gambar 1.1. kerangka pikir penyusunan rencana...

171
Visi & Misi PP Visi & Misi Kabupaten LANDASAN HUKUM DAN OPERASIONAL PUSAT - KSN PP (2001 2005) - UU No. 22/1999 - UU No. 25/1999 - UU No. 23/1997 - UU No. 4/1992 - UU No. 26/2007 - UU No. 16/1985 - UU No. 5/1960 - PP 25/2000 - Peraturan terkait lainnya PROPINSI - RTRW Jawa Tengah - - Kebijakan yang relevan KABUPATEN - - Renstra Dinas/Instansi - Kebijakan yang terkait dengan Perumahan dan Permukiman PENDATAAN Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Keseluruhan I 9 A Tim Teknis & SKPD Terkait PROYEKSI DAN PREDIKSI - Kependudukan - Kebutuhan rumah - Ketersediaan lahan - Kebutuhan sarana dan prasaran ARAH PENGEMBANGAN - Fungsi - Fisik KONSEPSI PENGEMBANGAN PP - Alokasi lokasi ruang - Kebijakan strategis - Rumusan skala prioritas - Strategi pelayanan masyarakat - Kebijakan pembiayaan dan kelembagaan Pembangunan Kelembagaan Pembiayaan PP Pengembangan Tata Laksana Pembangunan PP Pengembangan Peraturan Perundangan Pembinaan Terhadap Jasa Pembangunan PP TARGET DAN SASARAN PEMBANGUNAN PP Rencana Penanganan Permukiman Perdesaan Rencana Peningkatan Kualitas pp Rencana Pengembangan Kawasan PP Baru Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman KABUPATEN LEGALISASI RTRW Kabupaten Rencana PP oleh Pengembang Rencana PP oleh Masyarakat Eksisting Lahan untuk PP Kondisi Perumahan & Permukiman (PP) Inventarisasi & Pencatatan Ulang POKOK-POKOK PERMASALAHAN PP - Permasalahan yang penting dan genting - Permasalahan yang perlu diantisipasi melalui perundang- undangan - Permasalahan yang dapat diselenggarakan secara bertahap Stok PP Luasan & Persebaran PP Layanan Sarana & Prasarana RPJM Jateng RTRW Kabupaten

Upload: lamkhue

Post on 15-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Visi & Misi PP

Visi & Misi

Kabupaten

LANDASAN HUKUM DAN

OPERASIONAL

PUSAT

- KSN PP (2001 – 2005)

- UU No. 22/1999

- UU No. 25/1999

- UU No. 23/1997

- UU No. 4/1992

- UU No. 26/2007

- UU No. 16/1985

- UU No. 5/1960

- PP 25/2000

- Peraturan terkait lainnya

PROPINSI

- RTRW Jawa Tengah

- RPM Jateng

- Kebijakan yang relevan

KABUPATEN

- RUTR Kabupaten

- Renstra Dinas/Instansi

- Kebijakan yang terkait dengan

Perumahan dan Permukiman

PENDATAAN

Gambar 1.1.

Kerangka Pikir Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Keseluruhan

I – 9 A

Tim Teknis

& SKPD Terkait

TARGET DAN SASARAN

PEMBANGUNAN PP

RP4D KABUPATEN

Pembinaan Terhadap

Jasa Pembangunan PP

Pengembangan

Peraturan

Perundangan

Pengembangan Tata

Laksana

Pembangunan PP

Pengembangan

Kelembagaan

Pembiayaan PP

LEGALISASI

PROYEKSI DAN

PREDIKSI

- Kependudukan

- Kebutuhan rumah

- Ketersediaan lahan

- Kebutuhan sarana

dan prasaran

ARAH

PENGEMBANGAN

- Fungsi

- Fisik

KONSEPSI PENGEMBANGAN PP

- Alokasi lokasi ruang

- Kebijakan strategis

- Rumusan skala prioritas

- Strategi pelayanan masyarakat

- Kebijakan pembiayaan dan kelembagaan

Pembangunan Kelembagaan

Pembiayaan PP

Pengembangan Tata Laksana

Pembangunan PP

Pengembangan Peraturan

Perundangan

Pembinaan Terhadap Jasa

Pembangunan PP

TARGET DAN SASARAN

PEMBANGUNAN PP

Rencana Penanganan

Permukiman Perdesaan Rencana Peningkatan

Kualitas pp

Rencana Pengembangan

Kawasan PP Baru

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

KABUPATEN

LEGALISASI

RTRW Kabupaten

Rencana PP oleh

Pengembang

Rencana PP oleh

Masyarakat

Eksisting Lahan

untuk PP

Kondisi Perumahan

& Permukiman (PP)

Inventarisasi &

Pencatatan Ulang

POKOK-POKOK

PERMASALAHAN PP

- - Permasalahan yang

penting dan genting

- Permasalahan yang

perlu diantisipasi

melalui perundang-

undangan

- Permasalahan yang

dapat

diselenggarakan

secara bertahap

Stok PP

Luasan & Persebaran

PP

Layanan Sarana &

Prasarana

RPJM Jateng

RTRW Kabupaten

LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN ANTARA DRAF LAPORAN AKHIR

Konsep Laporan Akhir

Persiapan Dialog

Persiapan Dialog

Persiapan Dialog

PRODUK

KONSULTASI

T O R

Diskusi dan Konsultasi

Rencana Kerja

Organisasi

Pelaksanaan

Penyusunan Rencana Kerja

Persiapan Pengumpulan Data Instansi

dan Lapangan

Pengumpulan

data

Daftar Permasalahan

Data Lapangan

Hasil Analisis

Hasil Dialog

Analisis Data dan

Permasalahan

DRAF RP4D

LAPORAN

AKHIR Penyusunan

Draf RP4D

Pembahasan Penyempurnaan

DRAF RP4D

Proses

Penyempurnaan

Diskusi dan

Konsultasi

Gambar 4.2.

Kerangka Pikir Penyusunan RP4D Kabupaten Temanggung

IV - 5 B

RTRWP Jateng RTRW Kab. Temanggung

RPJM Kab. Temanggung RUTRK IKK Kec. UU No. 4 thn. 1992

UU No. 26 thn 2007 UU No. 32 thn. 2004 UU No. 33 thn. 2004

Peraturan yang terkait

Kondisi Lapangan (Foto, Peta, Data) Masukan Tim Teknis atau narasumber Kajian Peraturan perundang-undangan terkait

Masukan Tim Teknis atau narasumber Kajian Peraturan perundang-undangan terkait NSPM Bidang Perumahan dan Permukiman

Masukan Hasil Pembahasan Peraturan perundang-undangan terkait Peraturan dan Standar

MASUKAN

Analisis Penyusunan RP4D

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kab. Temanggung

Penetapan RP4D Kabupaten Temanggung

Persiapan TAHAPAN Survey Kompilasi data

Persiapan Administrasi

Mobilisasi Tenaga Ahli Persiapan Bahan dan Alat

Desk Studi Literatur

Potensi dan Masalah Perumahan dan Permukiman di Kab. TemanggungMetode

Pelaksanaan Data sekunder dan Peta

Penyusunan Jadual dan Rencana Kerja

Survey Instansi dan Lapangan Kompilasi data dan identifikasi permasalahan dan potensi perumahan dan permukiman

Analisis :

Kependudukan, kebutuhan ruang kawasan,

pengembangan kawasan permukiman baru, peningkatan kualitas permukiman,

pengembangan kawasan yang bercirikan perdes

aan, kebutuhan fasilitas dan prasarana,

kelembagaan dan pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman

RP4D di Kab. Temanggung

Penyusunan buku kompilasi data dan analisis Dialog dengan Stakeholder di daerah

Perbaikan Laporan Draf Akhir

- Finalisasi laporan akhir - Perbaikan database

perumahan dan permukiman Kab.

Temanggung - Menyusun draf naskah

akdemis

Perumusan Draft RP4D Kab. Temanggung, yang mencakup Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Baru Renc. daya tamping pendudukan dan kebutuhan ruang Renc. Penyediaan Perumahan Renc. Lokasi Pembangunan Perumahan Baru Strategi Penangan Pembangunan Kawasan Permukiman

Rencana Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Renc. lokasi Peningkatan Kualitas Permukiman Renc. Jenis-jenis Program Peningkatan Kualitas Permukiman

Renc. Penanganan kawasan Permukiman Strategi Penanganan Peningkatan Kualitas Permukiman

Rencana Penanganan Kawasan Permukiman Perdesaan Penetapan Orde Kawasan Renc. lokasi Kawasan Permukiman Perdesaan Strategi Penanganan Permukiman Perdesaan

Rencana Pengembangan Kelembagaan Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Database Perumahan dan Permukiman

KEGIATAN

2 1

3

Keterangan : 1. Pembahasan/Penyampaian Laporan Pendahuluan 2. Pembahasan/Penyampaian Laporan Antara

3. Pembahasan/Penyampaian Draf Akhir Laporan

Diskusi dan Konsultasi

V- 1

BAB V

TINJAUAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG

KABUPATEN TEMANGGUNG

5.1. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang Kabupaten menggambarkan susunan unsur-unsur

pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang

digambarkan dengan tata urutan dan berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga

membentuk struktur ruang Kabupaten.

Rencana Struktur Ruang terdiri atas Rencana Sistem Pusat Pelayanan dan Rencana

Sistem Jaringan Prasarana Wilayah.

Rencana Sistem Pusat Pelayanan terdiri dari :

1. Rencana Sistem Perkotaan terdiri atas :

a. Pusat Kegiatan Lokal yang disingkat PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi

untuk melayani kegiatan skala Kabupaten atau beberapa Kecamatan.

b. PKL tersebut terdiri atas wilayah atau kawasan yaitu Kawasan Perkotaan

Temanggung dan Kawasan Perkotaan Parakan.

c. Pusat Kegiatan Lokal promosi yang disingkat PKLp adalah kawasan perkotaan

yang berfungsi melayani kegiatan skala Kabupaten Atau beberapa Kecamatan.

PKLp tersebut terdiri atas wilayah atau kawasan yaitu Kawasan Perkotaan

Ngadirejo dan Kawasan Perkotaan Kranggan.

d. Pusat Pelayanan Kawasan yang disingkat PPK adalah kawasan perkotaan yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kecamatan atau beberapa Desa. PPK

tersebut terdiri atas wilayah atau kawasan yaitu Kawasan Perkotaan Pringsurat,

Kedu, Kandangan, Kledung, Bulu, Candiroto, Selopampang, Bejen, Jumo,

Tlogomulyo, Tembarak, Kaloran, Gemawang, Wonoboyo, Bansari dan Tretep.

V- 2

2. Rencana Sistem Perdesaan terdiri atas :

a. Pusat Pelayanan Lingkungan yang disingkat PPL adalah pusat permukiman yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. PPL tersebut terdiri atas

wilayah atau kawasan yaitu Desa Kebumen Kecamatan Pringsurat, Kebonsari

Kecamatan Wonoboyo, Desa Tepusen Kecamatan Kaloran, Desa Gentan

Kecamatan Kranggan, Desa Malebo Kecamatan Kandangan dan Desa lain yang

ditetapkan dengan Keputusan Bupati sebagai Desa PPL.

b. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri dari atas satu atau lebih pusat

kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan

pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan

fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem

agrobisnis. Adapun untuk wilayah atau kawasan agropolitan sendiri adalah

Kecamatan Kledung, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Gemawang, Selopampang

dan Kecamatan yang lain yang ditetapkan sebagai kawasan agropolitan dengan

Keputusan Bupati.

Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031

Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Peta 5.1. berikut ini :

V- 3

V- 4

Sedangkan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah terdiri dari :

A. Sistem Jaringan Transportasi

Sistem Jaringan Transportasi terdiri dari :

I. Fungsi Jaringan Jalan yang meliputi :

Fungsi Jaringan Jalan meliputi : Status Jalan dan Fungsi Jalan.

Adapun Status Jalan terdiri atas : Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten

dan Jalan Desa.

Sedangkan Fungsi Jalan itu sendiri terdiri atas : Jalan Arteri, Jalan Kolektor, Jalan

Lokal dan Jalan Lingkungan.

Jalan Nasional meliputi Ruas Jalan Arteri dan Ruas Jalan Kolektor :

a. Untuk Ruas Jalan Arteri meliputi : Ruas Jalan Secang-Pringsurat dan Ruas Jalan

Pringsurat-Batas Kedu Timur/Semarang Barat (Pringsurat-Bawen).

b. Sedangkan Ruas Jalan Kolektor meliputi : Ruas Jalan Batas Kabupaten

Wonosobo-Parakan, Ruas Jalan Parakan-Pertigaan Bulu, Ruas Jalan Diponegoro

Parakan, Ruas Jalan Pertigaan Bulu-Kedu, Ruas Jalan Kedu-batas Kota

Temanggung yang meliputi : ( Jalan Hayam Wuruk, Jalan Gajahmada, Jalan

Diponegoro ), Ruas Jalan Batas Kota Temanggung-Kranggan yang meliputi :

(Jalan Letjen. S. Parman, Jalan Jend. Sudirman, Jalan Suwandi Suwardi) dan

Ruas Jalan Kranggan-Secang.

Jalan Provinsi berupa Ruas Jalan Kolektor yang meliputi :

a. Jalan WR. Supratman-Kaloran-Batas Kabupaten Semarang.

b. Jalan Pringsurat-Kranggan.

c. Jalan Temanggung (Jalan MT. Haryono)-Pertigaan Bulu.

d. Jalan Parakan-Ngadirejo-Patean.

Jalan Kabupaten berupa Ruas Jalan Lokal.

Jalan Desa meliputi Jalan Lingkungan di seluruh Daerah.

II. Jaringan Pelayanan Angkutan Umum berupa Peningkatan Rute Pelayanan

Angkutan Umum yang meliputi :

1. Rute Pelayanan Angkutan Perdesaan :

a. Temanggung-Rowoseneng

V- 5

b. Temanggung-Tepusen

c. Temanggung-Braman

d. Temangggung-Tembarak-Selopampang

e. Temanggung-Tegowanuh-Kaloran

f. Temanggung-Tlilir-Lamuk-Legoksari

g. Temanggung-Bulu-Parakan

h. Temanggung-Gilingsari-Candisari

i. Temanggung-Danupayan-Pagersari

j. Temanggung-Kranggan-Kaloran

k. Temanggung-Kranggan-Medono-Pingit

l. Temanggung-Balerejo-Sriwungu-Tlogomulyo-Tempuran

m. Temanggung-Ngimbrang-Bansari

n. Temanggung-Kedu-Parakan

o. Ngimbrang-Kedu-Jumo

p. Kranggan-Bengkal-Selopampang

q. Ngadirejo-Jumo-Gemawang

r. Ngadirejo-Kalipahing-Muncar

s. Ngadirejo-Muntung-Gembyang-Pringbanyu

t. Ngadirejo-Gondangwinangun-Mangunsari-Nglaruk-Pateken-Kebonsari-

Rejosari-Wonoboyo-Tretep

u. Ngadirejo-Jumprit-Canggal

v. Ngadirejo-Purbosari-Pringsewu-Katekan-Lamuk-Ngadirejo

w. Ngadirejo-Petirejo-Karanggedong-Klimbungan-Ngadirejo

x. Ngadirejo-Muntung-Secakran-Pitrosari-Kebonsari

y. Candiroto-Wonoboyo-Tretep

z. Pingit-Kalitelon

2. Rute Pelayanan Angkutan Perkotaan meliputi :

a. Kawasan Perkotaan Temanggung

b. Kawasan Perkotaan Parakan

c. Kawasan Perkotaan Kranggan

d. Kawasan Perkotaan Ngadirejo

V- 6

III. Sarana Pelayanan Angkutan Umum yang meliputi Terminal Penumpang dan

Terminal Barang, adapun Terminal Penumpang dan Barang diantaranya yaitu:

A. Terminal Penumpang meliputi :

a. Pengembangan Terminal Tipe B yaitu Kawasan Perkotaan Temanggung.

b. Peningkatan Terminal Tipe C menjadi Tipe B yaitu Kawasan Perkotaan

Parakan dan Ngadirejo.

2. Sedangkan Peningkatan dan Pengembangan Terminal Tipe C meliputi :

a. Kawasan Perkotaan Kranggan

b. Kawasan Perkotaan Pringsurat

c. Kawasan Perkotaan Kedu

d. Kawasan Perkotaan Kandangan

e. Kawasan Perkotaan Kledung

f. Kawasan Perkotaan Bulu

g. Kawasan Perkotaan Candiroto

h. Kawasan Perkotaan Selopampang

i. Kawasan Perkotaan Bejen

j. Kawasan Perkotaan Jumo

k. Kawasan Perkotaan Tlogomulyo

l. Kawasan Perkotaan Tembarak

m. Kawasan Perkotaan Kaloran

n. Kawasan Perkotaan Gemawang

o. Kawasan Perkotaan Wonoboyo

p. Kawasan Perkotaan Bansari

q. Kawasan Perkotaan Tretep

3. Terminal Barang meliputi :

a. Kecamatan Pringsurat

b. Kecamatan Temanggung

c. Kecamatan Kranggan

d. Kecamatan Ngadirejo

e. Kecamatan Parakan

V- 7

VI. Management dan Rekayasa Lalulintas yang meliputi Perencanaan,

Pengaturan, Perekayasaan, Pemberdayaan dan Pengawasan Lalu Lintas.

A. Perencanaan lalu lintas diantaranya yaitu :

a. Identifikasi masalah lalu lintas.

b. Inventarisasi dan Analisis situasi arus lalu lintas.

c. Inventarisasi dan Analisis kebutuhan angkutan orang dan barang..

d. Inventarisasi dan Analisis ketersediaan atau daya tampung jalan.

e. Inventarisasi dan Analisis ketersediaan atau daya tampung kendaraan.

f. Inventarisasi dan Analisis angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas.

g. Inventarisasi dan Analisis dampak lalu lintas.

h. Penetapan tingkat pelayanan.

i. Penetapan rencana kebijakan pengaturan.

j. Penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas.

B. Pengaturan lalu lintas diantaranya yaitu :

a. Penetapan kebijakan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas

pada jaringan jalan tertentu.

b. Pemberian informasi kepada masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan

yang telah ditetapkan.

C. Perekayasaan lalu lintas diantaranya yaitu :

a. Perbaikan geometrik ruas jalan atau persimpangan serta perlengkapan

jalan yang tidak berkaitan langsung dengan pengguna jalan.

b. Pengadaan, pemasangan, perbaikan dan pemeliharaan perlengkapan jalan

yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan.

c. Optimalisasi operasional rekayasa lalu lintas dalam rangka meningkatkan

ketertiban, kelancaran dan efektivitas penegakan hukum.

D. Pemberdayaan lalu lintas diantaranya yaitu :

Melalui Arahan, Bimbingan, Penyuluhan, Pelatihan dan Bantuan Teknis.

E. Pengawasan lalu lintas diantaranya yaitu :

a. penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan.

b. tindakan korektif terhadap kebijakan.

c. tindakan penegakan hukum.

V- 8

Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031

Peta Rencana Sistem Transportasi Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Peta 5.2. berikut ini :

V- 9

V- 10

B. Sistem Jaringan Energi

Sistem Jaringan Energi terdiri dari :

1. Rencana Pengembangan Transmisi Tenaga Listrik

a. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) bertegangan 500 kilo volt.

Melewati Kecamatan Kandangan, Kecamatan Kaloran, Kecamatan Kranggan dan

Kecamatan Pringsurat.

b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) bertegangan 150 kilo volt.

Melewati Kecamatan Kledung-Kecamatan Parakan-Kecamatan Kedu-Kecamatan

Bulu-Kecamatan Tlogomulyo-Kecamatan Tembarak-Kecamatan Selopampang.

c. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) bertegangan 6 kilo volt.

Dari pembangkit masuk ke Gardu Induk (GI).

d. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) bertegangan 20 kilo volt.

Di seluruh Wilayah Kecamatan.

e. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) bertegangan 110 - 220 volt.

Di seluruh Wilayah Kecamatan.

2. Rencana Pengembangan Transmisi Gardu Induk ( GI ) Distribusi atau

Pembangkit Listrik

a. Peningkatan dan pengembangan Gardu Induk (GI) distribusi listrik bertegangan

150 kilo volt.

b. Peningkatan atau pengembangan pembangkit listrik berupa pengembangan

Listrik Tenaga Mikrohidro atau Minihidro di seluruh Wilayah Kecamatan.

3. Pengembangan energi biogas di lokasi yang memiliki potensi limbah organik.

Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031

Peta Jaringan Listrik Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Peta 5.3. berikut ini :

V- 11

V- 12

C. Sistem Jaringan Telekomunikasi

Sedangkan sistem jaringan telekomunikasi terdiri dari :

1. Jaringan Kabel yang direncanakan dengan pengembangan sistem prasarana

jaringan kabel dan pembangunan rumah kabel di seluruh Wilayah Kecamatan

yang meliputi :

a. Kecamatan Temanggung

b. Kecamatan Tembarak

c. Kecamatan Tlogomulyo

d. Kecamatan Selopampang

e. Kecamatan Kranggan

f. Kecamatan Pringsurat

g. Kecamatan Parakan

h. Kecamatan Kedu

i. Kecamatan Bulu

j. Kecamatan Kandangan

k. Kecamatan Kledung

l. Kecamatan Ngadirejo

m. Kecamatan Candiroto

n. Kecamatan Jumo

o. Kecamatan Bejen

2. Sistem Nirkabel yang berupa Sarana Telekomunikasi Sistem Nirkabel di seluruh

Wilayah. Dan Mengarahkan penggunaan menara bersama telekomunikasi untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang.

Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031

Peta Jaringan Telekomunikasi Kabupaten Temanggung

dapat dilihat pada Peta 5.4. berikut ini :

V- 13

V- 14

D. Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Sedangkan sistem jaringan sumber daya air diarahkan pada konservasi sumber daya

air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air yang terdiri

atas :

1. WS

WS meliputi :

a. WS Progo-Opak-Serang yang merupakan WS lintas provinsi;

b. WS Bodri-Kuto yang merupakan WS lintas kabupaten;

c. DAS pada WS Progo-Opak-Serang berupa DAS Progo; dan

d. DAS pada WS Bodri-Kuto berupa DAS Kuto.

2. CAT

CAT meliputi :

a. CAT Magelang-Temanggung

b. CAT Subah

c. CAT Sidomulyo

3. Jaringan Irigasi

Jaringan Irigasi meliputi :

a. Pengelolaan Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi

meliputi :

- Daerah Irigasi Progo Manggis-Kalibening

- Daerah Irigasi Soropadan

- Daerah Irigasi Catgawen I, II, III, IV

- Daerah Irigasi Galeh

b. Pengelolaan Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah

meliputi 579 (Lima Ratus Tujuh Puluh Sembilan) daerah irigasi dengan luas

minimal 17.631,71 (Tujuh Belas Ribu Enam Ratus Tiga Puluh Satu Koma Tujuh

Puluh Satu) Hektar.

c. Pembangunan Embung untuk keperluan irigasi air baku dan pengendalian

banjir di seluruh Wilayah Kecamatan.

4. Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih

Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih meliputi :

a. Peningkatan Prasarana Air Minum di Kawasan Perkotaan dan Perdesaan.

b. Pengelolaan secara optimal sumber mata air untuk air minum, air bersih, dan

air untuk irigasi.

V- 15

c. Mengendalikan dengan ketat penggunaan air tanah dalam.

5. Sistem Pengendalian Daya Rusak Air

Sistem Pengendalian Daya Rusak Air itu sendiri meliputi

a. Pembangunan dan Peningkatan Bendung.

b. Pemeliharaan dan Normalisasi Sungai.

c. Pengaturan Pemanfaatan Air Sungai.

Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031

Peta Daerah Aliran Sungai, Cekungan Air Tanah serta Irigasi dan Bendung Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Peta 5.5., 5.6. dan 5.7. berikut ini :

V- 16

V- 17

V- 18

V- 19

E. Sistem Jaringan Lingkungan

Sedangkan Sistem Jaringan Lingkungan terdiri dari :

1. Rencana Sistem Persampahan, dilakukan dengan prinsip mengurangi (re-duce),

menggunakan kembali (re-use) dan mendaur ulang (re-cycle) meliputi :

a. Rencana Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) terdiri atas :

- Kecamatan Kranggan

- Kecamatan Kedu

- Kecamatan Parakan

Rencana Sistem Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dilakukan

dengan sanitary landfill.

b. Rencana Lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) di seluruh Kawasan

Perkotaan. Dan diarahkan menjadi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu

(TPST).

c. Rencana Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga yaitu berupa peningkatan

partisipasi masyarakat.

2. Rencana Sistem Jaringan Air Minum terdiri dari :

a. Rencana Jaringan Perpipaan yang berupa Peningkatan Dan Pengembangan

Prasarana Jaringan Perpipaan Air Minum di Seluruh Wilayah Daerah.

b. Rencana Prasarana Non Perpipaan dilakukan pada wilayah yang tidak

terlayani jaringan perpipaan yang meliputi :

- Penggalian atau Pengeboran Air Tanah

- Pengeboran Air Tanah dalam secara terbatas dengan mempertimbangkan

kelestarian lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

3. Rencana Sistem Jaringan Pengelolaan Air Limbah terdiri dari :

a. Pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Industri yang meliputi :

- Kecamatan Pringsurat

- Kecamatan Temanggung

- Kecamatan Kranggan

- Kawasan Industri Menengah, Kecil atau Mikro

b. Pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja dan Limbah Rumah Tangga

Perkotaan yang meliputi : Kawasan Perkotaan.

c. Pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Kotoran Hewan dan Rumah

Tangga Perdesaan yang meliputi : Seluruh Kawasan Perdesaan.

V- 20

4. Rencana Sistem Jaringan Drainase yang berupa Pengembangan dan Peningkatan

Saluran Drainase Primer, Sekunder, dan tersier di seluruh Wilayah Kecamatan.

F. Sistem Jaringan Evakuasi Bencana

Sistem Jaringan Evakuasi Bencana terdiri dari atas :

1. Jalur Evakuasi Bencana yang meliputi :

a. Pengembangan Jalur Penyelamatan Bencana Angin Topan berupa Jalan-jalan

Desa yang menuju pada lokasi yang aman meliputi :

- Kecamatan Selopampang

- Kecamatan Tembarak

- Kecamatan Tlogomulyo

- Kecamatan Bulu

- Kecamatan Temanggung

- Kecamatan Kledung

- Kecamatan Pringsurat

- Kecamatan Kaloran

- Kecamatan Jumo

- Kecamatan Gemawang

- Kecamatan Wonoboyo

b. Pengembangan Jalur Penyelamatan Bencana Tanah Longsor berupa Jalan-jalan

Desa yang menuju pada lokasi yang aman meliputi :

- Kecamatan Tretep

- Kecamatan Wonoboyo

- Kecamatan Bejen

- Kecamatan Candiroto

- Kecamatan Gemawang

- Kecamatan Kandangan

- Kecamatan Kaloran

- Kecamatan Pringsurat

- Kecamatan Selopampang

2. Ruang Evakuasi Bencana berupa Ruang atau Bangunan Tempat Pengungsian

bencana yang meliputi :

a. Bangunan Kantor Pemerintah

V- 21

b. Bangunan Fasilitas Sosial

c. Bangunan Fasilitas Umum

d. Lapangan

e. Stadion

f. Taman Publik

Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031

5.2. Rencana Pola Ruang

Rencana Pola Ruang menggambarkan letak, ukuran, dan fungsi dari kegiatan

budidaya dan lindung. Rencana Pola Ruang Kabupaten Temanggung terdiri atas :

A. Kawasan Lindung

Kawasan Lindung meliputi :

I. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan Hutan Lindung berupa kawasan hutan yang dikelola oleh negara dan

berfungsi sebagai lindung. Luas Kawasan hutan lindung minimal 3.282 (tiga ribu

dua ratus delapan puluh dua) hektar yang meliputi wilayah:

1. Kecamatan Tretep

2. Kecamatan Wonoboyo

3. Kecamatan Candiroto

4. Kecamatan Ngadirejo

5. Kecamatan Bansari

6. Kecamatan Kledung

7. Kecamatan Bulu

8. Kecamatan Tlogomulyo

9. Kecamatan Tembarak

10. Kecamatan Selopampang

II. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

berfungsi sebagai kawasan resapan air dan memiliki luas minimal 9.732 (Sembilan

Ribu Tujuh Ratus Tiga Puluh Dua) hektar yang meliputi wilayah :

1. Kecamatan Parakan

V- 22

2. Kecamatan Kledung

3. Kecamatan Bansari

4. Kecamatan Bulu

5. Kecamatan Tlogomulyo

6. Kecamatan Tembarak

7. Kecamatan Selopampang

8. Kecamatan Kranggan

9. Kecamatan Pringsurat

10. Kecamatan Kaloran

11. Kecamatan Kandangan

12. Kecamatan Kedu

13. Kecamatan Ngadirejo

14. Kecamatan Jumo

15. Kecamatan Gemawang

16. Kecamatan Candiroto

17. Kecamatan Bejen

18. Kecamatan Tretep

19. Kecamatan Wonoboyo

III. Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan Perlindungan Setempat terdiri atas :

1. Sempadan Sungai

Sempadan sungai terdiri atas :

a. Sempadan sungai bertanggul di luar Kawasan Perkotaan

b. Sempadan sungai bertanggul di dalam Kawasan Perkotaan

c. Sempadan sungai tidak bertanggul di luar Kawasan Perkotaan

d. Sempadan sungai tidak bertanggul di dalam Kawasan Perkotaan

Sedangkan berdasarkan wilayah sungai, sempadan sungai meliputi :

a. Sungai Progo beserta anak sungainya

b. Sungai Logung beserta anak sungainya

c. Sungai Lutut beserta anak sungainya

d. Sungai Putih beserta anak sungainya

2. Sempadan Saluran Irigasi meliputi 579 (Lima Ratus Tujuh Puluh Sembilan)

Daerah Irigasi ( DI ) yang terdapat di Kabupaten.

V- 23

3. Kawasan Sekitar Waduk dan Embung terdiri atas:

a. Sempadan Waduk yang berupa daratan 100 meter dari titik pasang tertinggi.

b. Sempadan Embung yang berupa daratan 50 meter dari titik pasang tertinggi.

4. Kawasan Sekitar Mata Air

Berupa daratan minimal dengan jari-jari 200 (Dua Ratus) meter di sekitar

sumber mata air.

5. RTH Wilayah Perkotaan berupa RTH dengan luas minimal 30% (Tiga Puluh Per

Seratus) dari Kawasan Perkotaan.

a. Luasan RTH dengan proporsi 20% ( Dua Puluh Per Seratus ) sebagai RTH

publik.

b. Sedangkan untuk RTH Kawasan Permukiman Perkotaan dengan luas

minimal 2.250,62 ( Dua Ribu Dua Ratus Lima Puluh Koma Enam Puluh Dua )

hektar yang meliputi wilayah diantaranya yaitu :

- RTH Kawasan Perkotaan Parakan

- RTH Kawasan Perkotaan Kledung

- RTH Kawasan Perkotaan Bansari

- RTH Kawasan Perkotaan Bulu

- RTH Kawasan Perkotaan Temanggung

- RTH Kawasan Perkotaan Tlogomulyo

- RTH Kawasan Perkotaan Tembarak

- RTH Kawasan Perkotaan Selopampang

- RTH Kawasan Perkotaan Kranggan

- RTH Kawasan Perkotaan Pringsurat

- RTH Kawasan Perkotaan Kaloran

- RTH Kawasan Perkotaan Kandangan

- RTH Kawasan Perkotaan Kedu

- RTH Kawasan Perkotaan Ngadirejo

- RTH Kawasan Perkotaan Jumo

- RTH Kawasan Perkotaan Gemawang

- RTH Kawasan Perkotaan Candiroto

- RTH Kawasan Perkotaan Bejen

- RTH Kawasan Perkotaan Tretep

- RTH Kawasan Perkotaan Wonoboyo

V- 24

6. Sempadan jalan ini berupa Garis Sempadan Jalan (GSJ) adalah garis batas luar

pengamanan jalan atau rencana lebar jalan.

Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031

Peta Rencana Pola Ruang serta Kawasan Lindung dan Budidaya Kabupaten Temanggung

dapat dilihat pada Peta 5.8. dan 5.9. berikut ini :

V- 25

V- 26

V- 27

IV. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya terdiri atas :

1. Taman Wisata Alam, meliputi :

a. Sumber Mata Air Sungai Progo di Jumprit Kecamatan Ngadirejo

b. Air Terjun Onje di Kecamatan Bejen

c. Air Terjun Lawe di Kecamatan Gemawang

d. Air Terjun Trocoh di Kecamatan Wonoboyo

e. Pelestarian Habitat Alam Walitis di Kecamatan Selopampang

f. Kawasan Wisata Alam Sindoro Sumbing

g. Goa Lawa di Kecamatan Bejen

h. Taman Wisata Alam lainnya

2. Cagar Budaya, meliputi :

a. Candi Pringapus di Kecamatan Ngadirejo

b. Candi Gondosuli di Kecamatan Bulu

c. S0itus Liyangan di Kecamatan Ngadirejo

d. Cagar Budaya dan Bangunan-bangunan bersejarah lainnya.

Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031

Peta Cagar Budaya Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Peta 5.10. berikut ini :

V- 28

V- 29

V. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam terdiri atas :

1. Kawasan Rawan Bencana Angin Topan, meliputi :

a. Kecamatan Selopampang

b. Kecamatan Tembarak

c. Kecamatan Tlogomulyo

d. Kecamatan Bulu

e. Kecamatan Temanggung

f. Kecamatan Kledung

g. Kecamatan Tretep

h. Kecamatan Pringsurat

i. Kecamatan Kaloran

j. Kecamatan Jumo

k. Kecamatan Gemawang

l. Kecamatan Wonoboyo

m. Kecamatan Candiroto

n. Kecamatan Kedu

2. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor, meliputi :

a. Kecamatan Tretep

b. Kecamatan Wonoboyo

c. Kecamatan Bejen

d. Kecamatan Candiroto

e. Kecamatan Gemawang

f. Kecamatan Kandangan

g. Kecamatan Jumo

h. Kecamatan Bansari

i. Kecamatan Kledung

j. Kecamatan Kaloran

k. Kecamatan Pringsurat

l. Kecamatan Bulu

m. Kecamatan Tlogomulyo

n. Kecamatan Selopampang

3. Kawasan rawan bencana kekeringan, meliputi :

a. Kecamatan Pringsurat

V- 30

b. Kecamatan Kranggan

c. Kecamatan Kaloran

d. Kecamatan Kandangan

e. Kecamatan Bejen

f. Kecamatan Jumo

g. Kecamatan Bulu

4. Kawasan rawan bencana banjir, meliputi :

a. Kecamatan Kedu

b. Kecamatan Parakan

c. Kecamatan Bejen

Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031

Peta Rawan Bencana Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Peta 5.11. berikut ini :

V- 31

V- 32

VI. Kawasan Lindung Geologi

Kawasan Lindung Geologi berupa kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap air tanah terdiri atas :

1. CAT Magelang-Temanggung

CAT Magelang-Temanggung dengan luas minimal 2.342 (Dua Ribu Tiga Ratus

Empat Puluh Dua) hektar yang meliputi wilayah :

a. Kecamatan Parakan

b. Kecamatan Kledung

c. Kecamatan Bansari

d. Kecamatan Bulu

e. Kecamatan Temanggung

f. Kecamatan Tlogomulyo

g. Kecamatan Tembarak

h. Kecamatan Selopampang

i. Kecamatan Kranggan

j. Kecamatan Pringsurat

k. Kecamatan Kaloran

l. Kecamatan Kandangan

m. Kecamatan Kedu

n. Kecamatan Ngadirejo

o. Kecamatan Jumo

p. Kecamatan Gemawang

2. CAT Subah

CAT Subah dengan luas minimal 273 ( Dua Ratus Tujuh Puluh Tiga ) hektar yang

meliputi wilayah :

a. Kecamatan Tretep

b. Kecamatan Wonoboyo

c. Kecamatan Candiroto

3. CAT Sidomulyo

CAT Sidomulyo dengan luas minimal 633 ( Enam Ratus Tiga Puluh Tiga ) hektar

yang meliputi wilayah :

a. Kecamatan Bejen

V- 33

b. Kecamatan Candiroto

c. Kecamatan Gemawang

d. Kecamatan Kandangan

VIII. Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan

Kawasan Lindung Di Luar Kawasan Hutan adalah Kawasan yang ditetapkan

dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang menyangkup

sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan luas minimal 12.635 ( Dua Belas

Ribu Enam Ratus Tiga Puluh Lima ) hektar yang meliputi wilayah :

a. Kecamatan Bansari

b. Kecamatan Bejen

c. Kecamatan Bulu

d. Kecamatan Candiroto

e. Kecamatan Gemawang

f. Kecamatan Jumo

g. Kecamatan Kaloran

h. Kecamatan Kandangan

i. Kecamatan Kledung

j. Kecamatan Ngadirejo

k. Kecamatan Parakan

l. Kecamatan Selopampang

m. Kecamatan Tembarak

n. Kecamatan Tlogomulyos

o. Kecamatan Tretep

p. Kecamatan Wonoboyo

B. Kawasan Budidaya

I. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Kawasan Peruntukan Hutan Produksi dengan luas minimal 10.296

(Sepuluh Ribu Dua Ratus Sembilan Puluh Enam) hektar terdiri atas kasawan :

1. Kawasan Hutan Produksi Terbatas

Kawasan Hutan Produksi Terbatas dengan luas minimal 3.155 ( Tiga Ribu Seratus

Lima Puluh Lima ) hektar yang meliputi wilayah :

V- 34

a. Kecamatan Tretep

b. Kecamatan Wonoboyo

c. Kecamatan Candiroto

d. Kecamatan Ngadirejo

e. Kecamatan Bansari

f. Kecamatan Kledung

g. Kecamatan Gemawang

h. Kecamatan Kandangan

2. Kawasan Hutan Produksi Tetap

Kawasan Hutan Produksi Tetap dengan luas minimal 7.141 ( Tujuh Ribu Seratus

Empat Puluh Satu ) hektar yang meliputi wilayah :

2. Kecamatan Tretep

b. Kecamaatn Wonoboyo

c. Kecamatan Ngadirejo

d. Kecamatan Bejen

e. Kecamatan Gemawang

f. Kecamatan Kandangan

g. Kecamatan Kaloran

II. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

Untuk Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat dengan luas minimal 16.117 (Enam

Belas Ribu Seratus Tujuh Belas) hektar meliputi seluruh Wilayah Kecamatan.

III. Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas :

1. Pertanian Tanaman Pangan meliputi :

a. Lahan Beririgasi dengan luas minimal 18.920 ( Delapan Belas Ribu Sembilan

Ratus Dua Puluh ) hektar berada di seluruh Wilayah Kecamatan.

b. Lahan tidak beririgasi dengan luas minimal 251 ( Dua Ratus Lima Puluh Satu )

hektar berada di seluruh Wilayah Kecamatan.

Lahan peruntukan pertanian tanaman pangan diarahkan menjadi LP2B dengan

luas minimal 19.171 ( Sembilan Belas Ribu Seratus Tujuh Puluh Satu ) hektar

berada di seluruh Wilayah Kecamatan. Hal ini guna kepentingan

mempertahankan ketahanan pangan perlu disediakan Lahan Cadangan

V- 35

Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) yang berasal dari pertanian lahan

kering yang berada di seluruh Wilayah Kecamatan. Untuk kepentingan umum

dan kepentingan pertumbuhan kawasan, LP2B dapat dialihfungsikan dengan

mekanisme insentif / disinsentif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Dalam rangka untuk pengendalian alih fungsi lahan perlu dibentuk

Tim dan diatur dengan Peraturan Bupati.

2. Pertanian Hortikultura

Pertanian hortikultura dengan luas minimal 28.093 ( Dua Puluh Delapan Ribu

Sembilan Puluh Tiga ) hektar berada di seluruh Kecamatan.

3. Kawasan Perkebunan

Kawasan Perkebunan dengan luas minimal 10.816 ( Sepuluh Ribu Delapan

Ratus Enam Belas ) hektar yang meliputi :

a. Perkebunan Negara dengan luas 1.801 ( Seribu Delapan Ratus Satu ) hektar

berada di wilayah :

- Kecamatan Bejen

- Kecamatan Candiroto

b. Perkebunan yang diusahakan perusahaan luas 948 ( Sembilan Ratus Empat

Delapan ) hektar berada di wilayah :

- Kecamatan Bejen

- Kecamatan Kandangan

- Kecamatan Pringsurat

c. Perkebunan Rakyat dengan luas minimal 8.067 (Delapan Ribu Enam Puluh

Tujuh) hektar berada di seluruh Kecamatan terdiri atas :

- Perkebunan Kopi, Cengkeh, Kelapa, Kapok, Aren, Kakao, Kayumanis,

Lada Jahe, Kapulogo, Kemukus, Kunyit, Tembakau, Panili, Tebu, Nilam

dan Mlinjo

4. Kawasan Peternakan

Pengembangan Ternak dilakukan di seluruh Wilayah Kecamatan terdiri atas :

a. Ternak Besar meliputi Sapi Perah, Sapi Potong, Kerbau dan Kuda

b. Ternak Kecil meliputi Kambing dan Domba

c. Aneka Ternak meliputi Kelinci dan Puyuh

d. Unggas meliputi Ayam Buras, Ayam Ras, Itik dan Angsa

V- 36

Kegiatan Peternakan diarahkan pada Kawasan Hortikultura dan Kawasan

Perkebunan.

IV. Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan Peruntukan Perikanan berupa perikanan budidaya berada di seluruh

wilayah kecamatan. Pengembangan komoditas perikanan terdiri atas :

1. Karper meliputi :

a. Kecamatan Parakan

b. Kecamatan Bulu

c. Kecamatan Temanggung

d. Kecamatan Kedu

e. Kecamatan Ngadirejo

f. Kecamatan Jumo

g. Kecamatan Tretep

h. Kecamatan Wonoboyo

i. Kecamatan Kledung

j. Kecamatan Tembarak

k. Kecamatan Selopampang

2. Lele di Seluruh Wilayah Kecamatan

3. Nila di Seluruh Wilayah Kecamatan

4. Jenis Ikan Lainnya

V. Kawasan Peruntukan Pertambangan

1. Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara.

2. Kawasan Peruntukan Pertambangan panas bumi yang meliputi wilayah :

a. Kecamatan Wonoboyo

b. Kecamatan Kandangan

c. Kecamatan Pringsurat

VI. Kawasan Peruntukan Industri

Rencana Kawasan Peruntukan Industri dengan luas minimal 586 ( Lima Ratus

Delapan Puluh Enam ) hektar, meliputi wilayah Kecamatan Pringsurat dan

Kecamatan Kranggan.

V- 37

Rencana Pengembangan Kegiatan Industri terdiri atas :

1. Industri Besar

Kegiatan Industri Besar dan Menengah yang berpotensi menimbulkan dampak

lingkungan wajib berlokasi di Kawasan Peruntukan Industri dan dilengkapi

dengan analisis mengenai dampak lingkungan. Kriteria kegiatan industri yang

berpotensi menimbulkan dampak lingkungan diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Bupati.

2. Industri Menengah

Kriteria Kegiatan Industri Menengah yang tidak menimbulkan dampak

lingkungan diatur oleh Bupati.

Kegiatan industri menengah yang tidak berpotensi menimbulkan dampak

lingkungan dapat berlokasi di luar kawasan peruntukan industri, meliputi :

a. Kecamatan Pringsurat

b. Kecamatan Kranggan

c. Kecamatan Temanggung

d. Kecamatan Bulu

e. Kecamatan Kedu

f. Kecamatan Parakan

g. Kecamatan Ngadirejo

h. Kecamatan Candiroto

i. Kecamatan Kandangan

j. Kecamatan Kaloran

Syarat lokasi pengembangan industri menengah yang tidak menimbulkan

dampak lingkungan meliputi :

a. Dilayani jaringan Jalan Arteri Primer atau Kolektor Primer atau Lokal Primer.

b. Merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Permukiman

Perdesaan.

c. Luas lahan paling banyak 1 ( Satu ) hektar.

d. Tidak berada pada LP2B.

e. Perbandingan Luas Bangunan Industri dan Luas Lahan Paling banyak 50%

(Lima Puluh Per Seratus).

f. Menyediakan RTH dalam kawasan paling sedikit 30% ( Tiga Puluh Per

Seratus ).

V- 38

g. Membangun Pagar Pembatas dan Jalur Hijau sebagai pemisah dengan

kawasan permukiman.

h. Memenuhi ketentuan Upaya Pengelolaan Lingkungan / Upaya Pemantauan

Lingkungan ( UKL / UPL ).

3. Industri Kecil atau Mikro

Industri kecil atau mikro yang dikembangkan di seluruh wilayah kecamatan.

VII. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan Peruntukan Pariwisata meliputi :

1. Kawasan Pariwisata Alam, terdiri atas :

a. Kawasan Pendakian Gunung Sindoro

b. Kawasan Pendakian Gunung Sumbing

c. Kawasan Kledung

d. Mata Air Jumprit

e. Air Terjun Onje

f. Air Terjun Lawe

g. Air Terjun Trocoh

h. Gua Lawa

i. Kawasan Pariwisata Alam yang lainnya

2. Kawasan Pariwisata Budaya, terdiri atas :

a. Kawasan Candi Pringapus

b. Kawasan Candi Gondosuli

c. Kawasan situs Liyangan

d. bangunan bersejarah lainnya

3. Kawasan pariwisata buatan, terdiri atas :

a. Taman Rekreasi Pikatan Waterpark

b. Taman Kartini

c. Monumen Bambang Sugeng

d. Agrowisata Soropadan

e. Monumen Meteorit

f. Agrowisata Rowoseneng

g. Wisata Buatan lainnya

V- 39

VIII. Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan Peruntukan Permukiman luas minimal 14.698 (empat belas ribu enam

ratus sembilan puluh delapan) hektar yang meliputi :

1. Kawasan Permukiman Perkotaan yang berada di seluruh Wilayah Kecamatan

dengan luas minimal 7.214 ( Tujuh Ribu Dua Ratus Empat Belas ) hektar.

2. Kawasan Permukiman Perdesaan terdapat di seluruh Wilayah Kecamatan

dengan luas minimal 7.484 (Tujuh Ribu Empat Ratus Delapan Puluh Empat )

hektar.

IX. Kawasan Peruntukan Lainnya

Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud berupa Kawasan

Pertahanan dan Kemanan meliputi :

1. Komando Distrik Militer (Kodim) 0706 berada di Kecamatan Temanggung.

2. Komando Rayon Militer (Koramil) berada di seluruh Wilayah Kecamatan.

3. Daerah latihan meliputi wilayah :

a. Kecamatan Kaloran

b. Kecamatan Kandangan

c. Kecamatan Kranggan

d. Kecamatan Pringsurat

V- 40

5.3. Penetapan Kawasan Stratergis

Kawasan strategis meliputi :

1. Kawasan strategis Provinsi di Kabupaten;

a. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi berupa kawasan perkotaan Temanggung – Parakan; dan

b. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup berupa Kawasan Sindoro - Sumbing.

2. Kawasan strategis Kabupaten

3. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; 4. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya; dan

5. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Peta

V- 41

5.3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Utilitas

5.3.1. Rencana Pengembangan Prasarana Air Bersih

Sistem prasarana pengairan terdiri atas prasarana irigasi sawah dan prasarana air

bersih. Rencana prasarana pengairan secara umum akan ditujukan pada kegiatan

pemeliharaan, peningkatan, dan pembangunan. PDAM dan Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Temanggung sebagai ujung tombak bagi pelaksanaan pemenuhan kebutuhan

air bersih baik untuk rumah tangga, industri, pelayanan umum serta tanah pertanian

tanaman pangan di Kabupaten Temanggung harus segera melakukan langkah-langkah

pembenahan segala hal, terkait bahwa tingkat kebutuhan air semakin besar, sehingga

harus segera melakukan pembenahan-pembenahan yang meliputi :

V- 42

a. Eksplorasi sumberdaya air dengan cara mengalokasikan daerah resapan air dan

daerah dengan tangkapan curah hujan tinggi sebagai kawasan lindung serta

pencarian sumber-sumber air baru.

b. Pengawasan dan pengendalian tingkat penggunaan sumber daya air dengan

menjaga dan melestarikan sumber air permukaan seperti waduk atau embung,

sungai, dan sumber air lainnya serta sumber air tanah dengan pola pembangunan

berkelanjutan dan pola penggunaan air yang efisien mungkin.

c. Peningkatan pelayanan distribusi air bersih dengan peningkatan sumberdaya

manusia dan pola kinerja PDAM dan pengairan yang efisien dan efektif.

Rencana pengembangan prasarana air bersih di Kabupaten Temanggung meliputi :

a. Rencana sistem jaringan air bersih dapat dilakukan dengan 2 ( dua ) cara yaitu

dengan sistem perpipaan untuk daerah yang cukup mudah dilayani dan non

perpipaan untuk wilayah yang sulit dilayani dengan cara membuat terminal tangki

air bersih.

b. Rencana sistem jaringan air bersih diarahkan dengan pertimbangan beberapa

prioritas berikut :

- Prioritas wilayah dengan kebutuhan air cukup tinggi dan sumberdaya air

terbatas.

- Prioritas wilayah dengan kriteria perkotaan yang cukup kompleks.

- Prioritas wilayah dengan kandungan air tidak memenuhi syarat kesehatan.

c. Pemeliharaan bangunan pendukung dan jaringan distribusi air bersih khususnya

pada sistem perpipaan.

d. Pemeliharaan dan peningkatan kapasitas terpakai di sumber mata air saat ini yaitu:

Tabel 5.1.

Pemeliharaan dan Peningkatan Kapasitas Sumber Mata Air

No

Mata Air

Lokasi Terpasang

(Ltr/dt)

Realisasi

(Ltr/dt)

1 Semadu Parakan 23 22

2 Sedandang Kledung 51 63

V- 43

3 Si Gandul 11 9

4 Tuk Sewu 1 & 2 35 35

5 Segeran 10 11

6 Tuk Mulyo Bulu 55 55

7 Sucen 11 9

8 Sebayan 10 8

9 Sekocan 7 8

10 Semadu 8 8

11 Pikatan Temanggung 19 27

12 Sedandang Selopampang 7 7

13 Tuk Bening Pringsurat 25 26

14 Sigedang 8

15 Jumprit Ngadirejo 50 45

16 Tempurung 5 12

17 Si Getuk 15 11

18 Pucung Grabag (Magelang) 11 7

19 Tuk Kebo Windusari ( Magelang ) 6

20 Dempel Sumowono (Semarang ) 6

Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung, Tahun 2011-2031

e. Pengembangan sumber air baku baru, khususnya dari air permukaan (sungai).

f. Fasilitasi pengembangan jaringan air bersih perdesaan yang dikelola oleh

masyarakat (Kelompok Swadaya Masyarakat) dengan pembinaan dari PDAM dan

DPU Kabupaten Temanggung, dengan sumber air baku dari mata air lokal, sumur

artetis, dan sungai.

Ditinjau dari kondisi topografis daerah Kabupaten Temanggung merupakan

cekungan yang artinya rendah dibagian tengah, sedangkan sekelilingnya berbentuk

pegunungan, bukit atau gunung. Untuk wilayah Kabupaten Temanggung memiliki curah

hujan yang tinggi, sedangkan kemiringan tanah di daerah Kabupaten Temanggung

bervariasi. Dan secara umum daerah Kabupaten Temanggung memiliki dua musim yaitu

musim kemarau antara bulan April sampai dengan bulan September sedangkan untuk

musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret. Dengan adanya

kondisi tersebut maka untuk daerah Kabupaten Temanggung memiliki intensitas curah

V- 44

hujan yang cukup lebat dengan demikian dapat di manfaatkan untuk berbagai hal

diantaranya sebagai berikut :

- Dapat ditampung untuk menambah air untuk fungsi irigasi.

- Dapat ditampung untuk sumber air bersih.

- Dapat dimanfaatkan untuk perikanan darat.

- Dapat dimanfaatkan untuk pembuatan waduk atau embung.

Secara umum, rencana prasarana pengairan irigasi sawah dapat dirinci sebagai berikut :

Rencana sistem pengairan untuk irigasi dapat dilakukan dengan metode sumber

lokal dan sumber non lokal. Untuk sumber lokal adalah menggunakan potensi

sumberdaya air lokal untuk pengairan dengan pengelolaan irigasi pedesaan (PID),

sedangkan sumber irigasi non lokal menggunakan sumber air yang disebarkan

dengan sistem jaringan irigasi terpadu berupa jaringan primer dan dari bendung

sungai.

Peta rencana Sistem Transportasi Kabupaten Temanggung

dapat dilihat pada gbr 5.4. berikut ini :

V- 45

V- 46

5.3.2. Rencana Pengembangan Prasarana Listrik

Kebutuhan tenaga listrik digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,

industri, pemerintahan, pelayanan , dan sosial serta penerangan jalan.

Pesatnya perkembangan penduduk dan aktifitas sosial ekonomi yang ada, dan

ketentuan rencana pengembangan sarana prasarana yang dituju, maka penyedia energi

di arahkan dengan prioritas peningkatan kapasitas layanan sambungan rumah tangga

dengan mempertimbangkan pemerataan keseluruhan wilayah Kabupaten Temanggung

maupun pembagian daya listrik yang harus dipenuhi.

Pemerataan ini meliputi sistem jaringan yang belum menjangkau pada seluruh

wilayah maupun pembagian daya listrik yang harus dipenuhi. Jaringan listrik yang masih

sedikit jumlah pelanggannya terutama dikawasan perdesaan di Kecamatan Tretep dan

Selopampang. Sedangkan peningkatan dan penyebaran daya listrik terutama untuk

kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan industri baik kecil maupun

menengah. Rencana pengembangan kawasan khusus industri di Pringsurat – Kranggan,

membutuhkan penambahan daya listrik yang cukup besar.

Sedangkan untuk daerah yang belum terjangkau karena hambatan alam dan

terisolir, baik karena berbukit maupun karena adanya hutan yang cukup luas,

diusahakan dapat dijangkau listrik, dapat dilakukan dengan mengembangkan listrik

tenaga surya atau listrik tenaga air ( micro hydro ) atau listrik tenaga angin. Selain itu

rencana pengembangan yang lain meliputi :

1. Penambahan daya dan jaringan energi listrik.

2. Pembangunan gardu induk listrik.

3. Pembangunan jaringan listrik ke wilayah-wilayah tertinggal dan atau

terisolasi yang selama ini belum mendapatkan pelayanan energi listrik.

4. Prasarana energi dapat dibangun bersamaan dengan dan atau

memanfaatkan jaringan guna memudahkan distribusi pada wilayah-

wilayah pelayanan.

5. Pemanfaatan energi biodiesel dan biogas.

Sumber : Draft RTRW Kab. Temanggung tahun 2011-2031

V- 47

Peta 5.8.

Jaringan listrik Kab. Temanggung

V- 48

5.4. Rencana Pengembangan Kawasan Ekonomi Kabupaten Temanggung berkembang dengan dukungan pertumbuhan berbagai

sektor yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Sektor-sektor yang telah

mampu berkembang dan memberikan kontribusi nyata terhadap pembentukan

perekonomian Kabupaten Temanggung adalah sektor pertanian, perkebunan,

industri dan pariwisata. Berikut ini penjabaran masing-masing sektor yang

menunjukkan kemampuan dan besaran produktivitas yang dihasilkan.

5.4.1. Sektor Pertanian

a. Tanaman Pangan

Sektor pertanian Kabupaten Temanggung meliputi beberapa tanaman. Padi

sawah merupakan sub sektor yang memiliki produksi terbesar pada sektor

pertanian dengan jumlah produksi pada tahun 2005 sebesar 143.796 ton per

Ha. Pada sub sektor tanaman sayur, Kecamatan Bulu merupakan wilayah

yang memberikan kontribusi terbesar yaitu berupa sayur kobis dengan jumlah

produksi 106.488 Kw/Ha. Berdasarkan hasil analisa LQ, diketahui bahwa

untuk sub sektor padi sawah sudah merupakan sector basis pada sebagaian

besar kecamatan. Salah satu indicator penting untuk mengetahui kondisi

ekonomi di suatu wilayah atau propinsi dalam suatu periode terutama

ditujukan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar

harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) didefinisikan jumlah nilai tambahan yang di hasilkan seluruh

unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang

dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi disuatu wilayah

(BPS 2003 : 1-2)

Pertumbuhan dan perkembangan struktur ekonomi menunjukkan kemajuan

yang dicapai dalam satu kurun waktu. Untuk mengetahui tingkat

pertumbuhan ekonomi ditunjukan oleh kenaikan PDRB dari tahun ke tahun

berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator sebagai tolak ukur untuk melihat

seberapa besar tingkat langsung menggambarkan tingkat kemakmuran suatu

Negara adalah data mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

asar harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan. Kenaikan dalam PDRB

V- 49

tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat

pertumbuhan penduduk dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur

ekonomi merupakan makna dari laju pertumbuhan ekonomi yang merupakan

indicator yang tidak penting dalam pengembangan suatu daerah. Laju

pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung

tahun 2000 – 2004 atas dasar harga konstan tahun 1993 dalam jutaan rupiah

disajikan dala table berikut :

Tabel V.3.

Perkembangan nilai PDRB Kabupaten Temanggung Tahun 2000-2004

Atas Dasar Harga Konstan 1993 (Juta Rupiah)

Tahun PDRB Laju Pertumbuhan ( % )

2000 697.991,69 3,47

2001 728.586,94 4,38

2002 752.467,72 3,28

2003 777.943,83 3,39

2004 805.402,39 3,53

Sumber: BPS Kab. Temanggung 2005

Berdasarkan Tabel V.3. diatas, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Temanggung pada tahun 2004 tercatat 3,53 % menurut harga konstan. Secara rill

pertumbuhan tahun 2004 relatif lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun

2003 sebesar 3,39 %, Tahun 2002 sebesar 3,28 %, tetapi masih di bawah laju pertumbuhan

tahun 2001 yang mencapai 4,31 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum, dari tahun

ke tahun kondisi perekonomian di Kabupaten Temanggung lebih baik, walaupun pada

tahun 2002 mengalami penurunan tetapi pada tahun 2003, kondisi perekonomian

membaik kembali. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung tahun 2002, 2003 dan

2004 tidak setinggi 2001.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Temanggung tahun 2004

sebesar 2.678.821,28 juta rupiah berdasarkan harga yang berlaku tahun 2004. Dari tahun

ke tahun PDRB Kabupaten Temanggung mengalami peningkatan sebesar 11,25% per

V- 50

tahun. Angka tersebut berada di atas rata-rata pertumbuhan nasional. Berdasar harga

konstan tahun pertumbuhan PDRB Kabupaten Temanggung 4,5 % pertahun.

Sektor yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah sektor

pertanian (34,02 %), berikutnya sektor industri (17,61 %), Sektor perdagangan ( 15,47 %),

dan sektor jasa (13,76 %), keempat sektor unggulan tersebut menyumbang 80,84 % dari

seluruh PDRB.

Tabel V.4. PDRB Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Yang berlaku Tahun 2004

(Juta Rupiah)

No Lapangan Usaha PDRB Kab.

Temanggung % PDRB Jateng %

1 Pertanian 911.267,53 34,02 28.606.237,28 21,06

2 Pertambangan dan Penggalian 39.883,72 1,49 1.330.759,58 0,98

3 Industri 471.609,64 17,61 43.995.611,83 32,40

4 Listrik, gas dan air minum 29.594,10 1,10 1.065.114,58 0,78

5 Bangunan 175.932,79 6,57 7.448.715,40 5,49

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

414.315,15 15,47 28.394.472,63 20,90

7 Pengangkutan dan komunikasi

147.853,67 5,89 6.510.447,43 4,79

8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

109.791,22 5,89 4.775.113,99 3,52

9 Jasa-jasa 368.573,46 13,76 13.663.339,59 10,01

Total PDRB Tahun 2004 Total PDRB Tahun 2003 Total PDRB Tahun 2002

2.678.821,28 2.409.369,92 2.186.614,52

100 100 100

135.789,31

100

Sumber: BPS Kab. Temanggung 2005

V- 51

Tabel V.5. PDRB Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004

(Juta Rupiah)

No Lapangan Usaha PDRB Kab.

Temanggung % PDRB Jateng %

1 Pertanian 750.861,51 36,47 38.492.121,60 19,89

2 Pertambangan dan Penggalian 24.089,87 1,17 1.855.129,61 0,96

3 Industri 367.002,86 17,61 43.995.611,83 32,40

4 Listrik, gas dan air minum 15.502,94 1,10 1.065.114,58 0,78

5 Bangunan 125.061,18 6,57 7.448.715,40 5,49

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

332.957,59 15,47 28.394.472,63 20,90

7 Pengangkutan dan komunikasi

110.732,30 5,89 6.510.447,43 4,79

8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

77.400,28 5,89 4.775.113,99 3,52

9 Jasa-jasa 264.993,89 13,76 13.663.339,59 10,01

Total PDRB Tahun 2004 Total PDRB Tahun 2003 Total PDRB Tahun 2002

2.053.605,42 1.985.295,00 1.899.507,75

100 100 100

135.789,31

100

Sumber: BPS Kab. Temanggung 2005

VI-52

6.5 Analisis Kesesuaian Lahan Bagi Permukiman

Untuk menganalisis kesesuaian lahan bagi permukiman, digunakan input dari

kondisi dan karakteristik fisik alam. Kawasan permukiman termasuk kawasan budidaya,

sehingga penetapannya disesuaikan dengan SK Mentan No.837/KPTS/UI/UM/11/1980

dan No.683/KPTS/UM/8/1981. Menurut SK mentan ini, suatu kawasan dapat

dibedakan menjadi kawasan lindung, kawasan budidaya, dan kawasan penyangga.

Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam penetapan kawasan lindung adalah

kelerengan, jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi, dan intensitas curah hujan di

wilayah tersebut.

1. Kelerengan

Kelerengan atau kemiringan lahan diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu sebagai

berikut:

Tabel 6.30.

No Kelas Lereng (%) Diskripsi

1. I 0-8 Datar

2. II 8-15 Landai

3. III 15-25 Agar Curam

4. IV 25-45 Curam

5. V > 45 Sangat Curam

2. Jenis Tanah Menurut Kepekaan terhadap Erosi

Jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi dapat digolongkan ke dalam 5 kelas,

dan tiap kelasnya mempunyai bobot 15. Untuk jenis tanah kompleks, kelasnya sama

dengan jenis tanah yang terpeka terhadap erosi yang terdapat dalam jenis tanah

tersebut.

Tabel 6.31.

No Kelas Lereng (%) Diskripsi

1. I Aluvial, tanah galeui, Planosol, Hidromorf Kelabu, Laterit Air Tanah

Tidak Peka

2. II Latosol Kurang Peka

3. III Brown Forest Soil, Non Caltic Brown, Mediteran Agak Peka

4. IV Andosol, Lateric, Grumusol, Podsolik, Podsol Peka

5. V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka

VI-53

3. Curah hujan rata-rata

Intensitas hujan yaitu rata-rata curah hujan dalam mililiter per tahun dibagi dengan

rata-rata jumlah hari hujan setahun. Intensitas hujan ini juga dibagi dalam 5 kelas

dengan bobot sebagai berikut:

Untuk mengetahui perbedaan kawasan lindung dan budidaya, maka semua faktor

yang tersebut diatas di skor dan dijumlahkan. Jumlah seluruh tersebut akan menentukan

jenis peruntukan lahan yang seharusnya pada daerah yang bersangkutan. Untuk kriteria

penetapan kawasan lindung dan budidaya akan berpedoman pada standar kriteria dan

tata cara penetapan kawasan lindung dan budidaya dengan sistem skoring.

Untuk memberikan gambaran rata-rata mengenai kriteria dan tata cara penetapan

kawasan menurut fungsinya berdasarkan SK Mentan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kawasan Lindung

- Wilayah atau lahan dengan kemampuan lahannya memenuhi syarat sebagai

berikut:

- Mempunyai lereng lapangan > 40%.

- Merupakan jalur pengamanan aliran sungai atau sekurang-kurangnya 100 m di

sebelah kanan dan kiri aliran sungai tersebut.

- Merupakan pelindung mata air, sekurang-kurangnya berjari-jari 200 m di

sekeliling mata air tersebut.

- Mempunyai ketinggian lebih dari 2.000 m diatas permukaan laut.

- Untuk kepentingan khusus, ditetapkan oleh Mentan sebagai hutan lindung.

b. Kawasan Penyangga

Wilayah atau satuan lahan memenuhi kriteria sebagai berikut:

- Dilihat dari segi ekonomi keadaan fisik areal atau memungkinkan untuk budidaya

tanaman keras.

- Lokasi secara ekonomi sudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga.

- Tidak merugikan dari aspek ekosistem dan lingkungan.

VI-54

c. Kawasan Budidaya

- Permukiman yang berada di kawasan lindung dan kawasan penyangga, terutama

pemukiman di Kecamatan Selopampang, Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Parakan,

Kledung, Bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo dan Tretep dalam

pengawasannya harus diperketat agar permukiman tidak semakin meluas hingga

merambah ke daerah-daerah yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan

kawasan penyangga. Kawasan lindung semacam ini harus terus dipertahankan

keberadaannya karena mempunyai fungsi strategis dalam menjaga kelestarian

lingkungan alam, yaitu mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi,

dan menjaga fungsi hidrolik tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara

tanah, air tanah dan air permukaan.

- Pengembangan permukiman diarahkan di kawasan-kawasan yang mempunyai

fungsi sebagai kawasan budidaya, terutama di Kecamatan Temanggung,

Tlogomulyo, Kranggan, Kaloran, Kedu, Parakan, Ngadirejo dan Candiroto. Selain

didukung oleh kondisi wilayah yang relatif rata dengan tingkat kelerengan

berkisar antara 2-5%, juga tidak terjadi erosi. Dengan demikian dilihat dari segi

keamanan untuk pengembangan kawasan permukiman di kecamatan ini

mempunyai potensi besar sebagai pengembangan kawasan permukiman.

Penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung lebih didominasi oleh tanah kering.

Kondisi lahan semacam ini pada umumnya dimanfaatkan untuk tegalan dan pertanian

lahan kering. Berikut ini disampaikan kondisi penggunaan lahan di daerah perkotaan dan

perdesaan.

a. Penggunaan lahan perdesaan

Tanah di daerah perdesaan digunakan bagi kehidupan sosial dan kehidupan

ekonomi. Kehidupan sosial, seperti berkeluarga, bersekolah, beribadat, berekreasi,

berolah raga, dan sebagainya, dilakukan di dalam kampung, sedangkan kegiatan

ekonomi seperti bertani, berkebun, berternak, memelihara dan menangkap ikan,

menebang kayu di hutan, dan sebagainya, yang umumnya dilakukan di luar kampung,

walaupun ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan di dalam kampung, seperti

perindustrian, perdagangan, dan perusahaan jasa-jasa lain.

VI-55

Jadi penggunaan lahan di wilayah perdesaan adalah untuk perkampungan dalam

rangka kegiatan sosial, dan untuk pertanian dalam rangka kegiatan ekonomi. Dengan

demikian kampung di perdesaan merupakan tempat kediaman (dormitory settlement)

tempat aktivitas (activity settlement).

b. Penggunaan lahan perkotaan

Kota dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan, pemasaran, kegiatan industri,

peribadatan, pendidikan, dsb. Oleh karena itu sebagian tanah di kota digunakan untuk

industri, dan jasa disamping tempat tinggal. Sementara itu kegiatan ekonomi perkotaan

dapat dibedakan menjadi:

1. Kegiatan ekonomi dasar (basic economis) yang membuat dan menyalurkan barang dan

jasa untuk keperluan luar kota, jadi untuk ekspor ke wilayah sekitar kota. Barang dan

jasa itu berasal dari industri, perdagangan dll.

Kegiatan ekonomi bukan dasar (non-basic activities) yang memproduksi dan

mendistribusi barang dan jasa untuk keperluan penduduk kota sendiri. Kegiatan

ekonomi ini disebut sebagai residential activities atau service activities.

6.5.1 Analisis pengembangan Kawasan Permukiman Baru

Pengembangan kawasan permukiman baru yang dilakukan secara formal oleh

pemerintah dan swasta/ pengembang perumahan harus dilakukan koordinasi atau

kerjasama dalam pembangunan perumahan skala besar. Pembangunan yang dilakukan

oleh masyarakat secara swadaya bagi penduduk berpenghasilan tinggi membutuhkan

pengaturan dan pengendalian, sedangkan untuk menengah ke bawah membutuhkan

bantuan dari pemerintah. Pengembangan permukiman baru harus memperhatikan:

1. Jumlah dan luasan penduduk yang tertampung,

2. Lokasi - lokasi pengembangan,

3. Pendekatan pembangunan skala besar swadaya.

Pembangunan Skala Besar

Penyediaan pembangunan perumahan sampai dengan tahun perencanaan

membutuhkan suatu kawasan yang luas, terutama untuk masyarakat berpenghasilan

menengah ke bawah. Salah satu cara pembangunan skala besar yang dikelola oleh Pemda

VI-56

adalah dengan cara pendekatan Kasiba/Lisiba. Kawasan Siap Bangun (Kasiba) adalah

sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan

permukiman skala besar yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih yang

pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Kawasan ini pertama kali harus dilengkapi

dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan rencana tata

ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dan memenuhi persyaratan

pembakuan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan. Sedangkan Lingkungan Siap

Bangun (Lisiba) adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Kasiba ataupun

berdiri sendiri. Lingkungan ini juga telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana

lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun

kaveling tanah matang.

Penyiapan Lokasi Kasiba oleh Pemerintah Daerah, harus memperhatikan

beberapa persyaratan umum seperti tersebut di atas, namun selain itu ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan sesuai dengan PP No. 80 Tahun 1999, yaitu:

1. Jumlah unit rumah yang dapat ditampung dalam satu Kasiba sekurang-kurangnya

3000 unit rumah dan sebanyak-banyaknya adalah 10.000 unit rumah;

2. Lokasi tersebut telah dilayani jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan;

3. Lokasi tersebut, telah dilayani fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas ekonomi

setingkat kecamatan.

Pembangunan skala besar yang ditangani developer diarahkan untuk

pembangunan rumah golongan masyarakat kelas atas, karena pembangunan developer

mempunyai tujuan untuk mencari keuntungan. Lokasi pembangunan permukiman untuk

skala besar di Kabupaten Temanggung ada beberapa lahan yang berpotensi, yaitu di

Kecamatan Pringsurat dan Kranggan.

Penyediaan rumah oleh pihak swasta antara lain yang dilakukan oleh para

developer. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pihak pengembang

perumahan, selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan rumah yang

layak, juga mempunyai misi profit oiernted, sehingga dalam pelaksanaanya lebih didasari

oleh proses kerja yang profesional, dengan tidak ada sama sekali sifat kegotong

VI-57

royongan. Meski demikian, diharapkan ada misi sosial yaitu menyediakan rumah yang

layak yang dapat dijangkau oleh semua kalangan termasuk penduduk dengan

penghasilan rendah. Seperti pembangunan rumah sangat sederhana (RSS), rumah

sederhana (RS). Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan pola pengadaan

perumahan 1:3:6, yang artinya setiap pembangunan 1 unit rumah mewah harus juga

dibangun 3 unit rumah sederhana dan 6 unit rumah sangat sederhana.

Alternatif lahan yang dapat digunakan untuk perumahan dan permukiman

berdasarkan dari data kondisi lahan dan kondisi kelerengan kecamatan-kecamatan di

Kabupaten Temanggung, sehingga lahan yang dapat digunakan adalah lahan tegalan,

bukan lahan pertanian, lahan milik negara/pemerintah, lahan yang kemiringannya di

bawah 40 %, tidak berada di pusat kota dan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

Kabupaten Temanggung. Untuk daerah pusat perkotaan yang memiliki kepadatan

bangunan yang relatif tinggi, sehingga lahan yang tersedia untuk pembangunan

perumahan baru dalam skala besar tidak dimungkinkan, sehingga pembangunan

perumahan yang dilakukan di daerah perkotaan ada beberapa alternatif yang

dimungkinkan antara lain:

- Pembangunan perumahan baru di kawasan pusat kota dengan kepadatan bangunan

yang relatif tinggi yang dilakukan oleh Bapermades.

- Memanfaatkan lahan permukiman di lokasi yang masih memiliki kepadatan rendah,

yaitu dengan cara mengoptimalkan lahan pekarangan yang masih dimungkinkan

untuk dikembangkan.

- Mengarahkan lahan kebutuhan perumahan untuk penduduk di kawasan perkotaan

ke daerah pinggiran kota.

Untuk daerah pinggiran atau daerah yang masih bercirikan perdesaan tidak semuanya

dapat dibangun untuk perumahan dan permukiman. Alternatif pengembangannya

adalah :

- Di daerah yang kelerengannya di bawah 40 %.

- Memanfaatkan tegalan bukan sawah irigasi teknis.

- Bukan merupakan daerah konservasi/kawasan lindung.

VI-58

- Lokasi mudah dicapai dan sesuai dengan arah pengembangan dari rencana tata ruang

kota.

Pengembangan Perumahan Secara Swadaya Masyarakat

Pengembangan perumahan secara swadaya yang dilakukan masyarakat di

Kabupaten Temanggung, dapat dilihat dari tingkat golongan masyarakatnya. Biasanya

untuk masyarakat golongan atas, mereka membangun permukiman kurang

mengindahkan peraturan yang ada, sehingga perlu adanya pengaturan dan penertiban

pembangunan perumahan dari pemerintah yang tegas, khususnya untuk perumahan

yang ada di pusat Kabupaten Temanggung. Sedangkan untuk pembangunan swadaya

yang dilakukan masyarakat untuk golongan menengah rendah, perlu membutuhkan

bantuan dari pemerintah. Bantuan tersebut dapat berupa pinjaman dari koperasi dan

kemudahan dalam peminjaman kredit untuk pembangunan rumah sangat sederhana

mandiri, atau dapat dilakukan oleh pemerintah dengan pembangunan perumahan sangat

sederhana yang diberikan kepada masyarakat menengah rendah, dan untuk

mendapatkan dapat melalui angsuran.

6.5.2 Analisis Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman

6.5.2.1 Lokasi Kawasan Permukiman yang Ditingkatkan

Permukiman Kumuh

Pengembangan kawasan yang dimaksud dalam hal ini adalah upaya untuk

meningkatkan kondisi atau kualitas dari perumahan dan permukiman yang telah ada.

Kondisi perumahan atau permukiman yang dianggap perlu untuk ditingkatkan

kualitasnya adalah permukiman-permukiman kumuh dan permukiman di kawasan

bercirikan perdesaan yang ada di Kabupaten Temanggung.

Permukiman kumuh (squatters) di Kabupaten Temanggung, kondisi ini terlihat

dari lingkungan permukiman yang liar dengan menempati lahan ilegal, serta kondisi fisik

lingkungan dan bangunan jelek, tanpa dilayani sarana dan prasarana, khususnya yang

mendukung kebersihan lingkungan seperti sanitasi, persampahan dan drainase, yang

biasanya terdapat di pusat-pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi. Kondisi ini dilihat

VI-59

dari tingkat kepadatan netto dari masing-masing kelurahan/desa dan berdasarkan hasil

survei lapangan kondisi ini sesuai dengan hasil yang didapat di lapangan.

Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman liar (squatters), yaitu dengan

penataan dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan

kepadatan tinggi, selain itu dapat dilakukan dengan pembangunan rumah susun untuk

kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi/kumuh berat, serta adanya pengendalian

terhadap permukiman kumuh khususnya untuk permukiman kumuh dengan kategori

squatters. Selain itu dengan pemberian status kepemilikan lahan bagi para pemukiman

yang menempati lahan yang sesuai dengan peruntuknya dan pembuatan ruang terbuka

hijau. Serta pengembangan perumahan dengan batas-batas tertentu untuk kawasan yang

termasuk dalam kategori kumuh ringan.

Berdasarkan hasil survei, diperoleh beberapa masalah permukiman yang terkait

dengan permukiman kumuh dengan kategori squatters, yaitu seperti yang terjadi di

kelompok permukiman yang berkembang disekitar di sepanjang bantaran rel yang sudah

tidak digunakan lagi yang ditemukan di Kecamatan Temanggung. Rumah-rumah yang

dibangun hanya berjarak ± 2 meter dari rel kereta api yang sudah tidak digunakan lagi.

Lahan yang digunakan untuk membangun permukiman disini merupakan lahan

yang illegal. Lahan tersebut merupakan lahan milik PJKA yang kemudian disewakan.

Lahan yang disewakan tersebut oleh penyewa kemudian dibangun rumah-rumah yang

dapat dikatakan layak. Kebanyakan penduduk yang mendiami permukiman squatter ini

adalah penduduk pendatang yang bukan merupakan penduduk asli Kabupaten

Temanggung.

Untuk permukiman kumuh identik dengan permukiman di kawasan bercirikan

perdesaan. Permukiman ini merupakan permukiman legal, namun secara fisik, sosial dan

budaya kurang memperdulikan lingkungan tempat tinggalnya atau dapat dikatakan

kesadaran masyarakat di permukiman tersebut terhadap kebersihan lingkungan masih

sangat kurang. Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman kumuh (slums), yaitu

dengan perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan untuk kawasan kumuh,

melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan

(participatory planning) sejak awal, selain itu dengan penyediaan sarana dan prasarana

(P3KT dan PKL), serta adanya pembuatan ruang terbuka hijau.

VI-60

Untuk permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung, berdasarkan hasil

survei dapat dibedakan menjadi :

1. Permukiman Kumuh Perkotaan

Kelompok permukiman kumuh perkotaan berkembang disekitar kawasan bantaran rel

kereta api yang sudah tidak digunakan lagi yaitu di kelurahan Parakan Wetan,

Temanggung I dan Banyuurip. Selain itu lokasi permukiman disepanjang sungai yaitu

di Kelurahan Parakan Wetan, Wanutengah, Temanggung I, Temanggung II, Gilingsari,

Banyuurip, Butuh, Kertosari dan Gendengan. Permukiman kumuh tersebut

merupakan permukiman padat dengan kondisi yang dibawah standar. Kondisi rumah

yang ada saling berhimpitan dengan tinggi bangunan yang hanya memenuhi skala

manusia, dindingnya rata-rata berdinding kayu dan bambu dengan lantai tanah.

Rumah-rumah tersebut hanya berjarak kurang dari 20 meter dari bibir sungai.

2. Permukiman Kumuh Perdesaan

Kelompok permukiman kumuh perdesaan disebabkan karena masih adanya masalah

rumah yang tidak sehat maksudnya adalah masih banyaknya rumah atau

permukiman yang masih menyatu dengan kandang ternak. Menyatunya kandang

ternak dekat dengan tempat hunian dikarenakan terbatasnya lahan perkarangan yang

ada, selain itu juga dikarenakan agar memudahkan dalam pengawasan sehingga aman

dari pencurian ternak. Masalah tersebut terjadi juga dikarenakan masih rendahnya

pengetahuan masyarakat akan kesehatan dan kebersihan (SDM masyarakat masih

rendah) terutama bagi masyarakat pedesaan. Kebanyakan masyarakat memiliki usaha

sampingan yaitu beternak kerbau, kambing, sapi, selain itu juga ayam, itik dan sejenis

hewan unggas lainnya. Mereka masih seringkali menempatkan kandang ternak

tersebut berdampingan langsung dengan tempat tinggal mereka. Permasalahan rumah

tidak sehat banyak ditemui dilingkungan permukiman pedesaan di wilayah

perencanaan. Masalah permukiman kumuh yang ada di Perdesaan disebabkan juga

karena masih banyaknya rumah yang tidak layak huni.

Untuk menentukan kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung

dapat juga dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data sekunder yang ada.

Adapun analisis yang akan dilakukan terkait dengan indikator penetapan kawasan

VI-61

kumuh yaitu dilihat dari kepadatan rumah/ bangunan, kondisi rumah, tingkat

kemiskinan, jumlah sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis dari

masing-masing indikator tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.

Analisis Kepadatan Penduduk

Analisis kepadatan penduduk ini dilaksanakan dengan membandingkan antara

jumlah penduduk dengan luas wilayah (kepadatan brutto) yang ada pada masing-masing

kecamatan. Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut:

Perhitungan:

- Rentang, didapat dari kepadatan penduduk tertinggi dikurangi kepadatan penduduk

terendah.

Rentang = 24 - 3 = 21

- Banyaknya kelas adalah 4

Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:

3 – 8,25 = Skor 1

8,25 – 13,5 = Skor 2

13,5 – 18,75 = Skor 3

18,75 - 24 = Skor 4

Pada tabel berikut ini dapat dilihat skor untuk kepadatan bangunan pada masing-masing

kecamatan di Kabupaten Temanggung.

Tabel 6.32. Skor Kepadatan Penduduk

NO KECAMATAN LUAS WILAYAH JUMLAH

PENDUDUK KEPADATAN SKOR

1 Parakan 2.223 49.879 22 4

2 Kledung 3.221 26.310 8 1

3 Bansari 2.253 22.696 10 2

4 Bulu 4.304 44.021 10 2

5 Temanggung 3.339 79.908 24 4

VI-62

6 Tlogomulyo 2.484 21.024 8 1

7 Tembarak 2.684 28.310 11 2

8 Selopampang 1.729 18.254 11 2

9 Kranggan 5.761 43.366 8 1

10 Pringsurat 5.728 46.110 8 1

11 Kaloran 6.392 43.394 7 1

12 Kandangan 7.836 47.423 6 1

13 Kedu 3.496 52.442 15 3

14 Ngadirejo 5.331 53.920 10 2

15 Jumo 2.932 27.936 10 2

16 Gemawang 6.711 29.701 4 1

17 Candiroto 5.994 31.960 5 1

18 Bejen 6.884 20.163 3 1

19 Tretep 3.365 19.530 6 1

20 Wonoboyo 4.398 24.062 5 1

JUMLAH 87.065 730.409 8 2

Ket: Skor semakin besar semakin buruk

Analisis Kepadatan Bangunan

Analisis kepadatan bangunan ini dilakukan dengan membandingkan antara jumlah penduduk dengan luas permukiman (kepadatan netto) yang ada pada masing-masing kecamatan. Dimana apabila jumlah penduduknya banyak dan luas permukimannya kecil maka dapat dikatakan bahwa kecamatan tersebut termasuk berkepadatan bangunan tinggi karena dengan jumlah penduduk yang banyak seharusnya juga diimbangi dengan luas permukiman yang besar sesuai dengan kapasitas jumlah penduduknya. Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut:

Perhitungan:

- Rentang, didapat dari kepadatan bangunan tertinggi dikurangi kepadatan bangunan terendah.

Rentang = 52 - 9 = 43

- Banyaknya kelas adalah 4

- Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 43 : 4 = 10.75

Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:

9 – 19,75 = Skor 1

VI-63

19,75 – 30,50 = Skor 2

30,50 – 41,25 = Skor 3

41,25 - 52 = Skor 4

Pada tabel berikut ini dapat dilihat skor untuk kepadatan bangunan pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Temanggung.

Tabel 6.33. Skor Kepadatan Bangunan

NO KECAMATAN LUAS

PERMUKIMAN (Ha.)

JUMLAH RUMAH

KEPADATAN BANGUNAN

SKOR

1 Parakan 313 10.112 32 3

2 Kledung 138 7.186 52 4

3 Bansari 134 4.915 37 3

4 Bulu 372 12.427 33 3

5 Temanggung 847 17.914 21 2

6 Tlogomulyo 239 7.569 32 3

7 Tembarak 290 6.380 22 2

8 Selopampang 214 4.083 19 1

9 Kranggan 797 10.502 13 1

10 Pringsurat 1.177 10.810 9 1

11 Kaloran 689 10.504 15 1

12 Kandangan 994 10.624 11 1

13 Kedu 492 12.981 26 2

14 Ngadirejo 313 12.376 40 3

15 Jumo 365 7.133 20 2

16 Gemawang 451 7.836 17 1

17 Candiroto 447 7.658 17 1

18 Bejen 509 5.228 10 1

19 Tretep 188 4.809 26 2

20 Wonoboyo 305 6.135 20 2

9.274 177.182 24 2

Ket: Skor semakin besar semakin buruk

Analisis Kondisi Rumah

Analisis kondisi rumah dilakukan dengan mengetahui data jumlah rumah

eksisting dan jumlah rumah non permanen, dimana dengan mengetahui data tersebut

kemudian akan dapat dihitung prosentase antara jumlah rumah dengan jumlah rumah

non permanen. Jika suatu kecamatan mempunyai prosentase jumlah rumah non

permanen yang tinggi maka kecamatan tersebut mempunyai kemungkinan untuk

menjadi permukiman kumuh yang dikarenakan banyaknya jumlah rumah non

permanen. Adapun penilaian atau skornya adalah sebagai berikut:

VI-64

Perhitungan:

- Rentang, didapat dari prosentase kondisi rumah tertinggi dikurangi prosentase

kondisi rumah terendah.

Rentang = 84 - 41= 43

- Banyaknya kelas adalah 4

- Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 43 : 4 = 10,75

Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:

41,00 - 51,75 = Skor 1

51,75 - 62,75 = Skor 2

62,75 - 73,25 = Skor 3

73,75 - 84,00 = Skor 4

Pada tabel 6.37. berikut ini dapat dilihat skor untuk kepadatan bangunan pada masing-

masing kecamatan di Kabupaten Temanggung.

Tabel 6.34.

Skor Prosentase Kondisi Rumah

NO KECAMATAN JUMLAH RUMAH TIDAK PERMANEN % SKOR

1 Parakan 10.112 6.292 62 2

2 Kledung 7.186 6.014 84 4

3 Bansari 4.915 3.644 74 4

4 Bulu 12.427 5.104 41 1

5 Temanggung 17.914 8.461 47 1

6 Tlogomulyo 7.569 5.863 77 4

7 Tembarak 6.380 3.620 57 2

8 Selopampang 4.083 3.061 75 4

9 Kranggan 10.502 7.343 70 3

10 Pringsurat 10.810 7.818 72 3

11 Kaloran 10.504 8.093 77 4

12 Kandangan 10.624 6.900 65 3

13 Kedu 12.981 10.138 78 4

14 Ngadirejo 12.376 9.376 76 4

15 Jumo 7.133 5.762 81 4

16 Gemawang 7.836 6.418 82 4

17 Candiroto 7.658 5.830 76 4

18 Bejen 5.228 3.887 74 4

19 Tretep 4.809 3.985 83 4

20 Wonoboyo 6.135 4.912 80 4

177.182 122.521 72 3

Ket: Skor semakin besar semakin buruk

VI-65

Analisis Tingkat Kemiskinan

Analisis tingkat kemiskinan dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah

keluarga (kk) dengan jumlah keluarga miskin yang ada di masing-masing kecamatan.

Dimana analisis ini dilakukan dengan cara memprosentasekan perbandingan jumlah KK

yang ada dengan jumlah KK miskin. Setelah mengetahui prosentase keluarga miskin,

maka dapat diberi penilaian atau skor dengan cara memberikan interval dari hasil

prosentase untuk mengetahui tingkat kemiskinan yang paling tinggi berdasarkan skor.

Adapun nilai/ skornya adalah sebagai berikut;

Perhitungan:

- Rentang, didapat dari prosentase tingkat kemiskinan tertinggi dikurangi prosentase

tingkat kemiskinan terendah.

Rentang = 36 – 1 = 35

- Banyaknya kelas adalah 4

- Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 35 : 4 = 8,75

Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:

1,00 - 9,75 = Skor 1

9,75 - 18,50 = Skor 2

18,50 - 27,25 = Skor 3

27,25 - 36,00 = Skor 4

Pada tabel berikut ini dapat dilihat skor prosentase tingkat kemiskinan terhadap masing-

masing kecamatan di Kabupaten Temanggung.

Tabel 6.35. Skor Prosentase Tingkat Kemiskinan

No Kecamatan Jumlah Rumah

Tangga KK Miskin % Skor

1 Parakan 12.899 1.716 13 2

2 Kledung 6.450 2.311 36 4

3 Bansari 5.800 586 10 2

4 Bulu 11.199 1.693 15 2

5 Temanggung 21.002 2.646 13 2

6 Tlogomulyo 5.098 516 10 2

7 Tembarak 7.079 1.170 17 2

8 Selopampang 4.645 206 4 1

9 Kranggan 11.610 113 1 1

10 Pringsurat 12.466 822 7 1

11 Kaloran 11.612 1.357 12 2

VI-66

12 Kandangan 12.360 2.681 22 3

13 Kedu 13.460 1.226 9 1

14 Ngadirejo 13.920 2.601 19 3

15 Jumo 7.670 1.711 22 3

16 Gemawang 7.524 1.673 22 3

17 Candiroto 8.649 1.426 16 2

18 Bejen 5.582 678 12 2

19 Tretep 4.835 1.126 23 3

20 Wonoboyo 6.253 977 16 2

190.113 27.235 14 2

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Ket: Skor semakin besar semakin buruk

Analisis permukiman kumuh yang telah dilakukan dengan melakukan analisis

berdasarkan gabungan dari hasil skor analisis kepadatan penduduk, kepadatan

bangunan, kondisi rumah dan tingkat kemiskinan. Tabulasi hasil dari masing-masing

analisis tersebut memunculkan skor terendah dan tertinggi dari setiap kecamatan. Untuk

lebih jelasnya mengenai hasil tabulasi dari masing-masing analisis yang telah dilakukan

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6.36.

Total Skor Penilaian Permukiman Kumuh

No Kecamatan Kepadatan Penduduk

Kepadatan Bangunan

Kondisi Rumah

Tingkat Kemiskinan

Jumlah Skor

1 Parakan 4 3 2 2 11

2 Kledung 1 4 4 4 13

3 Bansari 2 3 4 2 11

4 Bulu 2 3 1 2 8

5 Temanggung 4 2 1 2 9

6 Tlogomulyo 1 3 4 2 10

7 Tembarak 2 2 2 2 8

8 Selopampang 2 1 4 1 8

9 Kranggan 1 1 3 1 6

10 Pringsurat 1 1 3 1 6

11 Kaloran 1 1 4 2 8

12 Kandangan 1 1 3 3 8

13 Kedu 3 2 4 1 10

14 Ngadirejo 2 3 4 3 12

15 Jumo 2 2 4 3 11

16 Gemawang 1 1 4 3 9

17 Candiroto 1 1 4 2 8

18 Bejen 1 1 4 2 8

VI-67

19 Tretep 1 2 4 3 10

20 Wonoboyo 1 2 4 2 9

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Ket: Skor semakin besar semakin buruk

Berdasarkan hasil penilaian permukiman kumuh yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa antar hasil survei dengan penilaian permukiman kumuh memiliki

keterkaitan dan kesesuaian. Seperti yang terlihat dari hasil penilaian permukiman kumuh

di Kecamatan Kledung, Ngadirejo dan Parakan, memiliki skor yang tinggi tentang

permukiman kumuh. Sedangkan berdasarkan hasil survei, di Kecamatan Ngadirejo dan

Parakan dijumpai permukiman kumuh perkotaan, yang kondisi kumuh terlihat dari

kondisi rumah yang tidak layak dan lingkungan permukiman yang tidak sehat.

Analisis Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Analisis ketersediaan sarana dan prasarana permukiman ini dilakukan berdasarkan

jumlah dan jenisnya di 15 kecamatan untuk mencari alternatif lokasi kawasan prioritas

penanganan permukiman kumuh (Pendidikan; TK, SD, SLTP, SLTA dan PT; Kesehatan:

Puskesmas, Rumah sakit; Perdagangan: Pasar, dan Toko; Peribadatan: Masjid, Musholla,

Gereja dan Vihara). Berdasarkan data-data tersebut kemudian dinilai ketersediaan

sarananya, semakin lengkap sarananya maka desa tersebut telah dapat melayani aktivitas

masyarakatnya. Adapun nilai adalah sebagai berikut:

VI-68

Tabel 6.37. Skor Ketersediaan Sarana

No. Kecamatan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan Skor

1 Parakan TK, SD, SLTP, SLTA Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 13

2 Kledung TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola Pasar, Toko 7

3 Bansari TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8

4 Bulu TK, SD, SLTP Rumah Sakit, Puskesmas Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8

5 Temanggung TK, SD, SLTP, SLTA Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 11

6 Tlogomulyo TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8

7 Tembarak TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas Masjid, Mushola Pasar, Toko 7

8 Selopampang TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Pasar, Toko 7

9 Kranggan TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9

10 Pringsurat TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10

11 Kaloran TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10

12 Kandangan TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9

13 Kedu TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9

14 Ngadirejo TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Pasar, Toko 9

15 Jumo TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10

16 Gemawang TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10

17 Candiroto TK, SD, SLTP, SLTA Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Gereja, Vihara Pasar, Toko 10

18 Bejen TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Vihara Pasar, Toko 8

19 Tretep TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Pasar, Toko 7

20

Wonoboyo TK, SD, SLTP Puskesmas, Puskesmas Pembantu Masjid, Mushola, Pasar, Toko 7

Sumber: Hasil Analisis, 2011

VI-69

Berdasarkan hasil penilaian diatas menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki

sarana paling sedikit terdapat di Kecamatan Kledung, Tembarak, Selopampang, Tretep

dan Wonoboyo, dimana kecamatan tersebut saat ini masih dirasa sangat kurang dalam

ketersediaan sarana, baik sarana pendidikan maupun peribadatan.

Selain melakukan analisis sarana, juga perlu dilakukan analisis terhadap

ketersediaan prasarana permukiman. Kelengkapan prasarana yang akan di analisis

meliputi: Jaringan Jalan (jalan desa dan jalan antar desa/ kecamatan); Listrik (jaringan

PLN); Air Bersih (pipa PDAM dan air sumur) dan telepon. Perhitungan analisis prasarana

pada masing-masing desa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

VI-70

Tabel 6.38. Skor Ketersediaan Prasarana

No Kecamatan Listrik Jalan Air Bersih Nilai

1 Parakan Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa

Mata air, Sumur, PDAM, Pipa, Sungai 9

2 Kledung Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa

Mata air, Sumur, Pipa, Sungai, Embung 10

3 Bansari Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa, Sungai 8

4 Bulu Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa

Mata air, Sumur, Pipa, Sungai 9

5 Temanggung Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa

Mata air, Sumur, PDAM 8

6 Tlogomulyo Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Mata air, Sumur, Pipa, Sungai 9

7 Tembarak Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, PDAM, Pipa, Sungai 9

8 Selopampang Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Mata air, Sumur, Pipa, Sungai 9

9 Kranggan Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa

Sumur, PDAM 7

10 Pringsurat Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa

Mata air, PDAM, Pipa, Embung 8

11 Kaloran Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa

Sumur, PDAM, Sungai 8

12 Kandangan Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa, Sungai 8

13 Kedu Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa

Sumur, PDAM, Sungai 8

14 Ngadirejo Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa

Sumur, Pipa, PDAM, Sungai 9

15 Jumo Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, PDAM, Sungai 8

16 Gemawang Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Sungai 7

17 Candiroto Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa

Sumur, Pipa, Sungai 8

18 Bejen Terlayani PLN Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa

Sumur, Pipa 7

19 Tretep Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa, Sungai, Embung 9

20 Wonoboyo Terlayani PLN Jalan Kabupaten, Jalan Kecamatan, Jalan Desa Sumur, Pipa 7

Sumber: Hasil Analisis, 2011

VI-71

Berdasarkan hasil penilaian diatas menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki kelengkapan prasarana paling sedikit terdapat di

Kecamatan Kranggan, Gemawang, Bejen dan Wonoboyo. Setelah melakukan analisis kelengkapan sarana dan prasarana maka dapat

diketahui kecamatan mana saja yang mempunyai sarana dan prasarana yang masih kurang. Untuk mengetahui jumlah keseluruhan dapat

dilakukan dengan analisis skoring terhadap penyedian sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 6.10. berikut ini.

Adapun nilai/ skornya adalah sebagai berikut;

Perhitungan:

- Rentang, didapat dari nilai sarana tertinggi dikurangi sarana terendah.

Rentang = 24 - 18 = 6

- Banyaknya kelas adalah 3

- Panjang interval = Rentang : Banyaknya Kelas = 6 : 3 = 2

Dari perhitungan diatas maka interval untuk kelas skor adalah sebagai berikut:

24 – 26 = Skor 3

21 – 23 = Skor 2

18 – 20 = Skor 1

VI-72

Tabel 6.39. Skor Ketersediaan Sarana dan Prasarana Permukiman

No Kecamatan Sarana Prasarana Total nilai Skor

1 Parakan 13 9 22 4

2 Kledung 7 10 17 2

3 Bansari 8 8 16 1

4 Bulu 8 9 17 2

5 Temanggung 11 8 19 3

6 Tlogomulyo 8 9 17 2

7 Tembarak 7 9 16 1

8 Selopampang 7 9 16 1

9 Kranggan 9 7 16 1

10 Pringsurat 10 8 18 2

11 Kaloran 10 8 18 2

12 Kandangan 9 8 17 2

13 Kedu 9 8 17 2

14 Ngadirejo 9 9 18 2

15 Jumo 10 8 18 2

16 Gemawang 10 7 17 2

17 Candiroto 10 8 18 2

18 Bejen 8 7 15 1

19 Tretep 7 9 16 1

20 Wonoboyo 7 7 14 1

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Ket: Skor semakin besar semakin buruk

VI-73

Hasil skor yang diperoleh dari ketersediaan sarana dan prasarana ini akan digabungkan dengan total skor penilaian kumuh sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6.40. Total Skor Penilaian Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh

di Kabupaten Temanggung

No Kecamatan Sarana &

Prasarana

Kepadatan

Bangunan

Kondisi

Rumah

Tingkat

Kemiskinan

Jumlah

Skor

1 Parakan 4 3 2 2 11

2 Kledung 2 4 4 4 14

3 Bansari 1 3 4 2 10

4 Bulu 2 3 1 2 8

5 Temanggung 3 2 1 2 8

6 Tlogomulyo 2 3 4 2 11

7 Tembarak 1 2 2 2 7

8 Selopampang 1 1 4 1 7

9 Kranggan 1 1 3 1 6

10 Pringsurat 2 1 3 1 7

11 Kaloran 2 1 4 2 9

12 Kandangan 2 1 3 3 9

13 Kedu 2 2 4 1 9

14 Ngadirejo 2 3 4 3 12

15 Jumo 2 2 4 3 11

16 Gemawang 2 1 4 3 10

17 Candiroto 2 1 4 2 9

18 Bejen 1 1 4 2 8

19 Tretep 1 2 4 3 10

VI-74

20 Wonoboyo 1 2 4 2 9

Pada tabel diatas dapat diketahui 2 kecamatan yang akan dijadikan lokasi prioritas penanganan permukiman kumuh di Kabupaten

Temanggung, yaitu Kecamatan Kranggan dan Pringsurat.

Permukiman disekitar Kawasan Lindung

Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang disekitar kawasan lindung di Kecamatan Selopampang,

Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Parakan, Kledung, Bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo, Tretep sedangkan kawasan resapan air berada

di Kecamatan Wonoboyo, Tretep, Bejen, Candiroto, Bansari dan Kandangan. Kawasan lindung dan resapan air merupakan kawasan yang

dilarang untuk dibangun permukiman. Namun dalam kenyataannya ada permukiman-permukiman yang dibangun oleh penduduk pada

lokasi tersebut.

Permukiman disepanjang Bantaran Sungai

Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang di sepanjang bantaran sungai sungai deres yang berada di

Kecamatan Ngadirejo, Bantaran kali pacar yang berada di Kelurahan Temanggung I dan Temanggung II, dan bantaran kali jambe yang

berada di Kelurahan Butuh yaitu disebelah sepanjang sungai yang melintasi sungai dekat Pasar Kliwon temanggung. Rumah-rumah

tersebut dibangun dengan jarak yang hanya beberapa meter dari bibir sungai, atau tidak memiliki jarak batasan dengan sungai, sehingga

VI-75

tidak mengindahkan adanya sempadan sungai. Kondisi ini sangat membahayakan, sebab rumah yang dibangun pada bantaran sungai

sangat berpotensi terjadi longsor atau banjir akibat luapan sungai.

Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang di sekitar kawasan rawan bencana alam tanah longsor di

Tretep, Wonoboyo, bejen, candiroto, Gemawang, kandangan, Kaloran, Pringsurat dan Selopampang, daerah rawan bencana tersebut

memiliki karakteristik yang relatif sama, yaitu topografi yang curam (15-40% dan >40%), serta kondisi tanah yang labil menyebabkan

daerah tersebut rawan bencana.

Permukiman di Kawasan Rawan Kekeringan

Berdasarkan hasil survei, kelompok permukiman yang berkembang di sekitar kawasan rawan kekeringan berada di Kecamatan

Pringsurat, Kranggan, kaloran, kandangan, Candiroto, Bejen dan Jumo, ketika musim kemarau tiba, daerah-daerah tersebut sering dilanda

kekeringan. Adapun usaha penduduk untuk mendapatkan kebutuhan air bersih adalah dengan membuat sumur. Masyarakat yang berada

di daerah tersebut telah terbiasa dengan kondisi seperti ini.

6.5.2.2 Alternatif Penanganan

Alternatif penanganan yang dilakukan untuk perumahan dan permukiman yang bermasalah di Kabupaten Temanggung dapat

dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

VI-76

Tabel 6.41.

Alternatif Penanganan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Baru di Kabupaten Temanggung

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

Kawasan permukiman perkotaan baik sudah terbangun maupun kawasan siap bangun

Pembangunan perumahan baru di kawasan perkotaan baik yang dibangun oleh masyarakat secara swadaya secara legal maupun oleh developer atau pengembang

perumahan Tujuan : - Untuk memenuhi

kebutuhan rumah bagi penduduk Kabupaten Temanggung

- Pembangunan baru untuk perumahan dan permukiman sesuai rencana IKK pada

masing-masing kecamatan

- Adanya pengawasan untuk menghindari pembangunan perumahan di daerah sawah produktif

Mencegah pembangunan rumah baru dengan tipe kapling besar (> 200 m2)

KDB, KLB, Sempadan Jalan, Sempadan Bangunan untuk pusat kota dengan kepadatan > 1000 unit/Ha, dibangun secara vertikal.

Pembangunan jalur hijau di tepi sungai Pembangunan jalan inspeksi di tepi sungai

Penetapan garis batas dari darat ke laut sejauh 12 mil

Melakukan intensifikasi lahan perkotaan sesuai peruntukkan di RUTRK

(Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Perumahan dan Permukiman Nomor: 10/KPTS/M/1999) Pembangunan permukiman penduduk di

lokasi yang padat. Membangun jalan inspeksi dan jalur hijau

di tepi sungai

Diarahkan pada daerah-daerah yang dilalui jalan propinsi, yaitu Kecamatan Pringsurat, Kranggan, Temanggung, Kedu, Parakan, Ngadirejo, candiroto dan Bejen

Mengatur investasi rumah di Kabupaten Temanggung, khususnya bagi para pendatang yang berinvestasi dan tidak tinggal di Kabupaten Temanggung supaya menjadikan rumah investasi tersebut tidak hanya sebagai bangunan kosong saja, namun dipergunakan, misalnya sebagai rumah tinggal/usaha

Pembuatan aturan yang menyempurnakan aturan investasi rumah di Kabupaten Temanggung

Mempetakan kawasan yang berpotensi sebagai kawasan resapan air dan wisata dengan kepadatan rendah untuk lokasi pembangunan baru

Pengaturan pembangunan perumahan dan permukiman yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan lingkungan lahan tempat dibangunnya kawasan tersebut, sehingga masing-masing fungsi kawasan dapat terakomodir dan terkoneksi dengan baik

Mempetakan kawasan perumahan dan permukiman yang terletak disekitar

kawasan industri

Pengaturan jarak lokasi industri dengan perumahan dan permukiman serta dengan

melakukan pembangunan penghalang yang

VI-77

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

berupa jalur atau jalur terbuka hijau

Mengoptimalkan lahan perumahan perkotaan yang masih memiliki kepadatan rendah dan kepadatan sedang

Mengembangkan perumahan sesuai dengan dengan RUTRK IKK masing-masing

Pembangunan rumah baru oleh masyarakat secara swadaya atau developer/ pengembang perumahan dengan pendekatan Kasiba/ Lisiba Mencegah pembangunan massal oleh individu / broker dengan penjualan kapling secara bebas Pembuatan peraturan tentang tata cara mendirikan bangunan di pusat kota : IMB, Sempadan Bangunan, Sempadan Jalan, KDB, KLB dan ketinggian Bangunan

Mengkaitkan antara pusat-pusat kota dan pusat-pusat pertumbuhan baru

Membangun jaringan jalan/ mengembangkan jalan yang berpotensi untuk menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan

- Kecamatan Kranggan - Kecamatan Temanggung - Kecamatan Parakan - Kecamatan Ngadirejo - Kecamatan Candiroto

Mempertahankan kawasan resapan air Membangun di kawasan yang memiliki

sumber air bersih

Membuat sumur resapan, embung untuk lokasi yang tidak memiliki sumber air bersih.

Mempertimbangkan lokasi permukiman di

daerah banjir

Pembangunan jaringan drainase.

Pembangunan sarana & prasarana (primer & sekunder) pendukung perumahan baru

Pembangunan perumahan baru diprioritaskan di lokasi tegalan dan pengoptimalan bangunan di tanah pekarangan

Mempertanahkan sawah yang ada Memperhatikan/melindungi kawasan

lindung/konservasi

Pembangunan Perumahan dengan pendekatan Kasiba/Lisiba

VI-78

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

Kawasan permukiman di

wilayah yang bercirikan perdesaan baik sudah terbangun maupun kawasan siap bangun

Kawasan yang mempunyai arahan

kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam. Tujuan : Pemenuhan kebutuhan perumahan untuk pembangunan baru Kab. Temanggung dengan tidak merusak sumber daya alam / kawasan lindung

Pembangunan perumahan baru diprioritaskan di lokasi tegalan

Sesuai dengan RTRW kawasan yang mempunyai kelerengan 25% - 40% atau lebih tidak digunakan untuk permukiman

Lokasi pembangunan baru diprioritaskan untuk kelurahan/desa yang memiliki tegalan, dengan persyaratan: tidak rawan bencana, memiliki kelerengan 2% - 15%, memiliki kelengkapan fasilitas sosial dan umum, adanya sumber air, serta kesesuaian dengan RTRW

Menghubungkan jalur-jalur pusat pertumbuhan desa

Pembangunan RSH, RSS, menengah, dan mewah. Lebih diutamakan RSH dan RSS

yang diprioritaskan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti jalan, sanitasi, drainase, air bersih, telepon, listrik, dan fasilitas pendukung seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang publik di pusat pertumbuhan desa

Diluar wilayah IKK/kawasan yang bercirikan perdesaan,

yaitu di seluruh kecamatan kabupaten temanggung.

Mempertahakan karakteristik perdesaan yang ada dan adanya larangan membangun tanpa mempertimbangkan RUTRK yang ada

Mengendalikan para developer (resmi) yang menjual bebas kapling dengan luasan yang melebihi luasan dari luas kapling maksiman di RTRW

Penegasan tindakan persuasif dan represif bagi pelanggar

Pengawasan & pengendalian pembangunan unit rumah baru di sepanjang bantaran sungaiPembangunan tanggul di tepi sungai agar tidak longsor

Sumber: Hasil Analisis, 2011

VI-79

Tabel 6.42. Alternatif Penanganan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Temanggung

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan/ saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kriteria: 10 – 15 m, diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi, untuk sungai di kawasan permukiman Tujuan perlindungan : Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Sempadan bangunan (tanpa tanggul) Anak sungai/ sungai kecil dengan

kedalaman < 3 m garis sempadan bangunan : 10 m dari tepi sungai

Sungai dengan kedalaman 3-20 m garis sempadan bangunan : 15 m dari tepi sungai.

Sungai dengan kedalaman < 30 meter : sempadan bangunan 30 meter dari tepi sungai.

Garis sempadan bangunan di tepi jalan inspeksi minimal 7.5 m dari as jalan

Sempadan bangunan (bertanggul) 3 meter di sebelah luar sepanjang

kaki tanggul Anak sungai/ sungai kecil dengan

kedalaman < 3 m garis sempadan bangunan minimal 3 m dari batas

tanggul. Sungai dengan kedalaman >3m garis

sempadan bangunan minimal 5 m dari batas tanggul

Pencegahan dan Pengendalian pembangunan perumahan baru di sepanjang bantaran sungai.

RESTRUKTURISASI: Redevelopment

- Upaya penataan kembali suatu kawasan perumahan dan permukiman kumuh dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana dan prasarana dari sebagian atau seluruh kawasan yang telah

dinyatakan tidak dapat lagi dipertahankan kehadirannya.

- Perubahan struktural peruntukan lahan serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yang mengatur pembangunan baru (KDB, KLB, GSB, dll) yang

biasanya terjadi. Renewal (Peremajaan)

Kawasan tepi sungai yang tidak bertentangan dengan RUTR, RDTR, RTRK dan bukan diperuntukan jalur sungai

Pembuatan peraturan daerah tentang larangan dan

pemberian sanksi

- Sungai Progo : Kecamatan Ngadirejo, jumo, Kedu, kandangan, Kranggan, tembarak, Selopampang

- Sungai Bodri : Kecamatan Wonoboyo, Candiroto dan Bejen

VI-80

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

pembuatan bangunan di atas bantaran sungai

Sempadan dapat diwujudkan dalam bentuk jalan inspeksi minimal lebar 7,5 m.

Kawasan Perumahan di Kawasan Banjir

Terdapat 2 kriteria untuk permasalahan kawasan banjir : genangan sepanjang tahun dan genangan periodik

- Kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase.

- Pada daerah rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung di antaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus ( tanaman tahunan).

- Perlu penambahan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendukung perumahan dan permukiman

Rehabilitasi (Perbaikan) - Mengembalikan kondisi

komponen-komponen fisik kawasan permukiman yang telah mengalami kemunduran kondisi atau degradasi kepada

kondisi asalnya, sehingga dapat berfungsi kembali.

- Konsep penanganan ini untuk memperbaiki sarana dan prasarana.

- Pengadaan sarana dan prasarana terutama diarahkan: Untuk kawasan rawan bencana banjir di kawasan perumahan dan

permukiman yang berada di kawasan sempadan sungai, jika masih memungkinkan tanpa harus melalui relokasi keluar kawasan, maka dapat dibangun tanggul pengaman, dengan syarat tetap diberlakukan sempadan bangunan dan syarat lainnya. Sedangkan untuk genangan sepanjang tahun, penanganan

- Kecamatan Parakan - Kecamatan Kedu - Kecamatan Temanggung

VI-81

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

diarahkan pada normalisasi saluran.

Kawasan Perumahan di koridor SUTET dan SUTT

Perumahan yang berada di sepanjang jaringan/saluran tegangan ekstra tinggi. Lokasi rumah : A. Rumah yang terletak

langsung dibawah menara SUTET dan SUTT

B. Rumah yang terletak di sepanjang jaringan SUTET dan SUTT yang berjarak < 9 meter

C. Rumah yang terletak di sepanjang jaringan SUTET dan SUTT yang berjarak > 9 meter

Tujuan :Melindungi warga yang tinggal di sekitar jaringan SUTET dan SUTT dengan bahaya-bahaya yang akan terjadi

Mencegah dan pengendalian pembangunan baru disepanjang jaringan SUTET dan SUTT Pemberian sanksi atau larangan bagi masyarakat yang membangun rumah baru di lokasi jaringan SUTET dan SUTT Menyarankan kepada masyarakat penggunaan bahan bangunan rumah yang bukan penghantar panas yang baik (larangan penggunaan seng untuk atapnya) Pembuatan jalan inspeksi di kanan kiri jalur listrik tegangan tinggi, dengan lebar jalan ± 9 m. Menanam tanaman di sekitar jaringan sebagai barrier/jalur hijau yang tidak mengganggu jaringan agar mengurangi dampak yang ditimbulkan SUTET dan SUTT

Membuat peraturan daerah yang melarang pembangunan baru dan tidak memberi ijin atau pemberian sertifikat (untuk melegalkan lahan) bagi penduduk yang mengajukan ijin tsb Sosialisai kepada masyarakat tentang bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh jaringan SUTET dan SUTT Menambah barrier di sekitar perumahan dengan jenis tidak mengganggu jaringan SUTET dan SUTT.

- Kecamatan Kandangan - Kecamatan Kaloran - Kecamatan Pringsurat

VI-82

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

Kawasan Permukiman di

Rawan Bencana/ Longsor

Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang

teridentifikasi sering terjadi bencana alam seperti tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir, dan kekeringan. Kriteria: Kawasan rawan tanah longsor Daerahnya labil Mempunyai kemiringan lahan yang ekstrim > 40%. Tujuan perlindungan : Melindungi daerah rawan bencana dari kegiatan manusia yang dapat menimbulkan dan merusak kehidupan manusia.

Pengawasan dan Pengendalian pembangunan perumahan baru di daerah

yang rawan longsor Kepadatan bangunan diarahkan dengan kepadatan rendah, harus ada pembatasan kepadatan dan pertumbuhan fisik aktivitas kawasan. Kepadatan diarahkan < 30 unit/ Ha dengan luas lantai bangunan < 100 m2.

Membuat peraturan daerah yang melarang pembangunan

baru dan tidak memberi ijin atau tidak pemberian sertifikat (untuk melegalkan lahan) bagi penduduk yang mengajukan ijin tsb

- Kecamatan Selopampang, tembarak, Tlogomulyo, bulu,

Parakan, kledung, bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo, dan Tretep, Kledung, Bansari, Tretep, Bulu

VI-83

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

Kawasan Permukiman di

Resapan Air

Kawasan yang terdapat sumber mata air yang

digunakan penduduk untuk kebutuhan sehari-hari. Tujuan : Melindungi dan menjaga kelestarian jumlah, kualitas, penyebaran tata air, kelancaran, ketertiban, pengaturan air dan sumber-sumber air

Sempadan mata air dapat dibangun suatu bangunan dengan jarak minimal

200 m dari sumber mata air

Pembuatan peraturan untuk tidak diijinkan pembangunan

baru di kawasan lokasi tersebut. Sosialisai kepada masyarakat tentang pembangunan disekitar mata air.

- Kecamatan Wonoboyo, Tretep, Bejen, Candiroto, Bansari dan

Kandangan

Kawasan Permukiman Kumuh

Kawasan hunian masyarakat dengan ketersediaan sarana umum buruk atau tidak ada sama sekali dan kepadatan bangunan netto yang tinggi. Kawasan ini juga ditunjukkan dengan kualitas lingkungan yang kurang memperhatikan kesehatan, seperti: masih berdinding bambu, berlantai tanah, dan bersampingan dengan ternak Kategori: slums dan squatters Slums : permukiman yang legal, namun secara fisik,

Penataan dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan kepadatan tinggi Merencanakan secara optimal penggunaan lahan

Pembangunan Rumah Susun untuk kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi /kumuh berat Pembuatan rencana detail geometric pengaturan kawasan permukiman kumuh

- Kecamatan Temanggung ; Kelurahan Temanggung I, Temanggung II , gilingsari, Banyuurip, Butuh dan Kertosari

- Kecamatan Parakan : Kelurahan Parakan Wetan dan Wanutengah

- Kecamatan Ngadirejo : Kelurahan Ngadirejo

Mengoptimalkan implementasi rencana, pengawasan, dan perijinan pembangunan perumahan

Land re-adjustment (penataan permukiman) dan peremajaan permukiman di kawasan perkotaan

VI-84

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN ALTERNATIF PENANGANAN LOKASI

sosial budaya dan sosial politik mengalami degradari,

sehingga daya dukung lahan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Squatters : lingkungan permukiman liar yang menempati lahan illegal, kondisi fisik lingkungan dan bangunan jelek, tanpa dilayani sarana dan prasarana. Tujuan : Penataan dan peningkatan kawasan lingkungan permukiman menjadi tertata dan lebih sehat.

Pengembangan perumahan dengan batas-batas tertentu untuk kawasan yang

termasuk dalam kategori kumuh ringan.

Pemberian status kepemilikan lahan bagi para pemukim yang

menempati lahan yang sesuai dengan peruntukannya Melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan (participatory planning) sejak awal Penyediaan sarana dan prasarana (P3KT dan PKL)

- Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan untuk kawasan kumuh

- Pengendalian terhadap permukiman kumuh

- Pembuatan Ruang Terbuka Hijau

Kawasan Permukiman di Bantaran Rel

Perumahan yang berada di sepanjang kanan kiri rel kereta api.

Tujuan : Mengurangi pertumbuhan permukiman warga yang tinggal di bantaran rel supaya tidak terus bertambah karena lokasi ini sebatas lokasi hak pakai yang sewaktu-waktu bias dapat dilakukan pemugaran.

Pencegahan dan Pengendalian pembangunan perumahan baru di sepanjang Bantaran rel

Pembuatan peraturan yang melarang pembangunan baru di kawasan lokasi tersebut.

- Kecamatan Temanggung: Kelurahan Madureso, kertosari, Banyuuurip, Temanggung I, Sidorejo

- Kecamatan Kedu : Desa Candimulyo, Kedu, Mojotengah

- Kecamatan Parakan : Kelurahan Parakan wetan

Sumber: Hasil Analisis, 2011

VI-85

Tabel 6.43. Alternatif Penanganan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Pedesaan di Kabupaten Temanggung

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN

ALTERNATIF PENANGANAN

LOKASI

Penanganan Kawasan

Permukiman di Wilayah yang Bercirikan Perdesaan

Kawasan permukiman yang masih bercirikan perdesaan seperti pemanfaatan lahan mayoritas digunakan untuk pertanian, wisata dan

industri.

Strategi penanganan permukiman di wilayah kawasan perdesaan di Kabupaten

Temanggung akan diarahkan pada program pengadaan prasarana dasar permukiman perdesaan.

Kegiatan Penyediaan Air Bersih

Kegiatan Penyehatan Lingkungan

- Hampir semua

kecamatan di kabupaten temanggung

Tujuan : - Karakteristik wilayah yang bercirikan perdesaan masih dipertahankan

dan melindungi kawasan menjadi daerah resapan air - Pengembangan wilayah yang bercirikan perdesaan dengan memilih

desa-desa berpotensi untuk menjadi desa pusat pertumbuhan.

- Mempertahankan potensi kawasan yang ada

Pengaturan jarak lokasi industri dengan perumahan dan permukiman serta dengan melakukan pembangunan penghalang yang berupa jalur atau jalur terbuka hijau Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana pendukung pusat aktivitas di pedesaan Dengan mengembangkan Kawasan Permukiman industri rumah tangga. Hal ini dapat berupa aglomerasi usaha, sehingga menciptakan keuntungan kolektif.

Kegiatan Perbaikan Perumahan Permukiman KTP2D-DPP pada lahan-lahan yang mempunyai embrio untuk peningkatan perekonomian masyarakat perdesaan Pembangunan prasarana dan sarana pendukung

perkembangan masyarakat perdesaan yang memiliki ciri khusus Sosialisasi dan pembinaan tentang rumah sehat kepada masyarakat yang tinggal di wilayah yang bercirikan

perdesaan.

VI-86

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN

ALTERNATIF PENANGANAN

LOKASI

Redefinisi, khususnya rehabilitasi (perbaikan), yaitu

rumah temporer yang sudah tidak layak huni. Pelatihan dan pembentukan Klaster, sesuai dengan potensi masing-masing daerah - Pelatihan dan

pembentukan Klaster usaha, sesuai dengan potensi masing-masing daerah

- Pembangunan sarana dan prasarana permukiman serta usaha/wisata/daerah-daerah khusus yang memiliki embrio untuk peningkatan perekonomian penduduk

Sumber: Hasil Analisis, 2011

VI-87

6.5.3 Analisis kawasan Permukiman Bercirikan Pedesaan

RTRW Kabupaten Temanggung telah menetapkan kawasan perkotaan dan

pedesaan dan untuk wilayah perencanaan kawasan pedesaan meliputi seluruh

kecamatan di temanggung, sedangkan untuk wilayah perencanaan Rencana

Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kabupaten

Temanggung tahun 2011 ini, terdapat 14 kecamatan yang masuk wilayah pedesaan.

6.5.3.1 Lokasi Kawasan Permukiman Bercirikan Perdesaan

Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No.327/KPTS/M/2002 yang menetapkan

bahwa kriteria suatu kawasan disebut sebagai kawasan perkotaan, didasarkan pada

fungsi kegiatan utama budidaya, bukan pertanian atau lebih dari 75% mata pencaharian

penduduknya di sektor perkotaan, dan memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya

10.000 jiwa serta kepadatan sekurang-kurangnya 50 jiwa/Ha. Dari data-data yang

diperoleh selanjutnya diolah untuk mendapatkan permukiman yang memiliki

karakteristik perkotaan dan perdesaan. Adapun permukiman yang memiliki

karakteristik Perkotaan terletak di Kecamatan Pringsurat, Kranggan, Temanggung, Kedu,

Parakan dan Ngadirejo, sedangkan sisanya memiliki karakteristik perdesaan.

Kawasan dengan ciri perdesaan mempunyai arahan kegiatan utama pertanian

mempunyai arahan kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam

dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman di wilayah yang bercirikan

perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi, dalam

mengembangkan fungsi kawasan sebagai kawasan permukiman di wilayah yang

bercirikan perdesaan, diutamakan pada pengembangan kegiatan yang mendukung

fungsi pertanian.

6.5.3.2 Jenis dan Karakteristik Kawasan Permukiman Bercirikan Perdesaan

Jenis dan karakteristik perumahan dan permukiman mengkaji mengenai kondisi

fisik perumahan dan permukiman di Kabupaten Temanggung. Pengkajian karakteristik

perumahan dan permukiman ini mencakup karakteristik bangunan Berdasarkan kualitas

fisik (tingkat penghunian), karakteristik aktivitas dan fungsi kawasan yang menjadi

arahan pengembangan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan. Dari

beberapa kawasan perdesaan yang memiliki aktivitas potensial ini, maka arah

VI-88

pengembangan kawasan permukiman perdesaan akan diarahkan pada kawasan

perdesaan yang pontesial tersebut. Arah ini akan membuka pusat-pusat pertumbuhan

baru dengan kelengkapan fasilitas yang ada. Kawasan permukiman perdesaan adalah

kawasan yang berada di luar kawasan perkotaan. Kawasan ini sebagian besar berfungsi

sebagai kawasan pertanian.

Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung

diarahkan pada usaha pemerataan pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai

salah satu usaha mencegah kesenjangan wilayah. Hal ini terutama karena hambatan-

hambatan strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi

dengan tingkat kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya

hambatan-hambatan fisik lawasan dan sistem jaringan yang belum memadai.

Berdasarkan kondisi tersebut maka pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten

Temanggung adalah sebagai berikut:

1. Memilih desa-desa potensial menjadi desa-desa pusat pertumbuhan.

2. Pengembangan aktivitas wisata yang mendukung pertanian berupa agrowisata,

agrobisnis dan agroindustri yang terpadu dan saling terkait.

3. Peningkatan sumber daya manusia dan buatan, agar keberadaan manusia menjadi

prioritas utama pengembangan wilayah perdesaan yang cenderung terbelakang.

6.5.3.3 Tingkat Penghunian

Tingkat penghunian rumah digunakan untuk menghitung dan mengetahui

jumlah penghuni atau orang yang menempati satu rumah, cara menghitung jumlah

penghunian rumah pada masing-masing desa dilakukan dengan membagi antara jumlah

penduduk dengan jumlah rumah. Berdasarkan perhitungan tingkat penghunian

permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung dapat diketahui bahwa rata-rata

tingkat penghuni 4, yaitu satu rumah rata-rata dihuni oleh 4 anggota keluarga. Adapun

hasil perhitungan jumlah penghunian rumah pada masing-masing kecamatan yang

merupakan permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

VI-89

Tabel 6.44. Tingkat Penghunian Permukiman Perdesaan di Kabupaten Temanggung

No Kecamatan Jml.Pend. Jml Tingkat

Jiwa Rumah Hunian

1 Kledung 26.310 7.186 4

2 Bansari 22.696 4.915 5

3 Bulu 44.021 12.427 4

4 Tlogomulyo 21.024 7.569 3

5 Tembarak 28.310 6.380 4

6 Selopampang 18.254 4.083 4

7 Kaloran 43.394 10.504 4

8 Kandangan 47.423 10.624 4

9 Jumo 27.936 7.133 4

10 Gemawang 29.701 7.836 4

11 Candiroto 31.960 7.658 4

12 Bejen 20.163 5.228 4

13 Tretep 19.530 4.809 4

14 Wonoboyo 24.062 6.135 4

JUMLAH 730.409 177.182 4

6.5.3.4 Kualitas Fisik

Kualitas fisik permukiman dapat dilihat dari kondisi bangunan rumah pada

Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung. Kondisi bangunan

permukiman perdesaan, berdasarkan data jumlah rumah menurut permanensi bangunan

di Kabupaten Temanggung tahun 2011 dapat diketahui bahwa jumlah rumah di Kawasan

permukiman perdesaan adalah sebesar 102.487 unit dengan jumlah rumah paling banyak

berupa semi permanen sebanyak 42.625 unit.

Jumlah rumah paling banyak di Kawasan permukiman perdesaan, terdapat di

Kecamatan Kandangan yaitu sebanyak 3.940 unit rumah, sedangkan kecamatan yang

mempunyai jumlah rumah terkecil terdapat di Kecamatan Tretep, yaitu sebanyak 2.142

unit rumah. Selengkapnya mengenai jumlah dan kondisi bangunan pada masing-masing

kecamatan di Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Temanggung dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

VI-90

Tabel 6.45. Karakteristik Kualitas Permukiman Perdesaan di Kabupaten Temanggung

No Kecamatan Jenis Rumah (unit)

Jumlah Permanen % Semi Permanen % Sederhana %

1 Kledung 1.172 4 3.660 9 2.354 8 7.186

2 Bansari 1.271 4 2.620 6 1.024 3 4.915

3 Bulu 7.323 25 3.262 8 1.842 6 12.427

4 Tlogomulyo 1.706 6 2.909 7 2.954 10 7.569

5 Tembarak 2.760 9 2.942 7 678 2 6.380

6 Selopampang 1.022 3 2.142 5 919 3 4.083

7 Kaloran 2.411 8 3.875 9 4.218 14 10.504

8 Kandangan 3.724 13 3.940 9 2.960 10 10.624

9 Jumo 1.371 5 3.418 8 2.344 8 7.133

10 Gemawang 1.418 5 3.254 7 3.164 10 7.836

11 Candiroto 1.828 6 2.903 7 2.927 9 7.658

12 Bejen 1.341 5 2.728 6 1.159 4 5.228

13 Tretep 824 3 2.142 5 1.843 6 4.809

14 Wonoboyo 1.223 4 2.830 7 2.082 7 6.135

JUMLAH 29.394 42.625 30.468 102.487

Sumber : Kab. Temanggung dalam angka, Tahun 2011

6.5.3.5 Pola Pemanfaatan Lahan

Karakteristik pemanfaatan lahan di kawasan yang bercirikan perdesaan di

Kabupaten Temanggung secara umum terdiri dari penggunaan yang digunakan sebagai

kawasan pertanian, dan yang lain digunakan sebagai kawasan industri (besar, menengah

dan kecil). Untuk aktivitas industri di kawasan yang bercirikan perdesaan secara umum

diarahkan pada aktivitas industri dan mendukung aktivitas pertanian, serta industri

rumahtangga.

Pola pemanfaatan lahan tersebut menjadi karakteristik dan jenis yang dapat

menjadi dasar pengembangan permukiman di kawasan yang bercirikan perdesaan yang

memiliki karakter yang kuat. Wilayah kecamatan (pedesaan) yang cocok untuk

dikembangkan dan yang memiliki karakteristik industri adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan KANDANGAN :

Industri makanan Pisang Aroma di Desa Gesing.

2. Kecamatan KEDU :

Industri Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Kundisari

VI-91

3. Kecamatan KALORAN :

Industri Gerabah Tanah di Desa Tegowanuh

4. Kecamatan PRINGSURAT :

Industri Kerajinan Relief Tembaga dan Kuningan

Sedangkan untuk wilayah pedesaan yang perlu dikembangkan sebagai kawasan

wisata yaitu sebagai berikut:

1. Kecamatan GEMAWANG :

Wisata curug lawe

2. Kecamatan Kecamatan NGADIREJO :

Wisata Candi Pringapus dan Wisata Religi Jumprit

3. Kecamatan WONOBOYO :

Wisata Air Terjun Trocoh

4. Kecamatan CANDIROTO :

Wisata Air Terjun Onje dan Industri Kopi Bubuk Robusta di Desa Mento

5. SELOPAMPANG :

Wisata Pelestarian habitat alam di Desa Walitis

6. Kecamatan BULU :

Wisata Monumen Meteorit di Wonotirto, Candi Gondosuli dan Kerajinan Mendong

6.5.3.6 Pembangunan Permukiman Swadaya Masyarakat

Pembangunan swadaya yang dilakukan masyarakat di Kawasan permukiman

perdesaan di Kabupaten Temanggung, dapat dilihat dari tingkat golongan

VI-92

masyarakatnya. Sebagian besar masyarakat yang ada di Kawasan pemukiman perdesaan

merupakan masyarakat golongan menengah rendah, yang perlu membutuhkan bantuan

dari pemerintah dalam pembangunan perumahannya. Bantuan tersebut dapat berupa

pinjaman dari koperasi dan kemudahan dalam peminjaman kredit untuk pembangunan

rumah sangat sederhana mandiri. Atau dapat dilakukan oleh pemerintah dengan

pembangunan perumahan sangat sederhana yang diberikan kepada masyarakat

menengah rendah, dan untuk mendapatkan dapat melalui angsuran.

VII-1

BAB VII

POKOK-POKOK PERMASALAHAN PERUMAHAN DAN

PERMUKIMAN

Pokok – pokok Permasalahan Perumahan dan Permukiman yang perlu dicermati

sebagai landasan dalam menyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan

Perumahan dan Permukiman. Permasalahan tersebut akan dibedakan atau akan

dikelompokkan dalam permasalahan yang mendesak untuk ditangani, permasalahan

yang perlu diantisipasi dan permasalahan yang ditangani secara bertahap.

7.1. Daftar Permasalahan yang Mendesak

Dibawah ini akan diuraikan beberapa Daftar Permasalahan Perumahan dan

Permukiman yang Mendesak untuk ditangani di Kabupaten Temanggung :

1. Belum adanya Konsep Pengembangan dan Pembangunan Permukiman di Kabupaten

Temanggung, yang sesuai dengan situasi lokal atau daerah dan dapat

mengakomodasi berkembangnya budaya multi culture.

2. Kebijakan tata ruang Kabupaten sulit sekali dilaksanakan dan belum dapat

mengakomodasikan perkembangan perumahan dan permukiman, sehingga adanya

permukiman yang berada di kawasan - kawasan rawan bencana ataupun kawasan

konservasi.

3. Masih banyak rumah belum layak huni kondisi ini dikarenakan adanya pertambahan

penduduk yang mengakibatkan bertambahnya kebutuhan perumahan yang belum

semuanya mampu disediakan oleh Pemerintah Kabupaten bahkan dalam penyediaan

prasarana dan sarana dasarnya.

4. Masih banyak rumah tidak yang sehat dengan kondisi lingkungan rumah dimana

belum tersedianya atau masih terbatasnya prasarana dan sarana dasar seperti :

Pelayanan air minum, Sanitasi, dan lain – lain.

5. Banyaknya alih fungsi lahan tanpa ijin dan pembangunan yang melanggar tata ruang.

VII-2

6. Belum tersedianya atau masih terbatasnya prasarana dan sarana dasar permukiman

seperti : Pelayanan air minum, Sanitasi dan lain – lain.

7. Perumahan yang dibangun oleh pengembang masih banyak yang belum

mengkonfirmasikan terhadap REI ( Real Estate Indonesia ).

8. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan perumahan yang

sehat, sehingga perlu ada semacam sosialisasi pembangunan perumahan dan

permukiman langsung pada masyarakat.

9. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di Kabupaten

Temanggung yakni bencana tanah longsor yang tersebar di Kecamatan Tretep,

Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Jumo, Bansari, Kledung,

Kaloran, Pringsurat, Bulu, Tlogomulyo dan Selopampang.

10. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di Kabupaten

Temanggung yakni bencana kekeringan yang tersebar di Kecamatan Pringsurat,

Kranggan, Kaloran, Kandangan, Bejen, Jumo dan Bulu.

11. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di Kabupaten

Temanggung yakni bencana banjir yang tersebar di Kecamatan Kedu, Parakan dan

Bejen.

12. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di Kabupaten

Temanggung yakni bencana angin topan yang tersebar di Kecamatan Selopampang,

Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Temanggung, Kledung, Tretep, Pringsurat, Kaloran,

Jumo, Gemawang, Wonoboyo, Candiroto dan Kedu.

13. Perlunya penegakan hukum pertanahan ( ke-agraria-an ) serta penindakan yang tegas

terhadap pihak-pihak yang melanggar tata ruang.

14. Pola penataan rumah dan halaman yang masih belum baik terutama pada kawasan

perdesaan dan kawasan perkotaan padat yang penduduk.

7.2. Daftar Permasalahan yang perlu Diantisipasi

Adapun beberapa permasalahan yang perlu diantisipasi di wilayah perencanaan

adalah:

VII-3

1. Lahan untuk pembangunan rumah baru semakin mahal dan terbatas, sementara itu

kebutuhan rumah baru semakin meningkat.

2. Kekurangan rumah ( backlog ) dimana terdapat selisih jumlah rumah dengan jumlah

KK.

3. Perijinan pembangunan perumahan dan permukiman sudah mengalami kemudahan,

akan tetapi masih banyak masyarakat yang belum sadar akan hal ini, sehingga belum

banyak penduduk yang mengurus IMB sebelum mendirikan suatu bangunan rumah.

4. Semakin meningkatnya jumlah penduduk sehingga semakin meningkat kebutuhan

akan ruang hunian yang layak.

5. Terbatasnya informasi rencana pengembangan permukiman, yang seringkali

menumbuhkan ketidak-efisienan dalam layanan prasarana dan sarana permukiman.

6. Munculnya pencemaran sungai akibat terdapat rumah yang berada di bantaran

sungai, terutama di daerah perkotaan dengan kepadatan tinggi.

7. Belum ada penerapan aturan yang jelas sesuai dengan tata ruang tentang fungsi tanah

pertanian untuk permukiman.

8. Pembangunan perumahan masih terfokus pada kawasan perkotaan.

9. Kelambatan mengantisipasi tumbuhnya kawasan padat penduduk dan permukiman

kumuh.

10. Banyak muncul Developer-developer yang hanya mengejar aspek ekonomi tanpa

memperhatikan lingkungan dan tata ruang yang ada.

11. Belum ada sistem pengelolaan pembangunan rumah baru yang terpadu antara yang

dilakukan oleh Masyarakat, Pemerintah dan Swasta.

7.3. Daftar Permasalahan yang ditangani Bertahap

Di bawah ini akan diuraikan beberapa daftar permasalahan yang bisa ditangani

secara bertahap :

1. Belum ada sistem pengelolaan pembangunan rumah baru yang terpadu antara yang

dilakukan oleh Masyarakat, Pemerintah dan Swasta.

VII-4

2. Kesadaran masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah terhadap

pentingnya sertifikasi lahan masih rendah.

3. Penertiban bangunan yang belum mempunyai izin dan sosialisasi proses pengajuan

dan lain-lain.

4. Perlu adanya perhatian dan penanganan khusus untuk pendirian bangunan yang

berada di kawasan bantaran sungai, kawasan konservasi maupun rawan bencana.

5. Terdapat permukiman yang tepat berada dibawah jalur SUTET, hal tersebut

berbahaya karena dapat mengancam kesehatan penghuninya yaitu di Kecamatan

Kandangan, Kaloran, Kranggan dan Pringsurat.

6. Kepedulian pengembang terhadap lingkungan masyarakat dan pemenuhan fasilitas

sosial dan umum masih belum optimal.

7. Belum efektifnya kerja lembaga yang selama ini menangani pembangunan

perumahan dan permukiman menjadikan pembangunan perumahan dan

permukiman mengalami berbagai kendala dalam pelaksanaannya.

8. Penegakan Peraturan Daerah dengan sanksi yang tegas bagi pengembang dan

masyarakat yang membangun dan belum memenuhi ketentuan termasuk lahan

tidur.

9. Perlunya pendataan perumahan dan permukiman yang baik secara

berkesinambungan.

VIII-1

BAB VIII RENCANA DAN INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN DAN

PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

8.1. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Baru

Penyediaan akan kebutuhan perumahan dan permukiman merupakan kewajiban

bagi Pemerintah Daerah bagi masyarakatnya. Kondisi ini merupakan tantangan bagi

pemerintah karena kebutuhan akan perumahan dan permukiman akan selalu meningkat

seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang berlangsung cepat.

Salah satu hal pokok dalam penyediaan perumahan adalah harus dapat diakses oleh

semua golongan masyarakat dengan artian harga jual dapat terjangkau semua golongan.

Di wilayah Kabupaten Temanggung perkembangan perumahan dan permukiman

yang terjadi disebabkan dari beberapa faktor antara lain adalah pertumbuhan penduduk

dan backlog, dimana dari faktor-faktor ini menciptakan kebutuhan ruang akan perumahan

dan permukiman yang tidak sedikit. Dengan rencana pembangunan rumah baru yang

dilakukan oleh pengembang ( developer ) dan pembangunan rumah yang dilakukan secara

swadaya, pada lahan-lahan yang menurut tata ruang direncanakan untuk kawasan

permukiman merupakan salah satu program untuk mengefisiensikan akan kebutuhan

lahan dan peningkatkan kualitas permukiman kumuh.

8.1.1. Daya Tampung Penduduk dan Kebutuhan lahan

Untuk tahun perencanaan 2021 kebutuhan lahan perumahan dan permukiman di

Kabupaten Temanggung masih dapat memaksimalkan lahan di kawasan perkotaan.

Dimana berdasarkan analisis proyeksi kebutuhan rumah pada tahun 2021 maksimal luas

lahan permukimannya adalah 4.484 Ha. Dengan jumlah ini masih bisa memaksimalkan

lahan dalam wilayah IKK, dimana jumlah luas rencana permukiman IKK yang diketahui

sejumlah 5.522,04 Ha. Kondisi ini juga didukung dengan luas lahan Kabupaten

Temanggung yang sesuai dengan lahan terbangun yaitu seluas 3.751,96 Ha. Sehingga

untuk tahun prediksi 2019 Kabupaten Temanggung masih mencukupi kebutuhan lahan

untuk perumahan dan permukiman. Jumlah ini diketahui dengan menggunakan analisis

spatial yaitu mengoverlay peta lahan yang berpotensi untuk terbangun dengan peta

VIII-2

kawasan konservasi dan kawasan khusus, sehingga akan diperoleh peta kawasan lahan

terbangun.

8.1.2. Penyediaan Rumah

Upaya penyediaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan

permukiman baru, dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat, swasta atau developer

dan sebagian lagi oleh pemerintah, berikut ini adalah penjelasannya :

1. Pembangunan Rumah oleh Swadaya Masyarakat

Aktivitas pembangunan oleh swadaya masyarakat diantaranya adalah :

Pengkaplingan Lahan, Pengadaan Sarana dan Prasarana Lokal, Perencanaan Bangunan,

Pembuatan Bangunan Rumah, dan Pengelolaannya. Aktivitas-aktivitas ini dilakukan

dengan sistem gotong-royong dengan aturan main yang disepakati secara kolektif. Peran

Pemerintah sebagai regulator sangat kecil dalam rangkaian kerja pembangunan

perumahan dan permukiman adat.

Aspek kolektifitas ini masih berlangsung hingga saat ini karena masyarakat masih

mempertahankan aspek kepercayaan atau social capital antara satu dengan yang lain.

Begitu juga dengan masyarakat di Kabupaten Temanggung sebagian besar masyarakat

perdesaan memenuhi kebutuhan rumah secara swadaya yang dilakukan dengan sistem

gotong - royong.

2. Penyediaan Rumah oleh Swasta dan Pemerintah

Penyediaan rumah oleh pihak swasta antara lain yang dilakukan oleh para

pengembang perumahan ( developer ). Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh

pihak pengembang perumahan, selain mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

penduduk akan rumah yang layak juga mempunyai misi profit oriented. Sehingga dalam

pelaksanaanya lebih didasari oleh proses kerja yang profesional, dengan tidak ada sama

sekali sifat kegotong - royongan, hal ini yang membedakan dengan penyediaan rumah

dengan sistem swadaya masyarakat. Walaupun demikian diharapkan ada misi sosial

yaitu menyediakan rumah yang layak sehingga dapat dijangkau oleh semua kalangan

termasuk penduduk dengan penghasilan rendah. Seperti pembangunan Rumah Sangat

Sederhana ( RSS ) dan Rumah Sederhana ( RS ).

VIII-3

Untuk di Kabupaten Temanggung telah menunjukkan hal positif dalam penyediaan

rumah oleh swasta yang ditunjukkan sudah adanya pengembangan perumahan baru.

Diharapkan hal ini akan berkembang yang berdampak positif bagi pemerataan

pembangunan di Kabupaten Temanggung.

8.1.3. Rencana dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Baru

Strategi pengembangan kawasan permukiman baru di Kabupaten Temanggung

ini dibagi menjadi dua wilayah yaitu kawasan permukiman di wilayah IKK atau

Perkotaan dan di luar IKK atau kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan

perdesaan.

A. Rencana dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Baru di Wilayah IKK

atau Perkotaan

Pengembangan kawasan permukiman di wilayah IKK atau perkotaan ini meliputi

pengembangan yang dilakukan baik oleh masyarakat secara swadaya secara legal

maupun oleh developer atau pengembang perumahan dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan rumah bagi penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan. Keterbatasan akan

lahan terbangun khususnya untuk permukiman merupakan kelemahan wilayah IKK

atau perkotaan di setiap kecamatan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengoptimalan

pembangunan kawasan permukiman dan pengembangan di wilayah IKK.

Pengoptimalan pembangunan dan pengembangan di atas keterbatasan lahan tersebut

juga disertai dengan pengaturan dalam rencana pengembangan kawasan permukiman

tersebut dan dituangkan dalam beberapa strategi. Strategi yang dapat diterapkan antara

lain adalah : mencegah dan mengatur pembangunan rumah yang memiliki tipe kapling

besar, mengoptimalkan pembangunan di atas lahan di wilayah dengan kepadatan sedang

dan rendah, tetap mempertahankan kawasan resapan air, mengkaitkan antara pusat kota

dengan pusat pertumbuhan baru serta mengatur investasi berbentuk rumah di

Kabupaten Temanggung.

Mencegah dan mengatur pembangunan rumah yang memiliki tipe kapling besar

yang dimaksud adalah kapling dengan luas > 200 m2. Apabila dilakukan pembangunan

rumah dengan tipe kapling tersebut, maka perlu menerapkan KDB dan KLB secara

optimal, sempadan bangunan dan sempadan jalan sesuai dengan kebijakan daerah yang

berlaku.

VIII-4

Untuk daerah - daerah dengan kepadatan tinggi, rumah-rumah yang ada perlu

dibangun secara vertikal dalam bentuk rumah susun. Pembangunan rumah susun yang

ditujukan bagi masyarakat dan para pendatang khususnya yang memiliki penghasilan

rendah yang padat penghuni di pusat kota merupakan pemahaman dari pembangunan

secara vertikal. Disisi lain dilakukan pembangunan kawasan perumahan dan

permukiman secara lebih optimal di atas lahan yang berada -daerah yang memiliki

tingkat kepadatan huni sedang sampai rendah.

Selanjutnya untuk dapat meratakan penyebaran penduduk supaya mereka tidak

selalu memilih untuk tinggal di pusat kota maka perlu dilakukan pembangunan dan

pengembangan sarana dan prasarana wilayah terutama jalan. Hal tersebut untuk

mendukung aksesibilitas masing-masing wilayah. Dengan mulai dibukanya suatu

wilayah baru karena adanya jaringan jalan yang melewati wilayah tersebut maka menjadi

nilai tambah bagi wilayah tersebut. Pada akhirnya aktivitas di wilayah tersebut mulai

berkembang begitu pula dengan kebutuhan pembangunan dan pengembangan

perumahan dan permukiman. Dari kesemua usaha untuk mengoptimalkan

pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman di atas lahan yang berada di

wilayah yang memiliki tingkat kepadatan dari rendah sampai tinggi, tetap harus

memperhatikan keseimbangan alam dan ekosistem dari lingkungan yang ada. Untuk itu

perlu dilakukan penetapan kawasan resapan air yang tidak boleh diubah menjadi

kawasan perumahan dan permukiman. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan

membuat sumur resapan.

B. Rencana dan Strategi Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman Baru

di luar Wilayah IKK yang Bercirikan Perdesaan

Pengembangan kawasan permukiman di luar wilayah IKK yang bercirikan

perdesaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang tinggal di wilayah

yang bercirikan perdesaan akan rumah tinggal. Pemenuhan kebutuhan rumah tersebut

dilakukan melalui pembangunan baru dengan tidak merusak sumber daya yang dimiliki

wilayah tersebut. Wilayah di luar IKK yang masih bercirikan perdesaan sebaiknya tidak

semuanya dapat dibangun untuk perumahan dan permukiman. Pengembangan ini harus

dilakukan dengan memperhatikan fungsi lahan tersebut. Lokasi untuk pembangunan

baru diprioritaskan untuk desa yang memiliki tegalan. Hal ini disebabkan karena salah

VIII-5

satu syarat dari lahan yang dapat digunakan sebagai lahan yang difungsikan sebagai

kawasan perumahan dan permukiman adalah lahan tegalan.

Selain merupakan lahan tegalan syarat lain yang harus dipenuhi adalah bukan

merupakan daerah rawan bencana memiliki kelerengan 0% - 15%, telah memiliki

kelengkapan sarana dan prasarana dasar yang dibutuhkan dalam pengembangan

kawasan perumahan dan permukiman seperti jaringan jalan, jaringan listrik dan

memiliki sumber air yang dapat mencukupi aktivitas penduduk yang akan menempati

wilayah tersebut serta lokasi tersebut memiliki kesesuaian fungsi seperti dengan apa yang

telah ditetapkan oleh RTRW Kabupaten Temanggung. Pendekatan pembangunan

permukiman tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan pendekatan Kasiba atau

Lisiba. Selain itu juga perlu memperhatikan kawasan konservasi atau kawasan lindung.

Hal tersebut dimaksudkan supaya fungsi lindung dari konservasi tersebut tidak

terganggu akibat aktivitas permukiman yang ada. Pembangunan Kasiba atau Lisiba

merupakan pembangunan suatu kawasan permukiman skala besar dengan maksud

untuk mengarahkan pertumbuhan kota dan membentuk struktur lingkungan kota yang

efektif dan efisien serta untuk mengendalikan harga lahan.

Tujuan Pembangunan Kasiba atau Lisiba ini antara lain :

a. Merencanakan satu Kawasan Siap Bangun ( Kasiba ) yang terdiri dari beberapa

Lingkungan Siap Bangun ( Lisiba ) yang telah dilengkapi dengan jaringan prasarana

lingkungan, baik primer maupun sekunder, sarana lingkungan dan utilitas umum

untuk pembangunan perumahan dan permukiman sesuai dengan tata ruang wilayah.

b. Merencanakan Kapling Tanah Matang dengan pola hunian yang berimbang, terencana

dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

c. Untuk mengarahkan agar pertumbuhan kota membentuk struktur lingkungan yang

efektif dan efisien.

d. Pengendalian terhadap harga tanah.

Selain itu untuk mengendalikan pembangunan di kawasan permukiman di wilayah

yang bercirikan perdesaan tersebut adalah dengan memberikan peraturan mengenai

pembangunan kawasan permukiman di wilayah tersebut. Hal tersebut dimaksudkan

supaya lahan yang tersedia dipergunakan seefektif mungkin, kemungkinan

VIII-6

perkembangan dan pertumbuhan penduduk alami dan pendatang di Kabupaten

Temanggung sangat mempengaruhi perkembangan kebutuhan perumahan dan

permukiman. Perkembangan tersebut meskipun pada awalnya terjadi di wilayah

perkotaan, maka sangat tidak menutup kemungkinan perkembangan tersebut akan

merembet di wilayah yang bercirikan perdesaan. Itulah mengapa lahan potensial untuk

dikembangkan sebagai kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan ini

perlu dipergunakan seefektif mungkin. Selain itu juga perlu diperhatikan pembangunan

dan pengembangan sarana dan prasarana, khususnya sarana dan prasarana dasar

permukiman. Hal tersebut dilakukan untuk menunjang aktivitas permukiman yang ada.

Disamping itu pembuatan atau penetapan kawasan resapan air juga masih perlu

dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi berkurangnya daerah resapan di

wilayah tersebut akibat adanya perkembangan perumahan dan permukiman yang ada.

Salah satu cara untuk mempertahankan kawasan resapan air tersebut dilakukan dengan

pembangunan sumur resapan air.

8.1.4. Lokasi Pembangunan Perumahan Baru

Dalam penetapan suatu kawasan perumahan baru maka perlu dipertimbangkan

beberapa hal yang terkait dengan kondisi suatu lahan. Beberapa data yang perlu

dipertimbangkan antara lain Data Geologi Lingkungan, Jenis Tanah, Kemiringan Lahan,

Topografi, Hidrologi, Tataguna Lahan dan Status Lahan. Beberapa persyaratan yang

dapat menjadi arahan lokasi pembangunan perumahan baru adalah sebagai berikut :

a. Lokasi tanah datar dengan kemiringan berkisar antara 0 - 15%.

b. Lokasi tanah dengan penggunaan sebagai lahan permukiman dan tegalan.

c. Lokasi tanah dengan status sebagai tanah desa, tanah milik, dan tanah negara.

d. Lokasi tanah yang tidak berada pada kawasan rawan bencana.

e. Lokasi tanah disekitar perkotaan yang mempunyai perkembangan sebagai pusat

pertumbuhan.

f. Lokasinya mempunyai akses yang dapat dijangkau dengan mudah.

g. Tidak berlokasi pada kawasan konservasi.

h. Tidak berlokasi pada kawasan yang masih dalam sengketa.

VIII-7

i. Mempunyai sumber air baku yang memadai ( kualitas dan kuantitas ) atau

terhubungkan dengan jaringan pelayanan air bersih serta jaringan sanitasi dan

saluran pembuangan air ( drainase ) berskala kota.

j. Terletak pada hamparan dengan luasan yang cukup yang memungkinkan

terselenggarakannya pola hunian yang berimbang.

k. Lokasi tidak terganggu oleh kebisingan.

l. Memiliki lokasi dengan pola permukiman yang kompak.

m. Memiliki lokasi dengan kemudahan mencapai fasilitas umum.

Selain pertimbangan diatas kriteria lain dalam hal penentuan lokasi perumahan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah ( MBR ) yaitu sebagai berikut :

a. Lokasi tidak terlalu jauh dari tempat yang dapat memberikan pekerjaan bagi buruh

kasar atau tenaga tidak terampil.

b. Status kepemilikan lahan dan rumah jelas sehingga tidak ada rasa ketakutan

penghuni untuk digusur.

c. Bentuk dan kualitas bangunan tidak perlu terlalu baik tetapi cukup memenuhi fungsi

dasar yang diperlukan penghuninya.

d. Biaya pembangunan rumah harus sesuai dengan tingkat pendapatan mereka.

Lokasi potensial pembangunan perumahan dan permukiman baru di wilayah

Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8.1.

Lokasi Potensial Untuk Pembangunan Perumahan Baru ( Developer ) di Kabupaten Temanggung

No. Kecamatan Lokasi ( Desa atau Kelurahan )

1. Temanggung Madureso,Walitelon,Mudal,Kowangan,Jurang,Tlogorejo

2. Parakan Bajangan,Dangkel,Tegalroso

3. Kedu Danurejo,Salamsari,Mojotengah,Candimulyo

4. Kranggan Kranggan,Nguwet,Purwosari,Pare

5. Pringsurat Ngipik,Pingit, Pringsurat

6. Ngadirejo Petirejo,Karanggedong,Medari

Sumber : Hasil Analisis, 2011

VIII-8

Pada tabel 8.2. dibawah ini dapat dilihat mengenai arahan dan strategi untuk

pembangunan baru di Kabupaten Temanggung.

8.2. Rencana Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman

Adanya perumahan dan permukiman yang terletak di atas lahan Negara yang

difungsikan sebagai kawasan perumahan dan permukiman, apabila dibangun rumah

atau bangunan lain di atasnya harus memenuhi ketentuan atau standar teknis tertentu

merupakan permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Temanggung pada saat ini.

Kawasan tersebut antara lain adalah kawasan di sepanjang sungai atau sempadan sungai,

kawasan konservasi atau kawasan lindung serta daerah rawan bencana. Selain itu

permasalahan lain adalah adanya permukiman yang tidak memiliki sarana dan prasarana

dasar permukiman yang memadai khususnya sarana dan prasarana lingkungan

khususnya drainase, sanitasi dan persampahan. Selain itu kondisi fisik bangunan yang

meliputi bahan bangunan juga mengindikasikan suatu rumah dikatakan kumuh atau

tidak. Perumahan dan permukiman tersebut memerlukan penanganan dalam upaya

meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan dalam kawasan tersebut.

8.2.1. Peningkatan Kualitas Permukiman di Kawasan Rawan Bencana

Daerah rawan bencana merupakan kawasan dengan fungsi lahan sebagai

kawasan lindung, dimana ini tidak layak dijadikan sebagai kawasan terbangun,

khususnya permukiman. Berikut bentuk kegiatan penanganan permukiman di

Kabupaten Temanggung di kawasan rawan bencana.

VIII-9

Tabel 8.2. Rencana Penanganan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Baru di Kabupaten Temanggung

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI,

KRITERIA DAN TUJUAN

PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

Kawasan permukiman perkotaan baik sudah terbangun maupun kawasan siap bangun

Pembangunan perumahan baru di kawasan perkotaan baik yang dibangun oleh masyarakat secara swadaya secara legal maupun oleh developer atau pengembang perumahan Tujuan : - Terciptanya

kegiatan permukiman yang memiliki aksesibilitas dan pelayanan infrastruktur yang memadai sehingga perlu disesuaikan dengan rencana struktur tata ruangnya dan tingkat pelayanan wilayah.

- Fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta transportasi, pergudangan dan sebagainya.

- Fungsi perkotaan sedang dan kecil sebagai pemasok kebutuhan dan lokasi pengolahan agro industri dan berbagai kegiatan agrobisnis.

- Kota sebagai pusat pelayanan, pusat, pusat prasarana dan sarana sosial ekonomi harus dapat mempengaruhi pedesaan dalam peningkatan produktivitasnya.

- Menjaga pembangunan perkotaan yang berkelanjuatan melalui upaya menjaga keseimbangan wilayah

- Melakukan intensifikasi lahan perkotaan sesuai peruntukkan di RTRW ( Mengacu pada Peraturan Undang - undang nomor 1 Tahun 2011 )Perumahan dan Permukiman

- Pembangunan rumah secara vertikal atau Rumah Susun untuk permukiman penduduk di lokasi yang padat.

- Membangun jalan inspeksi dan jalur hijau di tepi sungai.

- Menetapkan fungsi pengembangan wilayah berdasarkan potensi yang dimiliki.

- Mengembangkan permukiman perdesaan yang sinergi dengan pengembangan sektor pertanian.

- Mengembangkan permukiman perkotaan dan perdesaan yang sinergi secara ekonomi.

- Meningkatkan fungsi pengumpul dan pendistribusi komoditas ekonomi perdesaan pada PPL dan PPK.

- Meningkatkan fungsi pengumpul dan pendistribusi komoditas ekonomi pada PKL dan PKLp.

KEC. TEMANGGUNG - Madureso - Walitelon - Mudal - Kowangan - Jurang - Tlogorejo KEC. KEDU - Danurejo - Salamsari - Candimulyo - Mojotengah KEC. PARAKAN - Bajangan - Dangkel - Tegalroso KEC. KRANGGAN - Kranggan - Nguwet - Purwosari - Pare

VIII-10

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI,

KRITERIA DAN TUJUAN

PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

- Menyediakan pemukiman untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan perkembangan nya.

- Menciptakakan aktivitas sosial ekonomi yang harmonis dengan seluruh komponen pengembangan wilayah seperti aktivitas perdagangan dan jasa, industri, pertanian dan lain-lain.

terbangun dan tidak terbangun, mengembangkan hutan kota dan menjaga eksistensiwilayah yang bersifat perdesaan disekitar kawasan perkotaan.

- Menjaga keberlangsungan keseimbangan wilayah terbangun dan tidak terbangun.

- Menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30 % ( tiga puluh persen ) dimana ruang terbuka hijau publiknya 20 % ( dua puluh persen ).

KEC. PRINGSURAT - Ngipik - Pringsurat - Pingit KECAMATAN NGADIREJO - Petirejo - Karanggedong - Medari

- KECAMATAN WONOBOYO - KECAMATAN TRETEP - KECAMATAN BEJEN - KECAMATAN CANDIROTO

- Fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

- Pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternative pembangunan perdesaan melalui keterkaitan kawasan perkotaan- perdesaan untuk meningkatan peran perkembangan kawasan

- Pembuatan aturan yang menyempurnakan aturan investasi rumah di Kabupaten Temanggung.

VIII-11

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI,

KRITERIA DAN TUJUAN

PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

perdesaan. - Penetapan Koefisien

Wilayah Terbangun ( KWT ).

- KECAMATAN BANSARI - KECAMATAN KANDANGAN

- KEC AMATAN KRANGGAN

Badran, Plumbon, Bengkal, Pare.

- KEC AMATAN PRINGSURAT Kupen

- KEC. NGADIREJO

Manggong, Petirejo, Kataan,

- Mempetakan kawasan yang berpotensi sebagai kawasan resapan air dan wisata dengan kepadatan rendah untuk lokasi pembangunan baru.

- Pengaturan pembangunan perumahan dan permukiman yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan lingkungan lahan tempat dibangunnya kawasan tersebut, sehingga masing-masing fungsi kawasan dapat terakomodir dan terkoneksi dengan baik.

VIII-12

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI,

KRITERIA DAN TUJUAN

PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

- Mempetakan kawasan perumahan dan permukiman yang terletak disekitar kawasan industri

- Pengaturan jarak lokasi industri dengan perumahan dan permukiman serta dengan melakukan pembangunan penghalang yang berupa jalur atau jalur terbuka hijau.

Pringapus, Gejagan dan Dlimoyo.

- Mengoptimalkan lahan perumahan perkotaan yang masih memiliki kepadatan rendah dan kepadatan sedang.

- Mengembangkan perumahan sesuai dengan dengan RTRW dan IKK masing-masing.

- Pembangunan rumah baru oleh masyarakat secara swadaya atau pengembang perumahan dengan pendekatan Kasiba atau Lisiba.

- Mencegah pembangunan massal yang dilakukan oleh individu atau broker dengan penjualan kapling secara bebas.

- Pembuatan peraturan tentang tata cara mendirikan bangunan di pusat kota yaitu : IMB, Sempadan Bangunan, Sempadan Jalan, KDB, KLB dan Ketinggian Bangunan.

VIII-13

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI,

KRITERIA DAN TUJUAN

PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

- Mengkaitkan antara pusat kota dan pusat pertumbuhan baru.

- Membangun jaringan jalan atau mengembangkan jalan yang berpotensi untuk penghubung pusat pertumbuhan.

- KECAMATAN TRETEP Desa Nglarangan

- KECAMATAN KANDANGAN Desa Ngemplak

- KECAMATAN KLEDUNG Desa Kledung

- KECAMATAN PRINGSURAT Desa Karangwuni

- KECAMATAN PARAKAN - KECAMATAN KEDU - KECAMATAN BEJEN

- Mempertahankan kawasan resapan air.

- Membangun di kawasan yang memiliki sumber air bersih.

- Membuat sumur resapan, embung untuk lokasi yang tidak memiliki sumber air bersih.

- Mempertimbangkan lokasi permukiman banjir.

- Pembangunan Jaringan Drainase, Pembangunan Sarana dan Prasarana ( primer & sekunder ) pendukung perumahan baru.

- Pembangunan perumahan baru diprioritaskan di lokasi tegalan dan pengoptimalan bangunan di tanah pekarangan.

- Mempertahankan sawah yang ada.

- Memperhatikan kawasan lindung atau konservasi.

- Pembangunan Perumahan dengan pendekatan Kasiba atau Lisiba

VIII-14

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI,

KRITERIA DAN TUJUAN

PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

Kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan baik sudah terbangun maupun kawasan siap bangun

Kawasan yang mempunyai arahan kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam. Tujuan :

Pemenuhan kebutuhan perumahan untuk pembangunan baru Kab. Temanggung dengan tidak merusak sumber daya alam atau kawasan lindung

- Pembangunan perumahan baru diprioritaskan di lokasi tegalan.

- Sesuai dengan RTRW kawasan yang mempunyai kelerengan 25% - 40% atau lebih tidak digunakan untuk permukiman.

- Lokasi pembangunan baru diprioritaskan untuk desa atau kelurahan yang memiliki tegalan, dengan persyaratan : tidak rawan bencana, memiliki kelerengan 0% - 15%, memiliki kelengkapan fasilitas sosial dan umum, adanya sumber air, serta kesesuaian dengan RTRW.

- Menghubungkan jalur - jalur pusat pertumbuhan desa.

- Pembangunan RSH, RSS, Menengah dan Mewah. Lebih diutamakan RSH dan RSS yang diprioritaskan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah ( MBR ).

- Pembangunan Sarana dan Prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti : jalan, sanitasi, drainase, air bersih, telepon, listrik dan fasilitas pendukung seperti : pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang publik di pusat pertumbuhan desa.

Diluar wilayah IKK atau kawasan yang bercirikan perdesaan yaitu diseluruh IKK yang ada di Kabupaten Temanggung : - KECAMATAN KANDANGAN - KECAMATAN KLEDUNG - KECAMATAN BULU - KECAMATAN CANDIROTO - KECAMATAN SELOPAMPANG - KECAMATAN KRANGGAN

- Mempertahakan

karakteristik perdesaan yang ada dan adanya larangan membangun tanpa mempertimbangkan RTRW yang ada.

- Mengendalikan para developer ( resmi ) yang menjual bebas kapling

- Penegasan tindakan persuasif dan represif bagi pelanggar.

- KECAMATAN PRINGSURAT - KECAMATAN BEJEN - KECAMATAN KEDU - KECAMATAN PARAKAN - KECAMATAN BANSARI - KECAMATAN KLEDUNG - KECAMATAN

TLOGOMULYO - KECAMATAN TEMBARAK

VIII-15

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI,

KRITERIA DAN TUJUAN

PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

dengan luasan yang melebihi luasan dari luas kapling maksimun di RTRW

- KECAMATAN SELOPAMPANG

- KECAMATAN TRETEP - KECAMATAN WONOBOYO - KECAMTAN JUMO - KECAMATAN GEMAWANG - KECAMATAN

TEMANGGUNG - KECAMATAN

KALORAN

- Pengawasan dan pengendalian pembangunan unit rumah baru di sepanjang bantaran sungaiPembangunan tanggul di tepi sungai agar tidak longsor.

VIII-16

Tabel 8.3. Rencana Lokasi Kegiatan Penanganan

Perbaikan atau Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman di Kawasan Rawan Bencana

No. Bentuk Kegiatan Penanganan Perumahan dan

Permukiman di kawasan lindung Lokasi Kegiatan

1 REDEFINISI

Rehabilitasi ( Perbaikan ) a. Pengendalian Pembangunan Kawasan

Permukiman dan Fasilitas Pendukungnya. b. Melakukan Program Pembinaan, Penyuluhan

Kepada Masyarakat di Kawasan Rawan Banjir diarahkan.

- Untuk kawasan rawan bencana banjir di kawasan perumahan dan permukiman yang berada di kawasan sempadan sungai, jika masih memungkinkan tanpa harus melalui relokasi keluar kawasan, maka dapat dibangun tanggul pengaman, dengan syarat tetap diberlakukan sempadan bangunan dan syarat lainnya. Sedangkan untuk genangan sepanjang tahun, penanganan diarahkan pada normalisasi saluran, pengerukan hingga prokasih.

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR

- Kecamatan Bejen

- Kecamatan Parakan

- Kecamatan Kedu

2. RESTRUKTURISASI

Restorasi a. Mengembalikan kondisi kawasan perumahan dan

permukiman pada kondisi asalnya yang sesuai dengan persyaratan perumahan dan permukiman yang layak huni, dengan menghilangkan tambahan komponen yang timbul kemudian.

b. Memasang kembali unsur-unsur perumahan dan permukiman yang telah hilang tanpa menambah unsur-unsur baru.

c. Pengadaan sarana dan prasarana. d. penetapan sempadan sungai dan irigasi di kawasan

perkotaan dan perdesaan. e. penetapan pemanfaatan ruang sempadan sungai

dan irigasi. f. penertiban bangunan di atas saluran irigasi. g. penghijauan.

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KAWASAN SEMPADAN SUNGAI

- Sungai Progo

- Sungai Logung

- Sungai Lutut

- Sungai Putih

3. PENGEMBALIAN FUNGSI

Diterapkan bagi: a. Permukiman kumuh yang secara lokasi berada

pada lahan ilegal ( squatters ) dan tidak memiliki potensi pemanfaatan lahan yang lebih baik dari fungsi yang telah diterapkan, serta secara lingkungan memberikan dampak negatif yang lebih besar apabila tetap dipertahankan.

b. Perumahan dan Permukiman yang berlokasi di atas lahan negara dengan peruntukan non pertanian ( seperti di dalam kawasan bantaran sungai, lahan konservasi ).

c. Kawasan Perumahan dan Permukiman yang secara fisik sangat berbahaya sebagai tempat bermukim

KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG BERADA DI KAWASAN RAWAN BENCANA LONGSOR :

- Kecamatan Tretep

- Kecamatan Wonoboyo

- Kecamatan Bejen

- Kecamatan Candiroto

- Kecamatan Gemawang

VIII-17

No. Bentuk Kegiatan Penanganan Perumahan dan

Permukiman di kawasan lindung Lokasi Kegiatan

dan tidak dapat ditanggulangi secara teknis ( seperti diatas lahan rawan bencana alam )

Bentuk penanganan ini dilakukan dengan perubahan total yang dikaitkan dengan pengembalian fungsi kepada fungsi awal.

d. Kawasan perumahan dan permukiman yang ada dilakukan pemindahan pada areal baru ( pada kondisi lain ). Jenis penanganan pengembalian fungsi adalah resettlement (pemukiman kembali). Pemantapan peraturan daerah yang melarang pembangunan baru dan tidak memberi ijin atau tidak pemberian sertifikat (untuk melegalkan lahan) bagi penduduk yang mengajukan ijin tsb. Serta pengaturan KDB yang lebih mengutamakan RTH

- Kecamatan Kandangan

- Kecamatan Kaloran

- Kecamatan Pringsurat

- Kecamatan Jumo

- Kecamatan Bansari

- Kecamatan Kledung

- Kecamatan Bulu

- Kecamatan Tlogomulyo

- Kecamatan Selopampang

Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung, 2011 - 2031

8.2.2. Peningkatan Kualitas Permukiman di Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan yang terletak di sepanjang kanan atau kiri sungai termasuk sungai

buatan atau saluran irigasi primer merupakan pengertian kawasan sempadan sungai.

Tumbuhnya kawasan permukiman di sempadan sungai merupakan permasalahan klasik

yang ada di hampir semua wilayah perkotaan yang ada termasuk dalam hal ini adalah

Kabupaten Temanggung. Permasalahan yang kemudian muncul adalah terganggunya

kondisi fisik pinggir dan dasar sungai yang mengganggu aliran air sungai serta

tercemarnya kualitas air sungai akibat dari aktivitas masyarakat. Idealnya untuk setiap

bangunan khususnya rumah yang dibangun di atas lahan yang terletak di sepanjang atau

sempadan sungai tersebut harus memenuhi standar-standar teknis yang telah ditetapkan

yaitu 5 m dari as jalan digunakan sebagai Jalan Inspeksi. Hal tersebut dilakukan untuk

mengurangi kemungkinan bahaya longsor dan mengamankan aliran sungai. Selain itu

juga perlu dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang tinggal di

bangunan tersebut yang akhirnya dapat menganggu dan merusak kualitas air sungai.

Namun untuk wilayah Kabupaten Temanggung masih terdapat rumah yang

sudah dibangun di atas lahan tersebut tanpa memperhatikan standar teknis yang sudah

ditentukan. Untuk itu terdapat beberapa strategi yang diterapkan untuk bangunan tanpa

tanggul antara lain adalah anak sungai atau sungai kecil dengan kedalaman < 3 m garis

sempadan bangunan adalah 10 m dari tepi sungai, sungai dengan kedalaman 3 - 20 m

VIII-18

garis sempadan bangunan diberi jarak 15 m dari tepi sungai, sungai dengan kedalaman

< 30 m diberi sempadan bangunan dengan jarak 30 m dari tepi sungai dan untuk garis

sempadan bangunan di tepi jalan inspeksi minimal 7,5 m dari as jalan. Sedangkan untuk

sempadan bangunan yang bertanggul beberapa strategi yang dapat diterapkan adalah

anak sungai atau sungai kecil garis sempadan bangunan minimal 3 m dari batas tanggul

dan sungai dengan kedalaman garis sempadan bangunan minimal 5 m dari batas tanggul.

Selain dari strategi - strategi tersebut untuk kawasan sempadan sungai tersebut yang

belum terbangun, dilakukan pencegahan dan pengendalian pembangunan bangunan

baru termasuk dalam hal ini adalah rumah.

Selanjutnya untuk bentuk-bentuk penanganan yang dapat dilakukan antara lain

adalah dengan program restrukturisasi yang terdiri atas :

a. Redevelopment - Relokasi yaitu di lokasi yang membahayakan keselamatan penduduk

dan terjadi kenaikan volume air secara mendadak ( banjir ). Bentuk penanganan yang

dapat dilakukan pada kegiatan ini antara lain adalah perubahan struktural

peruntukan lahan serta ketentuan - ketentuan pembangunan lainnya yang mengatur

pembangunan baru ( KDB, KLB, GSB ) yang biasanya terjadi, pembuatan peraturan

daerah tentang larangan pembuatan bangunan diatas bantaran sungai, serta

sempadan dapat diwujudkan dalam bentuk jalan inspeksi.

b. Renewal ( Peremajaan ) yaitu pada kawasan tepi sungai yang tidak bertentangan

dengan RTRW, RDTR, RTRK dan bukan diperuntukan jalur hijau. Renewal ini

merupakan bentuk kegiatan bersifat mendasar dan menyeluruh, dengan melakukan

pembongkaran sebagian atau seluruh komponen perumahan dan permukiman dan

kemudian melakukan perubahan secara struktural dengan membangun kembali

diatas lahan yang sama.

Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapat kembali nilai pemanfaatan lahan secara

optimal sesuai dengan potensi lahannya. Bentuk teknis penanganan dapat berupa

konsolidasi lahan, land readjusment dan land sharing ( pengkombinasian pemanfaatan

lahan pemukiman dengan komersial ).

Selain itu juga dibuat peraturan daerah tentang larangan pembuatan bangunan di

atas bantaran sungai serta pembuatan sempadan dengan bentuk jalan inspeksi.

VIII-19

Di Kabupaten Temanggung terdapat beberapa perumahan dan permukiman yang berada

di sepanjang ( sempadan ) sungai dengan jarak yang sangat dekat atau tidak sesuai

dengan standar-standar yang ada, seperti yang dapat ditemui :

- Kecamatan Temanggung

Contoh : Disepanjang Sungai Pacar yaitu Kelurahan Temanggung I, Kelurahan

Temanggung II, Kelurahan Gilingsari

- Kecamatan Parakan

Contoh : Permukiman dibantaran Sungai Galeh

- Kecamatan Ngadirejo

Contoh : Permukiman di Sepanjang Sungai Deres

8.2.3. Peningkatan Kualitas Permukiman SUTET atau SUTT

Usaha peningkatan kualitas permukiman SUTET atau SUTT dapat dilihat melalui

tabel berikut:

Tabel 8.4. Rencana Lokasi Kegiatan Penanganan

Perumahan dan Permukiman di Bawah Jalur Tegangan Tinggi

No. Bentuk Kegiatan Penanganan Lokasi Kegiatan

1

2

3

REDEFINISI: Gentrifikasi ( perbaikan dan Peningkatan ) - Meningkatkan vitalitas kawasan perumahan dan permukiman

melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan, tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik kawasan permukiman tersebut.

- Jenis penanganan ini dilakukan pula dengan pengadaan prasarana dan sarana baru sebatas diperlukan tanpa merubah struktur yang ada dan semaksimal mungkin memanfaatkan bangunan eksisting

Penanganan dengan pendekatan ini dapat diterapkan untuk menangani perumahan dan permukiman di bawah jalur tegangan tinggi atau SUTET. Penanganan ini antara lain dapat di lakukan melalui: ( untuk mengurangi resiko dampak negatif SUTET ) - Rumah harus memiliki langit-langit atau plafon. - Menanam pohon sebanyak-banyaknya di lahan kosong - Atap rumah dari bahan tanah atau genteng keramik - Penghuni sebaiknya tidak berada diluar rumah pada malam hari,

karena arus yang melalui kawat SUTET lebih tinggi. Membuat Perda yang melarang pembangunan baru dan tidak memberi ijin atau pemberian sertifikat ( untuk melegalkan lahan ) bagi penduduk yang mengajukan ijin tsb. Sosialisai kepada masyarakat tentang bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh jaringan SUTET dan SUTT. Menambah barrier di sekitar perumahan dengan jenis tidak mengganggu jaringan SUTET dan SUTT.

- Kecamatan Kandangan, Kaloran, Kranggan dan Pringsurat.

- Kecamtan Kledung,Parakan,

Kedu, Bulu, Tembarak dan Selopampang.

VIII-20

Sumber : Draft RTRW Kabupaten Temanggung, 2011 – 2031

8.2.4. Peningkatan Kualitas Permukiman di Kawasan Resapan Air

Usaha peningkatan kualitas permukiman di kawasan resapan air dengan cara :

Pembuatan peraturan – peraturan yang tidak mengijinkan untuk pendirian atau

pembangunan baru di kawasan lokasi kawasan resapan air. Melakukan sosialisasi kepada

masyarakat tentang larangan pendirian atau pembangunan disekitar mata air.

Rencana Lokasi Kegiatan Penanganan Perumahan dan Permukiman di Kawasan

Resapan Air :

a. Kecamatan Parakan

b. Kecamatan Kledung

c. Kecamatan Bansari

d. Kecamatan Bulu

e. Kecamatan Tlogomulyo

f. Kecamatan Tembarak

g. Kecamatan Selopampang

h. Kecamatan Kranggan

i. Kecamatan Pringsurat

j. Kecamatan Kaloran

k. Kecamatan Kandangan

l. Kecamatan Kedu

m. Kecamatan Ngadirejo

n. Kecamatan Jumo

o. Kecamatan Gemawang

p. Kecamatan Candiroto

q. Kecamatan Bejen

r. Kecamatan Tretep

s. Kecamatan Wonoboyo

8.2.5. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Hal yang dapat dilakukan untuk Permukiman Liar ( Squatters ) yaitu dengan

penataan dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan

VIII-21

kepadatan tinggi, selain itu dapat dilakukan dengan pembangunan rumah susun untuk

kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi atau kumuh berat, serta adanya

pengendalian terhadap permukiman kumuh khususnya untuk permukiman kumuh

dengan Kategori Squatters.

Selain itu dengan pemberian status kepemilikan lahan bagi para pemukim yang

menempati lahan yang sesuai dengan peruntuknya dan pembuatan ruang terbuka hijau.

Serta pengembangan perumahan dengan batas-batas tertentu untuk kawasan yang

termasuk dalam kategori kumuh ringan. Untuk permukiman kumuh dengan kategori

slums ini identik dengan permukiman di kawasan bercirikan perdesaan. Permukiman ini

merupakan permukiman legal, namun secara fisik, sosial dan budaya kurang

mempedulikan lingkungan tempat tinggalnya atau dapat dikatakan kesadaran

masyarakat di permukiman tersebut terhadap kebersihan lingkungan masih sangat

kurang.

Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman kumuh ( slums ) yaitu dengan

perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan untuk kawasan kumuh melibatkan

masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan ( participatory

planning ) sejak awal, selain itu dengan penyediaan sarana dan prasarana serta adanya

pembuatan ruang terbuka hijau. Untuk lokasi permukiman kumuh di Kabupaten

Temanggung yaitu :

Kecamatan Temanggung : Kelurahan Temanggung I, Kelurahan Temanggung II

Kelurahan Gilingsari, Kelurahan Kertosari, Kelurahan

Butuh dan Kelurahan Banyuurip.

Kecamatan Parakan : Desa Wanutengah, Kelurahan Parakan Wetan.

Kecamatan Ngadirejo : Permukiman Sepanjang Sungai Deres.

8.3. Rencana Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Pedesaan

Wilayah Perdesaan yang dimaksud adalah wilayah yang memiliki kegiatan utama

di bidang pertanian dengan pengelolaan sumber daya alam masih mendominasi aktivitas

masyarakat yang ada di wilayah tersebut sebagai upaya pengembangan dan peningkatan

perekonomian mereka.

Strategi yang diterapkan untuk peningkatan kualitas kawasan permukiman di

VIII-22

wilayah yang bercirikan perdesaan di Kabupaten Temanggung antara lain :

- Memaksimumkan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan potensi yang dimiliki

bertumpu pada kemampuan dasar masyarakat ( self economic development ). Upaya

yang dapat dilakukan dalam menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk dapat

meningkatkan kemampuan perekonomiannya secara mandiri salah satunya adalah

dengan peningkatan ekonomi lokal ( LED ). Upaya peningkatan ekonomi lokal

tersebut masih memerlukan campur tangan dari pihak pemerintah dan swasta sebagai

fasilitatornya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh kedua pihak tersebut

adalah dengan memberikan beberapa fasilitas - fasilitas pendukung, baik fasilitas yang

berbentuk fisik maupun non fisik. Mengupayakan pengembangan pertanian dengan

peningkatan produktifitas dan penerapan program-program yang dapat menjangkau

masyarakat miskin. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung aktivitas

masyarakat yang tinggal di wilayah yang bercirikan perdesaan, sehingga dapat

meningkatkan kemampuan masyarakat di kawasan yang bercirikan perdesaan untuk

dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

- Mengembangkan kawasan permukiman yang diarahkan pada penegasan ciri atau

karakteristik masing-masing kawasan.

VIII-23

Tabel 8.8. Rencana Penanganan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Temanggung

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan atau saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kriteria:

10 – 15 m, diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi, untuk sungai di kawasan permukiman Tujuan perlindungan : Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Sempadan bangunan (tanpa tanggul) - Anak sungai atau sungai kecil

dengan kedalaman < 3 m garis sempadan bangunan : 10 m dari tepi sungai.

- Sungai dengan kedalaman 3-20 m garis sempadan bangunan : 15 m dari tepi sungai.

- Sungai dengan kedalaman < 30 meter : sempadan bangunan 30 meter dari tepi sungai.

- Garis sempadan bangunan di tepi jalan inspeksi minimal 7.5 m dari as jalan

Sempadan bangunan (bertanggul) - 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki

tanggul - Anak sungai atau sungai kecil dengan

kedalaman < 3 m garis sempadan bangunan minimal 3 m dari batas tanggul.

- Sungai dengan kedalaman >3m garis sempadan bangunan minimal 5 m dari batas tanggul

- Pencegahan dan Pengendalian pembangunan perumahan baru di sepanjang bantaran sungai.

RESTRUKTURISASI: Redevelopment - Upaya penataan kembali

suatu kawasan perumahan dan permukiman kumuh dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana dan prasarana dari sebagian atau seluruh kawasan yang telah dinyatakan tidak dapat lagi dipertahankan kehadirannya.

- Perubahan struktural peruntukan lahan serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yang mengatur pembangunan baru (KDB, KLB, GSB, dll) yang biasanya terjadi.

- Renewal (Peremajaan) Kawasan tepi sungai yang tidak bertentangan dengan RTRW, RDTR, RTRK dan bukan diperuntukan jalur sungai.

- KECAMATAN TEMANGGUNG: disepanjang Sungai Pacar Contoh : Kelurahan Temanggung I, Kelurahan Temanggung II, Kelurahan Gilingsari

- KECAMATAN PARAKAN Contoh : permukiman dibantaran Sungai Galeh KECAMATAN NGADIREJO di Sepanjang Sungai Deres

VIII-24

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

- Pembuatan peraturan daerah tentang larangan dan pemberian sanksi pembuatan bangunan di atas bantaran sungai

- Sempadan dapat diwujudkan dalam bentuk jalan inspeksi minimal lebar 7,5 m.

Kawasan Perumahan di Kawasan Banjir

Terdapat 2 kriteria untuk permasalahan kawasan banjir : genangan sepanjang tahun dan genangan periodik

- Kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase.

- Pada daerah rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung di antaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus ( tanaman tahunan).

- Perlu penambahan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendukung perumahan dan permukiman

Rehabilitasi (Perbaikan)

- Mengembalikan kondisi komponen-komponen fisik kawasan permukiman yang telah mengalami kemunduran kondisi atau degradasi kepada kondisi asalnya, sehingga dapat berfungsi kembali.

- Konsep penanganan ini untuk memperbaiki sarana dan prasarana.

- Pengadaan sarana dan prasarana terutama diarahkan : Untuk kawasan rawan bencana banjir di kawasan perumahan dan permukiman yang berada di kawasan sempadan sungai, jika masih memungkinkan tanpa harus melalui relokasi

- KECAMATAN PARAKAN

- KECAMATAN KEDU

- KECAMATAN BEJEN

VIII-25

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

keluar kawasan, maka dapat dibangun tanggul pengaman, dengan syarat tetap diberlakukan sempadan bangunan dan syarat lainnya. Sedangkan untuk genangan sepanjang tahun, penanganan diarahkan pada normalisasi saluran.

VIII-26

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

Kawasan Perumahan di koridor SUTET dan SUTT

Perumahan yang berada di sepanjang jaringan atau Saluran Tegangan Ekstra Tinggi, Lokasi rumah : a. Rumah yang terletak

langsung dibawah menara SUTET dan SUTT

b. Rumah yang terletak di sepanjang jaringan SUTET dan SUTT yang berjarak < 9 meter

c. Rumah yang terletak di sepanjang jaringan SUTET dan SUTT yang berjarak > 9 meter

Tujuan : Melindungi warga yang tinggal di sekitar jaringan SUTET dan SUTT dengan bahaya yang akan terjadi.

- Mencegah dan pengendalian pembangunan baru disepanjang jaringan SUTET dan SUTT.

- Pemberian sanksi atau larangan bagi masyarakat yang membangun rumah baru di lokasi jaringan SUTET dan SUTT.

- Menyarankan kepada masyarakat penggunaan bahan bangunan rumah yang bukan penghantar panas yang baik ( larangan penggunaan seng untuk atapnya ).

- Pembuatan jalan inspeksi di kanan kiri jalur listrik tegangan tinggi, dengan lebar jalan ± 9 m.

- Menanam tanaman di sekitar jaringan sebagai barrier atau jalur hijau yang tidak mengganggu jaringan agar mengurangi dampak yang ditimbulkan SUTET dan SUTT.

- Membuat peraturan daerah yang melarang pembangunan baru dan tidak memberi ijin atau pemberian sertifikat (untuk melegalkan lahan) bagi penduduk yang mengajukan ijin tersebut.

- Sosialisai kepada masyarakat tentang bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh jaringan SUTET dan SUTT.

- Menambah barrier di sekitar perumahan dengan jenis tidak mengganggu jaringan SUTET dan SUTT.

- SUTET berlokasi di Kecamatan Kandangan, Kaloran, Kranggan dan Pringsurat.

- SUTT berlokasi di Kecamatan Kledung, Parakan, Kedu, Bulu, Tlogomulyo, Tembarak dan Selopampang.

VIII-27

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

Kawasan Permukiman di Rawan Bencana atau Longsor

- Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang teridentifikasi sering terjadi bencana alam seperti tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir, dan kekeringan.

Kriteria :

- Kawasan rawan tanah longsor, daerahnya labil mempunyai kemiringan lahan yang ekstrim > 40%.

- Tujuan perlindungan : - Melindungi daerah

rawan bencana dari kegiatan manusia yang dapat menimbulkan dan merusak kehidupan manusia.

- Pengawasan dan Pengendalian pembangunan perumahan baru yang rawan longsor.

- Kepadatan bangunan diarahkan dengan kepadatan rendah, harus ada pembatasan kepadatan dan pertumbuhan fisik aktivitas kawasan.

- Kepadatan diarahkan < 30 Unit / Ha dengan luas lantai bangunan < 100 m2.

- Membuat peraturan daerah yang melarang pembangunan baru dan tidak memberi ijin atau tidak pemberian sertifikat (untuk melegalkan lahan) bagi penduduk yang mengajukan ijin tersebut.

- Kecamatan Tretep : Donorejo,Tretep, Bonjor, Bendungan, Tempelsari, Simpar.

- Kecamatan Wonoboyo : Cemoro,Wates, Tawangsari, Semen, Pengantren.

- Kecamatan Bejen : Ngaliyan, Duren,Petung, Tanjungsari, Banjarsari.

- Kecamatan Candiroto : Gunungpayung, Sidoarjo, Meneng, Batusari, Patekan, Purwosari, Krawitan.

- Kecamatan Gemawang : Muncar, Kemiriombo, Krempon, Sucen, Ngadesepi.

- Kecamatan Kandangan : Margolelo, Kedawung, Blimbing, Karangseneng, Banjarsari.

- Kecamatan Kaloran :Tempuran, Kaloran, Kayumanggis, Getas, Kwarakan.

- Kecamatan Pringsurat :Nglorok, Wonokerso, Soborejo, Pagergunung, Purwosari

- Kecamatan Selopampang

VIII-28

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

Kawasan Permukiman di Resapan Air

- Kawasan yang terdapat sumber mata air yang digunakan penduduk untuk kebutuhan sehari-hari.

Tujuan— : - Melindungi dan menjaga

kelestarian jumlah, kualitas, penyebaran tata air, kelancaran, ketertiban, pengaturan air dan sumber air.

- Sempadan mata air dapat dibangun suatu bangunan dengan jarak minimal 200 m dari sumber mata air.

- Pembuatan peraturan untuk tidak diijinkan pembangunan baru di kawasan lokasi tersebut.

- Sosialisai kepada masyarakat tentang pembangunan disekitar mata air.

- Kawasan di Kecamatan Wonoboyo, Tretep, Bejen, Candiroto, Bansari, dan Kandangan, serta kawasan Sumbing, Sindoro, dan Cekungan Kledung.

Kawasan Permukiman Kumuh

- Kawasan hunian masyarakat dengan ketersediaan sarana umum buruk atau tidak ada sama sekali dan kepadatan bangunan netto yang tinggi.

- Kawasan ini juga ditunjukkan dengan kualitas lingkungan yang kurang memperhatikan kesehatan seperti : masih berdinding bambu, berlantai tanah, dan bersampingan dengan ternak.

- Penataan dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan kepadatan tinggi.

- Merencanakan secara optimal penggunaan lahan.

- Pembangunan Perumahan didaerah pinggiran kota untuk kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi atau kumuh berat

- Pembuatan rencana detail geometric pengaturan kawasan permukiman kumuh

- KECAMATAN TEMANGGUNG: Kelurahan Temanggung I, Kelurahan Temanggung II, Kelurahan Kertosari,Kelurahan Butuh, Kelurahan Banyuurip, Kelurahan Gilingsari.

- KECAMATAN PARAKAN: Desa Wanutengah, Kelurahan Parakan Wetan

- KECAMATAN NGADIREJO : Sepanjang bantaran Sungai Deres

- Mengoptimalkan implementasi rencana, pengawasan, dan perijinan pembangunan perumahan.

- Land re-adjustment (penataan permukiman) dan peremajaan permukiman di kawasan perkotaan.

VIII-29

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

Kategori : Slums dan Squatters Slums : Permukiman yang legal, namun secara fisik, sosial budaya dan sosial politik mengalami degradasi, sehingga daya dukung lahan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Squatters : Lingkungan permukiman liar yang menempati lahan illegal, kondisi fisik lingkungan dan bangunan jelek, tanpa dilayani sarana dan prasarana. Tujuan : Penataan dan peningkatan kawasan lingkungan permukiman menjadi tertata dan lebih sehat.

- Pengembangan perumahan dengan batas-batas tertentu untuk kawasan yang termasuk dalam kategori kumuh ringan.

- Pemberian status kepemilikan lahan bagi para pemukim yang menempati lahan yang sesuai dengan peruntukannya.

- Melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan (participatory planning) sejak awal

- Penyediaan sarana dan prasarana.

- Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan untuk kawasan kumuh

- Pengendalian terhadap permukiman kumuh

- Pembuatan Ruang Terbuka Hijau

VIII-30

Tabel 8.9.

Rencana Penanganan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Pedesaan di Kabupaten Temanggung

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

Penanganan Kawasan Permukiman di Wilayah yang Bercirikan Perdesaan

- Kawasan permukiman yang masih bercirikan perdesaan seperti pemanfaatan lahan mayoritas digunakan untuk pertanian, wisata dan industri.

- Strategi penanganan permukiman di wilayah kawasan perdesaan di Kabupaten Temanggung akan diarahkan pada program pengadaan prasarana dasar permukiman perdesaan.

- Kegiatan Penyediaan Air Bersih - Kegiatan Lingkungan - Di Kawasan Kecamatan Wonoboyo, Tretep, Bejen, Candiroto, Bansari dan Kandangan, serta kawasan Sumbing, Sindoro dan Cekungan Kledung.

- KECAMATAN GEMAWANG Wisata Curug Lawe

- KECAMATAN SELOPAMPANG Pelestarian habitat alam di Desa Walitis

- KECAMATAN BULU Monumen Meteorit di Wonotirto, Candi Gondosuli dan Kerajinan Mendong

- KECAMATAN NGADIREJO Candi Pringapus dan Wisata Religi Jumprit

- KECAMATAN KALORAN Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Tegowanuh

- KECAMATAN KEDU Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Kundisari

- KECAMATAN PRINGSURAT

VIII-31

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

Kerajinan Relief Tembaga dan Kuningan

Tujuan : - Karakteristik wilayah

yang bercirikan perdesaan masih dipertahankan dan melindungi kawasan menja resapan air

- Pengembangan wilayah yang bercirikan perdesaan dengan memilih desa-desa berpotensi untuk menjadi desa pusat pertumbuhan.

- Mempertahankan potensi kawasan yang ada

- Pengaturan jarak lokasi industri dengan perumahan dan permukiman serta dengan melakukan pembangunan penghalang yang berupa jalur atau jalur terbuka hijau. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana pendukung pusat aktivitas di perdesaan.

- Dengan mengembangkan Kawasan Permukiman industri rumah tangga. Hal ini dapat berupa aglomerasi usaha, sehingga menciptakan keuntungan kolektif.

Kegiatan Perbaikan Perumahan Permukiman - Pada lahan-lahan di kawasan

perdesaan yang mempunyai embrio untuk peningkatan perekonomian masyarakat perdesaan.

- Pembangunan prasarana dan sarana pendukung perkembangan masyarakat.

- perdesaan yang memiliki ciri khusus.

- Sosialisasi dan pembinaan

tentang rumah sehat kepada masyarakat yang tinggal di wilayah yang bercirikan perdesaan.

- Redefinisi khususnya

rehabilitasi ( perbaikan ) yaitu rumah temporer yang sudah tidak layak huni.

Pelatihan dan pembentukan Klaster, sesuai dengan potensi masing-masing daerah.

- KECAMATAN WONOBOYO : Air Terjun Trocoh

- KECAMATAN CANDIROTO : Wisata Air Terjun Once dan Industri Kopi Bubuk Robusta di Desa Mento

- KECAMATAN KANDANGAN : Industri Makanan Pisang Aroma di Desa Gesing

VIII-32

KLASIFIKASI KAWASAN

DEFINISI, KRITERIA

DAN TUJUAN PERLINDUNGAN

ARAHAN STRATEGI LOKASI

- Pelatihan dan pembentukan Klaster usaha sesuai dengan potensi masing-masing daerah.

- Pembangunan sarana dan prasarana permukiman serta usaha atau wisata atau daerah-daerah khusus yang memiliki embrio untuk peningkatan perekonomian penduduk.

Sumber: Hasil Analisis, 2011

VIII-32

8.4. Indikasi Program Penanganan Perumahan dan Permukiman

8.4.1. Aspek Pentahapan Pembangunan

Pentahapan program penanganan masalah perumahan dan permukiman di

kawasan perencanaan dilakukan karena berbagai keterbatasan dalam pelaksanaan

pembangunan kualitas lingkungan. Sumberdaya yang ada, baik tenaga, lembaga dan

terutama dana sangat terbatas dibandingkan luasnya lokasi dan banyaknya permasalahan

yang harus ditangani. Dengan dasar pemikiran tersebut dilakukan penyaringan (filtering)

terhadap usulan program dengan berbagai kriteria, sehingga diperoleh usulan program

yang dikelompokkan berdasarkan tahapan waktu pembangunannya. Kesemuanya

disusun untuk masa pelaksanaan 10 ( sepuluh ) tahun. Beberapa kriteria yang

dipergunakan dalam penetapan pentahapan program adalah :

A. Kemendesakan Penanganan ( Urgenitas )

1. Besarnya gangguan lingkungan.

2. Ada atau tidaknya jaringan prasarana.

3. Tingkat kerusakan jaringan prasarana apabila sudah ada.

4. Besarnya pengaruh lanjutan apabila tidak dilakukan penanganan.

5. Pentingnya titik lokasi permasalahan bagi sistem jaringan yang lebih luas, misal

sistem kawasan yang telah direncanakan.

B. Dukungan Sumberdaya

1. Kejelasan status lahan sehingga memungkinkan dilakukan negosiasi dalam

pembangunannya.

2. Kesediaan pemilik lahan sekitar lokasi prasarana untuk dilakukan pembangunan,

termasuk kesediaan memberi kontribusi luasan lahan yang mungkin terkena

dampak pembangunan.

3. Adanya rencana kontribusi atau partisipasi masyarakat ( komunitas ) dalam

pembangunan nanti.

4. Kesesuaian ( Sinergitas ) dengan rencana program pembangunan sektoral yang

ada di tingkat kota maupun skenario pengembangan kawasan perumahan dan

permukiman dalam arahan rencana tata ruang.

C. Keberlanjutan Kegiatan

Adalah penentuan lokasi-lokasi prioritas yang diperkirakan akan menjadi stimulan

bagi kegiatan sejenis atau kegiatan lanjutan oleh masyarakat atau stakeholder lain.

VIII-33

Dalam hal ini program yang dialokasikan dapat bersifat penanganan sebagian

( mendorong masyarakat untuk melanjutkan ) dan bersifat percontohan ( pilot project

) yang bernuansa pembelajaran kepada masyarakat dan stakeholder terkait.

D. Aspek Pemerataan dan Manfaat

Adalah upaya mengalokasikan program yang diprioritaskan ( tahap pertama ) agar

tersebar merata secara maksimal dikawasan penanganan. Hal ini dipandang penting

untuk menghargai partisipasi ( pengusulan ) masyarakat sehingga terbangun kesan

usulan dari masyarakat dapat terakomodasi dengan baik.

8.4.2. Aspek Hukum – Peraturan

Keberhasilan suatu rencana tergantung pada pelaksanaannya dimana untuk

melaksanakan pembangunan diperlukan upaya pengendalian. Sebagai alat

pengendalinya adalah berupa landasan hukum atau peraturan-peraturan lainnya yang

berlaku.Rencana tersebut harus disahkan oleh pemerintah yang berwenang, rencana

tersebut seharusnya menjadi Peraturan Daerah ( Perda ) atau minimal peraturan tersebut

ditetapkan berdasarkan SK pejabat yang berwenang, dalam hal ini Bupati Kabupaten

Temanggung.

Setelah disahkan dan ditetapkan sebagai peraturan maka Rencana Pembangunan

dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, ini dapat di pedomani bagi para

pelaku pembangunan perumahan dan permukiman. Masyarakat atau kelompok

masyarakat yang terlibat dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Agar dalam

pelaksanaan rencana tersebut tidak tersebut tidak terlalu banyak penyimpangan, maka

dalam pelaksanaan rencana tersebut perlu di ikuti, di nilai, dikendalikan melalui

monitoring.

8.4.3. Aspek Pembiayaan

Penyusunan program penanganan perumahan dan pemukiman tentunya akan

sangat terkait dengan ketersediaan biaya yang ada. Sebab program penanganan

perumahan dan permukiman dapat terlaksana apabila tersedia dana. Untuk itu perlu

digali sumber - sumber pembiayaan baik pembiayaan konvensional dan non -

konvensional.

VIII-34

Beberapa sumber pembiayaan yang dapat digali antara lain :

1. Sumber Dana APBN

Dana pembangunan yang bersumber dari APBN hendaknya dimanfaatkan untuk

proyek - proyek pembangunan dengan kriteria antara lain berdasarkan :

- Memerlukan biaya dan teknologi relatif tinggi.

- Mempunyai dampak sosial dan ekonomi yang relatif besar.

- Merupakan proyek percontohan yang dapat merangsang penduduk dalam

melakukan proyek yang sama.

- Mempunyai skala pelayanan nasional atau sambungan pelayanan skala nasional.

2. Sumber Dana APBD Provinsi Jawa Tengah

Kriteria pemanfaatan sumber dana APBD Provinsi hampir sama dengan APBN,

dengan kriteria lebih rendah, tentunya proyek yang mempunyai skala pelayanan atau

pengaruh bagi pengembangan Wilayah Provinsi Jawa Tengah.

3. Sumber Dana APBD Kabupaten Temanggung

Kriteria pemanfaatan sumber dana dari APBD Kabupaten Temanggung untuk skala

pelayanan wilayah kabupaten. Untuk itu perlu peningkatan pendapatan asli daerah

dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi.

4. Sumber Dana Penanam Modal Swasta Dalam Negeri dan Asing

Biasanya para Penanam Modal Swasta Dalam Negeri atau Asing dapat dimanfaatkan

sebagai sumber - sumber biaya pembangunan kegiatan pembangunan dan

pengembangan perumahan dan permukiman, asalkan pelaksanaan pembangunan

yang memanfaatkan dana dari investor ini berorientasi ekonomi, sehingga akan saling

menguntungkan dalam pelaksanaan pembangunan antara Pemerintah Daerah,

Penanam Modal dan Masyarakat.

5. Sumber Dana Swadaya Masyarakat.

Sumber dana dari masyarakat ini dapat berupa dana masyarakat sendiri dan dana

tabungan khusus masyarakat. Pemanfaatan sumber dana dari masyarakat ini sesuai

dengan konsep pembangunan bottom up yang lebih mengedepankan prakarsa aktif

dari masyarakat. Bahkan jika dilihat dari jumlahnya dana swadaya masyarakat ini

mempunyai potensi yang besar perlu ada penggalangan dana yang serius agar

potensi dari masyarakat tersebut dapat bermanfaat bagi pembangunan dan

pengambangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Temanggung.

VIII-35

6. Sumber Dana Perbankan

Sumber Dana Perbankan bisa digunakan untuk dana skim kredit perumahan dan

permukiman seperti : Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), Kredit Konstruksi, Kredit

Pembangunan dan Perbaikan Rumah, serta program bantuan perumahan yang tidak

terkait kredit perumahan.

7. Pasar Modal dan Pasar Uang

Sumber dana dari pasar modal dan pasar uang dapat berupa Penjualan Obligasi,

Penjualan Saham, melalui Pasar Sekunder.

8.4.4. Usaha Penunjang Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Pengembangan

Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Temanggung

Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan

Permukiman di Kabupaten Temanggung meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan

rencana dan pengendalian. Terciptanya kesejahteraan masyarakat dilihat dari Rencana

Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman sebagai produk

perencanaan harus dilaksanakan agar segera terwujud tujuan pembangunan.

Hasil Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

baik yang mencakup aspek keruangan maupun aspek sektoral adalah wujud upaya

pencapaian tujuan pembangunan. Dalam pelaksanaannya Rencana Pembangunan dan

Pengembangan Perumahan dan Permukiman ini meliputi dua aspek yang penting yaitu :

a. Aspek Pemanfaatan Ruang

b. Aspek Kelestarian Sumberdaya Alam

8.4.5. Indikasi Program Penanganan

Program-program penanganan permasalahan perumahan dan permukiman di

Kabupaten Temanggung selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

VIII-36

Tabel 8.10. Indikasi Program Penanganan Peningkatan Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Temanggung

NO STRATEGI JENIS PROGRAM PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER

DANA INSTANSI TERKAIT

KETERANGAN LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BARU

1 Pembangunan Perumahan dengan pendekatan Kasiba atau Lisiba

Pembangunan rumah ( tipe besar, sedang, kecil ) dengan pendekatan Kasiba atau Lisiba

APBN,APBD, Swadaya Masyarakat, Pengembang atau Swasta

BPN, BAPPEDA, DPU, BTN, LSM, Pengembang

Pengelolaannya oleh BUMD atau badan pengelola yang dibentuk oleh penghuni

Disetiap wilayah IKK atau Perkotaan terutama di : - Kec. Temanggung - Kec. Tlogomulyo - Kec. Kranggan - Kec. Kaloran - Kec. Kedu - Kec. Parakan - Kec. Ngadirejo - Kec. Candiroto

( pengembangan permukiman perkotaan dilakukan pada wilayah dengan konsentrasi penduduk tinggi dan memiliki lokasi yang strategis ).

VIII-37

NO STRATEGI JENIS PROGRAM PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER

DANA INSTANSI TERKAIT

KETERANGAN LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2 Pembangunan RSH, RSS, menengah, dan mewah, lebih diutamakan RSH dan RSS yang diprioritaskan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

Pembangunan RSH

3 Pembangunan rumah baru oleh : 1.Masyarakat secara swadaya 2.Developer atau pengembang perumahan dengan bantuan Kredit Mikro

Pembangunan rumah swadaya masyarakat

4 Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti jalan, sanitasi, drainase, air bersih, telepon, listrik, dan fasilitas pendukung seperti pendidikan,kesehatan, peribadatan, ruang publik.

PSD Permukiman (jalan, sanitasi, drainase, listrik, telepon)

APBN,APBD, Swadaya Masyarakat, Bantuan Luar Negeri, Swasta atau Investor

BPN, Bappeda, LSM, DPU, BTN, Kimpraswil, Swasta atau Investor

Dana bantuan pemerintah maupun luar negeri hanya bersifat stimulan, yang pada tahap selanjutnya bisa memacu munculnya swadaya masyarakat

VIII-38

NO STRATEGI JENIS

PROGRAM

PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER DANA

INSTANSI TERKAIT

KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

B. PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

1. Pengendalian dan perbaikan kualitas perumahan di kawasan konservasi dan lindung

Pengawasan dan pencegahan pembangunan perumahan di kawasan konservasi dan lindung

APBN, APBD, Swadaya Masyarakat, Bantuan Luar Negeri, Swasta atau Investor

BPN, Bappeda, LSM, DPU, BTN, Kimpraswil, Swasta atau Investor

Dana bantuan pemerintah maupun luar negeri hanya bersifat stimultan, yang pada tahap selanjutnya bisa memacu munculnya swadaya masyarakat

Permukiman di kawasan konservasi dan lindung di Kabupaten Temanggung, dimana lokasinya dijabarkan pada point berikutnya.

2. Redevelopment dan renewal Permukiman di Sempadan Sungai

Penataan dan revitalisasi permukiman di sempadan sungai

- KECAMATAN TEMANGGUNG: disepanjang Sungai Pacar. Contoh : Kelurahan Temanggung I, Kelurahan Temanggung II, Kelurahan Gilingsari.

- KECAMATAN PARAKAN Contoh : Permukiman dibantaran Sungai Galeh.

- KECAMATAN NGADIREJO di

VIII-39

NO STRATEGI JENIS

PROGRAM

PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER DANA

INSTANSI TERKAIT

KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sepanjang Sungai Deres.

VIII-40

NO STRATEGI JENIS

PROGRAM

PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER DANA

INSTANSI TERKAIT

KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

3. Pembuatan sarana penanggulangan bencana tanah longsor

Penataan dan revitalisasi permukiman di kawasan rawan longsor. Penataan RTH (Ruang Terbuka Hijau) di kawasan longsor. Penyediaan PS dalam rangka penanganan bencana ( saluran pembuangan)

APBN, APBD, Swadaya Masyarakat, Bantuan Luar Negeri, Swasta atau Investor

BPN, Bappeda, LSM, DPU, BTN, Kimpraswil, Swasta atau Investor

Dana bantuan pemerintah maupun luar negeri hanya bersifat stimulan, yang pada tahap selanjutnya bisa memacu munculnya swadaya masyarakat

- Kecamatan Tretep : Donorejo,Tretep, Bonjor, Bendungan, Tempelsari, Simpar.

- Kecamatan Wonoboyo : Cemoro,Wates, Tawangsari, Semen, Pengantren.

- Kecamatan Bejen : Ngaliyan, Duren,Petung, Tanjungsari, Banjarsari.

- Kecamatan Candiroto : Gunungpayung, Sidoarjo, Meneng, Batusari, Patekan, Purwosari, Krawitan.

- Kecamatan Gemawang : Muncar, Kemiriombo, Krempong, Sucen, Ngadesepi.

- Kecamatan Kandangan : Margolelo, Kedawung, Blimbing, Karangseneng, Banjarsari.

- Kecamatan Kaloran : Tempuran, Kaloran, Kayumanggis, Getas, Kwarakan.

- Kecamatan Pringsurat : Nglorok, Wonokerso, Soborejo, Pagergunung, Purwosari.

- Kecamatan Selopampang

- Kawasan di kecamtan Wonoboyo, Tretep, Bejen, Candiroto, Bansari, dan Kandangan, serta kawasan Sumbing,

VIII-41

NO STRATEGI JENIS

PROGRAM

PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER DANA

INSTANSI TERKAIT

KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

VIII-42

NO STRATEGI JENIS

PROGRAM

PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER DANA

INSTANSI TERKAIT

KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

5 Rehabilitasi Permukiman di kawasan banjir

Penataan dan revitalisasi permukiman di kawasan rawan banjir

- KECAMATAN PARAKAN

- KECAMATAN KEDU - KECAMATAN BEJEN

Penyediaan PS dalam rangka penanganan bencana (saluran pembuangan)

6

Penataan dan revitalisasi permukiman di koridor SUTET atau SUTT

- SUTET berlokasi di Kecamatan Kandangan, Kaloran, Kranggan, Pringsurat

- SUTT berlokasi di Kecamatan Kledung, Parakan, Kedu, Bulu, Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang

VIII-43

NO STRATEGI JENIS

PROGRAM

PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER DANA

INSTANSI TERKAIT

KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penyediaan PS dalam rangka penanganan bencana (barrier)

7

Land-Readjustment dan peremajaan kawasan kumuh

Penataan dan revitalisasi kawasan permukiman kumuh

- KECAMATAN TEMANGGUNG: Kelurahan Temanggung I, Kelurahan Temanggung II, Kelurahan Banyuurip, Kelurahan Kertosari, Kelurahan Butuh, Kelurahan Gilingsari.

- KECAMATAN PARAKAN: Desa Wanutengah, Kelurahan Parakan Wetan.

- KECAMATAN NGADIREJO : Sepanjang Bantaran Sungai Deres.

Penataan RTH (Ruang Terbuka Hijau) di kawasan kumuh

Penyediaan PSD permukiman di kawasan kumuh

VIII-44

NO STRATEGI JENIS PROGRAM PELAKSANAAN (Th ke) SUMBER

DANA INSTANSI TERKAIT

KET. LOKASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

C. PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI WILAYAH YANG BERCIRIKAN PERDESAAN

1 Pada lahan-lahan kawasan perdesaan yang mempunyai embrio untuk peningkatan perekonomian masyarakat perdesaan

Pengembangan kawasan yang memiliki embrio pengembangan perkonomian masyarakat Perdesaan

APBN, APBD, Swadaya Masyarakat, Pengembang atau Swasta

BPN,BappedaDPU,Pengembang,Dinas Pariwisata, Disperindag kop, LSM

Pengelolaan nya oleh BUMD atau badan pengelola yang dibentuk oleh penghuni

- KECAMATAN GEMAWANG Wisata Curug Lawe

- KECAMATAN WONOBOYO Air Terjun Trocoh

- KECAMATAN CANDIROTO Wisata Air Terjun Once dan Industri Kopi Bubuk Robusta di Desa Mento

- KECAMATAN SELOPAMPANG Pelestarian Habitat Alam di Desa Walitis

- KECAMATAN BULU Monumen Meteorit di Wonotirto, Candi Gondosuli dan Kerajinan Mendong

- KECAMATAN NGADIREJO Candi Pringapus dan Wisata Religi Jumprit

- KECAMATAN KALORAN Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Tegowanuh

- KECAMATAN KEDU Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Kundisari

- KECAMATAN PRINGSURAT Kerajinan Relief Tembaga dan Kuningan

- KECAMATAN KANDANGAN Industri Makanan Pisang Aroma di Desa Gesing

Penyediaan PSD permukiman di kawasan pusat-pusat desa pengembangan

VIII-45

IX-1

BAB IX

KAWASAN PRIORITAS PENANGANAN PERUMAHAN DAN

PERMUKIMAN KUMUH KABUPATEN TEMANGGUNG

9.1. Kawasan Prioritas Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh

Penetapan kawasan prioritas penanganan di Kabupaten Temanggung dilakukan

untuk daerah atau lokasi yang memiliki permasalahan perumahan dan permukiman

kumuh. Di Kabupaten Temanggung sendiri berdasarkan survei lapangan dan data yang

diperoleh dari berbagai pihak terdapat beberapa lokasi perumahan dan permukiman

yang tergolong kumuh yang tersebar di Kabupaten Temanggung dengan klasifikasi yang

berbeda-beda yaitu permukiman kumuh bantaran sungai.

Selain permukiman kumuh perkotaan, ada juga permukiman kumuh pedesaan.

Masalah permukiman kumuh yang ada di perdesaan disebabkan juga karena masih

banyaknya rumah yang tidak layak huni. Lokasi perumahan dan permukiman kumuh di

Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9.1.

Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Temanggung

No. Jenis Permukiman Kumuh Kecamatan Kelurahan/Desa Lokasi

1. Permukiman Perkotaan

permukiman kumuh di

wilayah perkampungan

Parakan Parakan wetan Panjangsari

Temanggung Temanggung I

Banyuurip

Banyutarung

Banyuurip Wetan

permukiman kumuh di

bantaran sungai

Parakan Wanutengah

Parakan Wetan

Bantaran Kali Galeh

Bantaran Kali Galeh

Temanggung Temanggung I

Temanggung II

Gilingsari

Banyuurip

Butuh

Kertosari

Bantaran Kali Pacar

Bantaran Kali Pacar

Bantaran Kali Pacar

Bantaran Kali Pacar

Bantaran Kali Jambe

Bantaran Kali Pacar

Ngadirejo Ngadirejo Bantaran Kali Deres

Sumber: Hasil Analisis, 2011

IX-2

Dari beberapa lokasi kecamatan yang terdapat pada tabel di atas tidak semuanya

akan menjadi lokasi penanganan untuk perumahan dan permukiman kumuh. Dari

beberapa kecamatan yang ada hanya akan diambil lokasi atau kecamatan yang

mempunyai permasalahan perumahan permukiman yang sangat kumuh dan merupakan

permasalahan yang mendesak untuk segera ditangani. Dimana penentuan kecamatan

yang akan dijadikan sebagai kawasan prioritas penanganan untuk perumahan dan

permukiman kumuh. Pemilihan lokasi yang akan dijadikan sebagai kawasan prioritas

penanganan perumahan dan permukiman kumuh

Untuk menentukan kawasan prioritas penanganan perumahan dan permukiman

kumuh dari beberapa kecamatan, maka perlu adanya analisis yang dapat menghasilkan

lokasi mana yang layak untuk segera ditangani dan dijadikan kawasan prioritas

penanganan perumahan dan permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung. Adapun

analisis yang akan dilakukan terkait dengan indikator penetapan kawasan kumuh yaitu

dilihat dari kepadatan rumah/ bangunan, kondisi rumah, tingkat kemiskinan, jumlah

sarana dan prasarana. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9.2.

Total Skor Penilaian Permukiman di Kabupaten Temanggung

No Kecamatan Kepadatan

Bangunan

Kondisi

Rumah

Tingkat

Kemiskinan

Sarana

Prasarana

Total

Nilai

1 Parakan 3 2 2 13 20

2 Kledung 4 4 4 7 19

3 Bansari 3 4 2 8 17

4 Bulu 3 1 2 8 14

5 Temanggung 2 1 2 11 16

6 Tlogomulyo 3 4 2 8 17

7 Tembarak 2 2 2 7 13

8 Selopampang 1 4 1 7 13

9 Kranggan 1 3 1 9 14

10 Pringsurat 1 3 1 10 15

11 Kaloran 1 4 2 10 17

IX-3

12 Kandangan 1 3 3 9 16

13 Kedu 2 4 1 9 16

14 Ngadirejo 3 4 3 9 19

15 Jumo 2 4 3 10 19

16 Gemawang 1 4 3 10 18

17 Candiroto 1 4 2 10 17

18 Bejen 1 4 2 8 15

19 Tretep 2 4 3 7 16

20 Wonoboyo 2 4 2 7 15

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Ket.: nilai semakin kecil semakin buruk

Berdasarkan tabel di atas dan analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui

kawasan penanganan prioritas perumahan permukiman Kabupaten Temanggung berada

di Kecamatan Parakan, Kecamatan Kledung, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Jumo,

Kecamatan Gemawang, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Selopampang, Kecamatan

Kranggan dan Kecamatan Bulu. Untuk mengetahui desa yang menjadi penanganan

prioritas perumahan dan permukiman dapat dilihat dari beberapa indicator yaitu jumlah

unit rumah, kepadatan netto, jumlah rumah tidak layak dan KK miskin yang rinciannya

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 9.3.

Total Skor Penilaian Permukiman di Kawasan Penanganan Prioritas

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Luas

Wilayah

(Ha)

Luas

Perkim.

(Ha)

Jumlah

Rumah

(unit)

Kepadatan

Netto

Jumlah Rumah

Tidak Layak

(unit)

KK

Miskin

1 Temanggung

79

79 524 3 339 418 16 042 9 1 783 2 646

2 Parakan 50 884 2 223 226 10 196 11 3 055 1 716

3 Kedu 53 352

3 496 112 13 760 10 5 128 1 226

IX-4

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Luas

Wilayah

(Ha)

Luas

Perkim.

(Ha)

Jumlah

Rumah

(unit)

Kepadatan

Netto

Jumlah Rumah

Tidak Layak

(unit)

KK

Miskin

4 Ngadirejo 54 057 5 331 158 13 768 12 3 796 2 601

5

Kranggan 43 999 5 671 164 12 219 6 2 530 113

Sumber : Hasil Analisis, 2011

Ket : *) belum ada data

9.2. Gambaran Umum Kawasan Prioritas Penanganan Perumahan dan Permukiman

Kumuh

1. Penduduk sebagian besar sangat miskin, termasuk dalam kelompok Pra Sejahtera

yang umumnya berpenghasilan rendah dan tidak tetap.

2. Masyarakat yang tinggal di dalamnya sebagian besar tidak memiliki legalitas

bermukim termasuk tanpa identitas penduduk setempat.

3. Kondisi huniannya sangat buruk, dengan kepadatan di atas 500 orang / Ha, tidak

tertata / terpola dengan teratur, dan lebih dari 60% merupakan rumah tidak layak

huni, karena tidak dilengkapi dengan prasarana dasar permukiman, sanitasi buruk

serta angka kejadian penyakit sangat tinggi.

4. Status tanah tidak jelas, tanpa izin pemilik lahan atau peruntukkannya tidak sesuai

dengan rencana kota/ RTRW Kota/ Kabupaten, misal di tepi sungai, di sepanjang rel

kereta api, sepanjang jalur hijau dan sebagainya.

5. Menempati lahan yang tidak jelas (tanah negara atau tanah milik orang / lembaga lain

yang belum atau tidak termanfaatkan dengan baik).

6. Seringkali tumbuh terkonsentrasi pada lokasi terlarang dan berkembang cepat sebagai

hunian karena terlambat diantisipasi.

Secara sosial, masyarakat kumuh menghadapi kendala sosial akibat pola hidup

selama menghuni kawasan yang tidak jelas statusnya, seperti:

IX-5

1. Dianggap tidak ada / terabaikan karena satu dan lain hal atau tidak terlayani oleh

layanan administrasi pemerintah yang formal.

2. Tidak diikutsertakan dalam berbagai pengambilan keputusan, bahkan dalam

memperbaiki kehidupan diri dan keluarganya.

3. Tidak dilibatkan dalam pembangunan di wilayahnya.

4. Tidak memiliki akses terhadap informasi dan sumber daya utama bagi upaya

memperbaiki taraf kehidupannya.

Dilihat dari segi fisik lingkungannya, kondisi lahan yang mereka tinggali memiliki

resiko membahayakan diri dan lingkungannya serta mengganggu aktivitas umum dan

fungsi-fungsi pelayanan umum. Penyelesaian permasalahan kumuh ini merupakan

permasalahan yang rumit, sehingga dalam penyelesaiannya tidak saja dikaji dari

pendekatan hukum, tetapi juga memerlukan pendekatan secara sosial dan terpadu.

IX-6

9.2.1. Kondisi Fisik Wilayah

9.2.1.1. Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Temanggung merupakan bagian dari propinsi Jawa

Tengah yang terletak antara 110°23’ - 110°46’30” Bujur Timur dan 7°14’-7°32’35”

Lintang Selatan. Luas Daerah adalah 87.065 Ha yang merupakan cekungan artinya

rendah di bagian tengah, sedangkan sekelilingnya terbentuk dari pegunungan, bukit

atau gunung.

Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran tinggi

antara 500 – 1450 m diatas permukaan air laut.

Secara administrasi Kabupaten Temanggung meliputi 20 Kecamatan yang terdiri

dari 289 Desa/Kelurahan. Dari 20 Kecamatan tersebut yang terjauh adalah Kecamatan

Tretep berjarak sekitar 40 km dari pusat kota dan terdekat adalah Kecamatan

Kranggan dengan jarak sekitar 4 km dari pusat kota. Belum seluruh daerah Kecamatan

di Kabupaten Temanggung terjangkau oleh sarana transportasi, sarana transportasi

baru pada daerah-daerah yang relatif dekat dan tidak terlalu curam serta banyak

belokan-belokan.

9.2.1.2. Batas Wilayah Administrasi

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Temanggung adalah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang

9.2.2. Kondisi dan Potensi Alam

9.2.2.1. Klimatologi

Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran dengan

ketinggian 500 -1450 m di atas permukaan air laut. Sedangkan kemiringan tanah di

Kabupaten Temanggung bervariasi, antara datar, hampir datar, landai, agak terjal,

hampir terjal, terjal dan sangat terjal, sebagaimana terlihat pada kelas lereng di

bawah ini :

IX-7

- Lereng 0 – 2 % seluas 968 Ha

- Lereng 2 – 15 % seluas 32.492 Ha

- Lereng 15 – 40% seluas 31.232 Ha

- Lereng > 40% seluas 17.963 Ha

Secara umum Kabupaten Temanggung memiliki dua musim yaitu :

- Musim kemarau antara bulan April sampai dengan bulan September.

- Musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret.

Dengan rata-rata curah hujan tahunan pada umumnya cukup tinggi.

Daerah Kabupaten Temanggung pada umumnya berhawa dingin dimana udara

pegunungan berkisar antara 20° C - 30° C. Daerah berhawa sejuk terutama di daerah

Kecamatan Tretep, Bulu (lereng Gunung Sumbing).

9.2.2.2. Daya dukung tanah

Jenis tanah di Keluraan yang dijadikan prioritas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9.4.

Penggunaan Tanah di Kecamatan Prioritas

No. Kecamatan Prioritas Luas Tanah Luas Jenis Tanah

Sawah Kering Tegalan Pekarangan Kolam Lainnya

1 Parakan 1.223 1.000 473 313 1 62

2 Kledung 247 2.974 2.124 138 - 32

3 Bansari 619 1.635 826 134 - 1

4 Bulu 1.364 2.940 2.095 372 3 59

5 Temanggung 1.890 1.449 315 847 7 257

6 Tlogomulyo 385 2.099 1.615 239 1 54

7 Tembarak 752 1.932 906 290 2 32

8 Selopampang 790 939 561 214 3 17

9 Kranggan 1.425 4.336 2.490 797 - 352

10 Pringsurat 639 5.088 1.770 1.177 - 176

11 Kaloran 1.436 4.956 2.560 689 - 95

12 Kandangan 1.516 6.320 1.528 994 - 442

13 Kedu 2.190 1.306 446 492 12 76

14 Ngadirejo 1.505 3.826 1.270 313 - 55

15 Jumo 1.278 1.654 125 365 - 48

16 Gemawang 643 6.068 1.763 451 - 120

IX-8

No. Kecamatan Prioritas Luas Tanah Luas Jenis Tanah

Sawah Kering Tegalan Pekarangan Kolam Lainnya

17 Candiroto 1.195 4.799 1.944 447 - 100

18 Bejen 678 6.206 1.653 509 - 58

19 Tretep 57 3.308 2.204 188 - 29

20 Wonoboyo 802 3.596 1.425 305 2 35

Sumber : Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2011

Keterangan :

*) belum ada data

9.2.3. Kondisi Kependudukan

Penduduk merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam

pembangunan dan merupakan faktor yang dinamis dan selalu menarik untuk

dipelajari. Penduduk juga selalu berasosiasi dengan segala bidang kehidupan,

terutama dalam aktivitas sosial dan ekonomi. Disadari bahwa sumber daya

penduduk sebagai unsur strategis dapat menjadi faktor penentu dalam keberhasilan

pembangunan, karena posisinya baik sebagai sasaran maupun sebagai pelaksana.

Manusia/penduduk merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan. Daya

guna dari modal dasar tersebut ditentukan oleh berbagai kondisi yang meliputi

kuantitas, kualitas dan distribusinya. Rasio beban ketergantungan menunjukkan

besarnya rasio penduduk usia produktif dengan penduduk tidak produktif.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik 2010, jumlah penduduk di Kabupaten

Temanggung pada tahun 2009 sebanyak 722.087 jiwa dengan kepadatan penduduk

dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kepadatan penduduk pada tahun 2005

sebesar 796 per km² dan terus meningkat menjadi 829 per km² pada tahun 2009,

kepadatan penduduk terbesar di Kabupaten Temanggung adalah di Kecamatan

Temanggung yaitu sebesar 2.316 per km², sedangkan kepadatan penduduk terkecil

yaitu sebesar 291 per km² di Kecamatan Bejen.

IX-9

Tabel 9.5.

Jumlah Penduduk di Daerah Prioritas Penanganan

No Kecamatan

Jumlah Penduduk

Bidang Pekerjaan Utama

Pertanian industri Bang-

unan

Perda-

gangan

Pengang-

kutan Jasa

Lain-

lain

1 Parakan 8.068 2.535 722 6.343 1.026 4.320 1.019

2 Kledung 11.543 1.074 469 2.832 428 1.895 802

3 Bansari 11.482 976 444 2.606 343 2.514 253

4 Bulu 19.394 382 872 2.283 598 1.915 352

5 Temanggung 9.085 3.628 1.589 7.310 1.740 9.818 1.682

6 Tlogomulyo 10.339 1.463 369 833 327 859 154

7 Tembarak 11.295 222 456 1.422 237 1.268 235

8 Selopampang 7.955 167 221 1.057 227 687 134

9 Kranggan 13.584 3.366 1.107 3.375 782 2.823 377

10 Pringsurat 15.953 4.181 824 4.062 754 2.176 428

11 Kaloran 16.231 2.309 615 2.336 508 1.746 346

12 Kandangan 16.874 1.150 1.262 3.298 753 2.226 462

13 Kedu 15.049 6.208 2.126 3.698 879 2.933 509

14 Ngadirejo 18.332 1.565 1.072 4.800 1.155 3.053 405

15 Jumo 13.344 762 495 1.684 369 1.564 255

16 Gemawang 12.056 793 565 1.675 273 1.096 263

17 Candiroto 12.746 219 362 1.703 369 1.488 242

18 Bejen 7.795 149 175 830 219 923 177

19 Tretep 10.913 97 279 479 45 297 139

20 Wonoboyo 12.677 199 333 866 146 710 154

Jumlah 254.715 31.445 14.357 53.492 11.178 44.311 8.388

Sumber : Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2011

9.2.4. Kondisi Rumah

Kondisi rumah di daerah prioritas penanganan dapat dilihat pada tabel dibawah

Sebagian besar kondisi rumah di daerah prioritas penanganan dapat dikatakan tidak

layak. Hal ini dilihat dari kondisi dinding dan lantai rumah, masih banyak yang berupa

dinding kayu maupun bamboo dan kondisi lantai rumah berupa tanah, kayu maupun

semen.

IX-10

Tabel 9.6.

Kriteria Rumah Tidak Layak Huni

No Kondisi Bahan baku Nilai Ket. / scor

1

Pondasi

a. Batu

b. Bata

c. Umpak / Tiang

3

2

1

Type A

Scor 31-39

2

Lantai

a. Plesteran

b. Papan / Bamboo

c. Tanah

3

2

1

Type B

Scor 22-39

3

Dinding

a. Tembok

b. Papan / Kayu

c. Bilik / Bambu

3

2

1

Type C

Scor 13-21

4

Atap

a. Genting

b. Seng

c. Rombia

3

2

1

5

Bahan

a. Kayu tahan lama

b. Kayu tahunan

c. Bambu

3

2

2

6

Jendela & Ventilasi

a. Lebih dari 3 bh

b. 2 – 3 buah

c. 0 – 1 buah

3

2

1

7

Pintu

a. Lebih dari 3 bh

b. 2 buah

c. 1 buah

3

2

1

8

Kamar

a. K makan, K tamu dll

b. Kt 2 bh

c. Kt 1 bh

3

2

1

IX-11

9 Pagar

a. Tembok / besi

b. Pagar hidup / bamboo

c. Tanpa pagar

3

2

1

10

Kamar mandi & Kakus / WC

a. Lengkap

b. Hanya ada salah Satu

c. Tidak ada keduanya

3

2

1

11

Kandang ternak

a. Kandang jauh lebih dari 5 m

b. Kandang jauh dari 5 m

c. Kandang jadi satu

3

2

1

12

Penerangan

a. Listrik

b. Petromak

c. Lampu temple gembreng

/templek

3

2

1

13

Air bersih

a. Artites / SPDL

b. Sumur gali

c. Bilik

3

2

1

Tabel 9.7.

Tingkat Kelayakan Huni Bangunan Rumah Kabupaten Temanggung Tahun 2010

NO KECAMATAN JUMLAH

RUMAH

JUMLAH RUMAH PROSENTASE RUMAH

TIDAK LAYAK HUNI TIDAK LAYAK HUNI

1 2 3 4 5

1 Parakan 10.112 1.716 16,97

2 Kledung 7.186 2.311 32,16

3 Bansari 4.915 586 11,92

4 Bulu 12.427 1.693 13,62

5 Temanggung 17.914 2.646 14,77

6 Tlogomulyo 7.569 516 6,82

IX-12

7 Tembarak 6.380 1.170 18,34

8 Selopampang 4.083 206 5,05

9 Kranggan 10.502 113 1,08

10 Pringsurat 10.810 822 7,60

11 Kaloran 10.504 1.357 12,92

12 Kandangan 10.624 2.681 25,24

13 Kedu 12.981 1.226 9,44

14 Ngadirejo 12.376 2.601 21,02

15 Jumo 7.133 1.711 23,99

16 Gemawang 7.836 1.673 21,35

17 Candiroto 7.658 1.426 18,62

18 Bejen 5.228 678 12,97

19 Tretep 4.809 1.126 23,41

20 Wonoboyo 6.135 977 15,93

JUMLAH 177.182 27.235 15,66

Sumber : Potensi Desa Tahun 2011

IX-13

9.2.5. Kondisi Sarana dan Prasarana

Kondisi sarana dan prasarana di kelurahan/ desa yang dijadikan prioritas penanganan perumahan dan permukiman dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9.6.

Kondisi Sarana Dan Prasarana Di Kecamatan Prioritas Penanganan Perumahan dan Permukiman

KONDISI SARANA

No Kecamatan

SARANA

Pendidikan Peribadatan Kesehatan Perdagangan dan

jasa

TK SD/MI SMP/Mts SMA/MA Masjid Mushola Puskesmas Puskesmas

Pembantu

Dokter

Praktek Posyandu Pasar KUD

1 Parakan 17 25 4 3 56 97 2 2 1 87 3 42

2 Kledung 10 15 2 - 25 38 1 2 - 35 0 7

3 Bansari 13 14 1 1 38 26 1 - - 42 0 4

4 Bulu 15 27 5 - 80 57 1 2 - 86 2 18

5 Temanggung 26 46 10 13 102 167 1 3 10 143 3 148

6 Tlogomulyo 9 13 3 - 40 24 1 2 - 48 1 5

7 Tembarak 7 15 2 3 57 73 1 - - 68 1 19

IX-14

8 Selopampang 9 12 3 - 36 53 1 1 - 43 3 7

9 Kranggan 17 28 5 1 113 96 2 2 4 65 3 16

10 Pringsurat 24 34 4 2 83 164 1 4 6 115 6 33

11 Kaloran 20 28 7 2 97 107 2 4 2 108 5 20

12 Kandangan 18 23 5 1 104 126 1 2 - 112 5 19

13 Kedu 21 26 5 2 102 79 1 2 3 101 1 25

14 Ngadirejo 22 32 4 1 45 83 1 1 3 91 2 22

15 Jumo 12 17 1 1 51 47 1 2 2 61 2 17

16 Gemawang 13 21 1 - 52 62 1 2 1 55 3 11

17 Candiroto 16 20 2 2 64 55 1 3 - 81 1 19

18 Bejen 12 16 2 - 42 47 1 2 1 52 0 7

19 Tretep 7 12 1 - 37 80 1 2 1 36 1 3

20 Wonoboyo 16 18 2 - 52 67 1 3 - 57 2 4

IX-15

IX-16

KONDISI PRASARANA

No Kecamatan

PRASARANA

Jalan Air Bersih Listrik

Jalan Propinsi Jalan

Kabupaten Mata Air PDAM PLN Lainnya

1 Parakan 1 2 1 4 345 Terlayani

2 Kledung 0 1 4 - Terlayani

3 Bansari 0 0 - - Terlayani

4 Bulu 1 2 5 - Terlayani

5 Temanggung 2 3 1 10 012 Terlayani

6 Tlogomulyo 0 1 - - Terlayani

7 Tembarak 0 2 - 1 250 Terlayani

8 Selopampang 0 1 1 - Terlayani

9 Kranggan 2 2 - 2 413 Terlayani

10 Pringsurat 2 3 2 2 343 Terlayani

11 Kaloran 1 2 - 658 Terlayani

12 Kandangan 0 2 - - Terlayani

13 Kedu 1 2 - 2 396 Terlayani

14 Ngadirejo 2 2 3 1 852 Terlayani

15 Jumo 0 2

- 1 188 Terlayani

16 Gemawang 0 1 - - Terlayani

17 Candiroto 1 1 - - Terlayani

18 Bejen 1 1 - - Terlayani

19 Tretep 0 0 - - Terlayani

20 Wonoboyo 0 0 - - Terlayani

Sumber : Potensi Desa (diolah), 2011

X - 1

BAB X

KESIMPULAN

DAN REKOMENDASI

10.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian data, informasi, analisis serta rencana pengembangan

kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten Temanggung pada bab sebelumnya,

dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Ruang lingkup kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan

Perumahan dan Pemukiman Kabupaten Temanggung adalah seluruh wilayah

Kabupaten Temanggung, dengan batas-batas administratif sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang

2. Kabupaten Temanggung memiliki luas wilayah sebesar 87.065 Ha yang terdiri dari

20.634 Ha lahan sawah dan 66.431 Ha lahan non-sawah. Kabupaten Temanggung

terbagi menjadi 20 kecamatan yang terdiri dari 289 desa atau kelurahan.

3. Jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Temanggung pada tahun 2010 adalah

sebanyak 730.409 jiwa. Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan cukup seimbang,

dari seluruh jumlah penduduk tersebut, 366.698 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan

363.757 jiwa berjenis kelamin perempuan.

4. Kepadatan penduduk di Kabupaten Temanggung tahun 2010, dapat diketahui bahwa

wilayah dengan kepadatan penduduk paling tinggi terletak pada Kecamatan

Temanggung dengan kepadatan 24 jiwa/Ha, sedangkan untuk kepadatan paling

rendah terletak di Kecamatan Bejen dengan kepadatan 3 jiwa/Ha.

5. Kondisi perumahan Kabupaten Temanggung secara umum telah berjenis bangunan

permanen berjumlah 54.661, kemudian semi permanen berjumlah 73.215 dan sederhana

berjumlah 177.182 rumah.

X - 2

6. Jumlah desa dan luas menurut kecamatan adalah sebagai berikut :

Tabel 10.1.

Jumlah Desa dan Luas Wilayah per Kecamatan di Kabupaten Temanggung

No.

Kecamatan

Jumlah Desa/ Kelurahan

Luas Wilayah (Ha)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Parakan Kledung Bansari Bulu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan K e d u Ngadirejo J u m o Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo

16 13 13 19 25 12 13 12 13 14 14 16 14 20 13 10 14 14 11 13

2.223 3.221 2.254 4.034 3.339 2.484 2.684 1.729 5.761 5.728 6.392 7.836 3.496 5.331 2.932 6.711 5.994 6.884 3.365 4.398

Jumlah

289

87.065

Sumber : Temanggung Dalam Angka Tahun 2011

7. Sebagian kondisi rumah di daerah prioritas penanganan dapat dikatakan tidak layak

huni. Hal ini dilihat dari kondisi dinding dan lantai rumah, masih banyak yang berupa

dinding kayu maupun bambu dan kondisi lantai rumah berupa tanah, kayu maupun

semen. Kriteria Rumah Tidak Layak Huni dapat dilihat pada tabel 10.2. berikut :

Tabel 10.2.

Kriteria Rumah Tidak Layak Huni

No Kondisi Bahan baku Nilai Ket. / scor

1

Pondasi

a. Batu

b. Bata

c. Umpak / Tiang

3 2 1

Type A Scor 31-39

X - 3

2

Lantai

a. Plesteran

b. Papan / Bamboo

c. Tanah

3 2 1

Type B Scor 22-39

3

Dinding

a. Tembok

b. Papan / Kayu

c. Bilik / Bambu

3 2 1

Type B Scor 22-39

4

Atap

a. Genting

b. Seng

c. Rombia

3 2 1

5

Bahan

a. Kayu tahan lama

b. Kayu tahunan

c. Bambu

3 2 2

6

Jendela & Ventilasi

a. Lebih dari 3 bh

b. 2 – 3 buah

c. 0 – 1 buah

3 2 1

7

Pintu

a. Lebih dari 3 bh

b. 2 buah

c. 1 buah

3 2 1

8

Kamar

a. K makan, K tamu dll

b. Kt 2 bh

c. Kt 1 bh

3 2 1

9 Pagar

a. Tembok / besi

b. Pagar hidup / bamboo

c. Tanpa pagar

3 2 1

10

Kamar mandi & Kakus / WC

a. Lengkap

b. Hanya ada salah Satu

c. Tidak ada keduanya

3 2 1

11

Kandang ternak

a. Kandang jauh lebih dari 5 m

b. Kandang jauh dari 5 m

c. Kandang jadi satu

3 2 1

12

Penerangan

a. Listrik

b. Petromak

c. Lampu temple gembreng /templek

3 2 1

13

Air bersih

a. Artites / SPDL

b. Sumur gali

c. Bilik

3 2 1

Sumber: Bapermades Kab. Temanggung, 2011

X - 4

Kondisi rumah di Kabupaten Temanggung yang tidak layak huni, prosentasenya

sebesar 27,83 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10.3. dibawah ini :

Tabel 10.3. Tingkat Kelayakan Huni Bangunan Rumah Kabupaten Temanggung Tahun 2010

NO KECAMATAN JUMLAH RUMAH

( unit )

JUMLAH RUMAH PROSENTASE

RUMAH TIDAK LAYAK

HUNI ( unit ) TIDAK LAYAK HUNI

( % )

1 2 3 4 5

1 Parakan 10.112 3.055 1,72

2 Kledung 7.186 2.354 1,33

3 Bansari 4.915 1.024 0,58

4 Bulu 12.427 1.842 1,04

5 Temanggung 17.914 1.783 1,01

6 Tlogomulyo 7.569 2.954 1,67

7 Tembarak 6.380 678 0,38

8 Selopampang 4.083 919 0,52

9 Kranggan 10.502 2.530 1,43

10 Pringsurat 10.810 2.546 1,44

11 Kaloran 10.504 4.218 2,38

12 Kandangan 10.624 2.960 1,67

13 Kedu 12.981 5.128 2,89

14 Ngadirejo 12.376 3.796 2,14

15 Jumo 7.133 2.344 1,32

16 Gemawang 7.836 3.164 1,79

17 Candiroto 7.658 2.927 1,65

18 Bejen 5.228 1.159 0,65

19 Tretep 4.809 1.843 1,04

20 Wonoboyo 6.135 2.082 1,18

JUMLAH 177.182 49.306 27,83

Sumber : Temanggung Dalam Angka Tahun 2011

8. Perhitungan kekurangan jumlah rumah (Backlog) dilakukan dengan cara menghitung selisih

antara jumlah rumah tangga (KK) dengan jumlah rumah eksisting pada masing-masing

kecamatan di Kabupaten Temanggung. Backlog di Kabupaten Temanggung Tahun 2010

menunjukkan kekurangan rumah sebesar 12.931 unit rumah, yang terdiri dari rumah di

Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan. Sedangkan pada Tahun prediksi 2021

backlog mencapai 16.140 unit rumah.

X - 5

9. Berdasarkan pertumbuhan penduduk, perhitungan proyeksi jumlah rumah (tahun 2011-

2021) di Kabupaten Temanggung dapat diketahui bahwa jumlah kebutuhan rumahnya

sebanyak 20.654 unit rumah, yang membutuhkan jumlah rumah terbanyak adalah di

Kecamatan Temanggung yaitu sebanyak 1.863 unit rumah. Untuk pengembangan

permukiman baru disesuaikan dengan luasan yang sudah ada dalam IKK, namun

jumlah unit rumah disesuaikan dengan kebutuhan rumah tahun perencanaan dalam

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman ini. Sedangkan

untuk proyeksi jumlah rumah sampai tahun 2021 yang paling sedikit adalah di

Kecamatan Tretep, hanya membutuhkan rumah sebanyak 559 unit saja.

10. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan untuk mengetahui jumlah kebutuhan rumah

sampai tahun 2021, yaitu dengan berdasarkan kebutuhan rumah akibat kekurangan rumah

(backlog) dan kebutuhan rumah akibat pertambahan penduduk, maka jumlah total kebutuhan

rumah di Kabupaten Temanggung adalah sebanyak 38.321 unit rumah. Dimana

Kecamatan Kledung dan Tlogomulyo mengalami kelebihan rumah, maka tidak turut

dijumlahkan dalam total kebutuhan rumah dan dianggap tidak membutuhkan unit

rumah baru.

11. Kebutuhan lahan yang dibutuhkan sesuai dengan kabutuhan rumah sampai dengan

tahun 2021, dimana perhitungan kebutuhan lahan dihitung berdasarkan jumlah

kebutuhan rumah yang kemudian dirinci tiap tipe (mewah : menengah : kecil).

Kemudian dari rincian tiap tipe dapat dikalikan sesuai dengan luasan dari masing-

msing tipe. Untuk total kebutuhan lahan di Kabupaten Temanggung sampai tahun 2021

adalah seluas 4.484 Ha, dimana luas ini sudah termasuk BC 60%. Luas kebutuhan lahan

yang dihitung setelah penambahan BC 60% tersebut masih harus ditambahkan lagi

dengan luasan yang akan digunakan sebagai sarana dan prasarana, sehingga luasan

yang ada merupakan luas dari total lahan suatu wilayah. Kebutuhan luas paling besar

terdapat di Kecamatan Temanggung seluas 854 Ha dan yang tidak membutuhkan lahan

baru yaitu Kecamatan Kledung dan Tlogomulyo (Jumlah rumah berlebih, jadi tidak

membutuhkan lahan baru).

12. Kebutuhan luas lahan permukiman di Kabupaten Temanggung sampai dengan Tahun 2021

adalah sebesar 4.484 Ha . Sedangkan luas lahan permukiman yang bisa disediakan oleh

seluruh wilayah Kecamatan totalnya sebesar 60.945,500 Ha. Jadi luas lahan

X - 6

permukiman dalam wilayah kecamatan masih dapat menampung kebutuhan lahan

permukiman.

13. Berdasarkan kebutuhan jumlah unit rumah, maka dapat diketahui bahwa kebutuhan

rumah di Kabupaten Temanggung sampai dengan Tahun 2021 adalah 38.321 unit.

Sedangkan jumlah unit rumah yang bisa ditampung oleh seluruh wilayah Kecamatan

totalnya adalah 4.266.185 unit.

14. Kelompok permukiman yang berkembang di sepanjang bantaran sungai menyebabkan

permukiman kumuh perkotaan. Rumah-rumah tersebut dibangun dengan jarak yang

hanya beberapa meter dari bibir sungai, atau tidak memiliki jarak batasan dengan

sungai, sehingga tidak mengindahkan adanya sempadan sungai. Kondisi ini sangat

membahayakan, sebab rumah yang dibangun pada bantaran sungai sangat berpotensi

terjadi longsor atau banjir akibat luapan sungai. Terdapat pula permukiman kumuh di

wilayah perkampungan pada area bantaran rel KA yang sudah tidak terpakai lagi.

Lokasi permukiman kumuh di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 10.4.

Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Temanggung

No. Jenis Permukiman Kumuh Kecamatan Kelurahan/Desa Lokasi

1. Permukiman Perkotaan

permukiman kumuh di

wilayah perkampungan

Parakan Parakan wetan Panjangsari

Temanggung Temanggung I

Banyuurip

Banyutarung

Banyuurip Wetan

permukiman kumuh di

bantaran sungai

Parakan Wanutengah

Parakan Wetan

Bantaran Kali Galeh

Bantaran Kali Galeh

Temanggung Temanggung I

Temanggung II

Gilingsari

Banyuurip

Butuh

Kertosari

Bantaran Kali Pacar

Bantaran Kali Pacar

Bantaran Kali Pacar

Bantaran Kali Pacar

Bantaran Kali Jambe

Bantaran Kali Pacar

Ngadirejo Ngadirejo Bantaran Kali Deres

Sumber: Hasil Pengamatan, Tahun 2011

X - 7

10.2. Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan dari kegiatan rencana pembangunan dan

pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Temanggung dapat dibedakan

menjadi 3 yaitu :

1. Rencana pembangunan perumahan baru.

2. Rencana peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

3. Rencana peningkatan kualitas perumahan dan permukiman yang bercirikan perdesaan.

Untuk lebih jelasnya rekomendasi yang akan diberikan pada masing-masing Wilayah

Perencanaan yang terkait dengan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan

dan permukiman dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 10.5. Rekomendasi Penanganan Peningkatan Permasalahan Perumahan dan Permukiman

di Kabupaten Temanggung

NO REKOMENDASI LOKASI

A. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BARU

1 Pembangunan Perumahan dengan pendekatan Kasiba/ Lisiba

Sepanjang Ruas Jalan Nasional: Diarahkan pada daerah-daerah yang dilalui jalan Nasional, yaitu ruas jalan Secang-Pringsurat, jln Wonosobo-Parakan, jln Parakan-Pertigaan Bulu, jln Pertigaan Bulu-Kedu, jln Kedu Temanggung, jln Temanggung-Kranggan dan jln Kranggan-Secang.

Diarahkan pada daerah-daerah yang dilalui jalan propinsi, yaitu Kecamatan Pringsurat, Kranggan,

Temanggung, Kedu, Parakan, Ngadirejo, candiroto dan Bejen

Diluar wilayah kawasan yang bercirikan perdesaan, yaitu diseluruh Ibu Kota Kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung :

- Kecamatan Parakan - Kecamatan Kledung - Kecamatan Bansari - Kecamatan Bulu - Kecamatan Temanggung - Kecamatan Tlogomulyo - Kecamatan Tembarak - Kecamatan Selopampang - Kecamatan Kranggan - Kecamatan Pringsurat - Kecamatan Kaloran - Kecamatan Kandangan

2 Pembangunan RSH, RSS, menengah, dan mewah, lebih diutamakan RSH dan RSS yang diprioritaskan untuk Masyarakat Berpenghasilan

Rendah (MBR)

3 Pembangunan rumah baru oleh: 1.Masyarakat secara swadaya 2.Developer/pengembang perumahan dengan bantuan Kredit Mikro

4 Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti jalan, sanitasi, drainase, air bersih, telepon, listrik, dan fasilitas pendukung seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang publik, dll.

X - 8

NO REKOMENDASI LOKASI

- Kecamatan Kedu - Kecamatan Ngadirejo - Kecamatan Jumo - Kecamatan Gemawang - Kecamatan Candiroto - Kecamatan Bejen - Kecamatan Tretep - Kecamatan Wonoboyo

X - 9

NO REKOMENDASI LOKASI

B. PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

1 Pengendalian dan perbaikan kualitas perumahan di kawasan konservasi dan lindung

Permukiman di kawasan konservasi dan lindung di Kabupaten Temanggung.

2 Redevelopment dan renewal Permukiman di Sempadan Sungai ( Penataan Permukiman Berbasis Komunitas )

- KECAMATAN TEMANGGUNG: Temanggung I,

Temanggung II, Gilingsari, Banyuurip, Butuh,

Kertosari. - KECAMATAN PARAKAN: Parakan wetan,

Wanutengah. - KECAMATAN NGADIREJO: Ngadirejo

4 Pembuatan sarana penanggulangan bencana tanah longsor - Kecamatan Selopampang, tembarak, Tlogomulyo, bulu, Parakan, kledung,

bansari, Ngadirejo, Candiroto, Wonoboyo, dan Tretep, Kledung, Bansari, Tretep, Bulu

5 Rehabilitasi Permukiman di kawasan banjir

- Kecamatan Parakan - Kecamatan Kedu - Kecamatan Temanggung

6 Pembuatan sarana penanggulangan bahaya SUTET/ SUTT - Kecamatan Kandangan - Kecamatan Kaloran - Kecamatan Pringsurat.

7 Land-Readjustment dan peremajaan kawasan kumuh - Penataan dan revitalisasi kawasan permukiman kumuh - Penataan RTH (Ruang Terbuka Hijau) di kawasan kumuh

- Kecamatan Temanggung ; Kelurahan Temanggung I, Temanggung II , gilingsari, Banyuurip, Butuh dan kertosari

- Kecamatan Parakan : Kelurahan Parakan Wetan dan Wanutengah

- Kecamatan Ngadirejo : - Kelurahan Ngadirejo

Penyediaan PSD permukiman di kawasan kumuh

8 Penanganan Kawasan Permukiman di Wilayah yang Bercirikan Perdesaan

- Hampir semua kecamatan di kabupaten temanggung

X - 10

NO REKOMENDASI LOKASI

C. PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI WILAYAH YANG BERCIRIKAN PERDESAAN

1 Kegiatan Penyediaan Air Bersih Kegiatan Penyehatan Lingkungan

- permukiman yang berkembang di sekitar kawasan rawan kekeringan berada di Kecamatan Pringsurat, Kranggan,

kaloran, kandangan, Candiroto, Bejen dan Jumo.

- Kegiatan Perbaikan Perumahan Permukiman - Pada lahan-lahan di kawasan perdesaan

yang mempunyai embrio untuk peningkatan

perekonomian masyarakat perdesaan - Pembangunan prasarana dan sarana

pendukung perkembangan masyarakat perdesaan yang memiliki ciri khusus

- Sosialisasi dan pembinaan tentang rumah sehat kepada masyarakat yang tinggal di wilayah yang bercirikan perdesaan.

- Redefinisi, khususnya rehabilitasi

(perbaikan), yaitu rumah temporer yang sudah tidak layak huni.

- Pelatihan dan pembentukan Klaster, sesuai

dengan potensi masing-masing daerah

1. Pelatihan dan pembentukan Klaster

usaha, sesuai dengan potensi masing-masing daerah

2. Pembangunan sarana dan prasarana permukiman serta usaha/wisata/daerah-daerah khusus yang memiliki embrio untuk peningkatan perekonomian penduduk

1. Kecamatan KANDANGAN : Industri makanan Pisang Aroma di Desa Gesing.

2. Kecamatan KEDU :

Industri Pengrajin Gerabah Tanah di Desa Kundisari

3. Kecamatan KALORAN :

Industri Gerabah Tanah di Desa Tegowanuh

4. Kecamatan PRINGSURAT : - Industri Kerajinan Relief Tembaga dan Kuningan

5. Kecamatan GEMAWANG : Wisata curug lawe

6. Kecamatan SELOPAMPANG :

Wisata Pelestarian habitat alam di Desa Walitis

7. Kecamatan BULU : Wisata Monumen Meteorit di Wonotirto, Candi Gondosuli

dan Kerajinan Mendong

8. Kecamatan NGADIREJO :

Wisata Candi Pringapus dan Wisata Religi Jumprit

9. Kecamatan WONOBOYO : Wisata Air Terjun Trocoh

10. Kecamatan CANDIROTO :

- Wisata Air Terjun Onje dan Industri Kopi Bubuk Robusta di Desa Mento