga-lembaga pada tingkat lokal dan institusi lokal, yang harus

diberdayakan adalah :

1. Lembaga keuangan (dapat memberikan kredit/pinjaman pada

masyarakat lokal).

2. Lembaga pelatihan/balai pelatihan (memberikan keterampilan-

keterampilan yang potensial untuk membangun daerah tersebut).

3. Penelitian (hasil dari penelitian harus dikoordinasikan dengan

lembaga lainnya).

4. Lembaga pemasaran.

2.2.3 Agropolitan

Agropolitan adalah suatu konsep pembangunan berdasarkan aspirasi

masyarakat bawah yang tujuannya tidak hanya meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, tapi juga mengembangkan segala aspek

kehidupan sosial.

Konsep agropolitan adalah sebuah kebijakan pemerintah pusat yang

merupakan pendekatan terpadu dari beberapa departemen bidang

ekonomi untuk pembangunan di pedesaan khususnya pertanian

dengan melengkapi infrastruktur, memperluas akses terhadap kredit

usaha untuk meningkatkan pendapatan petani dan mendorong

pertumbuhan industri guna meningkatkan nilai tambah sektor

pertanian.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 9

Konsep agropolitan memandang bahwa pembangunan wilayah

ditujukan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong

pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa hinterland atau

wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi, yang tidak

terbatas sebagai pusat pelayanan sektor pertanian, tetapi juga

pembangunan sektor secara luas usaha pertanian (on farm dan off

farm), industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan lain-lain.

Dalam hal ini dukungan infrastruktur sangat diperlukan untuk

mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor

produksi pertanian (Dep.Kimpraswil, 2003).

Kebijakan-kebijakan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

wilayah dengan pendekatan agropolitan sehingga dapat meningkatkan

kinerja pembangunan ekonomi daerah.

1. Meningkatkan produktifitas sektor pertanian di wilayahnya

sendiri melalui :

a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia: peningkatan

menejemen pelayanan pendidikan, peningkatan kualitas dan

kuantitas tenaga kesehatan dll.

b. Pembangunan infrastruktur transportasi darat dalam rangka

memperkuat aksesbilitas masyarakat.

2. Kerjasama antar kecamatan melalui interaksi sosial

3. Kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan sektor keuangan.

4. Kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan sektor industri

melalui upaya kerja sama antar wilayah kecamatan.

5. Kebijakan dalam menekan laju angkatan kerja atau angka

pengangguran.

2.3. Konsep Lokasi KTP2D

Kawasan Terpilih Puat Pengembangan Desa (KTP2D) pada dasarnya

merupakan program pengembangan kawasan perdesaan untuk dapat

menciptakan keseimbangan wilayah antara kawasan perdesaan dan

perkotaan. Program Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)

dalam penanganannya menyentuh dan manggarap potensi lokal dalam

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 10

berbagai bidang, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kehidupan dan

penghidupan masyarakat setempat tanpa harus meninggalkan desanya,

mengoptimalkan fungsi kawasan perdesaaan dalam menampung kegiatan

masyarakat serta meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan

permukiman.

Dalam menentukan lokasi KTP2D perlu memperhatikan keterkaitannya

dengan Sistem Perwilayahan Pembangunan yang ada. Sistem Perwilayahan

Pembangunan diidentikkan dengan struktur tata ruang wilayah, yang

bertujuan untuk mengenali perwujudan ruang yang ada sekarang,

kecenderungan perkembangannya serta permasalahan pengembangan

wilayah yang memiliki dimensi keruangan. Sistem perwilayahan

pengembangan berisikan unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuk

ruang yang meliputi: sistem pusat-pusat permukiman, sistem sarana dan

prasarana utama secara menyeluruh tentang keadaan pusat-pusat

pertumbuhan wilayah serta jangkauan pelayanannya serta hubungannya

antara pusat-pusat pertumbuhan wilayah (growth pole models). Pertimbangan

tersebut untuk lebih menfokuskan program KTP2D pada wilayah-wilayah

prioritas perlu penanganan melalui program KTP2D sehingga tujuan dan

sasaran dari program ini dapat dicapai secara maksimal.

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam penetapan lokasi KTP2D

terkait dengan Sistem Perwilayahan adalah sebagai berikut:

1. KTP2D tidak memiliki Ciri Perkotaan

Kawasan perdesaan adalah sasaran dari program KTP2D ini, dengan

demikian wilayah-wilayah yang mencirikan kawasan perkotaan bukan

merupakan alternative lokasi KTP2D. berdasarkan Undang-undang

Penataan Ruang No. 4 Tahun 1992, ciri kawasan perdesaan adalah

kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk

pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Selain itu, perlu

memperhatikan pula perkembangan wilayah-wilayah tersebut, hal ini

mengingat bahwa pada umumnya wilayah-wilayah yang diindikasikan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 11

mengalami perkembangan yang sangat cepat adalah merupakan ciri suatu

perkotaan.

2. KTP2D bukan merupakan Pusat Pemerintahan dan Daerah hinterland-nya.

Terkait dengan batasan dan ruang lingkup KTP2D, khususnya pada

tahapan identifikasi, maka penetapan lokasi KTP2D perlu memperhatikan

pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterland-nya, seperti ibukota

kabupaten dan ibukota kecamatan. Hal tersebut mengingat biasanya pada

pusat-pusat pemerintahan telah memiliki program-program

pembangunan, sehingga dapat menimbulkan tumpang tindihnya program

yang pada akhirnya tujuan dan sasaran program KTP2D ini tidak tercapai

secara maksimal.

Pada umumnya di daerah-daerah sekitar pusat-pusat pemerintah

perkembangannya cenderung mengikuti bahkan tergantung pada pusat

pemerintahan, sehingga daerah-daerah yang terpengaruh oleh

perkembangan pusat pemerintahan tersebut daerah hinterland pusat

pemerintahan yang biasanya memiliki jarak relative dekat dan

eksesibilitas yang tinggi dengan pusatnya.

3. Lokasi KTP2D belum memiliki Program Penanganan Perdesaan

Pemerintahan baik pusat maupun daerah telah memiliki program

penanganan khusus bagi kawasan perdesaan. Dengan memperhatikan hal

tersebut, maka KTP2D yang dijalankan tidak terjadi tumpang tindih

kepentingan dari tiap-tiap program. Program tersebut diantaranya IDT,

Agropolitan dan KTP2D yang sudah ada. Dengan demikian wilayah yang

diindikasikan telah memiliki program penanganan perdesaan bukan

merupakan alternative lokasi KTP2D.

4. KTP2D merupakan Satu Kesatuan Kawasan Perdesaan

Lokasi KTP2D adalah satu kesatuan kawasan perdesaan, yang terdiri dari

Desa Pusat Pertumbuhan dan desa hinterlandnya. Pada umumnya desa-

desa tersebut memiliki ikatan, baik secara ekonomi, sosial dan budaya.

Sehingga batasan wilayah bagi lokasi KTP2D dapat merupakan suatu

batasan fisik dan fungsional.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 12

Setelah memperhatikan sistem perwilayahan dan aspek-aspek lainnya yang

terkait, kegiatan identifikasi lokasi KTP2D selanjutnya perlu memperhatikan

struktur dan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D).

Struktur KTP2D terdiri atas desa pusat pertumbuhan dan desa hinterland.

1. Penetapan Desa Pusat Pertumbuhan

Desa Pusat Pertumbuhan merupakan urat nadi ekonomi bagi masyarakat

di kawasan pedesaan dan sebagai bagian integral dalam konstelasi

pembangunan daerah terutama dalam siklus aliran barang dan jasa serta

pemasaran hasil produksi, dalam rangka menciptakan pemerataan

pembangunan terutama bagi masyarakat kawasan pedesaan untuk

meningkatkan kualitas hidup dan lingkungannya.

Dari perkembangannya Desa Pusat Pertumbuhan merupakan desa yang

sangat berkembang yaitu desa-desa yang pertumbuhan ekonominya lebih

maju dibanding desa-desa sekitarnya. Umumnya desa-desa ini melayani

desa-desa hinterland-nya dan mempunyai tingkat aksesibilitas yang

relative mudah ke kawasan yang lebih tinggi ordenya. Kegiatan ekonomi

di desa ini biasanya beragam dan tidak terlalu tergantung pada sektor

primer serta mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana permukiman

yang lebih lengkap.

2. Penentuan Desa Hinterland

Desa hinterland terdiri dari beberapa desa sekitar desa pusat dan

mempunyai ikatan sosial, ekonomi, dan budaya. Pada dasarnya desa yang

berbatasan langsung dengan desa pusat merupakan hinterland. Desa

hinterland dapat berupa desa yang sedang berkembang yaitu desa yang

tergantung dan mengandalkan sektor primer saja, yaitu pertanian, namun

mempunyai potensi untuk berkembang lebih maju. Umumnya desa sedang

berkembang ini mempunyai akses yang lebih tinggi dengan kawasan

perkotaan ataupun dengan desa-desa lainnya. Biasanya kegiatan ekonomi

masyarakatnya sudah menunjukkan diversifikasi dan tidak semata-mata

bergantung pada sektor primer atau agraris saja.

Hinterland efektif diukur dari tingkat atau intensitas terjadinya interaksi

baik sosial, ekonomi maupun ikatan budaya. Secara mudah dapat dilihat

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 13

dari arah orientasi pelayanan pemenuhan primer desa pusat kepada desa

pendukungnya.

2.4. Kriteria Lokasi KTP2D

Berdasarkan konsep lokasi KTP2D di atas, maka selanjutnya perlu ditetapkan

kriteria-kriteria lokasi KTP2D. Kriteria lokasi KTP2D terbagi menjadi 2 (dua)

bagian yaitu :

1. Kriteria Umum

Kriteria umum adalah kriteria lokasi KTP2D yang akan menghasilkan

alternatif-alternatif lokasi KTP2D. Kriteria-kriteria tersebut adalah :

a. Lokasi KTP2D merupakan bagian dari sistem perwilayahan pada suatu

kabupaten.

b. Merupakan kawasan yang mencirikan kawasan perdesaan.

c. Lokasi KTP2D merupakan kawasan perdesaan diluar pusat-pusat

pemerintahan dan daerah hinterlandnya.

d. Lokasi KTP2D merupakan satu kasatuan kawasan perdesaan, sehingga

terbentuk suatu sinergi dari faktor sosial, ekonomi, budaya yang saling

mendukung.

2. Kriteria Khusus

Kriteria khusus adalah kriteria yang akan digunakan didalam menetapkan

Desa Pusat Pertumbuhan dari sektor alternative lokasi KTP2D yang sudah

terpilih berdasarkan kriteria umum, sebagai berikut:

a. Kemampuan berproduksi

1) Produksi

Produktivitas komoditi

Nilai tambah komoditas

Sistem pengelolaan komoditas/jasa

2) Pasar

Jangkauan pemasaran

Keberadaan jaringan pemasaran komoditas/jasa

Aglomerasi antar sektor

3) Tenaga Kerja

Penyerapan asal tenaga kerja yang terlibat

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 14

Spesifikasi tenaga kerja (keberagaman keterampilan yang

terlibat dalam sistem produksi komoditas/jasa)

Sistem pengelolaan komoditas/jasa

Prosentase penduduk desa bekerja di sektor utama

b. Kemampuan mengembangkan kegiatan

1) Prasarana Air Bersih

Pelayanan air bersih

2) Prasarana Persampahan

Pola pembuangan sampah

3) Prasarana Jalan

Jarak antar desa dengan ibukota kabupaten

Moda angkutan desa dengan ibukota kabupaten

Jarak antar desa dengan ibukota kecamatan

Moda angkutan desa dengan ibukota kecamatan

Jarak antar desa dengan ibukota kabupaten terdekat

Moda angkutan desa dengan ibukota kabupaten terdekat

Kualitas jalan

4) Sarana Kesehatan

Jenis sarana kesehatan

Akses ke puskesmas terdekat

5) Sarana Pendidikan

Jenis sarana pendidikan

Lembaga keterampilan

6) Sarana Perekonomian

Jenis sarana perdagangan

Lembaga perkreditan/koperasi

Lembaga keuangan informal

7) Sarana transportasi

Keberadaan angkutan umum

c. Kemampuan meningkatkan SDM

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 15

2) Keterampilan

Keterampilan tenaga kerja

3) Karakteristik penduduk

Jumlah penduduk dan Kepadatan penduduk

Aspek yang harus diperhatikan dalam penetapan lokasi KTP2D terkait dengan

sistem perwilayahan adalah sebagai berikut :

1. KTP2D merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan

Lokasi KTP2D adalah satu kesatuan kawasan perdesaan yang terdiri dari

desa pusat pertumbuhan dan desa-desa hinterlandnya. Pada umumnya

desa-desa tersebut memiliki ikatan, baik secara ekonomi, sosial dan

budaya.

2. KTP2D tidak memiliki ciri perkotaan

Kawasan perdesaan adalah sasaran dari program KTP2D, Desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui

dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005).

Ciri kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan

utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan

susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

3. KTP2D bukan merupakan pusat pemerintahan.

Terkait dengan batasan dan ruang lingkup KTP2D, khususnya pada

tahapan identifikasi, maka penetapan lokasi KTP2D perlu memperhatikan

pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterland-nya, seperti ibukota

Kabupaten dan ibukota Kecamatan.

4. Desa tertinggal tidak dapat menjadi bagian dari KTP2D

Sesuai dengan konsep dasar pembentukan KTP2D, maka desa yang

dikategorikan tertinggal tidak dianjurkan menjadi salah satu hinterland,

karena hampir dipastikan bahwa pemenuhan kebutuhan pada desa

tersebut akan menyedot sumber dana dan perhatian yang diperuntukkan

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 16

bagi kawasan garapan, sehingga dapat diperkirakan akan menarik turun

klasifikasi kawasan.

2.5. Penentuan DPP (Desa Pusat Pertumbuhan) dan Hinterland

Setelah memperhatikan sistem perwilayahan dan aspek-aspek lainnya yang

terkait, kegiatan identifikasi lokasi KTP2D selanjutnya perlu memperhatikan

struktur dari Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D). Struktur

KTP2D terdiri atas pusat pertumbuhan dan desa hinterland.

1. Desa Pusat Pertumbuhan (DPP)

Desa pusat pertumbuhan merupakan urat nadi ekonomi bagi masyarakat

di kawasan pedesaan dan sebagai bagian integral dalam konstelasi

pembangunan daerah terutama dalam siklus aliran barang dan jasa serta

pemasaran hasil produksi, dalam rangka menciptakan pemerataan

pembangunan terutama bagi masyarakat kawasan pedesaan untuk

meningkatkan kualitas hidup dan lingkungannya.

Dari perkembangannya Desa Pusat Pertumbuhan merupakan desa yang

sangat berkembang yaitu desa-desa yang pertumbuhan ekonominya lebih

maju dibanding desa-desa sekitarnya.

2. Penentuan Desa Hinterland

Desa hinterland terdiri dari beberapa desa sekitar desa pusat dan

mempunyai ikatan sosial, ekonomi, dan budaya. Pada dasarnya desa yang

berbatasan langsung dengan desa pusat merupakan desa hinterland. Desa

hinterland dapat berupa desa yang sedang berkembang yaitu desa yang

tergantung dan mengandalkan sektor primer saja, yaitu pertanian namun

mempunyai potensi untuk berkembang lebih maju. Umumnya desa sedang

berkembang mempunyai akses yang tidak terlalu tinggi dengan kawasan

perkotaan ataupun dengan desa-desa lainnya. Hinterland efektif diukur

dari intensitas terjadinya interaksi untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi,

sosial, pendidikan, kesehatan dan ikatan budaya.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir I I- 17

2.6. Struktur Ruang KTP2D

2.6.1. Desa Pusat Pertumbuhan

Guna mempercepat pertumbuhan dan pengembangan permukiman,

Pemerintah Kabupaten Temanggung telah merencanakan Desa Pusat

Pertumbuhan (DPP) di beberapa lokasi. Penetapan DPP dengan

memperhatikan banyak faktor, antara lain potensi ekonomi kawasan,

jumlah penduduk, sarana dan prasarana dasar serta potensi ekonomi

lain yang belum tergali yang diperkirakan akan mampu meningkatkan

kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang. Salah satu Desa yang

direncanakan menjadi DPP adalah Desa Menggoro Kecamatan

Tembarak Kabupaten Temanggung.

2.6.2. Desa Hinterlands

Desa hinterlands adalah desa yang berada di sekitar DPP Desa

Menggoro dan memiliki interaksi relatif intens dengan DPP Desa

Menggoro. Berdasarkan kajian, desa hinterlands meliputi 5 Desa yang

berbatasan dengan Desa Menggoro yaitu Desa Greges (Sebelah Utara),

Desa Tawangsari dan Desa Purwodadi ( Sebelah Barat), Desa

Wonokerso (Sebelah Timur), Desa Botoputih (Sebelah Selatan).

Gambar 2.2.

Model Interaksi DPP dengan hinterlands

Batas KTP2D

Desa Pusat/DPP

Desa Hinterland

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 1

BAB III

PENGENALAN WILAYAH

PERENCANAAN KTP2D

3.1. Kecamatan Tembarak

3.1.1. Kondisi Fisik Kecamatan Tembarak

1. Letak Geografis

Kec. Tembarak adalah salah satu dari 20 kecamatan di wilayah

Kabupaten Temanggung, Jarak dari Kota Temanggung 8 Km dengan

luas 2.684,10 Ha. Dengan rincian lahan sawah 752,68 Ha dan bukan

lahan sawah 1.931,42 Ha. Dalam pembagian wilayah administratif,

Kec. Tembarak terbagi menjadi 13 desa, 75 dusun, 223 rukun

tetangga, 65 rukun warga dengan jumlah kepala desa sebanyak 13

orang, perangkat desa 183 orang.

Tabel 3.1. Banyaknya Dusun, Rukun Warga dan Rukun Tetangga

Dirinci Per Desa di Kecamatan Tembarak Tahun 2010

S S

Sumber : Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011

No Desa

Dusun Rukun Warga (RW)

Rukun Tetangga

(RT)

1 Wonokerso 11 11 21

2 Tembarak 3 3 8

3 Menggoro 10 9 25

4 Purwodadi 11 5 22

5 Kemloko 9 9 33

6 Tawangsari 7 5 17

7 Greges 3 3 9

8 Botoputih 8 8 26 9 Gandu 2 2 18

10 Banaran 2 2 9

11 Drono 1 3 12

12 Krajan 2 2 7

13 Jragan 5 4 16 Jumlah 75 65 223

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 2

Batas-batas wilayah administrasi Kecamatan Tembarak sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Tlogomulyo dan Temanggung

Sebelah Selatan : Kecamatan Selopampang

Sebelah Barat : Kecamatan Tlogomulyo

Sebelah Timur : Kecamatan Kranggan

2. Demografi

Kecamatan Tembarak dengan jumlah penduduk pada Tahun 2012

sebanyak 29.731 jiwa yang terdiri dari 14.987 Laki-laki, 14.026

perempuan, kepadatan penduduk pada Tahun 2011 sebanyak

1.055 per Km2. Angka Kelahiran Kasar (CBR) pada Tahun 2011

sebesar 49,00 jiwa, sedangkan Angka Kematian Kasar (CDR) 32,00

jiwa, Jumlah KK pada Tahun 2012 sebanyak 7.837 KK dengan rata-

rata penduduk per rumah tangga sebanyak 3-4 orang per rumah

tangga. Jumlah penduduk berusia 5 tahun keatas yang menamatkan

perguruan tinggi hanya 311 jiwa, Tamat Akademi / Sarjana Muda

sebesar 309 jiwa, Tamat SLTA sederajat sebesar 2.727 jiwa, Tamat

SLTP sederajat 4.645 jiwa, Tamat SD sederajat sebesar 5.683 jiwa,

tidak/belum Tamat SD sebesar 5.683 jiwa.Jumlah penduduk

menurut mata pencaharian masih didominasi oleh sektor pertanian

yaitu 11.295 jiwa, yang bekerja pada sektor industri hanya 222

jiwa, sektor bangunan 456 jiwa, pedagang 1.422 jiwa, yang bekerja

pada sektor angkutan sebesar 237 jiwa, Jasa dan sektor lainnya

1.388 jiwa.

3. Penggunaan Lahan Kawasan Tembarak

Wilayah Kecamatan Tembarak ditinjau dari penggunaan lahan

terbagi menjadi 2 yaitu sawah dan lahan bukan sawah. Lahan

sawah meliputi sawah dengan irigasi teknis, setengah teknis,

sederhana, irigasi non PU, dan tadah hujan. Sedangkan lahan bukan

sawah meliputi ladang, perkebunan, permukiman, industri, dan

hutan.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 3

Tabel 3.2. Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenisnya Dirinci

Per Desa di Kecamatan Tembarak Tahun 2010

Desa

Lahan Sawah

(Ha)

Lahan Bukan Sawah

Jumlah (Ha)

Prosentase

(%)

1. Wonokerso

148,19

56,17

204,36

7,86

2. Tembarak

71,57

49,23

120,80

4,64

3. Menggoro

143,59

41,45

185,04

7,11

4. Purwodadi

118,51

87,13

205,64

7,91

5. Kemloko

-

807,71

807,71

27,86

6. Tawangsari

26,82

135,42

162,23

6,24

7. Greges

126,00

28,32

154,32

5,93

8. Botoputih 56,00 172,95 228,95 8,80

9. Gandu

-

113,85

113,85

4,38

10. Banaran

-

66,43

66,43 2,55

11. Drono

-

100,60

100,60

3,87

12. Krajan

15,00

111,08

126,08

4,85

13. Jragan 47,00 161,10 208,10

8,00

Jumlah 752,68 1931,42 2684,10 100,00

Sumber : Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011

3.1.2. Potensi Kecamatan Tembarak

Potensi yang dimiliki Kecamatan Tembarak terkait dengan upaya

masyarakatnya demi peningkatkan ekonomi masyarakat, sector

pertanian dan sector peternakan sebagai sector andalan atau motor

penggerak pembangunan.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 4

1. Dari pertumbuhan kawasan komoditas tanaman pangan, beberapa

jenis komoditas yang menjadi andalan adalah: Padi, Jagung, Ketela

Pohon, Ketela Rambat, Kacang Tanah. Untuk Tanaman sayuran

antara lain: Kacang Panjang, Bawang Putih, Bawang Merah,

Kentang, Kobis, Lombok, Sawi, Kacang Merah. Untuk Buah-buahan

antara lain: Rambutan, Jambu Biji, Pepaya, Pisang.

2. Tanaman Perkebunan antara lain: Kopi Arabika, Kopi Robusta,

Cengkeh, Kelapa, Jahe, Kapulogo, Kunyit, Tebu, Melinjo, Tembakau,

Panili.

3. Peternakan antara lain: Sapi Potong, Kambing, Domba, Kelinci,

Ayam Buras, Ayam Ras Itik, Entok, Angsa.

4. Perikanan antara lain: Karper, Nila, Lele, Tawes, Gabus, Udang,

Kodok.

3.1.3. Profil dan Karakteristik Masyarakat Kecamatan Tembarak

1. Karakteristik Masyarakat Menurut Mata Pencaharian

Mayoritas mata pencaharian penduduk di Kecamatan Tembarak

bergerak dibidang pertanian. Dari jumlah penduduk sebesar 28.185

jiwa sebanyak 19.595 jiwa atau 69% yang bekerja sebagai petani,

527 jiwa peternak atau sebesar 2%, bangunan 456 jiwa atau 2%,

perdagangan 1422 jiwa atau 5%, lain-lain 6185 jiwa atau 22%.

Gambar 3.1. Mata pencaharian masyarakat kecamatan Tembarak

89%

2% 2% 7%

MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT KECAMATAN TEMBARAK TAHUN 2012

Petani Peternak Bangunan Perdagangan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 5

2. Karakteristik Masyarakat Menurut Pendidikan

Sebagian besar penduduk Kecamatan Tembarak memiliki tingkat

pendidikan yang relatif rendah. Rata-rata pendidikan masyarakat

adalah Tamatan SD, dan sebagian kecil lulusan SMA dan Perguruan

Tinggi. banyak masyarakat yang berpendapatan rendah sehingga

tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

3. Karakteristik Masyarakat Menurut Sosial Budaya

Mayoritas masyarakat memeluk agama Islam atau 99% dan fasilitas

sarana ibadahnya tersedia di semua desa. Sedangkan sisanya atau

1% memeluk agama lain, yaitu memeluk agama kristen katholik,

kristen protestan dan hindu tetapi untuk fasilitas sarana ibadah

tersebut tidak tersedia di kecamatan tembarak.

3.1.4. Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah Kecamatan Tembarak

1. Sarana dan Prasarana Transportasi Kecamatan Tembarak

Dalam menunjang aktifitas menuju dan keluar dari Kecamatan

Tembarak, maka sarana dan prasarana transportasi menjadi

penting kaitannya dengan kemudahan mobilitas yang dilakukan

masyarakat. Sebagai Kecamatan yang memiliki lingkup daerah yang

begitu luas, beberapa jenis prasarana transportasi seperti jalan

desa maupun jalan antar desa sudah tersedia dengan kondisi yang

cukup memadai bagi masyarakat. Sarana transportasi yang tersedia

masih berupa transportasi antar desa yang sudah tersedia di

Kecamatan Tembarak. Berikut ini merupakan sarana dan prasarana

yang ada di Kecamatan Tembarak.

Keberadaan moda transportasi umum seperi angkutan desa,

maupun truk digunakan masyarakat sebagai sarana mobilitas dan

untuk perpindahan barang. Keberadaan jalan desa ataupun jalan

antar desa yang sudah ada, namun beberapa diantaranya masih

terkondisi belum dapat diakses secara nyaman. Pembangunan jalan

antar desa kebanyakan terkondisi lebih baik dari pada jalan desa

dikarenakan lebih bersifat operasional bagi para pengguna.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 6

2. Sarana Permukiman/Perumahan Kecamatan Tembarak

Dalam perkembangannya, permukiman dan perumahan yang

berada di Kecamatan Tembarak mengikuti keberadaan pusat

kegiatan baik itu berupa pusat kegiatan wilayah maupun lokal. Pola

permukiman dan perumahan yang telah ada saat ini, berusaha

untuk berada pada lokasi yang mampu menjangkau kebutuhan

masing-masing individu maupun keluarga. Sarana permukiman dan

perumahan yang sudah ada saat ini berupa pembangunan rumah

masyarakat Kecamatan Tembarak yang 40% sudah menggunakan

tembok/batu bata.

Masih dapat ditemukan juga beberapa rumah yang

pembangunannya menggunakan bahan semi permanen/campuran.

Kepadatan permukiman maupun perumahan yang ada di

Kecamatan Tembarak cukup merata, karena sebagian besar desa-

desa yang ada sedang mengalami pertumbuhan untuk

pengembangan masing-masing desa.

Listrik telah masuk ke seluruh desa di Kecamatan Tembarak dan

sepenuhnya berasal dari PLN. Termasuk penerangan jalan utama

desa maupun antar desa sebagian didukung listrik PLN dan

sebagian lagi diusahakan sendiri oleh masyarakat. Sebagian besar

masyarakat Kecamatan Tembarak masih menggunakan kayu bakar

untuk aktivitas masak memasaknya.

Kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan relatif tinggi.

Hal ini terbukti dari pengelolaan sampah yang umumnya

dimasukkan ke dalam lubang atau dibakar. Sedangkan pengelolaan

MCK, masyarakat umumnya memiliki jamban sendiri atau jamban

bersama ataupun jamban umum. Demikian pula halnya dengan

pemanfaatan sungai yang melintasi hampir seluruh desa di

Kecamatan Tembarak ini. Air sungai tidak digunakan untuk

keperluan masak-memasak ataupun MCK. Sebagian desa

memanfaatkan air sungai untuk mengairi sawah.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 7

3. Sarana Perdagangan, Jasa dan Industri Kecamatan Tembarak

Sarana perdagangan yang ada di Kecamatan Tembarak adalah

Pasar Gondang , sebagai sarana transaksi dari sektor perdagangan

yang sangat menunjang kegiatan perekonomian untuk

meningkatkan serta menambah tingkat pendapatan/kesejahteraan

masyarakat.

4. Perdagangan dan Jasa

Perdagangan dan jasa merupakan sektor perekonomian yang

penting di Kecamatan Tembarak. Arus barang dan jasa di

Kecamatan Tembarak menunjukkan adanya aktivitas yang tinggi

dan mencakup daerah yang cukup luas. Komoditas perdagangan

meliputi berbagai kebutuhan barang kebutuhan konsumsi sehari-

hari, hasil produksi pertanian seperti tanaman pangan, sayuran,

palawija, buah-buahan serta hasil ternak dan perikanan. Pusat

kegiatan perdagangan pada Kecamatan Tembarak sebagian besar

berpusat pada sekitar kawasan pusat perekonomian seperti pasar

dan pertokoan. Pasar Gondang adalah pusat kegiatan perdagangan

dan jasa di Kecamatan Tembarak.

Aktivitas jasa di Kecamatan Tembarak antara lain pelayanan

perbankan dan koperasi. Lokasi bank yang beroperasi sebagian

besar di Desa Menggoro yang merupakan pusat kawasan

perdagangan dan jasa di Kecamatan Tembarak. Sarana

perdagangan dan jasa merupakan potensi untuk pengembangan

sektor perdagangan dan jasa di wilayah Kecamatan Tembarak

dengan lebih mengoptimalkan jangkauan pelayanan dan

pemanfaatan sarana pendukung.

Industri yang dikembangkan di Kecamatan Tembarak berupa

industri makanan. Keberadaan industri ini mampu meningkatkan

potensi warga Kecamatan Tembarak untuk menjual produk asli

Kecamatan Tembarak dan meningkatkan pendapatan daerah.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 8

5. Sarana Kesehatan Kecamatan Tembarak

Sarana kesehatan yang berada di Kecamatan Bulu-Kledung,

sebagian besar berupa Posyandu. Kecamatan Tembarak hanya

memiliki 1 Puskesmas. Keberadaan puskesmas, puskesmas

pembantu, poliklinik, dan balai pengobatan sangat jarang

ditemukan di Kecamatan Tembarak.

Tabel 3.3. Sarana Kesehatan di Kecamatan Tembarak

Jenis Sarana Kesehatan Kecamatan Tembarak

Jumlah (Unit)

Puskesmas 1

Puskesmas Pembantu -

Poliklinik/Balai Pengobatan -

Poskesdes 6

Posyandu 69

Sumber: Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011

Posyandu hampir dapat ditemukan di setiap desa, dengan jumlah

yang cukup menjangkau kebutuhan pengobatan dan kesehatan

masyarakat. Keberadaan posyandu ini merupakan indikator

pemerataan sarana kesehatan bagi masyarakat Kecamatan

Tembarak.

6. Sarana Pendidikan Kecamatan Tembarak

Sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Tembarak sebagian

besar berupa SD dan TK. Keberadaan SLTA dan SLTP sangat jarang

ditemukan di masing-masing desa di Kecamatan Tembarak.

Tabel 3.4. Sarana Pendidikan di Kecamatan Tembarak

Jenis Sarana Pendidikan Kecamatan Tembarak

Jumlah (Unit)

SLTA 4

SLTP 6

SD 22

TK 17

TPA -

Lembaga Pendidikan Agama -

Sumber: Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 9

7. Sarana Air Bersih Kecamatan Tembarak

Sarana air bersih yang ada di Kecamatan Tembarak sebagian besar

dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Tembarak untuk

memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari seperti sumber air

minum, mencuci, maupun MCK. Sarana air bersih yang banyak

ditemukan di Kecamatan Tembarak sebagian besar berupa mata air

dan sistem PDAM .

Tabel 3.5. Sarana Air Bersih di Kecamatan Tembarak

Jenis Sarana Air Bersih Kecamatan Tembarak Jumlah (Unit)

Sumur Pompa - Sumur Gali 748 Mata Air 5.185 Hidran Umum - Sistem PDAM 914 Embung - Perpipaan -

Sumber: Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011

Masyarakat Kecamatan Tembarak merasa kebutuhan air bersihnya

sudah tercukupi, Kabupaten Temanggung sebagai wilayah yang

kaya akan ketersediaan sumber daya air tentunya kebutuhan air

bersih di setiap bagian wilayahnya telah tercukupi.

3.1.5. Sektor Produksi

Sektor produksi di Kecamatan Tembarak didominasi dua sub sektor

yaitu sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perkebunan. Produk

unggulan sektor di produksi di Kecamatan Tembarak didominasi oleh

padi dan jagung. Produksi pangan menurut jenisnya dirinci Per Desa di

Kecamatan Tembarak dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 10

Tabel 3.6.

Produksi Panen Menurut Jenisnya dirinci Per Desa

di Kecamatan Tembarak Tahun 2010

Desa

Padi Jagung Ketela

Pohon

Produksi (ton)

1 Wonokerso 1.554,00 26,00 -

2 Tembarak 460,00 75,00 6,00

3 Menggono 300,00 - -

4 Purwodadi 640,00 - -

5 Kemloko - 1.680,00 -

6 Tawangsari 105,00 - -

7 Greges 756,00 - -

8 Botoputih 230,00 64,00 -

9 Gandu - 98,00 3,10

10 Banaran - 123,00 -

11 Drono - 97,00 -

12 Krajan 8,00 - -

13 Jragan - 2,20 -

Jumlah 4.053,00 2.165,20 16,30

Sumber : Kecamatan Tembarak Dalam Angka, Tahun 2011

Sedangkan untuk produksi sayuran yaitu cabai dan kubis, untuk buah-

buahan yaitu kelengkeng, rambutan dll. Hasil tanaman perkebunan

dominan adalah tembakau. Di Kecamatan Tembarak juga terdapat usaha

peternakan besar, peternakan kecil, antara lain peternakan sapi dan

kambing terdapat di semua desa di Kecamatan Tembarak, ayam buras,

itik. Pada semua desa di Kecamatan Tembarak juga mempunyai industri

kecil dan industri rumah tangga seperti watung/toko/kios dan terdapat

17 restoran/rumah makan/warung makan.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 11

3.2. Desa Menggoro

3.2.1. Kondisi fisik Desa Menggoro

1. Kondisi Geografis

Desa Menggoro merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan

Tembarak Kabupaten Temanggung, jarak dari Kota Temanggung

8,50 Km, sedangkan dari Kecamatan Tembarak 0,20 Km. Dengan

Ketinggian 590 m dari permukaan Laut. Secara administrasi, Desa

Menggoro dibatasi oleh :

Sebelah Utara : Desa Greges Kecamatan Tembarak

Sebelah Selatan :Desa Kacepit Kecamatan Selopampang

Sebelah Timur : Desa Tembarak Kecamatan Tembarak

Sebelah Barat : Desa Tawangsari Kecamatan Tembarak

Desa Menggoro terdapat 10 Dusun yaitu :

a. Dusun Kauman terdiri dari 3 RT

b. Dusun Ngabean terdiri dari 3 RT

c. Dusun Nolobangsan Timur terdiri dari 3 RT

d. Dusun Nolobangsan Barat terdiri dari 3 RT

e. Dusun Kamal Barat terdiri dari 2 RT

f. Dusun Sragan terdiri dari 2 RT

g. Dusun Jlamprang terdiri dari 3 RT

h. Dusun Jetis terdiri dari 3 RT

i. Dusun Ngenden terdiri dari 1 RT

j. Kamal Timur terdiri dari 3 RT

2. Penggunaan Lahan

Luas lahan Desa Menggoro yaitu 185,04 Ha, dengan rincian 143,59

Ha Lahan sawah dan 41,45 Ha lahan bukan sawah. Luas lahan

sawah pengairan (Irigasi) yang secara Teknis 130,00 sedangkan

setengah teknis 13,59. Sedangkan untuk penggunaan lahan bukan

sawah dirinci menurut jenisnya lahan untuk bangunan/pekarangan

25,54 Ha, 0,60 Ha merupakan kolam/empang, 12,00 Ha

perkebunan Negara/rakyat sedangkan untuk lahan lainnya 3,31 Ha.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 12

3. Demografi

Jumlah Penduduk Desa Menggoro tahun 2011 sebesar 3.176 jiwa,

dengan 863 KK, jumlah penduduk laki-laki 1.555 jiwa sedangkan

perempuan 1.621 jiwa.

3.2.2. Ketersediaan Prasarana dan Sarana Permukiman Desa Menggoro

1. Sarana dan Prasarana Transportasi

Sarana dan prasarana transportasi sangat penting untuk

kemudahan mobilitas yang dilakukan masyarakat. Berikut ini

merupakan sarana dan prasarana yang ada di Desa Menggoro:

Tabel 3.7. Jenis Sarana dan Prasarana Transportasi

Desa Menggoro

Sumber: Potensi Desa Menggoro, Tahun 2011

Desa Menggoro terdiri dari 10 Dusun, jalan penghubung antar

dusun tersebut menggunakan jalan aspal dan jalan trasah. Kondisi

jalan antar dusun dan jalan utama Desa Menggoro dalam kondisi

relatif baik.

Akses jalan dari lahan pertanian ke pasar sebagian menggunakan

jalan trasah dalam kondisi kurang terawat (di lahan pertanian) dan

Jenis Sarana dan Prasarana Transportasi

Baik km(unit)

Rusak km (unit)

1. Jalan Desa/Kelurahan

Panjang jalan macadam 1 km 1 km

Panjang jalan tanah - 1 km

2. Jalan Antar

Desa/Kelurahan/Kecamatan

Panjang jalan macadam 0,5 km -

3. Jalan Kabupaten yang melewati

Desa/Kelurahan

Panjang jalan aspal 1 km -

4. Jembatan Desa / Kelurahan

Jumlah Jembatan besi 2 unit -

Jumlah jembatan kayu 1 unit 1 unit

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 13

relatif baik didalam dusun atau antar dusun, hal ini dapat

menghambat pergerakan distribusi penjualan hasil pertanian ke

pasar dari sisi waktu tempuh dan biaya operasional kendaraan

meningkat. Sedangkan pergerakan di jalan utama menuju pasar

dalam kondisi aspal baik.

2. Sarana Pendidikan Desa Menggoro

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Menggoro sebagian

berupa TK, SD, SLTP (MTs), dan SLTA.

Tabel 3.8. Sarana Pendidikan di Desa Menggoro

Sumber: RPJM Desa Menggoro, Tahun 2011

Permasalahan yang dihadapi untuk sarana pendidikan di Desa

Menggoro adalah gedung TK yang tidak layak serta kurangnya

fasilitas yang memadai.

3. Sarana Kesehatan Desa Menggoro

Dalam rangka memenuhi kebutuhan dibidang kesehatan telah ada

posyandu sejumlah Sembilan tempat namun peran aktif kader

masih perlu ditingkatkan dan sarana pendukung yang ada seperti

puskesmas yang ada di desa sangat membantu masyarakat

ekonomi menengah dalam pengobatan.

Dalam pemberian kartu Askes Gaskin telah diadakan pendataan

secara selektif sehingga bantuan tersebut dapat disalurkan bagi

warga yang benar-benar tidak mampu.

Jenis Sarana Pendidikan

Kecamatan Tembarak

Jumlah

Murid

Jumlah

Guru

SMU ISLAM SUDIRMAN 133 20

MTs MENGGORO 28 9

SDN 1 MENGGORO 102 11

SDN 2 MENGGORO 143 13

TK DHARMA WANITA 61 3

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 14

Tabel 3.9.

Sarana Kesehatan di Desa Menggoro

Jenis Sarana Kesehatan Desa Menggoro

Jumlah (Unit)

Puskesmas 1

Rumah Bersalin 2

Apotik 1

Posyandu 9

Sumber : Profil Desa Menggoro, Tahun 2011

Permasalahan yang dihadapi untuk sarana kesehatan belum

mempunyai gedung Posyandu (masih menumpang) dan peralatan

belum lengkap.

4. Sarana Air Bersih

Desa Menggoro merupakan dataran pada ketinggian 590 meter dari

ketinggian permukaan laut. Dengan kondisi geografis daerah

pegunungan ini sangat mendukung ketersediaan air baik berupa

aliran sungai maupun mata air. Pemanfaatan sumber potensi

ketersediaan air tersebut khususnya untuk pemenuhan kebutuhan

rumah tangga, secara umum dapat dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu sarana penyediaan air bersih secara individual dan secara

komunal. Beberapa jenis sarana penyediaan air bersih individual

misalnya sumur gali, sumur pantek maupun pemanfaatan mata air

yang lain.

Sarana air bersih yang ada di Desa Menggoro sebagian besar

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air

bersih sehari-hari seperti sumber air minum, mencuci, maupun

MCK. Sarana air bersih yang banyak ditemukan di Desa Menggoro

sebagian besar berupa PAH dan sumur gali.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 15

Tabel 3.10. Sarana Air Bersih di Desa Menggoro

No. Jenis Jumlah Pengguna

(KK)

Jumlah (Unit)

1. Sumur Gali 150 Keluarga 115

2. Pelanggan PAM 196 Keluarga 1

3. Sumur Pompa 82 Keluarga -

4. Perpipaan Air

Kran

199 Keluarga 1

5. Mata Air 235 Keluarga 20

Sumber : Tingkat Perkembangan Desa, 2011

Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Menggoro

dalam ketersediaan atau pemenuhan air bersih di musim kemarau

mengalami kekurangan air bersih.

5. Sarana Perdagangan dan Jasa

Sarana perdagangan yang ada di Desa Menggoro adalah Pasar

Gondang dan Pasar Jumat Pahing, sebagai sarana transaksi dari

sektor perdagangan yang sangat menunjang kegiatan

perekonomian untuk meningkatkan serta menambah tingkat

pendapatan/kesejahteraan masyarakat. Berikut ini adalah pasar

yang berada di wilayah Desa Menggoro :

Tabel 3.11.

Pasar Desa Menggoro

No Nama Pasar Jumlah Kios

Jumlah Los

Jumlah Toko

1. Pasar Gondang 35 100 7

2. Pasar Jumat

Pahing

5 30 0

Sumber : RPJM Desa Menggoro, Tahun 2011

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 16

Gambar 3.2. Kondisi Pasar Gondang Desa Menggoro

Gambar 3.3.

Akses Jalan Utama Pasar Gondang Desa Menggoro

Persoalan yang dihadapi terkait dengan letak Pasar Gondang yang

letaknya kurang strategis yang terlalu dekat dengan jalan raya

mengakibatkan kurangnya lahan parkir sehingga menyulitkan

pedagang dan pembeli yang akan melakukan aktifitas jual beli dan

kondisi pasar yang terlalu sempit sehingga sulit untuk ditata dan

kondisi kebersihannyapun terabaikan. Di Desa Menggoro juga

terdapat pasar Jumat Pahing yang banyak dikeluhkan oleh

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 17

masyarakat masalah kondisi bangunan fisiknya. Persoalan yang

dihadapi antara lain :

a. Kondisi pasar kurang layak sehingga kenyamanan berkurang

bagi pedagang maupun pembeli di pasar.

b. Kurangnya lahan parkir untuk menampung kendaraan

sehingga parkir di badan jalan menyebabkan kemacetan lalu

lintas.

c. Kondisi jalan yang kurang baik terutama pada musim hujan

sehingga perlu perbaikan jalan dan pemasangan rabat beton.

6. Sarana Drainase

Drainase di daerah pedesaan berupa saluran air untuk menampung

dan mengalirkan air hujan yang diletakkan di pinggir kanan kiri

jalan. Di Desa Menggoro jalan utama desa dalam kondisi yang

cukup baik akan tetapi perlunya peningkatan saluran drainase pada

semua ruas jaringan jalan ditiap dusun yang tidak memiliki saluran

drainase. Drainase yang sudah ada ditiap dusun di Desa Menggoro

masih perlu pembenahan karena sarana drainase yang seharusnya

untuk mengalirkan air hujan digunakan warga untuk mengalirkan

air limbah rumah tangga sehingga terkesan kumuh dan bau.

7. Sarana Irigasi

Lahan pertanian Desa Menggoro seluas 141,199 Ha/m² memiliki

kondisi lahan yang cukup baik, akan tetapi saluran irigasi banyak

yang perlu pembenahan/perbaikan karena banyak yang kurang

berfungsi dengan baik. Pendangkalan sungai mengakibatkan

terhambatnya aliran air irigasi bila musim kemarau. Panjang

saluran sekunder yang ada 2.580 m dengan kondisi saluran

sekunder yang rusak ± 25 m. Saluran irigasi tersier yang rusak

sepanjang 7 m dari panjang keseluruhan 5.000 m.

3.2.3. Profil dan Karakteristik Masyarakat Desa Menggoro

Berdasarkan data jumlah penduduk tahun 2012, jumlah penduduk Desa

Menggoro sebanyak 3.176 jiwa yang terdiri jumlah laki-laki 1.555 jiwa

dan jumlah perempuan 1.621 jiwa.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 18

1. Karakteristik Masyarakat Menurut Mata Pencaharian

Berdasarkan data dari buku Potensi Desa Menggoro mayoritas

mata pencaharian penduduk desa bergerak dibidang pertanian.

Dari jumlah penduduk sebesar 3.176 jiwa sebanyak 1.767 jiwa yang

bekerja sebagai petani. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada

tabel 5.6. berikut :

Tabel 3.12. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase

1. Petani 2.123 91%

2. PNS 60 3%

3. Pedagang dan

pengrajin

59 2%

4. Buruh 22 1%

5. lain-lain 78 3%

Sumber : Profil Desa Menggoro, Tahun 2012

Gambar 3.4. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sumber : Profil Desa Menggoro, Tahun 2012

89%

2% 2%

7%

MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT KECAMATAN TEMBARAK TAHUN 2012

Petani Peternak Bangunan Perdagangan

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 19

2. Karakteristik Masyarakat Menurut Pendidikan

Sebagian besar penduduk Desa Menggoro memiliki tingkat

pendidikan yang relatif rendah. Rata-rata pendidikan masyarakat

adalah Tamatan SD, dan sebagian kecil lulusan SMA dan Perguruan

Tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat karena banyak

masyarakat yang berpendapatan rendah sehingga tidak mampu

untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Karena tingkat

pendidikan yang rendah maka banyak masyarakat yang bekerja

sebagai buruh.

3. Karakteristik Masyarakat Menurut Sosial Budaya

Mayoritas masyarakat Desa Menggoro memeluk agama Islam dan

fasilitas sarana ibadahnya tersedia di semua dusun. Ada juga

masyarakat menggoro yang memeluk agama kristen dan katholik,

tetapi untuk fasilitas sarana ibadah tersebut tidak tersedia di Desa

Menggoro.

3.2.4. Kondisi Perekonomian dan Potensi Desa Menggoro

1. Komoditas pertanian, perkebunan dan perikanan

a. Eksisting

Komoditas pertanian di Desa Menggoro meliputi padi, cabai,

kubis, brokoli, terong. Komoditas unggulan Desa Menggoro

adalah padi dengan produksi 8 ton/Ha dengan luasan lahan 30

Ha.

Tabel 3.13.

Komoditas Pertanian di Desa Menggoro

No Komoditas Luas (Ha) Produksi

(ton/Ha)

1. Padi 30 8

2. Cabai 5 6

3. Kubis 1 20

4. Brokoli 2 15

5. Terong 1 8

Sumber : Potensi Desa Menggoro, Tahun 2011

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 20

Komoditas perkebunan di Desa Menggoro adalah tembakau

dengan luas lahan 55 Ha dan produksi 50 kw/Ha. Sedangkan

untuk komoditi perikanan meliputi ikan Mujair dan ikan Lele,

untuk ikan Mujair jumlah produksi mencapai 1,5 ton/th

sedangkan ikan lele produksinya 10 ton/th.

b. Persoalan

Persoalan pertanian yang dihadapi Desa Menggoro adalah

sebagai berikut :

Rendahnya komoditas pertanian disebabkan oleh

kurangnya pasokan air pada musim kemarau ke sawah

karena saluran irigasi banyak yang rusak.

Komoditi unggulan di Desa Menggoro yaitu padi juga

menjadi komoditas unggulan desa hinterlandnya sehingga

perlu spesialisasi produk unggulan agar saling

melengkapi.

Kondisi transportasi hasil pertanian dari sawah/ladang

kondisinya masih jalan tanah dan trasah sehingga pada

saat musim hujan jalan becek karena saluran drainase

tidak ada. Hal tersebut cukup menghambat pergerakan

hasil pertanian ke pasar.

Tingkat pertumbuhan perekonomian Desa Menggoro

masih relatif rendah, itu disebabkan karena mayoritas

penduduk Desa Menggoro bermata pencaharian sebagai

petani tradisional, belum menerapkan sistem pertanian

modern. Pada usaha pertanian tanpa melakukan

diversifikasi usaha, sehingga pendapatan ekonomi rumah

tangga sangat bergantung pada hasil panennya. Hal ini

akan berakibat fatal apabila terjadi kegagalan produksi

(gagal panen) yang secara langsung akan menurunkan

pendapatan ekonomi keluarga. Indikator yang lain adalah

karena masih minimnya sarana dasar sektor pertanian,

seperti kelompok tani yang belum optimal, peralatan

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 21

pertanian yang masih sederhana, serta pengetahuan yang

masih kurang.

Hanya sebagian golongan kecil petani yang melakukan

diversifikasi usaha rumah tangganya selain bertani, yaitu

dengan menjadi pedagang atau usaha dibidang perikanan di

desanya, sehingga apabila terjadi kegagalan panen golongan ini

relatif aman dengan pendapatan cadangan (reserve income)

yang dimiliki dari diversifikasi usahanya. Berdasarkan dari

hasil survey dan wawancara dengan, bahwa rata-rata

pendapatan masyarakat >Rp.50.000/hari. Untuk itu perlu

dilakukan perencanaan sektor ekonomi yang diarahkan pada

peningkatan pendapatan masyarakat.

Gambar 3.5.

Pertanian Tembakau di Desa Menggoro

Gambar 3.6.

Perikanan Lele di Desa Menggoro

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 22

Namun demikian apabila dibandingkan dengan keadaan

ekonomi pada lima tahun terakhir ini rata-rata ada kenaikan

meskipun tidak signifikan, itu didukung mulai berkembangnya

KUB (Industri kecil)/Industri rumah tangga dengan contoh

pembuatan ceriping dan kue/makanan ringan yang biasa

diberdayakan dan dipasarkan meskipun masih bertaraf lokal,

setidaknya kegiatan tersebut banyak dapat menopang

kebutuhan keluarga sehari-hari.

Persoalan yang dihadapi karena tingkat pertumbuhan

perekonomian Desa Menggoro masih relatif rendah, itu

disebabkan karena mayoritas penduduk Desa Menggoro

bermata pencaharian sebagai petani tradisional, belum

menerapkan sistem pertanian modern. Indikator yang lain

adalah karena masih minimnya sarana dasar sektor pertanian,

seperti jalan usaha tani yang rusak, kelompok tani yang masih

kurang, selain itu dalam pembentukan kelompok tani tersebut

juga dikembangkan dalam bidang perikanan dan peternakan

karena mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Tabel 3.14.

Tingkat Kesejahteraan Sosial Desa Menggoro

No Data Penduduk Jumlah

1. Jumlah KK Prasejahtera 136

2. Jumlah KK Sejahtera I 68

3. Jumlah KK Sejahtera II 47

4. Jumlah KK Sejahtera III 554

5. Jumlah KK Sejahtera III+ 16

Jumlah 861

Sumber: RPJM-Desa Menggoro, Tahun 2009-2013

2. Komoditas wisata

Desa Menggoro merupakan salah satu desa yang memiliki situs

sejarah yang masih belum dikaji secara lengkap. Di Desa Menggoro

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 23

ada sebuah Masjid yang menurut cerita para ulama merupakan

masjid tertua dan dibangun oleh Sunan Kalijaga, dimasjid ini ada

tradisi sudah terjadi sejak jaman dahulu sampai sekarang masih

tetap dilaksanakan yaitu setiap malam jumat pahing diadakan

mujahadah. Masjid ini selalu dikunjungi oleh masyarakat/

pengunjung yang berasal dari daerah setempat maupun

masyarakat luar daerah untuk melaksanakan mujahadah (Doa

bersama) dan yang lebih unik bagi adanya Pasar Jumat Pahing

dimana banyak pedagang yang menjajakan barang dagangannya

baik dari jenis makanan tradisional, mainan anak-anak, souvenir

dll.

Gambar 3.8. Masjid Desa Menggoro

3. Potensi Usaha Kecil

Potensi usaha kecil yang ada di Desa Menggoro meliputi koperasi

unit desa, koperasi simpan pinjam, Bumdes, industri makanan,

industri material bahan bangunan, industri kerajinan, warung

kelontong, pasar, usaha perikanan, usaha peternakan.

3.2.5. Struktur stakeholder internal desa

Tata pemerintahan desa menggoro dipimpin oleh seorang Kepala Desa

yang dibantu oleh seorang sekretaris desa, tiga orang kepala seksi, dua

orang kepala urusan dan satu orang pembantu kepala seksi kesra serta

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 24

sepuluh orang kepala dusun yang masing-masing mempunyai tugas

pada bidangnya masing-masing. Dalam pemerintahan Desa Menggoro

telah terbentuk Kepala Desa dan Perangkat Desa yang pembentukannya

secara terpilih langsung oleh masyarakat bahkan ada yang melalui

seleksi langsung. Struktur Desa Menggoro :

Kepala Desa Menggoro : Musafak

Kepala Dusun Kauman : Urip

Kepala Dusun Ngabean : Triyono

Kepala Dusun Nolobangsan Timur : Muh. Ikhsan

Kepala Dusun Nolobangsan Barat : Ahmad Amin

Kepala Dusun Kamal Barat : Slamet Taqwanto

Kepala Dusun Sragan : Isrofi

Kepala Dusun Jlamprangan : Muh. Salim

Kepala Dusun Jetis : Nurohman

Kepala Dusun Ngenden : Mahrusin

Kepala Dusun Kamal Timur : Mulyadi

Pemerintah Desa Menggoro dibantu oleh beberapa lembaga desa yang

masing-masing mempunyai fungsi dan peran sendiri-sendiri. Adapun

lembaga kemasyarakatan desa yang ada di Desa Menggoro antara lian:

1. Lembaga Permusyawaratan Masyarakat Desa

2. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga

3. Lonmas/Polmas

4. Pengurus RT, Karangtaruna dan Gapoktan

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 1

BAB IV

ANALISIS WILAYAH

PERENCANAAN KTP2D

4.1. Analisa Sarana Prasarana

4.1.1. Transportasi

Kondisi jalan utama desa Menggoro (DPP) relatif baik dengan

perkerasan aspal, jalan penghubung antar dusun tersebut

menggunakan jalan aspal dan jalan trasah ada beberapa yang dalam

kondisi baik dan ada beberapa juga yang dalam kondisi rusak.

Kondisi akses jalan menuju pasar Desa Menggoro atau Pasar

Gondang relatif baik dengan perkerasan aspal.

Kepadatan di jalan utama antar desa terjadi di beberapa titik antara

lain di sepanjang jalan utama menuju Pasar Gondang. Hal ini

diakibatkan ruas jalan pasar yang digunakan sebagai lahan parkir

dan banyak kendaraan yang menaik turunkan penumpang maupun

menaik turunkan barang dagangan di badan jalan karena tidak

adanya area parkir khusus untuk kendaraan para pedagang dan

pembeli, ditambah dengan aktivitas pejalan kaki yang berjalan di

badan jalan sehingga berdampak pada membesarnya hambatan

samping jalan yang mengakibatkan kemacetan dan mengganggu

pergerakan jalan utama.

Pengaturan pasar dengan mengatur areal parkir diperlukan untuk

menampung kendaraan yang parkir di badan jalan di sepanjang

Pasar Gondang agar tidak mengganggu pergerakan jalan utama desa.

Kepadatan juga terjadi di saat pagi dan siang hari saat keluar masuk

sekolah (SLTP sampai setingkat SMU), maupun aktivitas perkantoran

yang berlokasi di sepanjang jalan utama.

Akses jalan dari lahan pertanian ke pasar sebagian menggunakan

jalan trasah dalam kondisi kurang terawat (di lahan pertanian) hal

ini dapat menghambat pergerakan distribusi penjualan hasil

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 2

pertanian ke pasar dari sisi waktu tempuh dan biaya operasional

kendaraan meningkat.

Jalan penghubung antar DPP Desa Menggoro dengan jalan desa

Hinterlands atau jalan di sekitar Desa Menggoro sebagian dalam

keadaan rusak berat dan jalan trasah. Jalan utama penghubung Desa

Menggoro dengan Desa Purwodadi sudah cukup baik beraspal, jalan

masuk ke Desa Purwodadi masih jalan trasah. Jalan utama

penghubung Desa Menggoro dengan Desa Wonokerso dalam kondisi

yang baik yaitu jalan aspal. Jalan utama penghubung Desa Menggoro

dengan Desa Greges sampai Desa Botoputih dalam kondisi jalan aspal

rusak berat. Jalan utama penghubung Desa Menggoro dan Desa

Tawangsari jalan aspal dalam kondisi rusak berat. Jalan utama

penghubung Desa Menggoro dengan Desa Botoputih yaitu jalan

trasah. Sebagian kondisi jalan penghubung desa dengan dusun masih

menggunakan jalan trasah, dan jalan utama pertanian masih

menggunakan jalan trasah.

Perlunya dilakukan perbaikan jalan khususnya pengaspalan jalan

penghubung antar desa, perbaikan jalan penghubung antar dusun

dan jalan usaha tani sehingga mobilitas dan pergerakan masyarakat

tidak terhambat dan diharapkan akan melancarkan perekonomian

warga sehingga meningkatnya produktivitas ekonomi warga.

4.1.2. Saluran Drainase/Selokan Jalan

Saluran drainase sebagian besar belum ada, sebagian kecil berada di

jalan utama desa perbatasan antar desa. Ketiadaan saluran drainase

mengakibatkan pada waktu hujan terjadi genangan yang membuat

jalan menjadi becek sehingga mengakibatkan jalan menjadi rusak. Hal

ini juga akan menghambat proses distribusi barang produksi

pertanian dan usaha kecil yang berdampak menurunnya tingkat

produktivitas ekonomi rakyat.

Oleh karena itu diperlukan perbaikan dan pembuatan saluran drainase

di jalan utama desa dan jalan penghubung antar desa serta jalan

penghubung antar dusun. Agar kondisi drainase semakin lancar dan

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 3

kondisi jalan pun menjadi baik dan dapat dilalui kapan saja sehingga

tidak menghambat distribusi barang dan jasa.

4.1.3. Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih pada tiap desa relatif terpenuhi,

hanya sebagian desa yang mengalami kekurangan air pada saat musim

kemarau yaitu di Desa Menggoro, sebagian dusun di Desa Botoputih

dan sebagian dusun di Desa Tawangsari.

Pemenuhan air bersih di beberapa desa terkait dengan menurunnya

debit pada sumber mata air di musim kemarau hal ini dikarenakan

juga karena sumber air yang berada di penampungan air bersih hanya

dikuasai oleh kelompok tertentu hal ini mengakibatkan ketidak

merataan distribusi air bersih dari sumber ke seluruh dusun, perlunya

dilakukan koordinasi antar warga masyarakat terkait dengan

pembagian air dari sumber yang ada sehingga masyarakat tidak akan

mengalami kesulitan air bersih pada musim kemarau.

4.1.4. Irigasi

Saluran irigasi pada umumnya belum memenuhi seluruh pertanian

pada Desa Wonokerso diakibatkan karena DAM dan gorong-gorong

belum permanen sehingga saluran irigasi tidak berfungsi secara

maksimal, Desa Tawangsari sistem pembagian air untuk saluran

irigasi dilakukan secara bergantian antar dusun, dan sebagian

permasalahan irigasi yaitu saluran irigasi yang tidak berfungsi secara

maksimal karena air banyak yang bocor dan merembes keluar saluran

irigasi, begitu juga dengan saluran irigasi di Desa Menggoro dari DAM

Sebabung saluran irigasi banyak yang merembes keluar saluran

sehingga pengairan untuk pertanian kurang maksimal. Saluran irigasi

Segumuk di Desa Purwodadi ditemukan berbagai kendala, antara lain

sayap bendung Segumuk longsor karena banjir, dan saluran irigasi

belum permanen sehingga banyak mengalami kebocoran sehingga

berakibat berkurangnya air irigasi.

Perbaikan saluran irigasi merupakan salah satu cara untuk

memaksimalkan saluran irigasi sehingga dapat memenuhi seluruh

pertanian yang berada di tiap desa. Pembangunan saluran irigasi akan

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 4

mempunyai dampak yang luas bagi peningkatan penghasilan dan taraf

hidup para petani melalui aneka usaha pertanian.

4.1.5. Persampahan

Belum ada pengolahan sampah yang dilakukan di desa baik sampah

dari sisa rumah tangga, perkantoran maupun sampah dari pasar.

Pembuangan sampah masih dibuang sembarangan sehingga dapat

menjadi vector bibit penyakit dan secara estetika tidak enak

dipandang. Hal ini sebenarnya dapat dilakukan pengelolaan sampah

sederhana sehingga sampah yang dihasilkan dapat bernilai guna bagi

masyarakat.

Berdasarkan wacana di Desa Tawangsari dan Desa Botoputih

sebenarnya telah mempunyai ide pengelolaan dan pemanfaatan

sampah organik dan an organik yang akan mengelola sampah baik dari

rumah tangga, perkantoran maupun pasar. Sampah organik akan

dijadikan kompos sedangkan sampah an organik bisa dikumpulkan

kemudian dilakukan penyortiran dan sampah an organik dapat dijual,

akan tetapi terkendala oleh sarana dan prasarana pendukungnya.

4.2. Analisa Keruangan

4.2.1. Interaksi antara DPP dan Hinterlands

Interaksi yang terjadi antara DPP dengan Hinterlands didasarkan atas

prinsip saling membutuhkan dan melengkapi. DPP Desa Menggoro yang

memiliki lokasi strategis di jalur perlintasan antar desa dan kecamatan

serta ditunjang dengan keberadaan pasar, sekolah dan fasilitas

kesehatan yang menjadi pusat pergerakan Desa Menggoro. Aktivitas

pasar Gondang menjadi penunjang perekonomian bagi masyarakat Desa

Menggoro dan masyarakat sekitar Desa Menggoro.

4.2.2. Kebutuhan Ruang

Diperkirakan dengan berkembangnya Desa Menggoro sebagai DPP

Jumlah penduduk Desa Menggoro mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun berkisar 1,2% per tahun. Jumlah penduduk tahun 2015 sebesar

3334 atau terjadi penambahan sebesar 158 jiwa. Pertumbuhan

penduduk berdampak pada meningkatnya kebutuhan terhadap ruang

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 5

untuk melakukan berbagai aktivitas seperti permukiman, pendidikan,

perdagangan, jasa dll.

Tabel 4.1.

Proyeksi Penduduk Desa Menggoro

Tahun Jumlah penduduk

2010 3139

2011 3176

2012 3215

2013 3254

2014 3294

2015 3334

1. Kebutuhan ruang permukiman

Dengan pertambahan jumlah penduduk sebesar 158 jiwa (asumsi 1

KK terdiri dari 4 jiwa) sehingga kebutuhan rumah sebesar 40 rumah,

dengan asumsi tiap rumah memiliki luasan tapak 100 m2 maka

dibutuhkan lahan seluas 4000 m2 di per desa, untuk menampung

pertambahan penduduk pada tahun 2015.

2. Kebutuhan Fasilitas Pendidikan

Dengan asumsi 1 kelas berisi 40 siswa maka diperlukan 4 kelas

tambahan yang terdistriibusi nebgerucut dari tingkatan yang

terendah TK, SD, SMP atau sederajat. Dibutuhkan penambahan 1 kelas

SMP/sederajat, 2 kelas SD/sederajat, 2 kelas TK/sederajat. Bila luasan

1 kelas sebesar 80 m2 maka dibutuhkan 320 m2 lahan.

3. Kebutuhan Fasilitas Kesehatan

Saat ini sudah ada fasilitas kesehatan yaitu puskesmas di desa

menggoro. Dengan pertambahan jumlah penduduk serta peningkatan

akses pelayanan kesehatan, maka diperlukan polindes atau poliklinik

desa yang memiliki standar polindes serta mempunyai sarana dan

prasarana yang lengkap, sehingga pemerataan pelayanan kesehatan

dapat diperoleh oleh masyarakat secara maksimal dan merata.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 6

4. Kebutuhan lahan untuk saluran drainase/selokan

Kebutuhan lahan untuk drainase di kiri dan kanan jalan baik jalan

antar desa sepanjang 1,5 km dengan lebar 80 cm dengan kedalaman

100 cm, memerlukan lahan seluas 1600 m2. Sedangkan saluran

drainase disepanjang jalan antar dusun sepanjang 10 km dengan

lebar 50 cm dengan kedalaman 50 cm, memerlukan lahan seluas

10.000 m2.

4.3. Analisa Dampak Sosial Ekonomi

Dengan berkembangnya Desa Menggoro menjadi DPP maka diharapkan akan

berdampak pada perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Peran dari

DPP merupakan sentra dari daerah hinterland yang dapat berarti bahwa selain

Desa Menggoro memiliki karakteristik potensi ekonomi unggulan, Desa

Menggoro juga memiliki tempat terjadinya jual beli barang komoditas dari

hinterland dipasar Gondang sehingga menyebabkan pemenuhan kebutuhan

para pelaku ekonomi seperti tempat makan, toko pakaian, jasa dll. Hal ini akan

menyebabkan pola perekonomian Desa Menggoro bergeser dari orientasi

pertanian menjadi ke arah non pertanian dan jasa. Desa Menggoro sebagai DPP

memiliki fungsi sebagai pusat jual beli komoditas pertanian dan non pertanian

desa hinterlands yang dikonsentrasikan di pasar Gondang, akan membuat pola

distribusi penjualan komoditas pertanian menjadi lebih terstruktur dan

berjenjang dengan mekanisme pasar sehingga berpeluang para tengkulak yang

mematok harga rendah terhadap pembelian komoditas pertanian tidak ada lagi

karena minimnya akses petani pada informasi harga dan pembeli, sehingga

diharapkan tingkat kesejahteraan petani dapat lebih baik.

4.4. Analisis SWOT

Untuk mengetahui strategi-strategi dalam KTP2D DPP Desa Menggoro dapat

dilakukan dengan menggunakan analisis situasi saat ini pada lokasi DPP dan

Desa Hinterland, yang salah satunya menggunakan SWOT. Dalam

menggunakan metode SWOT, Perlu diketahui faktor-faktor yang diduga akan

mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan KTP2D di kawasan Desa

Menggoro. Untuk mengetahui faktor-faktor tersebut, maka dilakukan

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 7

identifikasi faktor yang akan menghambat maupun yang akan memperlancar

KTP2D Menggoro yang akan dikaji dan dianalisis dengan melihat potensi

biofisik dan sosial ekonomi masyarakat pada DPP dan Desa Hinterland.

a. Aspek Internal

Dari hasil pengamatan di lapangan dan masukan dari berbagai sumber,

dapat diseskripsikan beberapa kekuatan (strength) dan kelemahan

(Weakness) yang dimiliki oleh kawasan KTP2D antara lain seperti tersaji

dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2. Faktor-faktor Kekuatan (Strenght)

Kode Definisi Kekuatan

S1 Kondisi biofisik wilayah KTP2D yang menunjang kegiatan

S2 Keanekaragaman jenis potensi wilayah (desa) seperti SDM, Pertanian, perkebunan merupakan aset berharga

S3 Keberadaan kelompok – kelompok tani dan kelompok kegiatan

S4 Keberadaan kelembagaan masyarakat

S5 Keberadaan program-program desa

S6 Keberadaan instansi terkait

Sumber : Observasi dan hasil wawancara, Tahun 2012

Tabel tersebut menyajikan beberapa aspek di KTP2D yang dapat

dikatakan sebagai faktor kekuatan, sementara aspek-aspek yang

merupakan faktor kelemahan dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Faktor-faktor Kelemahan (Weakness)

Kode Definisi Kelemahan

WI Kurangnya pemahaman /pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan

W2 Masih kurangnya sarana prasarana di beberapa wilayah DPP dan Desa Hinterland

W3 Fasilitas biaya oprasional yang terbatas

Sumber : Observasi dan hasil wawancara, Tahun 2012

b. Aspek Eksternal KTP2D

Dari hasil pengamatan di lapangan dan masukan dari berbagai sumber,

dapat dideskripsikan beberapa peluang (Opportunity) dan ancaman

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 8

(Threats) yang dimiliki oleh kawasan antara lain seperti yang tersaji pada

tabel 4.4. berikut :

Tabel 4.4. Faktor-faktor Peluang (Opportunity)

Kode Definisi Peluang

O1 Dukungan masyarakat yang tinggi O2 Tingginya motivasi masyarakat untuk meningkatkan

sarana prasarana yang kurang memadai

O3 Permintaan masyarakat akan pembangunan sarana prasarana cukup besar yang dapat melancarkan perekonomian warga sehingga meningkatnya produktivitas ekonomi warga dan kesejahtraan masyarakat

Sumber : Observasi dan Hasil wawancara, Tahun 2012 Aspek-aspek yang merupakan faktor ancaman dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Faktor-faktor Ancaman (Threats)

Kode Definisi Ancaman

T1 Terbatasnya sarana prasarana pendukung (moda angkutan, kondisi jalan, kegiatan penyuluhan, dll)

T2 Sebagian besar masyarakat masih memiliki pemikiran yang sederhana dalam mengembangkan potensi desa

T3 Masyarakat sebagian besar hanya mengandalkan komoditas pertanian mentah yang akan dijual ke pasaran sehingga hal ini menyebabkan nilai tambah dan penghasilan tetap kecil

Sumber : Observasi dan Hasil wawancara, Tahun 2012 Dari hasil identifikasi faktor-faktor (kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman) diatas, selanjutnya dapat dirancang strategi-strategi dalam

matrik SWOT seperti pada tabel 4.6.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 9

Tabel 4.6. Matrik SWOT Dalam KTP2D

INTERNAL

EKSTERNAL

Strenght (S)

- Kondisi biofisik wilayah KTP2D yang menunjang kegiatan

- Keanekaragaman jenis potensi wilayah (desa) seperti SDM, Pertanian, perkebunan merupakan aset berharga

- Keberadaan kelompok – kelompok tani dan kelompok kegiatan

- Keberadaan kelembagaan masyarakat

- Keberadaan program-program desa

- Keberadaan instansi terkait

Weakness (W)

- Kurangnya pemahaman /pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan

- Masih kurangnya sarana prasarana di beberapa wilayah DPP dan Desa Hinterland

- Fasilitas biaya oprasional yang terbatas

Opportunity (O)

- Dukungan masyarakat yang tinggi - Tingginya motivasi masyarakat

untuk meningkatkan sarana prasarana yang kurang memadai

- Permintaan masyarakat akan pembangunan sarana prasarana cukup besar yang dapat melancarkan perekonomian warga sehingga meningkatnya produktivitas ekonomi warga dan kesejahtraan masyarakat

Strategi (SO)

1. Meningkatkan intensifikasi komoditi yang memiliki nilai jual tinggi

2. Meningkatkan produktivitas komoditas potensial

3. Mengembangkan kegiatan pengolahan komoditas pertanian dan kegiatan perekonomian lainnya melalui pengaktifan kelompok tersebut.

4. Mengembangkan kegiatan-kegiatan melalui program-program desa

5. Meningkatkan kerjasama antar instansi terkait dengan program desa

Strategi (WO)

1. Melakukan pembinaan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian

2. Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dalam pengadaan sarana prasarana yang kurang memadai

3. Meningkatkan dan menumbuhkembangkan semua komponen kelembagaan untuk memudahkan dan memperlancar pembangunan sarana dan prasarana

Threats (T) - Terbatasnya sarana prasarana

pendukung (moda angkutan, kondisi jalan, kegiatan penyuluhan, dll)

- Sebagian besar masyarakat masih memiliki pemikiran yang sederhana dalam mengembangkan potensi desa

- Masyarakat sebagian besar hanya mengandalkan komoditas pertanian mentah yang akan dijual ke pasaran sehingga hal ini menyebabkan nilai tambah dan penghasilan tetap kecil

Strategi (ST) 1. Membangun sarana dan

prasarana serta meningkatkan kondisi biofisik

2. Membuka cara berfikir masyarakat untuk mengembangkan potensi desa

3. Melakukan kegiatan pengolahan komoditas untuk memperoleh nilai tambah

Strategi (WT) 1. Percepatan ekonomi

daerah, sangat perlu

adanya kemitraan.

Kemitraan yang dimaksud

adalah dalam bentuk

partisipasi dari semua

unsur yang terkait untuk

pengembangan potensi 2. Peningkatan kemampuan

SDM, karena dengan

meningkatnya kemampuan

SDM yaitu peningkatan

jenjang pendidikan

penduduk akan

berpengaruh pada

kecepatan penyerapan

adopsi teknologi,

kemampuan untuk

menggali informasi dan

daya kreatifitas dan

inovasi. Dengan

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 10

peningkatan kemampuan

tersebut akan lebih

meningkatkan pendapatan

masyarakat, yang ada pada

akhirnya akan

meningkatkan

kesejahteraannya

Berdasarkan matrik SWOT diatas, dapat dilihat adanya 13 strategi yang dapat

diambil sebagai alternatif strategi untuk pencapaian tujuan KTP2D di

kawasan DPP Menggoro dan hinterlandnya. Dari pembentukan beberapa

strategi tersebut, maka diharapkan menjadi strategi yang dapat diterapkan

dalam pencapaian tujuan pengembangan pedesaan di kawasan DPP Menggoro

dan Hinterlandnya. Secara ringkas dapat dijelaskan mengenai strategi-strategi

yang telah terbentuk tersebut, yaitu:

1. Meningkatkan intensifikasi komoditi yang memiliki nilai jual yang tinggi

dan meningkatkan produktivitas komoditas potensial serta

mengembangkan kegiatan pengolahan komoditas pertanian dan kegiatan

perekonomian lainnya melalui pengaktifan kelompok tersebut.

Langkah ini dapat dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok,

yaitu dengan senantiasa memelihara kerjasama dengan pihak-pihak yang

dapat memberikan sarana bagi pemasaran hasil komoditi dengan harga

yang sesuai dengan standar baku yang berlaku. Dalam hal ini, pemerintah

dapat mengupayakan agar pelaku usaha untuk mau dan mampu

melakukan perubahan baik sikap dan perilakunya dalam menguatkan

kelembagaan, memperluas jaringan kerja, mengembangkan akses pasar

dan permodalan serta meningkatkan produksi dalam ikut membangun

dan mengelola komoditi untuk mewujudkan kesejahtraan masyarakat.

2. Meningkatkan kerjasama antar instansi terkait dengan program desa

Dalam usaha meningkatkan keeratan hubungan masyarakat dengan pihak

pemerintah yang menangani masalah sarana prasarana wilayah, maka

sebaiknya dilakukan peningkatan kerjasama dengan masyarakat untuk

lebih mengoptimalkan tujuan dari sarana dan prasarana itu sendiri,

masyarakat dalam hal ini memiliki motivasi dan dukungan yang besar

bagi tercapainya peningkatan sarana prasarana wilayah.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 11

3. Melakukan pembinaan kepada masyarakat untuk meningkatkan

pengetahuan dan keahlian.

Pembinaan kepada masyarakat di bidang pembangunan sarana prasarana

dapat dilakukan oleh instansi terkait melaui penyuluhan-penyuluhan

kepada kelompok-kelompok tani yang diadakan pada waktu-waktu

tertentu. Dalam hal ini pihak instansi tentunya diharapkan lebih

meningkatkan metode, materi, alat bantu dan teknologi serta sistem

penyelenggaraan penyuluhan mengembangkan penyuluhan yang

partisipatif melalui pendampingan untuk mengajak masyarakat.

4. Meningkatkan dan menumbuhkembangkan semua komponen

kelembagaan untuk memudahkan dan memperlancar pembangunan

sarana dan prasarana.

Pada saat ini terdapat Badan Perwakilan Desa (BPD) yang dianggap

sebagai pengganti LKMD pada masa lalu yang berperan sebagai perantara

yang menampung keluhan masyarakat mengenai sarana prasarana yang

kurang memadai. Lembaga ekonomi terutama lembaga keuangan yang

ada adalah koperasi Unit desa (KUD), namun kegiatan dan keberadaanya

hingga saat ini relative tidak berperan bagi masyarakat. Dalam usaha

untuk mengembangkan potensi masyarakat desa, diperlukan bantuan

teknis dan financial yang relatif lebih longgar dan luwes dalam prosedur

mendapatkannya, sehingga masyarakat memiliki kesempatan luas untuk

mengembangkan usahanya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat dari strategi-strategi yang

diperoleh dapat dijabarkan ke dalam kegiatan yang diharapkan dapat

menjawab permasalahan yang ada. Namun demikian, hal ini dapat

diwujudkan jika seluruh stakeholder, baik pemerintah maupun

masyarakat dapat menjalankan perannya dengan baik. KTP2D dapat

berjalan dengan baik jika didukung oleh komitmen yang kuat dari

stakeholder.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 12

4.5. Ukuran Keberhasilan KTP2D Menggoro

Sebuah perubahan yang dihasilkan dari strategi-strategi yang dijalankan,

tentunya dapat diketahui melalui parameter-parameter yang menjadi ukuran

keberhasilan strategi tersebut. Sebuah ukuran yang dapat digunakan untuk

mengetahui keberhasilan pembangunan sarana prasarana di DPP Menggoro,

yang paling utama adalah tingkat kesejahtraan masyarakat. Apabila

kesejahtraan masyarakat mengalami peningkatan, maka program

pembangunan sarana prasarana tersebut dapat dikatakan memperoleh

keberhasilan.

Bertitik tolak pada Undang-undang Penata Ruangaan tahun 1992

menyebutkan bahwa penataan ruang kawasan pedesaan diselenggarakan

sebagai bagian dari penataan ruang wilayah nasional atau wilayah propinsi

dan kabupaten atau kota. Penataan kawasan pedesaan harus disesuaikan

dengan kegiatan-kegiatan perekonomian yang ada dikawasan yang

bersangkutan. Kawasan pedesaan merupakan kawasan yang memiliki

kegiatan utama di sektor pertanian, termasuk didalamnya pengolaan sumber

daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman

pedesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan

ekonomi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa membangun pertanian pada

hakekatnya adalah membangun perekonomian desa

Selain itu, parameter yang dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan

pembangunan pedesaan dapat dilihat dari beberapa faktor penting antara lain

1)Pengetahuan mengenai kondisi biofisik lapangan, 2) Pengetahuan mengenai

jenis sarana prasarana yang sesuai dengan kondisi lapangan dan tujuan usaha

pembangunan, 3) Keahlian dan kesungguhan para pelaksana untuk mengelola

potensi pedesaan.

4.6. Peran Serta Masyarakat dalam KTP2D

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tampaknya diperlukan

pengembangan dan pengelolaan kawasan untuk memberikan hasil yang lebih

bermanfaat dan berdaya guna secara berkesinambungan. Keberhasilan suatu

kegiatan pembangunan tidak terlepas dari partisipatif masyarakat.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir IV - 13

“Mengelola potensi pedesaan” merupakan rangkaian kegiatan atau perbuatan

yang disengaja untuk mengatur, menggunakan, mempertahankan atau

meningkatkan kondisi lingkungan dan potensi-potensinya. Perbuatan

mengelola mencakup pengaturan penggunaan, pemeliharaan, serta

penambahan sarana prasarana.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir III - 1

Page 67: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir V - 1

BAB V

PENYUSUNAN RPJM

DPP KTP2D MENGGORO

5.1. Proses dan Hasil Rembug Desa

Kegiatan rembug desa merupakan kegiatan yang wajib dilakukan didalam

proses Penyususnan RPJM Pengembangan Kawasan Perdesaan. Rembug desa

merupakan implementasi dari pembangunan yang bertumpu pada partisipasi

masyarakat, yang merupakan cerminan dari kebutuhan sarana prasarana

secara nyata di lapangan yang dibutuhkan masyarakat luas. Kecamatan

Tembarak merupakan salah satu lokasi KTP2D dengan Desa Menggoro

sebagai DPP dan Desa disekitar desa menggoro sebagai Desa Hinterlands

(purwodadi, tawangsari, wonokerso, botoputih, greges).

Kegiatan rembug desa dilakukan di Desa Menggoro pada hari sabtu tanggal 15

September 2012 yang dimulai pada pukul 10.00 WIB dan dihadiri oleh :

Bappeda

DPU

Kecamatan Tembarak

Sekdes Menggoro dan perwakilan masyarakat

Kades Tawangsari

Kades Purwodadi

Kades Botoputih

Sekdes dan aparat desa Wonokerso

Konsultan perencana CV. Dwi Pertiwi

Kegiatan ini diawali dengan pembukaan oleh Bappeda bidang perencana

wilayah, sambutan dari sekdes Menggoro sebagai tuan rumah, paparan

sosialisasi RPJM DPP-KTP2D oleh konsultan, diskusi dan tanya jawab dari

peserta rembug desa dengan instansi Bappeda dan DPU. Didalam kegiatan

rembug desa banyak masukan yang bersifat pertanyaan dan usulan berkaitan

Page 68: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir V - 2

dengan program-program fisik dalam rangka menigkatkan kesejahteraan

masyarakat desa.

Hasil kegiatan rembug desa berupa usulan-usulan program secara tertulis

yang telah direkap di dalam table usulan program yang dilampirkan di dalam

laporan ini. Hasil rembug desa yang telah dilaksanakan sebagai berikut :

1. Secara umum hasil rembug desa sebagai berikut :

Secara umum masyarakat mempertanyakan tindak lanjut dari

penyususnan RPJM KTP2D ini.

Mengenai mekanisme dan tahapan pelaksanaan kegiatan.

Kegiatan/program yang diinginkan oleh pihak pemberi/pelaksana

kegiatan.

2. Proses dan Survey

Survey merupakan tindak lanjut dari hasil rembug Desa I, dengan maksud

untuk mempertajam usulan program yang sempat mengemuka di dalam

pertemuan dan survey awal tersebut. Mekanisme pembahasan dan

penyususnan urutan ptioritas program diserahkan kepada masyarakat,

dala penajaman usulan program ini, proses peninjauan lokasi sangat

diperlukan untuk mengetahui keadaan secara nyata yang kemudian

dilakukan perencanaan dan perhitungan rencana anggaran biaya yang

dibutuhkan.

5.2. Pemetaan Persoalan

Berdasarkan hasil Rembug Desa Menggoro, hasil yang dicapai adalah berupa

pemetaan persoalan yang dihadapi, penyebab, potensi desa untuk

menyelesaikan masalah, alternatif tindakan, lokasi, volume pekerjaan dan

sumber pembiayaan.

Berdasarkan pemetaan masalah yang telah dilakukan, secara umum persoalan

yang dihadapi adalah jalan becek dan rusak, kondisi jembatan yang rusak,

kurangnya drainase, saluran irigasi banyak yang rusak, kurangnya air bersih

pada saat musim kemarau, kurangnya gedung sekolah dan perlengkapannya,

kondisi pasar tradisional dan pasar hewan yang belum dikelola secara optimal,

kurangnya lahan parkir.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir V - 3

Tabel 5.1.

Pemetaan Persoalan tiap Desa

NoNo No. DeN Desa Persoalan

1.1 1. Desa

Menggoro

- Jalan rusak dan air menggenang ke jalan jika hujan

- DAM Sayap Irigasi Sebabung retak

- Kurangnya lahan parkir dan pembuatan kios di

Pasar Gondang.

- Pavingisasi dan Perbaikan Kios di Pasar Jum’at

Pahing.

2. 2. Desa

Purwodadi

- Jalan Usaha Tani Rusak.

- Belum adanya pasar hewan.

- Perairan/irigasi Segumuk jebol.

- Pembenahan jembatan Kali Langit penghubung

antar Kecamatan Tembarak dan Kecamatan

Selopampang.

3. 3. Desa Greges Desa

Wonokersa

- Pembutan Lumbung Pangan.

- Jalan rusak dan perkerasan jalan.

- Talud jalan desa.

- DAM dan gorong-gorong belum permanen.

4. 4. Desa Greges - Jalan Desa rusak parah.

- Drainase rusak.

- Pembuatan POLINDES

- Pembuatan pasar ikan

5. 5. Desa

Tawangsari

- Drainase jalan.

- Kurangnya air bersih di RW 4 dan RW 5.

- Sistem irigasi Wirongimbrang kurang berfungsi

dengan baik.

- Pembangunan Polindes

6. 6. Desa Botoputih - Rehab perpipaan dari Mata Air Pereng.

- Belum ada drainase.

- Jalan Desa rusak.

- Perbaiakn jalan penghubung Dusun Tlodas-Gajog

Page 70: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir V - 4

5.3. Potensi Desa Menggoro dan Desa Hinterlands

NoNo No. Desa Potensi

1.1 1. Desa

Menggoro

- Potensi sumber daya manusia yang dapat

diberdayakan.

- Potensi sumber daya alam yang dapat

dimanfaatkan seperti material dan hasil pertanian.

- Potensi swadaya dan gotong royong masyarakat

yaitu tenaga kerja dan iuran pembangunan.

- Sarana prasarana fasilitas umum bidang

pemerintahan, perekonomian, pendidikan,

kesehatan dan sarana sosial yang sudah ada.

- Potensi budaya yang berkembang dimasyarakat

seperti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan baik

yang bersifat kesenian maupun keagamaan.

- Potensi Lembaga Kemasyarakatan Desa yang

merupakan mitra kerja pemerintahan desa.

- Potensi Lembaga Ekonomi Desa.

- Partisipasi Masyarakat Menggoro.

2. 2. Desa

Purwodadi

- Potensi sumber daya manusia yang dapat

diberdayakan.

- Pengembangan agrowisata (Kelompok tani

domba).

- Potensi swadaya dan gotong royong masyarakat

yaitu tenaga kerja dan iuran pembangunan.

- Potensi sumber daya alam pertanian.

3. 3. Desa Greges Desa

Wonokersa

- Potensi sumber daya manusia yang dapat

diberdayakan.

- Potensi budaya yang berkembang dimasyarakat

seperti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan baik

yang bersifat kesenian maupun keagamaan.

- Potensi swadaya dan gotong royong masyarakat

Page 71: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir V - 5

yaitu tenaga kerja dan iuran pembangunan.

- Potensi industri rumah tangga (ceriping).

- Potensi sumber daya alam pertanian.

4. 4. Desa Greges - Potensi sumber daya manusia yang dapat

diberdayakan.

- Potensi Lembaga Kemasyarakatan Desa yang

merupakan mitra kerja pemerintahan desa.

- Potensi swadaya dan gotong royong masyarakat

yaitu tenaga kerja dan iuran pembangunan.

- Potensi sumber daya alam pertanian.

5. 5. Desa

Tawangsari

- Potensi sumber daya manusia yang dapat

diberdayakan.

- Potensi Lembaga Kemasyarakatan Desa yang

merupakan mitra kerja pemerintahan desa.

- Potensi swadaya dan gotong royong masyarakat

yaitu tenaga kerja dan iuran pembangunan.

- Adanya BUMDes dan BMT (Kopersi simpan

pinjam).

- Adanya organisasi kemasyarakatan (Karang

Taruna, Kelompok bengkel, Kelompok

Pertukangan, Pedagang Hasil bumi, dll).

- Potensi perikanan (pembesaran ikan Lele dan ikan

Nila).

- Adanya ide pengelolaan dan pemanfaatan sampah

organik dan an organik akan tetapi terkendala oleh

sarana dan prasarana pendukungnya.

- Potensi sumber daya alam pertanian.

6. 6. Desa Botoputih - Potensi sumber daya manusia yang dapat

diberdayakan.

- Potensi Lembaga Kemasyarakatan Desa yang

merupakan mitra kerja pemerintahan desa.

Page 72: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir V - 6

- Potensi swadaya dan gotong royong masyarakat

yaitu tenaga kerja dan iuran pembangunan.

- Potensi sumber daya alam pertanian.

5.4. Prioritas Penanganan KTP2D

5.4.1. Prioritas Penanganan dengan Metode Skoring

1. Kemampuan berproduksi

Kriteria kemampuan berproduksi meliputi kemampuan produksi baik

produktivitas komoditi maupun sistem pengelolaan komoditas atau

jasa. Keberadaan pasar untuk menjangkau pemasaran komoditas atau

jasa serta keterkaitan dengan sektor lain (aglomerasi antar sektor).

Penyerapan tenaga kerja dan spesifikasi ketrampilan tenaga kerja

yang terlibat dalam sistem produksi komoditas atau jasa.

2. Kemampuan Mengembangkan Kegiatan

Kriteria kemampuan mengembangkan kegiatan terdiri dari sarana dan

prasarana umum seperti prasarana listrik, air bersih, pembuangan

sampah, pelayanan telpon, dan prasarana jalan. Sarana umum meliputi

sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana olahraga, perekonomian

dan transportasi.

3. Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan

Kriteria kemampuan mengembangkan kelembagaan dinilai dari

kemandirian desa, kelembagaan masyarakat yang ada dan berjalan

serta keberadaan program peningkatan kualitas desa.

4. Kemampuan Meningkatkan SDM

Kriteria kemampuan meningkatkan SDM Mencakup pada tingkat

pendidikan masyarakat, ketrampilan tenaga kerja, dan karakteristik

penduduk.

Kriteria-kriteria tersebut menjadi variable analisis prioritas

penanganan KTP2D berdasarkan rentang nilai dari kemampuan

masing-masing desa.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir V - 7

Tabel 5.2. Prioritas Penanganan KTP2D

ASPEK PENILAIAN

DESA Prioritas Penanganan

Menggoro Wono kerso

Purwodadi

Tawang sari

Greges Botoputih

Kemampuan berproduksi

8,91 10,47 11,73 11,81 9,19 9,19 Desa Menggoro

Kemampuan Mengembangkan Kegiatan

13,74 12,38 12,38 10,18 10,18 10,81 Desa Greges dan Desa Tawangsari

Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan

4,88 4,88 4,88 4,88 4,53 4,53 Desa Botoputih

Kemampuan Meningkatkan SDM

6,91 6,91 6,91 6,91 6,91 6,91 Desa Wonokerso

Sumber : Analisis data, Tahun 2012

Penilaian dapat dilakukan terhadap tiap program rencana pembangunan

kawasan, melalui perhitungan antara nilai tiap variable. Prioritas penanganan

KTPD ditunjukan oleh nilai terkecil pada setiap aspek penilaian.

1. Kemampuan Berproduksi

Dari hasil penilaian pada kriteria kemampuan berproduksi Desa Menggoro

produktivitas komoditinya masih rendah dibandingkan dengan desa

hinterland, hal ini dapat dilihat dari komoditas potensi SDA nya yang masih

rendah. Desa Menggoro yang berfungsi sebagai Desa Pusat Pertumbuhan

ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-

desa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi.

Desa Menggoro merupakan wilayah pendukung mobilitas perekonomian

karena berfungsi sebagai pusat perdagangan komoditi dari daerah

hinterland, sehingga keberadaan pasar Gondang sangat diperlukan dan

dibenahi supaya berfungsi secara maksimal karena merupakan pusat

perekonomian dan sebagai pemenuhan kebutuhan DPP dan Hinterland.

2. Kemampuan Mengembangkan Kegiatan

Dari hasil kriteria kemampuan mengembangkan kegiatan, Desa Botoputih

dan Desa Tawangsari berkaitan dengan sarana dan prasarana umum masih

kurang memadai, antara lain prasarana jalan karena kondisi jalan akan

mempengaruhi moda angkutan perekonomian, maka dari itu perlu

Page 74: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir V - 8

perbaikan jalan agar moda angkutan semakin lancar dan pergerakan

distribusi penjualan hasil pertanian ke pasar dari sisi waktu tempuh dan

biaya operasional menurun.

3. Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan

Dari hasil kriteria kemampuan mengembangkan kelembagaan, Desa Greges

masih kurang berkembang antara lain berkaitan dengan mengoptimalkan

keaktifan lembaga masyarakat desa.

4. Kemampuan Meningkatkan SDM

Kriteria kemampuan meningkatkan SDM Desa Wonokerso masih perlu

ditingkatkan karena Desa Wonokerso merupakan daerah yang mempunyai

banyak potensi baik itu potensi biofisik seperti SDA nya akan tetapi juga

potensi ketrampilan dan kesenian di Desa Wonokerso yang terkendala oleh

tempat pelatihan, untuk itu pembangunan lumbung pangan sekaligus ruang

serba guna sangat diperlukan, lumbung pangan yang berfungsi untuk

menampung hasil panen pada saat musim paceklik sehingga pada saat

musim paceklik bisa digunakan untuk ketersediaan pangan masyarakat.

5.4.2. Prioritas Penanganan Permasalahan dari Hasil Rembug Desa II

Berdasarkan Hasil Rembug Desa II yang dilakukan di Desa Menggoro yang

dihadiri oleh :

Perwakilan Bappeda Bidang Prasarana Wilayah

DPU Bidang Cipta Karya

Camat Tembarak

Perwakilan Perangkat Desa dan Tokoh Masyarakat Desa Menggoro

Perwakilan Perangkat Desa dan Tokoh Masyarakat Desa Tawangsari

Perwakilan Perangkat Desa dan Tokoh Masyarakat Desa Purwodadi

Perwakilan Perangkat Desa dan Tokoh Masyarakat Desa Botoputih

Perwakilan Perangkat Desa dan Tokoh Masyarakat Desa Wonokerso

Perwakilan Perangkat Desa dan Tokoh Masyarakat Desa Greges

Konsultan CV.DWI PERTIWI

Hasil kegiatan Rembug Desa berupa prioritas penanganan persoalan KTP2D

yang disepakati oleh masyarakat seperti pada tabel berikut :

Page 75: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir V - 9

1. Desa Menggoro

No Masalah Dirasakan oleh

orang banyak

Sangat parah

Menghambat peningkatan pendapatan

Potensi untuk memecahkan

masalah

Jumlah nilai

Urutan peringkat

1 Jalan rusak sehingga air menggenang ke jalan jika hujan

4 4 3 4 15 1

2 Pasar Jum’at pahingtidak optimal

2 3 4 3 12 2

3 Pasar Gondang belum ada tempat parkir yang mewadai dan pembuatan kios los

3 2 1 2 8 3

4 DAM dan Saluran Irigasi

1 1 2 1 5 4

2. Desa Tawangsari

3. Desa Wonokerso

No Masalah Dirasakan oleh

orang banyak

Sangat parah

Menghambat peningkatan pendapatan

Potensi untuk memecahkan

masalah

Jumlah nilai

Urutan peringkat

1 Lumbung pangan (lumbung paceklik)

4 4 4 4 16 1

2 Jalan rusak 3 3 3 3 12 2

3 Talud jalan

desa

1 2 2 1 6 3

4 DAM 2 1 1 2 6 4

No Masalah Dirasakan oleh orang

banyak

Sangat parah

Menghambat peningkatan pendapatan

Potensi untuk memecahkan

masalah

Jumlah nilai

Urutan peringkat

1 Drainase 4 4 3 4 15 1

2 Air bersih 3 3 2 3 11 2

3 Irigasi Wirongimbrang

2 2 4 1 9 3

4 Pembangunan Polindes

1 1 1 2 5 4

Page 76: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.temanggungkab.go.id · Laporan Akhir I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat dan arah perkembangan kawasan wilayah di Kabupaten Temanggung

Laporan Akhir V - 10

4. Desa Purwodadi

5. Desa Botoputih

No Masalah Dirasakan oleh

orang banyak

Sangat parah

Menghambat peningkatan pendapatan

Potensi untuk

memecahkan masalah

Jumlah nilai

Urutan peringkat

1 Rehap perpipaan

4 3 3 4 14 1

2 Drainase 3 4 2 3 12 2

3 Jalan desa Jalan penghubung antar desa (Botoputih-Tawangsari)

2 2 4 2 10 3

4 Jalan Tembus Dusun Tlogas-Gajog)

1 1 1 1 4 4

6. Desa Greges No Masalah Dirasakan

oleh orang

banyak

Sangat parah

Menghambat peningkatan pendapatan

Potensi untuk memecahkan

masalah

Jumlah nilai

Urutan peringkat

1 Drainase 4 3 3 4 14 1

2 Jalan Rusak 3 4 4 2 13 2

3 Pembangunan

POLINDES

2 2 1 3 8 3

4 Pembuatan

Pasar ikan

1 1 2 1 5 4

No Masalah Dirasakan oleh

orang banyak

Sangat parah

Menghambat peningkatan pendapatan

Potensi untuk

memecahkan masalah

Jumlah nilai

Urutan peringkat

1 Jembatan rawan kecelakaan

4 3 3 4 14 1

2 Saluran Irigasi/Irigasi jebol

3 4 4 3 14 2

3 Pasar Hewan Domba

2 2 2 2 8 3

4 Talud JUT 1 1 1 1 4 4