proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

33
PROPOSAL PENELITIAN EFEK PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) TERHADAP PROFIL LIPID DARAH TIKUS WISTAR JANTAN DENGAN DISLIPIDEMIA Oleh : Kelompok 6 Dosen Pembimbing : dr. Merlita Herbani, M.Biomed. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2015

Upload: arief-rahmatullah

Post on 05-Dec-2015

61 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

PROPOSAL PENELITIAN

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN PANDAN WANGI

(Pandanus amaryllifolius Roxb) TERHADAP PROFIL LIPID DARAH

TIKUS WISTAR JANTAN DENGAN DISLIPIDEMIA

Oleh : Kelompok 6

Dosen Pembimbing : dr. Merlita Herbani, M.Biomed.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2015

Page 2: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  2  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hal terpenting dan utama dalam kehidupan manusia. Setiap orang

tentu menginginkan untuk dapat hidup sehat, panjang umur, serta tetap produktif. (Wirya,

2012). Jumlah penduduk usia lanjut di dunia termasuk Indonesia dari hari ke hari mengalami

peningkatan. Namun sangat disayangkan peningkatan jumlah ini tidak diikuti dengan

peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup, sehingga sangat diperlukan kesadaran dan

pengertian masyarakat mengenai penyebab proses penuaan, upaya pencegahan,

memperlambat maupun menghambat proses penuaan ini. Selanjutnya akan diikuti oleh

kematian yang merupakan suatu peristiwa sebagai kenyataan yang tak terhindarkan (Bagiada,

2001).

Banyak faktor yang menyebabkan orang mengalami proses penuaan lebih cepat dari

yang seharusnya. Dengan bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi dan perubahan gaya

hidup, sangat mempengaruhi pola hidup sehat seseorang. Perubahan pola makan yaitu asupan

lemak jenuh meningkat, sedangkan aktivitas fisik makin berkurang. Kondisi ini akan

menyebabkan penimbunan lemak di jaringan tubuh. Juga menimbulkan kelainan

metabolisme lemak darah yang dikenal sebagai dislipidemia (Wirya, 2012).

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan kadar total kolesterol, kadar trigliserida, kadar LDL serta penurunan kadar HDL.

Berdasarkan berbagai penelitian, dinyatakan bahwa kelainan kadar lipid dalam darah

(dislipidemia) adalah faktor risiko utama timbulnya aterosklerosis (Suryaatmadja dan Silman,

2006).

Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Penelitian MONICA

(Multinational Monitoring of Trends Determinants in Cardiovascular Diseases) I di Jakarta

tahun 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol total pada wanita adalah 206,6 mg/dl

dan pria 199,8 mg/dl. Pada tahun 1993 terjadi peningkatan dimana rata-rata kolesterol total

wanita menjadi 213 mg/dl dan pria 204 mg/dl. Apabila dipakai batas kadar kolesterol > 250

mg/dl sebagai batasan hiperkolesterolemia maka pada MONICA I didapatkan

hiperkolesterolomia sebesar 13,45% untuk wanita dan 11,4% untuk pria. Pada MONICA II

meningkat menjadi 16,2% untuk wanita dan 14% untuk pria (Anwar, 2004).

Page 3: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  3  

Obat yang diproduksi industri farmasi banyak macamnya, namun penggunaannya

dalam jangka panjang dilaporkan mempunyai efek samping sehingga masyarakat

memanfaatkan herbal untuk mengobati penyakit gangguan metabolik (Kasper et al., 2005).

Pandan wangi merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan daunnya sebagai bahan

tambahan makanan, umumnya sebagai bahan pewarna hijau dan pemberi aroma. Aroma khas

dari pandan wangi diduga karena adanya senyawa turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-

acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014). Selain kegunaan tersebut, pandan wangi juga

dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetik pada ekstrak air, antioksidan pada ekstrak air dan

metanol, antikanker pada ekstrak etanol dan metanol, dan antibakteri pada ekstrak etanol dan

etil asetat (Prameswari dan Widjanarko, 2014; Ghasemzadeh and Jaafar, 2013; Chong et al.,

2012; Muhardi dkk., 2007).

Mengingat potensi senyawa polifenol dan tingginya kandungan polifenol di dalam

pandan wangi, maka penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan ekstrak daun pandan

wangi menjadi herbal terstandar yang dapat memperbaiki profil lipid darah, dikaji

berdasarkan efek antioksidan dan antikolesterol serta penghambatan MCP-1 dan disfungsi

endotel.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak air pandan wangi. Sedangkan variabel

tergantungnya adalah kadar kolesterol total darah, kadar trigliserida darah, kadar LDL darah, dan

kadar HDL darah. Penelitian ini bersifat eksperimen murni laboratorik yang memakai Pre

Test-Post Test Control Group Design (Pocock, 2008). Tikus yang sudah dislipidemia setelah

diberikan diet tinggi kolesterol dibagi secara acak menjadi dua kelompok. Kelompok pertama

merupakan kelompok kontrol sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok perlakuan

(Wirya, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah

penelitian ini sebagai berikut :

1.2.1 Apakah pemberian ekstrak air daun pandan wangi dapat menurunkan kadar

kolesterol total pada tikus dislipidemia?

1.2.2 Apakah pemberian ekstrak air daun pandan wangi dapat menurunkan kadar

kolesterol LDL (low density lipoprotein) pada tikus dislipidemia?

Page 4: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  4  

1.2.3 Apakah pemberian ekstrak air daun pandan wangi dapat menurunkan kadar

trigliserida pada tikus dislipidemia?

1.2.4 Apakah pemberian ekstrak air daun pandan wangi dapat meningkatkan kadar HDL

(high density lipoprotein) pada tikus dislipidemia?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini antara lain adalah :

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak air daun pandan

wangi terhadap profil lipid darah tikus yang menderita dislipidemia.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak air daun pandan wangi terhadap

kadar kolestrol total pada tikus dislipidemia.

1.3.2.2 Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak air daun pandan wangi terhadap

kadar kolesterol LDL (low density lipoprotein) pada tikus dislipidemia.

1.3.2.3 Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak air daun pandan wangi terhadap

kadar trigliserida pada tikus dislipidemia.

1.3.2.4 Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak air daun pandan wangi terhadap

kadar HDL (high density lipoprotein) pada tikus dislipidemia.

1.4 Manfaat

Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain :

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Dari hasil penelitian diharapkan adanya tambahan wawasan pengetahuan tentang

potensi ekstrak air daun pandan wangi dalam memperbaiki profil lipid dan dapat digunakan

sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Klinis

Pemanfaatan pandan wangi dalam dunia kesehatan secara klinis ekstrak daun pandan

wangi dapat memperbaiki profil lipid dan sebagai obat alternatif dalam menangani

dislipidemia.

Page 5: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  5  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lipid

2.1.1 Trigliserida

Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai

organ dalam tubuh. Dari sudut ilmu kimia trigliserida merupakan substansi yang terdiri dari

gliserol yang mengikat gugus asam lemak. Trigliserida dalam tubuh digunakan untuk

menyediakan energi berbagai proses metabolisme. Fungsi lipid ini mempunyai peranan yang

hampir sama dengan karbohidrat yaitu memberi energi untuk tubuh (Guyton dan Hall, 2007).

Trigliserida adalah asam lemak dan merupakan jenis lemak yang paling banyak di

dalam darah. Kadar trigliserida yang tinggi dalam darah (hipertrigliseridemia) juga dikaitkan

dengan terjadinya penyakit jantung coroner. Tingginya trigliserida sering disertai dengan

keadaan kadar HDL rendah. Kadar trigliserida dalam darah banyak dipengaruhi oleh

kandungan karbohidrat makanan dan kegemukan (Gandha, 2009).

Trigliserida yang dibentuk dari kilomikron atau liporotein akan dihidrolisis

menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim LPL. LPL ini dibentuk oleh adiposit

dan disekresi ke dalam sel endotelial yang berdekatan dengannya. Aktivasi LPL

dilakukan oleh apoprotein C-II yang dikandung oleh kilomikron dan lipoprotein (very low

density lipoprotein/VLDL) (Sugondo, 2009).

Gambar 1. Struktur kimia trigliserida (Berg dkk., 2012)

2.1.2 Fospolipid

2.1.2.1 Definisi

Fosfolipid merupakan unsur utama pembentuk membran lipid, selain

mengandung asam lemak dan alkohol, juga mengandung residu asam fosfat, sejumlah

Page 6: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  6  

kecil fosfolipid terdapat dalam makanan dan dihidrolisa sebelum absorbsi pada proses

sintesa dan degradasi fosfolipid yang terdapat dalam sel (Peter A. Mayes. 2003).

Fosfolipid merupakan molekul yang bersifat amfilik, yaiut mempunyai gugus

alkil yang bersifat hidrofob (biasa disebut ekor) dan gugus fosfat yang bersifat

hidrofil (biasa disebut kepala). Dengan kata lain, fosfolipid mempunyai ekor bersifat

hidrofob (nonpolar) dan kepala yang bersifat hidrofil (polar). Hal tersebut berbeda

dengan lemak yang bersifat lidrofob (Parning, et al., 2000).

2.1.2.2 Macam-macam dan Struktur Fosfolipid

`Secara umum berdasarkan rantai utamanya, senyawa fosfolipid dibedakan

menjadi dua, yaitu gliserofosfolipid dan spingofosfolipid (Wehrmuller. 2007).

Struktur fosfolipid dibangun dari satu buah kerangka gliserol, dua buah asam lemak

(R’ dan R’’) yang teresterfikasi pada posisi sn-1 dan sn-2, serta gugus fosfat yang

mengikat rantai karbon R (Fahy, et al., 2005).

Asam lemak yang terikat pada gugus sn-1 dan sn-2 tergantung dari sumber

fosfolipidnya. Panjang rantai asam lemak dan derajad saturasinya (jumlah rantai

ganda) akan menentukan sifat fisikokimia dan fungsional dari fosfolipid (Vikbjerg,

2006). Penamaan gliserofosfolipid tergantung pada gugus X yang terikata pada gugus

fosfat pada posisi sn-3 dari kerangka gliserol. Gugus yang diikat oleh asam fosfatidat

ini antara lain kolin, etanolamina, serin dan inositol. Dengan demikian senyawa yang

termasuk senyawa yang termasuk fosfolipid ini adalah fosfatidilkolin,

fosfatidiletonalomina, fosfatidilserin dan fosfatidinositol. Pada umumnya fosfolipid

terdapat pada sel tanaman, hewan, dan manusia. Pada tanaman fosfolipid terdapat

pada kedelai, manusia dan hewan terdapat dalam telur , otak, hati, pankreas, paru-paru

dan jantung (Vikbjerg, 2006).

Page 7: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  7  

Radikal asam lemak rantai panjang membentuk bagian lipofilik dan

menunjukkan afinitas kuat terhadap lemak, sedangkan radikal fosfat menunjukkan

afinitas kuat terhadap air. Sehingga dalam campuran minyak dan air, lesitin mampu

membentuk emulsi dengan menurunkan tegangan permukaan interstisial antara fase

minyak dengan fase air. Nilai HLB lesitin berkisar antara 3-4. Menurut Kakuda

(2003), fosfatidilkolin merupakan komponen penting yang mempengaruhi

pembentukan struktur gel campuran fosfatida-stearin-minyak cair. Fosfatidilkolin

tergabung dalam jaringan kristal lemak dan bertanggung jawab meningkatkan

kapasitas ikatan hidrofobik campuran fosfatida-stearin-minyak cair. Pembetukan

struktur gel merupakan cara baru untuk mempertahankan stabilitas minyak cair

dengan kandungan dalam jumlah besar.

Gambar 2. Struktur Fosfolipid

2.1.3 Kolesterol

Kolesterol merupakan komponen struktural esensial yang membentuk membran sel

dan lapisan eksterna lipoprotein plasma. Kolesterol dapat berbentuk kolesterol bebas atau

Page 8: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  8  

gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai kolesterol ester. Kolesterol ester

merupakan bentuk penyimpanan kolesterol yang ditemukan pada sebagian besar jaringan

tubuh. Kolesterol juga mempunyai makna penting karena menjadi prekursor sejumlah besar

senyawa steroid, seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D (Murray

dkk., 2009).

Terdapat dua jenis kolesterol. Kolesterol eksogen adalah kolesterol yang terdapat

dalam diet dan diabsorbsi secara lambat dari saluran pencernaan ke dalam saluran limfe usus.

Selain itu, terdapat juga kolesterol yang disintesis di dalam sel tubuh dan disebut dengan

kolesterol endogen (Adam, 2009).

Bahan utama untuk sintesis kolesterol adalah asetat. Terdapat tiga tahap utama dalam

proses sintesis kolesterol (Berg dkk., 2012).

Tahapan tersebut adalah:

a. Sintesis isopentenil pirofosfat (IPP)

Pada proses ini terjadi perubahan Asetoasetil-CoA atau Asetil-CoA menjadi 3-

Hidroksi-3-Metilglutaril-CoA (HMG-CoA). Selanjutnya, enzim HMG-CoA reduktase

merubah HMG-CoA menjadi mevalonat (isoprenoid C6). Lalu mevalonat akan diubah

menjadi 5-pirofosfomevalonat dan kemudian diubah menjadi isopentenil pirofosfat (IPP).

b. Kondensasi 6 molekul isopentenil pirofosfat membentuk skualen

Pada proses ini, 6 molekul isopentenil pirofosfat mengalami

kondensasi dan membentuk skualen.

c. Siklisasi Skualen

Pada proses ini skualen mengalami siklisasi menjadi lanosterol. Kemudian

lanosterol diubah menjadi kolesterol.

Gambar 3. Struktur kimia kolesterol (Berg dkk., 2012)

Page 9: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  9  

2.1.4 Pencernaan Lipid

Lemak dalam makanan sehari-hari dominan dengan bentuk trigliserida yang banyak

terdapat makanan hewani daripada dari tanaman. Dalam makanan biasanya terdapat sedikit

bentuk lemak lain seperti fosfolipid,kolesterol, dan ester kolesterol. Proses pencernaan lemak

dimulai dalam mulut didahului dengan proses mekanik yaitu penghancuran oleh gigi

menjadikan potongan-potongan yang lebih kecil dan dicampur dengan enzim lipase lingual

yang terdapat di dalam kelenjar air liur. Setelah itu lemak masuk ke dalam esofagus dan

didalam esofagus lemak tidak mengalami proses pencernaan. Kemudian ke lambung, di

dalam lambung dengan bantuan enzim lipase lingual dalam jumlah terbatas memulai proses

hidrolisis trigliserida menjadi digliserida dan asam lemak, dan proses ini terbatas sebab lipase

lambung hanya dapat melakukan hidrolisis dalam jumlah terbatas ( Guyton & Hall 2007, hal.

852).

Selanjutnya dalam duodenum terdapat proses emulsifikasi lemak, dalam proses ini

lemak di hancurkan menjadi potongan yang lebih kecil lagi sehingga enzim yang larut air

juga bisa bekerja pada permukaan lemak. Dalam duodenum juga akan disekresikan garam

empedu dan fosfolipid lesitin dari empedu. Senyawa ini sangat berpengaruh besar dalam

pencernaan lemak karena diperuntukkan pemecahan lemak menjadi lebih kecil sehingga

enzim lipase yang hanya bisa larut air dalam air bisa bekerja pada permukaan lemak.Lemak

teremulsi dari hasil pemecahan diatas akan dicerna oleh lipase pancreas ditambah dengan

sedikit lipase usus menjadikan asam lemak bebas dan 2-monogliserida ( Guyton & Hall

2007, hal. 853).

2.1.5 Absorbsi Lipid

Setelah semuanya selesai, dan saat konsentrasi garam empedu dalam air tinggi, maka

akan cenderung membentuk gumpalan misel yang sangat kecil. Berdiameter antara 3 samapai

Page 10: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  10  

6 nanometer. Misel ini akan menuju brush border sel epitel usus dan memungkinkan untuk

diabsorbsi kedalam darah lalu garam empedunya sendiri akan dilepaskan kembali kedalam

kimus untuk digunakan dalam pembentukan misel dan pengangkutan kembali ( Guyton &

Hall 2007, hal. 857).

Setelah masuk sel epitel, asam lemak dan monogliserida diambil oleh reticulum

endoplasma halus sel, disini asam lemak dan monogliserida tersebut terutama terutama

digunakan untuk membentuk trigliserida yang baru yang selanjutnya dilepaskan dalam

bentuk kilomikron melalui bagian basal sel epitel, mengalir keatas melalui duktus limfe

torasikus dan menuju aliran darah. ( Guyton & Hall 2007, hal. 858)

2.1.6 Transpor Lipid

Dalam menjalankan perannya untuk meneruskan absrobsi lipid dari sumber makanan

yang sudah dicerna di usus, tubuh memiliki regulasi untuk mengatur hal selanjutnya yaitu

transpor lipid. Hal utama yang penting diketahui dalam transpor lipid adalah lipid tidak bisa

di angkut begitu saja di dalam plasma, karena kita ketahui bahwa lipid tidak larut air.

Sehingga, dalam proses pengangkutannya akan di bawah oleh kilomikron dan protein karier

lipid yang terdiri dari Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediete Density

Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL)

(Guyton & Hall 2007, hal 884).

Kita ketahui bahwa lipid terbagi menjadi berbagai jenis. Pada hasil mekanisme

pencernaan maka produk lipid yang dihasilkan adalah seperti trigliserida, kolesterol, asam

lemak bebas. Sehingga dalam pengangkutannya itupun mengalami perbedaan

pula.Kilomikron akan mengangkut sejumlah besar trigliserida dari usus ke hepar dan

sedangkan protein karier dalam mengangkut lipid dari hasil pencernaan hanya dapat

membawa trigliserida,kolesterol yang menjadi bagian dari protein karier ke jaringan lemak

atau adiposa. Sedangkan asam lemak sendiri akan mengalami mekanisme ionisasi yang kuat

lalu gugus ioniknya akan berikatan dengan molekul dari albumin protein plasma yang akan

membawa asam lemak tersebut dan dinamakan menjadi asam lemak bebas (Guyton & Hall

2007, hal 883).

Page 11: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  11  

Trigliserida dan kolesterol yang sudah di serap dari hasil mekanisme pencernaan akan

diangkut oleh kilomikron menuju hepar dan sedangkan protein karier akan mengangkut

trigliserida,kolesterol dan fosfolipid menuju jaringan lemak melalui plasma yaitu VLDL dan

LDL dan sebaliknya dari jaringan lemak menuju hepar yang di angkut oleh HDL (Allan &

Colleen, 2000; Robert dkk, 2002).

2.1.7 Deposit Lipid

Dalam mekanisme tubuh untuk medapatkan energi, peran lipid sebagai salah satu

sumber pemecahan energi yang menjadi peranan aktif dalam membentuk energi. Setelah lipid

di ambil dari menkanisme pencernaan melalui absorbsi. Lipid akan di bawa melalui

mekanisme transport lalu mekanisme terakhir yang berperan adalah mekanisme deposit lipid

yang berguna nantinya untuk dipecah menjadi energi dan memiliki fungsi penunjang yang

tidak kalah pentingnya yaitu sebagai pembentuk panas tubuh. Sel dan organ yang berperan

dalam mekanisme deposit lipid adalah sel adiposa dan organ hepar (Guyton & Hall, 2007).

Sel adiposa memiliki lipase yang akan mengkatalis trigliserida dari kilomikron

maupun dari lipoprotein. Lipase ini juga akan aktif bila ada stimulasi dari hormon untuk

melepaskan asam lemak bebas. Dalam mekanismenya, deposit lipid di dalam sel adiposa

memiliki dinamika tersendiri dengan penggantian trigliserida 1 kali dalam 2-3 minggu di

karenakan tingginya kecepatan perubahan dari asam lemak pada sel adiposa (Guyton & Hall,

2007).

Organ yang berperan selanjutnya dalam deposit lemak adalah hepar. Dimana hepar

memiliki fungsi untuk memecah asam lemak menjadi senyawa yang lebih kecil untuk

mempermudah penggunaannya dalam pembentukan energi serta mensintesis lipid lain dari

asam lemak seperti kolesterol dan fosfolipid (Guyton & Hall, 2007).

2.1.8 Dislipidemia

2.1.8.1 Definisi

Dislipidemia adalah suatu penyakit yang disebabkan apabila lipid, lipoprotein,

maupun alipoprotein menyalami abnormalitas (Kwiterovich, 2010). Definisi lain dari

dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditandai dengan

peningkatan LDL serta penurunan HDL akibat resistensi insulin (Singh dkk., 2011).

Selain itu, dislipidemia juga didefinisikan sebagai proses meningkatnya sirkulasi

trigliserida dan kolesterol (Black, 2007).

Page 12: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  12  

2.1.8.2 Penyebab

Ada beberapa faktor yang menyebabkan dislipdemia, yaitu faktor gaya hidup

yang memberikan kontribusi paling besar. Sedangkan faktor lainnya yaitu

disebabkan oleh faktor genetik (Rasional, 2012). Disamping itu menurut penelitian

yang dilakukan oleh University of Michigan Lipid Clinic, dislipidemia disebabkan

oleh kebiasaan konsumsi alkohol, Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol dan

albuminuria (Vodnala dkk., 2012).

Penyebab primer dislipidemia adalah adalah mutasi gen yang selanjutnya

menyebabkan produksi berlebih Triglyserida dan LDL cholesterol, dan kurangnya

produksi HDL. Selain itu, terdapat juga penyebab sekunder terjadinya dislipidemia

adalah gaya hidup dengan diet lemak berlebih, kolesterol, dan lemak trans. Penyebab

umum lainnya adalah diabetes mellitus, konsumsi alkohol berlebihan, penyakit ginjal

kronis, hipotiroidisme, dan obat-obatan seperti thiazides, β-blocker, retinoid, highly

active retroviral, cylosporine, tacrolimus, esterogen dan progestin, dan glukokortkoid

(Goldberg, 2013).

2.1.8.3 Diagnosis Klinis

Dislipidemia merupakan salah satu kondisi penyerta dari obesitas disamping

penyakit degeneratif persendian, inkontinensia, tumor, serta penyakit kardiovaskular.

Kondisi ini diakibatkan oleh menumpuknya kalori yang berlebihan tanpa ada

diimbangi aktifitas fisik (Singh dkk., 2011).

Selain itu dislipidemia juga merupakan faktor utama penyakit cardiovaskular

pada penderita diabetes melitus (Dixit dkk., 2014). Penyakit atherosklerosis

merupakan penumpukan lapisan lemak pada arteri yang banyak terjadi pada penderita

dislipidemia baik anak-anak maupun dewasa yang terjadi apabila kolesterol darah

tidak normal (Ballantyne, 2015).

Page 13: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  13  

Gambar 4. Mapping Dislipidemia

2.2 Pandan Wangi

2.2.1 Karakteristik Umum

Gambar 5. Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)

Dislipidemia  

Etiologi   Penyakit  Terkait  Definisi  

• Penyakit degeneratif persendian • Inkontinensia • Tumor • Diabetes Mellitus • Penyakit

cardiovaskuler seperti atherosklerosis

Mutasi  gen  

Sekunder  Primer  

Triglyserida    

HDL  

LDL  

 

. Diabetes  Mellitus  

. Hipotiroid  

. Alkohol  >>  

. Gaya  Hidup  

. Penyakit  Ginjal  Kronis  

. Obat-­‐Obatan  

 

Page 14: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  14  

Pandan Wangi merupakan tanaman perdu tingginya sekitar 1-2 meter. Tanaman ini

mudah dijumpai di pekarangan atau tumbuh liar di tepi- tepi selokan yang teduh. Batangnya

bercabang, menjalar, pada akar keluar akar tuntang. Daun pandan wangi berwarna hijau,

diujung daun berduru kecil, kalau diremas daun ini berbau wangi. Daun tunggal dengan

pangkal memeluk batang,tersusun berbaris tiga dalam garis spiral. Helai daun tipis, licin,

ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar, panjang 40-80 cm, lebar 3-5 cm, dan berduri

tempel pada ibu tulang daun permukaan bawah bagian ujung-ujungnya. Beberapa Varietas

memiliki tepi daun yang bergerigi (Dalimarta, 2000).

Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan salah satu tanaman yang kerap

digunakan sebagai bumbu dapur, parfum, dan pelengkap acara adata. Pada tiap-tiap daerah

pandan wangi dikenal dengan nama yang berbeda (Kurniawati, 2010). Misalnya di Jawa

disebut pandan rampe, pandan seungit, atau pandan room. Di Sumatra disebut seuke bangu,

seuke musang, pandan jau, pandan bebau, pandan harum, pandan rempal, dan pandan

musang. Di Maluku disebut kelamoni, hao moni, keker moni, ormon foni, pondak, pondaki,

atau pudaka. Di Sulawesi disebut podang, pondan, ponda, atau pundago. Di Bali disebut

pandan arum, sedangkan di Nusa Tenggara disebut bonak (Kurniawati, 2010).

2.2.2 Taksonomi

Berikut ini merupakan klasifikasi dari pandan wangi (Pandanus amaryfolius) :

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Arecidae

Bangsa : Pandalanes

Suku : Pandanaceae

Marga : Pandanus

Spesies : Pandanus amaryfolius

(Rohmawati, 1995)

2.2.3 Kandungan Zat Aktif Pandan Wangi

Page 15: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  15  

Pada pandan wangi terdapat bahan kimia alkaloid, saponin, flavonoid, tannin,

polifenol, dan zat warna (Dalimarta, 2000; Hariana, 2013). Sedangkan aroma khas pandan

wangi disebabkan oleh senyawa 2-asetil-1-pirolina (Kurniawati, 2010).

Selain untuk bumbu dapur dan pelengkap acara adat, pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius) juga memiliki manfaat farmakologi, antara lain ialah menguatkan saraf

(tonikum), menambah nafsu makan (stomachica) dan penenang (sedative), lemah saraf

(neurasthenia), sakit disertai gelisah, tekanan darah tinggi (hipertensi), rematik, pegal linu,

menghitamkan rambut, rambut rontok, dan ketombe (Hariana, 2013; Kurniawati, 2010).

2.2.4 Pandan Wangi dan Dislipidemia

2.2.4.1 Bahan aktif pandan wangi yang berpotensi memperbaiki profil lemak darah

Berbagai metabolit sekunder seperti alkaloid, saponin, flavonoida, tanin,

polifenol, dan zat warna terkandung dalam daun pandan wangi.(Sugati dan Jhonny,

1991). Selain kegunaannya sebagai bahan aromatik pembuatan kue, kandungan

metabolit sekunder pandan wangi juga dapat menurunkan absorbsi kolesterol dalam

sistem pencernaan tubuh (Rahmani.2013).

Pada umumnya, kandungan fenol pada tanaman memberikan efek

antioksidan pada tubuh. Sifat antioksidan ini selain berperan untuk DNA repair dan

menghambat tumor, dapat juga berfungsi untuk memecah lipid, menurunkan kadar

kolesterol, dan hipertensi dalam tubuh. (Yokozawa et all.2002). Tidak hanya

penurunan kadar kolesterol, Zat antioksidan dalam pandan wangi ini juga dapat

menurunkan LDL dan meningkatkan kadar HDL.(Anonim.2011).

Adanya antioksidan dalam pandan wangi inilah yang nantinya sangat

berpengaruh dalam mengontrol kadar kolesterol, LDL, dan HDL dalam lemak darah

tubuh manusia. Jika kadar kolesterol dan LDL dapat diturunkan dan kadar HDl dapat

ditingkatkan maka kadar lemak dalam tubuh dapat diseimbangkan sehingga dapat

menurunkan potensi dislipidemia yang memicu terjadinya penyakit hipertensi dan

aterosklerosis.

Page 16: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  16  

Pandan wangi

Kandungan metabolit sekunder : alkaloid, saponin, flavonoida, tanin,

polifenol, dan zat warna

CPolifenol à fenol à memiliki sifat antioksidan

Fungsi antioksidan sebagai senyawa untuk menurunkan kolesterol, LDL,

dan meningkatkan HDL dalam tubuh

Berpotensi untuk memperbaiki lemak darah

Gambar 6. Mapping potensi pandan wangi memperbaiki profil lemak darah

2.2.4.2 Mekanisme kerja pandan wangi melawan dislipidemia

Ada bukti penelitian bahwa beberapa saponin mempunyai kemampuan

membentuk misel antara garam empedu dan kolesterol secara in vitro (Carlson, 2009).

Kemampuan ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh pencernaan makanan yang

mengandung saponin terhadap penurunan kolesterol plasma (Afrose et al., 2010).

Ada beberapa laporan mengenai efek saponin pada kolesterol-total,kolesterol-

VLDL, kolest–LDL dan kolest-HDL secara in vivo. Perbedaan efeksaponin ini

mungkin disebabkan oleh perbedaan struktur, jenis tumbuhan dan dosis dari saponin

yang digunakan (Al-Matubsi et al., 2011).

Beberapa efek yang menguntungkan dari saponin mungkin diakibatkan oleh

sifat saponin yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan kolesterol atau

membentuk misel campuran antara saponin, kolesterol dan asam empedu yang dipacu

oleh enzim-enzim yang terikat pada membran dan saponin juga diduga dapat

digunakan sebagai alternatif obat nonsistemik yang mampu menghambat HMG-CoA

reduktase dan meningkatkan aktifitas enzim lesitin kolesterol asiltranferase (LCAT)

(Lakshmi et al., 2012).

Saponin tidak terserap di usus, tetapi dimetabolisme dalam usus besar

menjadi aglikon saponin dan gula oleh mikroflora (Hu et al., 2004). Soyasaponin atau

soyasapogenol tidak ditemukan dalam darah tikus, mencit, dan ayam atau pada urine

Page 17: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  17  

manusia (Hu et al., 2004). Hal ini mungkin disebabkan karena saponin dan asam

empedu adalah senyawa amfifilik yaitu ada bagian hidrofobik yang larut dalam lemak

dan bagian hidrofilik yang larut dalam air. Dalam larutan terbentuk misel, antara

gugus hidrofobik dari triterpen atau steroid bergabung sehingga terbentuk seperti

koin. Misel yang terbentuk terlalu besar untuk melewati dinding usus sehingga

saponin tetap dalam saluran pencernaan, tetapi hanya kolat bebas dan non misel yang

diserap. Pembentukan misel campuran dalam usus oleh saponin tertentu dengan asam

empedu dapat mempengaruhi metabolisme asam empedu dan kolesterol. Molekul

misel asam empedu tidak mampu diabsorpsi kembali dan kemudian dialihkan dari

siklus enterohepatik dan digantikan oleh peningkatan sintesis kolesrterol di hati.

Konsekuensinya makanan yang mengandung saponin dapat meningkatkan ekskresi

asam empedu feses dan dapat menurunkan konsentrasi kolesterol plasma pada

penderita hiperkolesterolemia. Oleh karena itu, sifat saponin dapat membentuk

senyawa kompleks atau membentuk misel campuran antara saponin, kolesterol dan

asam empedu (Gong et al., 2010; Son et al., 2007).   Terdapatnya saponin sebagai

hambatan penyerapan kolesterol dan asam empedu di usus, memicu peningkatan

sintesis kolesterol di hati yang dikonversi menjadi asam empedu dan kemudian

disekresikan ke usus. Hal ini menyebabkan ekskresi lewat feses lebih besar daripada

penyerapan kolesterol di usus (Lakshmi et al., 2012).

2.3 Ekstrak air pandan wangi

2.3.1 Ekstraksi dan Jenisnya

Ekstraksi atau penyarian adalah proses pemisahan sebagian atau keseluruhan

substansi dari campuranya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Tetapi ekstraksi ini

belum didapatkan senyawa murni. Ekstraksi ada bermacam-macam tergantung cara dan jenis

pelarutnya.

1. Infudasi

Infudasi dalah penyarian simplisia menggunakan air yang dipanaskan pada suhu

90°C selama 15 menit. Diambil serbuk simplisia kemudian dicampur dengan air lalu

dipanaskan selama 15 menit dengan suhu dipertahankan setinggi 90°C, kemudian

disaring dan diambil ekstraksinya. Ekstraksi dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih

dari 24 jam, karena pelarut air gampang terkontaminasi oleh bakteri sehingga akan

membuat ekstraksi tidak tahan lama.

Page 18: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  18  

2. Decoctasi

Decoctasi hampir sama dengan infudasi yaitu menggunakan air kemudia

dipanaskan pada suhu 90°C tapi dengan waktu lebih lama yaitu 30 menit. Metode ini

biasanya digunakan untuk melarutkan simplisia atau bagian simpliasia yang agak keras,

seperti akar dan batang.

3. Maserasi

Metode ini dilakukan dengan cara perendaman simplisia dengan pelarut organik

(biasanya etanol atau metanol), yang dilakukan selama beberapa jam dengan melakukan

sesekali pengadukan. Cara ini dilakukan berulang-ulang sampai terlihat pelarut berwarna

bening yang menandakan bahwa ekstraksi simplisia telah sempurna.

4. Maserasi Modifikasi

Maserasi terdapat beberapa modifikasi cara penyarian. Diantaranya adalah

remaserasi, maserasi bertingkat, maserasi dengan mesin pengaduk dan maserasi

melingkar. Remaserasi adalah maserasi berulang dengan menggunakan pelarut yang

sama. Maserasi bertingkat adalah maserasi yang menggunakan pelarut berbeda setiap kali

diganti pelarut. Maserasi dengan mesin pengaduk adalah maserasi yang diaduk terus-

menerus dengan mesin pengaduk. Dan maserasi melingkar itu sama dengan soxhletasi.

5. Perkolasi

Metode penyarian ini dengan cara mengalirkan cairan penyari dari serbuk simplisia

yang telah dibasahi menggunakan alat perkolator. Metode ini biasanya digunakan pada

tanaman yang tahan atau tidak tahan panas.

6. Soxhletasi

Penyarian ini menggunakan alat yang disebut soxhlet, simplisia dialiri terus-

menerus menggunakan pelarut yang sama. Kemudian zat tersari didapatkan dari

penguapan pelarut yang telah selesai diekstrak. Metode ini digunakan pada pelarut

dengan titik didih rendah.

(Prameswari dan Widjarnako, 2014)

2.3.2. Ekstrak Air Daun Pandan Wangi

Daun pandan wangi dicacah kemudian dikeringkan dengan suhu ruangan selama 72

jam. Setelah kering daun pandan wangi dihaluskan. Kemudian diekstraksi dengan metode

maserasi, yaitu direndam dengan aquades selama 3 hari dalam gelas tertutup dan dalam

sehari diaduk sekitar 3-4 jam dengan menggunakan shaker dan penggantial pelarut

menggunakan pelarut dengan ukuran yang sama seperti di awal. Setelah selesai dimaserasi

Page 19: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  19  

kemudian dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator dengan suhu 40°C hingga

didapatkan ekstrak kental (Prameswari dan Widjarnako, 2014).

2.4 Uji LD50

Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna

menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau

menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan coba setelah perlakuan (WHO,

1993). LD50 merupakan tolak ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk menyatakan

kisaran dosis letal.

Ada beberapa pendapat yang menyatakan tidak setuju, bahwa LD50 masih dapat

digunakan untuk uji toksisitas akut. Namun ada juga beberapa kalangan yang masih setuju,

dengan pertimbangan:

a. Jika lakukan dengan baik, uji toksisitas akut tidak hanya mengukur LD50, tetapi juga

memeberikan informasi tentang waktu kematian, penyebab kematian, gejala – gejala

sebelum kematian, organ yang terkena efek, dan kemampuan pemulihan dari efek

nonlethal.

b. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan pemilihan design penelitian

subakut.

c. Tes LD50 tidak membutuhkan banyak waktu.

d. Hasil tes ini dapat langsung digunakan sebagai perkiraan risiko suatu senyawa

terhadap konsumen atau pasien (Loomis,1987).

Pada dasarnya, nilai tes LD50 yang harus dilaporkan selain jumlah hewan yang mati,

juga harus disebutkan durasi pengamatan. Bila pengamatan dilakukan dalam 24 jam setelah

perlakuan, maka hasilnya tertulis “LD50 24 jam”. Namun seiring perkembangan, hal ini

sudah tidak diperhatikan lagi, karena pada umumnya tes LD50 dilakukan dalam 24 jam

Page 20: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  20  

pertama sehingga penulisan hasil tes “LD50” saja sudah cukup untuk mewakili tes LD50

yang diamati dalam 24 jam. Bila dibutuhkan, tes ini dapat dilakukan lebih dari 14 hari.

Contohnya, pada senyawa tricresyl phosphat, akan memberikan pengaruh secara neurogik

pada hari 10 – 14, sehingga bila diamati pada 24 jam pertama tidak akan menemukan hasil

yang berarti. Dan jika begitu tentu saja penulisan hasil harus deisertai dengan durasi

pengamatan (Loomis,1987).

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai LD50 antara lain spesies, strain,

jenis kelamin, umur, berat badan, gender, kesehatan nutrisi, dan isi perut hewan coba. Teknis

pemberian juga mempengaruhi hasil, antara lain waktu pemberian, suhu lingkungan,

kelembaban, sirkulasi udara. Tidak luput kesalahan manusia juga dapat mempengaruhi hasil

ini. Sehingga sebelum melakukan penelitian, ada baiknya kita memeperhatikan faktor –

faktor yang mempengaruhi hasil ini (Hodgson,2000).

Secara umum, semakin kecil nilai LD50, semakin toksik senyawa tersebut. Begitu

pula sebaliknya, semakin besar nilai LD50, semakin rendah toksisitasnya. Hasil yang

diperoleh (dalam mg/kgBB) dapat digolongkan menurut potensi ketoksikan akut senyawa uji

menjadi beberapa kelas, seperti yang terlihat pada tabel berikut :

NO KELAS LD50 (mg/KgBB)

1 Luar biasa toksik 1 atau kurang

2 Sangat toksik 1 – 50

3 Cukup toksik 50 – 500

4 Sedikit toksik 500 – 5000

5 Praktis tidak toksik 5000 – 15000

6 Relatif kurang berbahaya 15000

Tabel 1. Potensi Toksisitas

Page 21: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  21  

2.5 Tikus Coba

Perkembangan dunia kedokteran dan pengobatan tidak jarang melibatkan penggunaan

hewan coba dalam penelitiannya. Salah satu hewan coba yang menjadi pilihan adalah tikus.

Tikus laboratorium adalah spesies tikus Rattus norvegicus yang dibesarkan dan disimpan

untuk penelitian ilmiah (Wirya, 2012).

Jenis galur ini dikembangkan di Institut Wistar pada tahun 1906 untuk digunakan

dalam biologi dan penelitian medis. Saat ini tikus wistar ini menjadi salah satu strain tikus

paling populer digunakan untuk penelitian laboratorium. Ciri tikus ini adalah mempunyai

kepala lebar, telinga panjang, dan memiliki ekor panjang yang tidak melebihi panjang

tubuhnya (Anonim, 2011 dalam Wirya, 2012).

Gambar 7. Tikus Coba Galur Wistar (Anonim, 2011)

Page 22: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  22  

BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP dan HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

Ekstrak Air Daun Pandan Wangi

(Pandanus amaryllifolius Roxb)

POLIFENOL SAPONIN FLAVONOID

Berkaitan dengan

kolesterol di intestinal

Absorbsi kolesterol

Berkaitan dengan empedu

Ekskresi kolesterol

Pe enzim NADH /

NAD(P)H oksidase

 

Pe produksi

anion superoxide

Asetil-koenzim A

Asetoasetil-koenzim A

Hidroksimetilglutarat-koenzim (HMG)

HMG-KoA reduktase

Mevalonat

Mevalonat fosfat

Mevalonat pirofosfat

Diemetilalil Pirofosfat

Isopentenil pirofosfat

Geranil pirofosfat

Famesil Pirofosfat

Skualin Lanosterol

KOLESTEROL

Isopentenil transfer RNA

Protein terisoprenol

Antioksidan

Menyumbang-kan atom H

Radikal bebas

Oksidasi LDL

Perbaikan Profil Lipid Darah

Page 23: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  23  

3.2 Kerangka Konsep

Faktor Internal

1. Genetik 2. Hormonal

Faktor Eksternal

1. Diet (tinggi lemak jenuh/kolesterol)

2. Kurangnya aktivitas fisik

Tikus Dislipidemia

1. Kolesterol Total

2. Trigliserida

3. Kolesterol LDL 4. Kolesterol HDL  

Ekstrak Air Daun Pandan Wangi

(Pandanus amaryllifolius Roxb)

Bahan Aktif Pandan Wangi

Efek :

Perbaikan Profil Lipid Darah

1. Kolesterol Total 2. Trigliserida 3. Kolesterol LDL

4. Kolesterol HDL  

Page 24: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  24  

3.3 Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka, kerangka pikir, dan konsep penelitian yang telah

diuraikan di atas ditetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

- Pemberian ekstrak air daun pandan wangi oral dapat menurunkan kadar kolesterol

total tikus dislipidemia.

- Pemberian ekstrak air daun pandan wangi oral dapat menurunkan kadar kolesterol

LDL tikus dislipidemia.

- Pemberian ekstrak air daun pandan wangi oral dapat menurunkan kadar trigliserida

tikus dislipidemia.

- Pemberian ekstrak air daun pandan wangi oral dapat meningkatkan kadar kolesterol

HDL tikus dislipidemia.

Page 25: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  25  

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen murni laboratorik yang memakai Pre Test-Post Test

Control Group Design (Pocock, 2008 dalam Wirya, 2012).

Tikus coba dibagi menjadi dua kelompok dimana kelompok pertama adalah

kelompok kontrol, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok perlakuan. Mula-mula

kondisi tikus disamakan dengan memberi pakan standar (HN51) selama 7 hari sebagai

adaptasi. Kemudian semua tikus diberikan pakan standar dan diet tinggi kolesterol selama 28

hari sehingga menjadi dislipidemia. Selanjutnya dilakukan pengambilan data pretest terhadap

kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL. Selanjutnya tikus perlakuan diberikan

ekstrak air pandan wangi secara oral sesuai dosis, sedangkan tikus control hanya diberikan

aquades sebagai plasebo. Langkah terakhir yaitu dengan menguji kadar total kolesterol,

trigliserida, LDL dan HDL sebagai data post test (Wirya, 2012).

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium yang berlangsung selama delapan minggu.

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Populasi Penelitian

• Populasi target : seluruh tikus yang diberikan perlakuan dengan diet tinggi kolesterol

ditambah plasebo (air suling) dan diet tinggi kolesterol ditambah ekstrak air pandan

wangi (Wirya, 2012).

• Populasi terjangkau : tikus putih (rattus norvegicus) jantan galur wistar berumur empat

bulan dengan berat 180-200 gram yang dislipidemia (Wirya, 2012).

4.3.2 Kriteria Sampel

• Kriteria sampel inklusi:

Page 26: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  26  

1. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang dislipidemia (kadar

kolesterol >200 mg/dl)

2. Umur empat bulan

3. Berat 180-200 gram

• Kriteria sampel drop out :

1. Tikus yang sakit

2. Tikus yang tidak mau makan

3. Tikus yang mati selama penelitian

(Wirya, 2012)

4.3.3 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008) :

44

4.3.3 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008) :

n =

),(22

21

2

fx

Keterangan :

n = Besar sampel

= SD (Standar Deviasi)

1 = Rerata hasil pada kelompok kontrol

2 = Rerata hasil pada kelompok perlakuan

= 0,05

= 0,10

f(,) = Besarnya dilihat pada tabel Pocock (10,5)

Berdasarkan data penelitian yang sudah ada Umi ( 2007) tentang ”Pengaruh

Jus Lidah Buaya Terhadap Kadar LDL dan HDL Serum Darah Tikus”

diperoleh : Rerata kadar kolesterol HDL kelompok kontrol = 40,4. Rerata

kadar kolesterol HDL kelompok perlakuan = 53,5 dan simpangan baku

kontrol = 8,4.

n = 5,10)4,405,53(

)4,8(22

2

x

= 8,6 9

Dalam penelitian diharapkan jumlah sampel ditambah 20% sehingga menjadi

n = 10,8

= 11

sehingga jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 11 ekor dan total sampel

dalam penelitian menjadi 22 ekor tikus (Wirya, 2012).

4.3.4 Teknik Penentuan Sampel

1. Dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria inklusi diambil secara

acak sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel yang sesuai dengan yang didapat

melalui perhitungan Rumus Pocock yaitu sembilan ekor untuk masing-masing

kelompok (Wirya, 2012).

2. Pada penelitian ini jumlah sampel ditambah 20% sehingga menjadi sebelas ekor untuk

masing-masing kelompok. Jadi total sampel untuk dua kelompok adalah 22 ekor tikus

(Wirya, 2012).

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas : ekstrak air pandan wangi.

Page 27: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  27  

4.4.2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung :

• Kadar kolesterol total darah

• Kadar trigliserida darah

• Kadar LDL darah

• Kadar HDL darah

4.4.3 Variabel Kendali

Variabel kendali : jenis tikus, umur tikus, berat badan tikus, jenis kelamin tikus, makanan dan

minuman, waktu pemberian makan, jenis dan ukuran kandang.

4.4.4 Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian, maka definisi operasional sebagai berikut.

1. Ekstrak air pandan wangi adalah ekstrak yang dibuat dari bahan alami yang diambil

dari daging atau gel daun pandan wangi segar dilarutkan dengan air (perbandinagan

1:1) diblender, lalu disaring dengan kain kasa lapis 3, kemudian disaring lagi dengan

menggunakan kertas saring Whatman No. 2. Hasil filtrat ini diberikan per oral

menggunakan sonde lambung dengan dosis 1500 mg/200 g berat badan tikus (Umi,

2007).

2. Plasebo adalah air suling yang diberikan per oral menggunakan sonde lambung

dengan volume 1,5 cc diberikan setiap hari pada pagi hari (antara pukul 08.00 Wita –

pukul 09.00 Wita)

3. Profil lipid adalah kadar kolesterol total, LDL dan HDL darah tikus yang diukur

dengan metode CHOD-PAP (enzymatic photometric test) sedangkan kadar

trigliserida darah tikus diukur dengan methode GPO-PAP. masing-masing diukur dua

kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (pre test-post test) (Dachriyanus et al.,

2007)

4. Kolesterol adalah bagian dari lipid yang struktur dasarnya terbentuk dari inti sterol

dan bermanfaat terutama untuk membentuk membran. Kadar normalnya pada tikus

106 mg/dl (Umi, 2007).

5. Trigliserida adalah bagian dari lipid yang terdiri dari asam lemak dan gliserol yang

Page 28: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  28  

berfungsi terutama untuk menyediakan energi. Kadar normalnya pada tikus 68 mg/dl

(Umi, 2007).

6. LDL adalah lipoprotein berdensitas rendah yang bersifat aterogenik yang dapat

melekat pada dinding arteri dan mengganggu aliran darah. Kadar normalnya pada

tikus 19 mg/dl (Umi, 2007).

7. HDL adalah lipoprotein berdensitas tinggi yang bersifat non aterogenik yang

membawa kelebihan LDL di jaringan perifer ke hepar. Kadar normalnya pada tikus

77 mg/dl (Umi, 2007).

8. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan

kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan atau penurunan kadar HDL.

Tikus dikatakan dislipidemia bila kadar kolesterol total serum lebih dari 200 mg/dl

(Sunarsih dan Prasetyastuti, 2008).

9. Diet tinggi kolesterol adalah makanan yang dibuat dengan campuran khusus untuk

meningkatkan kadar kolesterol yang terdiri dari:

• Kuning telur 5%

• Lemak hewan 10%

• Minyak goreng 1%

10. Makanan standar sampai 100% Ditambah air minum yang diberi propiltiourasil

0,01% (Suryawati dan Santoso, 1991).

11. Diet standar adalah makanan yang diberikan menggunakan HPS 511 (Wirya, 2012).

12. Tikus yang dipakai dalam penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur

wistar, berkelamin jantan, berumur empat bulan, berat 180-200 gram (Wirya, 2012).

13. Umur tikus ditentukan dengan melihat tanggal kelahiran yang telah dicatat oleh

dokter hewan pada kandang binatang percobaan (Wirya, 2012).

14. Berat badan adalah berat tikus yang ditimbang dengan timbangan khusus merek

Shunle yang tersedia di Laboratorium (Wirya, 2012).

4.5 Bahan Penelitian

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

1. Ekstrak air pandan wangi

Pandan wangi yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari perkebunan

pandan wangi.

2. Air suling (aquades)

3. Darah tikus yang diambil dari medial canthus sinus orbitalis menggunakan pipet

Page 29: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  29  

hematokrit

4. Propiltiaurasil 0,01%

5. Reagen untuk pemeriksaan kolesterol dan trigliserida

6. Diet tinggi kolesterol

7. Diet standar

(Wirya, 2012)

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dibutuhkan antara lain:

1. Kandang tikus beserta tempat minumnya

2. Masker

3. Sepasang sarung tangan karet

4. Gelas ukur

5. Tabung penampung darah

6. Pipet kapiler hematokrit

7. Spuit 3 cc

8. Jarum sonde

9. Kit kolesterol

10. Mortir

11. Timbangan

(Wirya, 2012)

4.7 Prosedur Penelitian

1. Tikus dikumpulkan sebanyak 22 ekor dan dimasukkan ke dalam lima kandang. Tikus

dipelihara dalam kandang individual yang berukuran 30 x 20 x 20 cm.

2. Tikus diadaptasi selama tujuh hari dan diberikan makanan standar yang berupa HBS

pellet secara ad libitum.

3. Pada hari kedelapan, tikus dibuat dislipidemia dengan diberi makanan tinggi

kolesterol selama 28 hari (Penapisan Farmakologi, 1991).

4. Tikus dipuasakan selama 18 jam.

5. Dilakukan pengambilan darah pada medial canthus sinus orbitalis untuk pemeriksaan

profil lipid (pre test).

6. Tikus dislipidemia dibagi menjadi dua kelompok secara random. Kelompok pertama

merupakan kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi kolesterol ditambah plasebo

Page 30: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  30  

(air suling) dengan volume 1,5 cc setiap pagi selama 14 hari. Kelompok kedua

merupakan kelompok perlakuan yang diberikan diet tinggi kolesterol ditambah

ekstrak air pandan wangi dengan dosis 1500 mg/200gr BB tikus yang sebanding

dengan volume 1,5 cc, diberikan setiap pagi selama 14 hari.

7. Tikus dipuasakan selama 18 jam ( Penapisan Farmakologi, 1991).

8. Dilakukan pengambilan darah pada medial canthus sinus orbitalis untuk pemeriksaan

profil lipid (post test).

9. Darah sampel dikirim ke Laboratorium.

10. Analisis data.

(Wirya, 2012)

4.8 Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif Semua data dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif

dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis) untuk mengetahui

karakteristik data yang dimiliki. Analisis deskriptif dilakukan dengan program SPSS.

Pemilihan penyajian data dan uji hipotesis tergantung dari normal tidaknya distribusi

data.

2. Uji Normalitas Digunakan Uji Shapiro-Wilk Karena sampel yang digunakan kurang

dari 30 sampel dan uji Shapiro-Wilk lebih sensitif terhadap kenormalan suatu data.

Hasil menunjukkan data berdistribusi normal (p> 0,05).

3. Uji Homogenitas Homogenitas dilakukan dengan Levene’s Test dan didapat data

bersifat homogen (p>0,05).

4. Uji Komparasi Data berdistribusi normal dan homogen maka uji komparabilitas dapat

digunakan uji statistik parametrik yaitu Uji T-Independent pada taraf kemaknaan a =

0,05, untuk membandingkan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan

kolesterol HDL antar kelompok.

5. Uji Paired t -Test Hasil menunjukkan rerata Tolesterol Total, Trigliserida, dan

Kolesterol LDL mengalami penurunan secara bermakna.

6. Uji Efek Perlakuan Pada Masing- Masing Kelompok Data homogen antara sebelum

dan sesudah perlakuan (pre test dan post test).

7. Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows.

Page 31: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  31  

DAFTAR PUSTAKA

Afrose, S., Hossain, Md. S., Salma, U., Miah,A.G., and Tsujii, H. 2010. Dietary karaya

Saponin and Rhodobacter capsulatus Exert Hypocholesterolemic Effects by

suppression of Hepatic Cholesterol and Promotion of Bile Acid Synthesis in Laying

Hens. Cholesterol :272731 PMCID: 3065839. P. 1-9.

Al-Matubsi, H.Y., Nasrat, Oriquat, G.A., Abu-Samak M., Al-Mzain, K.A., Salim M. 2011.

The hypocholesterolemic and antioxidative effect of dietary diosgenin and chromium

chloride supplementation on high-cholesterol fed Japanese quails. Pak. J. Bio.l Sci.

14:7:425-32.

Anonim, 2011. Kunyit. Online melalui http://iptek.net.id/ind/pd _tanobat/view.php?mnu

=2&id= 129. (16 Oktober 2011).

Ballantyne, CM 2015, Clinical Lipidology: A Companion to Braunwald’s Heart Disease,

Available from: Elsevier books. [15 Juni 2015].

Black, Henry R 2007, Hipertension: A Companion to Braunwald’s Heart Disease, Available

from: Elsevier books. [15 Juni 2015].

Bob 2012, Peningkatan Prevalensi dan Beban Kesehatan, Buletin Rasional (Vol.10, No. 1),

Dislipidemia, Available from :

http://piolk.ubaya.ac.id./img/layanan/37_20120611114500.pdf.

Carlson, B.S.E.M. 2009. Saponin: Biactivity and potential impact on intestinal health.

Thesis.The Ohio State University.

Dawn, BM , Allan, DM ,Colleen, MS 2000. Biokimia Kedokteran Dasar, Sebuah Pendekatan

Klinis. Jakarta : EGC.

Dixit, AK, Dey, R, Suresh, A, Chaudhuri, S, Panda, AK, Mitra, A, Hazra, J 2014, ‘ The

Prevalence of Dyslipidemia in Patients with Diabetes Mellitus of Ayurveda Hospital,

Jurnal of Diabetes and Metabolic Disorders, vol. 13, no. 58, pp. 2-6.

Goldberg, AC 2013, Dyslipidemia (Hyperlipidemia), Available from: Merck Manual. [15

Juni 2015].

Page 32: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  32  

Gong, G., Qin, Y., Huang, W., Zhou, S., Wu, X., Yang, X., Zhao, Y., Li, D. 2010. Protective

effects of diosgenin in the hyperlipidemic rat model and in human vascular

endothelial cells against hydrogen peroxide-induced apoptosis. Chem Biol Interact.

184 :3:366-75.

Guyton, AC & Hall, JE 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC. Hal

883-884.

Hariana, A. 2013. 262 TUMBUHAN OBAT DAN KHASIATNYA. Jakarta: PPenebar

Swadaya.

Hodgson, Ernest. A Textbook of Modern Toxicology. 2nd ed. Singapore: McGraw – hill Book

Co; 2000. p. 292 – 295.

Hu, J., Zheng, Y., Hyde, W., Hendrich, S., Murphy, P.A. 2004. Human fecal metabolism of

soyasaponin. I. J. Agric. Food Chem.52:2689-96.

Hu, J., Hendrich, S., Murphy, P.A. 2004. Soyasaponin I and sapogenol B have limited

absorption by caco-2 intestinal cells and limited bioavailability in women. J.

Nutr.134:1867-73.

Kurniawati, N.2010. SEHAT DAN CANTIK ALAMI BERKAT KHASIAT BUMBU DAPUR.

Bandung: Penerbit Qanita.

Kwiterovich, PO (ed) 2010, The John Hopkins Textbook of Dyslipiemia, Lippincot Williams

and Wilkins, Philadelphia.

Lakshmi, V., Mahdi, A.A., agarwal, S. K . and Khanna, A. K. 2012. Steroidal saponin from

Chlorophytum nimonii (Grah) with lipid-lowering and antioxidant activity. Original

article, 3:227-32.

Loomis TA. Essential of toxicology. 3rd ed. Philadelpia: Lea & Febiger; 1987. p. 198 – 202.

Prameswari, Okky M. dan Widjarnako, Simon B. 2014. Uji Efek Ekstrak Air Daun Pandan

Wangi – Prameswari, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.2 p.16-27.

Malang: Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang.

Rahmani. 2013. Formulasi Flavour Agent Alami (Daun Pandan dan Kayu Manis) Pada Teh

Instan Berbasis Cincau Hitam Untuk Meningkatkan Aktivitas Sistem Imun Mencit.

Page 33: Proposal penelitian kel.6 edited (1).pdf

  33  

Tesis. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan. Sekolah Pascasarjana. Universitas

Brawijaya : Malang. Robert, KM , Daryl, KG, Peter, AM, Victor, WR 2002. Biokimia Harper, Edisi 27. Jakarta :

EGC.

Singh, AK, Singh, SK, Singh, N, Agrawal, N, Gopal, K 2011, ‘ Obesity and Dyslipidemia’,

International Journal of Biological and MedicalResearch, vol.2, no. 3, pp. 824-828.

Sugati, S. dan Johnny, R.H..1991. lnventaris Tanaman Obat Indonesia. Badan Penelitian &

Pengembangan Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Vodnala, D, Rubenfire, M, Brook, RD 2012, ‘Secondary Causes of Dyslipidemia’,

American Journal of Cardiology, vol. 110, no.6, pp. 823-825.

Wirya, LPAI. 2012. Pemberian Ekstrak Air Lidah Buaya (Aloe Vera L.) Memperbaiki Profil

Lipid Darah Tikus Jantan Wistar Dengan Dislipidemia. Tesis. Program Pascasarjana

Universitas Udayana.

World Health Organozation. Research guidelines for evaluating the safety and efficacy of

herbal medicine. Manila: Regional Office for Western Pasific; 1993.

Yokozawa T., Nakagawa T., dan kitani K. 2002. Antioxidative Activity of Green Tea

Polyphenol in Cholesterol-Fed Rats. Journal of Agricultural and Food Chemistry

50:3549-3552.