i. pendahuluan n - repository.ipb.ac.id i... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ......

12
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Di negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, dengan tingkat kesejahteraan masih rendah, pembangunan menjadi sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan yang dilakukan selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan, apabila pembangunan yang dilakukan tidak direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Pembangunan yang baik adalah pembangunan berwawasan lingkungan, yaitu dengan memperhatikan mempertimbangkan aspek lingkungan sejak perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, sampai pembongkarannya (demolish). Adanya pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan, dapat dikatakan bahwa pembangunan tersebut sudah merupakan bagian dari pembangunan yang berkelanjutan. Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup (PPLH) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam proses pembagunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Adapun pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) haruslah memiliki konsep dalam melaksanakan kegiatan pembagunannya, yaitu : (a) Konsep pembangunan, (b) Konsep lingkungan, (c) Konsep sosial budaya. Kegiatan pPembangunan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan manusia. Pertambahan populasi penduduk menyebabkan peningkatan kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik dari segi kuantitas maupun dari sisi kualitas, sehingga faktor pertambahan penduduk ini mempengaruhi perubahan yang besar dalam lingkungan hidup (Soemarwoto, 2001). Agar berperan aktif dalam pembangunan, maka sSumberdaya tidak hanya harus berperan aktif dan tidak hanya dikelola secara berkelanjutan (sustainable management), tetapi perlu

Upload: vominh

Post on 18-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I. PENDAHULUAN N - repository.ipb.ac.id I... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ... Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. ... Rusunami yang akan dibangun pengembang

I. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai Di negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia,

dengan tingkat kesejahteraan masih rendah, pembangunan menjadi sangat penting

dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan yang

dilakukan selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif

terhadap kerusakan lingkungan, apabila pembangunan yang dilakukan tidak

direncanakan dan dilaksanakan dengan baik.

Pembangunan yang baik adalah pembangunan berwawasan lingkungan,

yaitu dengan memperhatikan mempertimbangkan aspek lingkungan sejak

perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, sampai pembongkarannya (demolish).

Adanya pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan, dapat dikatakan

bahwa pembangunan tersebut sudah merupakan bagian dari pembangunan yang

berkelanjutan.

Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan

Perlindungan Lingkungan Hidup (PPLH) menyatakan bahwa pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan

terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam

proses pembagunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup

generasi masa kini dan generasi masa depan. Adapun pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable development) haruslah memiliki konsep dalam

melaksanakan kegiatan pembagunannya, yaitu : (a) Konsep pembangunan, (b)

Konsep lingkungan, (c) Konsep sosial budaya.

Kegiatan pPembangunan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya

bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan manusia. Pertambahan populasi

penduduk menyebabkan peningkatan kebutuhan manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, baik dari segi kuantitas maupun dari sisi kualitas, sehingga

faktor pertambahan penduduk ini mempengaruhi perubahan yang besar

dalam lingkungan hidup (Soemarwoto, 2001). Agar berperan aktif dalam

pembangunan, maka sSumberdaya tidak hanya harus berperan aktif dan tidak

hanya dikelola secara berkelanjutan (sustainable management), tetapi perlu

Page 2: I. PENDAHULUAN N - repository.ipb.ac.id I... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ... Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. ... Rusunami yang akan dibangun pengembang

2

dikelola menuju pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Pembangunan yang berkelanjutan tersebut memerlukan keseimbangan antara

ekonomi, sosial dan ekologi. Ketiga aspek tersebut harus dapat diwujudkan

melalui trade off yang dapat diterima dan disepakati para pihak (Rossi, 2004).

Pertambahan penduduk perkotaan di Indonesia sangat pesat. Pada 1980

jumlah penduduk perkotaan baru mencapai 32,8 juta jiwa atau 22,3 persen dari

total penduduk nasional. Pada tahun 1990 angka tersebut meningkat menjadi 55,4

juta jiwa atau 30,9 persen, dan menjadi 90 juta jiwa atau 44 persen pada tahun

2002. Angka tersebut diperkirakan akan mencapai 150 juta atau 60 persen dari

total penduduk nasional pada tahun 2015 (BPS, 20033).

Salah satu implikasi tingginya kKepadatan penduduk perkotaan tersebut

berimplikasi padaadalah mepeningkatanya kebutuhan perumahan, yang

merupakan masalah utama kota-kota besar di Indonesia. Hal tersebut ditandai

dengan adanya hubungan kuat antara penyebaran pengembangan perumahan

dengan ketersediaan lahan, harga tanah, dan aksesibilitas. Bahkan karena

keterbatasan lahan, maka kualitas lingkungan dan perumahan masuk pada

kategori tidak layak jika ditinjau dari segi kesehatan.

Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup manusianya,

pemerintah telah melakukan peremajaan kota sebagai upaya penataan kembali

bagian kawasan kota dengan cara mengganti sebagian, atau seluruh dari unsur-

unsur lama dengan yang lebih baru. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan

vitalitas serta kualitas lingkungan baik secara fisik, fungsional, maupun visual.

Adanya peningkatan vitalitas dan kualitas lingkungan, diharapkan dapat

memberikan kontribusi yang lebih baik bagi kehidupan kota secara keseluruhan.

Adapun salah satu cara untuk meningkatkan vitalitas dan kualitas lingkungan

tersebut dengan cara melakukan pembangunan rumah susun, . Bbaik dalam

bentuk rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) ataupun rumah susun sederhana

milik (Rusunami).

Pembangunan rumah susun sebagai kebijakan pembangunan perumahan

telah lama dilaksanakan. Rumah susun yang pertama dibangun pada tahun 1950-

an adalah berupa flat perumahan instansi pemerintah di Jalan Iskandarsyah,

Jakarta Selatan, diperuntukkan bagi perumahan PNS Departemen Luar Negeri.

Page 3: I. PENDAHULUAN N - repository.ipb.ac.id I... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ... Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. ... Rusunami yang akan dibangun pengembang

3

Namun saat ini rumah susun tersebut telah beralih fungsi menjadi kawasan bisnis

Pasar Raya. Selain itu juga terdapat rumah susun Flat PTIK di Jl. Tirtayasa, yang

hingga saat ini kondisinya masih terawat dengan baik. Rumah susun lainnya

adalah Rumah Susun Kebon Kacang yang merupakan pembangunan rumah susun

(public housing) untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Rusunawa

seperti tersebut di atas juga telah dibangun di Tanah Abang, Penjaringan,

Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. Menurut para stakeholders,

dengan membangun rumah susun di daerah perkotaan, maka kota dapat ditata

dengan rapi, efisien, dan kota bercitrakan modern.

Hingga saat ini telah dilakukan berbagai penelitian yang mencoba mencari

hubungan pengembangan perumahan dengan aspek keberlanjutan, baik ditinjau

dari fisik lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Elder dan Zumpano (1991) telah

melakukan penelitian kepemilikan lahan, permintaan perumahan dan lokasi

perumahan. Penelitian ini mendapatkan hasilHasil penelitian tersebut menyatakan

bahwa salah satu aspek yang menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan

rumah adalah jarak lokasi perumahan ke tempat kerja. Hal tersebut menjadi

pertimbangan pemilihan rumah oleh kepala keluarga yang menggunakan sarana

angkutan umum.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Almeida (1998) yang meneliti model tata

guna lahan perkotaan berkelanjutan. Hasil pemodelan ini menunjukkan bahwa

dinamika tata guna lahan memberikan estimasi pada perkembangan perkotaan

berkelanjutan. Tamin (2001) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa

belum ada pemodelan yang menjelaskan penentuan lokasi perumahan

berkelanjutan secara komprehensif.

Sheiner dan Kaster (2002) melakukan penelitian tentang gaya hidup, pilihan

lokasi perumahan dan mobilitas sehari-hari. Hasil penelitian tersebut, hasilnya

menunjukkan bahwa pilihan lokasi perumahan dan mobilitas sehari-hari adalah

hal yang saling terkaitberhubungan. Ionnides dan Rossi-Housberg (2004) meneliti

struktur dan pertumbuhan kota, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pola

konsentrasi kegiatan ekonomi dan evolusinya merupakan determinan

pertumbuhan ekonomi nasional. Evaluasi distribusi kota memiliki hubungan erat

dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

Page 4: I. PENDAHULUAN N - repository.ipb.ac.id I... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ... Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. ... Rusunami yang akan dibangun pengembang

4

Freeman (2004) meneliti tentang trend lokasi perumahan, hasil

penelitiannya menunjukkanhasil penelitiannya menunjukkan bahwa kedekatan

dengan lokasi perumahan pemerintah dapat meningkatkan keterjangkauan daya

beli rumah murah. Winarso (2004) meneliti tentang kebijakan pertanahan untuk

pengembangan lahan perumahan di Indonesia. Hasil, hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kebijakan lahan perkotaan termasuk faktor eksogen, yang

akan yang akan mempengaruhi keputusan para pengembang dalam memilih lokasi

perumahan.

Dilain pihak pDi lain pihak pembangunan perumahan khususnya rusunawa

tentunya membutuhkan banyak sumberdaya alam sebagai bahan baku

konstruksinya, seperti: pasir, batu, semen, besi, kayu, dll. Keberadaan bahan-

bahan bangunan tersebut sangat terbatas secara kuantitas di alam. Pemanfaatan

sumberdaya alam yang tidak memperhatikan aspek keberlanjutan, saat ini sudah

dalam tahap memprihatinkan. Kegagalan pengelolaah hutan produksi secara

lestari, telah menyebabkan banjir, longsor, erosi sampai berkurangnya penyerapan

CO2 yang berpengaruh pada perubahan iklim global.

Hutan Indonesia mencapai 63% dari luas daratan dan menjadi bagian

penting dari paru-paru kehidupan dunia, sehingga kelestarian hutan Indonesia

tidak hanya menjadi kepentingan Bangsa Indonesia tetapi juga menjadi

kepentingan bangsa-bangsa di seluruh dunia (Poernama, 2006). Akan tetapi di

Indonesia sampai sekarang terus terjadi deforestrasi dan degradasi hutan yang

menyebabkan penurunanpenurunan penutupan vegetasi hutan. Berdasarkan data

dan hasil analisis Departemen Kehutanan, pada periode 1985/1997 laju deforestasi

dan degradasi di Indonesia mencapai 1,8 juta hektar per tahun. Pada periode 1997-

2000 terjadi peningkatan laju deforestasi yang cukup signifikan yaitu mencapai

rata-rata sebesar 2,8 juta hektar dan menurun kembali pada periode 2005-2010

menjadi sebesar 1,08 juta hektar. Demikian juga penggalian pasir dan batu yang

tidak memperhatikan aspek keberlanjutan telah menyebabkan bahaya banjir dan

longsor yang menelan korban jiwa.

Kondisi tersebut di atas mendorong perlunya Demikian juga penggalian

pasir dan batu yang tidak memperhatikan aspek keberlanjutan telah menyebabkan

bahaya banjir dan longsor serta menelan korban jiwa.

Page 5: I. PENDAHULUAN N - repository.ipb.ac.id I... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ... Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. ... Rusunami yang akan dibangun pengembang

5

penelitian tentang sistem pembangunan rusunawa yang ramah lingkungan,

yang dalam pelaksanaan pembangunannya secara fisik, memanfaatkan

sumberdaya alam seminimal mungkin. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu

disusun suatu model pengembangan rusunawa yang ramah lingkungan dengan

mengoptimalkan pelaksanaan konstruksi. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi dan solusi yang ideal untuk mengefisiensikan pelaksanaan

pembangunan rusunawa, sehingga mewujudkan pengembangan Rusunawa yang

memperhatikan kelestarian lingkungan (environmental sustainability).

1.2 Perumusan Masalah

Tingginya pertumbuhan penduduk di perkotaan dan sangat terbatasnya

lahan mengakibatkan kondisi pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman

di perkotaan masih belum terealisir sepenuhnya. Bahkan kondisi ini terjadi hampir

di seluruh pelosok Indonesia, karena pertambahan penduduk setiap tahunnya

relatif tidak diimbangi dengan ketersediaan perumahan dan permukiman. Selain

itu, permasalahan yang menyebabkan belum terpenuhinya kebutuhan perumahan

adalah akibat kemampuan ekonomi masyarakat yang terbatas. Sebagai

perbandingan, persentase alokasi dana APBN dalam memfasilitasi pembangunan

perumahan di Indonesia, dibanding dengan negara-negara lain adalah

sebagaimana disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan persentase APBN dalam memfasilitasi pembangunan

perumahan, (Menpera, 2009)

Kondisi tersebut menyebabkan masalah kekurangan rumah (backlog) di

Indonesia masih terus meningkat. Sensus perumahan yang dilaksanakan BPS

Tahun 200710 menunjukkan angka backlog sebesar 8,5 juta dan perlunya

(%)

Page 6: I. PENDAHULUAN N - repository.ipb.ac.id I... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ... Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. ... Rusunami yang akan dibangun pengembang

6

rekonstruksi rumah akibat bencana alam sebesar 118 ribu unit, adanya rumah

tidak layak huni 13 juta unit, permukiman kumuh pada 54 ribu hektar di 10 ribu

lokasi dan pertambahan kebutuhan rumah 800.000 unit/tahun.

Pada uUmumnya pembangunan perumahan untuk golongan menengah ke

atas lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pembangunan rumah sederhana

untuk kelompok menengah ke bawah. Padahal, dilihat dari statistik dan komposisi

penduduk, jumlah penduduk yang masuk kategori menengah ke bawah jauh lebih

banyak dibanding kelas menengah atas. Sementara itu, pembangunan perumahan

sederhana maupun Rusunawa dapat dikatakan belum menunjukkan pertumbuhan

berarti. Perumahan untuk masyarakat menengah ke bawah dan masyarakat

berpenghasilan rendah (MBR), bahkan hampir tidak ada yang dikembangkan oleh

pengembang. Menurut Suwito S. (2004), hantaman kKrisis ekonomi yang

membuat harga bahan bangunan menjulang semakin memperpuruk kondisi rakyat

kecil terhadap kebutuhan papan.

Pada tahun 2006 pemerintah mencanangkan program pembangunan 1.000

menara rumah susun sederhana (Rusuna), baik itu Rusunawa (sewa) yang akan

dikembangkan oleh pemerintah maupun Rusunami (milik) yang akan

dikembangkan oleh swasta. Target ini diharapkan dapat dicapai pada tahun 2011,

dengan melibatkan stakeholders, namun realisasi pembangunan Rusuna sampai

saat ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah menara Rusuna yang telah dibangun lima tahun terakhir. (Menpera, 2011)

Tahun Rusunawa Rusunami Total 2005 50 - 50 2006 67 - 67 2007 86 - 86 2008 98 7 105 2009 55 94 149 2010 2011

49 143

49 143

Melihat lambatnya perkembangan pembangunan Rusunami oleh

pengembang swasta, maka pemerintah merencanakan pembangunan 650 menara

Rusunawa selama lima tahun, sebagaimana rencana pada Tabel 2.

Tabel 2. Rencana pembangunan Rusunawa, (Bappenas, RPJMN 2010-2014)

Tahun Rusunawa (menara)

Page 7: I. PENDAHULUAN N - repository.ipb.ac.id I... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ... Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. ... Rusunami yang akan dibangun pengembang

7

2010 170

2011 170

2012 170

2013 70

2014 70

Kalau dilihat dari rencana masa pelaksanaan pembangunan Rusuna, baik

Rusunami yang akan dibangun pengembang maupun Rusunawa yang akan

dibangun pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian

Pekerjaan Umum, akan ada pembangunan 200 menara setiap tahun. Hal ini akan

menyebabkan penggunaan sumber daya alam untuk bahan bangunan secara besar-

besaran, khususnya penggunaan kayu, pasir, batu, semen sampai besi. Bahan-

bahan bangunan tersebut tentunya akan diambil langsung dari alam, yang

dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan lingkungan.

Pada saat pelaksanaan konstruksi, kayu dimanfaatkan sebagai bahan

bangunan utama berupa kusen, rangka atap, daun pintu dan jendela, maupun

untuk bahan bangunan pendukung konstruksi berupa bekesting dan perancah.

Biasanya kayu diambil langsung dari hutan, dengan menebang pepohonan yang

berfungsi sebagai penyedia O2, penyerap CO2, pencegah erosi dan banjir.

Demikian juga dengan bahan bangunan lain seperti pasir dan batu, yang biasanya

langsung diambil dari sungai atau pegunungan, yang berfungsi sebagai penahan

tanah longsor dan banjir.

Dalam penyediaan bahan bangunan yang diambil dari alam, kemudian

diolah sampai menjadi bahan siap pakai untuk dipasang dan dirakit sebagai bagian

konstruksi, memerlukan banyak energi. Baik itu energi yang dihasilkan oleh

bahan bakar yang dapat diperbaharui seperti: nabati, air, angin, sinar matahari,

maupun dari bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui seperti dari fosil-fosil.

Sebagaimana diketahui, sampai saat ini bahwa mayoritas energi yang dipakai

adalah dari bahan bakar fosil, yang dalam penggunaannya mengeluarkan emisi

CO2 sebagai salah satu gas rumah kaca.

Melihat kondisi tersebut di atas, bahwa penggunaan kayu dalam

pembangunan fisik Rusunawa dapat mengurangi persediaan O2 dan mengurangi

pula penyerapan CO2 oleh tanaman kayu tersebut. Kondisi yang sama juga terjadi

Page 8: I. PENDAHULUAN N - repository.ipb.ac.id I... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ... Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. ... Rusunami yang akan dibangun pengembang

8

pada pemanfaatan sumber daya alam berupa pasir, batu dan semen yang dapat

mengurangi daya dukung lingkungan, ditambah kebutuhan energi untuk membuat

bahan bangunan agar siap pakai. Oleh karena itu dirasa perlu melakukan

penelitian terhadap cara-cara pelaksanaan konstruksi yang ramah lingkungan

dengan mengurangi penggunaan sumber-sumber daya alam yang berdampak

negatif terhadap lingkungan.

Adanya pPembangunan rusunawa ini tentu saja tidak serta merta

menyelesaikan permasalahan pemenuhan kebutuhan akan rumah, karena dalam

pelaksanaan pembangunannya harus mempertimbangkan kesiapan dan daya

dukung lingkungan. Oleh karena itu beberapa fokus permasalahan yang dapat

diformulasikan, untuk dicarikan jawabannya adalah:

1. Bahan bangunan apa saja yang termasuk katagori ramah lingkungan, baik

dari segi kebutuhan energi pembuatannya, pemasangannya, sampai

pengelolaannya, hingga perkiraan dampak lingkungan yang akan

ditimbulkannya ?

2. Jenis pelaksanaan konstruksi seperti apa yang dapat dipilih, agar

seminimal mungkin menggunakan bahan-bahan bangunan dari sumber

daya alam, yang berdampak pada ketahanan lingkungan ?

3. Bagaimana kesediaan stakeholders dalam mengembangkan Rusunawa

dengan metoda pelaksanaan dan penggunaan bahan bangunan yang ramah

lingkungan (green building) ?

4. Apa saja kendala yang dihadapi selama ini dalam mengembangkan

Rusunawa melalui optimasi pelaksanaan konstruksi

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah membangun model pengembangan

Rusunawa yang ramah lingkungan (green building) dengan optimasi pelaksanaan

konstruksi. Guna mencapai tujuan tersebut, maka pada penelitian ini akan

dilakukan berbagai kajian yang akan mendukung tujuan penelitian, yaitu:

1. Menganalisa gidentifikasi jenis–jenis bahan bangunan utama yang berperan

penting ramah lingkungan ddalam beberapa alternatif pelaksanaan konstruksi

Page 9: I. PENDAHULUAN N - repository.ipb.ac.id I... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ... Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. ... Rusunami yang akan dibangun pengembang

9

pengembangan Rrusunawa yang berpotensi menimbulkan dampak

lingkungan;ramah lingkungan.

2. Mengidentifikasi alternatif pelaksanaan konstruksi pembangunan Rrusunawa

yang ramah lingkungan melalui optimasi pelaksanaan konstruksi bangunan

hijau (green building construction).;

3. Mengidentifikasigidentifikasi kendala dalam pelaksanaan pengembangan

Rrusunawa yang ramah lingkungan;.

4. Mengembangkan model pengembangan Rrusunawa yang ramah lingkungan;.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai :

1. Gambaran umum tentang permasalahan perumahan dan permukiman,

khususnya dalam pengembangan pelaksanaan pembangunan Rusunawa yang

ramah lingkungan.

2. Informasi tentang bahan-bahan bangunan yang ramah lingkungan, yaitu yang

hemat energi dengan tingkat emisi minimal, yang dibutuhkan dalam

pembangunan Rusunawa.

3. Alternatif model pelaksanaan konstruksi pengembangan Rusunawa, sebagai

salah satu strategi pemenuhan kebutuhan rumah yang ramah lingkungan.

4. Referensi dalam pengembangan Rusunawa yang ramah lingkungan.

5. Informasi ilmiah untuk pengembangan Rusunawa yang ramah lingkungan

(green building) melalui optimasi pelaksanaan konstruksi bangunan hijau

(green construction).

1.5 Kerangka Pemikiran

Pembangunan Rusunawa sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan

perumahan di kawasan perkotaan, telah lama dikembangkan pemerintah,

khususnya lagi setelah pencanangan pengembangan 1.000 menara Rusuna.

Rusunawa yang akan dikembangkan adalah yang direncanakan memenuhi

aspek-aspek keberlanjutan, yaitu hemat energi, hemat sumber daya alam,

nyaman dan aman serta seminimal mungkin menghasilkan limbah dan sampah

(green building). Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

8 Tahun 2010, yang dimaksud dengan bangunan ramah lingkungan (green

Page 10: I. PENDAHULUAN N - repository.ipb.ac.id I... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ... Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. ... Rusunami yang akan dibangun pengembang

10

building) adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dalam

perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek

penting penanganan dampak perubahan iklimMenurut . Iggnes (2008),

menyatakan bahwa bangunan yang berkelanjutan haruslah memiliki konsep

sebagai berikut: (1) Pemilihan material yang low energy-embody; (2) Orientasi

tata letak bangunan; (3) Hemat energi; (4) Hemat penggunaan air; (5) Memiliki

recycle air buangan; (6) Penanganan sampah 3R (reuse, reduce, recycle); (7)

Low heat dissipation; (8) Memperhatikan unsur iklim lokal; (9) Penggunaan

HVAC yang ramah ozon; (10) Memiliki juklak/SOP pengoperasian bangunan

dengan spirit penghematan energi dan sumber-sumber yang digunakan.

Selain itu, menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No:

05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana

Bertingkat Tinggi diantaranya memberikan acuan untuk pembangunan Rusunawa

dengan cara sebagai berikut:

1. Menerapkan rancangan, teknologi konstruksi, mekanikal dan elektrikal,

maupun pengelolaan rumah susun hemat energi.

2. Maksimalisasi ventilasi silang secara alami untuk menaikkan tingkat nisbi dan

menurunkan suhu ruangan.

3. Minimalisasi pemakaian lampu dengan memaksimalkan pencahayaan alami.

4. Menggunakan peralatan managemen air, udara, tinja dan lain lain yang hemat

energi.

5. Menggunakan sistem utilitas daur ulang seperti daur ulang pembuangan air

untuk menyiram taman.

6. Mengunakan bahan bangunan maupun teknologi pembangunan yang tidak

mengkonsumsi banyak energi.

7. Melaksanakan pembangunan dengan menggunakan seminimal mungkin bahan

baku dari alam

8. Menata lingkungan dan lanskap di sekitar bangunan gedung dengan menanam

banyak pohon juga merupakan salah satu upaya penghematan energi yang

juga dapat mengurangi pemanasan global.

Di lain pihak, permasalahan pemanasan global juga sampai saat ini belum

menemukan solusi terbaik. Pertemuan para kepala negara dan pemerintahan di

Page 11: I. PENDAHULUAN N - repository.ipb.ac.id I... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ... Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. ... Rusunami yang akan dibangun pengembang

11

Kopenhagen, Denmark beberapa waktu lalu, belum menghasilkan kesepakatan

bersama yang mengikat untuk mengurangi emisi CO2, sebagai salah satu gas

rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global sampai perubahan iklim.

Indonesia sebagai salah satu peserta, berpartisipasi secara mandiri akan

mengurangi emisi CO2 sebesar 26 % pada 2020, melalui pengurangan laju luasan

hutan (deforestasi), baik penebangan pohon, maupun akibat kebakaran.

Melihat kondisi tersebut dan kaitan dalam mencapai target pembangunan

1.000 menara rusuna, maka diperlukan suatu optimasi atau eksplorasi tata cara

pembangunan rumah susun yang ramah lingkungan, dengan seminimal mungkin

menggunakan sumber daya alam, khususnya kayu. Salah satu metoda pelaksanaan

konstruksi yang saat ini sedang dikembangkan adalah dengan sistem beton

pracetak (pre cast)

Dengan sistem ini, beton dicetak terlebih dahulu, baik di pabrik atau di

lapangan, selanjutnya baru dirakit di lapangan sesuai kebutuhan perencanaan.

Cetakan beton (bekisting) biasanya terbuat dari besi yang dapat dipakai berulang-

ulang (Ervianto 2006). Pada pelaksanaan beton biasa (konvensional), beton

dicetak di lapangan sesuai bentuk strukturnya, dengan sistem beton biasa

dibutuhkan banyak kayu untuk cetakan beton (bekisting) berikut penyangganya,

cetakan kayu ini umumnya hanya bisa dipakai 1-2 kali saja, selanjutnya dibuang,

karena setelah dipakai akan terjadi perubahan bentuk kayu karena kembang-susut

pengaruh akibat air beton.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat bukti potensial akan

manfaat teknologi dan sistem beton pracetak ini. Untuk penggunaan beton

pracetak bagi pembangunan rusunawa, telah ditemukan beberapa hal seperti di

bawah ini (Nurjaman dan Sijabat, 2007):

• Efisiensi biaya bisa mencapai 20 % jika dibandingkan pada rancangan awal

dengan sistem konvensional.

• Efisiensi waktu pelaksanaan pembangunan (misalnya dengan sistem

konvensional waktu pelaksanaan 8 bulan, pada sistem pracetak dapat

menjadi 6 bulan).

• Ketahanan bangunan terhadap gempa lebih besar dibandingkan dengan

sistem konvensional.

Page 12: I. PENDAHULUAN N - repository.ipb.ac.id I... · merupakan masalah utama kota-kota besar di ... Cengkareng, Medan, Bandung, Batam dan lain-lain. ... Rusunami yang akan dibangun pengembang

12

• Mengurangi pemakaian bahan bangunan, khususnya penggunaan kayu yang

bisa dihemat sampai lebih dari 95 %, tergantung metoda yang digunakan.

Dengan demikian diharapkan, selain secara perencanaan sudah ramah

lingkungan (green design), secara pelaksanaan konstruksi juga ramah lingkungan

(green construction). Berkurangnya pemakaian bahan bangunan pada sistem ini,

khususnya kayu, sudah barang tentu akan mengurangi penebangan pohon di hutan

(deforestasi), sehingga memberikan kontribusi dalam mempertahankan luasan

hutan, yang berfungsi sebagai penyerap CO2. Adapun kerangka pemikiran yang

penelitian sebagaimana tertera pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

1.6 Novelty

Penelitian terkait sebelumnya banyak mengkaji model penentuan lokasi dan

model engembangan perumahan yang berkelanjutan dengan rekomendasi

pembangunan rusunawa. Namun penelitian yang lebih fokus pada cara

pembangunan rusunawa, agar dapat dilaksanakan secara ramah lingkungan,

sampai saat ini belum ada. Berdasarkan hal tersebut maka model kebijakan

pengembangan rusunawa yang ramah lingkungan berkelanjutan (green

UU 1/2011 UU 28/2002