bab i fix
DESCRIPTION
sedentary lifestyle wiriawanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara-negara di Asia Tenggara saat ini dihadapkan pada dua beban
kesehatan, yaitu beban terhadap penyakit infeksi yang sangat besar dan juga
meningkatnya beban mengenai penyakit tidak menular. Penyakit tidak
menular sudah menjadi penyebab kematian yang lebih umum bila
dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi di negara berkembang. Penyakit
tidak menular berdampak terhadap 60% kematian dan merupakan 46% dari
jumlah beban penyakit global (Anies, 2006).
Berdasarkan profil World Health Organization (WHO) mengenai
penyakit tidak menular di Asia Tenggara, ada lima penyakit tidak menular
dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, yaitu Penyakit
Kardiovaskular (PKV), Diabetes Mellitus (DM), kanker, penyakit pernapasan
obstruksi kronik, dan cedera (Anies, 2006). Penyakit kardiovaskular secara
global menyebabkan sekitar 17 juta kematian per tahun. Hipertensi
menyebabkan 9,4 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. Hipertensi
bertanggung jawab untuk setidaknya 45% dari kematian karena penyakit
jantung (WHO, 2013). Penderita hipertensi di Indonesia semakin meningkat,
tetapi baru 50% yang terdeteksi (Suiraoka, 2012).
Gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu
menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita
1
penyakit hipertensi. Penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa, terdapat
65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi (Info Datin Kemenkes RI, 2013).
Prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di
Papua Barat (20,1%). Provinsi Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah,
Sulawesi Tengah, DI Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah,
dan Nusa Tengah Tenggara Barat, merupakan provinsi yang mempunyai
prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional (RISKESDAS, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Suiraoka (2012), faktor-faktor
risiko hipertensi ada yang dapat dikontrol dan ada yang tidak dapat dikontrol.
Faktor yang dapat dikontrol meliputi kegemukan, kurang olahraga, konsumsi
garam berlebih, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan stress. Faktor yang
tidak dapat dikontrol meliputi keturunan (genetik), jenis kelamin, dan umur.
Penyakit kardiovaskular disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat
termasuk merokok, pola makan yang buruk dan perilaku menetap (sedentary
behaviours) (Inyang & Stella, 2015).
Menurut Tremblay (2012); RISKESDAS tahun 2007; LeBlanc et al
(2012) dalam Janssen (2013), sedentary behaviour adalah setiap aktivitas
dengan nilai pengeluaran energy ≤ 1,5 kali dibandingkan Resting Metabolic
Rate (RMT) dalam posisi duduk atau berbaring. Screen behaviours seperti
menonton televisi biasanya yang paling umum, tetapi bukan satu-satunya
sedentary behaviour. Kegiatan aktivitas fisik dikategorikan “cukup”, apabila
kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan
tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama 5 hari dalam satu minggu.
Menurut RISKESDAS tahun 2007, menyatakan bahwa aktivitas fisik
secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan dan menguatkan sistem
jantung dan pembuluh darah. Hampir separuh penduduk (48,2 %) kurang
melakukan aktivitas fisik. Kurang aktivitas fisik paling tinggi terdapat paling
tinggi terdapat pada kelompok umur 75 tahun ke atas (76,0 %) dan umur 10-
14 tahun (66,9 %), dan perempuan (54,5 %) lebih tingi dibandingkan laki-laki
(41,4 %). Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ke-13 dalam hal
prevalensi kurang aktivitas fisik penduduk pada 10 tahun ke atas dengan
presentase sebesar 44,2 %.
Menurut Ramadhani dan Indriasari dalam penelitiannya yang berjudul
“Hubungan Aktivitas Sedentari Dengan Kejadian Overweight Pada Remaja
Di SMA Katolik Cendrawasih Makassar”, menyimpulkan bahwa sebanyak
50,9 % remaja di SMA Katolik Cendrawasih Makassar yang mengalami
overweight. Ada hubungan antara aktivitas sedentari dengan kejadian
overweight diperoleh nilai (p=0,000) dimana remaja yang mengalami
overweight cenderung sering melakukan aktivitas sedentari.
Para peneliti telah menggunakan setidaknya empat metode untuk
menilai sedentary behaviours. Mereka menggunakan job rating yang
dikembangkan oleh para ahli, kuesioner (metode ini lebih prospektif untuk
studi hubungan antara perilaku menetap dan efek samping kesehatan), heart
rate monitors, dan accelerometers (Ford dan Caspersen, 2012).
Sedentary lifestyle berdampak buruk terhadap kesehatan pada anak-
anak selama hampir tiga puluh tahun, dan saat ini juga terkait dengan
morbiditas pada orang dewasa (Raynor et al., 2011). Aktivitas fisik yang
berkurang (sedentary lifestyle) menyebabkan kelebihan kalori dan asam
lemak. Individu yang kurang melakukan aktivitas fisik (sedentary lifestyle)
menyimpan dan menyerap banyak kalori karena pengeluaran energi
berkurang. Penimbunan kalori berlebih yang dapat menyebabkan obesitas
(Inyang & Stella, 2015). Faktor-faktor yang meningkatkan gaya hidup kurang
gerak (sedentary lifestyle) adalah kemajuan teknologi, etnis dan status sosial
ekonomi, dan jam kerja yang panjang, faktor demografi (usia dan gender)
(Inyang & Stella, 2015). Ada banyak hal yang memungkinkan orang dewasa
untuk duduk dalam waktu yang lama, hal-hal yang dapat menigkatkan sitting
time yaitu saat sarapan, mengemudi menuju tempat kerja, duduk di meja
kerja, pulang kerja, makan malam, saat malam hari untuk melakukan
sedentary activity seperti menonton televisi menggunakan komputer dan
bersosialisasi. Orang dewasa menghabiskan lebih dari setengah waktunya
untuk duduk (Owen, 2012).
Physical inactivity menurunkan produksi Nitric Oxide (NO) oleh
endotelium yang abnormal, yang menyebabkan perubahan diameter
pembuluh menyebabkan perubahan struktural vaskular yang mengakibatkan
hipertensi (Jayalakshmi, 2010). Proses kontraksi dan relaksasi mengakibatkan
jantung memompa darah ke seluruh tubuh dalam waktu 20 detik ketika tubuh
sedang beristirahat (Inyang & Stella, 2015). Parameter kardiovaskular seperti
denyut nadi, tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik meningkat
pada subyek menetap (sedentary), parameter kardiovaskular meningkat pada
sedentary subyek, ada peningkatan yang signifikan secara statistik setelah
usia 35 tahun. Terdapat bukti awal yang menunjukkan bahwa produsi NO
berkurang pada hipertensi, dan temuan ini tentu konsisten dengan aktivitas
simpatis dan penurunan vagal. Hiperaktif simpatik mungkin merupakan
pemicu penting dalam mekanisme kompensasi yang akhirnya menyebabkan
hipertensi. Peran NO dalam genesis hipertensi mungkin tidak terbatas pada
tonus pembuluh darah tetapi juga mungkin melibatkan efek modulator kuat
pada kontrol otonom kardiovaskular (Chowdhary and Townend, 2001).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 18 November
2015 yang dilakukan di Kelurahan Genuk diperoleh informasi dari petugas
kelurahan bahwa Kelurahan Genuk terdiri dari 8 RW, dan 47 RT. Jumlah
penduduk 8.704 orang dengan pekerjaan dominan adalah buruk pabrik. Hasil
observasi terhadap 10 pekerja konveksi yang jam kerjanya lebih dari 5 jam
didapatkan 6 orang tidak menderita hipertensi, 1 orang prehipertensi dan 3
orang menderita hipertensi (stage 1). Pekerja konveksi selalu duduk
mengoperasikan mesin saat jam kerja. Jam kerja yang panjang serta periode
duduk yang lama tersebut menyebabkan sedentary activity (gerakan minimal
dengan pengeluaran energi yang rendah) yang bisa menimbulkan penyakit
kardiovaskular, seperti hipertensi (Kaplan, 2002); (Inyang dan Stella, 2015);
(Kozier et al., 2011).
Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk menganalisis
adakah Hubungan Gaya Hidup Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle) Dengan
Hipertensi Pada Pekerja Konveksi di Kelurahan Genuk Ungaran Barat.
B. Masalah Penbelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut “Adakah Hubungan Gaya Hidup Kurang Gerak
(Sedentary Lifestyle) Dengan Hipertensi Pada Pekerja Konveksi di Kelurahan
Genuk Ungaran Barat?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara gaya hidup kurang gerak (sedentary
lifestyle) dengan hipertensi pada pekerja konveksi di Kelurahan Genuk
Ungaran Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan gambaran gaya hidup kurang gerak (sedentary
lifestyle) pada pekerja konveksi di Kelurahan Genuk Ungaran Barat.
b. Mendeskripsikan gambaran kejadian hipertensi pada pekerja
konveksi di Kelurahan Genuk Ungaran Barat.
c. Menganalisis hubungan gaya hidup kurang gerak (sedentary lifestyle)
dengan kejadian hipertensi pada pekerja konveksi di Kelurahan Genuk
Ungaran Barat.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi perawat
a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bukti dan acuan untuk
mengetahui gaya hidup yang bisa memperburuk kondisi hipertensi
b. Mengembangkan ilmu dan ketrampilan dalam merawat pasien
hipertensi
2. Bagi subjek penelitian
Membantu memberi motivasi kepada pekerja agar membiasakan diri untuk
melakukan aktivitas secara teratur di luar jam kerja.
3. Bagi tempat penelitian
Dapat dijadikan masukan, pertimbangan, serta sumber informasi bagi
masyarakatnya, sehingga bisa mengurangi risiko terjadinya masalah
kesehatan.
4. Bagi Peneliti
Sebagai suatu pengalaman penelitian dan pengembangan wawasan
terhadap bidang keperawatan serta melengkapi tugas akhir pembelajaran.