bab i pendahuluan i.1. latar belakang i.1.1. latar ...thesis.binus.ac.id/asli/bab1/2009-1-00022-ar...

13
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Proyek Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di kota besar. Apalagi bila kita mengacu pada kelayakan hunian, rasanya sedikit hunian layak yang diperuntukkan bagi warga kota yang sebagian besar kalangan menengah dan menengah ke bawah. Lahan yang semakin sempit dan kebutuhan akan tempat tinggal yang meningkat membuat harga tanah semakin melambung. Ironisnya, semakin sedikit lahan yang tersisa untuk mendukung kelangsungan hidup lingkungan di sekitarnya. Tuntutan akan penggunaan lahan perkotaan cenderung semakin meningkat seiring diterapkannya otonomi daerah. Hal ini terjadi karena di satu sisi Pemerintah Kota perlu memanfaatkan sumber daya lahan yang ada untuk meningkatkan pendapatan daerah, di sisi lain adanya tuntutan masyarakat yang semakin kritis dalam mendapatkan pelayanan dan kenyamanan lingkungan termasuk sarana sosial, taman dan ruang terbuka hijau. Salah satu alternatif untuk memecahkan kebutuhan rumah di perkotaan yang terbatas adalah dengan mengembangkan model hunian secara vertikal berupa bangunan rumah susun. Terlintas bahwa rumah susun sangat erat kaitannya dengan perumahan sosial (social housing) bagi masyarakat kalangan menengah dan menengah ke bawah.

Upload: dokiet

Post on 02-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

  1 

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

I.1.1. Latar Belakang Proyek

Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di kota besar.

Apalagi bila kita mengacu pada kelayakan hunian, rasanya sedikit hunian layak yang

diperuntukkan bagi warga kota yang sebagian besar kalangan menengah dan menengah ke

bawah. Lahan yang semakin sempit dan kebutuhan akan tempat tinggal yang meningkat

membuat harga tanah semakin melambung. Ironisnya, semakin sedikit lahan yang tersisa

untuk mendukung kelangsungan hidup lingkungan di sekitarnya.

Tuntutan akan penggunaan lahan perkotaan cenderung semakin meningkat seiring

diterapkannya otonomi daerah. Hal ini terjadi karena di satu sisi Pemerintah Kota perlu

memanfaatkan sumber daya lahan yang ada untuk meningkatkan pendapatan daerah, di sisi

lain adanya tuntutan masyarakat yang semakin kritis dalam mendapatkan pelayanan dan

kenyamanan lingkungan termasuk sarana sosial, taman dan ruang terbuka hijau. Salah satu

alternatif untuk memecahkan kebutuhan rumah di perkotaan yang terbatas adalah dengan

mengembangkan model hunian secara vertikal berupa bangunan rumah susun. Terlintas

bahwa rumah susun sangat erat kaitannya dengan perumahan sosial (social housing) bagi

masyarakat kalangan menengah dan menengah ke bawah.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

  2 

Pembangunan rusunami merupakan salah satu jawaban logis terhadap masalah pemenuhan

kebutuhan papan masyarakat menengah dan menengah ke bawah di tengah keterbatasan

lahan kota, masalah degradasi kualitas lingkungan, transportasi publik, kemacetan lalu

lintas, lingkungan hidup yang sehat dan mengurangi kesenjangan sosial ekonomi. Besar

harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai bagian program

perbaikan kampung. Beberapa kawasan direvitalisasi dengan membangun rusunami dan

mendorong masyarakat untuk secara sukarela berpindah ke rusunami. Rencana pemerintah

untuk mengembalikan fungsi ruang terbuka hijau kota yang berdampak pada penggusuran

kaum marjinal yang bermukim di jalur hijau, bantaran kali, tepi rel kereta api, kolong

jembatan layang, hingga tepian situ seharusnya merupakan momentum tepat untuk

mengajak masyarakat menengah bawah beralih secara sukarela ke rusunami. Sinkronisasi

dan koordinasi perencanaan dan pembangunan rusunami sangat diperlukan antara berbagai

pihak.

UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung mendorong pengembangan rusunami

berarsitektur lokalitas yang lebih ramah lingkungan dan selaras dengan lingkungan asal.

Bangunan bercirikan identitas dan keragaman budaya Indonesia. Desain bangunan hemat

energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan

bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap bangunan dikembangkan

menjadi taman atap dan dipasangi panel sel surya. Pemerintah terus menggalakkan

program-program pembangunan hunian rakyat melalui Rumah Sehat Sederhana (RSH) atau

Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) yang termasuk dalam program nasional

pembangunan 1.000 menara Rumah Susun Sederhana.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

  3 

Kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat, termasuk kawasan yang padat penduduk dan segala

aktivitasnya. Tentunya keberadaan rumah yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, akan

menjadi kendala dan isu sosial yang sulit untuk dikendalikan apabila tidak segera

menemukan solusinya. Perencanaan bangunan yang tepat adalah bangunan yang tanggap

terhadap lingkungannya. Baik Indonesia sebagai daerah beriklim tropis, juga faktor

perancanaan desain bangunan dan kredibilitasnya dalam mendukung serta mewadahi

sebuah sistem kemasyarakatan kaum urban.

Dalam kasus ini, kaum urban sekaligus objek dari calon penghuni sebagian besar

ditujukkan pada anggota Paguyuban Pedagang Pasar Bunga Rawa Belong. Pusat Promosi

dan Pemasaran Bunga dan Tanaman Hias Rawabelong yang dikenal sebagai Pasar Bunga

Rawa Belong merupakan Instalasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Promosi dan

Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan, Dinas Pertanian dan Kehutanan Propinsi DKI

Jakarta yang memiliki areal lahan seluas 1,4 Ha. Berdiri sejak tanggal 25 Juli 1989 yang

diresmikan oleh Gubernur propinsi DKI Jakarta. Pusat Promosi tersebut terletak di

Kelurahan Sukabumi Utara Kecamatan Kebon Jeruk, Kotamadya Jakarta Barat.

Dimana UPT tersebut memiliki fungsi :

1. Sebagai pendukung kegiatan pemasaran bunga / tanaman hias, sekitarnya

terdapat lokasi sentra produsen bunga / tanaman hias yang tersebar disekitar

daerah Rawa Belong.

2. Sebagai penyedia fasilitas sarana dan prasarana, pemasaran, distribusi, promosi,

jasa pasca panen, penyimpanan penyuluhan dan informasi harga bunga / tanaman

hias serta pelaksanaan bursa dan lelang bunga.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

  4 

Berdasarkan hasil survey lapangan dan wawancara langsung kepada beberapa pedagang

setempat, bahwa keberadaan sebuah hunian rumah susun merupakan salah satu pencerahan

dalam konsep pola hidup konservatif yang mereka jalankan sejauh ini. Kawasan kontrakkan

ataupun kos-kosan yang berfungsi sebagai ruang tinggal mereka selama ini dirasa kurang

memadai dan tidak semuanya dapat memenuhi kebutuhan aktivitas mereka, dari segi sosial,

ekonomi, kelayakan hunian maupun pedagang-pedagang yang harus menempuh jarak agak

jauh dari lokasi ruang tinggal mereka untuk dapat mencapai tempat mereka bekerja karena

keterbatasannya ruang sewa di kawasan tersebut.

Keseluruhan jumlah kios dagang maupun los (area grosiran) dapat mensinyalir jumlah

kebutuhan pedagang. Keseluruhan jumlah kios dan los adalah 320 buah. Sedikitnya jumlah

kios akan menjadi acuan jumlah pedagang di kawasan Rawa Belong tersebut. Berikut

keterangan jumlah dan asal pedagang :

ASAL PEDAGANG PROSENTASE PERKIRAAN JUMLAH

JAKARTA 50% 50/100 x 320 = 160

JAWA BARAT 30% 30/100 x 320 = 96

JAWA TENGAH 12,5% 12,5/100 x 320 = 40

JAWA TIMUR 7,5% 7,5/100 x 320 = 24

TOTAL 100% 320 pedagang

Tabel 1: Jumlah dan Asal Pedagang

(Source: Survey Lapangan)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

  5 

I.1.2. Latar Belakang Topik / Tema

Kota-kota URBAN, baik yang telah menjadi urban ataupun urban baru memerlukan

rancangan hunian yang spesifik dan dapat memberikan efisiensi, kualitas serta kenyamanan

hidup (pernyataan subyektif terhadap kondisi pedagang Rawa Belong). Bila pada sebuah

kota urban tidak ada atau jarang ditemukan kemungkinan terciptanya hunian layak, perlu

dipikirkan untuk menganggap kota tersebut bukan lagi kota urban yang sehat dan desain

hunian pada kondisi ini akan sarat dengan berbagai keterbatasan. Oleh sebab itu, diperlukan

pembangunan kota urban yang lebih sehat, dengan perencanaan yang lebih baik.

Sistem kehidupan masyarakat di Indonesia umumnya lebih cenderung mengikuti kelaziman

(trend-follower) ketimbang keluar dari kebiasaan (trend setter). Sehingga aplikasi-aplikasi

desain sebuah kawasan huni yang progresif cenderung dipertanyakan, karena konteks atau

cara membandingkannya belum hadir dan kabur (blur). Oleh karena itu diperlukan strategi-

strategi kreatif yang baru dalam merekayasa kehidupan berkota yang lebih baik melalui

desain.

Peradaban kota dalam ruang lingkup luas, serta sebuah identitas lingkungan dalam ruang

lingkup skala kacil bisa diselamatkan oleh kreativitas-kreativitas desain yang melampaui

zamannya (avant garde).

Peradaban manusia berkembang dengan kemajuan tiga ranah keilmuan: Sains (kebenaran),

Humaniora (keadilan), dan terutama Desain (kecocokan). (Nigel Cross)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

  6 

Kota adalah simbol peradaban. Tinggi rendahnya sebuah peradaban manusia bisa dilihat

dari takaran kompleksitas fisik dan struktur sosial sebuah kota. Seperti pepatah Jerman

kuno “City air makes you free,”. Ini karena kota adalah artefak terbesar dari aspirasi

budaya manusia. Tempat mimpi beradu dan ambisi hidup bebas bersaing. Sebuah kualitas

spasial dan organisasi sosial yang umumnya hadir di ruang-ruang publik. Karenanya ruang

publik adalah elemen terpenting dalam peradaban kota. Ruang publik menjadi wadah

lahirnya kerekatan sosial yang bisa membawa kota menuju masyarakat madani atau civil

society. Ruang publik atau offentlichkeit ini menjadi wadah dari institusi kelas menengah

yang punya pengaruh kuat dalam proses revolusi sosial. (Habermas)

Secara mendasar, permasalahan di kota-kota besar Indonesia seperti halnya Jakarta, justru

bukan melulu dari ketidaksiapan sistem ruang dan spasialnya saja, akan tetapi lebih ekstrim

yaitu disebabkan oleh ketidaksiapan dan ketidaktahuan tentang esensi budaya berkota atau

’being urban’ oleh warganya sendiri. Mengerti budaya berkota atau dengan matang, artinya

kita siap untuk bernegosiasi terhadap 4 aspek kehidupan kota: densitas, heterogenitas,

anonimitas dan intensitas sosial.

Jakarta adalah kampung raksasa. Beragam budaya hingga kronologis pembentukkan fisik

sedikit banyak dipengaruhi oleh masyarakat yang secara psikologis ternyata tetap

berperilaku pikir bawaan dari desa. Dengan pemahaman tentang konsekuensi hidup berkota

yang terbatas mereka harus menyelami keseharian konteks sosial urban dengan intensitas

yang ekstrim. Karena esensi berkota atau ’being urban’ akhirnya menjadi penting untuk

dipahami oleh setiap warga kota atau pendatang yang bermigrasi.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

  7 

Tentunya esensi tersebut melibatkan sebuah persepsi kasus makro yaitu kondisi iklim

TROPIS yang membutuhkan berbagai pendekatan metode perancangan. Pemahaman

tentang arsitektur tropis yang selalu beratap lebar ataupun berteras sekarang ini menjadi

tidak mutlak lagi. Bangunan dengan atap lebar mungkin mampu mencegah air hujan tidak

masuk bangunan. Namun belum tentu mampu menurunkan suhu udara yang tinggi dalam

bangunan.

Penerapan arsitektur tropis lebih mengarah pada pemecahan persoalan yang ditimbulkan

iklim tropis, seperti terik matahari, suhu tinggi, hujan, dan kelembapan tinggi. "Karena itu,

penilaian terhadap baik atau buruknya sebuah karya arsitektur tropis harus diukur secara

kuantitatif." (Tri Harso Karyono)

Pemecahan rancangan arsitektur tropis sebenarnya dilakukan secara terbuka. Tapi dengan

syarat, desain bangunan itu dapat mengubah kondisi iklim luar yang tidak nyaman menjadi

kondisi yang nyaman bagi manusia. Beberapa kriteria seperti fluktuasi suhu ruang,

fluktuasi kelembapan, intensitas cahaya, aliran atau kecepatan udara, tampias air hujan

yang masuk bangunan, serta radiasi matahari yang berlebihan merupakan beberapa hal

yang harus diperhatikan.

Dengan pemahaman semacam ini, kemungkinan bentuk arsitektur tropis menjadi sangat

terbuka. Bentuk tersebut dapat bercorak, berbentuk atau berwarna apa saja sepanjang

bangunan tersebut dapat mengubah kondisi iklim luar yang tidak nyaman, menjadi kondisi

yang nyaman bagi manusia yang berada di dalam bangunan.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

  8 

Arsitektur tropis tidak perlu lagi hanya dilihat dari sekedar 'bentuk' atau estetika bangunan

beserta elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik ruang yang ada di dalamnya:

suhu ruang rendah, kelembapan relatif tidak terlalu tinggi, pencahayaan alam cukup,

pergerakan udara (angin) memadai, terhindar dari hujan, dan terhindar dari terik matahari.

Kekeliruan pemahaman mengenai arsitektur tropis di Indonesia nampaknya dapat

dipahami, karena pengertian arsitektur tropis sering dicampuradukkan dengan pengertian

'arsitektur tradisional' di Indonesia, yang memang secara menonjol selalu dipecahkan secara

tropis. Pada masyarakat tradisional, iklim sebagai bagian dari alam begitu dihormati bahkan

dikeramatkan dan dipandang secara religius, sehingga pertimbangan iklim amat menonjol

pada karya arsitektur tersebut. Manusia Indonesia cenderung akan membayangkan bentuk-

bentuk arsitektur tradisional. (Tri Harso Karyono)

Pandangan-pandangan tersebut sebetulnya tidak seluruhnya benar. Dari sini pula

pemahaman mengenai arsitektur tropis lalu memiliki konteks dengan budaya, yakni

kebudayaan tradisional Indonesia. Hanya mereka yang mendalami ilmu sejarah dan teori

arsitektur yang mampu berbicara banyak mengenai budaya dalam kaitannya dengan

arsitektur, sementara arsitektur tropis (basah) tidak hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi

di seluruh negara yang beriklim tropis (basah) dengan budaya yang berbeda-beda, sehingga

pendekatan arsitektur tropis dari aspek budaya menjadi tidak relevan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

  9 

I.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud / Tujuan dan sasaran proyek

• Menjawab isu sosial dalam masyarakat yang kian membutuhkan sebuah

hunian berkualitas khususnya bagi kalangan menengah dan menengah ke

bawah.

• Menerjemahkan pola penghidupan yang layak bagi kaum urban dimana

didukung oleh faktor teknis dan hunian yang tanggap lingkungan sebagai

tempat tinggal.

• Menciptakan ruang huni serta kawasan hijau bagi masyarakat urban dalam

membentuk sistem kemasyarakatan yang juga peduli lingkungan dan isu

global.

• Mendukung pemerintah dalam program nasional pembangunan 1.000

menara Rumah Susun Sederhana sebagai solusi persoalan tempat tinggal di

kota besar hingga beberapa tahun ke depan.

• Mengarahkan masyarakat urban pada umumnya ke arah pola kehidupan

modern (esensi berkota).

• Meningkatkan kesejahteraan dan mendukung petani serta pedagang dengan

jalan memotivasi dalam berusaha serta berupaya menjembatani pola

kemitraan sehingga mampu mengembangkan usahanya yang pada akhirnya

akan dapat meningkatkan taraf hidupnya. (Better Living)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

  10 

I.3. LINGKUP PEMBAHASAN

Lingkup pembahasan perencanaan dan perancangan Rumah Susun ini adalah

mencakup :

1. Pembahasan mengenai pedagang sebagai objek penghuni, rumah susun

sederhana, kegiatan, dan kebutuhannya sehari-hari.

2. Kebutuhan ruang bagi penghuni.

3. Keadaan lingkungan dan sosial di lokasi tapak.

4. Jenis ruang, fasilitas rumah susun, interior kamar, ruang komunal dan jenis

kegiatan yang berlangsung di dalamnya.

5. Pendekatan penerapan arsitektur tropis yang didukung konsep serta kaidah urban

desain dalam menjawab isu sosial dan lingkungan.

I.4. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Penyusunan skripsi perencanaan dan perancangan Rumah Susun di Jakarta Barat

dibagi dalam beberapa bab, sebagai berikut :

1. Bab I : PENDAHULUAN

Latar belakang pembuatan rumah susun yang sesuai dengan

kebutuhan para pedagang Rawa Belong demi meningkatkan

kualitas hidupnya yang menggunakan konsep Urban Tropis sebagai

topiknya, lingkup pembahasan perencanaan dan perancangan

Rumah Susun, sistematikanya, serta kerangka pemikiran penulisan

dan perancangan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

  11 

2. Bab II : TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

Tinjauan Teoritis umum terhadap proyek Rumah Susun, Jenis

Rumah Susun, dan beberapa contoh perancangan ruang dalamnya.

tinjauan khusus mengenai topik / tema Urban Tropis serta

kelengkapan dan relevansi data dan pustaka pendukung dan juga

studi kasus dan studi banding yang relevan dengan Rumah Susun

melalui survey lapangan maupun literatur.

3. Bab III : PERMASALAHAN

Identifikasi dan rumusan permasalahan arsitektural Proyek Rumah

Susun, dan Topik / Tema Urban Tropis, yang akan dilihat dari tiga

aspek yaitu manusia, bangunan, dan lingkungan yang akan

dianalisis dan dicari solusinya dalam perancangan.

4. Bab IV : ANALISIS

Analisis permasalahan dalam beberapa aspek yang dirumuskan

melalui pendekatan perancangan dan Topik / Tema Urban Tropis.

Dari analisis nantinya akan menghasilkan solusi atau konsep

perancangan yang diterapkan sebagai landasan dan merencanakan

dan merancang bangunan, lansekap, dan lingkungannya.

5. Bab V : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Konsep Perancangan sebagai hasil analisis dan solusi terhadap

permasalahan yang telah diidentifikasi dan dirumuskan pada

Page 12: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

  12 

bagian permasalahan. Konsep dasar perancangan mencakup

program ruang, luasan total perancangan, serta hubungan skematik

antar program ruang. Perancangan tapak mencakup pencapaian,

sirkulasi ruang luar, pola parkir, serta penataan ruang luar atau

lansekap. Perancangan bangunan mencakup gubahan massa, fasade

bangunan, sirkulasi ruang dalam, sistem dan struktur massa

bangunan, utilitas bangunan, pencahayaan, serta pengudaraan,

yang sesuai dengan fungsi bangunan. Konsep perancangan

dilengkapi dengan skematik desain / perancangan sebagai alur

pemikiran dalam perancangan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2009-1-00022-AR Bab 1.pdf · harapan rakyat karena pembangunan rusunami ramah lingkungan sebagai

13

I.5 KERANGKA BERPIKIR

LATAR BELAKANG Permasalahan di kota besar seperti Jakarta bukan hanya dari ketidaksiapan sistem ruang dan spasialnya saja, tapi ketidaksiapan dan ketidaktahuan tentang esensi budaya berkota ‘being urban’ oleh warganya sendiri yang harus bernegosiasi terhadap 4 aspek kehidupan kota : densitas (kepadatan), heterogenitas, anonimitas dan intensitas sosial

JUDUL PROYEK RUMAH SUSUN SEDERHANA DI JAKARTA BARAT

TOPIK ARSITEKTUR URBAN TROPIS

TEMA RUSUN SEBAGAI ESENSI BUDAYA BERKOTA

MAKSUD DAN TUJUAN Penerapan konsep Urban yang membentuk sistem masyarakat sebagai objek terhadap aspek sosial serta kaidah arsitektur Tropis dalam menanggapi isu lingkungan dalam kaitannya dengan penciptaan ruang dan kawasan huni yang layak, saling mendukung dan menjadi satu kesatuan dalam sebuah situasi perkotaan

PERMASALAHAN UTAMA Aspek Manusia

Aspek Bangunan Aspek Lingkungan

ANALISIS Aspek Manusia

Aspek Bangunan Aspek Lingkungan

KONSEP PERANCANGAN (SKEMATIK DESAIN)

DESAIN

TINJAUAN DAN

LANDASAN TEORI

Studi Proyek Studi Literatur Studi Banding

Studi Topik dan Tema

Studi Literatur Studi Banding

PERMASALAH

AN HASIL STUDI