bab i pendahuluanrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. asli skripsi.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli...

92
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah sebuah sistem yang menyeluruh dan mencakup semua sendi kehidupan manusia. Ia memberikan sendi kehidupan. Hal ini tidak hanya disimpulkan dari hukum islam saja, tetapi sumber-sumber islam itu sendiri menekannya. 1 Dalam islam menganjurkan sesama manusia agar saling tolong-menolong untuk melangsungkan kehidupannya didunia dan begitu juga anjuran untuk mencari mata pencaharian dalam hal ini yaitu Jual-Beli. Namun Jual-Beli yang seperti apa yang diperintahkan oleh Syariat Islam. Jual beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima barang dari pihak lain mendapatkannya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara yang disepakati. Sedangkan menurut 1 Syakir Muhammad Ash-Shadr, Keunggulan Ekonomi Islam, (Jakarta: Pustaka Zahra,2002) hal 163.

Upload: others

Post on 04-Dec-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah sebuah sistem yang menyeluruh dan

mencakup semua sendi kehidupan manusia. Ia memberikan sendi

kehidupan. Hal ini tidak hanya disimpulkan dari hukum islam

saja, tetapi sumber-sumber islam itu sendiri menekannya.1

Dalam islam menganjurkan sesama manusia agar saling

tolong-menolong untuk melangsungkan kehidupannya didunia

dan begitu juga anjuran untuk mencari mata pencaharian dalam

hal ini yaitu Jual-Beli. Namun Jual-Beli yang seperti apa yang

diperintahkan oleh Syariat Islam.

Jual beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar benda

atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua

belah pihak, yang satu menerima barang dari pihak lain

mendapatkannya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang

telah dibenarkan syara yang disepakati. Sedangkan menurut

1 Syakir Muhammad Ash-Shadr, Keunggulan Ekonomi Islam,

(Jakarta: Pustaka Zahra,2002) hal 163.

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

2

istilah terminology yang dimaksud dengan jual beli adalah tukar

menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan

jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas

dasar saling merelakan.2

Pensyariatan jual beli ini tujuannya untuk memberikan

keleluasan pada manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Karena kebutuhan manusia berhubungan dengan apa yang ada

ditangan sesamanya. Semuanya tidak akan terpenuhi tanpa

adanya saling tukar menukar. Islam telah mensyariatkan kepada

manusia bahwa terpenuhinya kebutuhan sehari-hari harus dengan

jalan suka sama suka diantara kedua belah pihak. 3

Banyak interaksi yang dapat dilakukan manusia agar apa

yang menjadi kebutuhannya dapat terpenuhi. Disini lah peran

Islam sebagai agama yang sempurna mengatur segala bentuk

kehidupan, salah satunya adalah muamalah. Kegiatan muamalah

yang disyariatkan oleh Allah yaitu adanya jual beli, hal ini

ditegaskan dalam firman Allah swt Q.S al- Baqarah ayat: 275

2 Hendi suhendi, Fikih Muamalah, (Jakarta: PT. Persada, 2002), h.67

3Endang Hidayat, Fiqih Jual Beli, ( Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,2015)

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

3

“…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan Riba…” (Q.S al-Baqarah:275).4

Sehubungan dengan ayat tersebut, Allah telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba karena pada jual

beli megandung kemungkinan untung dan ruginya yaitu

tergantung pada kepandaian dalam mengelola serta kondisi dan

situasi.

Penghalalan Allah terhadap jual beli itu mengandung dua

makna, salah satunya adalah Allah menghalalkan setiap jual beli

yang dilakukan oleh dua orang pada barang- barang yang

diperbolehkan untuk diperjualbelikan atas dasar suka sama suka.

Keduanya adalah Allah menghalalkan praktek jual beli apabila

barang tersebut tidak dilarang Allah.

Allah juga melarang manusia bermu’amalah dengan cara

yang tidak baik sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S An-

Nisa’ ayat 29:

4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan

Terjemahannya (Jakarta : jamunu 1965), hlm 69.

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

4

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah

kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,

kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama

suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu.” (Q.S

An-Nisa’ : 29).

Dalam bermua’malah manusia harus memperhatikan

aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah SWT dan rasulnya, dan

pada dasarnya memang segala bentuk mua’malah adalah mubah

(boleh) kecuali apabila ada dalil yang mengharamkannya.5

Haram adalah sesuatu yang Allah melarang untuk

dilakukan dengan larangan yang tegas, setiap orang yang

menentangnya akan berhadapan dengan siksaan Allah diakhirat.

Bahkan terkadang juga terancam sanksi syariah didunia.6

5 Abdul mudji, kaidah-kaidah ilmu fiqih (Al-Qawaidul Fiqhiyah),

(Jakarta: kalam mulia,1996),hal 25 6 Yusuf Qardhawi, Halal Haram, (Surakarta: Era Intermedia, 2003)

hal 31.

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

5

Islam tidak mengharamkan perdagangan kecuali

perdagangan yang mengandung unsur kezhaliman, penipuan,

eksploitasi, atau mempromosikan hal-hal yang dilarang.

Perdagangan Khamr, Ganja, bagi, patung, dan barang-barang

sejenis, yang dikonsumsi, distribusi, atau pun pemanfaatannya

diharamkan, perdagangannya pun diharamkan atau tidak di

Ridhai Islam. Setiap penghasilan yang didapat melalui praktek itu

adalah haram dan Kotor.

Dalam islam, barang yang haram dilarang

diperjualbelikan dan diklasifikasikan menjadi beberapa macam,

yaitu: Babi, Anjing, Bangkai, Darah, dan khamar ( minuman

Keras).

Berdasarkan firman Allah telah Dijelaskan dalam surat

Al-Maidah ayat 3:

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

6

Artinya: “ Diharamkan bagimu(memakan) bangkai,

darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama

selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang

ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu

menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih itu

berhala. Dan diharamkan juga mengundi nasib dengan anak

panah, adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir pada

putus asa untuk mengalahkan agamamu. Sebab itu janganlah

kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaku. Pada hari ini

telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah ku

ucapkan kepada nikmatku, dan telah ku ridhai Islam itu jadi

agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan

tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah maha

pengampun lagi maha penyayang” ( QS. Al- Ma‟idah: 3).7

Harta haram karena dihasilkan dari mu’amalah yang batil

seperti harta riba dan hasil berjudi. Harta jenis ini hanya haram

untuk pelakunya (pihak yang memperolehnya). Tapi tidak haram

bagi pihak yang memperolehnya melalui jalur yang dibolehkan

syari’at (meski dengan bermuamalah dengan pemilik harta riba

atau harta hasil berjudi tersebut). Misalnya anda menjual barang

7 Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam,(Jakarta: Rajawali

pers,2015) hal 109.

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

7

tertentu pada pelaku riba, dan anda mendapatkan harga

(uang)nya, istri yang mendapat nafkah dari hasil riba, atau hadiah

yang didapatkan dari hasil riba, dst. Sesungguhnya dosa atas

harta ini hanya menimpa pelaku riba (yang memperoleh harta

riba) bukan pada uang hasil jual beli, penerima nafkah, dan

penerima hadiah, Allah SWT berfirman dalam Surat Al an’am

ayat 164 yang berbunyi :

Artinya :“Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan

kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang

yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (QS. Al an‟am:

164)”

Syariat islam diturunkan oleh Allah untuk mengatur

segala aspek kehidupan manusia serta untuk kemaslahatan

seluruh umat. Tujuan diturunkannya syariat islam adalah untuk

menjaga kehormatan agama, jiwa, akal, harta dan keturunan.

Melestarikan kelima hal tersebut adalah keharusan, yang tidak

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

8

bisa tidak, jika kehidupan manusia dikhendaki untuk berlangsung

dan berkembang.8

Kajian fiqih dalam bidang muamalat khususnya jual beli

dari masa kemasa mengalami perkembangan dan kemajuan, baik

dari segi model, bentuk, teknik dan macam-macam obyek atau

benda yang diperjualbelikan. Temuan –temuan medis

menunjukan bahwa beberapa jenis obat cukup akurat dalam

menyembukan penyakit. Sayangnya, ternyata beberapa jenis obat

yang beredar dipasaran menggunakan unsur atau bahan yang

diharamkan oleh syariat islam. Islam mensyariatkan pengobatan

hanya dilakukan dengan bahan obat telah diyakini status

kehalalannya.

Kebanyakan dari masyarakat beralasan, membeli obat –

obatan yang terbuat dari bahan haram atau berbagai jenis hewan

dan makanan yang diharamkan untuk dikonsumsi sebagai obat

dalam keadaan darurat tidak apa-apa, sedangkan masyarakat

8 Jaser Audah, Al- MAQAS Id untuk Pemula,(Suka Ress: yogyakarta,

2013) hal 8.

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

9

sendiri sebenarnya kurang memahami batasan-batasan terhadap

konsep darurat dalam islam.

Dalam syarat dan rukun jual beli, tidak ada ketentuan

bahwa uang yang digunakan untuk membeli harus dengan uang

yang halal. Sehingga pada hakikatnya, bila seseorang pembeli

membeli barang dengan uang yang haram, seperti hasil judi,

maka jual beli itu tetap sah. Adapun sipembeli berdosa karena

berjudi, itu urusan yang bersangkutan. Yang perlu diperhatikan

adalah syarat dan rukun jual belinya itu sendiri, apakah sudah

terpenuhi atau tidak. Bila tidak terpenuhi, maka jual beli itu tidak

sah. Sebaliknya bila sudah terpenuhi, maka jual beli itu sah secara

hukum.

Maka dari itu, sudah seharusnya dan sewajarnya seorang

muslim mengetahui hal haramnya perbuatan yang dilakukannya,

dan benda-benda yang digunakannya untuk memenuhi

kebutuhannya. Termasuk dalam hal ini, halal haramnya makanan,

minuman, obat, dan kosmetik.

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

10

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian pada skripsi ini dengan mengangkat judul “

KEDUDUKAN HUKUM JUAL BELI BARANG YANG

HARAM DIKONSUMSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM

ISLAM”. Dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis

fenomena barang yang haram dikonsumsi sehingga dapat

ditentukan kebolehan dapat memperjual belikannya berdasarkan

pertimbangan- pertimbangan dari pendapat para ulama yang

dijelaskan secara rinci.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diatas, penulis perlu

membatasi masalah yang akan diteliti sehingga dalam

pembahasannya nanti tidak akan menyimpang dari sasaran yang

khendak dicapai. Oleh karena itu, perlu adanya rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan hukum islam terhadap jual beli barang

yang haram dikonsumsi untuk pengobatan?

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

11

2. Bagaimana pandangan hukum islam terhadap jual beli barang

menggunakan uang hasil penjualan barang yang haram

dikonsumsi?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa hal tujuan yang

khendak dicapai penulis antara lain sebagai berikut:

1. Untuk memahami hukum jual beli barang yang haram

dikonsumsi untuk pengobatan

2. Untuk memahami hukum jual beli barang menggunakan

uang hasil penjualan barang yang haram dikonsumsi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penulis mengharapkan penelitian ini d apat menambah

wawasan dan referensi khasanah hukum islam khususnya

berkenaan dengan barang yang haram dikonsumsi dan

memperjualbelikannya.

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

12

2. Manfaat Praktis

a. Peneliti ini dapat dijadikan dasar oleh pemerintah dalam

menanggapi dampak yang terjadi dari barang yang haram

dikonsumsi terutama bahaya yang pasti ditimbulkan.

b. Masayarakat agar mengurangi pengkonsumsian barang

yang haram.

E. Kerangka Pemikiran

Manusia hidup didunia ini tidak lepas dari usaha untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk mencukupi kebutuhan

hidup yang semakin kompleks, maka dalam pemenuhan

kebutuhan hidup ditempuh beberapa cara, termasuk didalamnya

dengan jual beli.9

Dengan jual beli teratur penghidupan dalam kehidupan

masing- masing, mereka dapat berusaha mencari rezeki dengan

aman dan terang, dalam pelaksanaan jual beli hal yang paling

diperhatikan ialah mencari barang yang halal dan dengan jalan

yang halal pula, artinya carilah barang yang halal untuk

9 Hasbi ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam,(Jakarta:Bulan

Bintang,1986),hal 426

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

13

diperjualbelikan atau diperdagangkan dengan cara yang sejujur-

jujurnya. Bersih dari segala sifat, dan yang dapat merusak jual

beli seperti, penipuan, pencurian, perampokan, riba dan lain- lain.

Dalam ayat Al-Qur’an dan hadist aturan tentang jual beli

telah dijelaskan baik yang berkaitan dengan subjek, sighat dan

objek dalam jual beli. Adapun dasar hukum terkait dengan objek

atau barang yang diperjualbelikan (ma’qud alaih) antara lain:

Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 275:

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba”

Dari firman Allah diatas , dapat disimpulakan bahwa

Allah telah menghalkan jual beli yang memenuhi beberapa syarat

dan rukun seperti yang telah diciptakannya kepada umat manusia.

Firman Allah diatas diperjelas dengan sabda Rasullah SAW yang

memberikan petunjuk tentang jual beli, baik yang dibenarkan

maupun yang tidak dibenarkan. Rasulullah telah menjelaskan

tentang kriteria benda-benda yang haram untuk diperjualbelikan.

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

14

Sayyid Sabiq menjelaskan beberapa syarat untuk benda

atau barang yang diperjualbelikan boleh diperjualbelikan. Berikut

syarat-syarat benda yang dapat diperjualbelikan:10

1. Kesucian barang

2. Kemanfaatan barang

3. Kepemilikan orang yang berakad atas barang tersebut

4. Kemampuan untuk diserahterimakan

5. Pengetahuan tentang barang

6. Telah diterimanya barang yang dijual.

Segala perintah agama ditetapkan untuk kebaikan

manusia, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

Sebaliknya, semua larangan agama ditetapkan semata-mata

untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk mafsadat dalam

kehidupan dunia dan akhirat. Prinsip dasar inilah yang

menjadi dasar utama setiap hukum yang ditetapkan dalam

Islam. Karena itu sebagai bentuk kebaikan dan

10

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 4,(jakarta:cakrawala Publising,2009)

hal 163

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

15

kemaslahatan harus terus diushakan, sedang semua bentuk

mudarat dan mafsadat wajib dihindari.11

Haram adalah sesuatu yang Allah melarang untuk

dilakukan dengan larangan yang tegas, setiap orang yang

menentangnya akan berhadapan dengan siksaan Allah

diakhirat. Bahkan terkadang juga terancam sanksi syariah

didunia.12

Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan, baik

kesehatan fisik, jiwa, maupun kesehatan Lingkungan.

Kesehatan adalah keadaan pada makhluk hidup, guna

memfungsikan keseluruhan organ tubuh secara harmonis.

Diaman salah satu yang menjadi pokok kandungan dalam

syari’at islam tentang kesehatan adalah masalah kesehatan

makanan.

Bentuk jual beli yang dilarang terbagi dua: pertama,

jual beli yang dilarang dan hukumnya tidak sah (batal), yaitu

11

Kurdi fadal, Kaidah-kaidah Fikih ( Jakarta: Arta Rivera, 2008), hal

49. 12

Yusuf Qardhawi, Halal Haram, (Surakarta: Era Intermedia, 2003)

hal 31.

Page 16: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

16

jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya. Kedua,

jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli

yang telah memenuhi syarat dan rukunnya, tetapi ada

beberapa faktor yang menghalangi kebolehan proses jual beli.

Adapun bentuk jual beli yang terlarang adalah jual

beli barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh

diperjualbelikan. Barang yang najis atau haram dimakan

haram juga untuk diperjualbelikan, seperti babi, berhala,

bangkai, dan khamar (minuman yang memabukan ).

Rasulullah SAW, bersabda:

“Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan

memakan sesuatu maka dia mengharamkan juga

memperjualbelikannya” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).13

Tahap pertama, Islam menginformasikan bahwa khamar

terdapat dua isi yaitu manfaat dan mafsadat bagi manusia, tetapi

13

Abdul Rahman Ghazaly,Dkk, Fikih Muamalat, (Kencana: Pena

Grafika,2012) hal 80

Page 17: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

17

mafsadat lebih besar dari manfaatnya. Hal ini sebagimana firman

Allah SWT:

...

“ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.

Katakanlah; “ pada keduanya itu terdapat dosa besar dan

beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih

besar dari manfaatnya” (QS. Al-Baqarah: 219).

Perbuatan mengkonsumsi minuman keras dan judi juga

mengandung dosa, karena banyak mudaratnya bagi akal, harta,

nama baik, dan agama. Meskipun diakui bahwa miras juga ada

manfaatnya sepertinya menghangatkan badan, medatangkan

keuntungan bagi pembuat dan penjualannya. setelah ditimbang

dengan akal sehat, lebih banyak mudharatnya, seperti merusak

agama, misalnya selagi mabuk, lupa bacaan shalat dan bacaan

shalat pun bisa keliru dan menyalahi makna bacaan tersebut.14

14

Maslani,Hasbiyallah, Masail Fiqhiyah Al-hadisyah,(Bandung:Sega

Arsy,2009) hal 29-35

Page 18: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

18

F. Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari terjadinya kesamaan terhadap

penelitian yang telah ada sebelumnya, penulis mengadakan

penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang telah ada

sebelumnya.

1. Judul: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Daging Buaya

Untuk Dikonsumsi (Studi Kasus di PT. Ekanindya Karsa, Desa

Parigi, Cikande, Serang), Tahun 2016 oleh Eka Wulandari. Yang

berisi: bahwa dalam skripsi ini mengenai jual beli daging buaya ,

bahwasanya jual beli buaya itu diperbolehkan, akan tetapi jika

daging buaya tersebut untuk dikonsumsi maka hukumnya haram,

kecuali dalam keadaan darurat/ mudharat itu diperbolehkan.

Dari penelitian skripsi ini dengan skripsi diatas terdapat

perbedaan yaitu: skripsi yang dijelaskan oleh Eka Wulandari

dalam judul skripsinya, yaitu : Tinjauan Hukum Islam terhadap

jual beli Daging Buaya . dalam skripsinya menjelaskan tentang

hukum jual beli daging buaya. Sedangkan perbedaan skripsi

penulis dengan skripsi diatas adalah penulis lebih mengambil

Page 19: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

19

hukum jual beli barang yang haram dikonsumsi untuk

pengobatan.

2. Judul: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Hewan Dan

Bahan yang diHaramkan sebagai Obat. Tahun 2014 oleh

Fadhilah Mursyid. Yang berisi dalam skripsi ini bahwa transaksi

jual beli hewan dan bahan- bahan yang diharam sebagai obat,

yang kebanyakan terjadi dalam masyarakat adalah tidak

dibenarkan atau tidak diperbolehkan (keliru). Karena pada

dasarnya kebanyakan dari masyarakat kurang memahami

bagaimana sebenarnya batasan- batasan darurat yang

membolehkan untuk melakukan sesuatu yang marah. Kecuali

memang transaksi jual beli yang dilakukan untuk mendapatkan

barang yang diharamkan tersebut merupakan satu-satunya

alternatif.

Dari peneliti skripsi ini dengan skripsi diatas ada

perbedaan yaitu: skripsi yang dijelaskan oleh Fadhilah Mursyid

dalam judul skripsinya yaitu: Tinjauan Hukum Islam terhadap

jual beli Hewan dan Bahan yang diharamkan sebagai Obat.

Dalam skripsi ini membahas tentang syarat bolehnya berobat

Page 20: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

20

dengan yang haram sedangkan skripsi penulis membahas tentang

jual beli barang dengan menggunakan uang hasil penjualan

barang yang haram dikonsumsi.

G. Metode Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan

skripsi ini yaitu Library research (studi pustaka), yaitu

penelitian yang menggunakan buku-buku yang berkaitan

langsung dengan pembahasan tentang barang yang haram

dikonsumsi dan memperjualbelikannya, serta menelaah dan

mempelajari dari literatur beberapa buku yang ada kaitannya

dengan masalah yang ada dalam skripsi ini.

2. Sifat penelitian

Penelitian dalam penyusunan skripsi ini bersifat

deskriptif-analisis, yaitu usaha untuk menggambarkan suatu

gejala dan peristiwa yang ada secara jelas dan sistematis

sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.

Page 21: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

21

3. Teknik pengumpulan data

Dalam pengumpulan data penulis merujuk pada buku-

buku dan media informasi lainnya yang berkaitan langsung

dengan permasalahan yang diteliti sehingga dapat

mempermudah menjawab persoalan yang berhubungan

dengan hukum barang yang haram dikonsumsi dan

memperjualbelikannya.

4. Sumber Data

a. Data primer, yaitu sumber data dari buku-buku yang

menjadi acuan penting untuk skripsi ini.

b. Data sekunder, yaitu sumber data dari buku-buku dan

media informasi lainnya yang juga menjadi referensi

untuk melengkapi penulisan skripsi ini.

5. Teknik pengolahan data

Ketika data yang dibutuhkan telah diperoleh, maka

penulis mengelompokan data-data tersebut untuk diolah yang

kemudian dianalisis. Dalam pembahasan ini penulis

menggunakan teknik pengolahan data yang bersifat induktif,

yaitu diawali dengan menguraikan fakta-fakta tentang hukum

Page 22: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

22

jual beli barang yang haram dikonsumsi kemudian

dirumuskan menjadi suatu kesimpulan atau generalisasi

dalam menentukan hukum memperjualbelikan barang yang

haram dikonsumsi dalam perspektif hukum islam.

6. Pedoman penulisan penyusunan skripsi ini berpedoman pada:

a. Pedoman penulisan karya ilmiah fakultas syariah UIN

Banten tahun 2017

b. Sumber penulisan disesuaikan pada Al-Qur’an dan

terjemah makna kedalam bahasa indonesia Departemen

agama Republik Indonesia.

c. Untuk penulisan hadist disesuaikan dalam al-Maktabah

asy-Syamilah

H. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam pembahasaan skripsi ini terdiri dari

lima Bab. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Bab pertama; pendahuluan, yang meliputi: latar belakang

masalah, perumusan ,masalah, fokus penelitian,tujuan penulisan,

manfaat penelitian kerangka pemikian, penelitian terdahulu,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

Page 23: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

23

Bab ke Dua; Tinjauan Teoritis, yang meliputi: pengertian

Jual Beli, rukun dan syarat jual beli dan macam-macam jual beli.

Bab ke Tiga; Barang yang Haram, yang meliputi: Sifat

barang yang Haram, macam-macam barang yang Haram,

Dampak penggunaan barang yang Haram.

Bab ke Empat; Tinjauan hukum Islam tentang jual beli

barang yang Haram, yang meliputi: Hukum Jual Beli barang yang

Haram untuk dikonsumsi, hukum jual beli yang Haram untuk

pengobatan, hukum jual beli barang yang Haram untuk kebaikan.

Bab ke Lima; penutup yang berisi pokok pembahasan dan

jawaban atas permasalahan dan saran-saran dari penulis.

Page 24: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

24

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI

A. Pengertian Jual Beli

Jual beli ataupun perdagangan dalam bahasa arab, yaitu

al-bay’ berarti menjual, mengganti, dan menukar (sesuatu dengan

sesuatu yang lain). Kata al-bay’ dalam bahasa arab terkadang

digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata asy-syira (beli).

Dengan demikian, maka al-bay’ berarti “jual”, tetapi sekaligus

juga berarti “beli”. Persoalan jual beli dalam fiqih islam dibahas

secara luas oleh ulama fikih, sehingga dalam berbagai literature

ditemukan pembahasaan dengan topik kitab al-buy’ (kitab jual

beli).15

Dalam fiqih muamalah perdagangan atau jual beli

menurut bahasa berarti al-bai’, al-tijarah dan mubadalah,16

Sebagaimana Allah Swt, berfirman Qs Fathir:29).

15

Abdul Aziz Dahlan,ed, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 3 ( Jakarta:

Pt. ichtiar Baru Van Hoeve,1996) 16

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: Rajagrafindo

persada,2010) hal 67.

24

Page 25: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

25

“ Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak akan

merugi.17

Perkataan jual beli terdiri dari dua kata jual dan beli. Kata

jual, menunjukan adanya perbuatan menjual, sedangkan beli

menunjukan adanya perbuatan membeli. Dengan demikian

perkataan jual beli menunjukan adanya dua perbuatan dalam satu

peristiwa, satu pihak penjual dan pihak lain membeli. Maka

dalam hal ini terjadilah peristiwa jual beli.18

Adapun jual beli menurut Hukum Perdata (BW) adalah

suatu peristiwa perjanjian timbal balik dimana pihak yang satu

(penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu

barang, sedangkan pihak yang lain (pembeli) berjanji untuk

membayar dengan membayar dengan harga yang terdiri dari

sejumlah uang sebagai imbalan.19

17

Departemen agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan

terjemahannya ( Jakarta: CV kathoda, 2005), hal 620. 18

Suhrawadi, K Lubis, Hukum Ekonomi Islam,( Jakarta: Sinar

Grafika, 2000) hal 128. 19

R. Subekti, Aneka Perjanjian,( Bandung: citra Aditya Bakti, 1995)

hal 1

Page 26: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

26

Menurut istilah yang dimaksud jual beli adalah sebagai

berikut:

1. Pemilikan harta benda dengan jalan tukar menukar yang

sesuai dengan aturan syara;

2. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang

dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada

yang lain atas dasar saling merelakan.

3. Melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas

dasar saling merelakan.

4. Penukaran benda dengan benda yang lain dengan jalan saling

merelakan atau memindahkan hak milik denga nada

penggantinya dengan cara yang dibolehkan.

5. Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola dengan

ijab dan qabul, dengan cara yang sesuai dengan syara’.

6. Aqad yang tegak atas penukaran harta dengan harta, maka

jadilah penukaran hak milik secara tetap.20

Berdasarkan fiqih muamalah bahwa jual beli adalah

pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus

20

Syekh Abdurrahman as- sa’di, et al, Fiqih Jual Beli: panduan

praktis bisnis Syariah, ( Jakarta: senayan publishing, 2008) hal 143.

Page 27: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

27

yang dibolehkan, antara kedua belah pihak atas dasar saling rela

atau ridha atas pemindahan kepemilikan hartan (benda), dan

memudahkan miliki dengan berganti yang dapat dibenarkan yaitu

berupa alat tukar yang sah dalam ketentuan syara yang

disepakati.21

Sebagai mana dijelaskan bahwa pengertian jual beli

secara istilah adalah pertukaran harta tertentu dengan harta lain

berdasarkan keridhaan antara keduanya, atau dengan pengertian

lain, memindahkan hak milik dengan hak milik lain berdasarkan

persetujuan dan hitungan materi.22

Definisi yang dikemukakan ulama hanafiyah tersebut

adalah, bahwa yang dimaksud dengan cara yang khusus adalah

ijab dan qabul, atau juga bisa melalui saling memberikan barang

dan menetapkan harga antara penjual dan pembeli. Selain itu

harta yang diperjualbelikan itu harus bermanfaat bagi manusia.23

21

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, ( Jakarta: PT Raja Grafindo

persada, 2007) hal 28. 22

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, jilid 4, ( Jakarta: penda pundi Aksara,

2006) hal 121 23

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, ( Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal 113-114.

Page 28: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

28

Jual beli menurut ulama Malikiyah ada dua macam, yaitu

jual beli yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus.

1. Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar

menukar harta sesuatu yang bukan kemanfaatan dan

kenikmatan. Kenikmatan adalah akad yang mengikat dua

belah pihak. Tukar menukar yaitu salah satu pihak

menyerahkan ganti pertukaran atas sesuatu yang ditukarkan

adalah dzat (berbentuk), berfungsi sebagai objek penjualan,

jadi bukan manfaatnya atau bukan hasilnya.

2. Jual beli dalam arti khusus ialah tukar menukar sesuatu yang

bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang

mempunyai daya Tarik, penukarannya bukan berupa emas,

bendanya dapat direalisir dan ada seketika ( tidak

ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang itu ada

dihadapan pembeli maupun tidak, barang yang sudah

diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu.24

Adapun sebagian ulama yang berpendapat tentang jual

beli bahwa mereka telah sepakat mendefinisikan jual beli

24

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, ( Bnadung: Gunung Djati

Perss,1997) hal 69.

Page 29: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

29

merupakan tukar menukar harta dengan harta dengan cara-cara

tertentu yang bertujuan untui memindahkan kepemilikan.

Namun demikian, adanya perbedaan terletak pada jual

beli manfaat, hanafiyah tidak memandang manfaat harta,

karenanya tidak sah memperjualbelikannya. Malikiyah

memandang manfaat sebagai harta. Kendatipun mereka tidak

memandang tukar menukar manfaat sebagai jual beli. Sedangkan

syafi’I dan hanabillah memandang tukar menukar manfaat

denngan harta adalah jual beli apabila kepemilikan manfaat

terrsebut dengan jalan abadi.25

Menurut Rahmat syafe’I dalam bukunya mengatakan

bahwa jual beli adalah aktivitas manusia yang berkaitan dengan

harta benda, sehingga terjadi pemindahan hak milik atas benda

atau harta masing-masing.26

Islam mengatur perilaku manusia dalam memenuhi

kebutuhannya, yaitu dalam kegiatan bisnis yang membawa

kemaslahatan. Berdasarkan hal itu, islam telah menawarkan

25

Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, ( bandung : Remaja Rosdakarya,

2015) hal 12. 26

Rahmat syafe’I, Fiqih Muamalat, ( Bandung: Setia, 2004), hal 74.

Page 30: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

30

beberapa aturan dalam transaksi jual beli adalah Firman Allah

dalam surat Al-Baqarah ayat 275:

“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan

lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian

itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),

Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah

telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-

orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,

lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa

yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan

urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali

(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni

neraka; mereka kekal di dalamnya. (Qs. Al-Baqarah:275).27

B. Rukun dan Syarat Jual Beli

Suatu jual beli dapat dikatakan sah apabila telah

memenuhi rukun dan syarat yang telah ditemukan oleh syara’.

27

Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam, ( Jakarta: Rajawali

Pers,2015) hal 168.

Page 31: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

31

Mengenai rukun dan syarat jual beli, para ulama berbeda

pendapat. Dalam menentukan rukun jual beli ini terdapat

perbedaan pendapat ulama madzhab Hanafi dan jumhur Ulama.

Rukun jual beli menurut ulama madzhab Hanafi hanya

satu, yaitu ijab dan Kabul. Menurut mereka, yang menjadi rukun

dalam jual beli itu hanyalah kerelaan (keridhaan) kedua belah

pihak untuk berjual beli. Namun karena unsur kerelaan itu

merupakan unsur hati yang sering tidak kelihatan, maka

diperlukan indicator yang menunjukan kerelaan tersebut dari

kedua belah pihak. Indicator ini bisa tergambar dalam ijab dan

Kabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga

barang.

Hal ini berbeda dengan jumhul ulama yang menyatakan

bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu:28

a. Orang yang berakad (penjual dan pembeli)

b. Sighat (lafal ijab dan Kabul)

c. Ada barang yang beli

d. Ada nilai tukar pengganti barang.

28

Abdul Aziz Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 3, hal 828

Page 32: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

32

Menurut ulama madzhab Hanafi, orang yang berakad,

barang yang dibeli, dan nilai tukar barang yang termasuk dalam

syarat jual beli, bukan rukun.

Adapun syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang

dikemukakan jumhur ulama adalah sebagai berikut:29

1. Orang yang berakad

Ulama fikih sepakat menyatakan bahwa orang yang

melakukan akad jual beli harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Berakal

Jual beli dilakukan oleh anak kecil yang belum

berakal hukumnya tidak sah. Adapun anak kecil yang sudah

mumayyiz, menurut madzhab Hanafi, apabila akad yang

dilakukan membawa keuntungan bagi dirinya, seperti

menerima hibah, wasiat, dan sedekah maka akadnya sah.

Sebaliknya apabila akad itu membawa kerugian bagi dirinya,

seperti meminjamkan hartanya kepada orang lain,

mewakafkan, atau menghibahkan, maka tindakan hukumnya

tidak dibenarakan menurut hukum islam.

29

Misbahuddin, E-Commerece dan Hukum Islam (Makasar: Alauddin

University Perss, 2012), hal 119-133

Page 33: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

33

Transaksi yang dilakukan anak kecil yang mumayyiz

yang mengandung manfaat dan mudarat sekaligus, seperti jual

beli, sewa menyewa, dan perserikatan dagang, dipandang sah,

menurut hukum dengan ketentuan bila walinya mengizinkan

setelah dipertimbangkan dengan sematang-matangnya.

Jumhul ulama berpendirian bahwa orang yang

melakukan akad jual beli itu harus telah akil baligh dan

berakal. Apabila orang yang berakad itu masih mumayyiz,

maka jual belinya tidak sah, sekalipun mendapat izin dari

walinya.30

b. Ahli akad

Menurut ulama Hanafiyah seorang anak yang berakal

tetapi belum baligh dapat menjadi ahli akad. Ulama

Malikiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa akad

bergantung pada izin walinya. Adapun menurut Ulama

Syafi’iyah anak yang belum baligh tidak bolehkan melakukan

akad sebab belum dapat menjaga agama dan hartanya.

30

Abdul Aziz Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 3, hal 829

Page 34: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

34

Allah SWT berfirman:

Artinya:

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-

orang yang belum sempurna akalnya harta

(mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang

dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. “ ( QS.

An-Nisa‟ : 5)

2. Syarat yang terkait dengan ijab dan Kabul

Ulama fikih mengemukakan bahwa syarat ijab dan Kabul

itu adalah sebagai berikut:

a. Orang yang mengucapkannya telah akil dan berakal

b. Kabul sesuai dengan ijab

c. Ijab dan Kabul dilakukan dalam satu majlis.

3. Ma’qud Alaih (objek akad).31

Syarat-syarat benda yang menjadi objek akad ialah

sebagai berikut:

a. Suci atau mungkin untuk disucikan, sehingga tidak

sah penjualan benda-benda najis, seperti anjing, babi,

dan yang lainnya.

b. Memberi manfaat menurut syara, dilarang jual beli benda-

benda yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara;

seperti menjual babi, kala, cicak, dan sebagainya.

31

Rahmat Syafe’I, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia,2001)

hal 76-77.

Page 35: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

35

c. Jangan ditaklikan yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada

hal-hal lain.

d. Tidak dibatasi waktunya.

e. Dapat diserahkan cepat atau lambat.

f. Milik sendiri.

g. Diketahui barang yang akan diperjualbelikannya.32

Adapun menurut syafi’iyah membagi syarat-syarat jual

beli yaitu:

1. Harta yang diperjualbelikannya itu harus suci

2. Harta yang diperjualbelikannya itu dapat dimanfaatkan

3. Harta yang diperjualbelikan itu tidak samar (diketahui)

4. Harta yang diperjualbelikan itu bukan milik orang lain.33

C. Macam- Macam Jual Beli

Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari

segi benda yang dijadikan objek jual beli, maka dapat

dikemukakan pendapat imam Taqiyyudin, bahwa jual beli dibagi

menjadi tiga bentuk, sebagai berikut:

32

Sohari Sahrani, Fikih Muamalah, ( Bogor: Ghalia Indonesia,2011)

hal 69-70. 33

Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, ( bandung : Remaja Rosdakarya,

2015) hal 18.

Page 36: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

36

“ jual beli ada tiga macam: 1). Jual beli benda, yang

kelihatan, 2) jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam

janji, dan 3) jual beli benda yang tidak ada”

Jual beli benda kelihatan adalah pada waktu melakukan

akad jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada

didepan penjual dan pembeli. Hal ini lazim dilakukan masyarakat

banyak dan boleh dilakukan, seperti membeli beras dipasar.

Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian

ialah jual beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan pedagang,

salam jual dilakukan untuk jual beli yang tidak tunai (kontan),

salam pada awalnya berarti meminjamkan barang atau sesuatu,

maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-barangnya

yang ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga

yang telah ditetapkan ketika akad.

Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat,

ialah jual beli yang dilarang oleh agama islam, karena barangnya

tidak tentu atau masih gelap, sehingga dikhawatirkan barang

tersebut diperoleh dari curian atau barrang titipan yang akibatnya

Page 37: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

37

dapat menimbulkan kecurigaan salah satu pihak. Sementara itu,

merugikan da seseorang yang menghancurkan harta benda

seseorang yang diperbolehkan.

Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli terbagi

menjadi tiga bagian, dengan lisan, dengan perantara, dan dengan

perbuatan. Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah

akad yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Bagi orang bisu

diganti dengan isyarat karena isyarat merupakan pembawaan

alami dalam menampakan khendak. Hal ini dipandang dalam

akad adalah maksud atau khendak dan pengertian, bukan

pembicaraan dan pernyataan.

Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara,

tulisan, atau surat-menyurat sama halnya dengan ijab Kabul

dengan ucapan, misalnya via pos dan Giro. Jual beli dilakukan

antara penjual dan pembeli tidak berhadapan dalam satu majelis

akad, tetapi melalui pos dan giro, jual beli ini dibolehkan menurut

syara. Dalam pemahaman sebagian ulama, bentuk ini hamper

sama dengan bentuk jual beli salam. Hanya saja jual beli salam

antar penjual dan pembeli saling berhadapan dalam satu majelis

akad.

Page 38: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

38

Jual beli perbuatan (saling memberikan) atau dikenal

dengan istilah mua’thoh34

yaitu mengambil dan memberikan

barang tanpa ijab dan Kabul, seperti seseorang mengambil roko

yang sudah bertuliskan lebel harganya, ibandrol oleh penjual, dan

kemudian diberikan uang pembayarannya kepada penjual. Jual

beli dengan cara demikian dilakukan tanpa sighat ijab dan Kabul

antara penjual dan pembeli, menurut sebagian syafi’iyah tentu hal

ini dilarang sebab ijab Kabul sebagai rukun jual beli . tetapi

sebagian syafi’iyah lainnya, seperti imam nawawi membolehkan

jual beli barang kebutuhan sehari-hari dengan cara yang

demikian, yakni tanpa ijab Kabul terlebih dahulu.

Jual beli bedasarkan pertukarannya secara umum dibagi

empat macam:35

a. Jual beli saham ( pesanan)

Jual beli saham adalah jual beli melalui pesanan, yakni jual

beli dengan cara menyerahkan terlebih dahulu uang muka

kemudian barangnya diantar belakangan.

b. Jual beli Muqayadhah (barter)

34

Hendi suhendi, Fiqih Muamalah,….. hal 78. 35

Rahmat syafe’I, Fiqih Muamalah,….hal 101.

Page 39: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

39

Jual beli muqayadhah adalah jual beli dengan cara menukar

barang dengan barang, seperti tukar baju dengan sepatu.

c. Jual beli muthlaq

Jual beli muthlaq adalah jual beli barang dengan sesuatu yang

telah disepakati ssebagai alat pertukaran, seperti uang.

d. Jual beli alat penukar dengan alat tukar

Jual beli penukar dengan alat penukar adalah jual beli

barang yang bisa dipakai sebagai alat penukar dengan alat

penukar lainnya, seperti uang perak dengan emas. Selain jual beli

diatas, jual beli juga ada yang diperbolehkan dan ada yang

dilarang jual beli yang dilarang juga adda yang batal ada pula

yang terlarang tetapi sah.

Selain jual beli diatas, jual beli juga ada yang dibolehkan

da nada yang dilarang, jual beli yang dilarang juga ada yang batal

ada pula yang terlarang tetapi sah. Jual beli yang dilarang dan

batal hukumnya adalah sebagai berikut:36

Asal hukum jual beli adalah mubah atau dibolehkan,

namun ada beberapa aktivitas jual beli yang dilarang atau batal

36

Sohari sahrani dan hj Ruf’ah Abdullah, Fiqih Muamalah,..

hal 72-75

Page 40: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

40

dalam islam. Jual beli dilarang ada yang dihukumi batal dan ada

jual beli yang dilarang tetapi hukumnya tetap sah, jual beli yang

dilarang dan batal hukumnya diantaranya sebagai berikut:

1. Barang yang dihukumi najis oleh agama, seperti anjing, babi,

berhala, bangkai dan khamar. Rasulullah Saw. Bersabda:

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah

menceritakan kepada kami Al Laits dari Yazid bin Abi

HabibA dari Atho bin abi Rabah dari jabir bin Abdullah

radiallahu anhu bahwasannya dia mendengar Rasullah SAW

bersabda ketika hari penaklukan saat beliau dimakkah:

“Allah dan Rasullnya telah mengaramkan khamar, bangkai,

babi dan patung-patung.” Ada yang bertanya: “Wahai

Page 41: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

41

Rasullah, bagaimana dengan lemak dari bangkai (sapi dan

kambing) karena bisa dimanfaatkan untuk memoles sarung

pedangtau meminyaki kulit-kulit dan sebagai bahan minyak

untuk penerangan bagi manusia?. Beliau bersabda: “tidak

dia tetap haram”. Kemudian saat itu juga Rasullah SAW

bersabda: semoga Allah melaknat yahudi, karena ketika

Allah mengharamkan lemak hewan (sapi dan kambing)

mereka mencairkannya lalu dan memakan uang jual beli

nya”. Berkata: Abu „Ashim telah menceritakan kepada kami

„Abdul Hamid telah menceritakan kepada kami Yazid; „Atho‟

menulis surat kepadaku yang katanya dia mendengar Jabir

radliallahu „anhu dari nabi SAW.” ( Riwayat Bukhari Dan

Muslim).

2. Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan seekor

domba jantan dengan betina agar dapat memperoleh turunan,

jual beli ini dihukumi haram.

3. Jual beli anak binatang yang masih berada diperut induknya.

Jual beli seperti ini dilarang, karena barangnya belum ada dan

tidak tampak, kemudian jika anak binatang itu lahir, juga

belum dapat dipastikan apakah kondisinya baik, sempurna,

kurang sempurna, dan jantan atau betina.

4. Jual beli dengan muhaqqalah ( jual beli yang mengandung

unsur riba, yaitu menjual tanaman yang masih diladang atau

disawah).

Page 42: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

42

5. Jual beli munabadzah (jual beli yang mengandung unsur

gharar, yaitu dengan cara lempar melempar diantara penjual

dan pembeli).

6. Jual beli dengan muzabanah ( jual beli yang mengandung

unsur riba, karena menjual sesuatu kepada pembeli yang tidak

diketahui jumlah dan timbangannya, kemudian dijualnya

hanya kira-kira saja).

7. Menentukan harga untuk satu barang yang diperjualbelikan.

8. Jual beli dengan syarat

9. Jual beli gharar, yaitu jual beli yang samar sehingga ada

kemungkinan terjadi penipuan.

10. Jual beli dengan mengecualikan sebagai benda yang dijual.

11. Larangan menjual makanan hingga dua kali ditakar.37

Ada beberapa macam jual beli yang dilarang oleh agama

tetap sah hukumnya, tetapi orang yang melakukannya mendapat

dosa, jual beli tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Menemui orang-orang desa sebelum mereka masuk kepasar

untuk membeli benda-bendanya dengan harga yang semurah-

37

Hendi suhendi, Fiqih muamalah,...hal 78-81

Page 43: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

43

murahnya, sebelum mereka tahu harga pasaran, kemudian ia

jual dengan harga yang setinggi-tingginya.

2. Menawar barang yang sedang ditawar oleh orang lain.

3. Jual beli dengan najasyi.

4. Menjual diatas penjual orang lain.

Page 44: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

44

BAB III

BARANG YANG HARAM DIKONSUMSI

A. Sifat- Sifat Barang Yang Haram Dikonsumsi

Penetapan dan perintah mengkonsumsi halal tidak harus

selalu berbentuk redaksi perintah, dan penetapan larangan atau

keharaman juga tidak harus berbentuk redaksi pencegahan atau

larangan. Pujian Allah terhadap sesuatu merupakam petunjuk

bahwa hal tersebut diperintahkannya. Demikian pula sebaliknya,

celaan terhadap sesuatu juga menunjukan bahwa sesuatu itu

merupakan larangan. Celaan dan pujian inilah yang menjadi

kriteria bagi dibolehkannya atau tidak sesuatu itu dilakukan.

Oleh karena itu, selain menetapkan ketentuan halal dan

haram yang ditetapkan al- Qur’an dan hadis secara jelas melalui

ketetapan diatas, para ulama juga menetapkan keharaman ataupun

sesuatu berdasarkan kriteria-kriteria yang diindikasikan oleh Al-

Qur’an.

44

Page 45: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

45

Dari segi kriterianya, konsumsi dapat dilihat dari satu

aspek. Kriteria konsumsi yang bersifat Zatiyah yaitu sebagai

berikut:

1. Al-Khabiṡ atau Al-Khabaiṡ

Kriterianya berikutnya adalah al-khabaiṡ . Perbincangan

al-khabais sendiri berkaitan erat dengan pembahasan ṭ ayyib.

Ibn Manzhur mengatakan bahwa al-khabiṡ adalah sesuatu itu

buruk. Kata khabiṡ berarti (yang buruk). “Al-khabiṡ ” adalah

lawan kata “al-ṭ ayyib” dalam hal yang berkaitan dengan rizki,

anak, dan masyarakat.”38

Dalam al-Mu‟ jam al-Wasīṭ “al-Khaba‟ iṡ ” adalah

bentuk jamak dari kata “al-khabiṡ ah”, yaitu isim fa‟ il dari

kata khabuṡ a-yakhbuṡ u-khubṡ an,wa khabaṡ ah artinya

kerusakan, keburukan, atau tidak menyenangkan.39

Khabaiṡ terkadang diartikan sebagai makn, najis‟ ,

sebagaimana disebutkan di dalam sebuah hadis:

38

Ibn Manzhur, Lisan al-Arabi, Juz III, hal 9 39

Majma al-Lughah Al-Arabiyah, Al-Mu’jam al-Wasit, entry:

khabusa, jilid I, hal 214

Page 46: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

46

“Jika air sudah menapai dua qullah, maka ia tidak mengandung

najis.”40

Dalam menjelaskan makna khabaiṡ , Imam al-Nawawi

menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ṭ ayyib.

Sebagaimana definisi ṭ ayyib yaitu, sesuatu yang dipandang

baik oleh bangsa Arab41

, demikian juga khaba‟ iṡ adalah

„sesuatu yang dipandang buruk oleh mereka (bangsa

Arab).‟ Dengan demikian “khaba‟ iṡ ” merupakan lawan kata

dari kata “ṭ ayyib”, yaitu sesuatu yang dipandang buruk oleh

bangsa Arab. Pendapat ini secara umum dianut oleh ulama di

kalangan Syafi‟ iyyah dan Hanabilah.

Sedangkan ulama dari kalangan Hanafiyyah dan

Malikiyah berpendapat bahwa ketentuan bahwa sesuatu

dipandang khabais ataupun ṭ ayyib adalah berdasarkan teks-

teks syariah dan berdasarkan hati manusia (tabiat yang sehat).

Hal ini berarti bahwa ketika seseorang atau suatu kaum

menganggap hal tersebut ṭ ayyibatau khabais berdasarkan

tabiatnya yang sehat, maka hal itu yang diakui.

40

An –nasa’I, sunan Nasa’I, Pustaka Azzam, hal 25

41

Al-Nawawi, al- Majmu’ Syarh al-Muhazzab, IX, hal 25

Page 47: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

47

Al-Qur‟ an telah meletakkan kaidah umum untuk barang

atau benda yang ṭ ayyib dan khabais, firman Allah:

“Dan dihalalkan bagi mereka yang baik-baik dan

diharamkan atas mereka segala yang kotor-kotor.” (Q.S al-

A‟ raf/7: 157).

Selain itu dijelaskan pula dalam ayat-ayat yang lain. Dari

ayat-ayat ini, yang dimaksud dengan “ath-ṭ ayyibāt” (yang baik-

baik) adalah semua yang dianggap baik dan dinikmati oleh

manusia, tanpa adanya nash dalil pengharamannya. Sedangkan

yang dimaksud dengan al-khabais (yang kotor-kotor) adalah

semua yang dianggap kotor oleh perasaan manusia secara umum,

kendati beberapa umat dan prinsip mungkin menganggap tidak

kotor. Oleh karena itu sesuatu yang tidak masuk kategori

ṭ ayyib, maka ia akan masuk kategori hukum khabais. Konsumsi

yang baik adalah konsumsi yang terhindar dari al-khabiṡ atau al-

khabaiṡ .

Mustafa Yakub mengatakan bahwa pendapat di atas

kedua-duanya dapat diterima karena tidak ada teks dalam maalah

Page 48: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

48

ini yang menyebutnya dengan jelas (ṣ arīḥ ). Pendapat yang

mengatakan bahwa yang berhak menentukan ṭ ayyib dan habits

adalah bangsa Arab, menurutnya tepat, karena bangsa Arablah

yang dikhitab al-Qur‟ an, dan bahasa merekalah yang

mengantarkan kedatangan agama Islam.

Pendapat kedua yang mengatakan bahwa yang berhak

menentukan ṭ ayyib dan khabais adalah tabiat manusia yang

sehat, menurutnya juga logis, karena Islam adalah agama yang

membawa rahmat bagi alam semesta, dan Rasulullah Saw. pun

diutus untuk umat manusia seluruhnya.

Namun dia menambahkan bahwa apabila diperhatikan

makna ṭ ayyib sebagaimana dikemukakan oleh para ulama, yaitu

sesuatu yang lezat, suci (bukan najis), dan tidak membahayakan

pada tubuh dan akal, maka yang menentukan ṭ ayyib itu bukan

bangsa Arab, juga bukan manusia secara umum, melainkan para

ulama dan para pakar di bidang gizi. Menurutnya pada umumnya

yang mengetahui sucinya sesuatu adalah seorang ulama yang

pakar, terutama ketika memasukkan pengertian ṭ ayyib dalam

makna halal. Sedangkan yang mengetahui adanya unsur yang

Page 49: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

49

membahayakan pada tubuh dan akal adalah seorang ahli dalam

bidang gizi. Demikian juga, jika diperhatikan makna khabits

sebagaimana disebutkan oleh para ulama, yaitu kebalikan dari

makna ṭ ayyib; sesuatu yang najis, membahayakan pada tubuh

dan akal, serta tidak lezat, maka yang mengetahui hal itu

bukanlah bangsa Arab atau manusia biasa pada umumnya,

melainkan para ulama, kalangan ahli gizi, para dokter umum, dan

dokter-dokter hewan. Untuk merealisasikannya, perlu adanya

kerjasama antara para ulama, para ahli gizi, para dokter umum,

dan para dokter hewan. Sebab para ulama tidak mengetahui persis

aspek bahaya yang terkandung di dalam bahan makanan,

sebagaimana para ahli gizi, dokter umum, dan dokter hewan pun

tidak mengetahui persis aspek kesucian dan kehalalan yang ada di

dalamnya.42

Indikator-indikator ṭ ayyib dan khabaiṡ ini dapat

menjadi rujukan bagi ulama dan pakar untuk menentukan kriteria

bagi konsumsi yang baik dan dihalalkan. Nabi Saw. memberikan

42

Ali Mustafa Yakub, Kriteria Halal dan Haram untuk pangan, obat

dan kosmetik menurut Al-Qur‟an dan Hadist (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009)

hal 31

Page 50: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

50

tuntunan dalam hadisnya: „Dari Salman, ia berkata Rasululah

Saw. ditanya tentang hukum mentega,keju dan bulu binatang.

Beliau menjawab: “Halal adalah sesuatu yang dihalalkan Allah

Swt. di dalam kitab-Nya, haram adalah sesuatu yang diharamkan

Allah dalam kitabNya dan sesuatu yang Allah diamkan (tidak

ditetapkan hukumnya) termasuk yang diampuni. Hadis ini

menjadi pegangan ulama-ulama Syafi‟ iyah dalam menetapkan

dasar-dasar bagi menentukan kriteria ṭ ayyib dan kriteria

khabaiṡ .

2. Najis dan Rijs

Kriteria ini adalah benda yang secara zatiyahnya

termasuk kriteria najis.43

Najis disebut juga al-qazarah yaitu

sesuatu yang kotor. Orang yang disebut dengan najas hal itu

berarti ia dalam keadaan kotor atau ia adalah seorang yang

durhaka.44

Najis dari aspek bendanya dapat diklasifikasikan

menjadi dua jenis. Pertama najis ainiyyah dan najis hukmiyyah.

Najis ainiyyah adalah najis yang bersifat konkrit secara zatnya.

43

Al- Fairuzzabadi, al-Qamus al-Muhit, hal 743 44

Majma’ al-Lughah al-Arabiyah, Al-Mu‟zam al-Wasit, Entry

Najasah, II h, 903. Raghib Al-Asfhihani, Mufradat li Alfaz al-Qur‟an (Beirut:

Dar Syamiyyah,2002) hal 791

Page 51: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

51

Najis hukniyyah adalah najis yang bersifat abstrak. Sekalipun

najis hukmiyyah menjadi bagian dari najs ainiyyah, najis

hukmiyyah tidak menekankan aspek konkritnya ia merujuk

kepada aspek perbuatan atau hukum dari keadaan zat yang

konkrit tersebut.45

Benda- benda yang dapat dikatagorikan najis menurut

ulama adalah karena keharamannya. Imam al-nawawi mencatat

bahwa benda- benda termasuk katagori najis yaitu setiap benda

cair yang memabukan, anjing dan babi serta turunannya, bangkai

selain manusia, selain ikan dan selain belalang, darah, nanah,

muntah, tinja, air kencing, madzi dan wadzi, sperma selain

sperma manusia, air susu hewan yang tidak halal dan orang tubuh

yang terpisah dari makhluk hidup, kecuali rambut hewan yang

halal.46

Ulama berbeda tentang benda cair yang memabukan

seperti khamar, sahabat nabi sepakat bahwa khamar adalah najis.

Para ulama yang berpendapat bahwa khamar adalah najis selain

berdasar pada Q.S Al-insan ayat 21: dengan mengatakan bahwa

45

Imam Baijuri, Hasyiyah Baijuri, Haromain , hal 78 46

Al-nawawi, Minhaj al-Tulab, Juz I, hal 225-235

Page 52: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

52

seandainya khmar itu suci didunia tentu akan menafikan

kesuciannya diakhirat. Ibn Arabi menegaskan bahwa dari segi

makna, hal ini dikuatkan bahwa kesempurnaan keharaman

khamar dan larangan terhadapnya menunjukan hukum atas

kenajisannya. Sehingga seorang hamba merasa jijik dengannya.

Oleh karena itu, penetapan atas kenajisannya menyebabkan

khamar tersebut haram dikonsumsi. Sementara sebagian ulama

yang mengatakan bahwa khamar suci berdasarkan pada pendapat

mereka bahwa khamar itu haram dikonsumsi tetapi bendanya suci

sebagaimana halnya sutera menurut malik, ia haram dipakai oleh

laki- laki tetapi suci. Khamar yang diharamkan hanya

meminumnya.

Penyebutan sifat rijs atau najs pada sesuatu yang menjadi

konsumsi manusia merupakan dasar bagi pengharaman benda itu

atau perbuatan tersebut dilakukan. Dan sifat itu diikuti oleh

perintah untuk menjauhinya. Atau sifat tersebut nyata disebutkan

Allah berbarengan dengan larangan atau pengharamannya yang

lebih tegas.

3. Iskar atau memabukkan

Page 53: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

53

Kriteria berikutnya adalah iskar atau memabukkan.

Iskar bentuk kata yang mengikuti pola timbangan if‟ al,

berasal dari kata askara- yuskiru-iskar adalah bentuk kata

transitif (muta`addi) yang berarti memabukkan. Kata ini dibentuk

dari kata intransitif (lazim) nya yaitu sakira, yaskuru- sakr-

sakar-sukr-sukur-sukran yang berarti mabuk. Contohnya sakira

fulān min al-syarb yang berarti si fulan mabuk karena minuman.

Kata sakara atau iskar dalam al-Qur‟ an, dengan

berbagai bentukan katanya disebutkan sebanyak 7 kali dalam 6

ayat. Dengan kata sukkirat diberi maknadikaburkan‟

(pandangan), sakkaran diberi arti ‟ mabuk karena minuman

khamr,”dengan kata sakratihim diberi arti kemabukan dalam

kesesatan, dengan suka diartikan mabuk karena minum khamr,

sakrat diartikan (seperti orang) mabuk karena keguncangan hari

kiamat, dan dengan kata sakrat al-maut dengan arti keguncangan

yang diderita karena maut.

Dari semua ayat yang menggunakan kata sakara

tersebut, hanya dua ayat yang berkaitan secara langsung dengan

khamr yang memiliki unsur memabukkan.Ayat-ayat yang terkait

Page 54: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

54

dengan khamr tersebut yaitu Q.S. An-Naḥ l/16: 67 yang

menunjukkan kepada makna bahwa sifat khamr secara zatnya

dan Q.S. Al-Nisā‟ /4: 43, yang menunjukkan pada bagian dari

proses penetapan hukum orang yang mabuk (sukara):

“Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman

yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah)

bagi orang yang memikirkan.” (Q.S. al-Naḥ l/16: 67).

Dan firman Allah Swt.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga

kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.” (Q.S. al-

Nisā‟ /4: 43)

Page 55: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

55

Sebelumnya Q.S. al-Nisā‟ /4: 43 didahului oleh

penjelasan bahwa khamrmemang memberi manfaat namun

mafsadat lebih besar dari manfaatnya. Akhirnya ditegaskan

pengharaman khamr yang tidak bisa dirtawar-tawar lagi.Iskar

(unsur memabukkan) sendiri pada dasarnya tidak hanya ada pada

khamratau minuman keras yang memabukkan saja. Iskar atau

kriteria memabukkan pada hakikatnya masuk pada semua benda

yang bila dikonsumsi dapat memberikan efek mabuk bagi yang

mengkonsumsinya. Dengan demikian benda tersebut dapat saja

berupa makanan, minuman, obat-obat atau benda-benda

kecantikan.

Benda yang memabukkan sendiri memiliki tingkatan yang

berbeda. Mustafa Ali Yakub mengemukakan tiga perbedaan;

yaitu muskir, mukhaddir dan mufattir. Muskir berarti yang

memabukkan yaitu sesuatu yang dapat menghilangkan akal dan

kesadaran baik disebabkan oleh makanan atau minuman atau

yang lainnya.

Mukhaddir adalah sesuatu yang menyebabkan hilangnya

kesadaran atau hewan, dengan kadar yang berbeda-beda seperti

Page 56: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

56

ganja dan opium. Mufattir sesuatu yang dapat mengakibatkan

tubuh lesu dan malas tidak bersemangat dan diam. Mufattir

adalah sesuatu yang menyebabkan kemalasan dan kelesuan pada

setiap persendian sebagai permulaan mabuk. Ketiga istilah ini

menunjuk kepada makna mabuk namun ketiganya memiliki kadar

atau tingkatan mabuk yang berbeda-beda. Mufattir adalah

tingkatan awal atau permulaan mabuk dan ia merupakan

tingkatan yang paling rendah, mukhaddir adalah tingkatan

mabuk berikutnya setelah mufattir. Mukhaddirmenyebabkan

kerusakan pikiran mengacaukan hayalan, angan, membisu atau

banyak bicara sehingga ucapannya lepas control. Muskir adalah

tingkatan mabuk yang paling tinggi karena dia dapat

mempengaruhi akal dan kesadaran sampai kepada sel-sel dan

jaringan otak.47

Iskar adalah kriteria bagi benda yang haram dikonsumsi.

Sekalipun istilah iskar lebih ditujukan kepada khamr namun

khamr sendiri tidak mesti selalu ditunjukkan pada makanan

minuman atau benda cair. Oleh karena itu, segala sesuatu yang

47

Ali Mustafa Yakub, Kriteria halal haram, hal 107-108

Page 57: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

57

mengandung unsur khamr karenanya termasuk pada kriteria

keharamannya. Hal ini ditunjukkan oleh hadis Nabi Saw. sebagai

berikut:

“Semua yang memabukkan adalah khamr dan setiap

yang memabukkan adalah haram.”

Dari hadist dapat difahami bahwa hadis diatas bersifat

umum, mencakup semua hal yang memabukan, baik berupa zat

cair, zat padat, tepung maupun lainnya. Sedangkan hadis yang

kedua bersifat khusus terbatas hanya pada minuman atau zat cair.

Dari hadis diatas dapat disimpulkan bahwa setiap minuman yang

memabukan disebut khamar dan setiap minuman yang

memabukan adalah khamar. Khamar dengan demikian adalah

istilah yang digunakan untuk minuman saja. Sedangkan zat –zat

atau bahan- bahan lain yang memabukan tidak dinamai khamar,

karena dia tidak selalu berbentuk cairan. Secara bendanya zat

selain khamar adalah tidak najis, namun secara secara hukumnya

Page 58: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

58

zat atau bahan lain yang memabukan selain khamar adalah juga

haram dikonsumsi.48

Imam ibn Taimiyah berpendapat bahwa setiap yang

memabukan adalah haram. Baik bentuk benda cair, seperti

khamar maupun benda padat baik berupa makanan ataupun

minuman. Oleh karena itu bila da bahan- bahan tertentu yang

terbuat dari khamar atau terdapat campuran khamar didalamnya

maka hukumnya adalah haram. Sekalipun ia berupa benda padat

kemudian dicairkan maka benda yang mengandung iksar tersebut

juga haram. Ibn tamiyyah menambahkan bahwa Nabi saw diutus

dengan menggunakan jawami al-kalim yaitu kata- kata yang

memuat ajaran yang padat, berisi dan mencakup berbagai aspek

kehidupan. Ketika ia mengemukakan kata atau kalimat yang

bersifat jami (mencakup) maka maknanya mencakup semua

katagori yang masuk pada lafaz dan maknanya, baik yang ada

pada masa nabi maupun yang ada setelah Nabi Saw.49

B. Macam –macam Barang Yang Haram Dikonsumsi

48

Ali Mustafa Yakub, Kriteria Halal Haram, hal 114 49

Ibn Tamiyyah, Majmu Fatwa XXXI, hal 204-205

Page 59: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

59

Berdasarkan firman Allah SWT didalam kitab suci Al-

Qur’an dan hadist nabi Muhammad SAW, maka dapat diketahui

beberapaseperti binatang jensi makanan dan minuman yang

hram dikonsumsi oleh manusia. Diantaranya adalah:

1. Bangkai

Bangkai merupakan semua bintang darat yang mati bukan

karena disembelih dengan tata cara penyembelihan yang

dibenarkan oleh syariat Islam, seperti binatang yang mati karena

tertabrak mobil, ditusuk dengan besi, dipukul dan dicekik.

Sebagiamana telah difirmankan dalam surat Al-maidah ayat 3:

Page 60: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

60

“diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,

(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang

tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam

binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan

(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan

(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah”.

Berdasarkan ayat diatas, maka bintang ternak seperti

kambing, sapi, kerbau, onta, dan ayam baru halal dimakan

dagingnya jika disembelih dengan tata cara penyembelihan

menurut syari’at Islam. Yaitu penyembelihan yang memenuhi

syarat- syarat sebagai berikut:

1. Orang yang menyembelih harus beragama islam

2. Ketika ia menyembelih harus membaca basmalah

3. Alat penyembelihnya harus tajam

4. Penyembelihan hewan ternak harus memutuskan.

2. Darah

Yang dimaksud dengan darah ialah darah yang mengalir

yang keluar dari tubuh binatang yang disembelih, berdasarkan

firman Allah SWT:

Page 61: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

61

Artinya : “Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam

wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang

diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,

kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang

mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua

itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama

selain Allah.

Sehubunngan dengan haramnya darah untuk dikonsumsi,

maka Allah SWT mewajibkan umat Islam menyembelih terlebih

dahulu hewan ternak yang akan dimakan. Dengan disembelih,

darah hewan ternak akan keluar sehingga jika dagingnya dimakan

tidak akan terjadi percampuran antara darah manusia dengan

darah binatang didalam tubuh manusia. Sebab jika hal ini terjadi,

pasti akan akan menimbulkan bahaya bagi manusia, baik

terhadap kesehatannya maupun harkat dan martabatnya sebagai

khalifahnya dimuka bumi.

3. Daging babi

Para ulama telah sepakat bahwa daging babi haram

dikonsumsi. Demikian pula lemak babi yang dipergunakan dalam

industri makanan yang dikenal dengan istilah shortening, serta

Page 62: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

62

semua zat yang berasal dari babi yang biasanya dijadikan bahan

campuran makanan . kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

telah memungkinkan manusia memproduksi bahan campuran

makanan, minuman, obat-obatan,dan kosmetik dalam bentuk

gelatin, lemak, pepsin, renin, rennet, dan lain-lain.

Seluruh makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik

yang mengandung unsur babi dalam bentuk apapun, haram

dikonsumsi. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam

surat Al-Baqarah ayat 173:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu

bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika

disembelih) disebut (nama) selain Allah.”

Sehubungan dengan hal itu, kita harus berhati-hati dalam

membeli atau mengkonsumsi daging segar dan sosis. Apakah

benar-benar daging sapi atau daging babi. Demikian juga dalam

Page 63: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

63

membeli produk makanan olahan, baik produk makanan industri,

produk industri rumah tangga, ataupun makanan restoran.50

4. Khamar

Khamar adalah cairan yang dihasilkan dari frementasi

biji-bijian atau buah- buahan dan merubah zat gula yang

terkandung didalamnya menjadi alkohol dengan menggunakan

enzim aktif yang mampu mengeluarkan unsur- unsur tertentu,

keberadaannya dianggap penting dalam prosesfermentasi

tersebut.

Setiap sesuatu yang dapat memabukan masuk dalam

katagori khamar, tanpa melihat komponen yang terkandung

didalamnya. Oleh sebab itu, setiap jenis minuman yang dapat

memabukan bisa disebut khamar menurut syariat Islam dan

memiliki ketetapan hukum yang sama, baik terbuat dari anggur,

kurma, madu dan gandum maupun terbuat dari jenis-jenis yang

50

M. Hamdan Rasyid, peranan Undang-Undang Jaminan Produk

Halal dan Haram Menjamin Kehalalan makanan dan minuman: Jurnal Syariah,

(November 2015) hal 12-14

Page 64: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

64

lain. Semua itu termasuk khamar yang diharamkan karena

mengandung unsur bahaya yang bersifat khusus dan bersifat

umum, dapat melalaikan seseorang dari dzikir kepada Allah

swt.51

Allah SWT telah menurunkan sebuah ayat yang lengkap

dalam surat Al-Maidah ayat 90-91:

“ Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya

(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,

mengundi nasib dengan panah[434], adalah Termasuk

perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan

itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya

syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan

dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)

khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari

mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah

kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).”(Al-Maidah:90-

91).52

51

Sayyid Sabiq,Fikih Sunnah 4,(jakarta: Cakrawala Publishing 2009)

hal 52

Yusuf Qardhawi,Halal Haram dalam Islam,(surakarta: Era

intermedia,2003) hal 110

Page 65: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

65

Syariat Islam tidak membedakan antara benda-benda yang

berbeda secara lahiriah namun pada hakikatnya sama.

Maksudnya, Islam tidak membedakan antara satu jenis minuman

yang memabukan dengan minuman memabukan jenis lain yang

terbuat dari unsur yang berbeda. Dengan demikian, Islam tidak

menghalalkan sebagian dari minuman yang diharamkan dan

mengharamkan sebagian minuman yang terbuat dari unsur lain.

Semua itu memiliki hukum yang sama, yaitu haram. Jika sesuatu

yang sedikit diharamkan , tentu sesuatu yang sedikit dari jenis

lain, namun sama-sama memabukan juga haram.53

C. Dampak Penggunaan Barang yang Haram Dikonsumsi

Setiap barang atau benda yang haramkan oleh Allah pada

dasarnya mempunyai kandungan hikmah dan manfaat. Namun,

manusia tidak selalu mampu menelusuri kandungan hikmah dan

manfaat apa yang menjadi ketentuan Allah, karena keterbatasan

daya jangkau akalnya. Sebagaimana telah dijelaskan diatas,

bahwa makanan dan minuman yang haram dikonsumsi manusia

53

Sayyid Sabiq,Fikih Sunnah 4,(jakarta: Cakrawala Publishing 2009)

hal

Page 66: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

66

mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam kehidupannya.

Adapun dampaknya yaitu sebagai berikut:

1. Mempengaruhi pertumbuhan Fisik dan kecerdasan Akal

Pada umumnya, makanan dan minuman yang haram

dikonsumsi manusia terdiri dari hal-hal berikut:

a. Karbohidrat (zat tepung) yang sangat dibutuhkan sebagai

sumber tenaga (energi).

b. Protein (zat putih telur), baik hewani maupun nabati yang

diperlukan untuk membangun serta memperbaiki jaringan

tubuh yang sudah rusak.

c. Lemak, yang berfungsi sebagai bahan pangan disamping

memberikan rasa enak.

d. Vitamin, yang diperlukan untuk metabolisme makanan,

pembentukan daya tahan tubuh (antibodi), serta untuk

mengaktifkan enzim dan hormon.

e. Mineral, yang diperlukan untuk membangun, melindungi

serta memelihara sususnan dan fungsi organ tubuh.

Page 67: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

67

f. Air, yang sangat diperlukan untuk menjaga agar badan

tetap normal.

Berhubung makanan dan minuman sangat besar

pengaruhnya terhadap pertumbuhan fisik dan kecerdasan akal

manusia, maka Allah Swt memberikan petunjuk kepada

mereka agar hanya mengkonsumsi makanan dan minuman

yang halal dan baik. Jika mereka tidak mengikuti

petunjuknya, maka dikhawatirkan pertumbuhan fisik dan

kecerdasan akalnya akan terganggu.

2. Mempengaruhi sifat dan perilaku manusia

Tubuh manusia yang pertumbuhannya sangat

dipengaruhi oleh makanan dan minuman yang dikonsumsi,

adalah terdiri dari sel-sel, jaringan, dan organ. Pada sel, ada

bagaian yang bernama gen yang membawa sifat- sifat

manusia. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa makanan

dan minuman yang dikonsumsi oleh manusia akan sangat

berpengaruh terhadap sifat dan perilakunya.

Dari sini dapat dipahami, mengapa Allah SWT

melarang umat islam mengkonsumsi daging babi. Karena,

Page 68: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

68

orang yang suka mengkonsumsi daging babi dikhawatirkan

memiliki watak seperti babi sebagaimana yang telah

dijelaskan diatas. Demikian juga, mengapa Rasulullah

melarang umat islam makan binatang buas. Karena tidak

mustahil orang yang suka makan daging binatang buas akan

terpengaruh oleh sifat buas binatang yang diamkan.

3. Mempengaruhi anak-anak yang akan dilahirkan

Makanan dan minuman yang haram dikonsumsi

manusia, akan mempengaruhi pertumbuhan fisik mereka,

termasuk sperma dan ovum yang menjadi cikal bakal anak-

anak yang akan dilahirkan. Makanan dan minuman yang halal

akan berdampak yang haram akan menimbulkan dampak

negatif terhadap mereka.

4. Mendorong manusia mlakukan suatu perbuatan tertentu

Makanan dan minuman yang haram dikonsumsi

manusia, akan mendorong jiwanya untuk melakukan suatu

perbuatan atau aktivitas. Jika makanan dan minuman yang

dikonsumis bersumber dari sesuatu yang halal, maka akan

mendorongnya berbuat baik atau beramal shaleh. Sebaliknya

Page 69: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

69

jika makannan dan minuman yang dikonsumsi bersumber dari

suatu yang haram, maka akan mendorongnya berbuat jahat,

bahkan berperilaku bringas. Korelasi atau hubungan yang

sangat erat antara makanan dan perbuatan manusia telah

disyariatkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Mukminun ayat

51:

“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik,

dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya aku Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

5. Mempengaruhi diterima atau ditolaknya Amal ibadah dan

do’a

Tujuan dan tugas hisup manusia dimuka bumi,

sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-qur’an, tidak lain

adalah untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT dan

dzat yang maha suci. Bagaimana mungkin ibadah seseorang

diterima oleh Allah jika makanan dan minumannya haram.

Oleh karena itu, kita harus berusaha semaksimal mungkin

agar makanan dan minuman yang akan kita konsumsi benar

Page 70: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

70

benar halal dan baik, sehingga amal ibadah kita diterima oleh

Allah SWT. Karena jika makanan dan minuman yang kita

konsumsi tidak halal, kecil kemungkinan amal ibadah kita

akan diterima olehnya.54

Sebagaimana dijelaskan oleh hadis

shahih yang diriwayatkan imama muslim dari shabat Abu

Hurairah.

“sesungguhnya Allah adalah dzat yang maha suci, yang

tidak akan menerima, kecuali sesuatu yang suci. Dan

sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang

beriman dengan apa yang diperintahkan kepada para

rasulnya. Maka Allah SWT berfirman; wahai para Rasul,

makan lah kamu dari sesuatu yang baik dan baik dan

beramallah yang baik. Dan Allah pun berfirman; wahai

orang-orang yang beriman, makan lah dari rizki yang

baik yang telah kami anugerahkan kepada kalian.

Kemudian Rasul mengkisahkan seorang laki-laki yang

sudah lama sekali berdo‟a memohon sesuatu kepada

54

M. Hamdan Rasyid, peranan Undang-Undang Jaminan Produk

Halal dan Haram Menjamin Kehalalan makanan dan minuman: Jurnal Syariah,

(November 2015) hal 22-25

Page 71: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

71

Allah. Begitu lama berdo‟a sampai rambuya acak-acakan

tidak rapih, pakainya kotor terkena debu. Akan tetapi,

bagaimana mungkin do‟anya dikabulkan kalau

makanannya haram, minumannya haram, pakainya

haram, dan sejak kecil diberi makan yang haram.”55

6. Mempengaruhi kehidupan di Alam Akhirat

Makanan dan minuman yang haram dikonsumi

manusia akan mempengaruhi kehidupannya didalam akhirat.

Jika halal, maka akan mengantarkan manusia kesurga.

Sebaliknya, jika bersumber dari atau diperoleh dengan cara

yang haram. Maka akan menghantarkan kedalam neraka.

Sebagaimana telah disabdakan Rasulullah dalam hadist hasan:

“setiap daging (manusia) yang tumbuh dari (makanan

dan minuman) yang haram, maka lebih berhak untuk

masuk neraka” (HR. Imam Tirmidzi dari Ka‟ab ibn

Ajazah).56

55

Imam An-Nawawi, Ad-Durrah A-Salafiyyah Syarh Al-Arba‟in An-

Nawawiyah, Markaz Fajr Lith-Thiba’ah, Pustaka Arafah, hal 159 56

M. Hamdan Rasyid, peranan Undang-Undang Jaminan Produk

Halal dan Haram Menjamin Kehalalan makanan dan minuman: Jurnal

Syariah, (November 2015) hal 22-25

Page 72: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

72

Page 73: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

73

BAB IV

KEDUDUKAN HUKUM JUAL BELI BARANG

YANG HARAM DIKONSUMSI

A. Jual Beli Barang dan Jenis- Jenisnya Yang Haram

Dikonsumsi

1. Jual Beli Barang Yang Haram Dikonsumsi

Jual beli atau perdagangan yang diharamkan oleh syariat

ada banyak. Bagi setiap muslim wajib mengetahui serta

mewaspadai segala bentuk perdagangan yang dilarang agar tidak

jatuh didalamnya. Dengan demikian harta atau rezeki yang

diperoleh akan mendapatkan keberkahan.

Pada dasarnya hukum seluruh bentuk transaki jual beli

adalah mubah selama terjadi atas dasar kerelaan pembeli dan

penjual. Mereka boleh memperjualbelikan apa saja kecuali yang

dilarang oleh Rasulullah Saw secara tersurat maupun tersirat.

Yang dimaksud dengan muamalah dalam kaidah ini

hubungan yang terjadi antara manusia dengan manusia.

Berdasarkan kaidah maka jual beli apapun hukum asalnya adalah

72

Page 74: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

74

boleh, karena Allah SWT menghalalkan jual beli. Namun hukum

asal jual beli dapat berubah menjadi haram.

Islam mempersempit daerah haram. Kendatipun demikian

soal haram pun diperkeras dan tertutup semua jalan yang

mungkin akan membawa kepada yang haram itu, baik dengan

terang-terangan maupun dengan sembunyi- sembunyi. Justru itu

setiap yang akan membawa kepada haram, hukumnya dan apa

yang membantu untuk berbuat haram, hukumnya haram juga, dan

setiap kebijakan (siasat) untuk berbuat haram, hukumnya haram.

Begitulah seterusnya seperti yang telah kami sebutkan prinsip-

prinsipnya.

Akan tetapi Islam pun tidak lupa terhadap kepentingan

hidup manusia serta kelemahan manusia dalam menghadapi

kepentingannya itu. Oleh karena itu Islam kemudian menghargai

kepentingan manusia yang tidak terelakan lagi, dan menghargai

kelemahan-kelemahan yang ada pada manusia. Justru itu seorang

muslim dalam keadaan yang sangat maksa, diperkenankan

melakukan yang haram karena dorongan keadaan dan sekedar

menjaga diri dari kebinasaan.

Page 75: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

75

2. Jenis-jenis jual beli Barang yang Haram Dikonsumsi

a. Barang-barang yang Haram Dikonsumsi

Adapun Barang yang haram diperjualbelikan dalam Islam

yaitu:

1. Bangkai

Bangkai merupakan semua bintang darat yang mati

bukan karena disembelih dengan tata cara penyembelihan

yang dibenarkan oleh syariat islam, seperti binatang yang

mati karena tertabrak mobil, ditusuk dengan besi, dipukul dan

dicekik.

2. Darah

Yang dimaksud dengan darah ialah darah yang

mengalir yang keluar dari tubuh binatang yang disembelih,

berdasarkan firman Allah SWT:

Page 76: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

76

Artinya : “Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam

wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang

diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,

kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang

mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua

itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama

selain Allah.

Sehubunngan dengan haramnya darah untuk

dikonsumsi, maka Allah SWT mewajibkan umat islam

menyembelih terlebih dahulu hewan ternak yang akan

dimakan. Dengan disembelih, darah hewan ternak akan keluar

sehingga jika dagingnya dimakan tidak akan terjadi

percampuran antara darah manusia dengan darah binatang

didalam tubuh manusia. Sebab jika hal ini terjadi, pasti akan

akan menimbulkan bahaya bagi manusia, baik terhadap

kesehatannya maupun harkat dan martabatnya sebagai

khalifahnya dimuka bumi.

3. Daging babi

Para ulama telah sepakat bahwa daging babi haram

dikonsumsi. Demikian pula lemak babi yang dipergunakan

dalam industri makanan yang dikenal dengan istilah

shortening, serta semua zat yang berasal dari babi yang

Page 77: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

77

biasanya dijadikan bahan campuran makanan . kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi telah memungkinkan manusia

memproduksi bahan campuran makanan, minuman, obat-

obatan,dan kosmetik dalam bentuk gelatin, lemak, pepsin,

renin, rennet, dan lain-lain.

Seluruh makanan, minuman, obat-obatan dan

kosmetik yang mengandung unsur babi dalam bentuk apapun,

haram dikonsumsi. Hal ini didasarkan pada firman Allah

SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 173:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu

bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika

disembelih) disebut (nama) selain Allah.”

Sehubungan dengan hal itu, kita harus berhati-hati dalam

membeli atau mengkonsumsi daging segar dan sosis. Apakah

benar-benar daging sapi atau daging babi. Demikian juga dalam

Page 78: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

78

membeli produk makanan olahan, baik produk makanan industri,

produk industri rumah tangga, ataupun makanan restoran.57

4. Khamar

Khamar adalah cairan yang dihasilkan dari frementasi

biji-bijian atau buah- buahan dan merubah zat gula yang

terkandung didalamnya menjadi alkohol dengan menggunakan

enzim aktif yang mampu mengeluarkan unsur- unsur tertentu,

keberadaannya dianggap penting dalam prosesfermentasi

tersebut.

Setiap sesuatu yang dapat memabukan masuk dalam

katagori khamar, tanpa melihat komponen yang terkandung

didalamnya. Oleh sebab itu, setiap jenis minuman yang dapat

memabukan bisa disebut khamar menurut syariat islam dan

memiliki ketetapan hukum yang sama, baik terbuat dari anggur,

kurma, madu dan gandum maupun terbuat dari jenis-jenis yang

lain. Semua itu termasuk khamar yang diharamkan karena

mengandung unsur bahaya yang bersifat khusus dan bersifat

57

M. Hamdan Rasyid, peranan Undang-Undang Jaminan Produk

Halal dan Haram Menjamin Kehalalan makanan dan minuman: Jurnal Syariah,

(November 2015) hal 12-14

Page 79: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

79

umum, dapat melalaikan seseorang dari dzikir kepada Allah

swt.58

b. Jual Beli Barang Yang Haram Dikonsumsi Untuk

Pengobatan

Islam membolehkan melakukan hal terlarang apabila

dalam keadaan darurat, dan ini adalah merupakan jiwa

kemudahan Islam yang tidak dicampuri oleh kesukaran, seperti

cara yang dilakukan oleh umat- umat terdahulu.

Oleh karena itu benarlah apa yang dikatakan Allah dalam

Firmannya:

“Allah berkhendak memberikan kemudahan bagi kamu, dan

ia tidak menghendaki memberikan beban kesukaran

kepadamu”. ( QS al- Baqarah :185)

Sementara ada juga yang menganggap keadaan seperti

itu sebagai keadaan darurat, sehingga dianggapnya berobat itu

seperti makan, dengan alasan bahwa keduanya itu sebagai suatu

keharusan kelangsungan hidup. Barangkali pendapat inilah yang

58

Sayyid Sabiq,Fikih Sunnah 4,(jakarta: Cakrawala Publishing 2009)

hal 196

Page 80: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

80

lebih mendekati kepada jiwa islam yang selalu melindungi

kehidupan manusia dalam seluruh perundang- undangan dan

rekomendasinya. Tetapi perkenan ( rukhsah) dalam menggunakan

obat yang haram itu harus terpenuhinya syarat-syarat.

Adapun tentang darurat pengobatan hanya bisa sembuh

jika mengkonsumsi makanan jenis yang haram, maka para ulama

fiqih berselisih pendapat dalam memandangnya. Sebagai mereka

ada yang berpendapat bahwa pengobatan tidak dapat dianggap

sebagai sesuatu yang bersifat darurat. Sebagaimana makanan,

namun sebagaian mereka menganggap bahwa pengobatan dapat

disebut sesuatu yang darurat sebagaimana makan, keduanya

merupakan kebutuhan hidup, disamping untuk

mempertahankannya.59

Ibn Taimiyyah berpendapat bahwa benda najis tidak boleh

digunakan dalam pengobatan, Alasannya adalah:

1. Berobat dengan meminum arak tidak meyakinkan untuk

sembuh sedangkan arak itu haram, berbeda dengan orang

59

Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, (Surakarta:

intermedia,2003) hal 84

Page 81: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

81

yang memakan bangkai karena dengan memakan bangkai itu

akan menghilangkan rasa lapar. Orang yang sedang dalam

keadaan darurat lalu memakan bangkai misalnya, secara pasti

tujuannya telah tercapai. Sebab dengan memakannya akan

menghilangkan rasa lapar. Adapun dengan meminum arak itu

belom pasti bisa mendatangkan kesembuhan. Buktinya orang-

orang banyak yang berobat tetapi tidak sembuh.

2. Adapun berobat itu tidak harus dengan meminum arak.

Berbagai macam obat- obatan bisa ditemukan. Dan orang

sakit bisa saja sembuh tanpa harus meminum obat. Caranya

bisa dengan berdo’a dan membaca mantera-mantera.

Kesembuhan juga bisa saja terjadi begitu saja, bahkan hanya

dengan kekuatan alami didalam tubuh yang diciptakan Allah

SWT dan lain sebagainya. Bagi orang yang sedang dalam

keadaan darurat, cara satu- satunya untuk menghilangkan

kesulitannya ialah dengan memakan barang- barang haram

tersebut.60

60

Ibn Taimiyyah, Majmu’ Fatwaa Ibn Taimiyyah, (Madinah:Dar

Wafaa Littibaah Wannasyir Wattaauzi, 2008) jilid 23, hal 268-269

Page 82: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

82

Dikalangan ulama terjadi perbedaan pendapat mengenai

hukum mengkonsumsi bangkai serta barang-barang haram

lainnya dalam keadaan darurat.

a. Menurut salah satu pendapat unggulan dikalangan para ulama

madzhab syaf’I dan juga dikalangan para ulama madzhab

hambali, tidak wajib hukumnya memakan sesuatu yang haram

dalam keadaan darurat, melainkan boleh. Itu juga yang

menjadi pendapat Abu Yusuf dari kalangan ulama madzhab

hanafi, dan abu Ishak Asy-Syairazi dari kalangan ulama

madzhab syafi’i. jadi apabila seseorang yang sedang dalam

keadaan darurat tidak mau memakan sesuatu yang haram lalu

ia meninggal dunia maka ia tidak berdosa.

b. Menurut pendapat para ulama dari kalangan madzhab Hanafi,

pendapat yang shahih dari para ulama madzhab Maliki, salah

satu pendapat unggulan dikalangan para ulama madzhab

syaf’I, dan juga satu pendapat unggulan dikalangan para

ulama madzhab hanbali, wajib hukumnya mengkonsumsinya

lalu ia mati maka ia tidak tahu bahwa hal berdosa, kecuali ia

Page 83: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

83

tidak tahu bahwa hal itu diperbolehkan dan ia bermaksud

menjaga diri untuk tidak melakukan maksiat.61

Sedangkan sebagian ulama yang lain yang membolehkan

berobat dengan yang haram asalkan bukan khamr. Pendapat ini

dimotori oleh para ulama dari kalangan madzhab Asy Syafi’iyah

dan sebagian perkataan dari kalangan Hanafiyah. Al Imam Izz

Abdussalam berkata, dibolehkan berobat dengan barang najis

sekalipun jika tidak ada ditemukan dihadapannya benda yang suci

atau halal. Karena mencari keselamatan dan keafiatan itu

didahulukan dari sekedar menghindari najis. Namun tidak

dibolehkan berobat dengan khmar.

Dalil yang digunakan oleh kalangan ini pertama adalah

keumuman kaidah bahwa sesuatu yang darurat itu bisa

menghalalkan sesuatu yang terlarang. Firman Allah:

61

Abdullah bin Muhamad Ath-Thariqy, Fiqih Darurat, (melayu:

Pustaka Azzam) hal 42

Page 84: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

84

“ Maka, Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya)

sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui

batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. Al-Baqarah: 173)

Namun kebolehan berobat dengan benda najis menurut

kalangan ini tidak bersifat mutlak, namun memiliki syarat dan

ketentuan, yakni:

1. Tidak ditemukan obat yang berasal dari bahan yang suci yang

bisa menggantikannya

2. Diketahui secara keilmuan bahwa benda najis atau haram

tersebut memang bisa memberikan kesembuhan.62

B. Jual Beli Barang Dengan Menggunakan Uang Hasil

Penjualan Barang Yang Haram Dikonsumsi

Islam mengajarkan setiap pemeluknya untuk terikat

dengan hukum syariat. Termasuk juga soal penggunaan uang.

Karena kehidupan saat ini tidak berlandaskan pada aturan Islam,

maka uang yang haram banyak beredar dimasyarakat. Seperti

uang hasil riba yang tidak diingankan dan sebagainya. Mengenai

62

Imam Syafi’i, Fiqih Imam Syafi’i, ( Jakarta : Putaka Azzam, 2012)

hal 694

Page 85: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

85

perolehan harta melalui aktivitas riba, keharamannya telah jelas

dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Allah Swt. Berfirman:

“..Allah telah menghalalkan jual beli, dan

mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah:275)

\

Transaksi riba itu lebih tujuh puluh macam jenisnya

(sesuai penjelasan hadis Rasullah Saw). Salah satunya adalah riba

bunga bank. Allah SWT juga berfirman:

“ Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta

sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang

bathil. (QS Al-Baqarah:188).

Artinya, janganlah kalian mengolah dan memperoleh

harta kekayaan melalui jalan yang batil, yaitu jalan yang tidak

sesuai dengan syariat Islam. Harta yang diperoleh melalui jalan

yang batil antara lain adalah harta hasil perjudian, hasil

pencurian, hasil perampokan, hasil pemalakan dan sejenisnya

atau hasil dari aktivitas ekonomi atau perdagangan yang

Page 86: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

86

didalamnya mengandung unsur penipuan, gharar, dan

ketidakjelasan. Sebab semua perolehan itu tidak disyari’atkan.63

Dalam syarat dan rukun Jual beli, tidak ada ketentuan

bahwa uang yang digunakan untuk membeli harus uang halal.

Sehingga pada hakikatnya, bila seorang pembeli membeli barang

dengan uang haram, seperti hasil judi, maka jual beli itu tetap sah.

Adapun pembeli berdosa karena berjudi, itu urusan yang

bersangkutan. Yang perlu diperhatikan adalah syarat dan rukun

jual belinya itu sendiri, apakah sudah terpenuhi atau tidak. Bila

tidak terpenuhi, maka jual beli itu tidak sah. Sebaliknya bila

sudah terpenuhi, maka jual beli itu sah secara hukum.

Uang hasil judi, meski hukum mendapatkannya haram,

namun uang itu sendiri sebagai sebuah benda tidak ikut jadi nasjis

sehingga tidak boleh disentuh secara fisik. Ketika penjudi itu

membeli sesuatu dengan memenuhi syarat dan rukun jual beli,

maka jual belinya itu sah.64

63

Umay M. Dja’far Shiddieq, Harta,Kedudukan dalam Islam (

Jakarta, Al-Ghuraba:2007) hal 28-29 64

https://m. Eramuslim.com diakses pada tanggal 26 Agustus 2018

Page 87: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

87

Setelah diteliti ternyata ada dua kelompok dalil yang

kelihatannya saling bertentangan. Sebagian dalil menjelaskan

ketidak bolehan menggunakan harta haram secara mutlak, dan

sebagian yang lain menjelaskan kebolehannya. Oleh karena itu

para ulama berpeda pendapat dalam menyikapi dalil- dalil

tersebut. Sebagian dari mereka membaginya dalam dua kaidah,

sebagai berikut:

1. Jika harta haram tersebut berasal dari hasil pencurian,

perampokan, penipuan, dan perbuatan criminal yang

merugikan orang lain secara nyata, seperti menjadi penadah

barng- barang curian dan membeli dari tempat penadah

tersebut dengan harga murah seperti yang terjadi dipasar-

pasar gelap, maka harta tersebut harus dikembalikan kepada

yang berhak, dan haram untuk diambil atau dimanfaatkan

dalam bentuk apapun.

2. Jika harta tersebut berasal dari hasil keuntungan penjualan

khamar yang pada dasarnya adalah perbuatan haram, tetapi

dilakukan secara suka rela antara kedua belah pihak atau

lebih, selama itu tidak mengikat atau tidak bersyarat serta

Page 88: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

88

tidak ada unsur membantu kebatilan mereka, maka mayoritas

ulama membolehkan untuk memanfaatkan uang tersebut

untuk kemaslahatan kaum muslimin, seperti membangun

masjid, jembatan, membuat jalan dan yang lainnya. Harta

semacam ini termasuk dalam katagori “Hak Allah”.

Kaidah ini didasarkan oleh dalil Firman Allah Swt:

“ Dan tidaklah seseorang membuat dosa melainkan

kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri, dan

seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa oarng

lain.”(Qs Al- An‟am:164)

Ayat diatas menunjukan bahwa siapa saja yang bekerja

pada sesuatu yang mengandung keharaman yang mana pekerjaan

tersebut adalah hasil kesepakatan antara mereka sendiri, maka

dosanya akan dia tangung sendiri, dan dosa ini tidak menular

pada orang lain.65

65

Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, ( Bogor:

PT. Berkat Mulia Insani, 2018) hal 25

Page 89: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

89

Jadi, jelaslah bahwa hukum yang berkaitan dengan

perbuatan atau tingkah laku. Hukum tidak berhubungan dengan

benda atau zat, akan tetapi hukum hanyalah berhubungan dengan

perbuatan, sehingga benda tidak bisa disifati dengan halal dan

haram.

Yang dimaksud dengan uang haram dalam kaitan hukum

islam adalah uang yang diperoleh melalui jalan, cara atau

pekerjaan yang dilarang oleh agama. Perbuatan manusia dalam

memperoleh uang menjadi batas antara yang halal dan yang

haram. Karena uang disepakati sebagai salah satu bentuk harta

kekayaan, maka banyak aktivitas kegiatan manusia diarahkan

untuk memperoleh uang tersebut. Ada sebagian manusia yang

memperoleh uang tersebut dengan cara yang halal dan adapula

sebagian manusia yang memperolehnya dengan cara yang haram.

Page 90: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian- uraian dan pembahasan pada

bab- bab sebelumnya mengenai kedudukan hukum Islam tentang

jual beli barang yang haram dikonsumsi, maka dari keseluruhan

pembahasan tersebut penyusun mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Bahwa jual beli barang yang haram dikonsumsi untuk

pengobatan menurut Para ulama fiqih berbeda pendapat,

Diantaranya Menurut pendapat para ulama madzhab syafi’I

dan juga ulama madzhab hanbali, tidak wajib hukumnya

memakan sesuatu yang haram dalam keadaan darurat,

melainkan boleh. Itu juga yang menjadi pendapat Abu Yusuf

dari kalangan ulama madzhab hanafi, dan abu Ishak Asy-

Syairazi dari kalangan ulama madzhab syafi’i. jadi apabila

seseorang yang sedang dalam keadaan darurat tidak mau

memakan sesuatu yang haram lalu ia meninggal dunia maka

Page 91: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

91

ia tidak berdosa. Menurut pendapat para ulama dari kalangan

madzhab hanafi, pendapat yang shahih dari para ulama

madzhab Maliki, salah satu pendapat unggulan dikalangan

para ulama madzhab syafi’I, dan juga satu pendapat unggulan

dikalangan para ulama madzhab hanbali, wajib hukumnya

mengkonsumsinya lalu ia mati maka ia tidak tahu bahwa hal

berdosa, kecuali ia tidak tahu bahwa hal itu diperbolehkan

dan ia bermaksud menjaga diri untuk tidak melakukan

maksiat. Sedangkan sebagian ulama yang lain yang

membolehkan berobat dengan yang haram asalkan bukan

khamr.

2. Hukum menjual barang yang haram dikonsumsi adalah

haram. Keharamannya secara zatiyah seperti bangkai, darah,

daging babi dan khamr dan secara hufiyah seperti judi,

perampokan, korupsi. Namun, transaksi jual beli

menggunakan uang dari hasil penjualan barang haram baik

dari zatiyah atau hufiyah adalah sah bila telah terpenuhi

syarat dan rukunnya.

Page 92: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3293/2/3. ASLI SKRIPSI.pdf · 2019. 1. 8. · jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan

92

B. Saran-Saran

1. Kepada para tokoh agama dan ulama perlu untuk

menggencarkan penyebarluasan tentang hukum dan bahasa

dari menggunakan obat- obatan dari benda najis sebagai obat

alternatif, karena memang pada dasarnya masih banyak obat

alternatif lain yang berasal dari bahan yang halal. Bahkan jika

perlu mengeluarkan fatwa atau sejenisnya yang lebih tegas

terkait dampak negatif yang ditimbulkan.

2. Kepada para cendikiawan muslim yang mendalami bidang

kesehatan dan pengobatan seperti asosiasi dokter muslim

mungkin, diharapkan untuk tidak menganjurkan para pasien

untuk mengkonsumsi obat- obatan dari benda najis juga

diharapkan untuk lebih memprioritaskan dalam pengusaha

atas obat- obatan yang memang halal.

3. Selanjutnya kepada seluruh pembaca, dengan adanya

perbedaan pendapat dikalangan ulama, jangan sampai

menyebabkan terjadinya perbuatan saling menjatuhkan

karena tidak sependapat dalam memahami suatu perkara.