bab i pendahuluan 1.1 latar...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit dengan media bahasa (Sumardjo,1988:3). Sastra mencerminkan dan mengekspresikan kehidupan serta menunjukkan beberapa aspek realita sosial. Hal ini didukung oleh Wellek dan Warren (1990: 109) yang mengatakan bahwa sastra berkaitan dengan sistem politik, ekonomi, dan sosial tertentu. Sastra, dalam penciptaannya akan menghasilkan karya sastra. Karya sastra tidak hanya bertugas mencatat kehidupan sehari-hari, tetapi juga menafsirkan dan memberi arti pada kehidupan tersebut. Sebuah karya sastra dihargai karena berhasil menunjukkan segi-segi baru dari kehidupan yang dikenal sehari-hari. Sumardjo (1988:5) menyatakan bahwa karya sastra merupakan suatu bentuk penafsiran kehidupan yang tidak hanya menekankan pada ungkapannya yang indah, tetapi juga menyangkut masalah isi, bahasa, dan ekspresinya. Di dalam karya sastra dikenal adanya genre sastra. Genre sastra adalah suatu hasil klasifikasi terhadap bentuk dan isi karya sastra yang terdapat dalam realitas (Wiyatmi, 2009: 20). Genre sastra terbagi menjadi dua, yaitu sastra non-imajinatif dan sastra imajinatif. Sastra imajinatif atau disebut juga dengan dichtung menurut Wellek dan Warren (1990:300) terdiri dari fiksi, drama, dan puisi. Fiksi terdiri dari novel, cerpen, dan epik. Novel merupakan salah satu bentuk sastra imajinatif yang bentuknya panjang dan melibatkan banyak atau sedikit karakter dalam

Upload: vandang

Post on 13-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66168/potongan/S1-2013...masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut, masalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

pemikiran, perasaan, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit dengan

media bahasa (Sumardjo,1988:3). Sastra mencerminkan dan mengekspresikan

kehidupan serta menunjukkan beberapa aspek realita sosial. Hal ini didukung oleh

Wellek dan Warren (1990: 109) yang mengatakan bahwa sastra berkaitan dengan

sistem politik, ekonomi, dan sosial tertentu.

Sastra, dalam penciptaannya akan menghasilkan karya sastra. Karya sastra

tidak hanya bertugas mencatat kehidupan sehari-hari, tetapi juga menafsirkan dan

memberi arti pada kehidupan tersebut. Sebuah karya sastra dihargai karena

berhasil menunjukkan segi-segi baru dari kehidupan yang dikenal sehari-hari.

Sumardjo (1988:5) menyatakan bahwa karya sastra merupakan suatu bentuk

penafsiran kehidupan yang tidak hanya menekankan pada ungkapannya yang

indah, tetapi juga menyangkut masalah isi, bahasa, dan ekspresinya.

Di dalam karya sastra dikenal adanya genre sastra. Genre sastra adalah suatu

hasil klasifikasi terhadap bentuk dan isi karya sastra yang terdapat dalam realitas

(Wiyatmi, 2009: 20). Genre sastra terbagi menjadi dua, yaitu sastra non-imajinatif

dan sastra imajinatif. Sastra imajinatif atau disebut juga dengan dichtung menurut

Wellek dan Warren (1990:300) terdiri dari fiksi, drama, dan puisi. Fiksi terdiri

dari novel, cerpen, dan epik. Novel merupakan salah satu bentuk sastra imajinatif

yang bentuknya panjang dan melibatkan banyak atau sedikit karakter dalam

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66168/potongan/S1-2013...masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut, masalah

2

situasi sosial yang rumit dan lebih mendetail (Stanton, 2007:90). Karya sastra

dalam bentuk novel dikenal luas di berbagai belahan dunia, termasuk di negara

Arab. Di Arab, novel disebut sebagai riwa>yah. Riwa>yah adalah cerita panjang

yang tebal halamannya sekitar 250-400 (Kamil, 2012:41-42).

Sebagai karya sastra, novel memotret berbagai aspek realita kehidupan, baik

masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut,

masalah yang juga diangkat dalam novel adalah masalah gender. Perbedaan

gender yang ada pada laki-laki dan perempuan sebenarnya tidak menjadi masalah

selama tidak terjadi ketidakadilan gender. Masalah ketidakadilan gender ini kerap

kali menjadi hal yang diangkat dalam novel-novel Arab, mengingat bahwa banyak

negara Arab yang menganut budaya patriarkat. Salah satu negara yang menganut

budaya tersebut adalah negara Mesir.

Salah satu penulis yang dikenal berani dalam mengangkat persoalan gender

adalah Nawa>l as-Sa‘da>wi>. Kebanyakan karya-karyanya baik berupa fiksi maupun

non-fiksi adalah mengenai isu feminisme dan perempuan dalam budaya patriarkat.

Salah satu karya fiksi Nawa>l as-Sa‘da>wi> dalam bentuk novel yang mengangkat

isu feminisme adalah Zi>nah. Novel ini diterbitkan oleh Da>r as-Sa>qi> pada tahun

2009.

Novel Zi>nah merupakan novel yang mengangkat tokoh-tokoh perempuan

dalam persoalan gender, suatu sistem yang dikonstruksi oleh masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka novel Zi>nah ini layak untuk dikaji dengan

analisis kritik sastra feminis.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66168/potongan/S1-2013...masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut, masalah

3

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dibahas dalam

penelitian ini adalah apa saja bentuk bias gender yang dialami oleh tokoh

perempuan dalam novel Zi>nah.

1.3 Tujuan Penelitian

Berpijak pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui apa saja bentuk bias gender yang dialami oleh tokoh

perempuan dalam novel Zi>nah.

1.4 Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan penulis, novel Zi>nah ini belum pernah diteliti dengan

analisis apa pun oleh mahasiswa sastra Asia Barat, tetapi ada beberapa penelitian

mengenai kritik sastra feminis dalam karya sastra Nawa>l as-Sa‘da>wi. Beberapa

penelitian tersebut telah dilakukan oleh Munawaroh (2004) dalam skripsinya yang

berjudul “Riwa>yatu Imra`atin ‘inda Nuqt}ati as}-S}ifri li Nawa>l as-Sa‘da>wi>: Dira>sah

Tah}li>liyyah Naqdiyyah Adabiyyah Nisa>i`yyah”. Dalam hal ini Munawaroh (2004)

menyatakan bahwa dalam novel tersebut perempuan hidup di bawah kendali

kekuasaan patriarkat. Sayangnya, perempuan menerima hal ini meskipun hal ini

membebani kaum perempuan, sedangkan kaum perempuan tidak bisa untuk

mengalahkan kekuasaan ini.

Kesimpulan yang sama juga dikemukakan oleh Rohmayani (2004) dalam

skripsinya yang berjudul “Mautu ar-Rajuli al-Wah}i>d ‘ala al-Ard}i li Nawa>l as-

Sa‘da>wi>: Dira>sah Tah}li>liyyah Naqdiyyah Adabiyyah Nisa>`iyyah” dan Nafisah

(2005) dalam skripsinya yang berjudul “Riwa>yatu Suqu>t}i al-Ima>m li Nawa>l as-

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66168/potongan/S1-2013...masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut, masalah

4

Sa‘da>wi>: Dira>sah Was}fiyyah Nisa>`iyyah”. Rohmayani (2004) dan Nafisah (2005)

menambahkan beberapa bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh

perempuan dalam novel tersebut, yaitu al-ha>misyiyyah (marjinalisasi), as|-

s|a>nawiyyah (subordinasi), al-mas}fah}ah (stereotipe), dan kekerasan terhadap

perempuan.

1.5 Landasan Teori

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, peneliti

memanfaatkan teori kritik sastra feminis. Feminis, secara etimologis berasal dari

kata femme (woman), berarti perempuan (tunggal) yang berjuang untuk

memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. Dalam

pengertian yang lebih luas, feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak

segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh

kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan

sosial pada umumnya (Ratna, 2011:184).

Dalam ilmu sastra, feminisme berkaitan erat dengan konsep kritik sastra

feminis. Kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra yang

lahir sebagai respons atas berkembang luasnya feminisme di penjuru dunia

(Sugihastuti, 2005:61).

Di dalam sebuah penelitian, yang tidak dapat disingkirkan adalah jiwa

analisisnya, yaitu analisis gender (Sugihastuti, 2005:23). Dalam analisis gender

tersebut, peneliti harus dapat membedakan konsep gender dengan seks (jenis

kelamin). Pengertian seks (jenis kelamin) merupakan pensifatan atau pembagian

dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66168/potongan/S1-2013...masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut, masalah

5

jenis kelamin tertentu, laki-laki dan perempuan. Hal ini merupakan ketentuan

biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat. Sedangkan

konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum

laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.

Misalnya bahwa perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau

keibuan. Sementara laki-laki diaggap perkasa, kuat, rasional, dan jantan (Fakih,

2012:8).

Pendeknya, dalam analisis gender, penelitian harus melibatkan tokoh laki-

laki dan perempuan dalam mengungkapkan kehidupan tokoh perempuan. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan pembandingan peran, status, dan posisinya.

Persamaan persepsi antarjenis kelamin ini perlu disamakan. Seperti tertera dalam

konsep kritik sastra feminis, pemahaman feminisme sebagai gerakan kesadaran

perempuan terhadap pengabaian dan eksploitasi dirinya menjadi dasar jenis

penelitian ini (Sugihastuti, 2005:23-24).

Kritik feminis dalam sejarahnya memiliki beberapa ragam. Terdapat enam

ragam kritik sastra feminis (Djajanegara, 2000), yaitu kritik sastra feminis

ideologis, gynocritics atau ginokritik, kritik sastra feminis-sosialis atau kritik

sastra feminis-Marxis, kritik sastra feminis-psikoanalitik, kritik sastra feminis-

lesbian, dan kritik sastra feminis-ras atau kritik sastra feminis-etnik.

Dari berbagai ragam kritik sastra feminis tersebut, yang dianggap paling

tepat untuk penelitian novel ini adalah kritik sastra feminis ideologis. Kritik sastra

feminis ini memusatkan pada citra serta stereotype perempuan dalam karya sastra.

Kritik ini juga meneliti kesalahpahaman tentang perempuan dan sebab-sebab

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66168/potongan/S1-2013...masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut, masalah

6

mengapa perempuan sering tidak diperhitungkan, bahkan nyaris diabaikan sama

sekali dalam kritik sastra (Djajanegara, 2000:28). Kritik sastra feminis ideologis

melihat bagaimana perempuan dicitrakan dalam karya sastra serta bagaimana

penafsiran yang dapat dimunculkan dari teks-teks sastra dalam menggambarkan

kaum perempuan.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kritik sastra

feminis ideologis. Penelitian sastra dengan perspektif feminis ini bersifat kualitatif.

Dengan demikian, jenis data yang diambil pun bersifat data kualitatif, misalnya

data-data yang mendeskripsikan sikap dan pandangan hidup tokoh perempuan,

karakter tokoh perempuan, status dan peran perempuan dalam keluarga,

masyarakat, dan lingkungan pekerjaan, serta menyoroti masalah yang dihadapi

tokoh perempuan.

Untuk dapat mengungkapkan data-data tersebut, ada tiga langkah yang

harus dilakukan. Seperti yang telah diungkapkan oleh Djajanegara (2000), ketiga

langkah tersebut yaitu pertama, mengidentifikasi satu atau beberapa tokoh

perempuan di dalam karya sastra. Tokoh perempuan ini bisa berperan sebagai

tokoh utama, tokoh protagonis, atau pun tokoh bawahan. Selanjutnya, mencari

tahu watak dan perilaku tokoh perempuan tersebut. Watak dan perilaku tokoh

dapat diketahui berdasarkan gambaran yang langsung diberikan oleh penulis atau

ucapan tokoh tersebut (Djajanegara, 2000:51-52).

Langkah kedua yang dilakukan adalah meneliti tokoh lain, terutama tokoh

laki-laki yang memiliki keterkaitan dengan tokoh perempuan yang sedang diamati

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66168/potongan/S1-2013...masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut, masalah

7

(Djajanegara, 2000:53). Cara atau tahap kedua ini tidak banyak berbeda dari tahap

pertama dalam mengidentifikasi tokoh perempuan.

Langkah yang ketiga adalah mengamati sikap penulis karya sastra yang

sedang dikaji. Dalam tahapan ini, tidak perlu membedakan antara penulis laki-laki

atau penulis perempuan. Untuk mengetahui sikap penulis ini, dapat diperhatikan

nada atau suasana yang dihadirkan dalam karyanya. Selain melalui nada atau

suasana, untuk mengetahui sikap penulis juga dapat diketahui dari latar belakang

penulis melalui biografinya atau kritik tentang karya-karyanya (Djajanegara,

2000:53-54).

Dalam penelitian ini akan melalui tahap pertama dan kedua, tetapi tahap

ketiga tidak dilakukan, karena dalam penelitian ini hanya akan berfokus pada teks

karya sastra yang menjadi objek penelitian, yaitu novel Zi>nah.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan diuraikan dalam empat bab.

Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,

dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi biografi pengarang dan karya-

karyanya serta sinopsis novel Zi>nah karya Nawa>l as-Sa‘da>wi>. Bab ketiga berisi

bias gender pada tokoh perempuan dalam novel Zi>nah karya Nawa>l as-Sa‘da>wi>.

Bab keempat berisi kesimpulan.

1.8 Transliterasi Arab-Latin

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah pedoman transliterasi Arab-

Latin berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66168/potongan/S1-2013...masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut, masalah

8

dan Kebudayaan no. 158 th. 1987 dan nomor 0534/ b/ U/ 1987 yang secara garis

besarnya adalah sebagai berikut.

1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan

dengan tanda dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

Alif

Ba‟

Ta‟

Sa‟

Jim

Ha‟

Kha‟

Dal

Zal

Ra‟

Zai

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta‟

Za‟

„Ain

Gain

Fa‟

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

Wau

Ha‟

Hamzah

Ya‟

Tidak dilambangkan

B

T

S |

J

H{

Kh

D

Z|

R

Z

S

Sy

S {

D{

T{

Z{

„_

G

F

Q

K

L

M

N

W

H

`_

Y

Tidak dilambangkan

Be

Te

Es (dengan titik di atas)

Je

Ha (dengan titik di bawah)

Ka dan ha

De

Zet (dengan titik di atas)

Er

Zet

Es

Es dan ye

Es (dengan titik di bawah)

De (dengan titik di bawah)

Te (dengan titik di bawah)

Zet (dengan titik di bawah)

Koma terbalik (di atas)

G

Ef

Ki

Ka

El

Em

En

We

Ha

Apostrof

Ye

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66168/potongan/S1-2013...masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut, masalah

9

2. Vokal

Di dalam bahasa Arab terdapat tiga jenis huruf vokal, yaitu vokal tunggal

atau monoftong, vokal rangkap atau diftong, dan vokal panjang. Penulisan ketiga

huruf tersebut sebagai berikut.

Vokal Tunggal Vokal Rangkap Vokal Panjang

Tanda Huruf latin Tanda dan

huruf

Gabungan

huruf

Harakat

dan huruf

Huruf dan

tanda

_ A - أوو - Au -آ- A<

¯ I - أيو - Ai -إي- I<

_ U -و - U<

Contoh:

/qa>la/ قال /kaifa/ كيف /kataba/ كتب

3. Taˋ Marbu>t}ah

Transliterasi untuk taˋ marbu>t}ah ada dua, yaitu taˋ marbu>t}ah yang hidup

atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah /t/,

sedangkan taˋ marbu>t}ah mati atau mendapat harakat suku>n transliterasinya

adalah ha (h).

Contoh:

/raud}ah al-at}fa>l/ روضة األطفال

/raud}atul-at}fa>l/

4. Syaddah (Tasydi>d)

Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydi>d, dalam transliterasi ini tanda

syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan

huruf yang diberi tanda syaddah tersebut.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66168/potongan/S1-2013...masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut, masalah

10

Contoh:

/nazzala/ نزل /<rabbuna/ ربنا

5. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu

al. Akan tetapi, dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata

sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan huruf qamariyyah. Kata sandang

yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya,

yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung

mengikuti kata sandang itu. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai

dengan bunyinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan

dihubungkan dengan tanda simpang (-).

Contoh:

/al-qalamu/ القلم /ar-rajulu/ الرجل

6. Hamzah

Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof.

Akan tetapi, itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir

kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam

tulisan Arab berupa alif.

Contoh:

/inna/ إ /syaiˋun/ شيء /taˋkhuz|u/ تأخذ

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66168/potongan/S1-2013...masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut, masalah

11

7. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi‘l, ism, maupun h}arf, ditulis terpisah.

Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim

dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan

maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata

lain yang mengikutinya.

Contoh:

/Wa innalla>ha lahuwa khair ar-ra>ziqi>na/ و اهلل هلو خري الرازقني

/Wa innalla>ha lahuwa khairur-ra>ziqi>na/ فأوفو الكيل وامليزا /Fa aufu> al-kaila wa al-mi>za>na/

/Fa aufu>l-kaila wal-mi>za>na/

8. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti

apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya adalah huruf kapital digunakan untuk

menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu

didahului oleh kata sandang, maka yang dituliskan dengan huruf kapital tetap

huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh:

/Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l/ وما حممد ال رسول

ي أنزل فيه القرآ ذشهر رمضا ال /Syahru Ramad}a>na al-laz|i> unzila fi>hi al-Qurˋa>n/

/Syahru Ramad}a>nal-laz|i> unzila fi>hil-Qurˋa>n/

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan

Arab-nya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66168/potongan/S1-2013...masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain masalah-masalah tersebut, masalah

12

kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak

dipergunakan.

Contoh:

/Nas}run minalla>hi wa fath}un qari>b/ نصر من اهلل وفتح قريب

/Lilla>hi al-amru jami>‘an/ هلل األمر مجيعا

/Lilla>hil-amru jami>‘an/