bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00218-if bab 2.pdfdan...
TRANSCRIPT
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Umum
2.1.1. Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988, p32), analisis adalah
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri serta hubungan antar-bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat
dan pemahaman arti keseluruhan.
2.1.2. Perancangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988, p725), perancangan
adalah suatu proses / kegiatan merencanakan segala sesuatu.
2.1.3. Pengelolaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988, p441) pengelolaan
adalah proses memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan
2.1.4. Pengertian Sistem
Menurut Fathansyah (2004, p2) sistem selalu berkonotasi pada tiga hal utama:
1. Komponen
2. Ketergantungan
3. Tujuan
8
Artinya setiap sistem akan selalu terdiri atas berbagai komponen yang saling
berhubungan dan memiliki ketergantungan (dependence), dalam rangka
mencapai satu tujuan tertentu. Dengan kata lain, bukanlah disebut sebuah
sistem, jika hanya terdiri dari sebuah komponen yang saling bergantung atau
jika tidak diniatkan untuk satu tujuan tertentu.
2.1.5. Pengertian Data
Menurut Hoofer, Prescott, and McFadden (2002, p5), data adalah fakta yang
telah diketahui, yang dapat dikumpulkan dan disimpan dalam media
komputer.
2.2. Pendekatan Basis Data
2.2.1. Pengertian Basis data
Menurut Connolly and Begg (2005, p15), basis data adalah suatu
kumpulan data yang saling terhubung secara logikal dan dijelaskan, sehingga
dirancang untuk menghubungkan informasi yang dibutuhkan terhadap suatu
organisasi.
2.2.2. Karakteristik Basis data
Menurut Atzeni, Ceri, Paraboschi, Torlone (2003, p3-4), basis data
mempunyai beberapa karakteristik yaitu :
a. Persistent
Syarat suatu basis data harus bersifat persistent, karena data memiliki
umur yang tidak terbatas setiap dijalankan oleh suatu program oleh user.
Dan sebaliknya data diatur oleh suatu program dalam memory utama
9
sebagai penggerak dalam memulai dan mengakhiri suatu program yang
dijalankan.
b. Shared
Basis data dapat digunakan secara bersama. Dalam hal ini berbagai
macam aplikasi dan user dapat mengakses suatu data dalam kondisi
apapun. Hal ini sangat penting karena dengan cara ini sifat redundancy
data dapat dikurangi, karena pengulangan data harus dihindari. Sebagai
konsekuensinya kemungkinan data dapat berkurang.
c. Large
Basis data dapat diperbesar, dalam hal ini suatu data dapat berisi jutaan
byte dan umumnya suatu basis data selalu lebih besar dari memory yang
tersedia.
2.2.3. Kelebihan dan Kekurangan Basis data
Menurut Hoffer, Prescott, and McFadden (2002, p25-26), basis data
mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
a. Pengontrolan Data Redundancy
Kontrol data redudansi dilakukan dengan cara mengeliminasi data yang
redundansi dengan mengintegrasikan file sehingga tidak disimpan data-
data yang sama ke dalam memori.
b. Data Konsistensi
Dengan mengeliminasi dan mengontrol data yang redudansi, dapat
memperkecil resiko dari konsistensi data yang terjadi. Misalnya terjadi
10
pengupdate-an data suatu sistem, maka untuk sistem yang lain akan
dilakukan pengupdate-an secara otomatis pada data yang sama secara
konsisten.
c. Informasi Lebih dari Jumlah data yang sama
Dengan pengintegrasian dari data operasional, mungkin saja ada
penambahan data informasi ke data yang sama.
d. Data Sharing
Sebuah basis data yang didesain untuk digunakan sebagai sumber
informasi perusahaan yang dapat digunakan oleh semua orang. User
terotorisasi internal maupun eksternal dengan menggunakan basis data ini
tetapi dengan kemampuan yang berbeda dalam menggunakan fasilitas
basis data ini.
e. Improve Data Integrity
Integritas basis data mewakili dari validitas dan konsistensi dari
penyimpanan data. Integritas biasanya diekspresikan oleh konstrain
dimana aturan kekonsistensian basis data tidak boleh dilanggar. Konstrain
dapat digunakan untuk item data untuk record tunggal atau konstrain
dapat digunakan untuk hubungan antar record.
f. Improved Security
Pengamanan basis data dapat dilakukan dengan membentuk proteksi
terhadap user yang tidak memiliki hak akses untuk mengakses basis data.
g. Enforcement of Standards
Ketika basis data diimplementasikan dengan dukungan penuh dari
manajemen, maka administrator basis data seharusnya akan berfungsi
11
sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menghasilkan suatu
standarisasi data untuk organisasi.
h. Skala ekonomi
Penggabungan semua operasional data organisasi ke dalam suatu basis
data dan pembuatan suatu aplikasi yang bekerja pada satu sumber data
sehingga dapat memberikan penekanan biaya.
i. Balance of Conflicting Requirement
Setiap permintaan user atau departemen pasti memiliki perbedaan dengan
permintaan user yang lain. Oleh karena itu, basis data dikontrol oleh
DBA (Database Administrator), DBA dapat membuat keputusan dalam
perancangan dan kegunaan operasional dalam basis data yang
menyediakan penggunaan terbaik sumber daya untuk kegunaan
organisasi.
Selain itu penggunaan basis data menurut Hoffer, Prescott, and McFadden
(2002, p25-26) juga mempunyai kekurangan antara lain :
a. New Specialized Personnel
Sering kali, suatu organisasi yang menggunakan basis data perlu untuk
mempekerjakan atau melatih orang untuk mendesain dan
mengimplementasikan basis data, menyediakan pelayanan basis data, dan
mengatur staff yang terdiri dari orang-orang baru.
b. Installation, Management Cost, and Complexity
Multiuser database management system adalah software yang sangat rumit
dan mempunyai harga initial yang tinggi, sehingga memerlukan staff yang
12
telah terlatih untuk meng-install, mengoperasikan serta setiap tahun
memerlukan pemeliharaan dan biaya pendukung. Meng-install suatu sistem
juga mungkin memerlukan hardware yang lebih baik dan sistem
komunikasi dalam organisasi.
c. Conversion cost
Biaya juga diperlukan untuk mengkonversi sistem lama menjadi sistem
yang baru dengan berbasiskan sistem basis data yang modern, yang dapat
diukur dengan uang dan waktu.
d. Need for Explicit Backup and Recovery
Sebuah basis data yang digunakan secara bersama-sama haruslah akurat
dan dapat digunakan setiap saat. Hal ini mengharuskan prosedur-prosedur
seperti itu dikembangkan dan digunakan untuk menyediakan backup dari
data, untuk memulihkan basis data bila terjadi kerusakan.
e. Organizational Conflict
Penggunaan basis data secara bersama-sama dalam satu perusahaan
memerlukan kesepakatan dalam hal definisi data dan kepemilikan data,
sama halnya dengan pertanggungjawaban terhadap keakuratan dalam
pemeliharaan daya. Pengalaman telah membuktikan bahwa, konflik yang
terjadi pada definisi data, format data, pemrograman data, dan kemampuan
untuk mengupdate data yang digunakan, telah menjadi masalah yang sering
dan sulit untuk diselesaikan. Untuk menangani masalah ini memerlukan
komitmen organisasi dalam basis data.
13
2.2.4. Sistem Manajemen Basis data
Menurut Connolly and Begg (2003, p16), sistem manajemen basis data adalah
sebuah sistem perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk
mendefinisi, membuat, menjaga, dan mengontrol akses ke basis data. Atau
sistem manajemen basis data bisa juga diartikan sebagai sebuah perangkat
lunak yang dapat berhubungan / berinteraksi dengan user, program aplikasi,
dan basis data
2.2.4.1. Fasilitas Sistem Manajemen Basis data
Secara khusus sistem manajemen basis data menyediakan fasilitas-fasilitas
sebagai berikut (Connolly dan Begg, 2005 p16) :
a. Mengijinkan pengguna untuk menentukan basis data, biasanya melalui
Data Definition Language (DDL). DDL menyediakan fasilitas untuk
menspesifikasi tipe data, struktur, dan batasan data yang disimpan di
basis data.
b. Mengijinkan pengguna untuk memasukkan, mengupdate, menghapus,
dan mengambil data dari basis data yang biasanya disebut Data
Manipulation Language (DML).
c. Sistem manajemen data juga menyediakan akses kontrol terhadap basis
data. Contoh akses kontrol yang tersedia di sistem manajemen basis
data:
• Sistem keamanan, yang dapat mencegah pengguna yang tidak
terautorisasi mengakses basis data.
14
• Integrity System, yang menangani konsistensi penyimpanan data.
• Concurrency and Control System, yang memungkinkan pembagian
akses pengguna ke basis data.
• Recovery Control System, yang dapat mengembalikan basis data ke
keadaan konsisten awal apabila terjadi kesalahan pada perangkat
lunak maupun perangkat keras.
• User accessible catalog, yang berisi penjelasan dari dalam basis data.
2.2.4.2. Komponen-komponen dari sistem manajemen basis data
Menurut Connolly dan Begg (2005, p19) komponen utama dalam sistem
manajemen basis data adalah :
1. Hardware (Perangkat Keras)
Sistem manajemen basis data membutuhkan hardware untuk
menjalankan aplikasi. Beberapa hardware berpengaruh pada kebutuhan
organisasi dan sistem manajemen basis data yang digunakan.
2. Software (Perangkat Lunak)
Komponen dari software terdiri dari software sistem manajemen basis
data itu sendiri dan program aplikasi, yang saling terhubung melalui
sistem operasi termasuk software jaringan jika sistem manajemen basis
data tersebut berjalan diatas jaringan.
3. Data
Data adalah komponen terpenting dalam sistem manajemen basis data.
Data berfungsi sebagai penghubung diantara komponen mesin dan
komponen manusia.
15
4. Procedure
Procedure adalah instruksi dan peraturan yang menentukan perancangan
dan penggunaan dari basis data. User yang berada di sistem dan staff
mengatur kebutuhan basis data dalam mencatat procedure bagaimana
menggunakan atau menjalankan sistem tersebut.
5. People (orang)
People dapat diidentifikasi berdasarkan 4 jenis yang berhubungan
dengan sistem manajemen basis data dan basis data administrator,
perancang basis data, pengembang aplikasi di End user.
2.2.4.3. Karakteristik Sistem Manajemen Basis data
Menurut Atzeni, Ceri, Paraboschi, Torlone (2003, p3-4) sistem manajemen
basis data memiliki karakteristik :
1. Large
Suatu sistem manajemen basis data harus mengatur data yang berada di
secondary memory. Pada dasarnya jumlah basis data yang sedikit dapat
dilakukan, tetapi sistem harus terus mampu mengatur data tanpa
mengenal namanya batasan dimensi yang terpisah dari salah satu alat
physical.
2. Shared
Untuk menjamin suatu data dapat diakses oleh multi user, operasi yang
berjalan harus bersifat terus menerus. Oleh karena itu, sistem
16
manajemen basis data menggunakan salah satu yang bersifat khusus
yang disebut concurrency control.
3. Reliability
Sistem manajemen basis data harus bersifat tahan uji karena, jumlah
sistem yang berada dalam basis data harus bersifat tahan lama termasuk
dalam masalah kerusakan yang bersifat perangkat lunak maupun
perangkat keras. Untuk memenuhi syarat kebutuhan tersebut, sistem
manajemen basis data menyediakan fungsi yang spesifik yaitu backup &
recovery.
4. Privacy
Sistem manajemen basis data harus bersifat privacy, yang mana sistem
tersebut harus dapat dikenal oleh user yang penamaannya bersifat
spesifik, sehingga user memiliki hak akses tersendiri untuk masuk ke
dalam sistem.
5. Efisien
Sistem manajemen basis data harus bersifat efisien, maksudnya adalah
kemampuan untuk menjalankan sekumpulan operasi dengan
berdasarkan sumber waktu dan ruang untuk masing-masing user.
Karakteristik tersebut harus dengan berdasarkan implementasi dari
DBMS.
6. Efektivitas
Sistem manajemen basis data dapat meningkatkan efektivitas,
maksudnya adalah kapasitas sistem basis data yang ada untuk
merancang kegiatan produktif dari setiap user dalam setiap waktu.
17
2.2.4.4. Keuntungan menggunakan sistem manajemen basis data
Menurut Connolly dan Begg (2005, p26), keuntungan dari sistem
manajemem basis data adalah :
1. Mengatur data redundansi
Pendekatan basis data berusaha menghapus redundansi dengan
menggabungkan file sehingga data yang sama tidak akan disimpan
kembali. Dengan tujuan untuk mengatur jumlah redundansi yang terdapat
pada basis data. Namun dalam beberapa kondisi, beberapa data yang
duplikat diperlukan untuk meningkatkan performance.
2. Data konsistensi
Dengan menghapus atau mengontrol redundansi, maka akan mengurangi
resiko ketidak konsistensian yang akan muncul. Jika sebuah data
disimpan hanya satu kali pada basis data, update apapun terhadap nilai
data tersebut hanya dilakukan satu kali dan nilai baru tersedia untuk user.
3. Informasi yang lebih dari jumlah data yang sama
Dengan integrasi dari data operasional, maka memungkinkan bagi
perusahaan untuk menurunkan informasi tambahan dari data yang sama.
4. Data yang dibagi
File biasanya dimiliki oleh orang atau departemen yang
menggunakannya. Di sisi prolain, basis data adalah milik keseluruhan
orgranisasi dan dapat dibagi-bagi kepada user dengan hak aksesnya.
18
5. Meningkatkan integritas data
Integritas data mewakili validitas dan konsistensi data yang disimpan.
Integritas biasanya digambarkan dalam bentuk constraint, yang
merupakan peraturan yang konsisten pada basis data yang tidak diijinkan
untuk dilanggar.
6. Meningkatkan keamanan
Keamanan basis data adalah perlindungan basis data dari user yang tidak
memiliki hak akses. User yang memiliki hak akses dibatasi oleh tipe
operasi yaitu pengambilan, memasukkan, meng-update, dan menghapus
data.
7. Enforcement of standard
Seorang DBA (Database Administrator) untuk mendefinisikan dan
menjalankan kebutuhan standarisasi. Dalam hal ini termasuk didalamnya
standarisasi departemen, standarisasi organisasi, standarisasi nasional /
internasional dalam hal ini sebagai format data untuk memfasilitasi
pergantian data diantara sistem, standarisasi dokumen, update prosedur
dan peraturan akses.
8. Skala ekonomi
Gabungan semua organisasi operasional data kedalam satu basis data dan
membuat sekumpulan aplikasi yang bekerja pada satu sumber data, dapat
menghasilkan penekanan biaya.
9. Balance of conflicting requirements
Seorang DBA dapat membuat keputusan mengenai perancangan dan
operational dalam menggunakan basis data secara terbaik yang digunakan
19
dari sumber untuk keseluruhan dalam organisasi. Keputusan ini dapat
meningkatkan performa untuk aplikasi penting, yang memungkinkan
mengurangi biaya sebagai salah satu hal yang kritis.
10. Improve data accessibility dan responsive
Sebagai hasil integrasi, data yang bersilangan dengan batasan departemen
akan secara langsung diakses oleh pengguna akhir. Proses ini
menyediakan sistem dengan fungsionalitas yang lebih bagus.
11. Meningkatkan produktivitas
Sebagai tahap awal DBMS menyediakan semua pengaturan file tingkat
rendah secara terus menerus dalam program aplikasi. Banyak sekali
DBMS yang menyediakan fourth generation (4G) termasuk didalamnya
alat untuk mempermudah pengembangan aplikasi basis data.
12. Improved maintenance through data independence
Pada sistem berbasiskan file, deskripsi data dan logika untuk mengakses
data dibangun ke dalam setiap program aplikasi, membuat program
bergantung pada data. Pada DBMS, memisahkan deskripsi data dari
aplikasi sehingga membuat aplikasi terpisah dari perubahan deksripsi
data. Hal ini disebut dengan independensi data.
13. Meningkatkan concurrency
Pada sistem berbasiskan file, jika terdapat dua atau lebih user
diperbolehkan untuk mengakses file yang sama secara simultan, maka
pengaksesan akan saling mengganggu satu sama lain yang menghasilkan
kehilangan informasi atau bahkan kehilangan integritas. DBMS mengatur
20
akses basis data pada saat yang bersamaan dan memastikan masalah
seperti di atas tidak muncul.
14. Meningkatkan backup dan recovery services
Setiap file yang berada di dalam sistem bertanggung jawab terhadap user
untuk mengukur seberapa besar data tersebut terlindung dari kegagalan
sistem komputer atau aplikasi program. Backup adalah mengembalikan
data sekaligus berfungsi untuk mengambil alih sejak data tersebut hilang.
2.2.4.5. Kerugian dari sistem manajamen basis data
Kerugian dari sistem manajemen basis data adalah sebagai berikut :
1. Complexity
Perancang dan pengembang basis data, data dan database administrator,
serta pengguna akhir harus memahami keseluruhan fungsionalitas DBMS
yang kompleks. Kegagalan untuk memahami sistem dapat menghasilkan
suatu keputusan rancangan yang buruk dimana akan terdapat konsekuensi
yang serius untuk perusahaan.
2. Size
Kompleksitas dan kedalaman fungsionalitas membuat DBMS sebagai
sebuah potongan perangkat lunak yang besar, memakan banyak megabyte
dari tempat penyimpanan dan membutuhkan jumlah memory yang cukup
untuk menjalankannya.
3. Cost of DBMS
Biaya DBMS sangat bervariasi, tergantung pada lingkungan dan
fungsionalitas yang dibutuhkan.
21
4. Additional Hardware costs
Kebutuhan tempat penyimpanan untuk DBMS dan basis data
membutuhkan pembelian tempat penyimpanan tambahan. Selanjutnya,
untuk mendapatkan performa yang diinginkan, maka diperlukan untuk
membeli mesin yang lebih besar, bahkan mesin yang diperuntukkan untuk
menjalankan DBMS. Penambahan perangkat keras baru akan
menghasilkan pengeluaran biaya.
5. Cost of conversion
Pada beberapa situasi, biaya DBMS dan perangkat keras tambahan
menjadi tidak signifikan jika dibandingkan dengan biaya konversi
aplikasi yang telah ada untuk dijalankan pada DBMS dan perangkat keras
baru. Biaya tambahan juga termasuk biaya pelatihan staff untuk
menggunakan sistem baru dan mungkin mempekerjakan staff ahli untuk
membantu melakukan konversi dan menjalankan sistem.
Biaya-biaya inilah yang menjadi alasan utama mengapa beberapa
perusahaan merasa tidak perlu berpindah ke teknologi basis data modern
dan tetap menjalankan yang sudah ada.
6. Performance
Biasanya, sistem berbasis file ditulis untuk aplikasi tertentu, seperti
faktur. Sebagai hasilnya, performance secara umum bagus.
Bagaimanapun, DBMS ditulis lebih umum. Efeknya adalah beberapa
aplikasi mungkin tidak dapat berjalan dengan cepat seperti biasanya.
22
7. Higher impact of a failure
Sumber yang terpusat dapat meningkatkan lemahnya dari sistem tersebut.
Semua user dan aplikasi bersumber dari ketersediaan dalam DBMS,
kegagalan terhadap komponen dapat menyebabkan operasi berhenti.
23
2.2.5. Siklus Hidup Aplikasi Basis data (Basis data Aplication Lifecycle)
Siklus atau daur hidup sebuah aplikasi basis data menurut Connolly and
Begg (2005, p284) digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Siklus Aplikasi Basis data
(Sumber : Connolly dan Begg, 2005, p)
Perancangan Aplikasi
Memilih
DBMS
Prototyping (pilihan)
Implementasi
Konversi data dan Loading
Pemeliharaan Operasional
Testing
Perencanaan Basis data
Definisi Sistem
Pengumpulan dan Analisa Data
Perancangan
Basis data Perancangan Basis data
konseptual
Perancangan Basis data Logikal
Perancangan Basis data Physical
24 Adapun Penjelasan dari daur hidup diatas adalah :
1. Perencanaan Basis data
Menurut Connolly dan Begg Perencanaan basis data (2005, p285) adalah
aktivitas manajemen yang memungkinkan tahapan dari aplikasi basis data untuk
dapat direalisasikan seefisien dan seefektif mungkin. Perencanaan basis data harus
dapat diintegrasikan dengan keseluruhan strategi sistem informasi organisasi.
Terdapat tiga hal penting yang terlibat dalam memformulasikan sebuah strategi
sistem informasi dengan perencanaan basis data, yaitu :
• Mengidentifikasi rencana dan tujuan perusahaan dengan penentuan sistem
infromasi yang diperlukan
• Mengevaluasi sistem informasi yang digunakan sekarang untuk menentukan
kekuatan dan kelemahan
• Penilaian tentang peluang teknologi informasi yang mungkin menghasilkan
keuntungan yang kompetitif
Perencanaan basis data juga harus meliputi pengembangan standar pengumpulan
data, bagaimana penetapan format dan dokumentasi yang diperlukan, bagaimana
desain dan implementasi diproses.
2. Definisi Sistem
Kegiatan utamanya adalah menspesifikasikan ruang lingkup dan batasan dari
aplikasi basis data dan user views utama. Menurut Connolly and Begg (2005, p286)
User Views adalah mendefinisikan apa yang dibutuhkan aplikasi basis data
berdasarkan dari sudut pandang peran pekerjaan tertentu (misal manager atau
25
supervisor) atau area aplikasi enterprise (misal marketing, personil, atau control
stok).
Setiap perusahaan memiliki sistem dan setiap sistem memiliki sebuah
aplikasi basis data yang mempunyai satu atau lebih user view yang merupakan aspek
terpenting. Alasannya adalah karena setiap sistem yang dibuat harus sesuai dengan
kebutuhan dari masing-masing user yang bekerja di sistem tersebut. Tujuan dari user
view adalah untuk membantu dan memastikan tidak ada pengguna dari basis data
yang terlupakan saat membangun dan mengembangkan kebutuhan-kebutuhan untuk
aplikasi yang baru.
3. Pengumpulan dan Analisa Data
Proses mengumpulkan dan menganalisa informasi atau data mengenai bagian
dari organisasi yang didukung oleh aplikasi basis data. Dengan menggunakan
informasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna sistem baru.
Informasi tersebut diambil dengan berdasarkan dari tiap-tiap user view yang penting
dimana di dalamnya termasuk :
• Deskripsi tentang bagaimana data digunakan atau dibuat
• Penjelasan dari bagaimana data akan digunakan atau dibuat
• Kebutuhan tambahan untuk aplikasi basis data baru
Pada bagian ini dilakukan pengumpulan dan analisa informasi tentang
bagian-bagian dari organisasi yang memiliki keterkaitan dengan basis data yang
akan dibuat. Untuk itu digunakan teknik Fact Finding Techniques.
26
Menurut Connolly dan Begg Terdapat lima teknik Fact Finding Techniques yang
umum digunakan (2005 p315) :
1. Pengkajian Terhadap Dokumen
Pengkajian terhadap dokumen seperti laporan, dokumen penting, faktur, dan
berbagai data yang berkaitan dengan sistem, yang akan sangat berguna dalam
menentukan kebutuhan basis data yang akan dibangun.
2. Wawancara
Digunakan untuk mengumpulkan informasi secara langsung melalui tatap muka
dengan individual yang berkaitan. Beberapa tujuan dari teknik ini adalah
mengumpulkan fakta-fakta, memeriksa kebenaran fakta yang ada dan
mengklarifikasinya, mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan mengumpulkan
ide-ide dan pendapat.
3. Mengobservasi jalannya kegiatan kerja perusahaan
Sangat berguna apabila kita menemukan kejanggalan analisis data dari metode
yang telah dilakukan sebelumnya dengan berpartisipasi secara langsung untuk
mendapatkan gambaran langsung dari sistem yang berjalan.
4. Penelitian
Mencari referensi seperti jurnal, buku, dan melalui internet yang memiliki
pemecahan atas masalah serupa dengan masalah yang sedang dihadapi.
5. Kuisioner
Pengumpulan dokumen dengan tujuan khusus yang didapat dari pengumpulan
fakta-fakta dari banyak orang sambil menjaga kontrol terhadap tanggapan yang
diberikan
27 4. Desain Basis Data
Desain basis data adalah proses dalam menciptakan desain untuk basis data yang
akan mendukung operasi dan tujuan organisasi. Desain basis data dibuat dalam tiga
fase utama, yaitu :
1. Desain konseptual basis data
Proses mengkonstruksikan / membangun model informasi yang digunakan dalam
sebuah organisasi, yang terbebas dari semua pertimbangan fisik.
2. Desain logikal basis data
Proses membangun model informasi yang digunakan dalam sebuah enterprise
yang didasarkan oleh data model spesifik, dan terbebas dari sistem manajemen
basis data (DBMS) tertentu dan pertimbangan fisik lainnya.
3. Desain physical basis data
Proses memproduksi sebuah deskripsi dari implementasi basis data dalam
secondary storage, yang menjelaskan relasi dasar, organisasi file, dan indeks yang
digunakan untuk mencapai akses yang efisisen ke data dan setiap integrity
constraint yang saling berhubungan dan juga pengukuran keamanan. (security)
5. Penyeleksian Sistem Manajemen Basis data
Pada tahap ini dilakukan seleksi sistem manajemen basis data yang cocok untuk
mendukung aplikasi basis data.
Berikut ini adalah tahapan utama untuk menseleksi basis data adalah :
1. Menggambarkan cakupan tugas berdasarkan kebutuhan perusahaan
2. Membuat perbandingan mengenai dua atau tiga produk
3. Mengevaluasi produk-produk sistem manajemen basis data yang dipilih
28
4. Merekomendasikan pemilihan sistem manajemen basis data dan membuat
laporan hasil evaluasi produk-produk sistem manajemen basis data tersebut.
6. Desain Aplikasi
Desain aplikasi yaitu mendesain antarmuka pengguna dan program aplikasi
yang menggunakan dan memproses basis data. Pada tahap ini harus dipastikan
semua spesifikasi kebutuhan pengguna terdapat di dalam desain aplikasi untuk
aplikasi basis data.
Desain aplikasi dibagi menjadi dua aspek, yaitu :
1. Desain Transaksi
Transaksi dapat diartikan sebagai sebuah atau serangkaian aksi, yang dilakukan
oleh seorang user atau program aplikasi, yang mengakses atau mengubah isi dari
basis data. Terdapat tiga utama transaksi:
o Retrieval Transaction, contohnya tampilan detil data properti (data
ditampilkan dalam bentuk angka)
o Update Transaction, contohnya operasi untuk memasukkan detil data
property baru ke dalam basis data.
o Mixed Transaction, contohnya operasi untuk mencari detil data property,
menampilkannya dan kemudian mengupdate nilainya.
2. Panduan Desain Antarmuka Pengguna
Elemen-elemen dalam merancang suatu antarmuka pengguna (user interface)
antara lain penetapan judul yang bermakna, instruksi-instruksi yang dapat
dipahami, pengelompokkan logika dan pengurutan kolom, bentuk form yang
menarik secara visual, judul kolom yang dikenal, penggunaan istilah dan
29
singkatan yang konsisten, penggunaan warna yang konsisten, ruang dan batasan
yang terlibat untuk menginput kolom, pergerakan kursor yang mudah, perbaikan
kesalahan untuk satu huruf dan semua kolom, mencegah kesalahan,
menampilkan pesan kesalahan terhadap nilai yang tidak sesuai, pemberian tanda
terhadap kolom yang berupa pilihan (optional field), pesan-pesan yang bersifat
penjelasan untuk suatu kolom, pemberian tanda penyelesaian.
7. Prototyping
Prototyping adalah proses membangun model kerja (working model) dari aplikasi
basis data. Tujuan utama dari membangun prototype aplikasi basis data adalah untuk
memungkinkan pengguna menggunakan prototype tersebut untuk
mengidentifikasikan fitur dari sistem yang bekerja dengan baik, dan apabila
memungkinkan untuk dapat menyarankan improvisasi atau bahkan membuat fitur
baru ke aplikasi basis data.
8. Implementasi
Implementasi adalah realisasi fisik dari basis data dan desain aplikasi.
Implementasi basis data dilakukan dengan menggunakan Data Definition Language
(DDL) dari DBMS yang dipilih atau dengan menggunakan Graphical User Interface
(GUI), yang menyediakan fungsionalitas yang sama dengan saat menyembunyikan
statemen low-level DDL.
Program aplikasi diimplementasikan menggunakan bahasa generasi ketiga atau
keempat (3GL atau 4 GL). Bagian dari program aplikasi ini adalah transaksi basis
data, yang diimplementasikan dengan menggunakan Data Manipulation Language
(DML), yang biasanya sudah terdapat dalam bahasa pemrograman. Selain itu pada
tahap ini diimplementasikan pula keamanan dan kontrol integritas.
30 9. Loading dan Konversi Data
Pada tahap ini dilakukan transfer semua data ke dalam basis data yang baru dan
mengkonversi aplikasi yang ada untuk dijalankan di basis data yang baru.
10. Testing
Testing adalah proses mengeksekusi program aplikasi dengan tujuan menemukan
kesalahan. Beberapa keuntungan melakukan testing :
− Menemukan error (kesalahan) program aplikasi dan mungkin juga
kesalahan struktur basis data.
− Testing mendemonstrasikan bahwa basis data dan program aplikasi
dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan performa dan spesifikasi yang diinginkan
atau tidak.
11. Perawatan Operasional
Perawatan operasional adalah proses memonitor dan merawat sistem setelah
dilakukan instalasi. Pada tahap ini melibatkan beberapa aktivitas :
− Memonitor performa sistem. Apabila performa berada di level bawah, maka
dibutuhkan tunning atau reorganisasi basis data
− Memelihara dan mengupgrade aplikasi basis data (apabila dibutuhkan).
2.2.6. Entity Relationship Modeling
Menurut Connolly dan Begg (2005, p342), salah satu aspek terpenting
dari perancangan basis data adalah suatu kenyataan bahwa seorang perancang,
programmer, dan end-user cenderung dalam melihat data memilki cara yang
berbeda. Oleh karena itu, untuk memastikan pemahaman yang tepat tentang
31
sifat data dan bagaimana data tersebut digunakan oleh organisasi / perusahaan,
maka dibutuhkan suatu model untuk berkomunikasi yang bersifat non teknis
dan bebas dari ambiguitas. Salah satu contohnya adalah : model Entity
Relationship.
Pemodelan Entity Relationship menggunakan pendekatan basis data
secara top-down untuk merancang basis data dengan cara mengidentifikasi
data penting disebut entities dan relationship antara data yang harus
ditampilkan dalam model. Kemudian menambah lebih banyak detail seperti
informasi mengenai entities dan relationship yang disebut attributes dan
berbagai constraints dalam entities, relationship, dan attributes.
2.2.6.1. Tipe Entity (Entity Type)
Tipe entity adalah sekumpulan objek dengan property yang sama
yang mana diidentifikasikan oleh suatu organisasi / perusahaan yang
keberadaannya bersifat independen. Konsep dasar dari model entity
relationship adalah tipe entity (entity type). Suatu tipe entity memiliki
keberadaannya yang bebas dan bisa menjadi objek dengan physical
(nyata) keberadaannya atau objek dengan keberadaannya bersifat
konseptual (abstrak).
Setiap objek dari suatu tipe entity dapat diidentifikasikan secara
unik. Yang disebut sebagai entity occurrence. Setiap entity digambarkan
dalam bentuk segiempat yang di jelaskan melalui nama dari entity
tersebut, yang
32
biasanya berupa kata benda tunggal. Dalam UML huruf pertama setiap
kata dalam nama entity berupa huruf kapital.
Gambar 2.2. Contoh Tipe Entity
(Sumber : Connolly dan Begg, 2005, p345)
2.2.6.2. Tipe Relasi (Relationship Types)
Tipe relationship adalah sejumlah hubungan antara satu atau banyak
tipe entity yang terlibat. Setiap tipe relasi (relationship type) memliki
nama yang menggambarkan fungsinya. Suatu asosiasi yang digambarkan
secara unik, yang didalamnya memiliki satu kejadian dari setiap bagian
dari tipe entity.
Setiap tipe relasi ditampilkan sebagai sebuah garis yang dihubungkan
dengan tipe entity, ditandai dengan nama dari relasi. Dan setiap relasi
hanya ditandai oleh satu garis. Secara umum sebuah relasi dinamai
menggunakan kata kerja (contoh : Supervises atau Manages) atau frase
pendek termasuk didalamnya kata kerja (contoh : leased by). Setiap huruf
pertama dari setiap kata dalam nama relasi ditulis dengan huruf besar.
Nama Entity
Pegawai Cabang
33
Jika memungkinkan, setiap nama relasi harus unik untuk setiap model ER
yang diberikan.
Memiliki
Gambar 2.3. Contoh Tipe Relasi
(Sumber : Connolly dan Begg 2005, p347)
Derajat tipe relasi adalah sekumpulan tipe entity yang terlibat dalam
satu relasi. Entity yang terlibat dalam sebuah tipe relationship tertentu
dikenal sebagai participant dalam relationship tersebut. Jumlah
participant dalam tipe relasi disebut derajat dari suatu relasi
(relationship). Oleh karena itu derajat relasi menjelaskan bahwa jumlah
dari tipe entity memilki keterkaitan dalam sebuah relasi. Sebuah relasi
yang memilki dua derajat disebut binary.
Nama Relasi
Pegawai Cabang
34
memiliki
Gambar 2.4. Contoh tipe relasi binary
(Sumber : Connolly dan Begg 2005 p348)
Sebuah relasi (relationship) yang berderajat tiga disebut ternary
Gambar 2.5. Contoh tipe relasi ternary
(Sumber : Connolly dan Begg 2005, p348)
Sebuah relasi yang berderajat empat disebut quarternary.
Gambar 2.6 Contoh tipe relasi quarternary
(Sumber : Connolly dan Begg, 2005, p349)
Pegawai Cabang Registers
Client
Pembeli Bagian Keuangan
Tawaran
Pencari Langganan
Mengatur
Pemilik Properti
35
2.2.6.3. Attribut
Menurut Connolly dan Begg (2005, p350) atribut adalah sebuah
property dari satu entity atau tipe relasi (relationship type). Setiap atribut
diasosiasikan dengan sejumlah nilai yang disebut domain. Domain
tersebut memiliki nilai potensial yang atribut tersebut dapat disimpan
sama halnya dengan konsep domain dalam model relational.
Simple attribute adalah sebuah atribut yang dirangkai dari satu buah
komponen dengan keberadannya bebas. Simple attribute tidak dapat
dibagi ke dalam komponen yang lebih kecil. Misal : atribut posisi dan gaji
dari entity pegawai. Simple attribute terkadang disebut atomic attribute.
Composite attribute adalah sebuah atribut yang dirangkai dari beberapa
komponen yang setiap atribut tersebut memiliki keberadaan yang bebas.
Beberapa atribut dapat dipecah menjadi beberapa komponen dengan
keberadaan yang bebas dari masing-masingnya. Contohnya atribut alamat
dari entity kantor cabang yang mengandung nilai (jalan, kota, kode pos)
bisa dipecahkan menjadi atribut sederhana jalan, kota dan kode pos.
Single valued attribute adalah sebuah atribut yang hanya menyimpan
1 nilai dari setiap kejadian / sifat dari tipe entity. Multi valued
attribute adalah sebuah atribut yang memiliki banyak nilai dari setiap
sifat / kejadian yang berada dari setiap tipe entity.
36
Derived attribute adalah sebuah atribut yang menunjukkan nilai yang
diperoleh dari atribut yang berhubungan tidak terlalu perlu dalam tipe
entity yang sama.
2.2.6.4. Keys
Candidate key adalah jumlah minimal dari sekumpulan atribut yang
diidentifikasikan secara unik dalam setiap kejadian / sifat dari tipe entity.
Primary key adalah jumlah key yang digunakan secara unik untuk
mengenali setiap occurrence (kejadian) dari suatu tipe entity. Terpilihnya
primary key dari suatu entity menjadi dasar dari pertimbangan panjangnya
atribut, jumlah minimal atribut yang dibutuhkan, serta keunikan-keunikan
yang lain dari suatu atribut.
Composite key adalah suatu candidate key yang terdiri dua atau lebih
atribut. Contohnya, entity Advert memiliki atribut propertyNo,
newspaperName, dateAdvert dan cost. Banyak properti yang diiklankan
dalam banyak koran pada waktu yang diberikan. Jadi, entity Advert
mempunyai composite primary key yang berasal dari atribut propertyNo,
newsapaperName dan dateAdvert.
2.2.6.5. Structural Constraints
Constraint mencerminkan pembatasan (restriction) pada relationship
sebagai perhatian (perceived) didalam kenyataan. Tipe utama dari
constraint adalah multiplicity. Menurut Connolly dan Begg (2005, p356)
37
multiplicity adalah jumlah kemungkinan occurrence dari sebuah entity
yang menghubungkan sebuah occurrence tunggal dari hubungan entity
melalui relationship tertentu. Multiplicity constraint adalah jalan dimana
entity dihubungkan melalui relationship tertentu.
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa relationship berderajat
dua (binary), umumnya bisa ditunjukkan sebagai hubungan one to one
(1:1), one to many (1:*) atau many to many (*:*).
2.2.6.5.1. One-to-one relationship
Gambar 2.7. Contoh one-to-one relationship
(Sumber : Connolly dan Begg, 2005, p357)
2.2.6.5.2 One-to-many relationship
38
Gambar 2.8. Contoh one-to-many relationship
(Sumber : Connolly dan Begg, 2005, p358)
2.2.6.5.3 Many-to-many relationship
Gambar 2.9. Many-to-many relationship
(Sumber : Connolly dan Begg, 2005, p360)
Multiplicity Constraint
• 0..1 : Nol atau satu entity occurrence
• 1..1 (atau 1) : Tepatnya hanya satu entity occurrence
• 0..* (atau *) : Nol atau banyak entity occurrence
• 1..* : Satu atau banyak entity occurrence
2.2.7. Perancangan Basis data
2.2.7.1. Desain konseptual basis data
Proses mengkonstruksikan / membangun model informasi yang
digunakan dalam sebuah organisasi, yang terbebas dari semua
pertimbangan fisik. Pada konseptual basis data desain ini terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut :
39
Langkah 1 : Membangun data model konseptual lokal
Untuk membangun model data konseptual dari kebutuhan data berdasarkan suatu
organisasi
1.1. Mengidentifikasi tipe entity
Untuk mengidentifikasi kebutuhan dari tipe entity. Langkah awal
untuk membangun model data konseptual adalah untuk mendefinisikan
tujuan utama yaitu keinginan user. Salah satu metode dalam mengidetifikasi
tipe entity adalah dengan memeriksa kebutuhan user. Dari kebutuhan user
ini, dapat ditemukan kata benda atau frase yang ada (misalnya nomor
pegawai, nama pegawai, alamat rumah), selain itu bisa diperoleh objek
utama seperti orang, tempat.
Cara lain dalam mengidentifikasi entity adalah dengan melihat objek-
objek yang ada dan keberadaannya tidak tergantung pada objek lain,
misalnya staff merupakan entity, karena staff tetap akan ada walaupun kita
tidak mengetahui nama, posisi dan tanggal lahirnya.
1.2. Mengidentifikasi tipe relasi
Untuk mengidentifiikasi relationship utama yang berada diantara tipe-
tipe entity. Ketika mengidentifikasi entity salah satu metodenya adalah untuk
mencari kata sebagai spesifikasi kebutuhan user. Misalnya :
• Staff mengatur property
• PrivateOwner mempunyai property
40
Untuk menampilkan masing-masing entity maka dibuatlah entity-
relationship diagram. Tujuannya adalah agar mudah dilihat dengan entity
yang saling berhubungan.
1.3. Mengidentifikasi dan menghubungkan atribut dengan entity atau tipe
relationship
Untuk menghubungkan attribute dengan entity atau tipe relationship
yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan mencari kata benda atau frase
dalam basis data sesuai dengan spesifikasi kebutuhan user.
1.4. Menentukan domain atribut
Untuk menentukan domain untuk atribut dalam model data konseptual
lokal. Domain adalah sebuah penampung dari nilai yang dapat ditampung
oleh attribut dari nomor staff hanya dapat menggunakan 5 karakter string
dengan 2 karakter pertama adalah huruf dan 3 karakter berikutnya adalah
angka.
1.5. Menentukan candidate key, primary key, dan alternate key dari attribute
Candidate key adalah sekumpulan atribut minimal dari sebuah entity
yang secara unik mengidentifikasi setiap kemunculan dari entity tersebut.
Candidate key dapat diidentifikasikan lebih dari satu, tetapi harus dipilih satu
sebagai primary key, sedangkan candidate key yang lain disebut alternate
key. Berikut ini adalah acuan dalam menentukan primary key dari candidate
key :
• Candidate key dengan set atribut yang minimal
• Candidate key dengan nilai yang berubah paling sedikit
41
• Candidate key dengan karakter paling sedikit
• Candidate key dengan isi maksimum yang paling sedikit
• Candidate key yang termudah digunakan dari sudut pandang user
1.6. Mempertimbangkan penggunaan konsep model yang lebih tinggi
(enhanced modeling concepts) optional
Untuk mempertimbangkan menggunakan konsep model yang lebih
tinggi seperti specialization / generalization.
1.7. Memeriksa redudansi pada model
Tahapan ini memeriksa model data konseptual lokal apakah terjadi duplikasi
atau tidak, dengan melalui tiga langkah yaitu :
• Memeriksa ulang relasi one-to-one
• Menghilangkan relasi yang terduplikasi (redundant)
• Mempertimbangkan dimensi waktu
1.8. Memvalidasi model data konseptual lokal terhadap transaksi user
Untuk memastikan bahwa model konseptual mendukung kebutuhan
transaksi. Pemeriksaan ini dapat menggunakan dua langkah yaitu:
• Mendeskripsikan transaksi
• Menggunakan jalur transaksi
1.9. Memeriksa model data konseptual lokal dengan user
Untuk mengevaluasi model data konseptual dengan user untuk memastikan
bahwa model yang ditampilkan adalah benar dari kebutuhan data suatu
organisasi.
42
Memeriksa model data konseptual lokal termasuk ER diagram dan
dokumentasi pendukung yang menjelaskan data model. Jika terjadi
ketidakcocokan (abnomaly) maka harus dilakukan perubahan yang tepat
dengan mengulangi langkah sebelumnya.
2.2.7.2. Desain Logikal Basis data
Proses membangun model informasi yang digunakan dalam sebuah
enterprise yang didasarkan oleh data model spesifik, dan terbebas dari
sistem manajemen basis data (DBMS) tertentu dan pertimbangan fisik
lainnya. Pada desain logikal basis data terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut:
Langkah 2 : Membangun dan memvalidasi model data logikal lokal
Untuk menerjemahkan model data konseptual ke dalam model data
logikal dan memvalidasi terhadap model tersebut yang bertujuan untuk
memeriksa bahwasanya strukturnya tepat dan mampu untuk mendukung
kebutuhan transaksi
2.1. Mendapatkan relasi untuk model data logikal
Membentuk relasi dari model data logikal lokal untuk
merepresentasikan relasi antar entity dan attribut yang telah
diidentifikasikan. Untuk mendapatkan relasi dari data model yang ada
maka digunakan cara-cara berikut ini :
• Tipe entity yang kuat
43
• Tipe entity yang lemah
• Tipe relasi binary one-to-many (1:*)
• Tipe relasi binary one-to-one (1:1)
• Tipe relasi recursive one-to-one (1:*)
• Tipe relasi superclass / subclass
• Tipe relasi binary many-to-many (*:*)
• Tipe relasi complex
• Multi-valued attributes
2.2. Memvalidasi relasi menggunakan normalisasi
Untuk memvalidasi relasi dalam model data logikal dengan
menggunakan normalisasi. Tujuan dari normalisasi adalah untuk
memastikan bahwa sekumpulan relasi mendukung kebutuhan data dari
suatu organisasi.
2.3. Memvalidasi relasi sebagai transaksi user
Untuk memastikan relasi yang telah ada pada model data logikal
sehingga mendukung transaksi yang diperlukan oleh view.
2.4. Memeriksa integrity constraint
Untuk memeriksa integrity constraint ditampilkan dalam model
data logikal. Integrity constraint adalah batasan yang digunakan untuk
menjaga agar basis data tidak menjadi inconsistent. Ada 5 tipe integrity
constraint :
44
• Required data (data / nilai yang valid)
• Batasan domain constraints
• Multiplicity
• Entity integrity (primary key tidak boleh null)
• Referential integrity (foreign key pada suatu entity harus sesuai
dengan candidate key pada entity lain)
• General constraint (batasan pada organisasi)
2.5. Mengevaluasi model data logikal dengan user
Untuk memeriksa model data logikal dengan user dengan tujuan
memastikan bahwa user mempertimbangkan model yang ditampilkan
benar dari kebutuhan data suatu organisasi. Dan sekaligus hubungan
antara model data logikal dengan diagram aliran data(DFD). Semua
atribut harus ditampilkan dalam setiap entity dalam suatu perusahaan,
dengan tujuan untuk mengetahui aliran data yang berjalan di perusahaan
tersebut.
2.6. Menggabungkan model data logikal dengan model global (Optional)
Untuk menggabungkan model data logikal ke dalam satu model
data logikal global yang menampilkan semua user view dari suatu basis
data. Pada tahapan ini hanya merancang basis data dengan multiple user
view yang diatur dengan menggunakan view integration approach.
Kegiatan dalam tahap ini meliputi :
1. Menggabungkan model logikal data lokal ke dalam model global
45
Dalam model logikal data lokal menghasilkan ERD (Entity
Relationship Diagram), skema relational (relational schema), kamus
data (data dictionary) dan dokumentasi pendukung yang
menggambarkan batasan-batasan (constraints) dalam model tersebut.
Beberapa tahapan pendekatan yang dilakukan dalam
menggabungkan model logikal data lokal ke dalam model global
adalah seperti berikut :
1. Mengecek nama dan isi dari entity / relasi dan candidate key
2. Mengecek nama dan isi relasi atau foreign key
3. Menggabungkan entity / relasi dari model data lokal
4. Memasukkan (tanpa menggabungkan) entity yang unik ke setiap
model data lokal.
5. Menggabungkan relasi atau foreign key dari model data lokal
6. Memasukkan (tanpa menggabungkan) relasi / foreign key yang
unik ke setiap model data lokal
7. Memeriksa adanya entity / relasi yang hilang dan relasi / foreign
key
8. Memeriksa foreign key
9. Memeriksa integrity constraint
10. Membuat entity relasional global
11. Mengupdate dokumentasi
2. Memvalidasi model logikal data global
Untuk mencocokkan relasi yang dibuat dari model logikal data global
dengan menggunakan teknik dari normalisasi dan untuk memastikan
46
bahwa model logikal data global mendukung transaksi yang
dibutuhkan.
3. Mengevaluasi model logikal data global dengan user
Untuk mengevaluasi model logikal data global dengan user untuk
memastikan bahwa user dapat mempertimbangkan gambaran
sebenarnya mengenai kebutuhan data dari suatu organisasi.
2.7. Memeriksa untuk perkembangan selanjutnya
Untuk menentukan apakah akan terjadi perubahan yang
siginifikan untuk kedepannya dan untuk menilai apakah model logikal
data global dapat menampung perubahan tersebut.
2.2.7.3. Desain fisikal basis data
Proses memproduksi sebuah deskripsi dari implementasi basis data dalam
secondary storage, yang menjelaskan relasi dasar, organisasi file, dan
indeks yang digunakan untuk mencapai akses yang efisisen ke data dan
setiap integrity constraint yang saling berhubungan dan juga pengukuran
keamanan. (security)
Langkah 3 : Menerjemahkan model logikal data dengan tujuan DBMS
Untuk menghasilkan suatu basis data relational skema dari model logikal
data yang dapat diimplementasikan sesuai dengan tujuan dari DBMS. Tahap awal dari
merancang basis data physical adalah menerjemakan relasi dari model logikal data ke
47 dalam form yang dapat diimplementasikan ke dalam tujuan relational DBMS. Dalam
merancang hal tersebut terdiri dari beberapa proses :
1. Membandingkan informasi yang diperlukan selama merancang basis data
logikal dan didokumentasikan dalam bentuk kamus data dengan informasi yang
dikumpulkan berdasarkan tingkatan kebutuhan pengumpulan dan analisa dan
didokumentasikan dalam spesifikasi sistem.
2. Proses dari menggunakan informasi tersebut untuk menghasilkan rancangan dari
relasi dasar (base relation)
Proses-proses yang terjadi dalam langkah ini adalah :
1. Merancang relasi dasar
Untuk menentukan bagaimana menjabarkan suatu relasi dasar yang ditentukan
dalam model logikal data global dalam target DBMS.
2. Merancang gambaran dari pengambilan data
Untuk menetukan bagaimana menampilkan / menggambarkan pengambilan
setiap data dalam model logikal data dalam tujuan DBMS.
3. Merancang batasan umum
Untuk merancang batasan umum dari tujuan DBMS. Perancangan batasan
umum seharusnya dicatat seluruhnya.
Langkah 4 : Merancang organisasi file dan index
Untuk menentukan organisasi file secara optimal agar disimpan ke dalam
relasi dasar dan index dibutuhkan untuk memperoleh performa yang dapat diterima, ini
adalah jalan agar relasi dan data akan disimpan di secondary storage. Beberapa tahapan
dari merancang organisasi file dan index adalah sebagai berikut :
48 4.1. Menganalisa transaksi
Untuk memahami transaksi secara fungsional yang berjalan pada basis data dan
untuk menganalisa transaksi yang penting. Informasi tersebut digunakan untuk
mengidentifikasi bagian dari basis data yang menyebabkan performan menjadi
bermasalah.
4.2. Memilih organisasi file
Untuk menentukan suatu organisasi file secara efisien untuk setiap relasi dasar
jika sesuai dengan tujuan DBMS.
4.3. Memilih indeks
Untuk menentukan apakah penambahan indeks dapat meningkatkan performa
sistem.
4.4. Mengukur kebutuhan harddisk yang tersisa.
Untuk mengukur jumlah dari harddisk yang tersisa yang dibutuhkan untuk
mendukung implementasi basis data pada secondary storage.
Langkah 5 : Merancang tampilan user
Untuk merancang tampilan user yang diidentifikasi selama kebutuhan dari
pengumpulan dan analisis tingkatan dari pengembangan siklus sistem basis data.
Langkah 6 : Merancang security mechanism
Untuk merancang security mechanism untuk basis data sebagai syarat oleh
user selama kebutuhan dan pengumpulan dari pengembangan siklus sistem basis data.
49 Langkah 7 : Mempertimbangkan pengenalan pengaturan redundancy
Untuk menentukan apakah pengenalan redundancy dapat diatur dengan
mengurangi normalisasi sehingga dapat meningkatkan performa dari sistem. Terkadang
suatu perancangan basis data yang sudah ternormalisasi tidak memberikan hasil yang
maksimal secara efisien. Oleh sebab itu denormalisasi menjadi salah satu pertimbangan
untuk mengatasi hal tersebut, lebih tepatnya untuk meningkatkan transaksi secara cepat
dengan berdasarkan tahap-tahap berikut ini :
1. Mengabungkan relationship one-to-one (1:1)
2. Menggandakan atribut non-key dalam relationship one-to-many untuk
mengurangi join.
3. Menggandakan atribut foreign key dalam relationship one-to-many untuk
mengurangi join.
4. Menggandakan atribut many-to-many (*:*) relationship untuk mengurangi
join.
5. Pengenalan grup yang berulang
6. Membuat table extract
7. Partitioning Relations
Langkah 8 : Memonitor dan mengatur sistem operasional
Untuk memonitor sistem operational dan meningkatkan performa sistem atau
untuk memperbaruhi tidak tepat suatu perancangan keputusan atau untuk
menggambarkan berubahnya suatu kebutuhan. Banyak sekali faktor yang digunakan
untuk mengukur efisiensi, diantaranya adalah sebagai berikut :
50
• Transaction Throughput, jumlah transaksi yang dapat diproses dalam satuan
interval waktu. Dalam beberapa sistem tingginya transaction throughput adalah
kunci dari kesuksesan suatu sistem.
• Response Time, waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu transaksi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi response time yang si perancang tidak
dapat mengatur sepenuhnya seperti : sistem loading atau communication times.
Response time dapat diperpendek seperti :
o Mengurangi isi dan waktu tunggu, particularly disk I/O wait times
o Mengurangi jumlah waktu dari sumber yang dibutuhkan.
o Menggunakan komponen yang lebih cepat
• Disk Storage, ini adalah jumlah dari disk space yang dibutuhkan untuk
menyimpan file basis data. Perancang berharap untuk meminimalisir dari jumlah
penyimpanan yang digunakan
Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari tuning basis data diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Tuning dapat menghindari untuk pembelian hardware
2. Hal ini dapat memungkinkan untuk melihat kembali konfigurasi hardware.
3. Sistem tuning yang baik dapat menghasilkan response time yang lebih cepat
dan throughput yang lebih baik, yang mana dapat menyebabkan user dan
organisasi dapat lebih produktif
4. Response time yang lebih cepat dapat meningkatkan moral pegawai
5. Response time yang lebih cepat dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
51
2.2.8. Normalisasi
Menurut Connolly (2005, p388), normalisasi adalah sebuah teknik untuk
menghasilkan sekumpulan relasi dengan properti yang diinginkan, yang akan
memberikan kebutuhan data bagi perusahaan. Relasi adalah sebuah tabel
dengan kolom dan baris. Basis data dianggap normal jika basis data tersebut
tidak mengulangi data (data redundancy) atau tidak menimbulkan keanehan
(abnomaly) pada proses update, delete, atau insert.
Tujuan normalisasi adalah sebagai berikut :
● Menghilangkan kumpulan relasi dari inserting, updating, dan delete
dependency yang tidak diharapkan
● Mengurangi kebutuhan restrukturisasi kumpulan relasi dan meningkatkan
life spam program aplikasi
● Membuat model relasional yang lebih informative
● Membuat sekecil mungkin terjadinya data rangkap
● Menghindarkan adanya data yang tidak konsisten terutama bila dilakukan
penghapusan atau penambahan data sebagai akibat adanya data rangkap.
● Menjamin bahwa identitas tabel secara tunggal sebagai determinan semua
atribut.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses normalisasi untuk basis data
relational adalah hanya bentuk normal pertama (First normal form / 1NF)
yang menjadi kritis dalam membuat relasi. Semua bentuk normal berikutnya
adalah optional. Tetapi untuk menghindarkan update anomalies (relasi yang
52
memiliki pengulangan atau redundansi data yang dapat menyebabkan
masalah) biasanya dianjurkan sampai pada tahap ketiga (3NF). Normalisasi
yang umum dipakai adalah sampai dengan bentuk normal ketiga. Berikut ini
adalah proses normalisasi :
2.2.8.1. First Normal Form (1NF)
Sebelum memasuki tahap 1NF, status sebelum 1NF disebut dengan
Unormalized Form (UNF), yaitu sebuah tabel yang mengandung satu atau
lebih kelompok yang berulang. First Normal Form (1NF) adalah sebuah
relasi dimana persimpangan dari setiap baris dan kolom yang mengandung
satu dan hanya satu nilai saja.
Untuk mengubah tabel UNF kedalam 1NF harus mengidentifikasi dan
menghilangkan repeating group pada tabel. Sebuah repeating group adalah
sebuah atribut atau kumpulan atribut pada suatu tabel yang terdapat lebih
dari satu nilai (multiple) untuk sebuah occurrence tunggal dari key
atributnya yang ditunjuk dalam tabel. Ada dua pendekatan umum untuk
menghilangkan repeating group pada tabel UNF, antara lain :
Pendekatan pertama, menghilangkan repeating group dengan memasukan
data yang berlebihan ke dalam kolom dan baris yang kosong. Sehingga
hasil dari tabel nantinya hanya mengandung nilai atomik (tunggal).
Pendekatan kedua, menghilangkan repeating group dengan menempatkan
data yang berlebihan, selanjutnya dengan meng-copy atribut kuncinya
yang asli dalam sebuah relasi yang dipisahkan.
53
Kedua pendekatan ini benar. Tetapi pendekatan kedua awalnya
menghasilkan relasi yang paling sedikit pada 1NF dengan mengurangi
redundansi. Jika menggunakan pendekatan pertama, relasi dari 1NF adalah
buruk, selanjutnya selama langkah normalisasi berikutnya akan
menghasilkan relasi yang sama yang dihasilkan oleh pendekatan kedua.
2.2.8.2. Second Normal Form (2NF)
Second Normal Form (2NF) adalah sebuah relasi dimana pada bentuk
normal pertama dan setiap attribute yang bukan primary key adalah secara
fungsional tergantung dengan primary key. Primary key adalah candidate
key yang dipilih untuk mengidentifikasi tuple secara unik pada sebuah
relasi. Sedangkan tuple adalah baris pada sebuah relasi.
Proses normalisasi 1NF ke 2NF melibatkan penghilangan partial
dependencies. Jika terdapat partial dependencies, maka atribut functionally
dependent dari relasi akan dihilangkan dengan menempatkannya pada
sebuah relasi baru bersama dengan copy determinant mereka.
Full functional dependency adalah suatu keadaan dimana jika A dan B
adalah atribut, B secara fungsional sangat tergantung pada A dan jika B
secara fungsional bergantung pada A, tetapi bukan subset dari A.
2.2.8.3. Third Normal Form (3NF)
Third Normal Form (3NF) adalah sebuah relasi dimana bentuk normal
pertama dan kedua, dan dimana tidak ada attribute yang bukan primary key
yang secara transitif bergantung pada primary key. Transitive dependency
54
adalah sebuah kondisi dimana A, B dan C adalah atribut dari relasi dimana
A → B dan B → C, maka C adalah transitive dependency pada A melalui
B.
Proses normalisasi dari relasi 2NF ke 3NF melibatkan penghilangan dari
ketergantungan transitif. Jika sebuah ketergantungan transitif muncul,
maka dihilangkan ketergantungan transitif antara atributnya dengan
menempatkan atribut tersebut kedalam relasi baru, selanjutnya dengan
sebuah salinan dari determinannya.
2.2.9. Fourth Generation Language (4GL)
Menurut Connolly dan Begg (2005, p42), bahasa yang lebih dekat ke
bahasa manusia dibandingkan dengan high-level programming languages.
Biasanya dipakai untuk mengakses basis-data. 4GL meliputi :
a. Query languages.
Suatu bahasa pemrograman yang digunakan untuk memanipulasi data
dalam suatu basis-data.
b. Form Generators.
Merupakan fasilitas interaktif untuk membuat form input data dan
tampilannya. Mendefinisikan desain tampilan, informasi apa yang akan
disajikan, komponen warna pada layer dan karakteristik lainnya.
c. port Generators.
Membuat laporan (report) yang datanya diambil dari basis data.
Memungkinkan user untuk mengambil data yang diperlukan untuk laporan.
55
Lebih menekankan kepada rancangan hasil atau output, yaitu bagaimana
suatu laporan akan disajikan.
d. Graphics Generators.
Digunakan untuk mengambil data dari basis-data, dan menampilkannya
dalam bentuk grafik.
e. Application Generators.
Fasilitas untuk menghasilkan program yang berhubungan dengan data,
sekaligus untuk menentukan bagaimana menampilkan fungsi-fungsi.
2.3. Tools-tools yang digunakan
2.3.1. STD
Menurut Whitten (Whitten, 2004, p673), state transition diagram merupakan
suatu alat yang digunakan untuk menggambarkan urutan dan variasi screen
yang dapat terjadi selama satu sesi pengguna.
1. State, disimbolkan dengan segi empat. Simbol state :
2. Transition state atau state perubahan disimbolkan dengan panah berarah.
Simbol transition state :
3. State adalah kumpulan keadaan atau atribut yang mencirikan seseorang atau
suatu benda pada waktu tertentu atau kondisi tertentu. Contohnya adalah
menunggu user mengisi password, menunggu instruksi berikutnya,
menunggu nada panggilan dan sebagainya.
56
4. Condition adalah suatu kejadian pada lingkungan eksternal yang dapat
dideteksi oleh sistem. Contohnya adalah sebuah sinyal, interrupt, atau data.
Hal ini akan menyebabkan perubahan terhadap state dari state menunggu X
ke state menunggu Y atau memindahkan aktifitas X ke aktifitas Y.
5. Action adalah yang dilakukan sistem bila terjadi perubahan state atau
merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi akan menghasilkan keluaran atau
tampilan.
6. Display pada layar (screen) akan menghasilkan kalkulasi dan sebagainya.
Gambar 2.10. Contoh Display Layar
(Sumber : Whitten, 2004, p674)
2.3.2. Diagram Arus Data (DFD)
Menurut Jogiyanto (1999, p700), Diagram yang menggunakan notasi-
notasi ini untuk menggambarkan arus dari data sistem sekarang dikenal
dengan nama diagram arus data (data flow diagram atau DFD).
DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah
ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa
mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir
(misalnya lewat telepon, surat) atau lingkungan fisik dimana data tersebut
akan disimpan (misalnya file kartu, microfiche, hard disk, tape, diskette).
DFD merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan
Condition
Action
State 1
State 2
57
sistem.
2.3.2.1. Simbol yang digunakan DFD
Beberapa simbol yang digunakan di DFD :
1. kesatuan luar (External entity) atau boundary (batas sistem)
2. Arus data (Data flow)
3. Proses (Process)
4. Simpanan data (Data store)
2.3.2.1.1. Kesatuan Luar (External entity)
Kesatuan luar (external entity) merupakan kesatuan (entity) di
lingkungan luar system yang dapat berupa orang, organisasi atau system
lainnya yang berada di lingkungan luarnya yang akan memberikan input
atau menerima output dari sistem. Kesatuan luar ini diantaranya adalah
sebagai berikut :
• Suatu kantor, departemen atau divisi dalam perusahaan tetapi di luar
sistem yang sedang dikembangkan.
• Orang atau sekelompok orang di organisasi tetapi di luar sistem yang
sedang dikembangkan.
• Suatu organisasi atau orang yang berada di luar organisasi seperti
misalnya langganan, pemasok.
• Sistem informasi yang lain di luar sistem yang sedang dikembangkan.
• Sumber asli dari suatu transaksi.
• Penerima akhir dari suatu laporan yang dihasilkan oleh system.
Suatu kesatuan luar dapat disimbolkan dengan suatu notasi kotak.
58
Gambar 2.11. Notasi kesatuan luar di DFD
(Sumber : Jogiyanto, 1999, 701)
2.3.2.1.2. Arus data (Data Flow)
Arus data (data flow) di DFD diberi simbol suatu panah. Arus data ini
mengalir diantara proses (process), simpanan data (data store) dan
kesatuan luar (external entity). Arus data ini menunjukkan arus dari data
yang berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem yang
dapat berbentuk sebagai berikut :
a) Formulir atau dokumen yang digunakan di perusahaan.
b) Laporan tercetak yang dihasilkan oleh system.
c) Tampilan atau output di layar komputer yang dihasilkan oleh system
d) Masukan untuk komputer
e) Komunikasi ucapan
f) Surat-surat atau memo
g) Data yang dibaca atau direkamkan ke suatu file
h) Suatu isian yang dicatat pada buku agenda
i) Transmisi data dari suatu komputer ke komputer yang lain.
Arus data sebaiknya diberi nama yang jelas dan mempunya arti. Nama
dari arus data dituliskan disamping garis panahnya.
59
Gambar 2.12. Contoh arus data dari kesatuan luar (external entity) ke proses
(Sumber : Jogiyanto, 1999, p702)
Di dalam menggambar arus data di DFD perlu diperhatikan beberapa
konsep, diantaranya adalah :
1. Konsep paket dari data (packet of data)
Bila dua atau lebih data mengalir dari suatu sumber yang sama ke tujuan
yang sama maka harus dianggap sebagai suatu arus data yang tunggal.
Mengapa ? karena dua atau lebih data tersebut mengalir bersama-sama
sebagai suatu paket. Data yang mengalir bersama-sama harus ditunjukkan
sebagai satu arus data walaupun misalnya terdiri dari beberapa dokumen.
Berikut ini adalah contoh penggambaran arus data yang tidak benar.
Gambar 2.13. contoh arus data yang salah.
(Sumber : Jogiyanto, 1999, p702)
Dua buah arus data ini, yaitu order langganan dan pembayaran harus
ditunjukkan sebagai arus data yang tunggal, yaitu sebagai arus data order
Order langganan
Langganan
1
Proses order langganan pembayaran
Order langganan
Langganan
1
Proses order langganan
60
langganan dan pembayaran seperti berikut ini :
Gambar 2.14. arus data yang benar
(Sumber : Jogiyanto, 1999, p702)
2. Konsep arus data menyebar (diverging data flow)
Arus data yang menyebar menunjukkan sejumlah tembusan dari arus data
yang sama dari sumber yang sama ke tujuan yang berbeda
Gambar 2.15. Contoh arus data yang menyebar
(Sumber : Jogiyanto, 1999, p703)
Order langganan dan pembayaran
Langganan
1
Proses order langganan
1
Proses penerimaan kas
3
Proses verifikasi kredit
2
Proses order langganan
Gudang Order penjualan
Tembusan permintaan barang
Tembusan Kredit
Tembusan Jurnal
61
Konsep arus data yang menyebar ini menunjukkan bahwa arus data
tembusan jurnal, tembusan permintaan barang dan tembusan kredit
merupakan arus data yang mempunya struktur elemen yang sama, karena
merupakan hasil dari tembusan arus data order penjualan.
3. Konsep arus data mengumpul (Converging data flow)
Arus data yang mengumpul menunjukkan beberapa arus data yang berbeda
dari sumber yang berbeda bergabung bersama-sama menuju ketujuan yang
sama.
Gambar 2.16. Contoh Arus data mengumpul yang jarang digunakan
(Sumber : Jogiyanto, 1999, p704)
Arus data “pengiriman” merupakan hasil dari gabungan arus data “faktur”
dan “slip pengepakan”. Arus data mengumpul ini jarang dibuat di DFD dan
sebagai penggantinya dapat digambarkan sebagai berikut ini :
Faktur1
Proses pembuatan
faktur
2
Pembuatan Slip
pengepakan
Langganan
Slip Pengepakan
pengiriman
62
Gambar 2.17. Contoh arus data mengumpul yang biasa digunakan
(Sumber : Jogiyanto, 1999, p704)
4. Konsep sumber dan tujuan arus data
Semua arus data harus dihasilkan dari suatu proses atau menuju ke suatu
proses (dapat salah satu atau ke dua-duanya , yaitu berasal dari suatu proses
menuju ke bukan suatu proses atau berasal dari bukan suatu proses tetapi
menuju ke suatu proses atau berasal dari suatu proses dan menuju ke suatu
proses). Konsep ini penting karena arus data adalah salah satu dari hasil
suatu proses atau akan digunakan untuk melakukan suatu proses.
2.3.2.1.3. Proses (process)
Suatu proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin
atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses
untuk dihasilkan arus data yang akan keluar dari proses. Suatu proses
dapat ditunjukkan dengan simbol lingkaran atau dengan simbol empat
persegi panjang tegak dengan sudut-sudutnya tumpul.
Faktur1
Proses pembuatan
faktur
2
Pembuatan Slip
pengepakan
Langganan
Slip Pengepakan
63
Gambar 2.18. Notasi proses di DFD
(Sumber : Jogiyanto, 1999, p705)
Setiap proses harus diberi penjelasan yang lengkap meliputi :
• Identifikasi proses
Identifikasi ini umumnya berupa suatu angka yang menunjukkan nomor
acuan dari proses dan ditulis pada bagian atas di simbol proses.
• Nama proses
Nama proses menunjukkan apa yang dikerjakan oleh proses tersebut.
Nama dari proses harus jelas dan lengkap menggambarkan kegiatan
prosessnya. Nama dari proses biasanya berbentuk suatu kalimat yang
diawali dengan kata kerja.
2.3.2.1.4. Simpanan data
Simpanan data (data store) merupakan simpanan dari data yang dapat
berupa sebagai berikut ini :
• Suatu file atau database di sistem komputer
• Suatu arsip atau catatan manual.
• Suatu kotak tempat data di meja seseorang
• Suatu agenda atau buku
Simpanan data di DFD dapat disimbolkan dengan sepasang garis
Identifikasi
Nama Proses atau
64
horizontal paralael yang tertutup di salah satu ujungnya.
Nama data store
Gambar 2.19. Simbol dari simpanan data di DFD
(Sumber : Jogiyanto, 1999, p707)
Nama dari data store menunjukkan nama dari filenya, misalnya file
langganan, file hutang, file arsip faktur. Di dalam penggambaran
simpanan data di DFD perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut ini:
1. Hanya proses saja yang berhubungan dengan simpanan data, karena yang
menggunakan atau merubah data di simpanan data adalah suatu proses.
2. Arus data yang menuju ke simpanan data dari suatu proses menunjukkan
proses update terhadap data yang tersimpan di simpanan data. Update dapat
berupa proses :
• Menambah atau menyimpankan record baru atau dokumen baru ke
dalam simpanan data.
• Menghapus record atau mengambil dokumen dari simpanan data
• Merubah nilai data di suatu record atau di suatu dokumen yang ada di
simpanan data.
3. Arus data yang berasal dari simpanan data ke suatu proses menunjukkan
bahwa proses tersebut menggunakan data yang ada di simpanan data.
4. Untuk suatu proses yang melakukan kedua-keduanya, yaitu menggunakan
dan update simpanan data dapat dipilih salah satu penggambaran sebagai
berikut ini :
Media
65
a) Menggunakan sebuah garis dengan panah mengarah kedua arah yang
berlawanan dari simpanan data sebagai berikut :
Gambar 2.20. Contoh garis mengarah kedua arah yang berlawanan
(Sumber : Jogiyanto, 1999, p709)
b) Menggunakan arus data yang terpisah
Gambar 2.21. Contoh garis dengan arus data yang terpisah
(Sumber : Jogiyanto, 1999, p709)
2.3.3. Sistem Permodelan
Tiga alasan yang menyebabkan sebaiknya dilakukan pemodelan sistem, yaitu:
1. Dapat melakukan perhatian pada hal-hal penting dalam sistem tanpa
mesti terlibat terlalu jauh.
2. Mendiskusikan perubahan dan koreksi terhadap kebutuhan pemakai
dengan resiko dan biaya minimal.
3. Menguji pengertian penganalisa sistem terhadap kebutuhan pemakai dan
membantu pendesain sistem dan pemrogram membangun sistem.
1
Memeriksa dan merubah data
barang
D1 Persediaan barang penjualan
1
Memeriksa dan merubah data
barang
D1 Persediaan barang
penjualan
Status barang
66
Dua tahapan yang terjadi dalam permodelan suatu sistem diantaranya :
1. Context Diagram
2. Diagram 0
2.3.3.1. Diagram Konteks (Context Diagram)
Diagram konteks merupakan kejadian tersendiri dari suatu diagram alir data,
dimana satu lingkaran merepresentasikan seluruh sistem. Diagram konteks
dapat diartikan sebagai suatu pandangan, yang mencakup masukan-masukan
dasar, sistem-sistem dan keluaran.
Semua entitas eksternal yang ditunjukkan pada diagram konteks berupa arus
data-arus data utama menuju dan dari sistem. Diagram tersebut dari sistem
diketahui penganalisis dengan cara melakukan wawancara dengan user yang
digunakan sebagai hasil analisis dokumen. Context diagram menggaris
bawahi sejumlah karakteristik penting dari suatu sistem :
• Kelompok pemakai, organisasi, atau sistem lain dimana sistem kita
melakukan komunikasi yang disebut juga sebagai external entity.
• Data dimana sistem kita menerima dari lingkungan dan harus diproses
dengan cara tertentu.
• Data yang dihasilkan sistem kita dan diberikan ke dunia luar.
• Penyimpanan data yang digunakan secara bersama antara sistem kita
dengan external entity. Data ini dibuat oleh sistem dan digunakan oleh
lingkungan atau sebaliknya dibuat oleh lingkungan dan digunakan oleh
sistem kita.
• Batasan antara sistem kita dan lingkungan.
67
Diagram konteks dimulai dengan
1. Penggambaran external entity
2. Arus data
3. Aliran kontrol penyimpanan
4. Proses tunggal yang menunjukkan keseluruhan sistem.
Bagian termudah adalah menetapkan proses (yang hanya terdiri dari satu
lingkaran) dan diberi nama yang mewakili sistem. Nama dalam hal ini dapat
menjelaskan proses atau pekerjaan atau dalam kasus ekstrim berupa nama
perusahaan yang dalam hal ini mewakili proses yang dilakukan keseluruhan
organisasi.
Diagram konteks memiliki aturan sebagai berikut:
a) Jika terdapat banyak eksternal entity yang mempunyai banyak masukan dan
keluaran diperbolehkan untuk digambarkan lebih dari satu kali sehingga
mencegah penggambaran yang terlalu rumit, dengan ditandai secara khusus
untuk menjelaskan bahwa eksternal entity yang dimaksud adalah identik.
Tanda tersebut dapat berupa asterik (*) atau pagar (#).
b) Jika eksternal entity mewakili individu sebaiknya diwakili oleh peran yang
dimainkan personil tersebut. Alasan pertama adalah personil dapat berganti
sedangkan diagram konteks harus tetap akurat walaupun personil berganti.
Alasan kedua adalah seorang personil dapat memainkan lebih dari satu peran.
c) Karena fokus utama adalah mengembangkan model, maka penting untuk
membedakan sumber (resource) dan pelaku (handler), pelaku adalah
mekanisme, perangkat atau media fisik yang mentransportasikan data ke / dari
sistem, karena pelaku seringkali familier dengan pemakai dalam implementasi
68
sistem berjalan, maka sering menonjol sebagai sesuatu yang harus
digambarkan lebih dari sumber data itu sendiri.
Sedangkan sistem baru dengan konsep pengembangan teknologinya membuat
pelaku menjadi sesuatu yang tidak perlu digambarkan. Aliran dalam diagram konteks
memodelkan masukan ke sistem dan keluaran dari sistem seperti halnya sinyal kontrol
yang diterima atau dibuat sistem. Dengan mencegah interaksi yang tidak perlu
(extraneous prompts) yang berorientasi pada implementasi masukan-keluaran dan
mengkonsentrasikan pemodelan pada jaringan arus data.
Dalam beberapa kondisi diperlukan dialog karena eksternal entity tidak tahu
sistem memerlukan masukan atau memerlukan keluaran. Dalam hal ini interaksi menjadi
diperlukan dan diasumsikan menjadi bagian esensi. Contoh : sebuah Context Diagram
untuk sistem pemesanan makanan ditunjukan pada gambar di bawah ini
Sistem Pemesanan
Makanan
Customer
Manager Restaurant
Kitchen
Management Report
Food Order
Customer Order
Receipt
Gambar 2.22. Contoh Context Diagram
(Sumber: http://dhamidin.files.wordpress.com/2008/01/handout-6.pdf)
69
2.3.3.2. Diagram 0 (Level berikutnya)
Diagram 0 adalah pengembangan dari diagram konteks dan bisa
mencakup sampai sembilan proses. Setiap proses diberi nomor bilangan
bulat. Penyimpanan data-penyimpanan data utama dari sistem (mewakili
file-file master) dan semua entitas eksternal dimasukkan ke dalam diagram
0.
Gambar 2.23. Contoh Diagram 0
2.3.4. Bagan Alir Dokumen (Document FlowChart)
Menurut Mulyadi (2001, p60) simbol-simbol standar yang digunakan
dalam pembuatan bagan alir dokumen (document flow chart) adalah :
• Dokumen. Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
70
semua jenis dokumen, yang merupakan formulir yang digunakan untuk
merekam data terjadinya suatu transaksi.
• Dokumen dan tembusannya. Simbol ini digunakan
untuk menggambarkan dokumen asli dan tembusannya.
• Berbagai dokumen. Simbol ini digunakan untuk
menggambarkan berbagai jenis dokumen yang digabungkan bersama di dalam
satu paket.
•
Catatan. Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat atau yang direkam
sebelumnya di dalam dokumen atau formulir. Catatan dapat berupa : jurnal,
buku pembantu, dan buku besar.
• Penghubung pada halaman yang sama (on page connector).
Untuk menghubungkan jika terdapat aliran dokumen yang berhenti di suatu
lokasi pada halaman tertentu dan kembali berjalan di lokasi lain pada halaman
yang sama.
71
Akhir arus dokumen dan mengarahkan pembaca ke symbol
penghubung halaman yang sama yang bernomor seperti yang
tercantum di dalam symbol tersebut.
Awal arus dokumen yang berasal dari symbol penghubung
halaman yang sama yang bernomor seperti yang tercantum di
dalam symbol tersebut.
• Penghubung pada halaman yang berbeda (off page
connector). Simbol ini digunakan untuk menunjukkan kemana dan bagian alir
terkait satu dengan lainnya.
• Kegiatan manual. Simbol ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan manual seperti : menerima order pembeli, mengisi,
membandingkan, memeriksa formulir.
• Keterangan komentar. Simbol ini memungkinkan ahli
sistem menambahkan keterangan untuk memperjelas pesan yang disampaikan
dalam bagan alir.
1
1
72
• Arsip sementara. Simbol ini digunakan untuk menunjukkan
tempat penyimpanan / pengarsipan dokumen. Untuk menunjukkan urutan
pengarsipan dokumen digunakan symbol berikut ini :
a) A = menurut abjad
b) N = menurut nomor urut
c) T = kronologis menurut tanggal
• Arsip permanen. Simbol ini digunakan untuk menggambarkan
arsip permanen yang merupakan tempat penyimpanan dokumen yang tidak akan
diproses lagi.
• Keputusan. Simbol ini menggambarkan keputusan
yang harus dibuat dalam proses pengolahan data. Keputusan yang dibuat
ditulisan di dalam symbol.
• Persimpangan garis alir. Jika dua garis
bersimpangan untuk menunjukkan arah masing-masing garis, salah satu garis
dibuat sedikit melengkung tepat pada persimpangan kedua garis tersebut.
• Pertemuan garis alir. Simbol ini digunakan jika dua
garis alir bertemu dan salah satu garis mengikuti arus garis lainnya.
• Mulai / berakhir (terminal). Symbol ini untuk
Tidak
Ya
73
menggambarkan awal dan akhir suatu sistem.
Dalam bagan alir, arus dokumen digambarkan berjalan dari kiri ke kanan dan
dari atas ke bawah. Perjalanan dokumen ini dapat diikuti dengan melihat nomor
dalam simbol penghubung pada halaman yang sama (on-page connector) atau
nomor dalam simbol penghubung pada halaman yang berbeda (off-page
connector).
Penggunaan bagan alir lebih bermanfaat dibandingkan dengan uraian tertulis
dalam menggambarkan suatu sistem. Manfaat tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Gambaran sistem secara menyeluruh lebih mudah diperoleh dengan
menggunakan bagan alir
2. Perubahan sistem lebih mudah digambarkan dengan menggunakan
bagan alir.
3. Kelemahan-kelemahan dalam system dan identifikasi bidang-bidang
yang memerlukan perbaikan lebih mudah ditembukan dengan bagan alir.
2.3.5. Web
Menurut Shneiderman (1998, p47), mengemukakan ada delapan aturan
yang dapat digunakan sebagai petunjuk dasar yang baik untuk merancang suatu
user interface. Delapan aturan ini disebut dengan Eight Golden Rules of
Interface Design, yaitu :
1. Konsistensi
Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan istilah yang
digunakan pada prompt, menu, serta layar bantuan.
74
2. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut
Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan
kecepatan interaksi, sehingga diperlukan singkatan, tombol fungsi, perintah
tersembunyi, dan fasilitas makro.
3. Memberikan umpan balik yang informatif
Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem umpan
balik. Untuk tindakan yang sering dilakukan dan tidak terlalu penting, dapat
diberikan umpan balik yang sederhana. Tetapi ketika tindakan merupakan
hal yang penting, maka umpan balik sebaiknya lebih substansial. Misalnya
muncul suatu suara ketika salah menekan tombol pada waktu input data atau
muncul pesan kesalahannya.
4. Merancang dialog untuk menghasilkan suatu penutupan
Urutan tindakan sebaiknya diorganisir dalam suatu kelompok dengan bagian
awal, tengah, dan akhir. Umpan balik yang informatif akan memberikan
indikasi bahwa cara yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan
kelompok tindakan berikutnya.
5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana
Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak dapat
melakukan kesalahan fatal. Jika kesalahan terjadi, sistem dapat mendeteksi
kesalahan dengan cepat dan memberikan mekanisme yang sedehana dan
mudah dipahami untuk penanganan kesalahan.
6. Mudah kembali ke tindakan sebelumnya
Hal ini dapat mengurangi kekuatiran pengguna karena pengguna mengetahui
75
kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan; sehingga pengguna tidak takut
untuk mengekplorasi pilihan-pilihan lain yang belum biasa digunakan.
7. Mendukung tempat pengendali internal (internal locus of control)
Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespon
tindakan yang dilakukan pengguna daripada pengguna merasa bahwa sistem
mengontrol pengguna. Sebaiknya sistem dirancang sedemikan rupa sehingga
pengguna menjadi inisiator daripada responden.
8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek
Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan yang sederhana atau
banyak tampilan halaman yang sebaiknya disatukan, serta diberikan cukup
waktu pelatihan untuk kode, mnemonic, dan urutan tindakan.
2.4. Manajemen Peralatan
Menurut Suryadharma dan Wigroho (1998, p149), manajemen peralatan terdiri
dari 3 tahapan diantaranya :
2.4.3. Biaya alat-alat berat
Biaya alat-alat berat terdiri dari :
2.4.3.1. Umum
Untuk operasi dengan alat-alat berat harus dipertimbangkan biaya-
biaya yang disediakan untuk penggunaan alat, waktu yang harus
disesuaikan, keuntungan yang diperoleh dan pertimbangannya.
Biaya untuk alat berat dapat dihitung dengan prakiraan-prakiraan
yang dapat dipertanggungjawabkan. Biaya tersebut meliputi owning
76
cost (biaya kepemilikan) dan operating cost (biaya operasi) yang
sering juga disebut O & O Cost (owning and operating cost).
2.4.3.2. Owning Cost
Owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang harus
diperhitungkan selama alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila
alat tersebut milik sendiri. Biaya ini harus diperhitungkan karena alat
semakin lama akan semakin berkurang hasil produksinya, bahkan pada
waktu tertentu alat sudah tidak dapat diproduksi lagi, hal ini disebut
sebagai depresiasi.
Nilai depresiasi ditentukan oleh harga beli alat waktu didatangkan
beserta perlengkapannya, prakiraan umur ekonomis alat, nilai residu alat
(harga jual pada akhir umur ekonomis) dan nilai produksi alat. Untuk
menentukan hasil depresiasi alat dalam satuan waktu tertentu, ada
beberapa metode seperti berikut ini :
a) Straight line method
Straight line method adalah metode untuk menentukan nilai
depresiasi alat tiap tahunnya sama besar atau sering disebut dengan
metode garis lurus. Pada metode ini nilai depresiasi tiap tahun
diperoleh dengan membagi nilai reproduksi dengan umur ekonomis
alat.
Contoh :
Harga beli alat : Rp. 100.000.000
Umur Ekonomis : 5 tahun
Nilai Residu : Rp. 20.000.000
77
Nilai Reproduksi= Rp.100.000.000–Rp.20.000.000=Rp. 80.000.000
Depresiasi = Rp. 80.000.000 = 16.000.000. – per tahun
5
Metode seperti ini sangat sesuai digunakan apabila alat bekerja
secara terus menerus setiap tahunnya. Misalnya dapat diperkirakan alat
bekerja selama 2000 jam.
b) Reducing charge method
Metode untuk menentukan jumlah depresiasi yang menurun
atau berkurang jumlahnya untuk setiap tahunnya. Pertimbangan dari
metode ini adalah, semakin tua alat, maka semakin menurun
produksinya. Metode ini dibedakan dalam 2 metode.
• Declining balance method
Metode untuk menentukan jumlah depresiasi dari tahun ke
tahun adalah sebesar persentase tertentu dari nilai buku alat pada
tahun yang bersangkutan. Besarnya persentase dapat dihitung
berdasarkan harga beli, nilai residu dan umur ekonomi alat. Nilai
buku adalah harga beli alat dikurangi depresiasi yang telah
diperhitungkan.
Contoh :
Harga beli alat = Rp.30.000.000
Depresiasi per tahun = 40% dari nilai buku
Umur ekonomis alat = 5 tahun
Nilai residu = Rp. 4.000.000
Harga beli alat = Rp. 30.000.000
78 Depresiasi tahun ke 1 = 40% * Rp. 30.000.000 = Rp. 12.000.000 –
Rp.18.000.000 Nilai buku tahun ke 2 = Rp.18.000.000
Depresiasi tahun ke 2 = 40% * Rp. 18.000.000 = Rp. 7.200.000 -
Nilai buku tahun ke 3 = Rp. 10.800.000
Selanjutnya dapat dilihat di tabel 2.2
Tabel 2.1. Depresiasi dengan declining balance method
Tahun ke 1 % Depresiasi Depresiasi (Rp) Nilai Buku (Rp)
1 40 12.000.000 30.000.000
2 40 7.200.000 18.000.000
3 40 4320.000 10.800.000
4 40 2.592.000 6.480.000
51) 40 1.555.000 3.888.000
52) - - 4.000.000
Dari table diatas dapat dilihat nilai buku tidak lagi mengalami depresiasi setelah
mencapai nilai residu yang telah diperkirakan seperti pada contoh diatas sebesar
Rp. 4.000.000,-, sehingga nilai buku yang digunakan adalah nilai buku pada
tahun ke 52.
• Sum Year’s digit method
Metode untuk menentukan besarnya depresiasi tiap tahun berdasarkan
pada jumlah angka-angka tahun dari umur ekonomis alat yang bersangkutan
sebagai koefisien pembagi, dan didasarkan pada sisa umur ekonomis dari alat.
79 Contoh :
Nilai beli alat = Rp. 100.000.000
Prakiraan umur ekonomis 5 tahun
Nilai Residu = Rp. 25.000.000
Berdasar umur ekonomis, jumlah angka dalam tahun = 1 + 2 + 3+ 4 + 5 = 15
Nilai Reproduksi = Rp. 100.000.000 – 25.000.000 = Rp. 75.000.000
Besar depresiasi dari tahun ke tahun dihitung seperti pada tabel 2.3 di bawah ini
Tabel 2.2. Depresiasi berdasar nilai angka tahun
Tahun
ke
Rasio
Depresiasi
Nilai Reproduksi
(Rp)
Depresiasi
(Rp)
Nilai Buku
(Rp)
0 0 75. 000.000 0 100.000.000
1 5/15 75. 000.000 25.000.000 75.000.000
2 4/15 75. 000.000 20.000.000 55.000.000
3 3/15 75. 000.000 15.000.000 40.000.000
4 2/15 75. 000.000 10.000.000 30.000.000
5 1/15 75. 000.000 5.000.000 25.000.000
Pada diatas dapat dilihat nilai buku pada tahun ke 5 pada akhir umur ekonomis alat
besarnya Rp.25.000.000 sesuai dengan perkiraan nilai residu.
Dalam menghitung owning cost, selain menentukan depresiasi harus
diperhitungkan juga suku bunga pajak, asuransi, dan biaya penyimpanan. Cara
menentukan besarnya suku bunga, pajak dan asuransi tiap-tiap negara berbeda-beda,
tergantung di negara mana alat tersebut digunakan.
80 Nilai rerata untuk suka bunga, pajak, dan asuransi per tahun didasarkan pada
nilai rerata alat selama umur ekonomis. Oleh sebab itu, dapat digunakan rumus yang
didasarkan pada nilai depresiasi dengan metode garis lurus berikut ini :
P = P(n + 1) + S(n-1)
2n
Keterangan :
P = biaya rerata yang dikeluarkan per tahun
P = harga beli alat
S = Salvage value (nilai residu)
n = prakiraan umur ekonomis alat
Contoh:
Harga beli alat = Rp. 100.000.000
Nilai Residu = Rp. 25.000.000
Umur ekonomis = 5 tahun (2000 jam per tahun)
Misalnya :
Suku bunga = 15 %
Pajak = 2.5 %
Asuransi = 2.5 %
Total annual Rates = 20%
P = Rp. 100.000.000 (5+1) + Rp. 25.000.000(5-1)
2(50)
81
P = Rp. 70.000.000 per tahun
Atau P = Rp. 35.000, - per jam
Sehingga suku bunga, pajak dan asuransi dihitung = Rp. 35.000 * 20%
= Rp. 7.000 per jam
2.4.3.3. Operating cost (Biaya Operasi)
Operating cost atau biaya operasi alat ialah biaya-biaya yang
dikeluarkan selama alat tersebut digunakan. Biaya operasi ini meliputi
bahan bakar, minyak pelumas atau minyak hidrolis, penggantian ban,
perbaikan atau pemeliharaan, penggantian suku cadang khusus,
misalnya mata pisau pada dozer dan gaji operator (tukang).
2.4.3.3.1. Biaya ban
Biaya ban tergantng dari harga ban di tempat alat yang
bersangkutan dioperasikan dan prakiraan umur ban menurut
pengalaman, atau menurut rekomendasi pabrik pembuatnya.
Besarnya biaya penggantian ban ditentukan sebagai berikut :
Harga ban (rupiah) 12,5- 17,5* harga alat Rupiah / jam atau
Prakiraan umur ban 100*2000 jam
2.4.3.3.2. Biaya perbaikan / pemeliharaan
Untuk menjaga kondisi alat agar dapat bekerja normal dan baik
perlu adanya pemeliharaan, penggantian suku cadang dengan yang
82
baru. Faktor yang mempengaruhi besarnya biaya perbaikan alat,
kecakapan operator dan adanya perawatan yang memadai.
Besarnya factor untuk menentukan biaya perbaikan dan
pemeliharaan biasanya sudah ada rekomendasi dari pabrik pembuat
alat, yang besarnya tergantung dari kondisi dan pemakaiannya dam
ditentukan sebagai berikut :
Faktor perbaikan / pemeliharaan * (harga alat-harga ban)
Prakiraan umur ekonomis alat (jam)
Atau
(6,25-8,75%) * harga alat
100*2000 jam
2.4.3.3.3. Penggantian suku cadang khusus
Suku cadang khusus yang dimaksud adalah bajak, ujung mata pisau
dan alat-alat khusus lainnya yang kerusakaannya lebih cepat
dibanding suku cadang yang lain, waktu kerusakannya tidak
tertentu, tergantung pemakaian dan medan kerja. Untuk menghitung
biaya suku cadang khusius ini tidak termasuk dalam pos perbaikan
dan pemeliharaan tetapi dihitung dalam pos tersendiri.
2.4.4. Penyusunan Jadwal
Pada tahap ini dilakukan perhitungan produksi dan kebutuhan waktu
untuk menyelesaikannya dari masing-masing alat untuk masing-masing
pekerjaan. Berdasarkan perhitungan waktu penyelesaian dari masing-masing
pekerjaan atau masing-masing alat dapat dibuat jadwal pengoperasiannya.
Hal-hal yang dibutuhkan untuk penyusunan jadwal pekerjaan berupa hal-hal
83
sebagai berikut :
a) Waktu pelaksanaan
b) Jenis dan volume pekerjaan
c) Jumlah dan jenis pekerjaan
d) Pola dasar operasi peralatan
Umumnya proyek-proyek diawali dengan perencanaan penyusunan jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang biasanya berbentuk barchart (bagan balok).
Bagan balok adalah suatu bagan balok yang disusun secara grafis yang
menguraikan jenis-jenis pekerjaan suatu proyek yang terdiri dari sejumlah
kegiatan atau aktifitas yang telah dirumuskan dengan baik. Langkah-langkah
yang dibutuhkan untuk menyusun balok adalah sebagai berikut:
a) Menyusun daftar kegiatan proyek secara teratur beserta volume
pekerjaannya.
b) Menaksir waktu dan sumber daya yang dibutuhkan untuk masing-
masing pekerjaan
c) Menggambarkan setiap kegiatan tersebut menjadi sebuah bagan balok
mendatar dengan skala waktu tertentu.
d) Menata kegiatan tersebut diatas sebuah bagan balok dengan skala waktu
yang mendatar
Dengan adanya bagan balok dapat memberikan informasi, kapan suatu
pekerjaan harus dimulai dan kapan harus diakhiri. Penggunaan bagan balok
biasanya dikombinasikan dengan kurva “S” agar diperoleh informasi
tambahan pada bagan balok dalam kegiatan pengendalian. Hal ini digunakan
untuk mengontrol kegiatan pembayaran secara kumulatif untuk jangka waktu
84
tertentu atau periode waktu yang telah ditentukan.
Tabel 2.3 Tabel Penyusunan Jadwal
Bagan balok diatas merupakan paduan bagi pelaksanaan pekerjaan di
lapangan. Agar diperoleh manfaat yang lebih besar, maka pada bagan barchart
harus selalu diupdating dengan informasi kemajuan pekerjaan (progress report).
Contoh secara mingguan atau harian tergantung penjadwalan waktunya. Tujuan dari
progress report ini adalah agar bisa diketahui apakah pelaksanan pekerjaan sudah
sesuai dengan jadwal yang telah disusun atau telah melewati jadwal atau mengalami
keterlambatan.
2.4.5. Pemeliharaan alat-alat berat
Pemeliharaan mesin dan alat berat menolong agar kecelakaan terjadi
seminimal mungkin. Pemeliharaan mesin dan alat-alat berat sangat
dibutuhkan sehingga kemungkinan akan kerugian atas mesin dan alat-alat
berat dapat dikurangi.
85
Gambar 2.23. Skema Pengaruh Kerugian
(Sumber : Suryadharma dan Wigroho, 2000, p164)
Pemeliharaan mesin dan alat-alat berat dapat dibagi atas beberapa hal sebagai berikut :
2.4.5.1. Pembersihan
Akibat penggunaan mesin dan alat-alat berat di lokasi proyek, maka
mesin dan alat berat akan menjadi kotor. Pada lokasi proyek yang
teroganisir, pembersihan mesin dan alat dilakukan setiap sore selesai
bekerja maka perlu dimotivasi buruh dari dan pembantunya untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut.
Bahan pembersih yang murah dan efisien adalah air. Sesudah
pembersihan dengan air, sebaiknya mesin dan alat berat dilumasi pada
semua tempat pelumasan hingga air yang mungkin telah masuk pada
bantalan-bantalan, ditekan keluar oleh gemuk baru yang diisikan.
Pengaruh Kerugian
Penggoresan Beban Berlebihan
Korosi Usia Pengausan Kelelahan Bahan
86
2.4.5.2. Pencegah kerusakan
Pencegah kerusakan adalah seluruh tindakan, pemeliharaan dan pekerjaan
lain atas dasar pengawasan / kontrol mesin dan alat berat sebagai berikut :
Gambar 2.25. Pengawasan / Kontrol
(Sumber : Suryadharma dan Wigroho, 2000, p165)
2.4.5.3. Pekerjaan pemeliharaan
Istilah-istilah yang digunakan pada pekerjaan pemeliharaan
didefinisikan sebagai berikut :
Pencegahan Kerusakan
Pemeliharaan Dan Servis Inspeksi
Perbaikan
Di bengkel reparasi
Langsung Di tempat
Pengawasan Kontrol
87
1) Pemeliharaan
Berupa tindakan-tindakan bagi perlindungan dan penyediaan
inventaris bergerak dalam keadaan baik. Pemeliharaan ini terdiri dari :
perawatan, inspeksi dan perbaikan
2) Perawatan
Berupa tindakan-tindakan bagi perlindungan dalam keadaan baik.
Perawatan terdiri dari : pelumasan, pembersihan, dan penyetelan yang
tepat.
3) Inspeksi
Berupa kontrol dan pertimbangan keadaan sebagai dasar
penentuan pekerjaan, perbaikan, dan servis.
4) Perbaikan
Berupa tindakan-tindakan bagi penyediaan keadaan baik.
Perbaikan terdiri dari : perbaikan dan revisi.
5) Pemeliharaan dan pencegahan
Inspeksi dan servis dilakukan secara teratur pada waktu tertentu,
walaupun mesin atau alat masih dalam keadaan baik.
2.4.5.3.1. Tujuan pekerjaan pemeliharaan
Tujuan pekerjaan pemeliharaan adalah berupa pencegahan kerusakan
sebagai berikut :
1) Penetapan standar dan nilai inventaris, berarti agar alat dan mesin
selalu dapat dipergunakan dan gangguan oleh kerusakan.
2) Meminimalisasi biaya-biaya perbaikan, gangguan dan suku
cadang pengganti.
88
Untuk mewujudkan hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan
pekerjaan-pekerjaan berikut secara teratur :
1) Perawatan
2) Inspeksi
3) Pemeliharaan pencegahan
2.4.5.4. Pengontrolan pekerjaan pemeliharaan
2.4.5.4.1. Pengontrolan alat dan suku cadang
Pengontrolan sangat perlu dilakukan dengan teratur dan teliti
supaya diketahui masih tidaknya stok alat dan suku cadang disimpan.
Alat-alat dan bahan bakar yang masuk dan keluar harus selalu dicatat
secara teliti. Pengeluaran / permintaan suku cadang disediakan
formulir kartu permintaan suku cadang (spare part), kontrol
penggunaan bahan bakar / pelumas dilakukan dengan bon pemakaian
2.4.5.4.2. Pengontrolan perlakuan pemeliharaan
a) Kontrol harian
Setiap alat harus diperiksa setiap hari dan dilakukan secara
teratur, kemudian harus ada orang yang bertanggung jawab
terhadap hal tersebut.
b) Wajib lapor
Setiap orang bertanggungjawab atas kontrol alat dan wajib
melaporkan atas kerusakan, pengausan, kehilangan yang terjadi.