bab 4 fix

10
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil percobaan Tabel 4.1.1 Hasil percobaan pada larutan standar Fe 2+ Tabel 4.1.2 Hasil percobaan pada sampel Sungai Bujel dan Sampel air Sumur Gedangan No. Sampel Absorban si Konsentrasi (ppm) 1 Sungai Bujel 0,116 11 2 Air Sumur Gedangan 0,073 10 IV. 2 Pembahasan Percobaan Analisa Ferro dengan menggunakan metode spektrofotometri ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi Ferro pada suatu sampel Sungai Bujel dan sampel Air Sumur Gedangan dan larutan standart Fe 2+ serta mengukur absorbansinya sebagai fungsi dari panjang gelombang dengan menggunakan spektrofotometer. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik IV - 1 No . Konsentrasi (ppm) Absorbansi 1 300 0,587 2 200 0,522 3 100 0,349 4 50 0,275 5 10 0,088

Upload: ahmad-nurman

Post on 18-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

AI

TRANSCRIPT

Page 1: bab 4 fix

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil percobaan

Tabel 4.1.1 Hasil percobaan pada larutan standar Fe2+

Tabel 4.1.2 Hasil percobaan pada sampel Sungai Bujel dan Sampel air Sumur Gedangan

No. Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm)1 Sungai Bujel 0,116 112 Air Sumur Gedangan 0,073 10

IV. 2 Pembahasan

Percobaan Analisa Ferro dengan menggunakan metode spektrofotometri ini

bertujuan untuk menentukan konsentrasi Ferro pada suatu sampel Sungai Bujel dan sampel

Air Sumur Gedangan dan larutan standart Fe2+ serta mengukur absorbansinya sebagai

fungsi dari panjang gelombang dengan menggunakan spektrofotometer.

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada

pengukuran serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang

gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan

detector alat yang digunakan adalah spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat

yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan

panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.

Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi

dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.

Pada percobaan ini dilakukan kalibrasi alat, digunakan larutan blanko. Larutan

blanko adalah larutan tidak berisi analit. Larutan blanko berfungsi untuk kalibrasi alat

sebagai larutan pembanding dalam analisis spektrofotometri. Setelah melakukan kalibrasi,

langkah selanjutnya adalah tahap membuat reagen larutan Buffer dan Larutan Penatrolin.

Penambahan reagent bertujuan untuk memfokuskan spektrum sehingga mempermudah

IV - 1

No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi1 300 0,5872 200 0,5223 100 0,3494 50 0,2755 10 0,088

Page 2: bab 4 fix

Laboratorium Analisa Instrumen

pembacaan warna dengan mereaksikannya dengan larutan sampel yang akan dianalisa

tersebut dan untuk menghilangkan zat-zat pengotor di dalam sample. Pengesetan panjang

gelombang yang dilakukan bertujuan untuk memaksimalkan penyerapan warna pada

analisa (Underwood, 1994).

Pada percobaan ini digunakan larutan standar ferro 300 ppm, 200 ppm, 100 ppm,

30 ppm dan 5 ppm. Fungsi dari larutan standar adalah sebagai acuan karena larutan standar

adalah larutan yang telah diketahui secara pasti konsentrasinya. Fungsi pengenceran adalah

untuk mengetahui hubungan antara absorbansi dan konsentrasi pada grafik yang nantinya

dapat membuktikan hukum Bouger-Beer, karena hokum Beer berlaku pada larutan encer

agar larutan dapat ditembus cahaya. Berikut adalah grafik hasil percobaan dengan larutan

standar FeSO4 300 ppm, 200 ppm, 100 ppm, 30 ppm, 5 ppm :

Grafik 4.2.1 Hubungan antara Konsentrasi (mg/L) dan absorbansi larutan standar Ferro

Pada grafik 4.2.1 larutan standar Fe2+ pada konsentrasi 300 ppm, 200 ppm, 100

ppm, 50 ppm, 10 ppm memiliki nilai absorbansi berturut – turut 0,587; 0,522; 0,349;

0,275; 0,088, semuanya menunjukkan kecenderungan grafik yang naik, semakin besar

nilai konsentrasinya maka semakin besar pula nilai absorbansinya. Semakin besar

absorbansi, maka semakin besar pula konsentrasi ferro. Hal ini menunjukkan bahwa

absorbansi dan konsentrasi berbanding lurus. Hal ini sesuai dengan hukum Bouger-

Beer yang menyatakan suatu grafik absorbansi terhadap konsentrasi molar merupakan

Hasil Percobaan dan Pembahasan

IV - 2

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0 100 200 300 400

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (mg/L)

Larutan Standar Ferro

Page 3: bab 4 fix

Laboratorium Analisa Instrumen

garis lurus dengan kemiringan tertentu yang menunjukkan semakin besar konsentrasi

molar, maka nilai absorbansinya semakin besar. Hal ini disebabkan karena konsentrasi

larutan besar maka kandungan ion – ion yang terdapat di dalam sampel semakin banyak,

sehingga cahaya banyak yang diserap oleh larutan tersebut dan akan mengakibatkan

nilai absorbansi yang tinggi (Underwood,1993).

Jika harga A (Absorbansi) turun, maka harga C (konsentrasi) juga ikut turun ini

sesuai dengan literatur yang menjelaskan bahwa semakin besar absorbansi, Maka

semakin besar pula konsentrasinya.Semakin banyak pengenceran, maka harga A dan C

semakin kecil. Ini disebabkan karena konsentrasi larutan menurun seiring dengan

adanya pengenceran tersebut (Underwood, 1993).

Dari penjelasan diatas didapat persamaan untuk menghitung Absorbansi sesuai dengan

Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:

A= a . b . c atau A = ε . b . c…(IV-1)

dimana:

A = absorbansi

b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1

cm)

c = konsentrasi larutan yang diukur

ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar)

a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).

Hasil Percobaan dan Pembahasan

IV - 3

Page 4: bab 4 fix

Laboratorium Analisa Instrumen

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0 50 100 150 200 250 300 350

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (mg/L)

Larutan Standar Ferro

Larutan Sampel Sungai Bujel

Grafik 4.2.2 Hubungan antara konsentrasi (mg/L) dan absorbansi pada sampel

Sungai Bujel dibandingkan dengan larutan standar Ferro

Dari grafik diatas, dapat ditentukan konsentrasi dari sampel Sungai Bujel dengan

absorbansi 0,116 yaitu sebesar 11 ppm. , Sedangkan menurut data tentang baku mutu air

Jawa Timur Permenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 didapatkan data mengenai

golongan kualitas air sebagai berikut :

- Golongan A

air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan

terlebih dahulu.

- Golongan B

air baku yang baik untuk air minum dan rumah tangga dan dapat dimanfaatkan

untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk golongan A.

- Golongan C

air yang baik untuk keperluan pertanian dan dapat dipergunakan untuk keperluan

lainnya, tetapi tidak sesuai untuk keperluan tersebut pada golongan A dan B.

- Golongan D

air yang baik untuk keperluan pertanian dan dapat digunakan untuk perkantoran,

industri, listrik tenaga air, dan untuk keperluan lainnya, tetapi tidak sesuai untuk

Hasil Percobaan dan Pembahasan

IV - 4

Page 5: bab 4 fix

Laboratorium Analisa Instrumen

keperluan A, B, dan C yang dapat dimanfaatkan untuk usaha perkantoran, industri,

listrik tenaga air.

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa air sungai Bujel

tidak dapat digunakan untuk air minum karena sesuai dengan golongan B (air yang

diperuntukan bagi air baku untuk diolah atau dimasak menjadi air minum dan keperluan

rumah tangga) untuk kandungan Fe yang dianjurkankan sebesar 1 mg/l atau 1 ppm dan

batas untuk diperbolehkan yaitu 5 mg/l atau 5 ppm. Hal ini menandakan bahwa

konsentrasi kandungan ferro rendah, sehingga air sungai Bujel tidak baik digunakan

untuk keperluan rumah tangga (Permenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002) Apabila

terdapat kandungan ferro berlebih dalam air akan menimbulkan rasa mual apabila

dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering

kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan

menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air

melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk

Hasil Percobaan dan Pembahasan

IV - 5

Page 6: bab 4 fix

Laboratorium Analisa Instrumen

Grafik 4.2.3 Hubungan antara konsentrasi (mg/L) dan absorbansi pada sampel

Air Sumur Gedangan dibandingkan dengan larutan standar Ferro

Dari grafik diatas, dapat ditentukan konsentrasi dari sampel Air Sumur Gedangan dengan

absorbansi 0,073 yaitu sebesar 10 ppm. , Sedangkan menurut data tentang baku mutu air

Jawa Timur Permenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 didapatkan data mengenai

golongan kualitas air sebagai berikut :

- Golongan A

air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan

terlebih dahulu.

- Golongan B

air baku yang baik untuk air minum dan rumah tangga dan dapat dimanfaatkan

untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk golongan A.

- Golongan C

air yang baik untuk keperluan pertanian dan dapat dipergunakan untuk keperluan

lainnya, tetapi tidak sesuai untuk keperluan tersebut pada golongan A dan B.

- Golongan D

air yang baik untuk keperluan pertanian dan dapat digunakan untuk perkantoran,

industri, listrik tenaga air, dan untuk keperluan lainnya, tetapi tidak sesuai untuk

Hasil Percobaan dan Pembahasan

IV - 6

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

0,4

0,45

0 50 100 150

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (mg/L)

Larutan Standar Ferro

Larutan Sampel Sumur Gedangan

Page 7: bab 4 fix

Laboratorium Analisa Instrumen

keperluan A, B, dan C yang dapat dimanfaatkan untuk usaha perkantoran, industri,

listrik tenaga air.

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa air sumur

Gedangan tidak dapat digunakan untuk air minum karena sesuai dengan golongan B (air

yang diperuntukan bagi air baku untuk diolah atau dimasak menjadi air minum dan

keperluan rumah tangga) untuk kandungan Fe yang dianjurkankan sebesar 1 mg/l atau 1

ppm dan batas untuk diperbolehkan yaitu 5 mg/l atau 5 ppm. Hal ini menandakan bahwa

konsentrasi kandungan ferro tinggi, sehingga air sumur Gedangan tidak dapat

digunakan untuk keperluan rumah tangga (Permenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002).

Apabila terdapat kandungan ferro berlebih dalam air akan menimbulkan rasa mual

apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian

sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l

akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam

air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk

Hasil Percobaan dan Pembahasan

IV - 7