bab i pendahuluan latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84682/potongan/d3... · 1 bab...

34
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kuda berkembang di Indonesia sesuai dengan kebudayaan dan pengalaman. Kuda-kuda yang handal dalam berpacu, cerdas, patuh, setia, dan tangkas, harus disertai dengan usaha-usaha seleksi dan pengaturan pembiakan serta manajemen yang baik dalam rangka meningkatkan kuda, terutama kuda pacu khas indonesia yang disebut Kuda Pacu Indonesia (KPI) diharapkan dapat menghasilkan kuda idaman yang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Populasi kuda di Indonesia menurun disebabkan karena penyakit. Kuda yang tidak terawat dengan baik sangat rentan terhadap serangan berbagai penyakit. Pengobatan penyakit cenderung membutuhkan lebih banyak tenaga,waktu dan biaya, sehingga diperlukan campur tangan dari tenaga ahli. Dengan demikian, deteksi secara dini dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit. Peternakan kuda di Indonesia perlu ditingkatkan dengan cara : meningkatkan reproduksi dan produksi, penyediaan lahan peternakan, kandang dan Hijauan Makanan Ternak (HMT) yang cukup dan menerapkan manajemen kesehatan secara benar. Berdasarkan alasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan tugas akhir kejadian dan macam kasus penyakit kuda belo (anak kuda) di Tombo Ati Stable. Tugas akhir dilaksanakan melalui Praktek Kerja Lapangan pada tanggal 30 Maret 5 April 2015 di Tombo Ati Stable, diharapkan dapat

Upload: hoangkiet

Post on 07-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kuda berkembang di Indonesia sesuai dengan kebudayaan dan

pengalaman. Kuda-kuda yang handal dalam berpacu, cerdas, patuh, setia, dan

tangkas, harus disertai dengan usaha-usaha seleksi dan pengaturan pembiakan

serta manajemen yang baik dalam rangka meningkatkan kuda, terutama kuda pacu

khas indonesia yang disebut Kuda Pacu Indonesia (KPI) diharapkan dapat

menghasilkan kuda idaman yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.

Populasi kuda di Indonesia menurun disebabkan karena penyakit. Kuda

yang tidak terawat dengan baik sangat rentan terhadap serangan berbagai

penyakit. Pengobatan penyakit cenderung membutuhkan lebih banyak

tenaga,waktu dan biaya, sehingga diperlukan campur tangan dari tenaga ahli.

Dengan demikian, deteksi secara dini dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya

penyakit.

Peternakan kuda di Indonesia perlu ditingkatkan dengan cara :

meningkatkan reproduksi dan produksi, penyediaan lahan peternakan, kandang

dan Hijauan Makanan Ternak (HMT) yang cukup dan menerapkan manajemen

kesehatan secara benar. Berdasarkan alasan di atas, penulis tertarik untuk

melakukan tugas akhir kejadian dan macam kasus penyakit kuda belo (anak kuda)

di Tombo Ati Stable. Tugas akhir dilaksanakan melalui Praktek Kerja Lapangan

pada tanggal 30 Maret – 5 April 2015 di Tombo Ati Stable, diharapkan dapat

2

memberikan informasi tentang beternak kuda di Tombo Ati Stable khususnya, dan

peternak Indonesia pada umumnya.

Tujuan

Praktek Kerja Lapangan pada peternakan kuda Tombo Ati stable

dilakukan untuk memperoleh data tentang kejadian kasus dan macam penyakit

pada kuda belo serta pencegahan dan penanganan penyakit.

Manfaat Penelitian

Hasil Tugas Akhir pada Praktek Kerja Lapangan tentang Kejadian

Penyakit dan Macam Kasus Penyakit Kuda Belo di Tombo Ati Stable dapat

memberikan informasi dalam menerapkan manajemen kesehatan kuda untuk

peternak lainnya yang ada di Indonesia.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Populasi Kuda

Menurut Direktorat Jendral Peternakan Provinsi populasi kuda pada tahun

2003 sebanyak 412.682 ekor sedangkan tahun 2007 sebanyak 411.917 ekor.

Provinsi yang mempunyai populasi kuda terbanyak yaitu Nusa Tenggara Timur

sebanyak 490.476 ekor dan Sulawesi Selatan sebanyak 566.049 ekor. Tahun 2003

sampai 2007 populasi kuda mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada

awalnya kuda sebagai sarana angkutan daerah pedalaman, kendaraan perang dan

kendaraan raja untuk berburu maupun tampil dalam parade, sekarang kuda beralih

fungsi hanya digunakan untuk perlombaan pacuan kuda (Anonimus, 2007).

Kuda ( Equus caballus) lokal asli priangan, kuda tengger dan kuda dieng

merupakan nenek moyang kuda di pulau Jawa. Populasi beberapa jenis kuda

secara nasional pada tahun 2008 sebesar 411.464 ekor dan diperkirakan kuda asli

Jawa kurang lebih tinggal 52.118 ekor atau 12,6 %. Populasi kuda di provinsi

Jawa Barat pada tahun 2007 sebanyak dari 15.755 ekor dan pada tahun 2008 turun

menjadi 14.087 ekor atau turun 7,29 % dan kuda lokal asli Jawa Barat 1460 ekor

atau 10 % dari populasi kuda di Jawa Barat (Yuriadi, 2009).

Jenis-Jenis Kuda

Secara umum, kuda dapat di klasifikasikan berdasarkan ukuran tinggi,

berat, dan kegunaannya yaitu :

4

Kuda ringan (light horses)

Kuda ringan memiliki tulang-tulang yang kecil, kakinya tipis, dan

memiliki berat 450-600 kg saat dewasa, tinggi 146-173cm. Kegunaan utama jenis

kuda ini adalah untuk kuda pacu, kuda tunggang atau untuk membantu dalam

peternakan. Kuda light horses umumnya lebih lincah dan lebih cepat

dibandingkan dengan kuda draft horse (Maswarni dan Nofiar, 2014).

Kuda Tunggang

American Saddle Horse dikembangkan di daerah-daerah perkebunan di

negara bagian Amerika Serikat sebelah Selatan. American Saddle Horse adalah

keturunan dari kuda Denmark yang sangat terkenal karena lomba sejauh 4 mill.

Appaloosa adalah kuda yang cantik dengan pola warna putih yang

mencolok dan biasanya terdapat bintik-bintik di atas pinggul dan pinggang.

Arabian, kuda Arab berwarna abu-abu dengan karakteristik kecepatan,

daya tahan tubuhnya (stamina) dan kecantikannya.

Kuda Hackney merupakan keturunan dari kuda jantan Thoroughbred yang

disilangkan dengan kuda betina asli Inggris. Kuda Hackney pernah tercatat

mempunyai kecepatan 17 mil per jam perjalanan.

Kuda Morgan terkenal dapat berlari dengan cepat, melompat lebih jauh

dan bekerja lebih keras dari beberapa kuda dalam kontes-kontes yang telah

diikutinya. Kuda Morgan merupakan kuda tunggang yang memiliki kemampuan

mewarisi karakteristik yang dimiliki pada keturunannya.

5

Bangsa Standardbred mengandung darah kuda Arab, Hackney dan

morgan. Standardbred merupakan kuda yang memiliki karakteristik menonjol

sebagai kuda pacuan

Tennessee Walking Horse mengandung darah Standardbred,

Thoroughbred, American Saddle Horse dan Morgan. Kuda Tennessee Walking

merupakan kuda yang gagah dan kuda paling disenang karena gerakkannya yang

mulus dirasakan oleh penunggangnya.

Thoroughbred merupakan kuda dengan karakteristik kecepatan lari, daya

tahannya dan kemampuan di dalam berlomba jarak jauh (Blakely dan Bade,1991).

6

Kuda Berat (heavy horses)

Kuda berat memiliki tulang-tulang yang besar dan kakinya yang tebal

serta kuat dengan berat 700 kg atau lebih dewasa dan tinggi 147-157 cm.

Kegunaan utama kuda ini adalah untuk kuga tarik beban, kuda tunggang, dan

kuda yang dipakai untuk pekerjaan berat lainnya (Maswarni dan Nofiar, 2014).

Kuda Tarik

Belgian, merupakan kuda tarik yang paling besar diantara kuda tarik

lainnya, dengan berat 850 kg hingga 1000 kg.

Kuda Clydesdale terkenal di Amerika Serikat karena ukurannya yang

sangat besar, penampilan, warna yang cerah serta kekuatannya.

Kuda Shire memiliki karakteristik sebagai kuda tarik tertinggi di antara

bangsa kuda lainnya. (Blakely dan Bade,1991)

Kuda Poni dan Keledai biasanya memiliki berat kurang dari 400 kg saat

dewasa dan tinggi dibawah 147 cm (Maswarni dan Nofiar, 2014)

Penyakit Kuda

Program kesehatan pada ternak kuda mencakup pencegahan penyakit,

pemberian vitamin, pemberian obat cacing dan tindakan pertolongan pertama.

Merupakan suatu hal yang penting untuk senantiasa membuat diagnosis yang

tepat dan memiliki pengetahuan yang benar tentang pengobatan yang memadai.

Pemilik atau peternak kuda sebaiknya memanfaatkan jasa dokter-dokter hewan

agar berhasil mengendalikan gangguan-gangguan penyakit dan masalah-masalah

kesehatan yang lain dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keberhasilan dalam

pengelolaan ternak kuda (Blakely dan bade, 1991).

7

Secara umum, penyakit adalah gangguan kesehatan. Ditinjau dari asalnya,

penyakit dapat di kelompokkan menjadi dua kategori, yaitu penyakit yang

disebabkan oleh infeksi dan penyakit yang disebabkan oleh non-infeksi. Penyakit

karena infeksi dapat disebabkan oleh adanya bakteri, virus dan jamur. Sementara

itu, penyakit karena non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh

keadaan tubuh itu sendiri, seperti alergi dan ketidak seimbangan hormon

(Maswarni dan Nofiar, 2014).

Cacingan (cacing gelang atau cacing putih / Ascarids)

Cacing gelang atau cacing putih (Ascarids) adalah cacing yang hidup pada

usus halus dan merupakan parasit terbesar dalam usus tetapi cacing ini tidak

menyebabkan kerusakan pada usus.

Salah satu jenis cacing gelang yang sering menyerang kuda adalah

Parascaris Equorum. Gejala yang ditimbulkan adalah kondisi kuda tidak tangkas

dan mudah lelah, bulu kasar, sering terjadi gangguan pencernaan menumpuk pada

usus halus sehingga kuda kelihatan seperti kolik, dan cacing sewaktu-waktu bisa

mengganggu hati dan paru-paru. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga

kebersihan, menempatkan kuda belo pada kandang atau lapangan rumput yang

bersih, mengumpulkan kotoran pada tempat yang disediakan, serta menyediakan

air yang bersih dan segar. Pemeriksaan telur cacing pada feses anak kuda akan

menunjukkan negatif sampai umur tiga bulan sehingga pengobatan akan

dilakukan pada saat anak kuda mulai mengkomsumsi rumput dan konsentrat.

Pengobatan dianjurkan menggunakan karbon disulphida atau bisulphida. Obat

cacing harus diberikan secara teratur walaupun belum menimbulkan gejala, bila

8

gejala sudah muncul berarti kerusakan pada jaringan tubuh sudah terjadi

(Maswarni dan Nofiar, 2014)

Diare

Diare merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi

pada alat pencernaan. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif menyebabkan

kondisi tubuh menurun, dan suhu tubuh meningkat. Penyebab lainnya adalah alas

kandang yang basah dan kontaminasi feses.

Diare menimbulkan gejala berupa feses encer, pinggul berlumuran

kotoran, kondisi tubuh menurun, lemah, dan kehilangan selera makan.

Pencegahan utama yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan, mengurangi

pakan yang mengandung kadar lemak tinggi dan meningkatkan kandungan serat

kasar pada induk, untuk kuda belo pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi

frekuensi menyusu, yaitu menyusu secara selang-seling. Diare pada anak kuda

memerlukan perhatian khusus, seperti pencucian pinggul dengan air hangat yang

diikuti dengan mengolesi minyak agar tidak lecet dan iritasi. Pengobatan dapat

dilakukan dengan pemberian sulfaguanidin dan norit dengan perbandingan 1 : 4

untuk setiap 40 kg berat badan (Maswarni dan Nofiar, 2014).

Influenza

Merupakan penyakit pernafasan yang mirip dengan flu pada manusia dan

disebabkan oleh salah satu dari delapan virus yang berbeda, yaitu: H2N2, H3N2,

H3N2, H7N7, H9N2, H7N2, H7N3, H10N7. Gejalanya adalah batuk,

mengeluarkan sengau dan terjadinya peningkatan temperatur yang cepat, bisa

mencapai 106oF dan berlangsung selama 2-10 hari. Kuda yang terserang

9

dianjurkan istirahat total paling tidak 30 hari. Tersedia vaksin untuk dua jenis

virus guna menciptakan immunitas/kekebalan tubuh. Pengobatan oleh dokter

hewan meliputi penggunaan obat-obat antibotik dan sulfa (Blakely dan Bade,

1991).

Kuda yang paling peka terhadap penularan penyakit ini adalah anak kuda,

terutama yang baru lahir karena kekebalan tubuh mereka cendrung rendah, apalagi

anak kuda yang mendapat susu buatan. Seekor kuda yang terserang influenza

harus beristirahat agar tidak bertambah parah. Peyebaran penyakit ini biasanya

melalui kontak langsung dan melalui udara. Lebih banyak menyerang pada anak

kuda berumur setahun atau dua tahun. Gejala utamanya adalah demam dengan

suhu 39,5o

C - 41,5oC, mata dan hidung berair, stress, pernafasan cepat, batuk

yang keras, kelopak mata berwarna pink kekuningan. Pada tahap yang lebih berat

akan terjadi pembengkakan pada kelanjar pangkal tenggorokan (submaxillary

lymph), temperatur tubuh yang tidak stabil, hidung mengeluarkan ingus,susah

bernafas. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi

secara berkala. Kekebalan yang di dapat dengan vaksinasi biasanya hanya untuk

jangka waktu yang pendek (sekitar 3 – 4 bulan) dibandingkan dengan kekebalan

yang didapat secara alami. Kuda sebaiknya diberi vaksin mulai umur 8 – 9 bulan.

Dilanjutkan setiap 3 bulan sampai berumur 3 tahun. Kekebalan alami dan

pencegahan dapat dilakukan dengan perawatan yang baik dan menjauhkan kuda

dari keadaan stress.jika suhu tubuh terus meningkat, sebaiknya disuntik antibiotik

untuk mencegah terjadinya serangan lebih lanjut oleh bakteri yang dapat

menyebabkan pneumunia. Pemeliharaan yang baik; menjaga kebersihan makanan,

10

minuman, peralatan dan lingkungan juga dapat menghambat penyebaran influenza

terhadap kuda lain (Maswarni dan Nofiar, 2014).

Kolik

Gangguan pencernaan ini disebabkan oleh makanan yang berlebihan,

minuman berlebihan pada waktu panas, makanan berjamur dan bahkan oleh

infestasi cacing gelang. Usus terhalang atau terjepit, dapat menimbulkan rasa

sakit, sedangkan kuda sangat sensitif. Tanda – tandanya adalah bergerak terus

menerus, kesakitan, berkeringat, berguling guling dan tentu saja adanya rasa tidak

nyaman. Berguling – guling (rolling) yang menyebabkan terbelitnya usus,

merupakan hal yang fatal. Kuda sebaiknya di ikat supaya tidak rolling. Tanda –

tanda lainnya adalah bibir menggulung dan kuda menolak untuk makan.

Pengobatannya adalah denggan mengajak kuda berjalan – jalan sampai dokter

hewan datang. Minyak mineral sering kali di berikan melalui pipa masuk ke

lambung (stomach tube) untuk menghilangkan pemadatan (Blakely dan Bade,

1991).

Kuda yang mengalami kolik akan merasakan tidak nyaman pada bagian

perut maka kuda sering melihat kebagian perut dan menggigit bagian flank. Kuda

juga cenderung gelisah serta bangun dan tidur sambil menggaruk – garuk lantai.

Pencegahan yang dapat di lakukan yaitu dengan memberikan pakan yang teratur

dengan kuantitas dan kualitas yang memadai. Pemberian laxative, analgesic,

sedative, obat spasmolityc, cairan terapi, pengontrolan, pemeliharaan gigi dan

manajemen pemeliharaan yang baik (Maswarni dan Nofiar, 2014).

11

Faktor Penunjang

Kejadian penyakit merupakan faktor penyebab yang dapat menurunkan

populasi kuda di Indonesia, dalam upaya peningkatan populasi kuda di Indonesia

perlu dilakukan penerapan manajemen kesehatan pada setiap peternakan.

Manajemen kesehatan hewan adalah program penjagaan peternakan dari bahaya

penyakit ternak serta faktor-faktor yang berpengaruh langsung maupun tidak

langsung pada ternak, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Faktor keberhasilan

penerapan manajemen kesehatan hewan adalah dengan teknik dan metode

pemeriksaan secara individual, seperti pemeriksaan klinis. Hasil pemeriksaan

klinis dapat menentukan diagnosa suatu penyakit dan terapi yang tepat (Subroto,

2008).

Pemeriksaan umum dilakukan selain pemeriksaan klinis dari suatu jarak

yang tidak mengganggu ketenangan dan sikap penderita. Pemeriksaan jauh harus

dilakukan dari berbagai arah yaitu dari arah depan, belakang dan kedua sisi

hewan. Dengan cara ini banyak kelainan tubuh yang dapat diamati,yang mungkin

tidak ditemukan dalam pemeriksaan jarak dekat. Pemeriksaan umum meliputi

mencium bau dan mendengarkan bunyi. Pemeriksaan dekat terhadap hewan

meliputi ekspresi muka, temperamen, kondisi badan, kulit dan rambut, pernafasan,

perut, sikap, langkah atau jalan dan aksi abnormal (Subroto, 2008).

Faktor yang menunjang usaha peternakan meliputi pemilihan bibit,

manajemen pakan, manajemen perawatan, manajemen perkandangan dan

manajemen kesehatan hewan ( Subronto, 2004).

12

Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit dilakukan dengan metode seleksi, pada dasarnya

pemilihan bibit untuk seleksi kuda ada 3 yaitu dengan menggunakan informasi

tentang silsilahnya, performans dan observasi visual. Cara terbaik adalah

memanfaatkan ketiganya. Bangsa kuda yang paling populer yaitu Quarter Horse

dan Thoroughbred (Blakely dan Bade, 1991).

Manajemen Pakan

Sapi atau hewan ruminansia mempunyai kemampuan menguraikan serat

makanan menjadi protein dan beberapa karbohidrat karena disebabkan oleh

penguraian mikroba pada bahan pakan dan penyerapan zat makanan yang

berlangsung sepanjang usus halus. Pakan mengandung protein tidak penting di

butuhkan karena adanya fermentasi mikroba, namun kuda tidak seperti hewan

ruminansia. Fermentasi mikroba terjadi sesudah lambung hal ini berpengaruh

besar terhadap pemberian makan kuda sesuai dengan kebutuhannya. Kuda

membutuhkan pakan yang mengandung gizi sesuai dengan kebutuhannya

(Parakkasi, 1986).

Gizi Pakan

Sesuai dengan kebutuhannya kandungan gizi pakan kuda meliputi energi,

protein, mineral, vitamin, dan air.

Energi, kebutuhan energi pada kuda dicukupi dari karbohidrat dan lemak.

Karbohidrat terbagi menjadi gula sederhana seperti glukosa dan gula kompleks

seperti pati, glikogen, selulosa, dan serat kasar. Sumber karbohidrat adalah berupa

biji-bijian dan hijauan. Lemak dalam tubuh hewan dibutuhkan sebagai sumber

13

energi dan pembawa vitamin A, D, E dan K. Lemak badan dibentuk dari

karbohidrat, lemak makanan dan protein yang tidak langsung di gunakan. Lemak

sebagai sumber energi lebih efisien bila dibandingkan dengan karbohidrat dan

protein. Banyak faktor yang dapat mempengauhi kebutuhan akan energi untuk

pertahanan tubuh, misalnya ciri khas dari kuda, komposisi badan, temperatur

sekitar, dan berat badan kuda (Maswarni dan Nofiar, 2014).

Protein, bahan pakan sumber protein dibutuhkan oleh kuda. Fungsinya

berperan dalam pertumbuhan hewan. Pencernaan protein terjadi sepanjang usus

kuda dan yang paling intensif adalah pada usus kecil. Tubuh memerlukan protein

untuk memperbaiki dan mengganti sel-sel yang rusak serta untuk produksi dan

reproduksi. Oleh karena itu, hewan perlu mendapatkan protein dari bahan pakan.

Pakan yang tidak terdapat cukup protein maka tubuh hewan tidak dapat membuat

dan memelihara jaringan tubuh sehingga pertumbuhannya akan terganggu

(Parakkasi, 1986).

Mineral meliputi sejumlah fungsi dalam tubuh, termasuk pembentukan

komponen struktur, proses enzim kofaktor dan transfer energi. Beberapa energi

adalah bagian pelengkap atau penyempurna dari vitamin, hormon dan asam

amino. Kuda memperoleh mineral penting dari lapangan rumput dan pakan yang

berasal dari biji-bijian. Ada tujuh jenis mineral makro yaitu kalsium, fospor,

potasium, sodium, klorida, magnesium, sulfur. Sedangkan mineral mikro yaitu

kobalt, coper, fluorin, iodin, besi, mangan, selenium, dan seng (Maswarni dan

Nofiar, 2014).

14

Kalsium memiliki fungsi paling penting pada tulang, yaitu mengontrol

syaraf dan merangsang otot serta membatasi perpindahan Na dan K yang

diperlukan untuk pembekuan darah dan gerak normal jantung (Maswarni dan

Nofiar, 2014).

Fospor juga dibutuhkan untuk relaksi sistem transfer energi dari

fospolipid, asam nukleat, dan fosfoprotein. Fospor diserap dalam bentuk pitate.

Kebutuhan fosfor untuk pertahanan pada kuda dewasa dengan berat 500 kg yaitu

14,3 g/hari. Kelebihan fosfor dapat menurunkan penyerapan kalsium yang

mengarah pada kekurangan kalsium yang kronis (Maswarni dan Nofiar, 2014).

Potasium adalah bagian terbesar dari kation intra selular yang merupakan

bagian pertahanan dari dasar keseimbangan asam dan pengaturan osmotik dalam

tubuh. Kebutuhan potasium dari kuda mudah didapatkan karena rumput

mengandung potasium yang dibutuhkan kuda. Kelebihan potasium dikeluarkan

melalui urin dengan air yang cukup (Maswarni dan Nofiar, 2014).

Sodium merupakan eletrolit dalam keseimbangan dasar asam dan

pengaturan osmotik dalam tubuh. Kebutuhan sodium akan meningkat pada masa

bunting tua, menyusui dan dalam latihan. Kekurangan sodium klorida

menyebabkan kuda cenderung menjilat benda disekitarnya, cara makan lambat,

nafsu minum menurun dan kemungkinan bisa kehilangan selera makan.

Kekurangan sodium dapat menyebabkan gerakan otot dan pengambilan pakan

tidak terpusat serta langkah tidak tepat atau kurang keseimbangan.

Klorida adalah komponen penting dalam empedu dan sangat penting

dalam pembentukan asam hidroklorida, yang merupakan suatu komponen pada

15

lambung yang diperlukan pada pencernaan. Gejala kekurangan klorida yaitu

berkurangnya selera makan, produksi susu menurun, dehidrasi, dan penurunan

gairah.

Magnesium dibutuhkan sekitar 0,05% dari berat badan dan sekitar 60%

bagian unsur dari rangka tulang. Penyerapan magnesium bervariasi dari 40-60%.

Hipomagnesium pada anak kuda menyebabkan ketakutan, otot bergetar,

berkeringat, jalan sempoyongan, dan dapat menyebabkan kematian.

Sulfur merupakan pakan sumber protein berkualitas cukup tinggi biasanya

mengandung tidak kurang dari 0,15% sulfur organik yang cukup memenuhi

kebutuhan sulfur pada pakan kuda.

Vitamin dibutuhkan oleh kuda sama seperti kebutuhan gizi lainnya yang

dipengaruhi oleh umur, tujuan pemeliharaan dan berbagai tekanan seperti infeksi

pada gastrointestinal dan latihan keras pada otot. Jenis vitamin dapat dibedakan

menjadi vitamin larut dalam lemak dan vitamin larut dalam air.

Vitamin larut dalam lemak

Vitamin A berperan penting dalam penglihatan dan metabolisme

photoreactive yang ditemukan dalam pigmen penglihatan pada mata bola.

Pembentukan tulang dala pertumbuhan juga diatur oleh vitamin A. B-karoten

ditemukan dalam jumlah paling banyak pada pakan hijauan dan jagung kuning.

Vitamin D merupakan komponen utama yang ditemukan dalam vitamin

D2 (Ergocalciperol). Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan penyakit tulang.

Walaupun gejalanya tidak kelihatan pada kuda, tetapi dapat menyebabkan

pertumbuhan menjadi lambat.

16

Vitamin E, kuda yang dalam kondisi latihan keras membutuhkan vitamin

E dan selenium dalam jumlah yang tinggi. Selain itu dibutuhkan juga untuk

kekebalan tubuh.

Vitamin K, kelompok dari campuran yang paling umum adalah

phylloquinone (K1) dan monaquinone (K2), yang merupakan esensial untuk

mensintesis protrombin dalam hati.

Vitamin larut dalam air

Thiamin / B1, sintesa thiamin dalam usus kuda tidak ditemukan, artinya

kebutuhan 2,75 mg/kg bahan kering dari bahan pakan adalah cukup untuk

memenuhi kebutuhan kuda. Kekurangan thiamin menyebabkan hilangnya

keseimbangan dan lambatnya detak jantung.

Riboflavin / B2 disintesis pada usus kuda dewasa oleh mikro flora.

Kekurangan riboflavin menyebabkan pertumbuhan menurun, rendahnya

penggunaan pakan, kerusakan kulit dan rambut rontok.

Niasin disintetis oleh mikroflora pada secum dan colon serta membentuk

asam amino tryptophan pada jaringan kuda. Kekurangan niasin menyebabkan

pertumbuhan lambat, nafsu makan kurang, diare, penyakit kulit, muntah-muntah

dan peradangan isi perut.

Asam Pantotenat disintesis pada usus kuda dewasa dan merupakan

komponen dari koenzim yang berhubungan dengan metabolisme energi.

Kekurangan asam pantotenat dapat menyebabkan pertumbuhan menurun.

Vitamin B6 terdiri atas tiga nama umum yaitu piridoksin, piridoksal, dan

piridoksamin. Kekurangan Vitamin B6 menyebabkan urat syaraf tidak normal,

17

kekejangan, selaput pembungkus rusak, mengurangi respon antibodi, kulit rusak

dan menurunkan kesuburan.

Biotin disintesis oleh mikroorganisme pada usus kuda dewasa. Untuk

meningkatkan kualitas kuku kuda dewasa adalah 10-30 mg biotin/hari dalam

makanan.

Folacin disintesis pada usus halus oleh mikroorganisme pada kuda dewasa.

Folacin berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa enzim yang dilibatkan dalam

metabolisme tubuh.

Vitamin B12 vitamin ini menjadi unik karena hanya disintesis secara alami

oleh mikroorganisme. Pakan yang berperan dalam meningkatkan produksi asam

lemak folat memerlukan vitamin B12 yang cukup. Vitamin ini disimpan terutama

pada hati. Metabolismenya berhubungan dengan zat makanan lainnya seperti

methionin, kolin, folacin. Vitamin ini diserap pada ilium yang dimudahkan oleh

faktor yang berhubungan dengan cairan lambung.

Vitamin C (ascorbic acid), jaringan kuda dapat mensintesis vitamin C.

Kekurangan vitamin C menunjukan gejala sariawan pada perut yang ditandai

dengan pendarahan dan pembengkakan.

Air, tubuh hewan terdiri dari 60-70% air. Jumlah tersebut bervariasi pada

masing-masing jaringan tubuh. Kuda membutuhkan air minum 40-45 l/hari;

tergantung dari cuaca, pergerakan atau aktifitas, umur dan jenis bahan pakan.

Kehilangan 10% air dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh dan kehilangan

20% air dapat mengakibatkan kematian. Kekurangan air dalam pakan adalah

penyebab utama gangguan pada pencernaan. Fungsi air adalah sebagai pelarut, air

18

juga sebagai campuran dalam pencernaan dan transfortasi dari hasil metabolisme

serta pembuangan bahan-bahan yang tidak berguna (Maswarni dan Nofiar, 2014).

Bahan Pakan

Pakan konsentrat,baik berupa biji-bijian maupun hasil olahan biji-bijian,

relatif rendah dengan serat kasar dan mempunyai daya cerna tinggi.

Berikut bahan-bahan yang termasuk dalam bahan konsentrat, yaitu : oat (biji

gandum), jagung, barley, bran (dedak), molase, tepung kacang-kacangan / biji-

bijian.

Suplement adalah bahan pakan lainnya disamping rumput, garam atau air.

Untuk pertumbuhan badan, kuda pacu membutuhkan energi yang tinggi dalam

mencapai performa maksimal. Pemberian pakan dan feed suplement yang tidak

sesuai dengan kebutuhan dapat mengancam kesehatan kuda. Kuda yang gemuk

bukanlah kuda yang baik dan kuda yang pertumbuhannya yang cepat akan

menyebabkan ketidaknormalan pada pertumbuhan otot, terutama pada otot kaki

depan dan kaki belakang (Parakkasi, 1986).

Rumput adalah pakan kuda yang ideal dan tidak mahal serta bergizi.

Kualitas dari rumput tergantung pada jenis rumput dan kematangan rumput.

Rumput yang tua atau rumput yang lebih kering memiliki kandungan gizi yang

rendah dan tidak mudah untuk dicerna. Begitu juga untuk rumput yang terlalu

muda kurang mengandung nilai gizi yang dibutuhkan kuda. Pemberian pakan

rumput yang baru dipotong sebaiknya didiamkan satu malam dengan cara

didirikan, bukan ditumpuk. Tujuannya untuk mengurangi kadar air (Maswarni dan

Nofiar, 2014).

19

Pelet adalah pakan olahan pabrik yang mudah dalam pemakaiannya dan

ekonomis. Pelet lebih mudah dikunyah apa lagi untuk kuda yang memiliki gigi

kurang bagus atau kuda yang alerghi terhadap penyakit pernafasan karena tidak

berdebu tetapi pelet mempunyai sedikit sifat pengenyang sehingga terlihat kuda

sering menggigit tembok atau pintu karena menginginkan pakan rumput

(Maswarni dan Nofiar, 2014).

Manajemen Perawatan

Perawatan kuda merupakan hal yang perlu dilakukan untuk membuat kuda

selalu dalam keadaan segar sehingga kuda berada dalam kondisi paling optimal.

Tujuan perawatan kuda adalah menunjang kesehatan kuda, merangsang sirkulasi

darah, merangsang pergerakan otot, menunjang penampilan kuda, mengetahui

asda tidaknya luka, mengurangi resiko penyakit kulit dan parasit, serta

mempererat hubungan antara pemilik dan kuda (Maswarni dan Nofiar, 2014).

Perawatan kuda seperti membersihkan rambut, badan dan kuku akan

menjaga kondisi kulit jauh dari penyakit dan jamur. Dengan perawatan kuda

setiap waktu. Urutan proses perawatan kuda :

Perawatan badan yang ideal dimulai dengan mengerok lalu menyikatnya secara

bergantian, sedangkan kepal kuda dibersihkan dengan cara menyikatnya

kemudian dilanjutkan dengan penyisiran rambut di bagian ekor dengan satu

tangan memegang ekor sedangkan tangan satunya melakukan penyisiran.

Lewatkan jari tangan pada badan kuda jika pada jari tidak ada kotoran atau debu

yang menempel maka perawatan sudah sempurna, lalu tahap terakhir dalam

perawatan badan kuda yaitu melap bagian-bagian badan kuda (Vogel, 2011).

20

Perlengkapan perawatan

Kerok merupakan penggosok badan yang terbuat dari bahan keras.

Fungsinya untuk mengangkat kotoran dari badan dan merangsang sirkulasi darah.

Sikat terbuat dari bulu yang kaku atu serat tumbuhan yang bentuknya

bervariasi. Sikat digunakan untuk menggosok badan dan membersihkan ketombe

pada bulu suri dan ekor.

Congkel kuku digunakan untuk membersihkan bagian bawah kuku, yaitu

dimulai dari bagian heel (tumit) sampai ke toe (bagian depan kuku).

Sweat scraper, digunakan untuk menghilangkan atau mengeringkan

kudayang basah dan berkeringat. Bentuk panjang, bagian atas terbuat dari metal,

sedangkan bagian bawah terbuat dari bahan karet.

Kain lap adalah perlengkapan yang tidak kalah penting. Digunakan untuk

mengkilangkan debu dan kotoran pada badan kuda serta digunakan untuk melap

kotoran pada hidung, mata, telinga, mulut dan untuk mengeringkan kuda sebelum

disikat atau kuda habis latihan

Sisir digunakan untuk menyisir jambul, suri dan ekor (Maswarni dan

Nofiar, 2014)

Manajemen Perkandangan

Kandang adalah syarat mutlak yang diperlukan dalam manajemen

peternakan. Kuda akan mersa sehat dan tenang ketika kandang bersih dan

lingkungan kandang kondusif sehingga penanganan menjadi lebih mudah dan

kuda akan mersa nyaman di kandang (Parakkasi, 1986).

21

Syarat kandang yang baik antara lain berlokasi di tempat yang mempunyai

saluran limbah dan drainase yang baik, ventilasi cukup, ada tempat khusus

penyimpanan pakan dan peralatan, biosecurity baik, jauh dari permukiman,

sumber air bersih cukup (Anonim, 2010).

Macam – Macam Kandang

Ada berbagai macam bentuk kandang yaitu kandang bentuk koloni,

kandang bentuk tunggal dan kandang umbaran atau sering disebut paddock.

Rancangan tipe perkandangan berfungsi untuk mengefisienkan perlakuan dan

pengelolaan agar kualitas kuda dapat mencapai keadaan maksimal sehingga kuda

dapat bernilai ekonomis yang tinggi ( Soeparman, 1998).

Kandang bentuk tunggal adalah kandang yang dibuat secara khusus untuk

satu ekor kuda dengan ukuran tertentu. Kandang kuda ini bisa digunakan bukan

untuk kuda-kuda pekerja melainkan kuda-kuda sebagai simbol kebanggan

misalnya kuda pacu, tunggang dan lain-lain. Kuda-kuda ini lebih tepat bila

ditempatkan pada kandang individu ( Anonim, 2010).

Kandang Bentuk Koloni yaitu kandang dibuat dengan ukuran yang cukup

luas untuk ditempati beberapa ekor kuda. Agar kuda tidak mengganggu antara

kuda yang lain atau membuat gaduh maka setiap kuda diberi penyekat dalam

setiap ukuran kandang ( Anonim, 2010).

Kandang Umbaran (Paddock) adalah suatu lahan yang cukup luas di luar

kandang yang banyak ditumbuhi rumput dengan dibatasi palang-palang pagar

untuk keamanan kuada agar kuda tidak keluar dari paddock. Tujuan pembuatan

22

areal pengumbaran adalah untuk memberikan kesempatan pada kuda bergerak di

alam bebas dan mencari rumput (Soeparman, 1998).

Kontruksi Kandang. Kandang agar dapat memberikan rasa nyaman, maka

kandang harus dibuat dengan benar. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah

atap, lantai, dinding, dan ventilasi. Kandang sebaiknya dilengkapi air bersih. Kuda

juga seharusnya mendapatkan ruangan yang cukup untuk berbaring, roling dan

bangun lagi. Ukuran kandang ideal untuk peternakan adalah untuk kuda dewasa

3,5 x 3,5m dan untuk kuda poni 3,5x 3m. Kandang induk biasanya seperti ukuran

kandang normal yaitu 3,7 x 3,7m – 4,7 x 4,7m (Mcbane, 1991).

Atap kandang. Bentuk atap kandang memiliki dampak yang kuat pada

atribut fungsional dan estetika suatu stable. Atap kandang yang baik dapat

meningkatkan ventilasi atau cahaya alami masuk. Kemiringan atap sebaiknya

diperhitungkan sebaik mungkin sehingga air hujan jangan sampai masuk ke dalam

kandang. Atap kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi, karena dapat

menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Ketersediaan udara yang baik sangat

dibutuhkan pada perkembangan kuda karena kuda mudah terkena penyakit

pernapasan. Jendela pada kandang kuda juga harus berada pada posisi sejajar

dengan kepala kuda (McBane, 1991).

Dinding kandang sebaiknya di buat dari tembok, apabila di buat dari kayu

maka akan mudah roboh sebab sepakan kuda yang kuat, adanya gerakan yang

gaduh ketika kuda birahi juga salah satu faktor berbahaya. Bahan kontruksi yang

tahan lama, mudah dibersihkan dan bagus dilihat dalam estetikanya. Bahan yang

23

umum digunakan adalah kayu, beton, batu dan logam dengan penggunaan

beberapa komponen sintetik berkualitas tinggi (Anonim, 2010).

Lantai Kandang. Lantai untuk kandang sebaiknya dibuat merata dan diberi

lubang kecil resapan. Karakteristik lantai kandang kuda yang ideal antara lain

nyaman di kaki dan bisa mengurangi ketegangan pada tendon dan kaki, kering,

tidak berbau menyengat, mempunyai daya tarik dan tidak licin, tahan lama,

mudah dibersihkan (Anonim, 2010)

Alas Lantai Kandang memberikan kenyamanan dan mencegah kaki kuda

dari hentakan saat berdiri dalam waktu yang lama pada permukaan yang keras.

Faktor yang penting ketika memilih bahan untuk digunakan sebagai alas kandang

adalah kenyamanan kuda (Vogel, 2011).

Alas kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta

beralaskan serbuk gergaji. Alas lunak bertujuan agar melindungi kuda ketika

sedang dalam keadaan berguling, memberi kehangatan dan kenyamanan kuda

serta melindungi kaki kuda ( Mc Bane, 1991).

Ventilasi Kandang. Bangunan kandang harus dilengkapi dengan ventilasi

yang sempurna. Ventilasi yang sempurna dapat dibuat dengan pengaturan dinding

yang sebagian terbuka. Ventilasi yang sempurna sangat menguntungkan bagi kuda

sebab ventilasi berguna untuk mengeluarkan udara kotor (CO2) dari dalam

kandang dan menggantikan dengan udara segar (O2) dari luar. Dengan kondisi ini,

udara segar di dalam kandang bisa dipertahankan (Vogel, 2011).

Pintu Kandang. Pembuatan kandang juga harus mempertimbangkan segi

kepraktisan dalam melakukan tata laksana. Salah satunya adalah pertimbangan

24

letak dan ukuran pintu. Pintu kandang dibuat di sisi belakang atau samping

kandang dengan ukuran yang cukup lebar. Dengan demikian saat peternak akan

membersihkan kandang atau akan mengeluarkan kuda dari kandang dengan

mudah dapat dilakukan dan tanpa ada kesulitan apapun (Mc Bane, 1991).

Perlengkapan dan Peralatan Kandang

Peralatan adalah sarana yang menunjang kelancaran dalam hal teknis

pelaksanaan ternak, sedangkan sarana penunjang kelancaran pelaksanaan ternak

secara nonteknis.

Kandang akan lebih sempurna jika dilengkapi dengan perlengkapan

kandang, seperti di bawah ini.

Tempat pakan, dapat dibuat berbagai macam bentuk dan kontruksi. Hal ini

tergantung pada kemungkinan-kemungkinan di dalam kandang itu sendiri serta

tujuan beternak misalnya, kandang untuk anak kuda tentu saja tempat pakan dan

minumnya harus dibedakan dengan kuda dewasa. (Soeparman, 1986).

Tempat minum. Walaupun ternak kuda termasuk salah satu hewan yang

tahan tidak minum, namun alangkah baiknya kalau air minum pun disediakan

sepanjang hari. Tempat air minum dapat disediakan pada ember plastik atau

tempat lain yang ditaruh diluar kandang, sehingga apabila kuda hendak minum

dengan mudah mengeluarkan kepala mereka dari dalam kandang dan tidak

membasahi ruang kandang (Vogel, 2011).

Disamping perlengkapan tempat pakan dan minum, perlu dilengkapi pula

dengan beberapa peralatan kandang yang menunjang tata laksana usaha

peternakan, antara lain sebagai berikut :

25

Kereta dorong berguna untuk mengangkut makanan penguat dari gudang

pakan ke kandang dan untuk mengangkut kotoran ternak dari dalam kandang

secara efisien (Anonim, 2010).

Alat Pembersih, untuk menjaga kebersihan kandang maka alat pembersih

seperti kran, selang, sapu, serok dan kereta dorong diperlukan untuk membuang

kotoran ke tempat penampungan (Anonim, 2010).

Gudang. Pakan ataupun bahan pakan harus mempunyai tempat

penyimpanan khusus yang layak agar kualitas maupun kuantitasnya tidak

menurun. Kondisi gudang harus bebas serangga, burung, binatang pengerat, tidak

lembab dan letaknya strategis agar mudah di jangkau. Suhu optimal gudang

berkisar 34-37o C, dengan kelembaban 50% (Anonim,2010).

Manajemen Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan usaha

ternak kuda. Lemahnya kesehatan kuda akan menyebabkan timbulnya penyakit.

Untuk itu, menjaga kesehatan kuda lebih penting dilakukan dari pada mengobati.

Namun demikian, pemahaman tentang penyakit yang menyerang kuda, meliputi

gejala, penyebab dan cara mengatasinya harus dikuasai peternak.

Menjaga kesehatan kuda menjadi perioritas penting yang harus dilakukan

peternak. Pemberian pakan berkualitas, pengelolaan dan pemeliharaan yang lain,

ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan untuk menjaga kesehatan

kuda:

Sanitasi

Yang harus di perhatikan dalam sanitasi adalah sebagai berikut :

26

Kandang, lantai diupayakan selalu dalam kondisi kering dan bersih,

sirkulasi udara terjamin dan tempat untuk mendapatkan sinar matahari pagi.

Lingkungan di sekitar kandang dibuat parit agar terbebas dari genangan air

atau lembab. Demikian pula di lapangan penggembalaan, pada setiap batas petak

dibuat parit pula agar aliran air lancar. Dengan cara ini, saat hujan datang

lapangan pengembalaan itu tidak menjadi becek.

Penghuni Kandang adalah semua kuda yang menghuni kandang harus

bersih, caranya dimandikan secara rutin, kuda-kuda yang sakit segera di pisahkan

dari kelompok kuda yang sehat.

Peralatan. Tempat pakan air minum dibersihkan dan di cuci pada setiap

hari sehingga tidak memberi peluang bagi penyebaran penyakit.

Menggembalakan kuda berarti memberikan kesempatan kepada kuda

untuk berolahraga, melatih otot-ototnya dan memperlancar peredaran darah,

sehingga kuda menjadi lebih sehat.

Pakan

Pemberian pakan berkualitas rendah yang tidak memenuhi kandungan gizi

tinggi dapat mengakibatkan defisiensi kuda. Sebaliknya, pemberian pakan

berkualitas dengan gizi tinggi akan meningkatkan produktivitas dan mencegah

adanya penyakit.

Vaksinasi

Vaksinasi ialah usaha untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dengan

menggunakan cara immunoprofilaktis untuk memperoleh kekebalan aktif yang

disebabkan timbulnya antibodi dalam tubuh akibat rangsangan dari vaksin.

27

Imunitas adalah faktor yang berhubungan antara mikroba dan hospes/individu.

Seekor individu yang memiliki imunitas dengan kapasitas sel khusus dalam tubuh

yang memproduksi antibodi dapat bertindak sebagai substansi proteksi terhadap

serangan mikroba. Program pencegahan dan perawatan kesehatan dapat dicapai

dengan pelaksanaan vaksinasi yang baik. Obat-obatan yang diberikan dalam

rangka pencegahan merupakan tindakan ekonomis yang tepat dalam

meningkatkan dan mempertahankan kondisi kesehatan kuda sekalipun terlihat

mendatangkan peningkatan biaya perawatan. (Soeparman, 1986).

Vaksinasi dilakukan secara luas dimaksudkan untuk pencegahan terhadap

infeksi penyakit. Disamping pengobatan penyakit mahal berkaitan dengan obat-

obatan yang digunakan, juga dapat menurunkan kondisi kesehatan tubuh dan

kemungkinan menyebabkan kematian, untuk itu program imunisasi yang baik

merupakan jaminan tindakan nyata dalam segi ekonomis. (Blakely dan Bade,

1991).

Pemberian Obat Cacing

Pemberian obat cacing penting bagi kuda, terutama untuk yang berada di

lapangan rumput. Pemberian obat cacing jika tidak dilakukan secara teratur dalam

jangka waktu 3 bulan sekali sebagai usaha pencegahan, maka perut kuda akan

tampak gemuk/membesar sebagai manifestasi dari adanya infeksi endoparasit.

Kuda jauhkan dari lapangan rumput yang biasanya di pakai untuk merumput jenis

ternak lain, untuk menghindari terinfeksinya cacing (Maswarni dan Nofiar, 2014).

28

BAB III

MATERI DAN METODE

Materi

Materi yang digunakan untuk penulisan tugas akhir ini adalah peternakan

kuda Tombo Ati Stable di Desa Butuh, Kecamatan Tengaran, Salatiga, Jawa

Tengah pada periode bulan Januari – Mei 2015. Populasi kuda sebanyak 47 ekor

kuda yang terdiri dari 1 ekor kuda pacu, 6 ekor pejantan pemacak, 24 ekor kuda

betina indukan, 8 ekor kuda remaja, 8 ekor kuda belo (6 ekor kuda belo sudah

disapih dan 2 ekor kuda belo belum disapih).

Metode

Metode yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, wawancara dan

praktek langsung di Tombo Ati Stable selama Praktek Kerja Lapangan.

Pengambilan data dengan mengamati secara langsung kuda belo di Tombo

Ati Stable, mengadakan wawancara dan tanya jawab langsung kepada paramedic,

anak kandang serta Praktek Kerja Lapangan secara langsung dengan mengikuti

kegiatan dan mengumpulkan data penyakit pada tanggal 30 Maret – 5 April 2015.

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktek Kerja Lapangan dilakukan di Tombo Ati Stable yang terletak Desa

Butuh, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Salatiga, Jawa Tengah. Hasil yang

diperoleh yaitu data populasi kuda belo, kondisi kandang, jadwal kerja,

ketersediaan obat-obatan, manajemen pakan dan kejadian penyakit.

Populasi kuda di Tombo Ati Stable yang terletak di Desa Butuh,

Kecamatan Tengaran, Kabupaten Salatiga, Jawa Tengah sebanyak 47 ekor, yang

terdiri 1 ekor kuda pacu, 6 ekor pejantan pemacak, 24 ekor kuda betina indukan, 8

ekor kuda remaja, 8 ekor kuda belo (6 ekor kuda belo sudah disapih dan 2 ekor

kuda belo belum disapih). Populasi kuda di Tombo Ati Stable dapat dilihat pada

tabel 1. Kuda di Tombo Ati Stable dipelihara untuk olahraga pacuan kuda dan

sebagai hewan kesayangan.

Tabel 1. Populasi kuda di Tombo Ati Stable, Desa Butuh, Kecamatan Tengaran,

Salatiga, Tawa Tengah.

No Status Jumlah

Presentase

(%)

1

2

3

4

5

Kuda Pacu

Kuda Pejantan / Pemacak

Kuda indukan

a. Bunting

b. Belum bunting

c. Menyusui / Laktasi

Kuda Remaja

Kuda Belo

a. Sapih

b. Belum di sapih

1

6

10

12

2

8

6

2

2,12

12,76

21,27

25,53

4,25

17,0

12,76

4,25

Jumlah 47 100%

30

Manajemen perkandangan yang dilakukan di Tombo Ati Stable adalah

rutin melakukan sanitasi kandang dan pengaturan ukuran kandang yang ideal.

Panjang kandang di Tombo Ati Stable adalah 4 meter, lebar 4 meter. Dinding

terbuat dari tembok dan lantai dari semen dengan beralaskan sekam bubuk

gergaji. Bahan dan kontruksi bangunan kandang sesuai dengan pendapat Mc

Bane,1991. Tempat pakan dan minum berada di depan pintu kandang. Setiap kuda

di Tombo Ati stable menepati menepati 1 stall (single stall), kecuali pada kuda

laktasi dan kuda belo lepas sapih.

Kejadian penyakit di Tombo Ati Stable masih terhitung rendah yaitu

cacingan 2,12%, diare 4,25%, influenza 8,51% dan kolik 2,12%, hal ini

disebabkan karena telah dilaksanakan program manajemen kesehatan hewan pada

kuda. Pelaksanaannya telah terjadwal seperti pada tabel. 5 dan dilaksanakan

secara konsisten.

Ketersediaan obat- obatan di Tombo Ati Stable sudah lumayan cukup lengkap.

Obat-obatan yang dimiliki Tombo Ati Stable meliputi analgesik, antipiretik,

antiseptik, antibiotic, anthelmintik, dan antiflamasi. Ketersediaan obat di Tombo

Ati Stable dapat dilihat pada tabel 2. Kuda di Tombo Ati Stable telah

dilaksanakan program manajemen kesehatan hewan Non Ruminansia (Program

vaksinasi, obat cacing dan penanganan kesehatan secara insidental).

31

Tabel 2. Ketersediaan obat-obatan dan multivitamin yang dimiliki oleh Tombok

Ati Stable

Manajemen pakan di Tombo Ati Stable sudah memenuhi standart

kecukupan pakan ( kabohidrat, protein, lemak, makro mineral, mikromineral dan

vitamin) yang sesuai dengan syarat komposisi nutrisi yang dibutuhkan oleh kuda.

Pemberian pakan pada kuda belo di peternakan Tombo Ati Stable

sebanyak empat kali sehari dengan pemberian hijauan dua kali pada pukul 12.00

WIB dan pada pukul 19.00 WIB sedangkan pemberian pellet juga dua kali pada

pukul 07.00 WIB dan pada pukul 17.00 WIB. Takaran pemberian pellet pada kuda

belo dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Takaran pemberian pellet pada kuda belo

No Nama Belo Pellet Total Pagi Sore

1. Pesta Panen Balito 1 4 1,5 2,5

2. Babad Alas Balito 1 3,5 1,5 2

3 Ulil Albab Balito 1 3,5 1,5 2

4 Eid Mubarok Balito 1 3,5 1,5 2

5 Tambak Beras Balito 1 3,5 1,5 2

6 Nyai Kanjeng Balito 1 3,5 1,5 2

No Nama Obat dan Multivitamin jumlah Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

Amoksilin

Albendazol 10%

Alkohol 70%

Biosalamin

Betamox LA

Diclovenac

Genta-ject 10%

Malone

Multivitamin injection

Novaldon

Novamag

Norit

Neurobion

Papaverine

Panachur

Vitol 120

Yusimox

1 botol

1 botol

2 botol

3 botol

2 botol

3 strip

2 botol

2 botol

3 botol

3 botol

5 strip

5 strip

2 botol

3 botol

4 strip

2 botol

2 botol

Antibiotik

Obat cacing

Antiseptik

Vitamin

Antibiotik

Anti Inflamasi

Antibiotik

Analgesik

Vitamin

Analgesik

Analgesik

Antibiotik

Vitamin

Analgesik

Obat cacing

Vitamin

Antibiotik

32

Manajemen kesehatan di Tombo Ati Stable untuk pencegahan penyakit

adalah pemberian vaksin dan obat cacing. Pemberian vaksin kuda adalah Vaksin

Tetanus Toxoid (TT) diberikan saat usia dalam kandungan 10 bulan, lepas sapi 6

bulan, kemudian umur 1 tahun revaksinasi dan umur 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun,

diulangi 2 tahun sekali. Pemberian obat cacing diberikan rutin setiap 3 bulan

sekali. Obat cacing yang diberikan adalah Panacur dengan dosis 30 cc.

Berdasarkan data yang dikumpulkan penulis, data kejadian penyakit yang

sering terjadi pada Kuda Belo di Tombo Ati Stable adalah influenza dengan

presentase 8,51%. Kejadian influenza disebabkan karena perubahan musim,

kekebalan tubuh yang cenderung lemah, kehujanan / kedinginan. Penyebaran

penyakit ini biasanya melalui kontak langsung dan melalui udara. Lebih banyak

menyerang pada anak kuda/belo. (Maswarni dan Nofiar,2014). Manajemen

pemeliharaan untuk pencegahan influenza adalah melakukan vaksinasi secara

berkala, menjauhkan kuda dari keadaan stress, jika suhu tubuh meningkat

sebaiknya di suntik antibiotik serta melakukan perawatan yang baik dan benar.

Presentase kejadian cacingan (cacing Parascaris equorum) pada Kuda

Belo di Tombo Ati Stable adalah 2,12 %. Dalam periode Januari-Mei 2015

cacingan pada kuda tergolong rendah karena pemberian obat cacing secara rutin

tiap 3 bulan sekali. Obat cacing yang diberikan adalah Panacur dengan dosis 30

cc. Untuk kuda belo di Tombo Ati Stable tidak dilakukan Exercise pada waktu

pagi hari dan biasanya hanya di umbar pada paddock sore hari sehingga dapat

mencegah kuda belo memakan rumput yang terindikasi terdapat telur/larva

cacing pada pagi hari.

33

Kejadian Diare pada Kuda Belo di Tombo Ati Stable mencapai 4,25 %

disebabkan oleh infeksi yaitu karena adanya bakteri, virus dan jamur sedangkan

penyakit non-infeksi disebabkan oleh keadaan tubuh sendiri, seperti alergi dan

ketidakseimbangan hormon. Kuda belo masih dalam tahap belajar makan, minum

dan penyesuaian perut setelah lepas sapih sehingga belo terserang diare, makan

pakan yang berjamur bisa menyebabkan kuda belo diare. Pengobatan diare di

Tombo Ati Stable pada kuda belo di beri Norit 20 biji dan amoxcillin di berikan

secara injeksi Intra Muscular.

Kejadian kolik pada kuda belo di Tombo Ati Stable dalam periode bulan

Januari-Mei 2015 dengan presentase 2,12 %. Menurut Subronto,2008 kejadian

kolik di Tombo Ati Stable adalah kolik konstipasi dan kolik spasmodik. Kolik

konstipasi yang disebabkan oleh pemberian pakan yang kurang bermutu dan kolik

spasmodik disebabkan oleh rasa mulas yang di sertai dengan diare Kejadian kolik

di Tombo Ati Stable disebabkan oleh pemberian rumput yang sudah berjamur atau

terlalu menguning dan kolik yang disebabkan oleh rasa mulas di sertai dengan

diare. Pengobatan kolik di Tombo Ati Stable pada kuda belo diberi Nufamag

secara peroral dengan dosis 65 ml. Kejadian penyakit kuda belo dapat dilihat pada

tabel 4.

Tabel 4. Presentase kejadian penyakit kuda belo di Tombo Ati Stable

Penyakit Januari Febuari Maret April Mei jumlah Presentase

(%)

Cacingan - 1 1 2,12

Diare 1 1 2 4,25

Influenza 1 3 4 8,51

Kolik 1 1 2,12

Jumlah 8 17%

34