pembiayaan rusunami bagi mbr di kota bandung

13
Disusun Oleh : Ainun Dita Febriyanti 3609 100 019 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 Pembiayaan Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

Upload: ainun-dita-febriyanti

Post on 30-Jun-2015

256 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

Disusun Oleh :

Ainun Dita Febriyanti 3609 100 019

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2011

Pembiayaan Rumah Susun

Sederhana Milik (RUSUNAMI) bagi

Masyarakat Berpenghasilan

Rendah di Kota Bandung

Page 2: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

P e r e n c a n a a n K o t a | 1

Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pertambahan penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun selalu

diimbangi dengan kebutuhan akan rumah yang semakin besar. Di kota-kota besar,

adanya pertambahan penduduk ini dapat menimbulkan masalah kelangkaan lahan,

salah satunya adalah Bandung. Seperti yang kita ketahui, Kota Bandung merupakan

kota yang menarik berbagai macam pihak untuk melakukan banyak kegiatan, baik

untuk tempat usaha, bekerja, bahkan tempat tinggal. Berdasarkan Undang-Undang

No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa luas maksimal untuk

wilayah terbangun pada sebuah kota hanya sebesar enam puluh persen. Hal itu

termasuk fasilitas sosial dan ekonomi, seperti bandara, pelabuhan, industri,

pemerintahan, dan sebagainya. Dengan demikian, luas perumahan di Kota Bandung

tidak bisa lebih dari lima puluh persen, idealnya hanya empat puluh persen.

Komposisi tersebut sangat bergantung kepada fungsi khusus kota itu sendiri.

Semakin besar lahan untuk fungsi khusus kota, misalnya industri, semakin kecil luas

proporsi lahan untuk perumahan.

Pada tahun 2008, kebutuhan rumah di Kota Bandung mencapai 20.285 unit

dengan asumsi bahwa rumah tersebut adalah rumah layak huni dengan luas 4,7

(rata-rata besar KK di Bandung) x 9 meter persegi (standar luas/orang), kondisi

lantai, dinding, dan atap yang baik. Jika diasumsikan satu rumah memerlukan sekitar

enam puluh meter persegi, dibutuhkan 1.217.100 meter persegi (121 hektare) setiap

tahun. Angka tersebut bertambah menjadi sekitar 150 hektare jika ditambah dengan

fasilitasnya. Setara dengan tiga ratus lapangan sepak bola per tahun (Pikiran Rakyat,

2009).

Sampai sekarang Kota Bandung masih kekurangan rumah hingga sekitar

159.815 unit. Perhitungan ini didasarkan kepada asumsi satu unit rumah yang dihuni

rata-rata lima jiwa. Dengan penduduk mencapai 2.429.142 jiwa, Kota Bandung

membutuhkan sekitar 500.000 unit rumah. Sementara itu, berdasarkan data, jumlah

rumah yang tersedia kini baru 343.185 unit. Dengan kebutuhan sebanyak itu, sulit

sekali menyediakan lahan yang cukup untuk perumahan. Munculnya daerah

permukiman di pinggir kota menjadi salah satu indikasi semakin sempitnya lahan

permukiman di perkotaan.

Page 3: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

P e r e n c a n a a n K o t a | 2

Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

Berkaca dari kenyataan itu, pembangunan perumahan di Kota Bandung tidak

lagi dapat “menghambur-hamburkan” lahan. Pembangunan perumahan vertikal

dapat dijadikan sebagai alternatif untuk berhemat, salah satunya adalah

pembangunan rumah rusun (rusun) yang dibedakan menjadi 2 kategori yaitu Rumah

Susun Sederhana Milik (Rusunami) dan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).

Keberadaan rusunami ini akan mengurangi biaya, waktu, transportasi, energi,

bahkan dapat meminimalisasi tingkat pencemaran. Harapan ke depannya, dengan

adanya pembangunan rumah susun ini masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)

dapat menempati rumah yang layak huni.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan rusunami dan konsep apa saja yang digunakan

dalam pembangunan rusunami?

2. Bagaimana keterkaitan permasalahan pembiayaan rusunami dalam

pengembangan perkotaan di Bandung?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya adalah:

1. Memaparkan tentang pengertian rusunami dan konsep yang digunakan dalam

pembangunan rusunami.

2. Memaparkan pola keterkaitan permasalahan pembiayaan rusunami dengan

pengembangan Kota Bandung.

Page 4: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

P e r e n c a n a a n K o t a | 3

Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Rusunami dan Konsep Pembangunannya

Sesuai Pasal 1 KMK-155/KMK.03/2001 yang telah dirubah terakhir dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-31/PMK.03/2008, yang dimaksud dengan

Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) adalah bangunan bertingkat yang

dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang

dilengkapi dengan kamar mandi/WC dan dapur, baik bersatu dengan unit hunian

maupun terpisah dengan penggunaan komunal atau disebut juga dengan apartemen

bersubsidi. Rusunami dapat diperoleh melalui kredit kepemilikan rumah dengan

subsidi atau tanpa subsidi yang memenuhi ketentuan :

a. Luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 dan tidak melebihi 36 m2;

b. Harga jual untuk setiap hunian tidak melebihi Rp 144.000.000,00;

c. Diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai penghasilan tidak melebihi Rp

4.500.000,00 per bulan dan telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

d. Pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang

mengatur mengenai persyaratan teknis pembangunan rumah susun sederhana;

e. Merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat

tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak

dimiliki.

Program rusunami ini dialokasikan untuk masyarakat dengan penghasilan

menengah dan berpenghasilan tetap. Bagi mereka yang berhak, akan ada subsidi

uang muka dan subsidi bunga.

Dalam pembangunannya, rumah susun ini menggunakan konsep “seribu

tower” dimana di dalam konsep ini setiap tower rumah susun dibangun sebanyak 20

lantai dan berisi sekitar 600 unit rumah. Selain itu di setiap tower dilengkapi lift

sebanyak 4 buah serta tangga darurat. Dari segi ukuran, pemerintah menetapkan

untuk setiap menara rusun koefisien dasar bangunannya (KDB) 72% dan koefisien

lantai bangunannya (KLB) 5, dengan saleable area 85%. Dengan demikian setiap

menara dapat dibangun hingga 20 lantai, mencakup sekitar 600 unit rusun dengan

ukuran 21 - 36 m2/unit.

Program seribu tower merupakan salah satu kebijakan strategis pemerintah

yang dianggap tepat karena melihat pertumbuhan penduduk Indonesia yang cukup

Page 5: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

P e r e n c a n a a n K o t a | 4

Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

pesat pertambahannya setiap tahun. Semakin bertambah penduduk Indonesia,

semakin banyak pula lahan yang dibutuhkan untuk dijadikan lokasi permukiman atau

hunian. Berdasarkan data yang diperoleh disebutkan bahwa rata-rata pertumbuhan

penduduk Indonesia adalah 2,5 % per tahun. Menurut ahli demografi dapat

dipastikan sampai tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai dua kali

lipat dari jumlah sekarang. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan jangka

panjang kedepan untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan penduduk akan

permukiman atau hunian khususnya di wilayah perkotaan, yakni melalui konsep

pembangunan hunian vertikal melalui rusunami ini.

2.2 Keterkaitan Permasalahan Pembiayaan Rusunami dalam Pengembangan

Perkotaan di Bandung

2.2.1 Pembiayaan Terhadap Pembangunan Rusunami

Lahan perkotaan yang terbatas menyebabkan pemerintah kota

Bandung berusaha keras untuk memanfaatkan keefisiensian lahan dengan

cara meningkatkan intensitas penggunaan lahan tersebut. Adanya

kelangkaan lahan ini mengakibatkan harga lahan semakin naik. Untuk

mengefisiensikan lahan, upaya pembangunan hunian yang layak bagi MBR

salah satunya melalui pembangunan hunian vertikal berupa rusunami.

Pembangunan rumah layak huni seperti rusunami ini tidak semudah

membalikkan telapak tangan. Target pemerintah untuk membangun tujuh

rusun tiap tahunnya masih sulit dipenuhi. Dari belasan rencana pembangunan

rusun, tidak semuanya berjalan dengan mulus. Berbagai macam

permasalahan muncul, mulai dari masalah pemeliharaan aset, beban biaya

yang tinggi dalam pengurusan proses perijinan (ijin pemanfaatan ruang, ijin

lokasi, sertifikasi tanah, dan ijin mendirikan bangunan), beban pajak,

keterbatasan dukungan prasarana, sarana dan utilitas, serta masih tingginya

beban bunga pinjaman.

Kendala keterbatasan lahan serta anggaran pembangunan yang

terbatas, yakni sekitar dua persen dari total APBD menjadikan permasalahan

pembangunan rusunami oleh pemkot Bandung mengalami hambatan.

Pengalokasian dana yang dikeluarkan untuk bidang perumahan dan

permukiman oleh pemerintah kota ini sangat kecil. Selain itu, aksesibilitas

sumber pendanaan alternatif (bersifat partnership) yang menghubungkan

antara pemerintah, masyarakat dan swasta belum terbuka lebar.

Page 6: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

P e r e n c a n a a n K o t a | 5

Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

Koordinasi yang sinergis antara Menpera, PLN dan PDAM terkait

dengan penyediaan infrastruktur yang ada di rusunami sangat diperlukan

mengingat pengalokasian dana pada APBD untuk bantuan prasarana dan

sarana serta utilitas yang ada di rusunami kurang.

Faktor pembiayaan memiliki peranan penting dalam pembangunan

rusunami. Di tengah kondisi daya beli masyarakat yang masih rendah,

pemanfaatan sumber-sumber pembiayaan seharusnya dapat menjadi solusi.

Di sisi lain, kesenjangan antara sumber dana yang sebagian besar berasal

dari dana tabungan berjangka pendek dengan kebutuhan penyaluran kredit

yang bersifat jangka panjang menyebabkan dana yang disalurkan berbiaya

tinggi karena risiko yang dihadapi cukup besar. Hal ini terjadi akibat belum

berkembangnya pasar pembiayaan primer dan sekunder yang berfokus pada

pembiayaan perumahan seperti pendirian bank fokus perumahan yang belum

kunjung terealisasi. Dengan sasaran kalangan menengah ke bawah untuk

mendapatkan unit rusunami, calon pembeli seharusnya tidak lagi menemukan

kesulitan karena ada fasilitas KPR rusunami. Calon pembeli bisa mengajukan

KPR rusunami ke bank yang menyediakan fasilitas pembiayaan untuk

rusunami.

Di dalam Keppres No. 22 tahun 2006 disebutkan bahwa Bank

Tabungan Negara (BTN) sebagai tim anggota percepatan pembangunan

perumahan di kawasan kota. Sedangkan untuk penyaluran KPR semua bank

diperbolehkan, tidak hanya BTN saja. Bahkan, bank-bank lain seperti Bank

Pembangunan Daerah (BPD), Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Baitul

Maalwa Tamwil (BMT) dapat menyalurkan KPR rusunami asalkan bank-bank

tersebut sudah memiliki Kesepakatan Bersama (MOU) dengan Kemenpera.

Yang perlu diperhatikan calon pembeli rusunami adalah apakah fasilitas KPR

yang ditawarkan termasuk KPR bersubsidi atau non subsidi (komersial). KPR

bersubsidi adalah KPR yang diberikan kepada calon konsumen yang

subsidinya ditanggung oleh pemerintah. Suku bunga KPR ini ditetapkan oleh

pemerintah dan bank yang bekerja sama dengan Kemenpera. Sementara

untuk KPR rusunami yang komersial, suku bunganya ditetapkan oleh bank

sesuai dengan kemampuan bank dan kondisi pasar.

Walaupun banyak bank menyatakan kesediaannya menyalurkan KPR

rusunami, tetapi tampaknya hanya bank-bank nasional yang memiliki aset

besar untuk terjun membiayai KPR rusunami. Beberapa bank yang kategori

Page 7: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

P e r e n c a n a a n K o t a | 6

Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

menengah ke bawah sepertinya belum siap masuk ke KPR rusunami.

Umumnya mereka beralasan belum fokus untuk membiayai KPR rusunami.

Salah satu bank yang menyatakan kesanggupannya menyalurkan KPR

rusunami adalah BNI.

2.2.2 Daya Beli Masyarakat Berpenghasilan Rendah Terhadap Rusunami di Kota

Bandung

Untuk mendukung program rusunami ini, pemerintah telah

menerbitkan beberapa Peraturan Menteri Perumahan Rakyat (Permenpera)

terkait dengan pemberian fasilitas bantuan pembiayaan pemilikan Rusun

Bersubsidi. Meskipun berbagai fasilitas bantuan pembiayaan tersebut telah

diberikan, namun ternyata sebagian besar Masyarakat Berpenghasilan

Rendah (MBR) tetap saja masih sulit untuk memiliki Rusun Bersubsidi.

Besarnya harga beli di rumah susun sederhana milik (rusunami) bagi

masyarakat berpenghasilan rendah dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi

pada tahap pembangunannya. Disamping biaya produksi terdapat juga biaya

operasional dan pemeliharaan (operasional and maintainance cost) di

rusunami.

Guna mendobrak daya beli MBR terhadap properti hunian, pemerintah

pun kerap memberikan kemudahan serta bantuan bagi masyarakat

berpenghasilan rendah agar dapat memiliki tempat tinggal ataupun hunian

yang layak, salah satunya adalah dengan memberikan KPR bersubsidi.

Langkah ini dianggap efektif untuk mengenjot daya beli masyarakat

terhadap rumah atau hunian. Namun dalam praktiknya, penyaluran KPR

bersubsidi kerap kali tersendat sehingga target penyerapan hunian pun

kerap melenceng jauh. Padahal seperti yang kita ketahui, masyarakat

semakin banyak yang butuh akan tempat tinggal yang layak huni.

Mengenai kredit rusunami bersubsidi yang masih terhenti, pemerintah

memasang target penyaluran rumah subsidi pada tahun 2010 sebanyak

150.000 rumah susun sederhana dan 30.000 rusunami.

Namun sejak awal tahun 2010, pihak perbankan menghentikan penyaluran

kredit rusunami bersubsidi karena menunggu pemberlakuan pola fasilitas

likuiditas. Pemerintah pun dianggap tidak konsisten untuk menerapkan

fasilitas likuiditas yang menjadi skema subsidi KPR rumah susun bagi

masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Karena tersendatnya program

Page 8: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

P e r e n c a n a a n K o t a | 7

Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

fasilitas likuiditas ini, menyebabkan developer dan masyarakat menjadi ragu

untuk menjual atau membeli rusunami ini. Tidak dapat dihindari bahwa

harga jual rusun menjadi semakin tidak terjangkau oleh MBR, karena harga

jual per meter perseginya meningkat tajam berkisar 40% s/d 50%, karena

keringanan/subsidi rusunami dalam hal denda KLB serta pajak-pajak dicabut

sehingga membuat harga jual menjadi mahal dan makin tidak terjangkau

serta menurunkan daya beli masyarakat.

Program rusunami pada realitasnya tidak tepat sasaran, karena bukan

dibeli oleh MBR yang memang berhak untuk memilikinya. Meskipun

demikian, kondisi ini juga tidak dapat disalahkan, mengingat daya beli

rusunami oleh MBR sangat rendah, karena harganya yang kian tidak

terjangkau.

Kenyataannya, di lapangan ribuan unit rumah susun (rusun) di

Bandung hingga kini masih kosong. Rusun yang sedianya dibangun bagi

warga kurang mampu itu mubazir karena tidak ditempati dan sekitar 4.000

lebih unit rusun yang sudah dibangun tahun 2009 hingga kini belum terisi.

Dua hal yang menyebabkan rusun belum terisi hingga kini, Pertama,

sebagian besar rusun yang dibangun pemerintah pusat belum diserahkan

pada pemda. Pemda belum dapat berbuat apa-apa karena belum diserahkan

pemerintah pusat, padahal jumlahnya cukup banyak, sekitar 2.600 unit yang

dibangun oleh pemerintah pusat. Kedua, belum tersedianya fasilitas air dan

listrik karena warga yang berminat menempati rusun suatu lokasi belum

mencapai 100 orang. Kalau peminat rusun di suatu lokasi sudah mencapai

100 orang atau lebih, Pemda baru akan menyediakan air PAM dan listrik.

Pemerintah akan berupaya secepatnya menyediakan fasilitas-fasilitas yang

diperlukan bila jumlah peminat rusun sudah sesuai dengan rencana, yakni

satu lokasi sebanyak lebih dari 100 orang.

Sama halnya dengan kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta dan

Surabaya, pembangunan rusunami di Kota Bandung pada dasarnya

membutuhkan biaya produksi yang besar sehingga harga belinya juga

mahal. Pada kenyataannya harga beli yang ditetapkan saat ini untuk

rusunami di Kota Bandung lebih rendah apabila dibandingkan dengan harga

yang berlaku menurut mekanisme pasar. Tetapi kemampuan daya beli dari

golongan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) pada dasarnya belum

diketahui secara jelas apabila harga beli di rumah susun sederhana milik

Page 9: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

P e r e n c a n a a n K o t a | 8

Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

tersebut diterapkan menurut mekanisme pasar. Di sisi lain, dengan

memberlakukan harga beli yang ditetapkan saat ini juga belum diketahui

keefektifan program pembangunan rumah susun dalam mendapatkan target

penghuni dari golongan MBR.

Rusunami yang dijadikan program pemerintah ini sebenarnya

ditujukan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Tetapi

pembangunan rusunami ini sejak awal sulit sekali untuk bisa dijangkau oleh

masyarakat berpenghasilan rendah. Pemerintah melalui Peraturan Menpera

No. 7 Tahun 2007 tentang subsidi telah mematok gaji yang berhak

mendapat subsidi adalah masyarakat yang memiliki gaji maksimal Rp 4,5

juta dan minimal Rp 1,5 juta. Untuk masyarakat yang memiliki gaji Rp 1,5

juta diberikan kemudahan untuk membeli unit rusunami dengan harga Rp 75

juta, sedangkan yang memiliki gaji Rp 4,5 juta dapat membeli rusunami

dengan harga Rp 144 juta.

Kementerian Negara Perumahan Rakyat (Kemenpera) membuat

kebijakan sewa beli yang ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah

yang akan membeli rumah susun sederhana milik (Rusunami) karena dirasa

pola ini dapat memfasilitasi masyarakat yang mengalami kesulitan

memenuhi kecukupan uang muka. Kebijakan ini setidaknya dapat

mendukung program pemerintah menyediakan Rusunami bagi masyarakat

perkotaan. Melalui pola ini masyarakat yang akan membeli Rusunami akan

mendapat fasilitas menyewa terlebih dahulu untuk Rusunami yang diminati,

sementara pemerintah menalangi dengan menggunakan dana Badan

Layanan Umum (BLU).

Masyarakat yang akan membeli khususnya MBR diberi keleluasaan

untuk menyewa sampai batas waktu yang ditentukan. Setelah itu dilanjutkan

melalui fasilitas Kredit Pemilikan Rusun. Sebelumnya terkait dengan

kepemilikan Rusunami tersebut Kemenpera telah menerbitkan Permen No. 7

tahun 2007 mengenai pemberian subsidi kepada masyarakat yang akan

membeli Rusunami. Melalui kebijakan tersebut masyarakat dimungkinkan

mendapatkan fasilitas subsidi uang muka dan selisih bunga sekaligus.

Besaran uang muka yang diberikan berkisar Rp 5 juta sampai Rp 7 juta

tergantung golongan penghasilannya. Sedangkan untuk subsidi selisih bunga

besarannya antara 10% sampai 12,5% dengan jangka waktu pemberian

subsidi 4 sampai 8 tahun. Kemenpera dalam tahun anggaran 2008

Page 10: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

P e r e n c a n a a n K o t a | 9

Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

mengalokasikan anggaran subsidi Rp. 800 miliar yang merupakan subsidi

untuk rumah sederhana bertingkat (Rusunami) maupun tidak bertingkat

(rumah sederhana sehat).

Page 11: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

P e r e n c a n a a n K o t a | 10

Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas yaitu:

a. Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) merupakan bangunan bertingkat yang

dibangun dalam satu lingkungan tempat hunian yang memiliki wc dan dapur,

baik menyatu dengan unit meupun bersifat publik atau disebut juga apartemen

bersubsidi, dimana untuk memperolehnya melalui kredit kepemilikan rumah

dengan subsidi atau tanpa subsidi.

b. Program pembangunan rusunami yang dicanangkan oleh pemerintah ditujukan

bagi daerah-daerah di Indonesia yang memiliki tingkat kepadatan yang dianggap

cukup tinggi.

c. Rusunami diperuntukan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yaitu

adalah mereka yang memiliki gaji maksimal Rp 4,5 juta dan minimal Rp 1,5 juta.

d. Dalam pelaksanaannya, progam pembangunan rusunami ini memiliki beberapa

kendala diantaranya kelembagaan, kebijakan, dan pembiayaan.

3.2 Lesson Learned

Melalui penulisan makalah ini, saya dapat mengetahui tentang masalah aktual

yang sedang terjadi khususnya di kota-kota yang ada di Indonesia, salah satunya

adalah kota Bandung. Seperti yang kita ketahui, dewasa ini permasalahan yang

terjadi di kota-kota besar menjadi semakin kompleks. Mulai dari masalah kemiskinan,

kekurangan lahan pangan bahkan kekurangan lahan untuk hunian. Masyarakat

Berpenghasilan Rendah (MBR) pada khususnya semakin memiliki kesempatan yang

sempit untuk memiliki tempat tinggal yang layak huni mengingat harga tanah

sekarang semakin melonjak.

Adanya progam pembangunan rusunami ini setidaknya dapat membantu MBR

dalam memiliki tempat tinggal. Namun kenyataannya, proses kepemilikan tersebut

mengalami kendala. Dalam masalah pembiayaan rusunami, diantaranya peran

pemerintah sangat besar. Kebijakan pemerintah yang kondusif sangat diperlukan

untuk mendorong partisipasi semua pemangku kepentingan dan meningkatkan daya

beli Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Dukungan terhadap kemudahan

perijinan, penyediaan prasarana dan sarana dasar, utilitas, serta proses pengadaan

Page 12: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

P e r e n c a n a a n K o t a | 11

Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

lahan untuk perumahan bagi MBR yang efisien sangat diperlukan. Pemerintah sendiri

juga harus kembali pada prioritas peruntukan rusunami bersubsidi, yaitu masyarakat

berpenghasilan menengah ke bawah.

Pembangunan rusunami diharapkan dapat diselenggarakan secara

berkelanjutan dan tepat sasaran. Adanya koordinasi yang sinergis antara pemerintah

dan pihak terkait yang menangani pembangunan perumahan sangat diperlukan.

Page 13: Pembiayaan RUSUNAMI bagi MBR di Kota Bandung

P e r e n c a n a a n K o t a | 12

Pembiayaan Rusunami Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Bandung

DAFTAR PUSTAKA

Widyanti, Nuniek S. 2011. Pembiayaan Pembangunan Rumah Susun (Program Seribu

Tower). Diunduh dari http://tulismenulisniek.blogspot.com/ pada tanggal 18 Februari 2011.

______________. 2009. Perlakuan Perpajakan atas Rumah Susun Sederhana dan Rumah

Susun Sederhana Milik. Diunduh dari http://pelayanan-pajak.blogspot.com/ pada tanggal 18

Februari 2011.

______________. 2009. KPR RUSUNAMI : Kuncinya Sokongan Bank. Diunduh dari

http://www.rumah123.com/ pada tanggal 20 Februari 2011.

______________. 2009. 20 Rusunami Akan Dibangun di Bandung. Diunduh dari

http://bandungbaratonline.blogspot.com/ pada tanggal 18 Februari 2011.

______________. 2007. Pemerintah Segera Terbitkan Kebijakan Sewa Beli Rusunami.

Diunduh http://www.kemenpera.go.id/ pada tanggal 18 Februari 2011.

______________. 2009. Permukiman Vertikal Maksud Hati untuk Si Miskin. Diunduh dari

http://klipingut.wordpress.com/ pada tanggal 19 Februari 2011.