bab i kel 5

25
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [ ً دْ قَ ع- ُ دِ قْ عَ ي- َ دَ قَ ع] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. 1

Upload: anisah-muallifah

Post on 11-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Al islam

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I KEL 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [- �ْع�ِق�ُد�- َي َع�ِق�ُد�

artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah [َع�ِق�ُد

menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima

dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat

digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan).

Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang

mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya

dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah

dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber

dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan

yang mengikat.

Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [خلق]

jamaknya [أخالق] yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau

budi pekerti.

 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti,

kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan

secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian aqidah dan akhlak?

2. Bagaimana ruang lingkup aqidah dan akhlak?

1

Page 2: BAB I KEL 5

3. Bagaimana prinsip-prinsip dasar ajaran islam dalam aspek aqidah dan akhlak?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Al

islam II yang berjudul “Prinsip-prinsip Dasar Ajaran Islam Dalam Aspek Aqidah dan

Ahlaq”.

Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa lebih

mengetahui prinsip dasar ajaran islam yang sesunggunya.

1.4 Metode Penulisan

Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi

dan internet.

2

Page 3: BAB I KEL 5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Aqidah dan Akhlak

A. Pengertian Aqidah

Aqidah secara Bahasa

Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( َعِقُد) yang berarti ikatan.

Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata ‘aqidah’ tersebut

dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam Islam, dan dapat pula

digunakan untuk ajaran lain di luar Islam.

Aqidah berasal dari kata “aqada” artinya ikatan dua utas tali dalam

satu buhul sehingga bersambung. Aqad berarti pula janji, ikatan

(kesepakatan) antara dua orang yang mengadakan perjanjian.

Aqidah secara Istilah

a. Menurut Hasan Al Bana :

نفسك اليها وتطمئّن� قلبك بها َيصُد�ق أن َيجب �تي ال االمور هي َعُد الْعِقا

شك� لطه َيخا وال رَيب زجه َيما ال َعنُدك َيِقينا وتكون

Aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) artinya beberapa perkara yang

wajib diyakini oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa dan

menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-

raguan.

b. Abu Bakar Jabir al Jazairy :

�ة البُدهي الحق� َيا قضا مّن مجموَعة هي الْعِقيُدة

االنسان َعليها َيْعِقُد والفطرة والسمع بالْعِقل �مة المسل

بوجودها طْعا قا بصح�تها جازما صُدره َعليها �ي وَيثن قلبها

أبُدا َيكون أن َيصّح� �ه أن خالفها َيرى ال وثبوتها

3

Page 4: BAB I KEL 5

Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum

(aksioma) oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah.

Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini

kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu

yang bertentangan dengan kebenaran itu.

B. Pengertian Akhlak

Akhlak secara Bahasa

Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang

menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan

khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan

khaliq yang berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun yang

berarti yang diciptakan.

Akhlak secara Istilah

a. Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut :

GةH و�َي و�ر� Gر� ف�ك �ر� َغ�ي م�ّن� �ه�ا �ف�ْع�ال ا �ى �ل ا � له�ا Kة� ي د�اَع� Hف�ِس� �لن ل َح�اًل

Artinya:

“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih

dahulu)”.

b. Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:

ف�ْع�اًل� �ال� ا �ص�ُد�ر� ت �ه�ا َع�ن Gخ�ة اِس� ر� Hف�ِس� الن ف�ى Gة� �ئ ه�ي َع�ّن� Kة �ار� ب َع� ل�ق� �خ� �ل ا GةH و�َي و�ر� Gر� ف�ك �ل�ى ا Gَح�اج�ة �ر� َغ�ي رGم�ّن� �س� و�َي Gة� ه�و�ل �س� ب

Artinya:

4

Page 5: BAB I KEL 5

“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya

timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan

pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.

c. Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut

akhlak “Adatul-Iradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini

terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:

�اد�ْت� اَع�ت �َذ�ا ا اد�ة� ر� �إِل� ا Hن� أ �ى �ْع�ن َي اد�ة� ر� �ال� ا َع�اد�ة� Hه� ن

� �َأ ب �ق� ل �لخ� ا �ْع�ض�ه�ْم� ب َف� َع�ر��ق� ل �خ� �ال ب مHاة� �م�س� ال ه�ي� �ه�ا ف�ْع�اد�ت

�َأ ي ش�

Artinya:

“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak

ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila

membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”

Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan

tersebut dapat diartikan bahwa kehendak adalah ketentuan dari beberapa

keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan ialah perbuatan

yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari

kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari

kekuatan dari kekuatan yang besar inilah dinamakan Akhlak.

Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya,

tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, Bahkan berdekatan

artinya satu dengan yang lain. Sehingga Prof. Kh. Farid Ma’ruf

membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:

“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan

mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran

terlebih dahulu”.

2.2 Ruang Lingkup Aqidah dan Akhlak

5

Page 6: BAB I KEL 5

A. Ruang Lingkup Aqidah

Menurut Hasan Al-Bana menujukan empat bidang yang berkaitan

dengan lingkup pembahasan mengenai aqidah, yaitu:

• Ilahiyyat, pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

Illah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, asma Allah, sifat- sifat yang

wajib ada pada Allah, dan lain- lain.

• Nubuwiyat, pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan rosul- rosul Allah, termasuk kitab suci, mu’jizat dan lain- lain.

• Ruhaniyat, pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan

alam roh atau metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh dan lain-

lain.

• Sam’iyat, pembahasan tentang segala sesuatu yang hamya bias diketahui

melalui sam’I (dalil naqli: Al-Qur’an dan Assunnah) seperti surga

neraka, alam barzakh, akhirat, kiamat, dan lain- lain.

B. Ruang Lingkup Akhlak

• Akhlak terhadap diri sendiri

meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan merusak,

membinasakan dan menganiyaya diri baik secara jasmani (memotong dan

merusak badan), maupun secara rohani (membirkan larut dalam

kesedihan).

• Akhlak dalam keluarga

meliputi segala sikap dan perilaku dalam keluarga, contohnya berbakti

pada orang tua, menghormati orang tua dan tidak berkata-kata yang

menyakitkan mereka.

• Akhlak dalam masyarakat

meliputi sikap kita dalam menjalani kehidupan soaial, menolong sesama,

menciptakan masyarakat yang adil yang berlandaskan Al-Qur’an dan

hadist

6

Page 7: BAB I KEL 5

• Akhlak dalam bernegara

meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri selama tidak bermaksiat kepada

agama, ikut serta dalam membangun Negara dalam bentuk lisan maupun

fikiran.

2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Ajaran Islam Dalam Aspek Aqidah Dan Akhlak

A. Prinsip-Prinsip Dasar Ajaran Islam Dalam Aspek Aqidah

1. Aqidah Islam sebagai sesuatu yang diwahyukan Allah

Aqidah Islam itu bersumber dari wahyu Allah yang diturunkan

melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, untuk diajarkan kepada

ummatnya dan terpelihara kemurniaannya sampai hari akhir zaman.

Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa perasaan atau pemikiran

Nabi Muhammad SAW sendiri, akan tetapi merupakan ajaran langsung

dari Allah SWT sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Quran, surat

al-Najm ayat 3-4:

Artinya:

”Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan

hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang

diwahyukan (kepadanya).” (QS. Al-Najm:3-4)

2. Aqidah Islam pada Dasarnya Tidak Berbeda dengan Aqidah yang

Diajarkan oleh Para Nabi Terdahulu

Nabi dan Rasul bertugas menyampaikan ajaran-ajaran Allah, oleh

karena sumber ajaran yang dibawakan oleh para nabi dan rasul itu

7

Page 8: BAB I KEL 5

adalah satu, yaitu berasal dari Allah, maka isi ajaran yang diajarkan

sejak nabi Adam hingga Nabi Muhammad adalah sama, yaitu Islam.

Sehingga di antara mereka tidak ada perbedaan dalam mengajarkan

aqidah kepada ummatnya.

Allah berfirman dalam surat Asy-Syuura, ayat 13:

Artinya:

“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah

diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan

kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa

dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah

tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu

seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang

dikehendaki-Nya dan member petunjuk kepada (agama)-Nya orang

yang kembali (kepada-Nya).

Agama yang dimaksud di sini adalah mengesakan Allah, beriman

kepada-Nya. Jadi jelas bahwa aqidah Islam yang diajarkan oleh Nabi

Muhammad adalah sama seperti yang diajarkan oleh para nabi dan rasul

terdahulu.

Perbedaan ajaran para nabi dan rasul terdahulu itu hanya terletak

pada syari’at-syari’atnya yang berupa amalan-amalan. Perbedaan

syari’at itu terjadi karena perbedaan situasi, cara berfikir, kondisi sosial

yang ada, dan sesuai dengan cara pandang msyarakat pada masanya.

8

Page 9: BAB I KEL 5

3. Aqidah Islam meluruskan Aqidah-aqidah yang Diselewengkan

Aqidah Islam yang dibawa dan diajarkan Nabi Muhammad bukan

aqidah yang baru atau merombak aqidah yang diajarkan para nabi dan

rasul terdahulu. Melainkan hanya meluruskan aqidah yang dibawa

mereka setelah diselewengkan oleh umatnya terdahulu.

Aqidah yang diselewengkan misalnya, adalah penyelewengan

yang dilakukan oleh orang-orang yahudi terhadap nabi Sulaiman putra

Dawud, mereka menuduh nabi Sulaiman menghimpun kitab yang

mengandung sihir dan disimpannya di bawah tahtanya, kemudian

dikeluarkan dan disiarkan. Dalam usaha mengacaukan ajaran Islam

(aqidah Islam), orang-orang yahudi berusaha menyebarkan sihir yang

mereka anggap berasal dari bani Sulaiman. Padahal sebenarnya nabi

Sulaiman tidak mengajarkan atau mempraktikkan sihir. Beliau jelas

mengetahui dan memahami bahwa perbuatan sihir adalah termasuk

pengingkaran terhadap Allah Azza wa Jalla. Sebab sihir sebenarnya

adalah tipuan dan muslihat yang hanya dilakukan oleh setan.

Dalam hal ini Allah berfirman :

9

Page 10: BAB I KEL 5

Artinya:

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa

kerajaan sulaimaan (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu

mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan

sihir), hanya syaitan-syaitan yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka

mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua

orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya

tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “

Maka mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya

kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari

sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi

manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah menyakini bahwa barang

siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu,tiadalah baginya

keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual

dirimya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”

Contoh lain dari penyelewengan aqidah adalah penyimpangan

orang-orang yahudi dan nasrani dalam memahami Isa al-Masih. Islam

menjelaskan bahwa nabi Isa adalah putra Maryam yang diangkat oleh

Allah menjadi rasul-Nya. Isa adalah anak suci dan bukan anak zina

seperti yang dituduhkan oleh orang-orang Yahudi. Beliau juga manusia

biasa yang memiliki kelebihan, dan kemudian diangkat oleh Allah

menjadi rasul-Nya. Beliau juga bukan Tuhan seperti yang dituduhkan

orang Nasrani kepadanya.

Orang yahudi mengingkari keberadaan nabi Isa. Mereka menuduh

Maryam melakukan zina dengan seorang yang bernama Yusuf al-Najjar,

sehingga melahirkan Isa. Mereka menuduh Isa adalah anak zina. Selain

itu orang yahudi dan nasrani melakukan kesalahan, karena mengakui

telah membunuh dan melakukan penyaliban terhadap Isa putra Maryam,

padahal mereka sebetulnya tidak membunuhnya dan tidak pula

10

Page 11: BAB I KEL 5

menyalibnya. Akan tetapi yang mereka bunuh dan disalib adalah orang

yang diserupakan Isa bernama Yudas Iskariot bekas muridnya.

Jelaslah bahwa Islam datang untuk meluruskan penyelewengan-

penyelewengan aqidah yang dilakukan oleh ummat terdahulu. Islam

memberikan informasi dan pengukuhan bahwa aqidah Islam adalah

aqidah atau keyakinan yang benar dan lurus serta wajib untuk dianut dan

dipertahankan oleh seluruh ummat manusia.

B. Prinsip-Prinsip Dasar Ajaran Islam Dalam Aspek Akhlak

Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah

berupa al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk

dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua

sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika

ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-beda.

Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain belum

tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut

sesuatu itu buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik.

Semua ummat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-

Quran dan Sunnah) sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari

Allah Swt, dan Rasulullah Saw. Keduanya hingga sekarang masih

terjaga keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang memang dalam

perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis yang tidak benar

(dha’if/palsu).

Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat

sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang

baik dan mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat

syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat

tercela. Jika kedua sumber itu tidak menegaskan mengenai nilai dari

sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan nilai yang

berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan adanya standar

11

Page 12: BAB I KEL 5

lain selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan buruknya

akhlak manusia.

Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan

baik dan buruk adalah akal dan nurani manusia serta pandangan

umum masyarakat. Islam adalah agama yang sangat mementingkan

Akhlak dari pada masalah-masalah lain. Karena misi Nabi Muhammad

diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Manusia dengan hati nuraninya

dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan

potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:

Artinya: 

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa

mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka

menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami

lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah

terhadap ini (keesaan Tuhan)”.” (QS. al-A’raf: 172).

Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada Moral Force. Moral

Force Akhlak Islam adalah terletak pada iman sebagai Internal Power

yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor

penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan

dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret. Dalam

hubungan ini Rosulullah Saw, bersabda:

12

Page 13: BAB I KEL 5

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik

akhlaknya. Dan sebaik-baik diantara kamu ialah yang paling baik

kepada istrinya”

Selain itu yang menjadi dasar pijakan Akhlak adalah Iman, Islam,

dan Islam. Al-Qur’an menggambarkan bahwa setiap orang yang

beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia yang diandaikan seperti

pohon iman yang indah hal ini dapat dilihat pada surat Ibrahim ayat 24,

yang berbunyi:

Artinya:

 “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat

perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh

dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya

pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat

perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu

ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk,

yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak

dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang

yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia

dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan

memperbuat apa yang Dia kehendaki”.

Dari ayat diatas dapat kita ambil contoh bahwa ciri khas orang

yang beriman adalah indah perangainya dan santun tutur katanya, tegar

dan teguh pendirian (tidak terombang ambing), mengayomi atau

melindungi sesama, mengerjakan buah amal yang dapat dinikmati oleh

lingkungan. Namun disisi lain, sebenarnya masih banyak teori-teori

13

Page 14: BAB I KEL 5

yang berbicara mengenai dasar-dasar akhlak dengan menafikan

pemikiran Islam, seperti relativisme akhlak. Yang mana berkat

pembuktian realisme, maka kemutlakan akhlak adalah pendapat yang

sahih dan relativisme akhlak tidak dapat diterima.

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa, kita akan

memanen apa yang kita tanam. Dari ungkapan tersebut dapat kita tarik

benang merah, bahwasannya apa yang kita lakukan tidak ada

hubungannya dengan sesuatu diluar diri kta, karena hubungan perbuatan

kita berhubungan langsung dengan Tuhan. Tanpa ada pihak ke-3. Oleh

karena itulah dasar Ahklak memerlukan Disipln Moral.

Kant, filosof Jerman berpendapat bahwa Rasio Spekulatif, yaitu

agen didalam mekanisme tidak bernilai tinggi; namun rasio praktis,

yaitu agen dari pelaksanaan hal-hal praktis, yang juga dimaknai sebagai

“kesadaran akhlak” memiliki kegunaan yang pasti dan printah-

printahnya bersifat mengikat. Dan hal ini sering di maknai sebagai

“kesadaran akhlak”.

14

Page 15: BAB I KEL 5

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan1. Aqidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya,

membuat jiwa tenang, dan menjadi keprcayaan yang bersih dari

kebimbangan dan keraguan. Dan ruang lingkunya meliputi rukun iman.

2. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena

akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai,

karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya

dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.

3. Ruang lingkup aqidah Islam meliputi penanaman, pemahaman, dan

keyakinan terhadap aqidah Islam agar tetap terpelihara pada setiap diri

orang muslim.

4. Ruang lingkup akhlak islam itu sendiri meliputi beberapaasfek yang

sangat berkaitan dalam kehidupan, seperti akhlak terhadap diri sendiri,

akhlak dalam berkeluarga, akhlak dalam masyarakat, akhlak dalam

bernegara, dan akhlak terhadap agama.

5. Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa perasaan atau pikiran Nabi

Muhammad SAW sendiri, melainkan merupakan ajaran langsung dari

Allah SWT. Landasan aqidah Islam, dan tidaklah yang diucapkan itu

menurut keinginannya. Akan tetapi, tidak lain adalah wahyu yang

diwahyukan kepadanya. (QS. Al-Najm:3-4)

6. Ajaran Islam menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dasar akhlak,

dan menjadikan kedua sumber tersebut sebagai ukuran baik dan buruknya

sebuah akhlak. Serta Islam tidak menapikan akal dan nurani sebagai alat

untuk menentukan nilai baik dan buruk.Selain itu akhlak dalam islam

terletak pada Moral Force yang merupakan Internal Power yang dimiliki

oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan

15

Page 16: BAB I KEL 5

motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata

karsa, dan tata karya yang kongkret.

3.2 SaranDengan dibuatnya makalah tentang al islam diharapkan nantinya

akan memberi manfaat bagi para pembaca, terutama pemahaman yang

berhubungan dengan bagaimana prinsip-prinsip dasar ajaran islam dalam

aspek aqidah dan ahlaq..

Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun

sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan

demikian penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lain

yang membutuhkannya.

16