proposal kel. i

42
PROPOSAL MEDIA PRAKTIKUM PROMOSI KESEHATAN STATUS GIZI OBESITAS MASYARAKAT KECAMATAN PRAMBON KABUPATEN SIDOARJO DISUSUN OLEH: KELOMPOK I

Upload: pipid-ari-wibowo

Post on 21-Jan-2016

109 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Proposal kegiatan media audio visual

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Kel. I

PROPOSAL

MEDIA PRAKTIKUM PROMOSI KESEHATAN

STATUS GIZI OBESITAS MASYARAKAT

KECAMATAN PRAMBON KABUPATEN SIDOARJO

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK I

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2012

Page 2: Proposal Kel. I

Anggota Kelompok I Praktikum Media Promosi Kesehatan

PIPID ARI WIBOWO 101111296

DELLA YAN KARTIKA 101111297

CANDRA WAHYU N 101111298

NOVINA EKA MUJI FITRAH SARI 101111300

AGUSTINA ZAHROTUN NISA’ 101111301

IRMA KRISNAWATI 101111309

SEPTIKA ANGGRAINI 101111360

TIKA TRIHARINNI 101111299

BASTIAN SETIA D 101111308

NURUL AINI 101111317

IKA PURWANINGDYAH O 101111335

SURATDI 101111348

DINDA DEWI Z 101111349

RANI PERMATA SARI 101111356

Page 3: Proposal Kel. I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Isinya Justifikasi kenapa Obesitas Penting, Evidence

Base (Fakta Kesehatan)

Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi

setiap orang. Pada kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti kelebihan berat

badan (BB) jauh melebihi berat yang diinginkan.

Terkadang kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan

overweight, padahal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda.

Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang

berlebih, sehingga BB seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan

kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan) adalah keadaan dimana

BB seseorang melebihi BB normal.

Obesitas kini mulai diterima sebagai salah satu masalah kesehatan serius di

negara-negara berkembang Hal ini terutama karena orang obese cenderung

menderita penyakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes melitus, dan jenis kanker

tertentu. Kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut meningkat

secara drastis terutama untuk Body Mass Index di atas 30.Terdapat sedikit

pertentangan terhadap sejauh apa peranan obesitas, apakah menjadi penyebab

utama bagi timbulnya penyakit-penyakit tenrtentu, atau semata-mata hanya

sebagai suatu pertanda atau petunjuk bahwa orang bersangkutan mempunyai

resiko tinggi terhadap penyakit yang bersangkutan. Pandangan mengenai obesitas

sebagai sesuatu yang tidak berbahaya, walau bagaimanapun, sudah tidak dapat

diterima lagi, mengingat bukti-bukti yang telah dikumpulkan selama 10 tahun

terakhir memperlihatkan hal sebaliknya.

1.2 Rumusan Masalah

Page 4: Proposal Kel. I

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk membahas jauh

lebih dalam dan memahami mengenai pengertian obesitas, faktor dan penyebab

serta cara menanggulangi masalah obesitas . (Kalimat Tanya)

1.3 Tujuan Umum

Setelah melakukan penyuluhan/Promosi kesehatan sasaran bisa mendefinisikan

obesitas secara umum, mengetahui penyebabnya dan mengetahui cara

pencegahannya serta ………………

1.4 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah: Setelah melakukan

penyuluhan/Promosi kesehatan sasaran bisa

1.     Mengetahui jenis-jenis Obesitas

2.     Mengetahui berbagai macam zat yang relevan terhadap Obesitas

3.     Mengetahui cara pencegahan dan penyembuhan Obesitas

4…………………

5…………………

1.5 Manfaat

Hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca agar para pembaca

dapat mengetahui tentang penyebab dan faktor-faktor yang menyebabkan

obesitas. Selain itu makalah ini juga menjelaskan tentang bahaya yang

ditimbulkan akibat obesitas pada kesehatan seseorang. Serta memberikan solusi

agar obesitas dapat ditanggulangi.

Page 5: Proposal Kel. I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Obesitas

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun

dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi

perluasan ke dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007). Obesitas merupakan

keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan

akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang

melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).

Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan,

terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly,

2007). Overweight adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan

tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah

kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-

bagian tertentu (Mahan et al., 2000). Obesitas merupakan peningkatan total

lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan total lemak tubuh >25% pada pria dan

>33% pada wanita (Reilly J.J., 2006).

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas

Faktor makanan ini merupakan yang terpenting untuk terjadinya

kegemukan baik sebagai penyebab tunggal maupun penyakit lainnya.

Ketidakseimbangan antara masukan kaliori dan pemakaian dapat disebabkan

banyak faktor, antara lain:

1) Aktifitas Fisik

Pada umumnya seseorang yang gemuk kurang aktif daripada seseorang

dengan berat badan normal. Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh

yang menyebabkan pengeluaran yang sangat penting bagi pemeliharaan

kesehatan fisik dan mental serta memanfaatkan kualitas hidup agar tetap sehat

dan bugar sepanjang hari. Aktifitas fisik secara teratur yang dilakukan paling

sedikit 30 menit/hari. Jika lebih banyak waktu yang dipergunakan untuk

Page 6: Proposal Kel. I

beraktifitas fisik, maka manfaat yang diperoleh juga lebih banyak (admin,

2008).

2) Meningkatnya konsumsi zat gizi (asupan makanan)

Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan

secara berlebihan, zat gizi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan

akan meningkatkan berat badan secara keseluruhan. Adapun zat gizi makro

yang dapat mempengaruhi kenaikan berat badan jika dikonsumsi berlebihan

antara lain:

a. Karbohidrat

Karbohidrat memang merupakan peranan penting dalam alam

karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang

harganya relative murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-

tumbuhan. Fungsi utama karbohidrat adalah Sumber energi pemberi

rasa manis dari makanan, penghemat protein, mengatur metabolisme

lemak, membantu pengeluaran feces (altemaster, 2003).

Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60 % kebutuhan kalori

berasal dari karbohidrat, kegunaan utama energi. Kegunaan lainnya

sebagai energy cadangan, komponen struktur sel, dan sumber serat

(Sayogo, 2006).

b. Protein

Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar

setelah air. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang

terikat satu sama lain dalam ikatan peptide. Protein ini mempunyai

fungsi khusus yang tidak tergantikan oleh zat lain, yaitu membangun

serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.

Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59 gr/hari.

Tergantung pada jenis kelamin dan umur. Protein juga menyuplai

sekitar 12-14% asupan energi selama masa anak dan remaja (Suandi,

2003).

Page 7: Proposal Kel. I

c. Lemak

Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi

sebagai sumber energi, lemak juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai

pelumas yaitu membantu pengeluaran sisa-sisa pencernaan dan

metabolism, memelihara suhu tubuh dan pelindung organ-organ vital.

Depkes RI menganjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang dari

25% total energi per hari (Sayogo, 2006).

Faktor-faktor lain dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:

1) Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki

penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi

juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya

obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan

faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor

genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan

seseorang.

2) Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai

kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang

cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup

(misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta

bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola

genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.

3) Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa

mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan

reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan

emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah

yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa

menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa

tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

Page 8: Proposal Kel. I

4) Faktor kesehatan

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

1. Hipotiroidisme

2. Sindroma Cushing

3. Sindroma Prader-Willi

4. Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

5) Faktor obat-obatan.

Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa

menyebabkan penambahan berat badan.

6) Faktor perkembangan .

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)

menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.

Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak,

bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan

orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat

dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan

cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

7) Aktivitas fisik.

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu

penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah

masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih

sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak

dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

Adapun faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam obesitas adalah

gaya hidup dan konsumsi pangan, gaya hidup sendetari (unsur gerak fisik

sangat minim), beban mental (stress) dan lingkungan.

2.3 Tipe Obesitas

Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi

berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT)

merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang

Page 9: Proposal Kel. I

dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan

kwadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman,2007).

Rumus menentukan IMT : IMT = BB

TB²

Klasifikasi IMT (kg/m2)BB kurang (underweight) <18,5

Normal 18,5-24,9

BB lebih (overweight) 25,0-29,9

Obesitas, kelas I 30,0-34,9

Obesitas, kelas II 35,0-39,9

Obesitas ekstrim, kelas III >40

Berdasarkan kondisi sel nya, kegemukan dapat digolongkan

Dalam beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu :

1) Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel

yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-

selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak-

anak.Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa

anak-anak akan lebih sulit.

2) Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang

lebih besar dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini

terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan

lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.

3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi

karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini

dimulai pada masa anak – anak dan terus berlangsung sampai setelah

dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini

merupakan yang paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya

komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.

Page 10: Proposal Kel. I

Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas yaitu:

a). Tipe buah apel (Adroid), pada tipe ini ditandai dengan

pertumbuhanlemak yang berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu

sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Tipe ini padaumumnya

dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang

menumpuk adalah lemak jenuh.

b). Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada

bagian bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini

banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah

lemak tidak jenuh.

2.4 Gejala Obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam

dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan

sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.

Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya

pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari

penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri

punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut

dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.

Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif

lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak

dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.

Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di

daerah tungkai dan pergelangan kaki.

Page 11: Proposal Kel. I

2.5 Faktor Risiko Dan Penanganan Obesitas

Resiko Kesehatan yang berhubungan dengan Obesitas

N

O

Hal/Tipe Masalah Simtom

1 Kardiovaskuler Hipertensi: Jantung Koroner, vena varicose,

sindrom pickwickian

2 Endokrin dan reproduktif Non-DM (tergantung insulin), Amenore, Infertilitas,

Pre-Eklampsia

3 Gastrointestinal Kolesistitis dan Kolelitiasis, Fatty Liver

4 Psikiatri dan Sosial Diskriminasi

5 Muskuloskeletal & Dermis Osteoarthritis, iritasi, infeksi (lipatan kulit, striae)

6 Keganasan Kanker Kolon, Rectum, Prostat, empedu, Buah

dada, Uterus, Ovarium

Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan

komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua

komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi

penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik

dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.

Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh

penderita dan resiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko

kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan

meningkatnya angka BMI :

1. Resiko rendah : BMI < 27

2. Resiko menengah : BMI 27-30

3. Resiko tinggi : BMI 30-35

4. Resiko sangat tinggi : BMI 35-40

5. Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.

Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap

penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan

penderita.

Page 12: Proposal Kel. I

1) Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-

1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai

dengan olah raga.

2) Penderita dengan resiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah

kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk

pria) disertai olah raga.

3) Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi,

mendapatkan obat anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.

Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil.

Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program

penurunan berat badan :

1) Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang

dianjurkan (vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat

badan harus rendah kalori.

2) Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan

berat badan secara perlahan dan stabil.

3) Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan

pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.

4) Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah

penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan

bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih

harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang

permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong

terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus

menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam

kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk

mengatasi masalah berat badan.

Page 13: Proposal Kel. I

BAB III

ANALISA DAN METODE PENELITIAN

Bukan Penelitian

A. Analisa untk menuju DX (awal kegiatan )

Dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada di masyarakat salah satunya

adalah membuat program-program yang terkait dengan masalah yang timbul.

Oleh karena itu program harus dibuat dan direncanakan sedemikian rupa sehingga

masalah yang ada di masyarakat dapat terselesaikan. Salah satu teori yang dapat

digunakan dalam pembuatan program adalah teori PRECEDE PROCEED teori ini

adalah membahas tentang perencanaan program promosi kesehatan. Kami

menerapkan teori ini untuk merancang perencanaan program promosi kesehatan di

puskesmas Prambon kecamatan Prambon kabupaten Sidoarjo.

Teori PRECEDE, meliputi :

Fase 1 : Social Diagnosis

Fase 2 : Epidemiological Diagnosis

Fase 3 : Behavioral and Enviromental Diagnosis

Fase 4 : Educational and Organizational Diagnosis

Fase 5 : Administration and Organizational Diagnosis

1. Fase 1 : Diagnosis Sosial

a. Batas wilayah:

Sebelah utara : wilayah kecamatan krian dan wonoayu

Sebelah timur : wilayah kecamatan krembung dan tulangan

Sebelah selatan : wilayah kecamatan pungging dan mojosari

Sebelah barat : wilayah kecamatan tarik

b. Luas daerah

Luas wilayah kerja puskesmas prambon adalah 31,39 km yang terdiri dari

65% luas tanah tegalan dan 20% luas pemukiman. Wilayah kerja

puskesmas meliputi semua desa yang ada di wilayah kecamatan prambon,

yang terdiri dari 20 desa yaitu desa prambon, desa kajartengguli, desa

kedungwonokerto, desa bendrotetek, desa watu tulis, desa simogarang,

Page 14: Proposal Kel. I

desa temu, desa wonoplintahan, desa cangkringtari, desa jati alun-alun,

desa jati kalang, desa gampang, desa bulang, desa simpang, desa

wirobiring, desa pajang kulon, dsa kedung kembar, desa kedungsugo, desa

jedong cangkring dan desa gedangrowo.

c. kependudukan

1) Jumlah penduduk : 57.528

2) Kepadatan pendudk : 1833/km2

3) Crude death rate (CDR) : 0,33%

4) Crude birth rate (CBR) : 0,74%

d. keadaan sosial budaya dan sosial ekonomi

1) Mata pencaharian penduduk

Petani : 25,95 %

Wira swasta : 29,48%

Swasta : 37,23%

PNS : 5,45%

TNI : 1,85%

Polri : 0,27%

2) Data sekunder yang diambil dari puskesmas prambon, kecamatan

prmabon, kabupaten sidoarjo tahun 2002 tentang pemantauan

KADARZI.

DesaJumlah

KK

Jawaban KADARZIKeterangan

ya % tidak %

Watu tulis

Jati kalang

Simpang

Kedung

wonokerto

Kedung kembar

Kejar tengguli

Cangkring turi

30

30

30

30

30

30

30

11

13

5

2

0

17

23

36,7

43,3

16,7

6,7

0

56,7

76,7

19

17

25

28

30

13

7

63,3

56,7

83,3

93,3

100

43,3

23,3

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

KADARZI

Page 15: Proposal Kel. I

Dari data di atas dapat dianalisis bahwa dari jumlah penduduk yaitu

57.528, penduduk yang mata pencaharian paling banyak adalah swasta, dan

pendidikan tertinggi adalah Strata namun hanya 1,00% dari jumah penduduk.

Meskipun rata-rata keadaan materi adalah menengan keatas, penduduk kecamatan

prambon masing kurang baim dalam pemenuhan gizinya. Dilihat dari data

skunder yang telah diambil dari puskesmas Prambon masih banyak keluarga yang

tidak memenuhi KADARZI terutama pada desa Kedung kembar. Pada desa itu

hampir semuanya tidak memenuhi KADARZI. Pendidikan yang kurang tentang

pemenuhan gizi menjadi faktor utama yang menyebabkan kecamatan Prambon

tidak memenuhi KADARZI.

2. Fase 2 : Diagnosis Epidemiologi

Pada data yang didapat dari laporan pengalaman belajar lapangan yang

dilakukan di wilayah kerja puskesmas prambon kabupaten sidoarjo, didapatkan

gambaran bahwa sebagian besar penduduknya adalah pekerja,sebagian besar

adalah swasta,wiraswasta,dan petani, tetapi ada juga yang sebagai

PNS,TNI/POLRI. Kesibukan yang dilalui oleh para penduduk ini membuat

sebagian besar penduduk tidak memperhatikan status gizinya. Banyaknya ibu-ibu

yang bekerja,sehingga mengaibatkan ibu yang secara umum berperan mengurus

rumah tangganya kurang bisa memperhatikan asupan gizi di keluarganya,dan

banyak yang tidak bisa membawa anaknya ke posyandu. Padahal pemantauan

kecukupan gizi yang dapat dilihat dari pemeriksan antropometri ini sangat penting

dilakukan pada masa balita. Bukan hanya bagi bayi/balita tetapi pada seluruh

anggota keluarga juga penting di lakukan karena mempengaruhi kesehatan dan

kondisi fisik seseorang.

Kesadaran masyarakat tentang masalah gizi ini sangat minim sekali,

padahal sebagian besar masyarakatnya memiliki penghasilan yang cukup untuk

membeli makanan yang baik nilai gizinya. Tetapi semua tergantung dari cara

pengolahan dan bisa tidaknya masyarakat mengkombinasi makanan,sehingga bisa

menghasilkan menu yang mengandung gizi yang baik untuk di konsumsi.

Page 16: Proposal Kel. I

Luasnya wilayah kerja puskesmas, banyaknya jumlah penduduk dan

terbatasnya tenaga kesehatan, mengakibatkan pemantauan terhadap kesehatan gizi

dimasyarakat juga kurang maksimum, sehingga masih banyak masalah gizi di

masyarakat yang tidak terpantau oleh tenaga kesehatan. Dari data puskesmas yang

dicantumkan pada laporan pengalaman belajar lapangan yang dilakukan di

wilayah kerja Puskesmas Prambon kabupaten Sidoarjo,data gizi kurang dan gizi

lebih pada balita masih banyak didapatkan. Darisini dapat disimpulkan bahwa

pemantauan mengenai gizi di masyarakat penting dilakukan, peran serta

masyarakat dalam hal ini sangat penting.

Kondisi status gizi balita di Kecamatan Prambon dapat dilihat dalam table

berikut ini :

Status GiziTahun 2001 Tahun 2002

Laki – laki Perempuan Laki – laki Perempuan

Gizi Buruk - - - 0,09

Gizi Kurang 6,16 7,6 8,81 9,37

Gizi Baik 4,75 41,3 36,83 41,8

Gizi Lebih 1,09 1,08 1,31 1,78

Sumber : Laporan tahunan Puskesma Prambom, 2002

3. Fase 3 : Diagnosis Perilaku dan Lingkungan

1) Fase Perilaku

Fase perilaku ini merupakan fase dimana faktor perilaku masyarakat

mempengaruhi status dan kondisi kesehatannya. Dari keterangan makalah,

perilaku masyarakat tentang masalah kesehatan dan gizi sudah tampak peduli

dan baik. Hal ini dapat terlihat dari adanya dukungan masyarakat dengan

dibentuknya posyandu dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya KB

(Keluarga Berencana).

2) Fase Lingkungan

Dengan adanya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan maka bisa

dipastikan keadaan lingkungan sekitar masyarakat mendukung adanya

kegiatan promosi kesehatan sehingga masyarakat mau peduli dan sadar akan

Page 17: Proposal Kel. I

kesehatan dan gizinya. Fase perilaku dan lingkungan merupakan faktor yang

saling terkait satu sama lain. Faktor perilaku bisa mempengaruhi perubahan

keadaan faktor lingkungan disekitarnya. Begitupun faktor lingkungan

masyarakat juga bisa mempengaruhi faktor perilaku yang berkembang disana.

4. Fase 4 : Diagnosis Pendidikan dan Organisasi

1. Jumlah penduduk menurut pendidikan :

Taman kanak-kanak (TK) : 16,74%

Sekolah dasar (SD) : 45,25%

SLTP : 23,57%

SLTA : 12,96%

Diploma : 0,47%

Strata : 1,00%

Tingkat pendidikan pada penduduk Prambon sebagian besar hanya sampai

pada tingkat Sekolah Dasar, maka bisa disimpulkan bahwa rata-rata tingkat

pendidikannya masih rendah.

2. Sarana Pendidikan :

TK : 23 buah

SD : 40 buah

SLTP : 8 buah

SLTA : 3 buah

Sarana pendidikan yang tersedia sudah cukup bagus, dengan adanya

sarana pendidikan yang ada maka penduduk Kecamatan prambon sangatlah

mudah untuk menjangkau tempat pendidikan tersebut.

3. Fungsi dan Tugas Pokok Puskesmas

Fungsi : sebagai pusat pengembangan, pembinaan, dan pelayanan

kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Tugas :

a) Menyelenggarakan upaya kesehatan esensial yang bermutu,

terjangkau, dan merata

Page 18: Proposal Kel. I

b) Meningkatkan status kesehatan dengan membina peran serta

masyarakat

c) Meningkatkan kesehatan dengan mengembangkan upaya kesehatan

inovatif dan pemanfaatan teknologi tepat guna.

4. Susunan organisasi puskesmas :

a) Unsur pimpinan : Kepala puskesmas

b) Unsur wakil pimpinan : Dokter

c) Unsur pembantu pimpinan : Urusan tata usaha

d) Unit pelaksana :

1) Unit pencegahan dan pemberantasan penyakit

2) Unit peningkatan kesehatan dan kesehatan keluarga

3) Unit kesehatan dan rujukan

4) Unit kesehatan lingkungan, penyakit, dan peran serta masyarakat

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah maka akan

mempengaruhi mata pencaharian penduduk yang kemudian akan

mempengaruhi juga pendapatan mereka,namun dengan fasilitas atau

sarana pendidikan yang tersedia sekarang dan terjangkau maka sangat

memungkinkan adanya peningkatan derajat pendidikan dan nantinya akan

berpengaruh pada pendapatan mereka karna memiliki mata pencaharian

yang bagus.

5. Fase 5 : Diagnosis Kebijakan dan Administrasi

Masalah gizi di Indonesia sangatlah beragam,dan stiap daerah atau wilayah

memiliki masalah yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena berbedanya letak

geografis, sosial ekonomi,kebijakan yang berlaku di daerah masing dan lain

sebagainya. Untuk menanggulangi masalah gizi di Indonesia, pemerintah telah

menetapkan program-program atau standart yang telah disesuaikan dengan

masalah gizi di Indonesia,seperti pemberian Fe pada ibu hamil, pengukuran berat

badan dan tinggi badan ibu hamil, pemberian vitamin A pada balita pada bulan

februari dan agustus, pemantauan gizi balita dan APRAS dengan melakukan

Page 19: Proposal Kel. I

penimbangan,pengukuran tinggi badan melalui SKDN,dan banyak lagi program-

program yang lain.

Keterlibatan masyarakat dalam program ini tergantung pada kesadaran

masyarakat itu sendiri dan keterlibatan orang-orang yang berpengaruh di

masyarakat untuk memberikan pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya

program gizi bagi diri mereka sendiri sangat berpengaruh terhadap diterima atau

di tolaknya suatu program tersebut.

Pada data yang terdapat dalam makalah dapat disimpulkan bahwa puskesmas

prambon adalah salah satu puskesmas yang mendukung program pemerintah

tentang masalah gizi, hal ini dibuktikan dengan kegiatan – kegiatan yang telah di

jadikan program puskesmas seperti penanggulangan dan pencegahan penyakit

cacingan, pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A, KADARSI,

penanggulangan anemia pada bumil,dan lain sebagainya juga telah menjadi

program pemerintah yang berlaku secara nasional.

Kader dan bidan desa adalah orang yang paham tentang wilayah dan

karakteristik masyarakat di daerahnya. Kader dan bidan serta perangkat desa

berperan memberikan motivasi kepada masyarakat di daerahnya tentang

pentingnya program gizi yang dilaksanakan oleh puskesmas. Menumbuhkan rasa

agar masyarakat membutuhkan program ini sangatlah sulit, perlu melakukan

pendekatan-pendekatan di segala kegiatan kemasyarakatan.

A. Fase 6 : Implementasi

Dari data yang ada pada makalah,kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh

puskesmas berkenaan dengan masalah gizi adalah:

1. Penanggulangan dan pencegahan penyakit cacing pada murid SD

Melakukan penyuluhan pada anak SD tentang makanan yang bagus

untuk pertumbuhan dan cara makan (mencuci tangan sebelum dan

sesudah makan)

Menghimbau penggunaan obat cacing

Anak-anak sulit merubah kebiasaan karena peran serta orang tua

yang tidak sepenuhnya memberi motivasi anak untuk merubah

Page 20: Proposal Kel. I

kebiasaan agar tidak jajan sembarangan,dan kebiasaan cuci tangan

sebelum dan sesudah makan.

Peran serta sekolah kurang tegas untuk memberi izin atau memberi

peraturan tentang jajanan yang sehat yang layak untuk di konsumsi

anak dan tidak berbahaya.

2. Pelayanan gizi melalui Posyandu

Posyandu bekerja sama dengan petugas gizi di puskesmas untuk

menyediakan jasa konsultasi tentang gizi untuk masyarakat

Kebanyakan ibu yang bekerja dan menganggap ke Posyandu

adalah Cuma untuk ibu-ibu yang mempunyai bayi atau balita saja,

menjadi halangan program ini.

3. Pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita setiap bulan februari dan agustus

Pemberian vitamin A pada ibu nifas

Kesibukan orang tua menjadi penghalang dalam program ini.

Terkadang ada yang lupa jadwal pemberian vitamin A,terkadang

ada yang tidak peduli dengan program ini,dan ada juga yang di

berikan dengan jadwal yang terlambat.

4. Pencegahan dan penanggulangan gondok endemik

Penyuluhan tentang penggunaan garam beryodium

Penyuluhan tentang ciri-ciri penyakit gondok dan cara berobat.

Hampir semua orang menggunakan garam beryodium,karena

garam beryodium mudah didapatkan.

5. Penanggulangan dan pencegahan anemia pada balita, bumil, dan WUS

Penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan Hb

Pemberian tablet Fe pada anak remaja seperti di SMP/SMA,WUS,dan

bumil

Hampir kebanyakan remaja dan WUS kurang paham tentang

pentingnya Fe,tidak ada motivasi dari keluarga.

Page 21: Proposal Kel. I

Tenaga kesehatan hanya memberikan tablet Fe,tanpa bisa

memberikan pengawasan pemakaian,karena kurangnya tenaga

kesehatan yang tersedia dan banyaknya program yang ada.

6. Pemantauan status gizi

Penimbangan dan pengukuran tinggi badan,baik pada

bayi,balita,APRAS, remaja, WUS ataupun bumil.

Kesibukan orang tua untuk bekrja menyebabkan bayi/balita jarang

ke Posyandu

Kesibukan juga menyebabkan bumil malas untuk periksa.

7. Orientasi monitoring KADARZI

Penyuluhan tentang pentingnya KADARZI

Kurangnya pemahaman masyarakat

Terbatasnya tenaga untuk melakukan pemantauan

B. Fase 7 : Evaluasi Proses

Implementasi yang dilakukuan di puskesmas Prambon, diantaranya :

1. Pendataan tentang SKDN

2. Pemberian kapsul vitamin A

3. Penanggulangan dan pencegahan penyakit cacing pada murid pada sekolah

dasar atau madrasah ibtidaiyah

4. Pemantauan status gizi balita

5. Program KADARSI.

Dengan adanya program implementasi yang dilakukuan di puskesmas

Prambon maka akan meningkatkan derajat kesehatan penduduk Prambon,semua

program implementasi tersebut sangat sesuai karna akan sangat membantu

pemantauan dan perkembangan yang terjadi pada penduduk Prambon khususnya

pada bidang kesehatan selain itu antara program yang satu dengan program yang

lain sangatlah berkaitan sehingga jika semua program dilaksanakan maka hasilnya

akan sangat maksimal.

Page 22: Proposal Kel. I

C. Fase 8 : Evaluasi Dampak

Evaluasi Impact yaitu dengan mengevaluasi hasil tidak langsung program

promosi kesehatan dalam jangka panjang, pada predisposing factor, enabling

factor, dan reinforcing factor

a. Predisposing Factor : Kurangnya pengetahuan tentang pemenuhan zat gizi

Hal ini bisa terlihat dari hambatan yang dialami peneliti yaitu kurangnya

kesadaran ibu untukmembawa balitanya ditimbang secara teratur.

b. Enabling Factor : Transportasi yang tidak memadai dan terlalu luas

wilayah

Hal ini dapat mempengaruhi kemauan ibu dalam hal pemeriksaan

balitanya ke posyandu dikarenakan faktor wilayah dan transportasi yang

tidak mendukung.

c. Reinforcing Factors : Terbatasnya kader posyandu maupun Puskesmas

Kurangnya jumlah personil tenaga kesehatan bisa menyebabkan

terbatasnya mobilitas dan keefektifitas kinerja mereka.

Hasil tidak langsung dalam jangka panjang yaitu menurunnya angka

kejadian gizi kurang pada balita.

D. Fase 9 : Evaluasi Hasil

Dana yang digunakan puskesmas untuk membuat program

penanggulangan masalah gizi ini didapat dari pemerintah daerah,tergantung dari

rancangan anggaran yang diajukan oleh puskesmas. Dana alokasi umum,dan 60%

dari pengambilan retribusi Puskesmas.

1. Program yang dilakukan

Program KADARZI adalah program terbaru di puskesmas yang

diharapkan bisa memberikan solusi terhadap kejadian masalah gizi yang

terjadi selama ini. KADARZI bisa terwujud bila dalam satu keluarga

mempunyai satu orang kader keluarga yang mampu mempraktekkan prilaku

gizi yang baik dan dapat mengenali masalah gizi dan bisa memberikan solusi.

Selain progoram KADARZI,melakukan pelayanan gizi di Posyandu,

penanggulangan dan pencegahan anemia gizi pada balita, wanita hamil, dan

Page 23: Proposal Kel. I

wanita usia subur,pemantauan status gizi,mencegah dan menanggulangi

gondok,penanggulangan masalah cacingan di SD, pencegahan dan

penanganan masalah kekurangan vitamin-A.

2. Evaluasi

Program gizi yang dilakukan oleh puskesmas belum sepenuhnya berhasil

karena masyarakat belum mendukung sepenuhnya program ini.

Faktor – faktor yang menghambat program gizi diantaranya adalah:

Terbatasnya tenaga kesehatan.

Luasnya wilayah kerja puskesmas.

Banyaknya penduduk.

Kurangnya pemantauan petugas tentang masalah gizi,sehingga

pencatatan dan pelaporan masih belum baik.

Banyaknya ibu yang bekerja sehingga tidak bisa membawa anaknya j\

ke posyandu dan konsultasi masalah gizi.

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memantau keadaan gizi

melalui pemeriksaan antropometri (berat badan dan tinggi badan).

B. Metode Penelitian SALAH

1. Rancang bangun kegiatan

Kegiatan ini berupa kunjungan langsung ke instansi kesehatan yang telah

ditunjuk. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah deskriptif observasional

yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara

sistematis, faktual dan aktual mengenai variable yang diamati.

2. Lokasi dan waktu

Lokasi kegiatan adalah Puskesmas Prambon Kecamatan Prambon Kab.

Sidoarjo. Kegiatan dilaksanakan selama 2 hari yaitu tanggal 3 dan 4 juli

2003.

3. Variable yang diamati

3.1 Karaktristik wilayah kerja puskesmas : keadaan wilayah,

kependudukan, sosial budaya, dan sosial ekonomi.

3.2 Keadaan sumber daya kesehatan : dana dan tenaga kesehatan

Page 24: Proposal Kel. I

3.3 Struktur organisasi puskesmas

3.4 Program-program puskesma

4. Data Primer

4.1 Data primer didapatkan dengan cara indepth interview dengan kepala

puskesmas.

4.2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh melalui dokumen atau laporan yang ada di

puskesmas, baik laporan tahunan puskesma maupun laporan yang ada

pada tiap program juga laporan dari kantor kecamatan prambon.

5. Analisa data

Analisa data dilakukan secara deskriptif – naratif disajikan dalam entuk

table dan presentasi.

Setelah Metode Promosi Kesehatan

PEMILIHAN METODE/MEDIA TERGANTUNG PADA :

1. TUJUAN PENYULUHAN

2. METODA PENYULUHAN

3. MATERI PENYULUHAN

4.TERSEDIANYA ALAT YANG DIBUTUHKAN

5. JALANNYA PENYULUHAN

6. PENILAIAN HASIL

7. PRIBADI PENYULUH (KEMAMPUAN PENYULUH)

8. MINAT DAN KEMAMPUAN SASARAN PENYULUHAN.

9. SITUASI PENYULUHAN YANG SEDANG

Yang harus ada dalam perencanaan Promkes atau Proposal Promkes tsb

adalah :

1. Mengenal dan menetapkan masalah masalah.

2. Analisis masalah secara Educatif

3. Menentukan sasaran

Page 25: Proposal Kel. I

4. Menentukan tujuan

5. Menentukan Strategi

6. Menentukan Isi/materi

7. Menentukan Metoda dan tempat pendidikan/penyuluhan/promkes

8. Menentukan Media

9. Menentukan Rencana Jadwal.

10. Membuat rencana Penilaian

Metode bisa kontemporer seperti sekarang ini.

Modern : empat mata Show_imah, Dahsyat, dll

Tradisional : ketoprak ludruk adem ayam, wayang, dll

Media

Page 26: Proposal Kel. I

Setelah Metode usulkan Media yang saudara Gunakan.

Karena ini Praktikum Media ditugaskan oleh Dosen

1 Media Grafis min 20

2. Medio Power Point yang dimodif jadi film dan

Scenarionya.

3. Media Audio atau Radio pendek dan sandiwara

radionya plus Scenarionya

4. Media Audio Visual pendek dan sandiwara atau

sinetron kesehatan plus Scenarionya

Page 27: Proposal Kel. I

DAFTAR PUSTAKA

Chalidyanto, D. 2003. Materi Pembekalan Pengalaman Belajar Lapangan.

Depkes RI. 1998. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I

Hargono, R. 2003. Materi Wawancara Singkat

Kelompok IV Semester VI. 2003. Pengalaman Belajar Lapangan : Koleksi

rujukan FKM Unair.

Sastroasmoro S. 2000. Dasar-Dasar Metodologi penelitian Klinis. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK UI, Jakarta: Binarupa Aksara.

Widiasari, I.N. 2001. Skripsi. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan dan efisiensi pelayanan rawat inap di RSUD Amlapura. Surabaya :

FKM Unair.

Widjaya. 2004. Obesitas dan sindroma metabolik. Forum Diagnosticum. 4:1-16.