bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2014-2-01288-ar...

22
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tinjauan Umum Cagar Budaya Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan “cagar”, sebagai daerah perlindungan untuk melestarikan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan sebagainya. Mencagarkan berarti melindungi (tumbuhan, binatang dan sebagainya) yang diperkirakan akan punah. Pencagaran merupakan proses, cara, perbuatan mencagarkan. Sedangkan “budaya” menurut KBBI merupakan hasil akal budi manusia. Dengan demikian cagar budaya adalah benda hasil akal budi manusia yang perlu diberikan pencagaran, karena jika tidak dilindungi dikhawatirkan akan mengalami kerusakan dan kepunahan. Benda Cagar Budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan; dan benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UU No. 5/1992 Pasal 1). Dalam Perda DKI No. 9 Tahun 1999 bangunan Cagar Budaya adalah benda/obyek bangunan/lingkungan yang dilindungi dan ditetapkan berdasarkan kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, kelangkaan, landmark/tengaran dan nilai arsitekturnya. Sedangkan menurut SK Gubernur No. 475 Tahun 1993 bahwa upaya pelestarian terhadap bangunan bersejarah di Daerah khusus Ibukota Jakarta adalah untuk menjaga keaslian asrsitektur bangunan, mempertahankan nilai-nilai sejarah untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta meningkatkan kesadaraan masyarakat tentang pentingnya arti sejarah nasional dan sejarah perkembangan kota Jakarta. Pengertian Benda Cagar Budaya menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Pasal 1 (ayat 1) adalah “Warisan budaya yang bersifat kebendaan, berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya baik di darat dan /atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu

Upload: voduong

Post on 26-May-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tinjauan Umum Cagar Budaya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan “cagar”,

sebagai daerah perlindungan untuk melestarikan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan

sebagainya. Mencagarkan berarti melindungi (tumbuhan, binatang dan sebagainya)

yang diperkirakan akan punah. Pencagaran merupakan proses, cara, perbuatan

mencagarkan. Sedangkan “budaya” menurut KBBI merupakan hasil akal budi

manusia. Dengan demikian cagar budaya adalah benda hasil akal budi manusia yang

perlu diberikan pencagaran, karena jika tidak dilindungi dikhawatirkan akan

mengalami kerusakan dan kepunahan.

Benda Cagar Budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak

bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya,

yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya

yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta

dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;

dan benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan (UU No. 5/1992 Pasal 1).

Dalam Perda DKI No. 9 Tahun 1999 bangunan Cagar Budaya adalah

benda/obyek bangunan/lingkungan yang dilindungi dan ditetapkan berdasarkan

kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, kelangkaan, landmark/tengaran dan nilai

arsitekturnya. Sedangkan menurut SK Gubernur No. 475 Tahun 1993 bahwa upaya

pelestarian terhadap bangunan bersejarah di Daerah khusus Ibukota Jakarta adalah

untuk menjaga keaslian asrsitektur bangunan, mempertahankan nilai-nilai sejarah

untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta meningkatkan

kesadaraan masyarakat tentang pentingnya arti sejarah nasional dan sejarah

perkembangan kota Jakarta.

Pengertian Benda Cagar Budaya menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 11 tahun 2010 Pasal 1 (ayat 1) adalah “Warisan budaya yang bersifat

kebendaan, berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar

Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya baik di darat dan /atau di air yang perlu

dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

10

pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.”

Kriteria umum Cagar Budaya yaitu sebagai berikut:

• Berusia 50 tahun atau lebih

• Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun

• Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,

kebudayaan

• Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa

• Berupa benda alam atau benda buatan manusia yang dimanfaatkan oleh

manusia serta sisa-sisa biota yang dapat dihubungkan dengan kegiatan manusia

dan/atau dapat dihubungkan dengan sejarah manusia

• Bersifat bergerak dan tidak bergerak

• Merupakan kesatuan atau kelompok

Bangunan Cagar Budaya adalah sebuah kelompok bangunan bersejarah dan

lingkungannya, yang memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan nilai sosial

budaya masa kini maupun masa lalu (Burra Charter, 1992: 21).

2.1.2 Upaya Mempertahankan Bangunan Cagar Budaya

Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya

Pasal 83

1. Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya dapat dilakukan adaptasi

untuk memenuhi kebutuhan masa kini dengan tetap mempertahankan:

a) Ciri asli dan/atau muka Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya;

dan/atau

b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs Cagar Budaya atau

Kawasan Cagar Budaya sebelum dilakukan adaptasi.

2. Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:

a) Mempertahankan nilai-nilai yang melekat pada cagar budaya;

b) Menambah fasilitas sesuai dengan kebutuhan;

c) Mengubah susunan ruang secara terbatas; dan/atau

d) Mempertahankan gaya arsitektur, konstruksi asli, dan keharmonisan estetika

lingkungan di sekitarnya.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

11

2.1.3 Konservasi Arsitektur

Konservasi adalah suatu proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau

obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik.

Yang termasuk cara pemeliharaan dan bila memungkingkan menurut keadaan proses

preservasi, restorasi, rekonstruksi, dan adaptasi, maupun kombinasinya termasuk

kedalam proses konservasi. (Burra Charter, 1999).Konservasi juga merupakan salah

satu pengelolaan sumber budaya.

Konservasi merupakan suatu proses memahami, menjaga, yang juga

mementingkan pemeliharaan, perbaikan, pengembalian, dan adaptasi terhadap aset

sejarah untuk memelihara kepentingan kebudayaan. Konservasi merupakan salah

satu proses pengelolaan yang berkelanjutan terhadap perubahan, yang dalam

prosesnya memperhatikan beberapa pendekatan nilai yaitu nilai umur dan

kelangkaan, nilai arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan, nilai asosiatif, nilai

ekonomi, nilai pendidikan, nilai emosi, nilai sejarah, nilai landscape, kekhasan

daerah, nilai politik, nilai masyarakat, nilai agama, nilai sosial, nilai simbolik, nilai

teknik, nilai sains, penelitian dan pengetahuan, dan tampilan suatu kota (Orbasli,

2008).

Prinsip-prinsip dasar konservasi, pekerjaan pelestarian bangunan menurut

derajat mempertahankan konsep otensitasnya (Abieta, 2011) meliputi sebagai

berikut:

• Pemugaran bangunan menurut Direktorat Perlindungan dan Pembinaan

Peninggalan Sejarah dan Purbakala (1999/2000) yaitu suatu kegiatan yang

berkenaan dengan penanganan fisik bangunan dalam rangka mengembalikan

keaslian bentuk benda cagar budaya dan memperkuat strukturnya bila

diperlukan yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi arkeologis, historis

dan teknis. Pemugaran dapat diartikan sebagai suatu upaya pelestarian benda

cagar budaya yang sasarannya meliputi perbaikan struktur dan pemulihan

arstitektur yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kerusakan yang

dihadapi.

• Rehabilitasi adalah sebuah tindakan untuk mengembalikan dan memperbaiki

bagian bangunan ke dalam kondisi awalnya tanpa menambahkan sesuatu yang

baru pada bangunan tersebut tanpa melalui proses pembongkaran.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

12

• Restorasi atau pemulihan adalah sebuah tindakan untuk mengembalikan suatu

bangunan ke dalam kondisi awalnya tanpa menambahkan sesuatu yang baru

pada bangunan tersebut tanpa melalui proses pembongkaran.

• Rekonstruksi adalah suatu tindakan untuk memperpanjang usia sebuah

bangunan tua dengan cara menambahkan sesuatu yang baru atau lama, dengan

tetap menghormati keasliannya melalui proses pemasangan bahan baru sebagai

pengganti bagian unsur bangunan yang hilang atau rusak.

• Konservasi adalah tindakan untuk mencegah kerusakan dan memperpanjang

usia suatu bangunan tua. Proses konservasi itu sendiri tidak boleh

menyebabkan kesrusakan pada bangunan tadi serta menghancurkan atau

menghilangkan bukti sejarah.

Terminologi konservasi bervariasi sesuai dengan interpretasi perbedaan kultur

dalam suatu komunitas. Dalam buku ini konteks konservasi dapat digunakan sebagai

syarat dan keperluan manajemen untuk menjaga kultural signifikan bangunan

bersejarah dan lingkungannya. (Orbasli, 2008)

• Adaptive reuse/adaptasi

Banyak dari bangunan yang beralih fungsi dengan berkembangnya zaman dan

ini akan membuat layout dalam bangunan dan rangka bangunan berubah.

Memberikan perubahan pada bangunan untuk mengakomodasi fungsi baru

adalah melanjutkan nilai guna bangunan bersejarah. Tetapi integritas fungsi

dan rangka yang baru harus benar-benar dipertimbangkan.

• Konservasi

Konservasi termasuk dalam pengelolaan sumber kultural dan perubahan

pengelolaan.

• Konsolidasi

Intervensi fisik yang dilakukan untuk menghentikan pembusukan lanjut atau

ketidakstabilan stuktural. Beberapa bahan seperti tanah atau lumpur

memerlukan konsolidasi biasa sebagai bahan.

Tujuan dari konservasi menurut Burra Charter (ICOMOS, International

Council on Sites and Monuments) adalah konservasi harus mempertahankan,

memperbaiki, atau memperlihatkan sebanyak mungkin jejak sejarah pada suatu

onjek bersejarah apakah itu bangunan ataupun artefak. Yang juga termasuk dalam

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

13

tujuan konservasi adalah keamanan, pemeliharaan dan masa depan bagi benda

bersejarah tersebut.

Dalam kegiatan pemugaran versi Burra Charter terdapat istilah-istilah sebagai

berikut:

• Preservasi adalah pemeliharaan suatu tempat persis menjadi seperti aslinya dan

mencegah proses kerusakannya.

• Konservasi adalah semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat sedemikian rupa

sehingga mempertahankan nilai kulturalnya.

• Restorasi/Rehabilitasi adalah upaya mengembalikan kondisi fisik bangunan

seperti sediakala dengan membuang elemen-elemen tambahan serta memasang

kembali elemen-elemen orisinil yang telah hilang tanpa menambah bagian baru.

• Renovasi adalah upaya.tindakan mengubah interior bangunan baik itu

sebagian maupun keseluruhan sehubungan dengan adaptasi bangunan tersebut

terhadap penggunaan baru atau konsep modern.

• Rekonstruksi adalah upaya mengembalikan atau membangun kembali semirip

mungkin dengan penampilan orisinil yang diketahui.

• Adaptive Reuse/Adaptif adalah segala upaya untuk mengubah tempat agar

dapat digunakan untuk fungsi yang sesuai.

• Demolisi adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah

rusak atau membahayakan.

Adaptive Reuse/Adaptif

Banyak bangunan yang berubah fungsi sepanjang perjalanan hidupnya, ini

memungkinkan adanya berbagai perubahan dalam layout ruang dan struktur

bangunan. Membuat perubahan dalam bangunan untuk menyediakan fungsi-fungsi

baru di dalamnya merupakan bentuk pemanfaatan berkelanjutan pada gedung

bersejarah. Namun, penyesuaian dalam penggunaan fungsi baru pada struktur

bangunan dan intregritasnya harus benar-benar dipertimbangkan.

Bangunan menjadi terbuang atau tidak terpakai disebabkan oleh berapa hal

diantaranya terjadinya perubahan ekonomi, industri, demografi, dan kenaikan biaya

perawatan bangunan, dan yang paling utama bangunan sudah tidak sesuai dengan

fungsi yang dibutuhkan. Oleh sebab itu agar bangunan dapat memenuhi kebutuhan

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

14

dari pemiliknya, bangunan mengalami adaptasi dan diperbarui, sementara struktur

utama tetap. (Orbasli, 2008)

Kriteria Bangunan Adaptive Reuse

Kriteria untuk memutuskan apakah bangunan harus dilestarikan dan digunakan

kembali atau hanya dibongkar untuk luas tanah yang didudukinya. Beberapa kriteria

yang menentukan meliputi:

1) Nilai sosial dari situs tertentu, yaitu pentingnya kepada masyarak penggunaan

situs oleh anggota masyarakat atau pengunjung.

2) Potensi penggunaan kembali tapak, kerusakan fisik berkelanjutan ke tapak dan

dukungannya terhadap penggunaan masa depan, karakter tapak yang ada dalam

hal penggunaan kembali diusulkan.

3) Pentingnya sejarah tapak, baik dari segi fisik dari jalan dan daerah, serta peran

tapak dalam pemahaman masyarakat masa lalu.

4) Kondisi ekologi dalam tapak, apakah tapak tersebut secara iklim cocok atau

dapat dapat mendukung lingkungan kerja yang diusulkan diperlukan dalam

tapak.

2.1.4 Sejarah Kota Tua Jakarta

Terbentuknya Kota Tua Jakarta diawali dengan munculnya sebuah kerajaan

yang bernama Padjadjaran, jauh sebelum dikenal Sunda Kalapa. Nama Sunda Kalapa

sendiri merupakan nama resmi tertua dari Kota Jakarta yang terdiri atas dua unsur

yaitu “Sunda” dan “Kalapa”. Nama Sunda dalam Sunda Kalapa baru muncul pada

abad ke 10, disebutkan didalam prasasti Kebon Kopi II yang berangka tahun 854

Saka (932 Masehi). Sekitar abad 15, pelabuhan Sunda Kelapa yang sekarang terletak

di Jakarta Utara menjadi pelabuhan penting di pesisir utara Jawa bagian barat.

Pelabuhan tersebut langsung dapat diakses dari pusat kerajaan Pajajaran, yaitu,

Pakuan (Bogor) melalui Sungai Ciliwung.

Setelah beberapa kali berganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta pada 22

Juni 1527, pada tahun 1619 kemudian VOC mengubah Jayakarta menjadi Batavia,

dan pada 5 Maret 1942, ketika Jepang masuk dan menguasai Batavia, nama Batavia

kemudian diganti dengan Jakarta. Setelah kemerdekaan Indonesia di proklamirkan,

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

15

Jakarta menjadi pusat pemerintahan dan Ibukota Indonesia. Jakarta pernah

kehilangan perannya sebagai ibukota Negara saat situasi pra kemerdekaan tidak

kondusif dan ibukota serta pusat pemerintahan terpaksa dipindahkan ke Jogjakarta.

Namun pemindahan ibukota ini tidak permanen, sehingga setelah kondisi aman

Ibukota dan Pusat pemerintahan Indonesia dikembalikan ke Jakarta hingga sekarang.

(Sumber: jeforah.org)

2.1.5 Sejarah Gedung Dharma Niaga

Gedung Dharma Niaga berdiri sejak tahun 1913 ini tepat berada di hook

sebelah Gedung Tjipta Niaga, memiliki alamat di Jalan Pintu Besar No. 5 Kelurahan

Pinagsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Memiliki luas mencapai 2028 m²

dengan total 3 lantai. Dahulu bangunan ini memiliki nama lain Koloniale Zee en

Brand Assurantie, merupakan kantor Unie Bank pada masa itu.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu kedua bangunan ini (Tjipta Niaga

dan Dharma Niaga) diberi pintu sebagai akses untuk menuju ke masing-masing

bangunan yang bersebelahan ini. Sehingga banyak orang yang mengenal kedua

bangunan yang menjadi satu ini adalah Gedung Tjipta Niaga.

Gambar 5. Gedung Dharma Niaga Dahulu (Kiri) dan Sekarang (Kanan) Sumber: lipsus,kompas.com, 31 Maret 2015

Bangunan ini memiliki Gaya ArsitekturArt Deco dimana terlihat adanya

pengulangan pada irama jendela, serta adanya pola geometris pada profilan jendela

pada fasad bangunan. Sekarang kondisi bangunan ini telah memprihatinkan karena

atap bangunan yang sudah runtuh sebagian dan di dalamnya terdapat ruang yang

sudah tidak terawat lagi seperti timbulnya semak-semak dan pohon.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

16

Gambar 6. Foto Udara Gedung Dharma Niaga (1928) Sumber: Collection Dirk Teeuwen, Holland

Data mengenai Gedung Dharma Niaga tidak cukup banyak ditemukan.

Terdapat beberapa dokumentasi dari udara pada tahun 1928. Gambar tersebut dapat

menunjukan bentuk atap Gedung Dharma Niaga dimana kondisinya sekarang telah

hancur hanya terdapat beberapa sisa rangka yang sudah tidak bisa digunakan lagi.

2.1.6 Arsitektur di Indonesia

a) Awal Kedatangan Belanda ke Indonesia

Arsitektur kolonial adalah arsitektur Eropa terutama Belanda pada masa

penjajahan. Nama tersebut sering digunakan sebagai sebutan untuk bangunan-

bangunan yang memiliki gaya arsitektur pada masa penjajahan dulu. Pada masa

VOC 1602 Belanda mulai membangun pos-pos perdagangan di daerah yang strategis

dan dilindungi oleh benteng, terdiri dari fasilitas-fasilitas perdagangan dan

administrasi, gudang, gereja, rumah sakit dan sebagainya. Pada saat itu dipilih

Jayakarta sebagai pusat pemerintahan, letaknya berada di pantai utara Jawa, yang

kemudian berganti nama menjadi Batavia (1619) pada saat VOC berkuasa oleh

Gubernur Jendral J.P Coen.

Gambar 7. Balai Kota Batavia

Sumber: KITLV, diakses 31 Maret 2015

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

17

Saat itu dibangun Balai Kota Batavia (1707-1712) yang memperlihatkan Gaya

Arsitektur Kolonial. Gaya arsitektur kolonial terjadi akibat adanya percampuran dari

Arsitektur Eropa dengan Arsitektur Cina (karena adanya pengaruh pekerja dari

Cina). Banyak dari bentuk bangunan yang menerapkan gaya Eropa namun atapnya

diadaptasikan dengan kondisi iklim yang ada di Indonesia, sehingga atapnya banyak

menggunakan atap limasan atau arsitektur lokal.

Kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan dikeluarkan

oleh VOC. Pada masa itu VOC memperbolehkan kontraktor dan arsitek dari Eropa

dan Cina untuk membuka usahanya di Batavia. Selain itu VOC membuat sebuah

badan yang mengurus mengenai pembangunan yang diberi namaAmbachtskwatieren

atau semacam Dinas Pekerjaan Umum. Segala hal yang berhubungan dengan

pembangunan dilaksanakan dan diawasi oleh badan ini. VOC sangat ketat dalam

mengawasi proses pembangunan dengan menetapkan standar bahan material untuk

pembangunan. Fungsi dan struktur juga harus sesuai dengan peraturan-peraturan

yang telah ditetapkan oleh VOC.

Pada akhir abad ke-18 VOC mengalami kemunduran yang drastis, sehingga

pemerintahan pada saat itu diambil alih oleh pemerintah Belanda. Pada awal abad

ke-19 orang-orang yang tinggal di dalam benteng Batavia pindah ke luar benteng,

karena kondisi di dalam benteng sudah tidak sehat karena sanitasi yang buruk dan

muncul wabah yang menyebabkan banyak orang yang tinggal di dalam benteng

meninggal dunia.

Pemerintah Belanda kemudian memutuskan untuk membangun pusat

pemerintahan baru yang dinamakan Weltevreden oleh Gubernur Jendral Daendels.

Kota baru ini memiliki fasilitas lengkap dengan gedung pemerintahan, fasilitas

militer, sarana hiburan dan tempat tinggal. Pada saat itu gedung pemerintahan

Weltevredenatau istana Daendels memiliki gaya arsitektur klasik Eropa,

pencampuran antara gaya arsitektur neo klasik yunani dan renaissance.

b) Arsitektur Kolonial; Arsitektur Imperium, Arsitektur Indis, Arsitektur Nieuwe

Bouwen

Arsitektur kolonial memberikan pengaruh terhadap terciptanya arsitektur-

arsitektur baru di Indonesia. Dengan adanya campuran budaya, material, ilmu

pengetahuan (metode struktur, konsep dan sebagainya) menyebabkan arsitektur yang

dibawa oleh penjajah ini berubah menjadi sesuatu yang baru, diantaranya yaitu

Arsitektur Imperium, Arsitektur Indis, Arsitektur Nieuwe Bouwen.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

18

• Arsitektur Imperium

Arsitektur Imperium adalah arsitektur yang banyak dipengaruhi oleh arsitektur

neoklasik romawi dan yunani serta renaissance.Arsitektur ini banyak mencerminkan

unsur kekuasaan, kemegahan, kemakmuran, dan kekayaan untuk menunjukkan status

sosial dari pemilik bangunan. Arsitektur ini biasanya dipergunakan pada arsitektur

bangunan pemerintahan dan militer. Contoh bangunan karya Arsitektur Imperium

yaitu Istana Bogor.

Gambar 8. Istana Bogor Sumber: echiryryota.deviantart.com, diakses 31 Maret 2015

Istana Bogor merupakan istana untuk para presiden Indonesia. Dibangun oleh

arsitek bernama Van Imhoff dengan gaya imperium untuk memberikan kesan

monumental dan lambing kekuasaan. Gaya arsitektur neo klasik yunan dan romawi

sangat terasa pada bangunan ini. Penggunaan kolom-kolom ionic dan pediment pada

fasad, penggunaan entablature, cupola dan sebagainya.

• Arsitektur Indis

Arsitektur Indis adalah sebutan untuk arsitektur yang menggabungkan Gaya

Eropa dengan arsitektur tradisional Indonesia. Pencampuran ini dapat ditemukan

pada bangunan yang menggunakan gaya arsitektur neo klasik atau Art Deco namun

diadaptasikan dengan iklim budaya Indonesia. Arsitektur tradisional yang

dipergunakan tidak hanya satu jenis saja tetapi ada juga yang menggabungkan dari

beberapa arsitektur tradisional dengan metode konstruksi Eropa dan material lokal.

Contoh bangunan karya Arsitektur Indis yaitu Gedung Sate.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

19

Gambar 9. Gedung Sate Sumber: jotravelguide.com, diakses 31 Maret 2015

Bangunan yang dirancang oleh arsitek bernama J. Gerber pada tahun 1920 ini

merupakan perpaduan antara metode dan konstruksi gaya arsitektur kolonial.

Penggunaan lengkung kolom-kolom dengan iklim dan arsitektur lokal yang terlihat

pada penggunaan atap tumpang.

• Arsitektur Niewe Bouwen

Arsitektur ini telah mendapat pengaruh arsitektur modern, yang terpengaruh

oleh art deco, de stijl, art nouveau, bauhaus dan beberapa pengaruh dari arsitektur

Eropa dan Amerika seperti Le Corbusier dan Frank Lloyd Wright. Bangunan ini

sama seperti sebelumnya telah diadaptasikan dengan iklim dan budaya Indonesia.

Contoh bangunan karya Arsitektur Niewe Bouwen yaitu Villa Isola.

Gambar 10. Villa Isola Sumber: pinterest.com, diakses 31 Maret 2015

Bangunan yang dirancang oleh C.P Wolf Schoemaker pada tahun 1932 ini

memiliki ciri khas seperti adanya irama pada bukaan, permainan komposisi, elemen-

elemen horizontal dan vertikal pada fasad bangunan.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

20

2.1.7 Arsitektur Art Deco

a) Pengertian Art Deco

Art deco adalah suatu gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir

sebelum Perang Dunia II yang banyak diterapkan dalam berbagai bidang misalnya

eksterior, interior, mebel, patung, pakaian dan sebagainya dari tahun 1920-1939.

Gerakan ini dalam pengertian tertentu adalah gabungan dari berbagai gaya dan

gerakan pada awal abad ke-20 termasuk konstruksionisme, kubisme, modernisme,

Bauhaus, art nouveau dan futurisme. Popularitasnya memuncak pada tahun 1920-an.

Meskipun banyak gerakan desain mempunyai akar atau maksud politik dan filsafat,

Art Deco murni bersifat dekoratif. Pada masa itu gaya ini dianggap anggun,

fungsional dan ultra modern. (Sumber: wikipedia.org)

Seniman Art Deco banyak bereksperimen dengan memakai teknik baru dan

material baru, misalnya metal, kaca, serta plastik dan menggabungkannya dengan

penemuan-penemuan baru saat itu, lampu misalnya. Karya mereka sering memakai

warna-warna yang kuat serta bentuk abstrak dan geometris tetapi kadang masih

menggunakan motif tumbuhan dan figur. Langgam Art Deco tercipta dari

pencampuran ornamen-ornamen historis, aliran arsitektur sekarang dan muatan lokal.

Setiap negara yang menerima langgam Art Deco mengembangkannya sendiri dan

memberikan sentuhan lokal sehingga Art Deco di suatu tempat akan berbeda dengan

Art Deco di tempat lain.

b) Sejarah Art Deco

Gaya Art Deco lahir pada tahun 1920-an dan berkembang secara mencolok di

Perancis. Pada awalnya karya seni bergaya Art Deco lebih banyak terinspirasi dari

ornamen dekoratif Mesir dan kerajinan suku Maya. Selain itu didominasi oleh

kombinasi warna yang menggunakan material yang mahal. Dari kondisi ini dating

kritikan dari tokoh seni Perancis modern seperti Le Corbusier dan Piere Charen yang

menyatakan bahwa semua orang berhak memperoleh desain yang baik, tidak hanya

eksklusif bagi orang yang kaya. Sehingga lahir dua bentuk karya seni Art Deco yang

bersifat murni dan bersifat komersial (seni terapan).

Dengan adanya Exposition International d’Arts Decoratifs et Industrials

Moderns di Paris, banyak menghasilkan karya seni Art Deco dari industry dengan

ciri bentuk streamline yang berkesan dinamis. Didukung oleh teknologi pengecoran

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

21

metal, vernikel, perunggu dan penemuan-penemuan baru dalam produk desain

sehingga pada saat itu menjadi tren. Karya Art Deco yang bersifat komersial lebih

banyak memakai unsur kubisme, futurisme, dan ekspresionisme karena adanya

pengaruh dari aliran Bauhaus (1921-1933).

Pada arsitektur, ekspresi Art Deco ditonjolkan dengan pemakaian bahan-bahan

yang mahal, streamline dan pengerjaan yang rinci. Hal ini mungkin karena terapan

dari gaya Art Deco banyak menggunakan bahan bangunan produksi pabrik. Art Deco

memiliki konsep keindahan yang menggabungkan antara kerajinan tangan dan

mesin. Mesin mulai membuat bentuk-bentuk yang dulunya merupakan kerajinan

tangan manusia tetapi dalam wujud yang lebih sederhana dan simple. Sejak itulah

bentuk-bentuk garis mulai digemari dan menjadi sumber keindahan karya Art Deco.

Salah satu contohnya adalah Bank Jabar yang ada di Bandung, bangunan ini

menampilkan gaya arsitektur Art Deco jenis streamlined moderne. Dibangun oleh

arsitek Hindia-Belanda Albert Frederik pada tahun 1935-1936.

Gambar 11. Bank Jabar Sumber: movingcities.org, diakses 31 Maret 2015

c) Karakteristik Arsitektur Art Deco

Pada tahun 1928 seorang pengamat arsitektur modern mendeskripsikan

karakter Art Deco dalam kaitannya dengan tampilan bangunan yaitu adanya

pemakaian garis lurus, geometris dan cenderung mengikuti proporsi kubus yang

dipengaruhi oleh aliran kubisme. (Grange Books, 2002) Garis datar yang sederhana

dan kuar dengan sentuhan dekorasi pada warna, besi tempa dan kaca untuk relief.

Pembagian tren dalam arsitektur Art Deco adalah sebagai berikut:

1. Zig-zag Moderne

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

22

Banyak digunakan untuk bangunan-bangunan komersial yang mempunyai

gaya eksotik. Ciri utamanya adalah:

• Kekayaan ornament pada eksterior diulang ke dalam interior.

• Ornamen-ornamen yang digunakan adalah motif binatang, sinar matahari,

geometris bentuk zig-zag, segitiga, garis, lingkaran, bersegmen dan spiral,

bentuk ziggurat (mengecil di puncak), air mancur berbentuk mozaik, dan motif

tanaman abstrak.

• Pengaruh budaya Yunani, Aztek, Assyria, Maya dan Mesir dengan abstraksi,

adaptasi dan rekombinasi.

• Penggunaan warna yang menyala.

Gambar 12.Pintu Masuk Hoover Factory, United Kingdom Sumber: e-architect.co.uk, diakses 15 April 2015

Pengaruh budaya Mesir terlihat pada dekorasi pintu masuk gedung Hoover

Factory di UK.

2. Classical Moderne

Tren ini muncul sebagai perwujudan keinginan untuk menghidupkan kembali

gaya historik dan penyederhanaan bentuk-bentuk klasik yang pada umumnya rumit.

Ciri utamanya adalah:

• Massa simetris.

• Menara pusat dengan puncak datar.

• Unsur horizontal kuat.

• Ada dekorasi diatas pintu masuk.

• Menara sebagai klimaks bangunan.

• Permukaan dinding sederhana sebagai ganti dari kolom-kolom klasik.

• Tembok vertikal datar.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

23

• Mempunyai kesan permanen pada eksterior dihiasi relief atau patung yang

berdiri sendiri.

• Pada eksterior dihiasi relief atau patung yang berdiri sendiri.

• Gambaran karya seni yang mempunyai simbol fungsi bangunan atau

masyarakat lokal.

• Gabungan gaya zig-zag dan vertikal yang kaya dengan ornament streamline

yang simbolik dan relatif sederhana dengan bentuk aerodinamis.

Gambar 13.Niagara Hudson, New York Sumber: retroroadmap.com, diakses 15 April 2015

Komposisi massa simetris dengan klimaks menara, penggunaan kolom-kolom

pada dinding. Garis vertikal kuat ditunjukkan dengan permainan besaran garis.

Sculpture pada bagian menara menunjukkan kemegahan dan dekorasi.

3. Streamline Moderne

Tren yang menggunakan kekuatan garis sebagai pembentuk ekspresi. Ciri-

cirinya dalah sebagai berikut:

• Orientasi horisontal.

• Atap datar.

• Bentuk aerodinamik pada garis kurva.

• Setback tiga dimensional.

• Banyak menggunakan kaca dan jendela.

• Kaya warna.

• Menggunakan baja atau logam sebagai penguat railing.

• Merupakan perkembangan dari zig-zag modern.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

24

Gambar 14.Gustaf Fassin House, New York Sumber: The National trust guide to Art Deco in America, diakses 15 April 2015

Jendela yang berorientasi secara horizontal, bentuk kurva lengkung pada pintu

masuk dan menggunakan bahan metal untuk railing dan tangga.

4. Tropical Deco

Gaya ini merupakan cabang dari tren streamline yang muncul karena adanya

adaptasi terhadap iklim tropis pada sebuah negara. Ciri-cirinya adalah:

• Horisontal dan bergaris gaya streamline.

• Ornament menggunakan gaya organik dan klasik.

• Balkon berbentuk dek.

• Jendela berbentuk persegi delapan atau lubang Meriam.

• Yang paling menonjol yaitu adanya profilan penahan sinar matahari dan air

hujan atau set-back jendela.

• Asimetris dan garis kurva.

• Material metal dan kaca sebagai pembentuk garis lurus yang tajam.

Gambar 15. Palmer House, Miami Beach Sumber: bobmiami.com, diakses 15 April 2015

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

25

Garis streamline horizontal yang kuat pada bukaan, unsur vertikal dipadukan

dengan unsur horizontal dari profilan penahan matahari.

Arsitektur Art Deco menampilkan bentuk-bentuk sederhana dengan elemen

geometris yang simetris dan lebih menekankan pada dekorasi atau menghias

tampilan bangunan (fasad). Fasad Art Deco memiliki kelebihan pada penggunaan

dekorasinya yaitu penggabungan bahan bangunan (kaca, besi, tempa, beton, bata

merah), penambahan elemen logo/tulisan, menara, patung, relief, tiang dan penahan

sinar matahari bila diperhatikan biasanya merupakan unsur garis pada fasad

bangunan.

d) Karakteristik Interior Art Deco

Langgam Art Deco memiliki karakteristik dengan pemakaian garis lurus,

geometris dan cenderung mengikuti proporsi kubus yang dipengaruhi oleh aliran

kubisme. Ciri-cirinya adalah:

1. Furniture memiliki bentuk yang tidak biasa.

2. Tidak fungsional seperti gaya modern.

3. Desain lighting yang sangat mencolok.

4. Terdapat ornamen yang menyesuaikan dengan ornamen lokal.

5. Ada pula yang menjadikan sculpture sebagai elemen interior.

6. Tidak berhubungan dengan gaya-gaya yang sebelumnya.

7. Murni memiliki bentuk dan pola yang geometri.

8. Warna yang digunakan cenderung warna netral namun tetap memberikan

sentuhan warna-warna cerah.

9. Berpusat di Perancis.

10. Menggunakan kayu-kayuan seperti eboni dan zebrawood.

11. Menggunakan material metal yang dipoles.

12. Banyak menggunakan kaca.

13. Streamlined.

14. Awal terbentuknya Industrial Design.

Ciri interior Art Deco menurut (Miller, 2005) yaitu:

1. Desain interiorArt Deco adalah lambanga kemewahan, elegan dan glamor

2. Penggunaan lantai kayu yang mengkilap, bermotif dengan pola geometris,

furniture dengan material kayu eboni dan mahoni yang di veneer

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

26

3. Penggunaan material kaca-kaca berkilau pada lampu dekoratif dan partisi

4. Karpet dan tekstil berwarna cerah dengan motif zigzag, sunburst dan gemoetris

5. Penggunaan funriture dicirikan oleh konsekuensi terhadap tebalnya bentuk yang

digunakan

6. Detail dekoratif tidak berlebihan, sebatas pada estetika dan fungsional

7. Hanya menggunakan pola-pola dasar seperti garis geometris

Gambar 16.Ciri Furniture Art Deco Sumber: Art Deco Collector’s Guide

Gaya baru dalam Art Deco siap untuk mendominasi desain interior saat ini.

Gaya ini cepat untuk menjadi ide yang tidak biasa dalam mendesain interior modern

(Du, 2011). Ciri-cirinya yaitu sebagai berikut:

1. Terinspirasi dari perpaduan alam dan tradisi lokal

2. Memberikan kesan maksimalis dengan permainan pola, tekstur, dan layering

3. Penggunaan dekorasi pada ruang, mampu memberikan efek humanis pada ruang

dan efek naungan pada interior

4. Dekorasi yang digunakan biasanya pada dinding, lampu dekoratif dengan skala

yang besar, tirai dekoratif

5. Menggunakan perpaduan warna netral dengan warna-warna cerah sebagai

pemanis dan penyeimbang ruang

6. “More is more” dengan menciptakan ruang yang lebih menyenangkan dan

memberikan emosi ruang

New Art Deco adalah interpretasi dari Gaya Art Deco, semua elemen yang

digunakan mirip namun lebih kerarah kontemporer.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

27

2.2 Hipotesis dan Kerangka Berpikir

2.2.1 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas permasalahan yang sebenarnya, yang

kebenarannya harus diuji. Berdasarkan permasalahan di atas maka sebagai jawaban

sementara penulis membuat hipotesa yaitu, Adaptive Reuse pada Gedung Dharma

Niaga yang fungsinya sebagai pusat kesenian di Kawasan Kota Tua Jakarta dengan

merancang interior bangunan dengan langgam Art Deco.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

28

2.2.2 Kerangka Berpikir

Gambar 17.Kerangka Berpikir Sumber: Olah Pribadi

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

29

2.3 Novelty

Mengadaptif kembali bangunan Gedung Dharma Niaga yang kosong dan

kondisinya terbengkalai, sebagai pusat kegiatan kesenian dengan mendesain interior

bangunan langgam Art Deco, yang memperhatikan unsur material dan finishing,

skema dekoratif, furniture, warna dan lighting.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01288-AR Bab2001.pdfdan/atau b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs

30