bab i pendahuluan 1.1. latar...

31
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi di Pulau Jawa yang terkenal akan kepariwisataannya. Keunikan yang dimiliki oleh provinsi ini digunakan sebagai daya tarik wisata untuk memikat wisatawan yang memiliki rencana untuk melakukan kegiatan wisata. Setiap tahunnya terdapat peningkatan jumlah wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DIY. Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Wisatawan ke DIY Tahun 20122016 1 Sumber: Statistik Kepariwisataan 2016 1 Sumber: https://visitingjogja.com/downloads/Buku%20Statistik%20Kepariwisataan%20DIY%202016.pdf diakses pada 13 November 2017 pukul 12.09 WIB.

Upload: ngokhanh

Post on 07-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi di Pulau Jawa yang

terkenal akan kepariwisataannya. Keunikan yang dimiliki oleh provinsi ini

digunakan sebagai daya tarik wisata untuk memikat wisatawan yang memiliki

rencana untuk melakukan kegiatan wisata. Setiap tahunnya terdapat peningkatan

jumlah wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DIY.

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Wisatawan ke DIY Tahun 2012−20161

Sumber: Statistik Kepariwisataan 2016

1 Sumber:

https://visitingjogja.com/downloads/Buku%20Statistik%20Kepariwisataan%20DIY%202016.pdf

diakses pada 13 November 2017 pukul 12.09 WIB.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

2

Destinasi wisata alam dan budaya merupakan primadona yang dimiliki oleh

DIY. DIY dikenal dengan sebutan kota perjuangan, pusat kebudayaan, dan pusat

pendidikan, serta dikenal dengan kekayaan pesona alam dan budayanya. Hingga

saat ini, Yogyakarta masih tetap merupakan daerah tujuan wisata yang terkenal di

Indonesia dan Mancanegara (Dinas Pariwisata, Statistik Kepariwisataan, 2016:xiv).

Selain kedua jenis wisata tersebut, terdapat pula destinasi wisata religi. Sampson

(2011:1) mendefinisikan destinasi wisata religi sebagai berikut.

“Religious tourism, also commonly referred to as faith tourism, is a

form of tourism, whereby people of faith travel individually or in groups

for pilgrimage, missionary, or leisure (fellowship) purposes.”

Wisata religi adalah bentuk pariwisata, yaitu ketika orang-orang beriman

melakukan perjalanan baik secara individu atau berkelompok untuk tujuan ziarah,

misionaris, atau liburan (fellowship). Wisata religi banyak dilakukan oleh

perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar

atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, dan

tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda.

Wisata religi ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk

memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman, dan tidak jarang pula untuk

tujuan memperoleh berkah serta kekayaan melimpah (Pendit, 1994:46).

Jenis destinasi wisata religi dari berbagai agama di DIY cukup beragam,

salah satunya destinasi wisata religi umat Katolik. DIY memiliki tujuh destinasi

wisata religi Katolik, yaitu Gua Maria Sendangsono, Gua Maria Lawangsih, Gua

Maria Tritis, Gua Maria Sendang Sriningsih, Gua Maria Jatiningsih, Gua Maria

Ratu Rosari, dan Gereja Ganjuran. Destinasi wisata religi tersebut setiap tahunnya

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

3

selalu dikunjungi wisatawan2, terutama pada bulan Maria yang berlangsung pada

Mei dan Oktober. Pada bulan Maria, umat Katolik secara khusus berdevosi kepada

Bunda Maria dengan berdoa di depan Gua Maria dan juga melakukan jalan salib

untuk merenungkan perjalanan kehidupan rohani manusia dalam kerangka kisah

sengsara Tuhan Yesus Kristus. Kegiatan tahunan tersebut masuk dalam

penanggalan di kalender liturgi sehingga umat katolik kerap kali memanfaatkan

momen tersebut untuk melakukan kegiatan ziarah ke gua-gua Maria.

Kegiatan ziarah juga termasuk dalam kategori berwisata. Menurut Spillane

(via Suwena dan Widyatmaja, 2010:15), pariwisata adalah kegiatan melakukan

perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui

sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan

tugas, dan berziarah. Berziarah ke suatu tempat yang dianggap suci menjadi salah

satu cara wisatawan untuk mendapatkan kelegaan batin. Tempat ziarah merupakan

salah satu tempat yang memiliki nilai historis dan hendaknya perlu dikembangkan

sesuai dengan pariwisata berkelanjutan. Kedewasaan wisatawan perlu diukur guna

melihat seberapa penting pariwisata berkelanjutan untuk diterapkan pada suatu

destinasi wisata religi. World Tourism Organization (2005) mendefinisikan

pariwisata berkelanjutan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan saat ini bagi

wisatawan dan tuan rumah sembari melindungi dan meningkatkan peluang-peluang

di masa depan. Visi pariwisata berkelanjutan adalah untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi, sosial, dan estetika dengan cara mengelola sumber daya sembari

2 Dalam hal ini, wisatawan adalah peziarah.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

4

memelihara keutuhan budaya, proses penting dalam ekologi, keberagaman hayati,

dan sistem pendukung kehidupan (Mc Intyre dkk., 1993).

Setiap destinasi wisata religi memiliki keunggulan masing-masing, seperti

halnya Gua Maria Sendangsono. Gua Maria Sendangsono merupakan salah satu

destinasi wisata religi yang dipercaya menjadi permulaan penyebaran agama

Katolik di Pulau Jawa. Tempat tersebut berada di jalur Pegunungan Menoreh,

tepatnya di Dusun Semagung, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten

Kulon Progo, Provinsi DIY. Sendangsono terletak di wilayah perbukitan yang

dilalui oleh sungai kecil. Keindahan alam dan gaya arsitektur rumah Jawa berpadu

satu dengan lainnya menjadi ciri khas dari Sendangsono.

Gua Maria Sendangsono merupakan destinasi wisata religi yang memiliki

rute ziarah panjang dan pendek yang dapat digunakan oleh para wisatawan. Rute

panjang dimulai dari Gereja Promasan, Padusan, rute jalan salib panjang, dan

diakhiri di Sendangsono, sedangkan rute pendek berada di dalam kompleks utama

Sendangsono. Pada kompleks utama, terdapat rute jalan salib pendek dan gua

Maria. Sendangsono juga memiliki kapel-kapel yang dapat digunakan untuk

mengadakan ibadah. Kapel yang digunakan untuk berbagai kegiatan ibadah

biasanya dilakukan di Kapel Tri Tunggal Maha Kudus. Kegiatan ibadah yang sering

diadakan di Sendangsono adalah misa, selawatan Katolik, dan perarakan patung

Bunda Maria Lourdes.

Wisatawan yang datang ke suatu destinasi wisata memiliki latar belakang

yang berbeda. Perbedaan latar belakang dapat memengaruhi cara wisatawan dalam

merespons konsep pariwisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan juga harus

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

5

mempertahankan tingkat kepuasan wisatawan yang tinggi, memastikan

pengalaman yang berarti bagi para wisatawan, meningkatkan kesadaran mereka

akan masalah keberlanjutan, dan mempromosikan penerapan pariwisata

berkelanjutan.3 Tingkat kepuasan wisatawan terhadap citra destinasi menjadi cara

untuk mengukur kepuasan tersebut. Pada saat wisatawan pergi ke suatu destinasi

wisata, citra destinasi menjadi salah satu hal yang dirasakan secara langsung oleh

wisatawan. Dalam hal ini, wisatawan yang datang ke Sendangsono, melakukan

kegiatan ziarah sembari melihat dan mengalami citra pada destinasi tersebut. Ketika

wisatawan menikmati citra destinasi Sendangsono, rasa puas terhadap destinasi

tersebut akan muncul. Jika wisatawan yang berkunjung tidak merasa puas,

pengelola perlu mencari tahu faktor penyebab ketidakpuasan yang dialami oleh

wisatawan. Setelah mengetahui penyebab dari ketidakpuasan, pengelola dapat

melakukan pembenahan untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat pada

destinasi wisata religi Sendangsono. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian

lebih lanjut perlu dilakukan guna mencari tahu persetujuan wisatawan terhadap

pariwisata berkelanjutan serta tingkat kepuasan wisatawan terhadap citra destinasi

wisata religi Sendangsono.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan pada penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut.

3 Sumber: UNWTO, 2005. http://sdt.unwto.org/content/about-us-5 diakses pada 20 Oktober 2017,

pukul 06.53 WIB.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

6

1. Bagaimana karakteristik wisatawan yang mengunjungi Sendangsono?

2. Bagaimana tingkat persetujuan wisatawan terhadap dimensi pariwisata

berkelanjutan?

3. Bagaimana tingkat kepuasan wisatawan terhadap citra destinasi di

Sendangsono?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Mengetahui karakteristik wisatawan yang mengunjungi Sendangsono

2. Mengetahui tingkat persetujuan wisatawan terhadap dimensi-dimensi

dari pariwisata berkelanjutan

3. Mengetahui tingkat kepuasan wisatawan terhadap citra destinasi wisata

religi Sendangsono

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis dalam

bidang ilmu pariwisata, terutama yang berkaitan dengan penerapan

aspek pariwisata berkelanjutan dan citra destinasi wisata dalam

penelitian destinasi wisata religi.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

7

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi agar dapat

dipertimbangkan oleh pengelola Sendangsono dalam memperbaiki,

meningkatkan, dan menjaga kualitas Sendangsono supaya wisatawan

yang berziarah dapat merasa puas, khusyuk, dan nyaman.

1.5. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, terdapat beberapa

penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini.

Vincent (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Motivasi Wisatawan yang

Berkunjung ke Goa Maria Sendangsono” menganalisis motivasi wisatawan dengan

menentukan jumlah menggunakan teknik sampling. Responden yang digunakan

dalam penelitian tersebut berjumlah 44 orang. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa semua responden setidaknya memiliki satu dari tujuh aspek

motivasi wisata yang dikemukakan oleh Mill dan Morrison. Aspek motivasi wisata

tersebut terdiri atas kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis, kebutuhan kasih

sayang dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri,

kebutuhan rasa ingin tahu, dan kebutuhan akan rasa keindahan.

Dalam tesis yang berjudul “Usulan Pengelolaan Kawasan Sendangsono

Berwawasan Masyarakat” yang ditulis oleh Hapsoro (2016), Sendangsono

merupakan tempat peziarahan yang sangat berdekatan dengan pemukiman warga.

Kekhawatiran akan semakin padatnya pemukiman dan pemanfaatan sumber daya

alam dan budaya yang berlebihan menjadi fokus dalam penelitian tersebut. Dalam

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

8

hasil penelitian yang telah dilakukan, pengelolaan kawasan Sendangsono relatif

baik dan terjaga karena adanya pengurus yang secara khusus mengelola kawasan

tersebut. Kawasan Sendangsono diharapkan dapat dikembangkan dengan

menggunakan strategi pengembangan SMART. Strategi pengembangan ini

diharapkan dapat mencakup seluruh kepentingan yang ada dan tetap dikembangkan

dengan mempertimbangkan pengelolaan berwawasan masyarakat yang tidak

mengesampingkan peran pemerintah, akademisi, dan masyarakat di dalamnya.

Sunaryo (2015) melakukan penelitian tentang kepuasan wisatawan terhadap

kualitas objek wisata Museum Sonobudoyo unit 1. Teknik analisis data pada

penelitian tersebut menggunakan analisis deskriptif. Perumusan strategi

pengembangan dalam penelitian tersebut menggunakan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kepuasan wisatawan yang

berkunjung ke Museum Sonobudoyo masih belum maksimal. Hal itu dirasakan oleh

wisatawan pada aspek kemudahan akses menuju lokasi museum, ketersediaan

informasi koleksi museum, dan ketersediaan fasilitas penunjang museum. Dari hasil

analisis karakteristik wisatawan, tingkat kepuasan wisatawan dan SWOT terhadap

objek wisata Museum Sonobudoyo menghasilkan strategi alternatif untuk

pengembangan kualitas objek wisata yang dapat memaksimalkan kepuasan

wisatawan dengan cara perluasan lahan, meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, dan melakukan promosi secara gencar.

Dalam skripsi yang berjudul “A Study of Tourist Satisfatction Towards

Adventure Tourism Activity in Bejiharjo Tourism Village Using HOLSAT (Holiday

Satisfaction) Model” yang ditulis oleh Pratama (2015), penelitian dilakukan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

9

menggunakan 14 atribut pengukur untuk mencari tahu kepuasan wisatawan, yang

kemudian diolah menggunakan model HOLSAT. Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Bejiharjo memiliki niat

perilaku positif. Dari atribut-atribut model HOLSAT yang digunakan dalam

penelitian tersebut, terdapat 7 atribut, yaitu natural scnenery, price, safety

equipment, activity safety, facilities, guide’s competence, dan management yang

menunjukkan bahwa wisatawan merasa puas akan pengalaman yang telah dialami.

Terdapat 6 atribut, yaitu excitement, cleanliness, road access, weather, location

finding, dan waiting duration, yang hasilnya tidak begitu signifikan antara

perbedaan harapan awal dan pengalaman wisatawan. Akan tetapi, terdapat 1 atribut

yang menunjukkan ketidakpuasan yang dialami oleh wisatawan, yaitu crowded

situation. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa wisatawan yang merasa

puas berniat untuk mengunjungi kembali destinasi wisata tersebut dan akan

merekomendasikannya kepada keluarga serta teman-temannya.

Penelitian di Sendangsono yang telah diadakan sebelumnya berfokus pada

motivasi wisatawan dan pengelolaan berbasis masyarakat pada objek wisata religi

Sendangsono. Secara fokus penelitian, penelitian tentang kepuasan yang telah

dilakukan sebelumnya mengangkat objek penelitian yang berbeda dengan objek

yang akan digunakan dalam penelitian ini. Penelitian kepuasan yang telah

dilakukan sebelumnya menggunakan museum dan kegiatan wisata petualangan

sebagai objeknya. Lokus yang digunakan dalam penelitian ini adalah destinasi

wisata religi Sendangsono yang terletak di wilayah Kabupaten Kulon Progo,

Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan pertimbangan tersebut, disimpulkan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

10

bahwa penelitian tentang tingkat kepuasan wisatawan terhadap citra destinasi

wisata religi Sendangsono belum pernah dilakukan sebelumnya.

1.6. Landasan Teori

Pada bagian selanjutnya dijabarkan tentang teori-teori yang akan digunakan

dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan dua teori, yaitu pariwisata

berkelanjutan dan citra destinasi. Berikut ini merupakan penjabaran dari kedua teori

tersebut.

1.6.1. Pariwisata Berkelanjutan

Menurut UNESCO4, pariwisata berkelanjutan didefinisikan sebagai

pariwisata yang menghormati penduduk lokal dan wisatawan, warisan budaya, serta

lingkungan destinasi dengan tujuan untuk memberikan liburan yang menyenangkan

dan mendidik bagi wisatawan sekaligus memberi keuntungan bagi penduduk

setempat.

Pariwisata berkelanjutan merupakan bagian dari pembangunan

berkelanjutan. World Commission on Environment (WCED) menekankan bahwa

pembangunan berkelanjutan bukan keadaan keselarasan yang bersifat tetap,

melainkan proses perubahan dinamis yang mencakup keselarasan secara

keseluruhan dan meningkatkan potensi saat ini serta masa depan untuk memenuhi

kebutuhan manusia dan aspirasinya.5

4 Sumber: http://www.unesco.org/education/tlsf/mods/theme_c/mod16.html diakses pada 2 Juli

2017 pukul 19.18 WIB 5 HSC Choi, E. Sirakaya, “Sustainability Indicators for Managing Community Tourism” dalam

Elsevier Vol. 27, No. 6, 2005, hlm 1275.

(http://www.academia.edu/11977139/Sustainability_indicators_for_managing_community_touris

m)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

11

World Tourism Organization (WTO) mendefinisikan pariwisata

berkelanjutan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan saat ini bagi wisatawan

dan tuan rumah sembari melindungi dan meningkatkan peluang-peluang di masa

depan. Visi pariwisata berkelanjutan adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi,

sosial, dan estetika dengan cara mengelola sumber daya sembari memelihara

keutuhan budaya, proses penting dalam ekologi, keberagaman hayati, dan sistem

pendukung kehidupan (Mc Intyre dkk., 1993).

Terdapat beberapa model penelitian yang menganalisis pariwisata

berkelanjutan. Sirakaya dan Choi (2005) menekankan bahwa pariwisata

berkelanjutan meliputi enam dimensi berikut.

1. Dimensi Ekologi

Item dari dimensi ekologi antara lain indeks kualitas udara, jumlah dari erosi

pada situs alam, jumlah dari hari-hari yang memiliki udara yang baik,

frekuensi dari kecelakaan lingkungan yang berhubungan dengan pariwisata,

jumlah situs yang terkontaminasi, tingkat perlindungan (klasifikasi IUCN,

contohnya taman, pantai, spesies, ekosistem yang rentan), data konsumsi

energi dan air per orang, persentase dari cagar alam atau lingkungan yang

dikelola (Sirakaya dan Choi, 2005:1282).

2. Dimensi Sosial

Item dari dimensi sosial antara lain kepuasan penduduk lokal terhadap

pembangunan pariwisata, sikap penduduk lokal terhadap pembangunan

pariwisata, kegiatan tradisional yang berkesinambungan oleh penduduk

lokal, tekanan pada pengunjung/hubungan dengan penduduk lokal,

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

12

kepemilikan rumah baik dari penduduk maupun non-penduduk (rumah

kedua/penduduk yang tidak tetap), tingkat kesetaraan di antara stakeholder

dan penduduk, serta keterlibatan penduduk pada industri pariwisata (ibid.,

hlm. 1281).

3. Dimensi Teknologi

Item dari dimensi teknologi antara lain keakuratan pengumpulan data dan

pertukaran informasi pariwisata, pengangkatan dan penggunaan teknologi

baru yang berdampak rendah, benchmarking—umum dan kompetitif (ibid.,

hlm. 1283).

4. Dimensi Politik

Item dari dimesi politik antara lain adanya kebijakan pengendalian

pengembangan pembangunan, ketaatan pada hukum (tuntutan, denda, dll.),

persentase dari otoritas pariwisata atau perencana pada penduduk lokal,

kekuatan dan durasi dari grup perencanaan dan penasehat lokal, persentase

dari kepemilikan pariwisata oleh pihak luar/asing, penerapan dan

penggabungan gagasan lokal dalam pengelolaan situs maupun dalam

masyarakat, keterkaitan lintas sektoral pada tingkat lokal/regional/nasional

dan lembaga sosial masyarakat lingkungan lokal (ibid., hlm. 1283).

5. Dimensi Kebudayaan

Item dari dimensi kebudayaan antara lain tingkat perbandingan dari

konstruksi baru dengan muatan lokal, tipe dan material bangunan dan

dekorasi, tingkat perbaikan situs budaya, ketersediaan sumber daya dan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

13

dana untuk perbaikan situs budaya, komodifikasi dan sejumlah situs yang

dirancang secara resmi dan pengelolaannya (ibid., hlm. 1282).

6. Dimensi Ekonomi

Item dari dimensi ekonomi antara lain pertumbuhan kesempatan kerja di

dalam kepariwisataan, tingkat pengangguran dan pertumbuhan kesempatan

kerja secara umum, tingkat kebocoran pendapatan dalam masyarakat,

keterkaitan intersektoral atau partnership dalam pariwisata, kesempatan

kerja dan multiplier pendapatan pada pengeluaran-pengeluaran pariwisata,

nilai tukar dari produk-produk lokal, muatan impor, dan persentase

pariwisata dari ekonomi lokal (ibid., hlm. 1280).

1.6.2. Citra Destinasi

Citra destinasi didefinisikan sebagai sebuah bentuk ekspresi pengetahuan,

kesan, prasangka, imajinasi, dan pemikiran emosional yang dimiliki oleh seseorang

terhadap tempat tertentu (Lawson dan Baud Bovy, 1977). Citra destinasi

merupakan keseluruhan persepsi pada suatu destinasi yang terbentuk dengan

mengolah informasi dari berbagai sumber dari waktu ke waktu (Assael, 1984).

Persepsi wisatawan terhadap atribut destinasi wisata muncul dari berbagai kegiatan

dan atraksi pada suatu daerah yang kemudian saling berinteraksi dan membentuk

citra secara keseluruhan (Gartner, 1986).6 Berdasarkan beberapa definisi citra

destinasi di atas, dapat digambarkan bahwa persepsi wisatawan memengaruhi

terbentuknya citra pada suatu destinasi. Persepsi tersebut membentuk tanggapan-

6 R.Rajesh, “Impact of Tourist Perceptions, Destination Image and Tourist Satisfaction on

Destination Loyalty: A Conceptual Model” dalam Pasos Vol. 11, No. 5, 2013, hlm. 68.

(www.pasosonline.org/Publicados/11313special/PS0313_07.pdf)

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

14

tanggapan psikologis terhadap elemen-elemen destinasi wisata yang dirasakan

wisatawan dan kemudian membentuk citra suatu destinasi wisata.

Tanggapan-tanggapan positif yang dirasakan dan diutarakan oleh

wisatawan terhadap elemen-elemen citra destinasi wisata menandakan bahwa

wisatawan merasa puas dalam mengunjungi suatu destinasi wisata. Hal ini sejalan

dengan yang dikemukakan oleh Puh (2014:538) bahwa citra destinasi wisata

memengaruhi kepuasan wisatawan karena citra destinasi yang positif cenderung

lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan dan wisatawan merasa lebih puas. Menurut

Puh, terdapat enam elemen citra destinasi wisata yang memengaruhi kepuasan

wisatawan, yaitu:

1. Sumber daya alam dan lingkungan alami, yakni elemen citra destinasi yang

dilihat dari keadaan alam di dalam lingkungan destinasi wisata. Lingkungan

alam merupakan salah satu aspek penting dalam suatu destinasi wisata.

Kondisi lingkungan alam yang baik dan seimbang akan memiliki pengaruh

positif bagi citra suatu destinasi (Puh, 2014:540).

2. Infrastruktur umum dan infrastruktur wisata, yakni elemen citra destinasi

yang berkaitan dalam menunjang keberlangsungan suatu destinasi wisata.

Infrastruktur memiliki pengaruh dalam menimbulkan persepsi wisatawan

terhadap citra destinasi wisata. Ketersediaan dan kelengkapan infrastruktur

umum maupun infrastruktur wisata akan memberikan nilai lebih pada citra

dan keberlangsungan destinasi wisata (ibid.).

3. Hiburan dan rekreasi, yakni elemen citra destinasi yang berkaitan dengan

ketersediaan lokasi-lokasi hiburan di sekitar atau di dalam destinasi wisata,

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

15

seperti tempat berolahraga, restoran, taman bermain, kelab malam, dan

lainnya (ibid.).

4. Kebudayaan, sejarah, dan kesenian, yakni elemen citra destinasi yang

menekankan pada keragaman dan keunikan budaya, sejarah, dan kesenian

yang dimiliki oleh suatu destinasi wisata. Perbedaan kebudayaan yang

dimiliki wisatawan dengan kebudayaan yang ada pada destinasi wisata

dapat memberikan citra destinasi yang khas pada suatu destinasi wisata

(ibid.).

5. Suasana destinasi, yakni elemen citra destinasi yang dapat dirasakan dengan

menggunakan pancaindra. Suasana lingkungan destinasi wisata yang

mendukung aktivitas wisata akan memberikan kesan yang lebih mendalam

bagi wisatawan. Suasana lingkungan wisata yang kondusif dapat

memengaruhi citra suatu destinasi (ibid.).

6. Ekonomi dan lingkungan sosial, yakni elemen citra destinasi yang berkaitan

dengan kondisi perekonomian masyarakat di sekitar destinasi dan keadaan

lingkungan sosial masyarakat di sekitar destinasi wisata. Kondisi

perekonomian dan lingkungan sosial yang baik dapat memberikan citra

positif terhadap kehadiran suatu destinasi di tengah-tengah masyarakat lokal

(ibid.).

Sendangsono merupakan tempat berziarah yang terletak di pedesaan.

Tempat berziarah juga identik dengan hal-hal yang bersifat sakral sehingga tempat-

tempat hiburan atau rekreasi tidak terdapat di sekitar Sendangsono. Penelitian ini

hanya akan menggunakan lima elemen citra destinasi, yaitu sumber daya alam dan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

16

lingkungan alam; infrastruktur umum dan infrastruktur wisata; kebudayaan,

sejarah, dan kesenian; ekonomi dan lingkungan sosial; serta suasana destinasi.

1.7. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Sumber data yang digunakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer merupakan sumber aktual pada saat terjadinya

peristiwa pengumpulan data, seperti informan dan responden. Data sekunder

diperoleh dari tangan kedua atau sumber lain yang telah ada sebelum penelitian

dilakukan (Ratna, 2010:143). Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan

cara melakukan observasi secara langsung ke Sendangsono, melakukan wawancara

dengan pihak pengelola Sendangsono, dan melakukan penyebaran kuesioner

kepada para pengunjung Sendangsono. Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dengan melakukan studi pustaka.

1.7.1. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan empat teknik dalam pengumpulan data-data

yang dibutuhkan, yakni sebagai berikut.

a. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengamati, meneliti, atau

mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Dengan cara ini, data yang

diperoleh adalah data faktual dan aktual, dalam artian data yang

dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa sedang berlangsung (Kusmayadi

dan Sugiarto, 2000:84−85). Pada penelitian ini, observasi dilakukan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

17

bersamaan dengan penyebaran kuesioner yang berlangsung selama dua

bulan, yaitu pada akhir Juli 2017 hingga akhir September 2017. Observasi

ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh

para pengunjung di Sendangsono dan mengetahui kondisi destinasi wisata

religi Sendangsono. Kegiatan observasi dilakukan dengan cara mendatangi

destinasi tersebut, mendokumentasikan destinasi wisata tersebut dengan

cara memfoto, dan mengamati kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung

dan pengelola.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik mengumpulkan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (Kusmayadi dan Sugiarto,

2000:83). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan pada saat melakukan

penyebaran kuesioner, yaitu pada waktu akhir Juli 2017 hingga akhir

September 2017. Wawancara dilakukan kepada beberapa narasumber, yaitu

pengelola, pemilik penginapan, serta beberapa pengunjung Sendangsono.

Wawancara yang dilakukan kepada pihak pengelola objek wisata

Sendangsono dan pemilik penginapan dimaksudkan untuk mendapatkan

informasi yang berkaitan dengan Sendangsono, sedangkan wawancara yang

dilakukan kepada wisatawan dilakukan untuk mengetahui pendapat

wisatawan saat mereka mengunjungi destinasi tersebut.

c. Kuesioner

Teknik kuesioner (angket) merupakan pengumpulan data secara tertulis.

Orang yang memberikan informasi disebut responden (Ratna, 2010:476).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

18

Responden dari kuesioner ini adalah wisatawan yang mengunjungi

Sendangsono. Penyebaran kuesioner ini dilakukan selama dua bulan, yaitu

pada akhir Juli 2017 hingga akhir September 2017. Jumlah pengambilan

sampel yang diperlukan untuk memenuhi kuota responden akan ditentukan

dengan menggunakan formula sampling Slovin (1990) (Kusmayadi dan

Sugiarto (2000:74). Berikut merupakan formula sampling tersebut.

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁 (𝑒)2

Keterangan:

n = ukuran sampel yang dibutuhkan

N = ukuran populasi

e = margin error

Ukuran populasi yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari jumlah

wisatawan yang melakukan kunjungan ke Sendangsono pada 2014, yaitu

sebesar 130.000 orang (Statistik Kepariwisataan 2016). Margin error yang

digunakan sebesar 4,65%. Oleh karena itu, ukuran sampel yang dibutuhkan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

𝑛 =130000

1 + 130000 (4,65%)2

𝑛 =130000

1 + 130000 (0,0465)2

𝑛 =130000

1 + 130000 (0,00216225)

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

19

𝑛 =130000

1 + 281.0925

𝑛 =130000

282.0925

𝑛 = 460.8 ≈ 461

Berdasarkan hasil penghitungan di atas, penulis menyebarkan sebanyak 461

kuesioner kepada pengunjung Sendangsono. Format jawaban kuesioner

menggunakan format tipe Likert. Format tipe Likert dirancang untuk

memungkinkan pelanggan menjawab dalam berbagai tingkatan pada setiap

butir yang menguraikan jasa/produk. Ujung sebelah kiri jawaban (dengan

angka yang rendah) menggambarkan suatu jawaban yang negatif,

sedangkan ujung kanan (dengan angka besar) menggambarkan jawaban

yang positif (Supranto, 2011:86).

d. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang terkait

dengan objek yang akan diteliti dengan cara membaca buku, internet,

brosur, jurnal, dan penelitian sebelumnya. Data-data yang telah

dikumpulkan akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian.

1.7.2. Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan

analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah bidang ilmu statistik

yang memformulasikan data melalui pengelompokan, penentuan nilai, dan fungsi

statistik melalui penggunaan berbagai bentuk tabel. Tujuan utama statistik

deskriptif adalah memudahkan orang untuk membaca data dan memahami maksud

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

20

data tersebut (Gani dan Amalia, 2015:5). Berikut ini merupakan tahapan dalam

proses analisis data.

a. Pengecekan data (editing)

Pengecekan data merupakan tahapan pertama dalam menganalisis data.

Pengecekan data adalah kegiatan memperbaiki kualitas data. Tujuannya

adalah menghilangkan keraguan akan kebenaran yang mungkin timbul

setelah membaca data tersebut (Wardiyanta, 2010:38). Data yang diperoleh

dari kuesioner akan diperiksa kembali oleh penulis guna memperbaiki

kualitas data. Penulis akan memeriksa ulang data agar dapat dipastikan

kelengkapan dan kejelasannya.

b. Pengelompokan data (coding)

Pengelompokan data adalah upaya mengklasifikasi jawaban responden

menurut macamnya ke dalam kategori-kategori tertentu (Wardiyanta,

2010:39). Dalam tahapan ini, jawaban kuesioner diberi kode agar setiap

jawaban dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Fokus

penelitian ini tertuju pada persetujuan wisatawan terhadap pariwisata

berkelanjutan dan kepuasan wisatawan terhadap citra destinasi. Format

jawaban kuesioner pada kedua bagian tersebut menggunakan format

jawaban Likert. Untuk mempermudah pengelompokannya, masing-masing

jawaban diberi kode, yaitu kode 1 untuk sangat tidak puas dan sangat tidak

setuju, kode 2 untuk tidak puas dan tidak setuju, kode 3 untuk netral, kode

4 untuk puas dan setuju, dan kode 5 untuk sangat puas dan sangat setuju.

Jawaban yang telah terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam kategori-

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

21

kategori jawaban yang sesuai dengan kode jawaban, dengan tujuan untuk

mengetahui frekuensinya.

c. Tabulasi (tabulation)

Data yang telah melalui tahapan pengecekan data dan pengelompokan data

kemudian memasuki tahap tabulasi. Pada tahapan ini, data diproses dan

dimasukkan ke dalam tabel sehingga dapat dianalisis lebih jauh. Proses

tabulasi ini menggunakan software IBM SPSS Statistic 22. Software ini

digunakan untuk mencari frekuensi, persentase, dan rata-rata dari jawaban-

jawaban yang telah diisi oleh responden. Pada bagian karakteristik

wisatawan, jawaban responden disajikan dengan tabel frekuensi dan

persentase. Pada bagian tingkat persetujuan wisatawan dan tingkat kepuasan

wisatawan terhadap citra destinasi, jawaban responden disajikan dengan

tabel frekuensi, persentase, total nilai skor jawaban, dan rata-rata.

Nilai rata-rata dalam penelitian ini digunakan untuk menggolongkan

jawaban responden ke dalam lima kategori jawaban yang telah tersedia.

Nilai rata-rata diperoleh dengan cara berikut.

�̅� =𝑓(𝑥)

𝑁

x̅ = rata-rata

f = frekuensi

x = skor jawaban

N = total jawaban responden

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

22

Suwintari (via Novitaningtyas, 2015:15) menyatakan bahwa nilai rata-rata

yang dihasilkan tidak selalu memiliki nilai bulat sehingga diperlukan

penentuan nilai interval kelas. Interval kelas yang digunakan dalam

penelitian ini dibagi menjadi lima kelas sesuai dengan jumlah kategori

jawaban pada skala Likert. Berikut ini merupakan rumus yang digunakan

untuk mencari tahu nilai interval kelas.

𝐼 =𝑅

𝐾

Keterangan:

I = interval kelas

R = range (nilai Xmax−nilai Xmin)

K = banyaknya kelas

Nilai range yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan skor

jawaban pada kuesioner. Nilai tertinggi pada jawaban kuesioner berjumlah

5 dan nilai terendah berjumlah 1. Banyaknya kelas dalam penelitian ini

disesuaikan dengan jumlah kategori jawaban yang digunakan, yaitu 5

kategori kelas. Oleh karena itu, kelas interval yang diperlukan adalah

sebagai berikut.

𝐼 =𝑅

𝐾

𝐼 =5 − 1

5

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

23

𝐼 =4

5

𝐼 = 0,8

Berdasarkan hasil penghitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai

interval kelas adalah 0,8. Setelah nilai interval diketahui, kategori jawaban

pun dapat diketahui menjadi sebagai berikut.

Tabel 1.1 Kategori Jawaban

Nilai Kategori Kisaran Nilai

1 Sangat Tidak Setuju dan Sangat Tidak Puas 1,01-1,80

2 Tidak Setuju dan Tidak Puas 1,81-2,60

3 Ragu-Ragu 2,61-3,40

4 Setuju dan Puas 3,41-4,20

5 Sangat Setuju dan Sangat Puas 4,21-5,00

Penyajian data dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif.

Analisis deskriptif adalah mentransformasi data mentah ke dalam bentuk

data yang mudah dimengerti dan ditafsirkan, serta menyusun,

memanipulasi, dan menyajikan data supaya menjadi sebuah informasi

(Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:179). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

informasi tentang persetujuan wisatawan terhadap pariwisata berkelanjutan,

serta kepuasan dan ketidakpuasan wisatawan terhadap objek wisata

Sendangsono.

1.7.3. Operasionalisasi Konsep

Penelitian ini terfokus pada dua konsep utama, yaitu citra destinasi dan

pariwisata berkelanjutan. Pada bagian selanjutnya dijelaskan mengenai

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

24

operasionalisasi terhadap variabel citra destinasi dan variabel pariwisata

berkelanjutan.

1.7.3.1. Pariwisata Berkelanjutan

Penelitian ini menggunakan variabel pariwisata citra destinasi yang

diperkenalkan oleh Sirakaya dan Choi (2005). Sirakaya dan Choi membagi

pariwisata berkelanjutan menjadi enam subvariabel. Dalam operasionalisasi konsep

ini, penulis menggunakan item-item yang dikemukakan oleh Sirakaya dan Choi

sebagai acuan dalam pembuatan item-item yang akan diteliti, yakni:

a. Dimensi Ekologi

Indeks kualitas udara, jumlah dari erosi pada situs alam, frekuensi dari

kecelakaan lingkungan yang berhubungan dengan pariwisata.

b. Dimensi Sosial

Tekanan pada pengunjung/hubungan dengan penduduk lokal, keterlibatan

penduduk pada industri pariwisata.

c. Dimensi Teknologi

Pengangkatan dan penggunaan teknologi baru yang berdampak rendah.

d. Dimensi Politik

Kebijakan pengendalian pengembangan pembangunan.

e. Dimensi Kebudayaan

Tipe dan material bangunan dan dekorasi.

f. Dimensi Ekonomi

Pertumbuhan kesempatan kerja di dalam kepariwisataan, tingkat

pengangguran dan pertumbuhan kesempatan kerja secara umum.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

25

Berdasarkan item-item diatas, berikut merupakan penjabaran secara per

dimensi dari item-item yang digunakan dalam penelitian ini.

a. Dimensi Ekologi

Dalam penelitian ini, item yang berkaitan dengan dimensi ekologi di

antaranya adalah sebagai berikut.

1. Udara di Sendangsono seharusnya tidak tercemar.

2. Kegiatan berziarah di Sendangsono seharusnya tidak mencemari

lingkungan.

3. Kegiatan ziarah yang dilakukan secara massal seharusnya tidak

mengakibatkan kerusakan lingkungan.

4. Bangunan di Sendangsono seharusnya tahan gempa dan bebas longsor.

5. Sendangsono seharusnya memiliki sistem mitigasi (upaya mengurangi

risiko) bencana yang andal.

b. Dimensi Sosial

Penelitian ini menggunakan item yang berkaitan dengan dimensi sosial, di

antaranya adalah sebagai berikut.

1. Peziarah seharusnya merasa dilayani dengan baik saat berada di

Sendangsono.

2. Peziarah seharusnya merasa puas terhadap pelayanan yang diterima

selama berziarah.

3. Peziarah seharusnya merasa aman selama melakukan aktivitas di

Sendangsono.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

26

4. Penduduk lokal yang menjual oleh-oleh seharusnya dapat berinteraksi

dengan peziarah.

5. Pelayanan yang diberikan oleh pengelola Sendangsono seharusnya

dapat membuat peziarah merasa nyaman.

c. Dimensi Teknologi

Dalam penelitian ini, item yang berkaitan dengan dimensi teknologi di

antaranya adalah sebagai berikut.

1. Teknologi seharusnya dapat memberikan informasi yang akurat tentang

Sendangsono.

2. Informasi tentang Sendangsono yang berasal dari internet seharusnya

sesuai dengan keadaan sebenarnya.

3. Promosi Sendangsono melalui media sosial harus lebih memberikan

manfaat bagi calon peziarah.

4. Situs web yang populer harus menjadi sumber penting dalam

mempromosikan Sendangsono.

5. Promosi yang lebih sering dilakukan seharusnya dapat menarik lebih

banyak peziarah untuk datang.

d. Dimensi Politik

Dalam penelitian ini, item yang berkaitan dengan dimensi politik di

antaranya adalah sebagai berikut.

1. Pemerintah seharusnya mendukung pembuatan fasilitas pendukung di

Sendangsono.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

27

2. Pemerintah seharusnya membantu perawatan lokasi ziarah di

Sendangsono.

3. Perbaikan akses menuju ke Sendangsono seharusnya menjadi prioritas

pemda.

4. Pemerintah seharusnya menjadikan Sendangsono sebagai salah satu

destinasi utama wisata religi di Indonesia.

5. Pembangunan akomodasi di Sendangsono seharusnya dibatasi oleh

pemerintah agar tidak mengurangi kesakralan lokasi ziarah.

e. Dimensi Kebudayaan

Dalam penelitian ini, item yang berkaitan dengan dimensi kebudayaan di

antaranya adalah sebagai berikut.

1. Lokasi ziarah di Sendangsono seharusnya dirawat dengan baik.

2. Pengelola harus memahami berbagai makna mengenai Sendangsono

dan keistimewaannya.

3. Tata kelola bangunan di Sendangsono harus sesuai dengan nilai-nilai

kesakralan ajaran Katolik.

4. Sendangsono harus menjadi media bagi pelestarian nilai-nilai yang

diajarkan oleh agama Katolik.

5. Tradisi budaya Jawa seharusnya dilestarikan oleh pengelola

Sendangsono.

f. Dimensi Ekonomi

Dalam penelitian ini, item yang berkaitan dengan dimensi ekonomi di

antaranya adalah sebagai berikut.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

28

1. Kemudahan akses berjualan bagi penduduk lokal seharusnya diberikan

oleh pengelola.

2. Penduduk lokal seharusnya dilibatkan dalam penyediaan suvenir bagi

peziarah.

3. Kreativitas penduduk lokal seharusnya difasilitasi oleh pengelola

sehingga dapat dijual di area Sendangsono.

4. Aktivitas ziarah di Sendangsono seharusnya memberikan perbaikan

bagi ekonomi penduduk lokal.

5. Sendangsono seharusnya memberikan lapangan pekerjaan baru bagi

penduduk lokal.

1.7.3.2. Citra Destinasi

Penelitian ini difokuskan pada variabel citra destinasi yang diperkenalkan

oleh Puh (2014). Puh membagi citra destinasi menjadi enam subvariabel, namun

penelitian ini hanya menggunakan lima subvariabel. Subvariabel yang tidak

digunakan adalah subvariabel hiburan dan rekreasi karena subvariabel tersebut

tidak dapat diterapkan pada wisata ziarah Sendangsono. Berikut merupakan

operasionalisasi konsep pada bagian citra destinasi.

a. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Alami

Dalam penelitian ini, item yang berkaitan dengan subvariabel elemen

sumber daya alam dan lingkungan alami adalah sebagai berikut.

1. Iklim di Sendangsono mendukung kenyamanan kegiatan ziarah.

2. Sungai yang melintasi Sendangsono terjaga kebersihannya.

3. Taman di Sendangsono terawat dengan baik.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

29

4. Sendangsono memiliki pemandangan alam yang menarik.

5. Bangunan di Sendangsono tidak merusak kelestarian lingkungan alam

sekitar.

b. Infrastruktur Umum dan Infrastruktur Wisata

Dalam penelitian ini, item yang berkaitan dengan subvariabel elemen

infrastruktur umum dan infrastruktur wisata adalah sebagai berikut.

1. Kondisi jalan menuju Sendangsono dalam keadaan baik dan mudah

untuk dicapai.

2. Sendangsono memiliki area parkir yang memadai.

3. Sendangsono memiliki akomodasi yang baik.

4. Sendangsono memiliki tempat pengambilan air sendang yang tertata

dengan baik.

5. Sendangsono memiliki jalur khusus bagi difabel.

c. Budaya, Sejarah, dan Seni

Dalam penelitian ini, item yang berkaitan dengan subvariabel elemen

budaya, sejarah, dan seni adalah sebagai berikut.

1. Bangunan Sendangsono bergaya Jawa memberikan kesan tradisional

yang indah.

2. Penggunaan tradisi padusan pada jalan salib panjang memberikan

pengalaman spiritual mendalam.

3. Kebudayaan Jawa dan kegiatan ziarah Katolik di Sendangsono

menghasilkan perpaduan yang serasi.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

30

4. Nilai sejarah yang dimiliki oleh Sendangsono memberikan semangat

peziarahan bagi peziarah.

5. Nilai artistik yang dimiliki oleh Sendangsono sangat dijaga oleh

pengelola destinasi.

d. Suasana Destinasi

Dalam penelitian ini, item yang berkaitan dengan subvariabel elemen

suasana destinasi adalah sebagai berikut.

1. Kesakralan Sendangsono membantu peziarah untuk fokus dalam

berziarah.

2. Sendangsono memiliki suasana yang tenang dan nyaman untuk berdoa.

3. Sendangsono memiliki suasana yang sakral.

4. Sendangsono merupakan tempat berziarah yang mengesankan.

5. Peziarah merasa lega setelah berziarah di Sendangsono.

e. Ekonomi dan Lingkungan Sosial

Dalam penelitian ini, item yang berkaitan dengan subvariabel elemen

ekonomi dan lingkungan sosial adalah sebagai berikut.

1. Pedagang di Sendangsono bersikap ramah dan jujur kepada peziarah.

2. Pedagang di Sendangsono tidak memaksa peziarah untuk membeli

dagangannya.

3. Warga di sekitar Sendangsono menghormati pengunjung yang

berziarah dengan menjaga ketenangan.

4. Kehadiran Sendangsono memberikan dampak positif pada

perekonomian warga sekitar.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/132590/potongan/S1-2018... · Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta ... pendidikan, ... destinasi wisata

31

5. Pengunjung merasa mudah dalam meminta pertolongan kepada

pengurus Sendangsono.

1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan disajikan dengan empat

bagian atau bab berikut.

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan

teori, dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab II Gambaran Umum Sendangsono. Pada bab ini akan dibahas mengenai

profil destinasi wisata Sendangsono yang terdiri atas sejarah, gambaran lokasi,

struktur organisasi, dan fasilitas yang terdapat di lokasi tersebut.

Bab III Analisis Tingkat Persetujuan Wisatawan terhadap Pariwisata

Berkelanjutan dan Tingkat Kepuasan Wisatawan terhadap Citra Destinasi. Pada bab

ini akan dibahas mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu

karakteristik wisatawan, tingkat persetujuan wisatawan terhadap pariwisata

berkelanjutan, dan analisis tingkat kepuasan wisatawan terhadap objek wisata religi

Sendangsono.

Bab IV Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dan pemberian saran-saran bagi pihak pengelola objek wisata

Sendangsono agar dapat meningkatkan dan menjaga kualitas destinasi tersebut.