bab i-2

5
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi masih menjadi masalah utama di negara berkembang. Walaupun sudah memasuki era globalisasi, angka gizi buruk dan gizi kurang tetap saja tinggi. Masalah gizi harus diperhatikan sejak awal kehidupan dalam kandungan. Setelah itu gizi tetap harus diperhatikan terutama pada masa balita (bawah lima tahun), karena masa itu merupakan masa yang disebut golden periode. Untuk itu diperlukan pemantauan yang seksama terhadap status gizi balita. 1 Status Gizi Balita dapat dipantau melalui Kartu Menuju Sehat (KMS) yang diperoleh dari penimbangan dan pengukuran berkala di Posyandu dan Puskesmas. Dengan KMS seorang ibu dapat mengetahui sejauh mana perkembangan balita terutama berat badan normal atau di bawah garis merah. Balita yang berada pada kondisi Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS menunjukkan suatu indikasi adanya gangguan pertumbuhan, sehingga harus diberikan perhatian khusus untuk memantau pertumbuhan mereka. Jika dibiarkan balita tersebut lama kelamaan akan menderita gizi buruk dan dapat menyebabkan kematian. 2 Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, prevalensi balita dengan berat kurang atau 1

Upload: lia-damayanti-egc

Post on 06-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hwhw

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangMasalah gizi masih menjadi masalah utama di negara berkembang. Walaupun sudah memasuki era globalisasi, angka gizi buruk dan gizi kurang tetap saja tinggi. Masalah gizi harus diperhatikan sejak awal kehidupan dalam kandungan. Setelah itu gizi tetap harus diperhatikan terutama pada masa balita (bawah lima tahun), karena masa itu merupakan masa yang disebut golden periode. Untuk itu diperlukan pemantauan yang seksama terhadap status gizi balita.1Status Gizi Balita dapat dipantau melalui Kartu Menuju Sehat (KMS) yang diperoleh dari penimbangan dan pengukuran berkala di Posyandu dan Puskesmas. Dengan KMS seorang ibu dapat mengetahui sejauh mana perkembangan balita terutama berat badan normal atau di bawah garis merah.Balita yang berada pada kondisi Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS menunjukkan suatu indikasi adanya gangguan pertumbuhan, sehingga harus diberikan perhatian khusus untuk memantau pertumbuhan mereka. Jika dibiarkan balita tersebut lama kelamaan akan menderita gizi buruk dan dapat menyebabkan kematian.2Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, prevalensi balita dengan berat kurang atau BGM adalah 19,6% yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Dari Riskesdas provinsi Sumatera Selatan tahun 2013, prevalensi balita BGM adalah 19%, hal ini belum mencapai target MDG sebesar 15,5%.3 Data terakhir tahun 2012 untuk Kota Palembang, persentase balita BGM sebesar 0,75%.4 Di Kecamatan Gandus sendiri target yang ditetapkan dari dinas kesehatan adalah < 5% dari target sasaran, tetapi data pada tahun 2012 dan 2013 didapatkan persentase 20%, dan untuk tahun 2014 adalah 13% balita BGM yang ditemukan dan diberikan penanganan lanjut di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Gandus.5Di wilayah kerja Puskesmas Gandus terdapat 5 masalah yang belum mencapai target dari dinas kesehatan, yaitu cakupan bayi mendapat ASI eksklusif (56%), cakupan penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah (55%), cakupan kesehatan balita dan anak pra sekolah (56%), cakupan balita BGM (20%), cakupan akseptor Aktif MKET di puskesmas (62%).5 Dari kelima masalah tersebut penulis menetapkan prioritas masalah dengan melalui metode USG. Dari metode tersebut terpilihlah masalah balita BGM, seperti tabel dibawah ini:Tabel 1.1 Identifikasi Area Organisasi Bermasalah

NoIdentifikasi MasalahUSGJMLPRIORITAS

1Cakupan kesehatan balita dan anak pra sekolah43310IV

2Cakupan bayi mendapat ASI eksklusif45312II

3Cakupan penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah44311III

4Cakupan balita BGM54413I

5Cakupan akseptor Aktif MKET di puskesmas4329V

Dari analisa dengan menggunakan tabel USG, akhirnya teridentifikasi yang menjadi prioritas masalah adalah cakupan balita BGM. Agar cakupan balita BGM sesuai target, harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai faktor pendukung dan penghambat hal tersebut. Sehingga kita dapat merancang strategi yang tepat untuk dapat menurunkan angka balita dibawah garis merah pada Puskesmas Gandus.Hal inilah yang menjadi alasan dasar bagi penulis untuk melakukan studi kasus mengenai cakupan balita BGM di wilayah kerja puskesmas Gandus Palembang serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.1.2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana gambaran tren cakupan balita BGM di wilayah kerja Puskesmas Gandus tahun 2014?

b. Apa saja faktor-faktor penghambat yang dapat mempengaruhi cakupan balita BGM di puskesmas Gandus Palembang?c. Apa saja faktor-faktor pendukung yang dapat mempengaruhi cakupan balita BGM di puskesmas Gandus Palembang?1.3. Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukannya penulisan ini adalah untuk mengetahui tren dan faktor-faktor cakupan balita BGM di wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang pada tahun 2014.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tren cakupan balita BGM di wilayah kerja Puskesmas Gandus palembang 3 (tiga) tahun terakhir.2. Mengetahui faktor-faktor penghambat.yang mempengaruhi cakupan BGM pada balita di wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang.3. Mengetahui faktor-faktor pendukung.yang mempengaruhi cakupan BGM pada balita di wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang.

1.4. Manfaat

a. Bagi Penulis

Tulisan ini diharapkan menambah wawasan dalam mengintegrasikan pengetahuan yang bersifat teoritik dengan kondisi sebenarnya di lapangan tentang faktor yang mempengaruhi balita BGM.b. Bagi masyarakat

Hasil tulisan ini diharapkan berguna sebagai informasi dan bahan pertimbangan untuk keluarga yang tinggal di wilayah kerja agar melakukan penimbangan pada balita secara rutin.c. Bagi Pelayanan Kesehatan

Bagi instansi pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas Gandus Palembang, tulisan ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk menurunkan angka balita BGM di wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang.3