bab i pendahuluan 1.1.latar belakang - sinta.unud.ac.id bab i.pdf · masyarakat berupa jual beli...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kegiatan jual beli merupakan salah satu kegiatan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) menyatakan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian yang salah satu pihak mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak lain untuk membayar harga benda yang diperjanjikan. Jual beli merupakan perjanjian paling banyak diadakan dalam kehidupan masyarakat. 1 Kegiatan jual beli yang dilakukan masyarakat berupa jual beli barang maupun jasa. Semakin meningkatnya kegiatan jual beli di masyarakat, semakin banyak pula cara untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan jual beli. Kemudahan dalam melakukan kegiatan jual beli dapat berupa tersedianya metode pembayaran yang beragam sehingga tercipta kenyamanan dalam bertransaksi. Masyarakat telah mengenal beberapa macam metode pembayaran yang tersedia. Salah satu sarana pembayaran yang paling umum dilakukan adalah dengan melalui pembayaran secara tunai. Munir Fuady mengemukakan metode-metode pembayaran dalam kegiatan jual beli 2 yaitu : 1. Metode Pembayaran Tunai Seketika 2. Metode Pembayaran dengan Cicilan/Kredit 1 Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perdata Indonesia, P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 317. 2 Munir Fuady, 2008, Pengantar Hukum Bisnis : Menata Bisnis Modern di Era Global , P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disingkat Munir Fuady I), h. 26.

Upload: trinhminh

Post on 11-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kegiatan jual beli merupakan salah satu kegiatan yang menjadi kebutuhan

pokok masyarakat. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH

Perdata) menyatakan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian yang salah satu pihak

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak lain untuk

membayar harga benda yang diperjanjikan. Jual beli merupakan perjanjian paling

banyak diadakan dalam kehidupan masyarakat.1 Kegiatan jual beli yang dilakukan

masyarakat berupa jual beli barang maupun jasa.

Semakin meningkatnya kegiatan jual beli di masyarakat, semakin banyak pula

cara untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan jual beli.

Kemudahan dalam melakukan kegiatan jual beli dapat berupa tersedianya metode

pembayaran yang beragam sehingga tercipta kenyamanan dalam bertransaksi.

Masyarakat telah mengenal beberapa macam metode pembayaran yang tersedia.

Salah satu sarana pembayaran yang paling umum dilakukan adalah dengan

melalui pembayaran secara tunai. Munir Fuady mengemukakan metode-metode

pembayaran dalam kegiatan jual beli2 yaitu :

1. Metode Pembayaran Tunai Seketika

2. Metode Pembayaran dengan Cicilan/Kredit

1 Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perdata Indonesia, P.T. Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 317. 2 Munir Fuady, 2008, Pengantar Hukum Bisnis : Menata Bisnis Modern di Era Global,

P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disingkat Munir Fuady I), h. 26.

2

3. Metode Pembayaran dengan Memakai Kartu Kredit

4. Metode Pembayaran dengan Memakai Kartu Debit

5. Metode Pembayaran dengan Memakai Cek

6. Metode Pembayaran Terlebih Dahulu

7. Metode Pembayaran Secara Open Account

8. Metode Pembayaran Atas Dasar Konsinyasi

9. Metode Pembayaran Secara Documentary Collection

10. Metode Pembayaran Secara Documentary Credit

Dewasa ini, kemudahan dalam kegiatan jual beli sangat diperlukan oleh

masyarakat. Kartu kredit merupakan salah satu metode pembayaran yang diminati

masyarakat karena memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan jual beli

baik barang maupun jasa secara praktis, antara lain dalam melakukan transaksi

online, pemesanan kamar hotel, pembayaran biaya rumah sakit, pemesanan tiket

pesawat dan lain sebagainya. Penggunaan kartu kredit juga sangat membantu pada

saat terjadi keadaan darurat yang memerlukan uang dalam jumlah yang cukup

besar walaupun pada saat itu pengguna kartu kredit tidak mempunyai persediaan

uang yang cukup.

Kartu kredit adalah alat pembayaran pengganti uang tunai atau cek.3

Suryohadibroto dan Prakoso berpendapat bahwa kartu kredit adalah alat

pembayaran sebagai pengganti uang tunai yang sewaktu-waktu dapat digunakan

konsumen untuk ditukarkan dengan produk barang dan jasa yang diinginkannya

pada tempat-tempat yang menerima kartu kredit (merchant) atau bisa digunakan

konsumen untuk menguangkan kepada Bank Penerbit atau jaringannya (cash

advance).4

3 Hermansyah, 2011, Edisi Revisi : Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana

Prenada Media Grup, Jakarta, h. 90. 4 Ibid.

3

Berdasarkan data dari Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), jumlah

kartu kredit yang beredar di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013

sampai dengan bulan Juli tahun 2014 yaitu dari 15.091.684 kartu meningkat

menjadi 15.552.463 kartu. Hal tersebut menunjukkan minat masyarakat yang

tinggi terhadap penggunaan kartu kredit sebagai metode pembayaran dalam

kegiatan jual beli barang maupun jasa. Kelebihan penggunaan kartu kredit

terutama terletak pada kegiatan jual beli barang atau jasa dengan jumlah transaksi

yang besar, sehingga tidak perlu lagi membawa uang tunai yang banyak. Dengan

tingginya minat masyarakat terhadap kartu kredit, masing-masing Bank Penerbit

pun gencar berupaya untuk menawarkan kartu kredit kepada nasabahnya yang

belum memiliki kartu kredit maupun kepada masyarakat umum.

Untuk menertibkan peredaran kartu kredit di Indonesia, Bank Indonesia

mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/2/PBI/2012 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu dengan

salah satu ketentuan yang diubah adalah pembatasan kepemilikan terhadap kartu

kredit. Pembatasan kepemilikan kartu kredit dilakukan sebagai langkah

manajemen risiko kredit baik di sisi Penerbit kartu kredit maupun pengguna kartu

kredit.

1. Pembatasan kepemilikan kartu kredit dari sisi usia:

a. Pemegang Kartu Utama berusia min. 21 tahun atau sudah menikah

b. Pemegang Kartu Tambahan berusia min. 17 tahun atau sudah

menikah

4

2. Pembatasan kepemilikan kartu kredit dari sisi pendapatan:

a. Individu dengan pendapatan < Rp 3.000.000 tidak diperbolehkan

memiliki kartu kredit.

b. Individu dengan pendapatan antara Rp 3.000.000 – Rp 10.000.000

boleh memiliki kartu kredit dari maksimal 2 (dua) Penerbit, dengan

pembatasan total plafon kredit dari seluruh kartu kredit yang

dimilikinya yaitu maksimal 3 (tiga) kali pendapatan tiap bulan.

c. Individu dengan pendapatan > Rp 10.000.000 tidak dibatasi

kepemilikan kartu kreditnya namun mempertimbangkan analisis

risiko masing-masing Penerbit kartu.

Pendapatan tiap bulan yang dapat dijadikan pertimbangan Penerbit Kartu

Kredit adalah pendapatan setelah dikurangi kewajiban antara lain pajak dan

pembayaran utang kepada pemberi Pekerjaan atau disebut dengan take home pay.

Berdasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP

perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP perihal

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/27/DASP perihal Mekanisme

Penyesuaian Kepemilikian Kartu Kredit, bahwa konsekuensi dari pembatasan

kepemilikan kartu kredit yaitu dengan pengakhiran dan/atau penutupan kartu

kredit bagi Pemegang Kartu Kredit yang tidak memenuhi batas minimum usia

dan/atau memliki pendapatan di bawah Rp 3.000.000.00. Hal tersebut disesuaikan

dengan kualitas kredit dari Pemegang Kartu Kredit. Apabila Pemegang Kartu

Kredit yang telah memiliki kartu kredit lebih dari yang telah ditentukan, maka

5

kartu kredit yang menunjukkan kualitas kredit yang menurun maka kartu kredit

tersebut harus diakhiri dan/atau ditutup. Namun, apabila kualitas kredit dari

masing-masing kartu kredit berstatus lancar dan tidak ada penurunan maka kartu

kredit tetap harus ditutup dengan memberikan kesempatan kepada Pemegang

Kartu Kredit untuk menentukan kartu kredit yang akan diakhiri dan/atau ditutup.

Jika Pemegang Kartu Kredit tidak menentukan pilihan, maka kartu kredit yang

akan diakhiri dan/atau ditutup adalah kartu kredit dengan masa perolehan kartu

kredit paling akhir.

Tujuan pembatasan kepemilikan kartu kredit adalah untuk memperkuat

perlindungan bagi konsumen kartu kredit melalui penguatan manajemen risiko.

Namun, pelaksanaan peraturan pembatasan kepemilikan terhadap kartu kredit juga

memiliki dampak tersendiri bagi Penerbit Kartu Kredit. Dampak yang bisa

ditimbulkan antara lain adalah pengurangan pertumbuhan kartu kredit yang berarti

berkurangnya pendapatan potensial yang diperoleh oleh Penerbit Kartu Kredit.

Maka dari itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

usulan penelitian ini diberi judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PENERBIT KARTU KREDIT BERKAITAN DENGAN PERATURAN

BANK INDONESIA NOMOR 14/2/PBI/2012 TENTANG

PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN

MENGGUNAKAN KARTU”.

6

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut yaitu :

1. Apa perlindungan hukum yang diberikan terhadap penerbit kartu kredit

berkaitan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan

Kartu?

2. Apa tindakan hukum yang dilakukan penerbit kartu kredit terhadap

penyalahgunaan kartu kredit di Indonesia?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka diperlukan

adanya batasan-batasan yang cukup dalam ruang lingkup permasalahan. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penyimpangan terhadap pokok

pembahasan dalam usulan penelitian ini.

Ruang lingkup masalah yang akan dibahas adalah :

1. Terhadap permasalahan pertama, ruang lingkupnya meliputi perlindungan

hukum yang diberikan terhadap penerbit kartu kredit terkait dengan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan

Alat Pembayaran Menggunakan Kartu mengenai pembatasan kepemilikan

kartu kredit.

2. Terhadap permasalahan kedua, ruang lingkupnya meliputi tindakan hukum

apa saja yang dilakukan oleh penerbit kartu kredit terhadap pihak yang

melakukan penyalahgunaan kartu kredit.

7

1.4. Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang masih orisinil atau asli karena

belum terdapat penelitian yang secara khusus membahas mengenai perlindungan

hukum terhadap Penerbit Kartu Kredit di Indonesia. Hal tersebut diketahui dari

penelusuran judul-judul karya ilmiah di ruang skripsi perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Udayana maupun melalui penelusuran di media internet.

Namun demikian terdapat beberapa judul karya ilmiah yang membahas mengenai

perlindungan hukum terkait dengan Kartu Kredit tetapi memiliki rumusan

masalah yang berbeda secara substansial.

No. Judul Peneliti Rumusan Masalah

1 Tesis yang berjudul

“Penggunaan Kartu

Kredit Sebagai Alat

Pembayaran Dalam

Transaksi Perdagangan

(Studi Kasus Kartu

Kredit Yang Dikeluarkan

PT Bank Central Asia

Tbk dan PT Bank

Danamon Indonesia Tbk

Cabang Semarang” pada

tahun 2007.

Stefanus Yuwono

Tedjosaputro, S.H.

1. Bagaimanakah

penanganan

penyalahgunaan dalam hal

pemalsuan,

penipuan dan pencurian

yang dialami para pihak

dalam penggunaan

Kartu Kredit serta cara

mengatasinya?

2. Bagaimanakah bentuk

perlindungan hukum bagi

para pihak dalam

8

penggunaan Kartu Kredit

sebagai alat pembayaran

dalam transaksi

perdagangan?

2 Skripsi yang berjudul

“Analisa Yuridis

Terhadap Bank Niaga

Jakarta yang

Menerbitkan Kartu

Kredit Terhadap Nasabah

yang Wanprestasi” pada

tahun 2010.

Anita Sjatria 1. Bagaimanakah

perlindungan hukum

terhadap penerbit Credit

Card selaku kreditur

apabila pemegang Credit

Card selaku debitur

melalaikan kewajibannya.

Usulan Penelitian

No Judul Peneliti Rumusan Masalah

1 “Perlindungan Hukum

Terhadap Penerbit Kartu

Kredit Berkaitan Dengan

Peraturan Bank Indonesia

Nomor 14/2/PBI/2012

Tentang

Penyelenggaraan

Kegiatan Alat

Anandita Sasni 1. Bagaimana perlindungan

hukum terhadap Penerbit

Kartu Kredit berkaitan

dengan Peraturan Bank

Indonesia Nomor

14/2/PBI/2012 tentang

Penyelenggaraan Alat

Pembayaran Menggunakan

9

Pembayaran Dengan

Menggunakan Kartu”.

Kartu dengan ketentuan

pembatasan kepemilikan

Kartu Kredit?

2. Tindakan hukum apa

yang dilakukan terhadap

penyalahgunaan kartu

kredit di Indonesia?

1.5. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari dilakukannya penelitian ini yaitu :

1. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya

dalam bidang penelitian.

2. Untuk mengetahui secara umum perlindungan hukum bagi

Penerbit Kartu Kredit dalam menjalankan kegiatan usaha kartu

kredit.

3. Untuk menyumbangkan pemikiran secara ilmiah di bidang ilmu

hukum berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap Penerbit

Kartu Kredit.

b. Tujuan Khusus

1). Untuk mengetahui dan memahami perlindungan hukum yang

diberikan kepada Penerbit Kartu Kredit berkaitan dengan Peraturan

Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan

10

Alat Pembayaran Menggunakan Kartu dengan ketentuan

pembatasan kepemilikan Kartu Kredit.

2). Untuk mengetahui dan memahami tindakan hukum apa saja yang

dapat dilakukan oleh penerbit kartu kredit terhadap pihak yang

melakukan penyalahgunaan kartu kredit.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis.

a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap Penerbit Kartu

Kredit secara umum.

2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

pemikiran di bidang hukum terutama dalam bidang ilmu hukum

perbankan dan dalam perkembangan di bidang ilmu hukum pada

umumnya.

b. Manfaat Praktis

1. Untuk dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada Penerbit Kartu

Kredit mengenai bentuk-bentuk perlindungan hukum yang

diberikan kepadanya sebagai badan yang menerbitkan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) berkaitan dengan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan

11

Menggunakan Kartu khususnya dengan ketentuan pembatasan

kepemilikan Kartu Kredit.

2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran mengenai Peraturan

Bank Indonesia Nomor: 14/2/PBI/2012 Tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu

khususnya terhadap pembatasan kepemilikan Kartu Kredit.

1.7. Landasan Teoritis

Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap

negara.5 Dr. Indrasukindro, MA mengemukakan bahwa sistem keuangan pada

umumnya merupakan satu kesatuan sistem yang dibentuk dari semua lembaga

keuangan yang ada dan kegiatan utamanya di bidang keuangan adalah

menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali

kepada masyarakat.6 Sistem keuangan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu sistem moneter dan lembaga keuangan lainnya. Sistem moneter yaitu

otoritas moneter dan sistem Bank Umum. Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia mengatur

bahwa Bank Indonesia adalah penanggung jawab otoritas peraturan moneter.

Sistem Bank Umum merupakan sistem perbankan sesuai dengan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah menjadi Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

5 Hermansyah, op. cit, h. 7.

6 Ibid, h. 1.

12

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

bahwa Otoritas Jasa Keuangan mengambil alih sebagian tugas dan wewenang

Bank Indonesia yaitu dalam hal mengatur dan mengawasi industri jasa keuangan

yang ada di Indonesia. Tugas yang tetap dipegang oleh Bank Indonesia adalah

pengaturan kegiatan bank yang terkait dengan kewenangan otoritas moneter.7

Maka dari itu, pengaturan dan pengawasan mengenai penyelenggaraan kartu

kredit di Indonesia diambil alih oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Kartu Kredit merupakan suatu alat pembayaran dalam kegiatan

perdagangan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan

Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/2/PBI/2012 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, kartu

kredit adalah Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang dapat

digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu

kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan

penarikan tunai, dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu kredit dipenuhi

terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban

untuk melakukan pembayaran pada waktu yang telah disepakati baik dengan

pelunasan secara sekaligus (charge card) ataupun dengan pembayaran secara

angsuran.

7 Adrian Sutedi, 2014, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asa Sukses, Jakarta,

(selanjutnya disingkat Adrian Sutedi I), h. 39.

13

Penerbit Kartu Kredit adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang

menerbitkan APMK. Usaha Kartu Kredit merupakan salah satu dari kegiatan

usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum sesuai dengan Pasal 6 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Pasal 1

angka 2 dan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10

Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Tentang Perbankan, memberikan definisi tentang Bank dan Bank Umum. Bank

merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Sedangkan Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pengaturan mengenai Perbankan

Syariah diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah.

Asas Perbankan yang dianut di Indonesia tercantum dalam Pasal 2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang

mengemukakan bahwa “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya

berasaskan demokkrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian”.

Sesuai dengan penjelasannya, demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah

demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945.

14

Gatot Supramono mengemukakan asas-asas Perbankan dalam kegiatan

usaha yang dilakukan oleh Bank yaitu8 :

1. Asas Hukum

Bank dalam menjalankan tugasnya melayani masyarakat tidak

terlepas dari landasan hukum yang berlaku. Kegiatan yang

dilakukan Bank adalah didasarkan atas hukum tertulis yang

berupa peraturan perundang-undangan maupun hukum tidak

tertulis yang berupa hukum kebiasaan.

2. Asas Keadilan

Dalam melayani masyarakat, Bank tidak boleh hanya

memberikan fasilitas kredit kepada penguasaha besar saja,

tetapi juga kepada pengusaha kecil serta memberikan pinjaman

pada perusahaan baik yang tergabung dalam kelompoknya

maupun perusahaan di luar kelompoknya.

3. Asas Kepercayaan

Hubungan Bank dengan nasabahnya adalah atas dasar

kepercayaan. Nasabah merasa percaya bahwa uang yang

disimpang dapat dikelola dengan baik oleh Bank. Di lain pihak,

Bank juga siap untuk membayar nasabah apabila nasabah ingin

menarik simpanan uangnya. Selain itu, dalam memberikan

kredit, Bank juga harus percaya bahwa uang tersebut dapat

dibayar kembali oleh masyarakat beserta dengan bunganya.

4. Asas Keamanan

Bank memberikan keamanan terhadap simpanan para

nasabahnya agar terhindar dari suatu kejahatan. Bank juga

memberikan rasa aman kepada nasabahnya dalam melakukan

transaksi dengan Bank.

5. Asas Kehati-hatian

Asas kehati-hatian berhubungan dengan tugas Bank karena

dalam menjalankan tugasnya Bank wajib bekerja dengan penuh

ketelitian, melakukan pertimbangan dengan matang,

menghindari kecurangan, dan tidak mengambil langkah yang

bertentangan dengan kepatutan.

6. Asas Ekonomi

Bank sebagai sutu perusahaan yang tujuannya memperoleh

keuntungan tidak dapat dipisahkan dengan prinsip ekonomi.

Dengan tugasnya menghimpun dana dari masyarakatdan

menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit, Bank

menarik bunga atau keuntungan dari masyarakat yang

merupakan imbalan jasa bagi Bank.

8 Gatot Supramono, 2009, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang

Yuridis, P.T. Rineka Cipta, Jakarta, h. 46.

15

Penelitian hukum normatif membahas doktrin-doktrin atau asas-asas

hukum dalam ilmu hukum.9 Untuk memahami adanya hubungan antara ilmu-ilmu

hukum dengan hukum positif, diperlukan suatu telaah terhadap unsur-unsur

hukum yaitu unsur idiil dan unsur riil. Unsur idiil mencakup hasrat dan rasio

manusia. Hasrat susila menghasilkan asas-asas hukum. Rasio manusia

menghasilkan pengertian dalam hukum seperti masyarakat hukum, subyek

hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, dan obyek

hukum. Unsur riil mencakup manusia, kebudayaan dan lingkungan alam yang

menghasilkan tata hukum.10

Menurut Johannes Ibrahim mengenai perlindungan hukum 11

yaitu :

“Wujud perlindungan hukum pada dasarnya merupakan upaya penegakan

hukum . . . . Faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam penegakan

hukum adalah faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukum yakni

pihak-pihak yang membentuk atau menerapkan hukum, faktor sarana atau

fasilitas yang mendukung penegakan hukum, faktor masyarakat, yakni

dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan . . .”.

Dalam rangka penegakan hukum dimaksud terdapat tiga unsur yang harus

diperhatikan12

yaitu :

1. Kepastian hukum (rechtssicherheit)

2. Kemanfaatan (zweckmassigkeit)

3. Keadilan (gerechttigheit).

9 Zainudin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, cetakan I, Sinar Grafika, Jakarta, h. 24.

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2013, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, h. 14. 11

Johannes Ibrahim, Dilematis Penerapan UU No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga

Penjamin Simpanan, Antara Perlindungan Hukum dan Kejahatan Perbankan, Jurnal Hukum

Bisnis,Volume 24, No. 1 Tahun 2005, hlm 43 dikutip dari Jonker Sihombing, 2010, Penjamin

Simpanan Nasabah Perbankan, P.T. Alumni, Bandung, h. 97. 12

Sudikno Mertokusumo, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, Penerbit Citra Aditya

Bakti, Bandung, hlm. 1 dikutip dari Jonker Sihombing, 2010, Penjamin Simpanan Nasabah

Perbankan, P.T. Alumni, Bandung, h. 98.

16

Kepastian hukum memiliki arti bahwa setiap orang dapat menuntut agar

hukum dapat dilaksanakan dan tuntutan itu pasti dipenuhi, dan setiap pelanggaran

hukum akan dikenakan sanksi menurut hukum.13

Sedangkan kemanfaatan berarti

bahwa penegakkan hukum harus memberikan manfaat bagi masyarakat. Unsur

yang terakhir yaitu keadilan berarti bahwa penegakkan hukum harus adil kepada

setiap masyarakat.

1.8. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu bagian yang sangat penting

digunakan dalam hal melakukan suatu penelitian ilmiah. Metode penelitian

terhadap suatu penelitian ilmiah memberikan pedoman mengenai cara untuk

memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ilmiah dan cara untuk

mengolah data tersebut sehingga dapat menjadi suatu karya ilmiah. Melalui

metode penelitian yang baik dan benar maka diharapkan dapat memberikan hasil

penelitian yang bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam bidang ilmu

hukum.

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah jenis penelitian normatif. Penelitian hukum

normatif atau biasa disebut penelitian yuridis normatif terdiri atas

penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematik

13 Franz Magnis Suseno, 1994, Etika Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 79.

17

hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian terhadap

sejarah hukum dan penelitian perbandingan hukum.14

b. Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

pendekatan perundang-undangan (the statute approach) dan jenis

pendekatan analisis konsep hukum (analytical dan conceptual approach).

Dalam pendekatan perundang-undangan, pendekatan dilakukan dengan

menelaah Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu

hukum yang sedang ditangani.15

Pendekatan analisis konsep hukum

merupakan jenis pendekatan yang meneliti konsep-konsep hukum, asas-

asas hukum serta doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum

berkaitan dengan rumusan masalah yang telah ditentukan.

c. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berasal dari penggunaan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang terdiri atas

asas dan kaedah hukum berupa peraturan perundang-undangan,

perjanjian internasional, konvensi ketatanegaraan, putusan

14 Zainuddin Ali, loc. cit.

15 Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, Kencana Perdana Media Grup,

Jakarta, h. 93.

18

pengadilan, Keputusan Tata Usaha Negara maupun hukum adat.16

Dalam penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan yaitu :

1). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan.

3). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan.

4). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia.

5). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004

tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.

6). Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah.

7). Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu.

8). Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang

Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.

16

Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, h. 76.

19

9). Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP Perihal

Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

11/10/DASP Perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu.

10). Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/27/DASP Perihal

Mekanisme Penyesuaian Kepemilikan Kartu Kredit.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang

mendukung bahan hukum primer yaitu buku-buku hukum, jurnal-

jurnal hukum, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang

dimuat di media massa, kamus dan ensiklopedi hukum serta bahan

hukum dari internet dengan mencantumkan nama situsnya.17

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan bahan hukum dalam

penelitian ini adalah dengan studi pustaka yang mencakup bahan hukum

primer berupa peraturan-peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan rumusan permasalahan dan bahan hukum sekunder berupa buku-

buku hukum, jurnal-jurnal hukum serta karya ilmiah atau pandangan ahli

hukum.

e. Teknik Analisis

Untuk menganalisis bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan

maka diperlukan adanya teknik analisis yang baik dan benar. Teknik

17

Ibid.

20

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskripsi dan

teknik sistematisasi. Teknik deskripsi yaitu teknik menguraikan suatu

kondisi sesuai apa adanya sedangkan teknik sistematisasi adalah teknik

yang mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum antara suatu

perundang-undangan yang sederajat maupun yang tidak sederajat.18

18

Ibid.

21