bab i- irbang ii

39
BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Bendungan ( dam ) adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai untuk menyimpan air dibagian hulunya. Bendungan ini bisa terbuat dari lapisan kedap air atau semi kedap air sehingga terbentuk waduk. Air dari waduk ini akan digunakan pada saat diperlukan. Ketinggian muka air di bagian hulu bendungan dan banyaknya air yang tersimpan tergantung keperluan pembangunannya. Bahan ajar Matakuliah Irigasi dan Bangunan Air II

Upload: jhonhahaha

Post on 22-Nov-2015

108 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

irigasi dan bangunan air

TRANSCRIPT

BAB I

BAB I PENDAHULUAN22

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

Bendungan ( dam ) adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai untuk menyimpan air dibagian hulunya. Bendungan ini bisa terbuat dari lapisan kedap air atau semi kedap air sehingga terbentuk waduk. Air dari waduk ini akan digunakan pada saat diperlukan. Ketinggian muka air di bagian hulu bendungan dan banyaknya air yang tersimpan tergantung keperluan pembangunannya.

2. Jenis-jenis Bendung.

Pembagian tipe bendungan dapat dilakukan dengan tinjauan dari 7 keadaan, yaitu : berdasarkan ukurannya, tujuan pembangunannya, penggunaannya, jalannya airnya, konstruksinya, fungsinya dan menurut ICOLD (International Commission on Large Dams). Dalam satu bendungan dapat ditinjau dari beberapa segi yang masing-masing menghasilkan tipe yang berbeda-beda pula.

Sebagai contoh Bendungan Ir. H. Juanda. Bendungan ini dapat disebut sebagai tipe urugan batu dengan lapisan kedap air miring karena konstruksinya terdiri atas beberapa lapisan, yaitu lapisan kedap air berbentuk miring, lapisan penyangga dari batu, lapisan batu teratur, lapisan transisi, lapisan filter dan lain-lain. Dapat pula disebut sebagai bendungan besar karena tingginya lebih dari 15 m, demikian pula panjang puncangnya lebih dari 500 m, kapasitas waduk yang terbentuk lebih dari 1 juta m3 dan debit banjir maksimal yang diperhitungkan lebih dari 2000 m3/detik. Dapat pula disebut sebagai bendungan serbaguna karena tujuan pembangunannya adalah untuk memenuhi beberapa tujuan tertentu, seperti air irigasi, PLTA, Pengendalian banjir, penyediaan air minum dan lain-lain.

Menurut Soedibyo dalam buku Teknik Bendungan dan Dr.B.C.Punmia dan Dr. Pande B.B. Lal dalam bukunya Irrigation and Water Power Engineering jenis-jenis bendungan yang dimaksud adalah seperti diuraikan berikut ini. 2.1 Jenis bendungan ( dam ) berdasar ukurannya

Ada 2 tipe, yaitu bendungan besar dan bendungan kecil.

2.1.1 Bendungan besar (Large dams)Menurut ICOLD definisi bendungan besar adalah :

(1) Bendungan yang tingginya lebih dari 15 m, diukur dari bagian terbawah pondasi sampai ke puncak bendungan.

(2) Bendungan yang tingginya antara 10 m dan 15 m dapat pula disebut bendungan besar asal memenuhi salah satu atau lebih criteria sebagai berikut:

Panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500 m.

Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta m3. Debit banjir maksimal yang diperhitungakn tidak kurang dari 2000 m3/detik.

Bendungan menghadapi kesulitankesulitan khusus pada ponddasinya (had specially difficult foundation problems). Bendungan didesain tidak seperti biasanya (Unusual design).

2.1.2 Bendungan kecil (Small dams, weir, bendung)Semua bendungan yang tidak memenuhi syarat sebagai bendungan besar disebut bendungan kecil.

2.2 Jenis-jenis bendungan berdasar tujuan pembangunannya

Ada 2 tipe yaitu bendungan dengan tujuan tunggal dan bendungan serbaguna.

2.2.1 Bendungan dengan tujuan tunggal (Single purpose dams).Adalah Bendungan yang dibangun untuk memenuhi satu tujuan saja, misalnya untuk : pembangkit tenaga listrik atau irigasi (pengairan) atau pengendalian banjir atau perikanan darat atau tujuan lainnya, tetapi tetap satu bendungan hanya mempunyai satu tujuan saja.

Contohnya; bendung Sangau Ledo yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan irigasi pada daerah Sangau Ledo.

Gambar 1.1 Bendung Sangau Ledo yang dipergunakan untuk Irigasi.2.2.2 Bendungan serbaguna (Multipurpose dams).Adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan, misalnya: pembangkit tenaga listrik (PLTA) dan irigasi (pengairan); pengendalian banjir dan PLTA; air minum dan air industri; PLTA, pariwisata dan irigasi dan lain-lain.

Sebagai contoh Bendungan Ir. H. Juanda.

Gambar 1.2. Bendungan Ir. H. Juanda tampak dari hulu bendungan.

Tujuan pembangunan untuk: penyediaan air minum, industri dan penggelontoran terutama untuk kota Jakarta serta daerah lainnya; Penyediaan air irigasi bagi areal sawah seluas 260.000 Ha di daratan Utara Jawa Barat; pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang sebesar 5 x 25.000 KW menghasilkan produksi tenaga listrik rata-rata adalah sebesar 700 Juta KWH pertahun; pengendalian banjir; pengembangan perikanan darat, pariwisata dan olah raga air.

Tipe: urugan batu dengan inti tanah miring, tinggi di atas dasar sungai 96 m, tinggi di atas galian 105 m, panjang puncak 1220 m, lebar puncak 10 m, elevasi puncak El.+ 114,50m, volume tubuh bendungan 9,10 juta m3.

Gambar 1.3. Tampak bendungan Ir. H. Juanda dari tepi kanan sebelah hulu.

2.3 Jenis bendungan ( dam ) berdasar penggunaannya.

Berdasarkan penggunaannya, bendungan dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu bendungan untuk membentuk waduk, bendungan penangkap/pembelok air dan bendungan untuk memperlambat aliran air.

2.3.1 Bendungan untuk membentuk waduk (Storage dams/ reservoir)Adalah bendungan yang dibangun untuk membentuk waduk guna menyimpan air pada waktu kelebihan, yang umumnya terjadi pada musim hujan agar dapat dipakai pada waktu yang diperlukan seperti pada musim kemarau.

Dengan dibangunnya bendungan, akan terbentuk semacam danau buatan di hulu bendungan. Air yang tertampung itu digunakan untuk berbagai keperluan sesuai perencanaannya, seperti irigasi, pembangkit listrik, air baku, air minum atau serba guna yang merupakan kombinasi dari beberapa tujuan tersebut. Untuk keperluan ini, maka kriteria perencanaan didasarkan atas volume air yang tertampung, sesuai dengan debit yang diperlukan pada periode yang direncanakan. Misalnya banyaknya air yang harus ditampung dalam musim hujan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi selama musim kemarau. Konstruksi bendungan penyimpan ini dapat dibuat dari pasangan batu, beton maupun urugan tanah/batu. Termasuk dalam bendungan penyimpan ini selain waduk adalah embung.

2.3.2 Bendungan pembagi (diversion dams).Bendungan pembagi ini bertujuan untuk menaikkan muka air sampai tinggi yang diperlukan agar dengan ketinggian tersebut air dapat dialirkan ke tempat yang dinginkan melalui saluran pembawa. Pada bendungan ini volume air yang tertampung tidak menjadi tujuan, tapi ketinggian muka air yang menjadi kriteria perencanaan. Dan untuk irigasi, ketinggian muka air rencana disesuaikan dengan ketinggian sawah tertinggi ditambah dengan kehilangan tinggi di saluran dan bangunan.

Pada waktu debit sungai berlebih, misalnya pada waktu banjir, muka air di bendung akan naik menjadi lebih tinggi dari yang direncanakan. Untuk itu harus dibuat pelimpah untuk menyalurkan kelebihan air agar tidak menggenangi lahan di hulunya dan yang dapat merusak konstruksi. Karena bendung ini harus dapat melimpahkan air kelebihan, maka umumnya bendung ini terbuat dari beton atau pasangan batu. Bendungan ini yang umum digunakan untuk irigasi, industri maupun untuk air perkotaan. Termasuk dalam kategori ini adalah bendung (weir), bendung gerak ( barrage ).

2.3.3 Bendungan Pengendali (detension dams).Bendungan pengendali ini berfungsi untuk menahan air kelebihan kemudian melepasnya pada debit yang aman. Dengan demikian yang menjadi tujuan dari pembuatan bendungan pengendali ini adalah aliran sungai yang konstan. Dengan demikian maka debit besar pada waktu banjir, dapat ditahan dan kerusakan yang biasanya diakibatkan oleh banjir dapat dihindari atau dikurangi. Ada kalanya air dari bendungan pengendali ini tidak dilepas, tapi air yang tertampung pada bendungan pengedali diharapkan dapat menyebar di dalam tanah untuk menaikkan muka air tanah di lahan sebelah hulunya.

Bendungan pengendali ini dapat juga untuk mengendalikan aliran yang mengandung sedimen, seperti bendungan pengendali banjir lahar yang dipasang pada kaki gunung berapi. Karena itu konstruksi bangunan bendungan pengendali ini dapat menggunakan bahan yang sama dengan bahan yang digunakan untuk membangun waduk.

Termasuk dalam bendungan pengendali ini adalah : waduk banjir, bendung pengendali banjir lahar serta bendungan pengendali sedimen. Seringkali suatu bendungan dibangun tidak hanya untuk satu kegunaan, tapi merupakan kombinasi dari ketiga kegunaan tersebut. Suatu bendungan yang dibangun untuk pembangkit listrik, misalnya juga dimaksudkan sebagai bendungan pengendali banjir.

Gambar 1.6. bendungan pengendali lahar (Jawa Barat).2.4 Jenis bendungan ( dam ) berdasar perencanaan hidrolisnya.

2.4.1 Bendungan pelimpah (overflow dams)

Bendungan jenis pelimpah ini adalah bendungan yang memiliki mercu untuk melimpahkan air. Ketinggian mercu ini direncanakan sebagai ketinggian rencana muka air pada bendungan. Kalau muka air di hulu bendungan lebih tinggi dari muka air rencana, maka kelebihan air tersebut akan melimpah melalui atas mercu. Oleh karenanya pula ketinggian mercu ini lebih rendah dari bagian bendung lainnya seperti tembok tegak, sayap dan sebagainya.

Bendung Irigasi umumnya dibuat sebagai bendungan pelimpah, dimana ketinggian mercu diambil setinggi muka sawah tertinggi ditambah dengan kehilangan tinggi. Sedangkan tinggi tembok tegak dan sayap, diambil lebih tinggi dari ketinggian mercu ditambah dengan tinggi air banjir. Bahan yang digunakan untuk konstruksi bendungan jenis ini harus terdiri dari bahan yang tidak dapat tererosi seperti : pasangan batu, beton dsb.

2.4.2 Bendungan bukan pelimpah (non overflow dams)

Bendungan bukan pelimpah, tidak direncanakan untuk dapat melimpahkan air kelebihan. Karenanya ketinggian bendungan diambil lebih tinggi dari muka air tertinggi yang diperkirakan terjadi. Kalau ketinggian muka air di hulu bendungan lebih tinggi dari ketinggian bendungan, maka air akan melimpah. Karena bendungan tidak direncanakan untuk melimpahkan air, maka limpasan ini akan menimbulkan kerusakan pada bendungan. Bahan yang digunakan untuk bendungan bukan pelimpah ini dapat berupa urugan tanah/batu, pasangan batu maupun beton.

Seringkali pada suatu bendungan merupakan gabungan dari keduanya. Bagian utama dari bendungan dibuat dari urugan tanah, sehingga tidak dapat melimpahkan air, namun untuk melimpahkan air bendungan dilengkapi dengan pelimpah yang merupakan bagian dari bendungan.

2.5 Jenis bendungan ( dam ) berdasar bahan yang digunakan (konstruksinya).

2.5.1 Bendungan kakuBendungan kaku ( rigid dam ) dibangun dengan menggunakan bahan yang kaku seperti pasangan batu, beton dsb.

Termasuk dalam jenis ini adalah :

a) Bendungan gravitasi dari pasangan batu atau beton.

b) Bendungan busur dari pasangan batu atau beton.

c) Bendungan berusuk dari beton.

2.5.2 Bendungan tidak kakuBendungan tidak kaku ( non rigid dam ), adalah bendungan yang dibangun dari bahan yang tidak kaku seperti tanah atau batu. Termasuk dalam jenis ini adalah:

a) Bendungan type urugan tanah.

b) Bendungan type urugan batu.

c) Bendungan type urugan batu kombinasi urugan tanah.

2.5.3 Kelebihan dan kekurangan beberapa type bendungan.1. Bendungan Gravitasi.

Bendungan gravitasi adalah bendungan dimana gaya yang bekerja padanya diimbangi oleh beratnya sendiri. Gaya yang bekerja pada pada tubuh bendungan adalah : tekanan air, tekanan lumpur, tekanan keatas ( uplift pressure ), gaya gempa dsb. Dengan demikian bendungan ini dibuat dari bahan pasangan batu atau beton.

Gambar 1.11. Tata letak dan potongan melintang bendungan gravitasi (bendungan Pejengkolan).

Kelebihan bendungan type ini dibanding dengan bendungan type urugan adalah :

a) Bendungan gravitasi lebih stabil dan lebih kuat. Terutama untuk dasar sungai yang mempunyai tebing yang cukup curam, penggunaan bendungan urugan mungkin akan tergelincir.

b) Bendungan gravitasi ini dapat digunakan sebagai bendungan pelimpah, yang dapat melimpahkan air kelebihan. Karenanya pula bendungan gravitasi ini biasa digunakan sebagai pelimpah pada bendungan urugan.

c) Bendungan gravitasi ini dapat dibuat pada setiap ketinggian, asalkan didapat daya dukung pondasi yang mampu menahan tekanan bendungan.

d) Bendungan gravitasi cocok untuk daerah yang sering terjadi hujan lebat, dimana bendungan urugan kemungkinan tubuh bendungnya dapat terkikis oleh hujan.

e) Bendungan gravitasi memerlukan sedikit pemeliharaan.

f) Keruntuhan bendungan gravitasi, kalaupun terjadi, tidak terjadi tiba-tiba. Sebelum runtuh tanda-tanda untuk itu memberikan cukup waktu utnuk mengamankan daerah hilir yang mungkin terendam akibat runtuhnya bendungan. Pada bendungan urugan, keruntuhan dapat terjadi tiba-tiba.

g) Pintu bilas yang dalam dapat dibuat pada bendungan gravitasi, untuk mengendalikan sedimen pada waduk. Bendungan type urugan lebih effisien menahan sedimen dibanding dengan bendungan gravitasi.

h) Bendungan gravitasi dalam jangka panjang lebih murah dibanding dengan type yang lain. Dalam perhitungan Benefit-Cost-Ratio, bendungan gravitasi selalu mempunyai nilai yang lebih tinggi.

Sedangkan kekurangan bendungan gravitasi adalah sebagai berikut :

a) Bendungan gravitasi hanya dapat dibangun pada pondasi yang cukup baik.

b) Biaya awal bendungan gravitasi lebih mahal dibanding dengan bendungan urugan.

c) Kalau peralatan mekanis tidak memadai, seperti instalasi produksi beton serta pengangkutannya, pembangunan bendungan gravitasi memerlukan waktu yang lebih lama.

d) Bendungan gravitasi lebih banyak memerlukan tenaga trampil dibanding dengan bendungan urugan.

e) Penambahan tinggi pada bendungan gravitasi sulit dilakukan kecuali memang sudah di disain dari awal.

2. Bendungan busur.

Bendungan busur adalah bendungan dengan penampang mendatar yang melengkung, sehingga gaya tekanan air dapat dipindahkan ketebing sungai, dengan prinsip kantilever. Beban air ini sangat tergantung dari kelengkungannya. Berat sendiri bendungan busur tidak diperhitungkan untuk melawan gaya yang bekerja pada tubuh bendungan, begitu juga tekanan air keatas ( uplift pressure ) tidak merupakan faktor penting dalam perencanaan. Contoh bendungan busur sebagaimana terlihat pada gambar 1.12.

Gambar 1.12. Bendungan Tangga di sungai Asahan, Danau Toba, Sumatera utara.

Kelebihan bendungan busur :

a) Bendungan usur lebih cocok untuk sungai berbentuk V, atau lebar sungainya relatif pendek dibanding dengan tingginya.

b) Untuk tinggi tertentu, penampang bendungan busur jauh lebih kecil dibanding dengan bendungan gravitasi. Dengan demikian bahan yang digunakan juga lebih sedikit sehingga lebih murah.

c) Karena lebar pondasi yang sempit, maka masalah tekanan air keatas ( uplift pressure ) menjadi minimal.

d) Karena hanya sebagian kecil dari tekanan air yang dipindahkan ke dasar sungai, maka bendungan busur dapat dibangun pada pondasi yang agak lemah. Sedangkan bendungan gravitasi memerlukan pondasi yang lebih kuat.

Gambar 1.13. Denah dan potongan bendungan busur.

Kekurangan bendungan busur :

a) Pembangunan bendungan busur memerlukan tenaga trampil dan pekerjaan cetakan beton yang rumit. Desain bendungan busur juga agak khusus.

b) Laju pembangunan bendungan busur umumnya lambat.

c) Bendungan busur memerlukan tebing sungai yang cukup kuat sebagai tumpuan untuk menahan perpindahan tekanan air ketebing sungai. Sayangnya tidak banyak lokasi yang seperti ini.

3. Bendungan berusuk ( Buttress Dams ).

Bendungan berusuk terdiri dari rusuk atau pilar yang membagi lebar sungai yang dibendung menjadi beberapa bagian. Untuk menahan tekanan air diantara pilar dipasang busur atau plat rata. Kalau dipasang busur, sering disebut bendungan busur majemuk.

Kelebihan bendungan berusuk adalah :

a) Dibanding dengan bendungan gravitasi, bendungan berusuk ini kurang pejal/masif, sehingga dapat dibangun pada pondasi yang agak lemah.

b) Tekanan air bekerja tegaklurus pelat, sehingga menghasilkan komponen gaya yang vertikal. Gaya ini akan memperbesar ketahanan bendungan terhadap guling maupun geser, sehingga memperbesar stabilitas bendung dan keamanan lebih tinggi.

c) Penambahan tinggi lebih mungkin dilakukan pada bendungan berusuk ini, dibanding dengan bendungan gravitasi.

d) Rumah Pembangkit ( Power House ) atau Instalasi Penjernihan Air dapat dibangun diantara rusuk-rusuk yang terbentuk diantara pilar-pilar.

e) Banyaknya/kubikasi beton setengah sampai sepertiga dari bendungan gravitasi. Namun itu tidak berarti bahwa biaya pembangunan bendungan berusuk ini belum tentu lebih murah mengingat penulangan dan cetakan beton yang lebih rumit.

f) Pemeriksaan terhadap kondisi bendung dapat lebih mudah karena ruang antara rusuk-rusuk itu dapat didatangi.

g) Sesuai dengan fleksibilitas sambungan maupun struktur bangunan, pada dasarnya bendungan berusuk lebih dapat menampung pergerakan pondasi yang tidak besar.

Kekurangan bendungan berusuk ini adalah :

a) Penggunaan tenaga trampil lebih banyak digunakan dan perbandingan bidang permukaan beton terhadap kubikasi beton lebih tinggi, menyebabkan biaya setiap meter kubik beton menjadi lebih tinggi.

b) Pelapukan permukaan beton dibagian hulu merupakan hal yang serius mengingat tipisnya beton.

Bendungan berusuk lebih peka terhadap kerusakan yang fatal. Tingkat perlindungan terhadap kerusakan sangat tergantung pada permukaan bagian hulu dan akses menuju bagian hilir pelat.

Gambar I.14. Bendungan Takayama Jepang.

Gambar I.15. Denah dan potongan melintang bendungan berusuk.

4. Bendungan urugan.

Bendungan urugan dibangun dengan menggunakan tanah dan batu yang ada disekitar lokasi bendungan, yang umumnya memanfaatkan tanah dan batu dalam keadaan apa adanya tanpa banyak pengolahan.Bendungan ini umumnya untuk bendungan yang tingginya sedang, namun dengan kemajuan mekanika tanah serta teknologi pemindahan tanah mekanis, bendungan ini dewasa ini lebih umum digunakan walaupun untuk ketinggian yang cukup tinggi.

Kondisi tanah dasar yang diperlukan bendungan urugan ini tidak perlu sekeras untuk bendungan type yang lainnya.

Gambar 1.16. Tata letak dan potongan melintang bendungan urugan (bendungan Sempor).

Kelebihan bendungan urugan ini adalah :

a) Bendungan urugan dapat dibangun pada setiap kondisi tanah dasar. Walaupun ada keterbatasan, namun dibanding dengan bendungan jenis yang lain, bendungan type urugan ini lebih sesuai.

b) Dapat dibangun secara cepat dengan tenaga yang kurang trampil dengan bahan yang ada di lokasi pembangunan.

c) Secara umum biaya pembangunan lebih murah dibanding dengan jenis bendungan yang lain.

d) Dengan mudah dapat ditinggikan kalau dikemudian hari perlu peninggian.

Kekurangan bendungan urugan ini adalah :

a) Ketahanan terhadap banjir kurang dan keruntuhannya tiba- tiba tanpa ada peringatan awal.

b) Tidak dapat melimpahkan aliran. Untuk melimpahkan air kelebihan, perlu dibangun pelimpah di suatu tempat.

c) Tidak dapat dibangun dimana hujan lebat sering terjadi, karena dapat mengerosi bendungan.

d) Memerlukan biaya pemeliharaan yang besar dan pengawasan yang ketat.

2.6 Jenis bendungan ( dam ) berdasar fungsinya.

Ada 8 tipe, yaitu bendungan pengelak pendahuluan, bendungan pengelak, bendungan utama, bendungan sisi, bendungan di tempat rendah, tanggul, bendungan limbah industri dan bendungan pertambangan.

2.6.1 Bendungan pengelak pendahuluan (primary cofferdam, dike)

Adalah bendungan yang pertama kali dibangun di sungai pada waktu debit air rendah agar lokasi rencana bendungan pengelak menjadi kering yang memungkinkan pembangunannya secara teknis.

2.6.2 Bendungan pengelak (cofferdam)

Adalah bendungan yang dibangun sesudah selesainya bendungan pengelak pendahuluan sehingga lokasi rencana bendungan utama menjadi kering yang memungkinkan pembangunannya secara teknis.

2.6.3 Bendungan utama (main dam)

Adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi satu atau lebih tujuan tertentu.

2.6.4 Bendungan sisi (high level dam)

Adalah bendungan yang terletak di sisi kiri dan sisi kanan bendungan utama yang tinggi puncaknya juga sama. Ini dipakai untuk membuat proyek seoptimal-optimalnya, artinya dengan menambah tinggi pada bendungan utama diperoleh hasil yang sebesar-besarnya meski harus menaikan sisi kiri dan atau sisi kanan. Biaya yang dipakai untuk menaikan tinggi air masih ekonomis dibandingkan dengan hasil besar yang akan diperoleh.

2.6.5 Bendungan di tempat rendah (saddle dam)

Adalah bendungan yang terletak di tepi waduk yang jauh dari bendungan utama yang dibangun untuk mencegah keluarnya air dari waduk sehingga air waduk tidak mengalir ke daerah sekitarnya.

2.6.6 Tanggul (dyke, levee)

Adalah bendungan yang terletak di sisi kiri dan atau kanan bendung utama dan di tempat yang jauh dari bendungan utama yang tinggi maksimal hanya 5 meter dengan panjang puncaknya maksimal 5 kali tingginya.

Apabila tanggul ini digunakan untuk mencegah banjir di sepanjang sungai maka disebut tanggul banjir (flood bank). Sedangkan bila dibuat dari pasangan bata, pasangan batu atau beton, maka disebut dinding penahan banjir (flood wall)

2.6.7 Bendungan limbah industri (industrial waste dam)

Adalah bendungan yang terdiri atas timbunan secara bertahap untuk menahan limbah yang berasal dari industri.

2.6.8 Bendungan pertambangan (mine tailing dam, tailing dam)

Adalah bendungan yang terdiri atas timbunan secara bertahap untuk menahan hasil galian pertambangan dan bahan pembuatnya pun berasal dari hasil galian pertambangan juga. Salah satu bendungan pertambangan yang terkenal adalah Stava di Italia yang jebol pada Juli 1985. Bendungan setinggi 20 m ini terletak pada elevasi 1300 di atas permukaan air laut pada pondasi glacial moraine. Digunakan untuk pengumpulan dan pembersihan hasil tambang kalsium flurida. Sebagai akibat jebolnya bendungan ini menyebabkan kira-kira 250 orang tewas.

2.7 Pembagian tipe/jenis bendungan ( dam ) menurut ICOLD

ICOLD membuat pembagian tipe bendungan menjadi 6, yaitu bendungan urugan tanah, bendungan urugan batu, bendungan beton berdasar berat sendiri, bendungan beton dengan penyangga/berusuk (concrete buttress dams), bendungan beton berbentuk lengkung (beton berbentuk busur atau concrete arch dams) dan bendungan beton berbentuk lebih dari satu lengkung(concrete multiple arch dams). Pengertiannya sama dengan pasal 2.5.

3. Faktor-faktor yang menentukan di dalam pemilihan tipe bendungan.

Ada beberapa factor penting dalam pemilihan tipe bendungan yang akan dibangun, yaitu :

1. Tujuan pembangunan

2. Keadaaan klimatologi

3. Keadaan hidrologi

4. Keadaan topografi

5. Keadaan di daerah genangan

6. Keadaan geologi setempat

7. Ketersediaan bahan bangunan

8. Hubungan dengan bangunan pembantu (bangunan pelimpah, bangunan pengambilan dan bangunan pengeluaran).

9. Keperluan untuk pengoperasian waduk

10. Keadaan lingkungan setempat

11. Biaya proyek.

Dari factor diatas harus dipertimbangkan secara keseluruhan, tidak boleh hanya dipandang dari satu factor saja. Hal ini disebabkan kadangkala terjadi saling bertentangan antara satu faktor-dengan factor yang lain. Sebagai contoh dari segi topografi dan meteorology sangat cocok dengan tipe beton, tetapi keadaan geologi setempat kurang baik dan terpaksa dipilih alternatif tipe urugan.

4. Jenis bendungan yang dibahas perencanaannya

Pembahasan yang akan dilakukan dalam bab-bab berikut adalah perencanaan bendungan pembagi atau bendung ( weir ). Bendung yang dibahas adalah bendung sederhana, yaitu bendung yang umum digunakan untuk irigasi sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi dari Direktorat Irigasi Ditjen Pengairan.

Walaupun langkah-langkah perencanaan yang dibahas dalam buku ini mungkin saja dapat diterapkan untuk bendungan yang lain, namun pembahasan perencanaan dalam tulisan ini tetap ditujukan untuk bendung ukuran kecil sampai sedang.

5. Perencanaan Pendahuluan.

Perencanaan pendahuluan bendung mencakup :

1. Penentuan lokasi bendung.

2. Pemilihan type bendung.

Pembahasan perencanaan pendahuluan ini akan dibahas pada Bab II.

6. Analisa Hidrologi.

Analisa Hidrologi yang diperlukan dalam perencanaan bendung ini adalah besarnya debit maksimum yang dapat melewati bendung. Besarnya debit ini harus dihitung sebaik-baiknya, karena kalau perkiraan besarnya debit maksimum ini lebih rendah dari yang terjadi kemudian, maka kemungkinan runtuhnya bangunan akan sangat mungkin terjadi. Sebaliknya kalau perkiraan besarnya debit maksimum ini terlalu besar, maka bangunan bendung yang harus dibangun juga cukup besar, sehingga memerlukan biaya yang cukup mahal.

Perkiraan besarnya debit maksimum atau debit banjir rencana sebaiknya dihitung berdasar data pengamatan debit sungai yang dilakukan pada periode yang cukup lama. Namun data tersebut tidak selamanya ada sehingga perkiraan debit tersebut didasarkan pada perkiraan besarnya curah hujan yang mungkin terjadi. Baik perkiraan debit berdasar data pengamatan debit maupun berdasar data curah hujan, besarnya debit maksimum atau curah hujan maksimum dihitung berdasar prinsip statistik, dengan probabilitas atau periode ulang tertentu. Semakin tinggi probabilitasnya, semakin kecil resiko keruntuhan bangunan namun bendung yang perlu dibangun akan cukup besar. Karena itu perhitungan perkiraan debit banjir rencana menjadi penting, baik menggunakan data pengamatan debit maupun data curah hujan.

Perhitungan debit Banjir Rencana telah saudara pelajari dalam mata kuliah Rekayasa Hidrologi. Namun demikian, secara singkat akan diuraikan perhitungan debit banjir rencana ini dalam bab III.

7. Perencanaan Hidrolis Bendung.

Yang dimaksud dengan perencanaan hidrolis bendung adalah perencanaan bentuk bendung serta bagian-bagiannya sehingga bentuk tersebut memenuhi persyaratan hidrolis, antara lain :

Dapat mengalirkan debit yang seharusnya dialirkan.

Membatasi gejala - gejala yang dapat merusak seperti : kavitasi, sedimentasi, gerusan ( scouring ), rembesan dsbnya.

Perencanaan hidrolis ini mencakup :

1. Penentuan ketinggian mercu.

2. Perencanaan bentuk mercu serta ukurannya.

3. Perhitungan lebar bendung.

4. Perhitungan lengkung debit dihilir bendung.

5. Perencanaan kolam olakan.

6. Perencanaan pintu pembilas dan pembilas bawah.

7. Perencanaan pintu pengambilan.

8. Perhitungan lantai muka.

9. Perencanaan kantong lumpur.

10. Perencanaan sudetan dan lainnya yang diperlukan.

Pembahasan mengenai butir-butir perencanaan tersebut, akan dibahas dalam bab IV s/d Bab VIII.

8. Perencanaan konstruksi bendung.

Perencanaan konstruksi bendung ini mencakup :

1. Perhitungan stabilitas bendung.

2. Kontrol Tebal Pelat Ruang Olak.

3. Perhitungan ukuran pintu.

4. Perencanaan jembatan diatas mercu.

5. Perhitungan konstruksi pilar.

6. Perhitungan Tembok Penahan Tanah.

Pembahasan mengenai butir-butir perencanaan tersebut, akan dibahas dalam bab IX.

Tujuan pembangunan bendungan Sempor untuk: irigasi 17.000 Ha, listrik 6 juta KWH/tahun, pengendalian banjir, perikanan, pariwisata, air minum, drainase dan industri. Tipe: urugan dengan inti tanah, tinggi di atas dasar sungai 49 m, tinggi di atas galian 58 m, panjang puncak 220m, lebar puncak 10 m, elevasi puncak + 77 m, volume tubuh bendungan 1,579 juta m3.

Gambar 1.4. Bendungan Sempor di sungai Cincingguling dan Sempor (Jawa Tengah)

Tujuan pembangunan bendungan Mrica untuk: Listrik 580 GWH/tahun; irigasi, pariwisata dan air bersih. Tipe bendungan: urugan batu dengan inti tanah, tinggi di atas dasar sungai 95 m, tinggi di atas galian 110 m, panjang puncak 832 m, lebar puncak 6 m, elevasi puncak + 235 m, volume tubuh bendungan 4,915 juta m3

Gambar 1.5. Bendungan Mrica di sungai serayu (Jawa tengah)

Gambar 1.8. Bendungan Cacaban di sungai Cacaban Wetan (Jawa Tengah)

Tujuan Pembangunan untuk: Irigasi 17.481 ha. Tipe: urugan tanah homogin, tinggi di atas dasar sungai 37,3 m, tinggi di atas galian 38 m, panjang puncak 168 m, lebar puncak 6 m, elevasi puncak +80,5 m.

Tujuan pembangunan untuk: regulator waduk wadaslintang, irigasi, air minum, dan industri. Tipe: beton gravity, tinggi di atas dasar sungai 22,25 m, tinggi di atas galian terdalam 27,5 m, panjang puncak 180 m, lebar puncak 5 m, elevasi puncak +39,5m, volume tubuh bendungan 54,93 x 103m3

Gambar 1.9. Bendungan Pejengkolan di sungai Bedegolan (Jawa Tengah)

Gambar 1.10. Bendungan Ketro di Sungai Ketro, Bengawan Solo (Jawa Tengah)

Tujuan pembangunan untuk: irigasi 400 ha. Tipe: kompasit pasangan batu dan urugan tanah, tinggi di atas dasar sungai 11 m, tinggi di atas galian 15 m, panjang puncak 1200 m, lebar puncak 300 m, , levasi puncak +102 m.

Gambar 1.7. Bendungan Mamak di sungai Mamak, Sumbawa (Nusa Tenggara Barat)

Tujuan pembangunan bendungan Mamak untuk: irigasi 5.428 ha, listrik 550 KW; Tipe bendungan: urugan batu dengan inti tanah, Tipe pelimpah: ogee tanpa pintu, tinggi di atas dasar sungai 39,50 m, tinggi di atas galian 41,5 m, panjang puncak 550 m, lebar puncak 10 m, elevasi puncak +99,50 m, volume tanah bendungan 712.000 m3

Bahan ajar Matakuliah Irigasi dan Bangunan Air IIPAGE Bahan ajar Irigasi dan Bangunan Air II