ekonomi nasional menguji konsistensi program rusunami · bidang perumahan formal pangihutan...

1
18 | Ekonomi Nasional KAMIS, 30 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA P ROGRAM pemba- ngunan 1.000 menara rumah susun seder- hana milik kembali me- nawarkan janji. Menjelang tutup tahun 2010, Kementerian Peru- mahan Rakyat (Kemenpera) me- negaskan, program yang dalam dua tahun ini terpuruk karena tumpang tindih regulasi antara pusat dan daerah akan dipriori- taskan lagi tahun depan. Janji itu diungkapkan Deputi Menteri Perumahan Rakyat Bidang Perumahan Formal Pangihutan Marpaung seusai Reeksi Akhir Tahun Kemen- pera di Jakarta, Selasa (28/12). Kemenpera, ungkap dia, akan mempercepat pembangunan untuk mengejar target penyele- saian program itu pada 2014. “Kami akan lakukan percepat- an melalui peraturan tata ruang dan zonasi untuk pembangunan rusun,” ujar Pangihutan. Jika melongok lagi ke bela- kang, sejak pencanangan oleh Presiden Susilo Bambang Yu- dhoyono pada 2007, program ini memang terus menemui kendala. Dari 1.000 menara yang ditargetkan, sampai akhir 2010 ini pemerintah baru me- nyelesaikan 117 menara. Sejumlah rusunami yang dibangun di Jakarta bahkan sempat disegel pemerintah daerah karena dinilai tidak me- menuhi standar yang ada. Padahal, kata Menpera Su- harso Monoarfa, penyediaan rumah, baik tapak maupun susun, bagi masyarakat ber- penghasilan rendah (MBR) bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga menjadi kewajiban pe- merintah provinsi maupun kabupaten/kota. Karena hanya pemerintah daerah yang tahu secara pasti total kebutuhan rumah di wilayahnya. Kini ia mengaku tengah mencari terobosan bagaimana caranya agar peraturan yang ada bisa mengikat pemerintah daerah untuk menyediakan kebutuhan itu bagi MBR di wilayahnya. “Salah satunya menurut saya bisa melalui RUU Rumah Susun yang akan dibahas tahun depan,” tukas Suharso. Pesimistis Pada kesempatan berbeda, Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Setyo Maharso menuding terkendalanya pem- bangunan rusunami, terutama di DKI Jakarta pada 2010, lebih disebabkan adanya perubahan kebijakan yang diterapkan Gu- bernur DKI Jakarta. Itu terutama terlihat dari aturan yang memangkas koe- fisien lantai bangunan (KLB) dari skala enam (bangunan bisa lebih dari 12 lantai) menjadi maksimal empat (kurang dari 12 lantai). Selain itu, tambahnya, Pem- prov memberikan sanksi berupa denda dan penyegelan proyek kepada pengembang yang tak mematuhi Pergub DKI Jakarta No 27/2009 tentang Percepatan Pembangunan Rusunami. “Kon- disi itu membuat pengembang harus menghitung ulang nilai kelayakan proyek,” kata Setyo. Selama Pergub itu terus diberlakukan, Setyo pesimistis kalangan pengembang akan mampu melanjutkan proyek rusunami bersubsidi pada 2011. Seperti halnya Menpera, Ma- harso menilai pemerintah pusat perlu membuat terobosan kebi- jakan untuk mengurai ketatnya perizinan dari Pemprov DKI. Sementara itu, terkait tu- dingan rusunami banyak sa- lah sasaran, Pangihutan tidak menampiknya. Ia beralasan, rusunami terbuka untuk semua kalangan dengan sejumlah per- bedaan fasilitas. “Kalangan menengah atas tidak akan mendapat insentif yang sama dengan MBR, se- perti bebas PPN (pajak per- tambahan nilai), menggunakan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan, dan harga per unit Rp144 juta.” Selain itu, pengembang yang awalnya menjual unit rusu- nami ke MBR, tapi prakteknya malah menjual ke menengah atas akan mendapat sanksi berupa penarikan kembali keringanan retribusi sebesar 50% dan sertikat laik fungsi tidak diterbitkan. (E-2) christina@ mediaindonesia.com Pemerintah pusat perlu membuat terobosan kebijakan untuk mengurai ketatnya perizinan daerah. Christina Sihite Menguji Konsistensi Program Rusunami PEMERINTAH menargetkan pertumbuhan ekspor dan im- por pada 2011 lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun se- belumnya. Dasar pertimbang- annya meliputi dinamika per- ekonomian global, khususnya di negara-negara tujuan ekspor dan asal impor tradisional, yang diperkirakan masih tidak menentu di tahun depan. Menteri Perencanaan Pem- bangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan secara keseluruhan pertumbuhan ekspor Indonesia tahun ini menembus angka 15% dan dinilai cukup baik di tengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu pada 2010. Namun, pemerintah meng- aku sedikit khawatir mematok target yang besar pada 2011. “Target pada 2011, ekspor kita 8,2%. Memang lebih rendah, tapi tetap tumbuh signikan,” ungkap Armida saat memberi- kan reeksi perekonomian 2010 dan proyeksi perekonomian 2011 di Jakarta, kemarin. Ia menyebutkan perkem- bangan perekonomian global tetap menjadi sorotan pemerin- tah sehingga diversikasi pasar global membuat target ekspor Indonesia sedikit menurun. Namun, pemerintah berjanji tetap meningkatkan kinerja ekspor pada level tertinggi me- lalui beberapa upaya, termasuk membidik negara-negara ber- kembang dengan laju pertum- buhan ekonomi yang relatif lebih cepat (emerging market). “Kuncinya adalah perlahan- lahan mengalihkan pasar ekspor tradisional ke emerging country seperti China, India, Brasil, atau Afrika Selatan. Pasar domestik masih akan tumbuh kuat dan ini jadi peluang untuk terus dikem- bangkan,” ujar Armida. Selain itu, peningkatan impor tahun ini cukup besar, yakni 17%, sementara pemerintah menargetkan pertumbuhan impor 2011 sebesar 9,5%. Untuk komponen penunjang lainnya, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama dengan target pertumbuhan 5,2% pada 2011. (AW/M-3) DARI sekitar 30 ruas jalan tol yang masuk daftar ren- cana pembangunan peme- rintah pada tahun anggaran 2011, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tengah menyiap- kan lima ruas untuk ditawar- kan dengan skema kerja sama pemerintah dengan swasta (KPS) atau public private part- nership (PPP). Kelima ruas tol tersebut ada- lah Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi sepanjang 60 km, Pan- daan-Malang sepanjang 37,2 km dengan nilai investasi Rp2,5 triliun, Cileunyi-Sumedang- Dawuan (Cisumdawu) sepan- jang 58,5 kilometer, Pasirkoja- Soreang sepanjang 15 kilometer dengan investasi Rp1,02 triliun, dan Manado-Bitung sepanjang 46 kilometer dengan investasi Rp5,6 triliun. Menteri PU Djoko Kirmanto mengatakan, sejak awal, pem- bangunan kelima ruas tol itu memang direncanakan di- lakukan melalui skema PPP. Rencana tersebut, kata dia, juga sudah dibahas dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Namun, berdasarkan hasil penelitian dan kajian Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), baru empat ruas yang sudah layak untuk ditenderkan ka- rena dinilai sudah memenuhi standar kelayakan ekonomi. Sementara satu ruas, yakni Manado-Bitung, masih harus dievaluasi kembali kelayakan ekonomi maupun finansial- nya. “Kelima ruas ini memang menjadi program pemerintah dan kita rencanakan ditender- kan pada 2011 nanti. Tapi, sehebat apa pun kalau belum layak secara ekonomi, masih sulit terwujud dan diminati,” ujar Djoko saat memberikan penjelasan soal evaluasi ki- nerja Kementrian PU di Jakarta, kemarin. Menurut Kepala BPJT Ahmad Gani Gazali, dari kelima ruas itu, ruas tol Medan-Kualanu- mu-Tebing Tinggi merupakan yang paling siap ditenderkan. Sementara tiga lainnya, yaitu Pandaan-Malang, Cisumdawu, dan Pasirkoja-Soreang, kini pelaksanaan skema kerja sa- manya tengah dipersiapkan lebih lanjut. “Yang pasti untuk bisa di- tenderkan, setiap ruas jalan tol harus memenuhi 20% ke- layakan ekonomi, dan tingkat internal rate of return (tingkat pengembalian investasi) harus di atas 16%,” jelas Gazali. Bila kedua syarat tersebut terpenuhi, ruas tol tersebut sudah layak untuk ditawar- kan ke investor. Tapi, kalau kelayakannya hanya ekonomi dan nansial, tambah dia, perlu ada dukungan pemerintah. (CS/E-2) BADAN Perencanaan Pemba- ngunan Nasional (Bappenas) mengingatkan kementerian/ lembaga (K/L) dan instansi agar memperbaiki pola belanja anggaran pada 2011. Pola be- lanja modal dan barang/jasa harus dioptimalkan sejak tri- wulan I-III setiap tahunnya. “Ini tantangan kita agar per- tumbuhan ekonomi sampai tar- get 6,3%-6,4%. Jadi tidak hanya tinggi, tapi pola distribusinya harus merata,” tutur Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana di Jakarta, kemarin. Menurutnya, belanja pe- merintah khususnya belanja modal memiliki efek berantai lebih tinggi terhadap perekono- mian nasional jika mampu dire- alisasikan lebih awal. Pasalnya, belanja modal terkait dengan pembangunan infrastruktur fisik yang menunjang kelan- caran distribusi barang dan memicu pergerakan ekonomi di daerah. Hal senada diungkap Menteri Koordinator Bidang Perekono- mian Hatta Rajasa. Menurut- nya, perbaikan pengelolaan anggaran terus dilakukan pe- merintah. Di samping penerbit- an Perpres 54/2010 dan perce- patan penyerapan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA), juga akan dilakukan evaluasi belanja kementerian/lembaga per triwulan. “Evaluasi per kuartal akan dilakukan tahun depan,” ungkapnya. Hatta juga mengatakan in- struksi presiden mengenai penghematan anggaran sudah selesai dibahas. Posisinya se- karang berada di Sekretaris Kabinet (Setkab). “Itu akan efektif mulai 2011, namun be- berapa K/L sudah melakukan penghematan sejak tahun ini,” tukasnya. Meski demikian, pesimisme masih dirasa di kalangan peme- rintah. Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak memperkirakan lambannya realisasi anggaran PU selama 2010 masih akan terjadi pada 2011. Perpres 54/2010 dinilai belum efektif untuk memperce- pat penyerapan anggaran. “Perpresnya baru diberlaku- kan, jadi masih harus penye- suaian di masa transisi ini,” ujarnya. Menteri PU Djoko Kirmanto menyatakan lambannya real- isasi penyerapan anggaran di kementeriannya disebabkan oleh adanya kebiasaan kontrak- tor menunda penagihan biaya proyek. Akibatnya, pencairan anggaran terjadi di akhir tahun. Sebagai perbandingan, realisasi anggaran PU pada Agustus 2010 hanya mencapai 32,88% dan pertengahan Desember mencapai 71,59%. Namun per 28 Desember 2010, kata Djoko, realisasi anggaran mencapai 94,98% dari pagu efektif 2010 sebesar Rp35,167 triliun, atau sekitar Rp33,402 triliun. (AW/ Mad/CS/E-5) Lima Proyek Tol akan Pakai Skema PPP Pemerintah Janjikan Pemerataan Distribusi Belanja Target Ekspor Impor Diturunkan MI/PANCA SYURKANI ANTARA/ERIC IRENG PENURUNAN PENGIRIMAN: Petugas memproses surat di Kantor Pos Jakarta Pusat, kemarin. Selama enam tahun terakhir pengiriman melalui pos mengalami penurunan yang sangat signifikan. Pengiriman surat biasa pada 2004 sebanyak 300 ribu surat turun drastis menjadi 20 ribu surat pada 2009, dan pengiriman paket biasa pada periode yang sama juga menurun, dari 300 ribu menjadi 20 ribu. PEMBANGUNAN TOL: Pekerja membuat rangka beton di proyek pembangunan ruas Tol Kertosono-Mojokerto, di Desa Karang Dagangan, Jombang, Jatim, Jumat (22/10). Armida Alisjahbana Menteri PPN/Kepala Bappenas MI/ROMMY PUJIANTO

Upload: buinhu

Post on 05-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ekonomi Nasional Menguji Konsistensi Program Rusunami · Bidang Perumahan Formal Pangihutan Marpaung seusai Refl eksi Akhir Tahun Kemen- ... dan proyeksi perekonomian 2011 di Jakarta,

18 | Ekonomi Nasional KAMIS, 30 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

PROGRAM pemba-ngunan 1.000 menara rumah susun seder-hana milik kembali me-

nawarkan janji. Menjelang tutup tahun 2010, Kementerian Peru-mahan Rakyat (Kemenpera) me-negaskan, program yang dalam dua tahun ini terpuruk karena tumpang tindih regulasi antara pusat dan daerah akan dipriori-taskan lagi tahun depan.

Janji itu diungkapkan Deputi Menteri Perumahan Rakyat Bidang Perumahan Formal Pangihutan Marpaung seusai Refl eksi Akhir Tahun Kemen-pera di Jakarta, Selasa (28/12). Kemenpera, ungkap dia, akan mempercepat pembangunan untuk mengejar target penyele-saian program itu pada 2014.

“Kami akan lakukan percepat-an melalui peraturan tata ruang dan zonasi untuk pembangunan rusun,” ujar Pangihutan.

Jika melongok lagi ke bela-

kang, sejak pencanangan oleh Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono pada 2007, program ini memang terus menemui kendala. Dari 1.000 menara yang ditargetkan, sampai akhir 2010 ini pemerintah baru me-nyelesaikan 117 menara.

Sejumlah rusunami yang dibangun di Jakarta bahkan sempat disegel pemerintah daerah karena dinilai tidak me-menuhi standar yang ada.

Padahal, kata Menpera Su-harso Monoarfa, penyediaan rumah, baik tapak maupun susun, bagi masyarakat ber-penghasilan rendah (MBR) bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga menjadi kewajiban pe-merintah provinsi maupun kabupaten/kota. Karena hanya pemerintah daerah yang tahu secara pasti total kebutuhan rumah di wilayahnya.

Kini ia mengaku tengah mencari terobosan bagaimana caranya agar peraturan yang ada bisa mengikat pemerintah

daerah untuk menyediakan kebutuhan itu bagi MBR di wilayahnya. “Salah satunya menurut saya bisa melalui RUU Rumah Susun yang akan dibahas tahun depan,” tukas Suharso.

PesimistisPada kesempatan berbeda,

Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Setyo Maharso menuding terkendalanya pem-bangunan rusunami, terutama di DKI Jakarta pada 2010, lebih disebabkan adanya perubahan kebijakan yang diterapkan Gu-bernur DKI Jakarta.

Itu terutama terlihat dari aturan yang memangkas koe-fisien lantai bangunan (KLB) dari skala enam (bangunan bisa lebih dari 12 lantai) menjadi maksimal empat (kurang dari 12 lantai).

Selain itu, tambahnya, Pem-prov memberikan sanksi berupa denda dan penyegelan proyek kepada pengembang yang tak mematuhi Pergub DKI Jakarta No 27/2009 tentang Percepatan Pembangunan Rusunami. “Kon-disi itu membuat pengembang harus menghitung ulang nilai kelayakan proyek,” kata Setyo.

Selama Pergub itu terus

diberlakukan, Setyo pesimistis kalangan pengembang akan mampu melanjutkan proyek rusunami bersubsidi pada 2011. Seperti halnya Menpera, Ma-harso menilai pemerintah pusat perlu membuat terobosan kebi-jakan untuk mengurai ketatnya perizinan dari Pemprov DKI.

Sementara itu, terkait tu-dingan rusunami banyak sa-lah sasaran, Pangihutan tidak menampiknya. Ia beralasan, rusunami terbuka untuk semua kalangan dengan sejumlah per-bedaan fasilitas.

“Kalangan menengah atas tidak akan mendapat insentif yang sama dengan MBR, se-perti bebas PPN (pajak per-tambahan nilai), menggunakan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan, dan harga per unit Rp144 juta.”

Selain itu, pengembang yang awalnya menjual unit rusu-nami ke MBR, tapi prakteknya malah menjual ke menengah atas akan mendapat sanksi berupa penarikan kembali keringanan retribusi sebesar 50% dan sertifi kat laik fungsi tidak diterbitkan. (E-2)

[email protected]

Pemerintah pusat perlu membuat terobosan kebijakan untuk mengurai ketatnya perizinan daerah.

Christina Sihite

Menguji KonsistensiProgram Rusunami

PEMERINTAH menargetkan pertumbuhan ekspor dan im-por pada 2011 lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun se-belumnya. Dasar pertimbang-annya meliputi dinamika per-ekonomian global, khususnya di negara-negara tujuan ekspor dan asal impor tradisional, yang diperkirakan masih tidak menentu di tahun depan.

Menteri Perencanaan Pem-bangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan secara keseluruhan pertumbuhan ekspor Indonesia tahun ini menembus angka 15% dan dinilai cukup baik di tengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu pada 2010.

Namun, pemerintah meng-aku sedikit khawatir mematok target yang besar pada 2011. “Target pada 2011, ekspor kita 8,2%. Memang lebih rendah, tapi tetap tumbuh signifi kan,” ungkap Armida saat memberi-kan refl eksi perekonomian 2010 dan proyeksi perekonomian 2011 di Jakarta, kemarin.

Ia menyebutkan perkem-

bangan perekonomian global tetap menjadi sorotan pemerin-tah sehingga diversifi kasi pasar global membuat target ekspor Indonesia sedikit menurun. Namun, pemerintah berjanji tetap meningkatkan kinerja ekspor pada level tertinggi me-lalui beberapa upaya, termasuk membidik negara-negara ber-kembang dengan laju pertum-buhan ekonomi yang relatif lebih cepat (emerging market).

“Kuncinya adalah perlahan-lahan mengalihkan pasar ekspor tradisional ke emerging country seperti China, India, Brasil, atau Afrika Selatan. Pasar domestik masih akan tumbuh kuat dan ini jadi peluang untuk terus dikem-bangkan,” ujar Armida.

Selain itu, peningkatan impor tahun ini cukup besar, yakni 17%, sementara pemerintah menargetkan pertumbuhan impor 2011 sebesar 9,5%.

Untuk komponen penunjang lainnya, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama dengan target pertumbuhan 5,2% pada 2011. (AW/M-3)

DARI sekitar 30 ruas jalan tol yang masuk daftar ren-cana pembangunan peme-rintah pada tahun anggaran 2011, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tengah menyiap-kan lima ruas untuk ditawar-kan dengan skema kerja sama pemerintah dengan swasta (KPS) atau public private part-nership (PPP).

Kelima ruas tol tersebut ada-lah Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi sepanjang 60 km, Pan-daan-Malang sepanjang 37,2 km dengan nilai investasi Rp2,5 triliun, Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) sepan-jang 58,5 kilometer, Pasirkoja-Soreang sepanjang 15 kilometer dengan investasi Rp1,02 triliun, dan Manado-Bitung sepanjang 46 kilometer dengan investasi Rp5,6 triliun.

Menteri PU Djoko Kirmanto mengatakan, sejak awal, pem-bangunan kelima ruas tol itu memang direncanakan di-lakukan melalui skema PPP. Rencana tersebut, kata dia, juga sudah dibahas dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Namun, berdasarkan hasil penelitian dan kajian Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT),

baru empat ruas yang sudah layak untuk ditenderkan ka-rena dinilai sudah memenuhi standar kelayakan ekonomi. Sementara satu ruas, yakni Manado-Bitung, masih harus dievaluasi kembali kelayakan ekonomi maupun finansial-nya.

“Kelima ruas ini memang menjadi program pemerintah dan kita rencanakan ditender-kan pada 2011 nanti. Tapi, sehebat apa pun kalau belum layak secara ekonomi, masih sulit terwujud dan diminati,” ujar Djoko saat memberikan penjelasan soal evaluasi ki-nerja Kementrian PU di Jakarta, kemarin.

Menurut Kepala BPJT Ahmad Gani Gazali, dari kelima ruas itu, ruas tol Medan-Kualanu-mu-Tebing Tinggi merupakan yang paling siap ditenderkan. Sementara tiga lainnya, yaitu Pandaan-Malang, Cisumdawu, dan Pasirkoja-Soreang, kini pelaksanaan skema kerja sa-manya tengah dipersiapkan lebih lanjut.

“Yang pasti untuk bisa di-tenderkan, setiap ruas jalan tol harus memenuhi 20% ke-layakan ekonomi, dan tingkat internal rate of return (tingkat

pengembalian investasi) harus di atas 16%,” jelas Gazali.

Bila kedua syarat tersebut terpenuhi, ruas tol tersebut sudah layak untuk ditawar-

kan ke investor. Tapi, kalau kelayakannya hanya ekonomi dan fi nansial, tambah dia, perlu ada dukungan pemerintah. (CS/E-2)

BADAN Perencanaan Pemba-ngunan Nasional (Bappenas) mengingatkan kementerian/lembaga (K/L) dan instansi agar memperbaiki pola belanja anggaran pada 2011. Pola be-lanja modal dan barang/jasa harus dioptimalkan sejak tri-wulan I-III setiap tahunnya.

“Ini tantangan kita agar per-tumbuhan ekonomi sampai tar-get 6,3%-6,4%. Jadi tidak hanya tinggi, tapi pola distribusinya harus merata,” tutur Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, belanja pe-merintah khususnya belanja modal memiliki efek berantai lebih tinggi terhadap perekono-mian nasional jika mampu dire-alisasikan lebih awal. Pasalnya, belanja modal terkait dengan pembangunan infrastruktur fisik yang menunjang kelan-caran distribusi barang dan memicu pergerakan ekonomi di daerah.

Hal senada diungkap Menteri Koordinator Bidang Perekono-mian Hatta Rajasa. Menurut-

nya, perbaikan pengelolaan anggaran terus dilakukan pe-merintah. Di samping penerbit-an Perpres 54/2010 dan perce-patan penyerapan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA), juga akan dilakukan evaluasi belanja kementerian/lembaga per triwulan. “Evaluasi per kuartal akan dilakukan tahun depan,” ungkapnya.

Hatta juga mengatakan in-struksi presiden mengenai penghematan anggaran sudah selesai dibahas. Posisinya se-karang berada di Sekretaris Kabinet (Setkab). “Itu akan efektif mulai 2011, namun be-berapa K/L sudah melakukan penghematan sejak tahun ini,” tukasnya.

Meski demikian, pesimisme masih dirasa di kalangan peme-rintah. Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak memperkirakan lambannya realisasi anggaran PU selama 2010 masih akan terjadi pada 2011. Perpres 54/2010 dinilai belum efektif untuk memperce-pat penyerapan anggaran.

“Perpresnya baru diberlaku-kan, jadi masih harus penye-suaian di masa transisi ini,” ujarnya.

Menteri PU Djoko Kirmanto menyatakan lambannya real-isasi penyerapan anggaran di kementeriannya disebabkan oleh adanya kebiasaan kontrak-tor menunda penagihan biaya proyek. Akibatnya, pencairan anggaran terjadi di akhir tahun. Sebagai perbandingan, realisasi anggaran PU pada Agustus 2010 hanya mencapai 32,88% dan pertengahan Desember mencapai 71,59%. Namun per 28 Desember 2010, kata Djoko, realisasi anggaran mencapai 94,98% dari pagu efektif 2010 sebesar Rp35,167 triliun, atau sekitar Rp33,402 triliun. (AW/Mad/CS/E-5)

Lima Proyek Tol akan Pakai Skema PPPPemerintah Janjikan Pemerataan Distribusi Belanja

Target Ekspor ImporDiturunkan

MI/PANCA SYURKANI

ANTARA/ERIC IRENG

PENURUNAN PENGIRIMAN: Petugas memproses surat di Kantor Pos Jakarta Pusat, kemarin. Selama enam tahun terakhir pengiriman melalui pos mengalami penurunan yang sangat signifikan. Pengiriman surat biasa pada 2004 sebanyak 300 ribu surat turun drastis menjadi 20 ribu surat pada 2009, dan pengiriman paket biasa pada periode yang sama juga menurun, dari 300 ribu menjadi 20 ribu.

PEMBANGUNAN TOL: Pekerja membuat rangka beton di proyek pembangunan ruas Tol Kertosono-Mojokerto, di Desa Karang Dagangan, Jombang, Jatim, Jumat (22/10).

Armida AlisjahbanaMenteri PPN/Kepala Bappenas

MI/ROMMY PUJIANTO