bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-1-00253-ti-bab 2.pdf ·...

44
32 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kecelakaan Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja didalam perusahaan berhubungan erat dengan salah satu sumber daya manusia yang memegang peranan yang sangat penting didalam proses produksi, yaitu tenaga kerja. Dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya, tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling menentukan, karena tenaga kerja dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari produk yang dihasilkan. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala temapt kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diudara. Tempat-tempat demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, perindustrian, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan lain-lain. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Kecelakaan bisa terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Jadi definisi kecelakaan kerja adalah : “Setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan”.

Upload: vuongkhuong

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

32

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Masalah Kecelakaan Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja didalam perusahaan berhubungan erat dengan

salah satu sumber daya manusia yang memegang peranan yang sangat penting

didalam proses produksi, yaitu tenaga kerja. Dibandingkan dengan faktor-faktor

produksi lainnya, tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling menentukan,

karena tenaga kerja dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari produk yang

dihasilkan.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat,

alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran

segala temapt kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air,

maupun diudara. Tempat-tempat demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi,

seperti pertanian, perindustrian, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa

dan lain-lain. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.

Kecelakaan bisa terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja,

atau perbuatan yang tidak selamat. Jadi definisi kecelakaan kerja adalah :

“Setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan”.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

33

• Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah dokrin keselamatan dan

kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja

adalah meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan mengadakan pengawasan ketat.

Untuk memberikan batasan definisi tentang keselamatan dan kesehatan kerja,

dibawah ini akan disajikan beberapa definisi tentang keselamatan dan kesehatan kerja

yang dikemukaan oleh para ahli, antara lain:

• Dr. Suma’mur PK, Msc (Suma’mur,1976) memberikan definisi keselamatan kerja

sebagai: “Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai

akibat kecelakaan kerja”.

• Drs. A.S Moenir (Suma’mur, 1981) memberikan definisi keselamatan kerja

sebagai: “Suatu keadaan dalam lingkungan atau tempat kerja yang dapat menjamin

secara maksimal keselamatan orang-orang yang berada didaerah atau ditempat

tersebut, baik orang tersebut pegawai ataupun bukan pegawai dari organisasi

tersebut”.

• DR. Santoso, MS (Suma’mur,1981) pada forum seminar Keselamatn dan

Kesehatan Kerja di Surakarta tanggal 28 Februari 1986 memberikan definisi

mengenai keselamatan kerja sebagai: “Pengetahuan tentang upaya untuk pencegahan

kecelakaan kerja yang berhubungan dengan penggunaan mesin, pesawat, alat,

bahan, dan proses pengolahannya, lingkungan tempat kerja serta melakukan

pekerjaan”.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

34

Dari definisi-definisi mengenai keselamatan kerja yang diberikan oleh beberapa

ahli diatas sangat jelas bahwa keselamatan kerja memegang peranan yang sangat

penting didalam lingkungan kerja, karena tenaga kerja yang menginginkan

lingkungan kerjanya yang aman, sehat dan nyaman. Selain itu keselamatan dan

kesehatan kerja bagi karyawan dapat menambah semangat dabn ketenangan para

karyawan, sehingga hasil kerjanya dapat lebih baik.

Disamping keselamatan kerja yang memberikan perlindungan dari resiko bahaya

yang dapat terjadi akibat kerja, kesehatan kerja juga membutuhkan perhatian khusus

untuk memebrikan jaminan akan kondisi fisik para karyawannya.

Untuk memberikan batasan definisi kesehatan kerja, dibawah ini akan disajikan

beberapa definisi tentang kesehatan kerja, antara lain :

Drs. Suma’mur PK, Msc. (Suma’mur,1976) memebrikan definisi kesehatan kerja

sebagai : “Spesialisasi dalam ilmu Kesehatan/Kedokteran beserta prakteknya yang

bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-

tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan kesehatan yang diakibatkan

faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit

umum”.

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas dapat dilihat bahwa

kemampuan seorang tenaga kerja tergantung dari keadaan kesehatannya, sebab

derajat kesehatan seorang tenaga kerja bukan suatu hal yang bersifat statis melainkan

berkembang secara dinamis sesuai dengan perkembangan kemauan masyarakat.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

35

Program higine perusahaan dan kesehatan kerja didalam sebuah perusahaan

mempunyai dua tujuan utama, yaitu sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan

kerja dari tenaga kerja yang setinggi-setingginya dan sebagai alat untuk

meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi

(suma’mur, 1976).

2.1.1 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan kerja

Faktor-faktor penyebab kecelakaan tidaklah selalu sama antara satu dengan yang

lain. Akan tetapi walaupun berbeda semua memilki kesamaan umum, yaitu

kecelakaan disebabkan oleh dua faktor yaitu

1. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (Unsafe Condition)

2. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (Unsafe Human

Acts)

Banyak para ahli (Expert) menyimpulkan faktor manusia dalam timbulnya

kecelakaan sangat penting, karena dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85%

kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Dari hasil persentase

tersebut dapat disimpulkan bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua

kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Faktor manusia dapat juga meliputi

kesalahan yang mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang

membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik,

pimpinan kelompok, pelaksana, atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin

dan peralatan.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

36

Upaya untuk mencari sebab kecelakaan disebut analisa sebab kecelakaan. Analisa

ini dilakukan dengan mengadakan penyelidikan atau pemeriksaan terhadap peristiwa

kecelakaan. Analisa kecelakaan tidak mudah, oleh karena penentuan sebab-sebab

kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit. Kecelakaan kerja harus secara tepat

dan jelas diketahui, bagaimana dan mengapa terjadi. Hanya pernyataan bahwa

kecelakaan dikarenakan oleh misalnya alat kerja atau tertimpa benda jatuh tidaklah

cukup, melainkan perlu adanya kejelasan tentang serentetan peristiwa atau faktor-

faktor ini adalah penting artinya bagi terjadinya kecelakaan, tetapi serentetan

peristiwa seluruhnyalah yang menyebabkan terjadinyas kecelakaan. Apabila sebab

satu bagian dari rentetan peristiwa tersebut dihilangkan, kecelakaan tidak akan

terjadi.

2.1.2 Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah Kecelakaan Kerja

Dalam menghindari terjadinya kecelakaan kerja, harus adanya tanggung jawab

dari segala pihak yang bersangkutan. Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan

kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab para manajer lini, penyelia, mandor

kepala dan juga kepala urusan. Funsioanris lini wajib memelihara kondisi kerja yang

selamat sesuai dengan ketentuan pabrik pnduan praktek pembikinan yang baik (Good

Manufacturing Practice). Dilain pihak, para kepala urusan wajib senantiasa

mencegah jangan sampai terjadi kecelakaan. Kedua macam funsionaris ini

kelihatannya mempunyai tanggung jawab berbeda, sebebarnya tidak, pemeliharaan

keadaan tidak selamat dan pencegahan kecelakaan adalah satu funsi yang sama.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

37

Hal-hal yang dapat dilakukan guna mencegah kecelakaan dari aapek manusia

harus bermula pada hari pertama ketika semua karyawan bekerja. Setaip karyawan

harus diberitahu secara tertulis uraian mengenai jabatannya yang mencakup funsi,

hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab, serta tugas dan syarat-syarat

kerjanya.

Setelah itu harus dipegang prinsip bahwa kesalahan utama sebagian besar

kecelakaan, kerugian atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah,

kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya, yang pada umumnya

meneyebabkan kecelakaan dan kerugian.

Manajemen (dari manajer bagian hingga ketua kelompok) bertanggung jawab

dalam seleksi, penempatan, pembinaan untuk para karyawan. Manusia adalah mahluk

yang serba mudah berubah sehingga pembinaan yang serba baik tidak selamanya

membawa hasil yang baik. Kelengahan dan kelalaian manajemen dalam pengelolaan

sumber daya manusia perusahaan akan mengakibatkan kecelakaan atau kerugian.

Setiap anggota manajemen harus tanggap dan serba berhati-hati dalam memimpin

bawahan mereka.

Sikap-sikap karyawan yang tidak memenuhi syarat adalah sebagai berikut:

1. Tidak mau memakai alat pelindung yang disediakan

2. Melanggar peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diwajibkan

dengan sengaja.

3. Tergesa-gesa dan kurang berhati-hati dalam pekerjaan.

4. Bersikap kasar, bergurau, atau berkelakar sambil kerja (kurang konsentarsi).

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

38

5. Tidak memahami arti kerugian bagi perusahaan maupun dirinya.

Tiga sebab mengapa seorang karyawan melakukan kegiatan tidak selamat adalah:

1. yang bersangkutan tidak mengetahui tatacara yang aman atau perbuatan-

perbuatan berbahaya.

2. yang bersangkutan tidak mampu memenuhi persyaratan kerja sehingga

terjadilah tindakan yang dibawah standar.

3. Yang bersangkutan mengetahui seluruh peraturan dan persyaratan kerja, tetapi

dia sungkan memenuhinya.

Dari aspek manusia, gejala penyebab kecelakaan bermula pada kegiatan/perbuatan

tidak selamat manusia itu sendiri. Beberapa perbuatan yang mengusahakan

keselamatan antara lain:

1. Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntutan yang

diberikan.

2. Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan

kepada atasan

3. Setiap peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja harus

dipatuhi secermat mungkin.

4. Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan akan

perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

39

5. Peralatan dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja harus dipakai

atau dipergunakan bila perlu.

Selain itu, bermacam-macam usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

keselamatan kerja diperusahaan-perusahaan atau tempat-tempat kerja, yaitu dengan

membuat dan mengadakan:

1. Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundangan yang berhubungan dengan

syarat-syarat kerja umum, perencanaan, konstruksi, perawatan, pengawasan,

pengujian dan pemakaian peralatan industri, kewajiban pengusaha dan

pekerja, latihan, pengawasan keehatan kerja, pertolongan pertama pada

kecelakaan (P3K) dan pengujian kecelakaan.

2. standarisasi : menyusun standar-standar yang bersifat resmi, setengah resmi

atau tidak resmi yang berhubungan dengan konstruksi yang aman dari

peralatan industri, keselamatan dan kesehatan kerja, atau alat-alat pelindung

diri.

3. Pengawasan : pengawasan terhadap pelaksanaan dan peraturan perundangan

yang berlaku

4. Technical research : meliputi hal-hal seperti penyelidikan kandungan dan

karakteristik dari bahan-bahan berbahaya, mempelajari pengamanan mesin,

pengujian respirator, penyelidikan tentang cara pencegahan gas dan debu yang

mudah meledak, menyelidiki bahan dan desain yang cocok untuk bahan baku

yang digunakan.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

40

5. Medical Research : meliputi hal-hal yang khusus mengenai penyelidikan

pengaruh psikologis dan fisiologis dari faktor-faktor lingkungan dan teknologi

serta keadaan fisik yang menjurus kepada kecelakaan.

6. Psychological Research : misalnya penyelidikan mengenai pola-pola

psikologis yang menjurus kepada kecelakaan.

7. Statistic Research : untuk menentukan berbagai macam dari kecelakaan yang

terjadi, jumlah, jenis orang-orangnya, operasinya dan sebab-sebabnya.

8. Pendidikan : meliputi pengajaran dan pendidikan keselamatan kerja sebagai

mata pelajaran disekolah-sekolah teknik dan pusat-pusat latihan.

9. Training : misalnya memberikan instruksi atau petunjuk-petunjuk praktek

kepada para pekerja dan pekerja-pekerja yang baru masuk, mengenai hal

keselamatan dan kesehatan kerja.

10. Penerangan : misalnya menanamkan pengertian dan kesadaran keselamatan

dan kesehatan kerja kepada para pekerja dengan cara pembinaan dan

penertiban dan lain-lain.

11. Asuransi : misalnya memberikan insentif keuangan untuk meningkatkan

usaha pencegahan kecelakaan, umpamanya dalam bentuk pemberian reduksi

terhadap premi yang dibayar oleh pihak pengusaha, apabila ternyata tingkat

kecelakaan dalam pabriknya menurun.

12. tindakan usaha keselamatan kerja ditempat kerja.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

41

2.2 Beberapa Prinsip Pencegahan Kebakaran

2.2.1 Pencegahan Kebakaran

Banyak sekali kebakaran pabrik terjadi diluar jam kerja. Tentunya hal ini tidak

menimbulkan korban manusia tetapi dapat menyebabkan kehilangan lapangan

pekerjaan yang berarti kerugian dibidang sosial dan ekonomi. Kebakaran-kebakaran

yang terjadi dalam jam-jam kerja sangat berbahaya bagi pekerja. Sesungguhnya

banyak yang dapat dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab terhadap tempat

kerja untuk mencegah bahaya kebakaran, dan pekerja pun bertanggung jawab

terhadap pemakaian alat-alat pencegahan kebakaran secara efektif.

2.2.2 Bahaya Kebakaran Umum

Timbulnya suatu kebakaran disebabkan tiga unsur yaitu oksigen, bahan bakar dan

panas. Tanpa oksigen tidak ada yang dapat terbakar, tanpa panas tidak akan terjadi

kebakaran. Penyebab terjadinya kebakaran umum adalah api rokok, cairan yang

mudah terbakar, nayal apai terbuka, penataan ruang yang tidak sempurna, mesin-

mesin yang terlalu panas karena kurang perawatan, instalasi listrik, listrik statis,

peralatan las dan solder. Beberap industri antara lain industri kimia, minyak dan cat

mempunyai potensi bahaya kebakaran khusus.

2.2.3 Konstruksi Dan Pintu Keluar Bangunan

Konstruksi bangunan erat sekali hubungannya dengan usaha penaggulangan

kebakaran. Bangunan-bangunan industri harus dari bahan tahan api. Hal ini adalah

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

42

masalah arsitek dan perencana. Konstruksi tahan api dapat meyakinkan bahwa

bagian-bagian dari bangunan tidak dapat terbakar dengan mudah dan api tidak dapat

menyebar melalui bangunan baik secara vertikal melalui dinding-dinding, lantai-

lantai, pintu-pintu, lift, tangga atau saluran-saluran ventilasi. Pintu-pintu keluar

penting sekali dan harus sesuai dengan syarat-syarat berikut:

1. Bagian dari bangunan tidak boleh jauh dari pintu-pintu menuju keluar,

jaraknya tergantung dari tingkat bahaya didalamnya.

2. Setiap lantai harus mempunyai paling sedikit 2 pintu keluar, dengan luas yang

cukup, bebas dari nyala api dan asap dan keduanya garus terpisah dengan

jarak yang cukup jauh.

3. Tangga kayu, tangga spiral dan lift tidak dihitung sebagai pintu keluar.

4. Pintu-pintu keluar harus diberi tanda petunjuk dan dengan penerangan yang

cukup.

5. Pintu-pintu keluar harus selalu bebas atau tidak terdapat rintangan-rinatngan.

6. Tangga luar dan jalan-jalan pelarian kebakaran (Fire Escape) tidak boleh

merupakan jalan buntu dan harus menuju keluar bangunan.

2.2.4 Peralatan Pemadam kebakaran

Penyediaan peralatan pemadam api dapat terdiri dari peralatan yang sederhana

sampai kepada peralatan yang modern misalnya Sprinkler systems. Macam dan

jumlah peralatan yang dibutuhkan tergabtung pada luas dan konstruksi bangunan

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

43

yang akan dilindungi atau diamankan dan proses produksi yang dilakukan

didalamnya.

Kadang-kadang cukup dengan tabung pemadam api atau persediaaan pasir kering

atau beberapa ember yang diisi air. Didaerah yang mempunyai jaringan ledeng air,

kebayakan pabrik-pabrik dilengkapi dengan Hydrant dan selang pemadam kebakaran.

2.2.5 Tabung-Tabung Pemadam Api

Dalam pemakaian tabung-tabung pemadam api, harus dijaga betul supaya tabung-

tabung tersebut tidak menimbulkan bahaya. Sering terjadi bahwa konstruksi tabung

pemadam api tidak sesuai dengan pengisian zat kimia, sehingga menyebabkan mulur

semprotnya menjadi buntu. Sewaktu tabung ini harus dipergunakan zat kimia

didalamnya tercampur dengan membalikkan tabung pemadam api. Tekanan dalam

silinder meningkat sehingga memaksa bahan pemadam api yang didalamnya

menyemprot keluar, tetapi jika mulut semprot kebetulan buntu, tekanan tinggi yang

ada didalam dapat mengakibatkan tabung silinder menjadi pecah atau meledak. Oleh

sebab itu konstruksi yang sesuai dengan isinya dan pemeliharaan serta pengawasan

secara teratur dapat mencegah terjadinya kecelakaan semacam ini.

2.2.6 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran harus tersedia untuk memperingatkan kepada setiap orang jika

terjadi kebakaran. Hal ini dapat dilakukan apabila tersedia alarm yang bekerja secara

otomatis dengan pemasangan alarm bells, sirine ditempat-tempat kerja didalam

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

44

pabrik dan tersedia pula tombol tekan atau handles untuk membunyikan alarm apabila

dianggap perlu. Alarm harus dapat didenganr dimana saja didalam area pabrik

termasuk diruangan kerja didalam gudang, gang-gang, dikamar pakaian kerja dan di

kamar kecil.

2.3 Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

2.3.1 Pengertian Manajemen

Manajemen sebagai satu ilmu prilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak tidak

tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi

perencanaan, maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Baik kecelakaan kerja,

gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari

biaya produksi. Sekalipun sifatnya sosial, setiap kecelakaan atau tingkat

keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi suatu lingkungan kerja.

Pencegahan kecelakaan dana pemeliharaan hygene dan kesehatan kerja tidak saja

dinilai dari segi biaya pencegahannya, tetapi juga dari segi manusianya.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

45

2.3.1 Akar Kecelakaan Kerja

Diagram 2.1. Manajemen : Akar Kecelakaan Kerja

KECELAKAAN

• PERBUATAN TIDAK SELAMAT

• KEADAAN TIDAK SELAMAT

KERUGIAN MATERI KERUGIAN TENAGA

KERJA

KEBIJAKAN MANAJEMEN

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

46

Adapun yang termasuk didalam perbuatan tidak selamat dan keadaan tidak

selamat, masing-masing unsurnya adalah sebagai berikut :

A. Perbuatan tidak selamat / berbahaya ditekankan kepada unsur manusia :

1. Kegiatan tidak sah

2. Kegiatan dengan kecepatan yang berbahaya

3. Tidak memanfaatkan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja

4. Salah penggunaan perlengkapan atau penggunaan alat perlengkapan yang

tidak tepat

5. Pemuatan, penempatan, pencampuran, penyatuan yang tidak selamat

6. Mengambil kedudukan atau sikap yang tidak selamat

7. Bekerja pada peralatan yang bergerak atau yang perlengkapannya berbahaya

8. Mengganggu, mengejek, menyalahgunakan, dan mengejutkan

9. Tidak memakai pakaian keamanan atau pelindung badan

B. Keadaan tidak selamat / berbahaya ditekankan pada unsur lingkungan

1. Perlindungan yang kurang memadai

2. Tanpa pelindung

3. Keadaan yang rusak misalnya kasar, tajam, licin, ambruk, berkarat, longgar,

bengkok

4. Rancangan atau konstruksi yang tidak selamat (Unsafe design or

constraction)

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

47

5. Penyusunan, penimbunan, penyimpanan, gang, pintu, keluar, tata ruang,

rancangan, muatan yang berlebihan, penjajaran yang berbahaya

6. Penerangan yang kurang selamat

7. Peredaran udara yang tidak selamat

8. Pakaian atau perlengkapan yang kurang selamat

2.4 Pengukuran Kinerja Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

American National Standard Instirute (ANSI) menerbitkan metode standar untuk

mengukur kinerja dengan menggunakan ratio kekerapan cidera (injury frequency

rate) dan ratio keparahan cidera (injury severity rate).

Kedua angka ini membandingkan jumlah kejadian kecelakaan dan jumlah hari

hilang karena kecelakaan dengan jumlah jam orang bekerja. Kedua ratio ini

distandarisasi sehingga tidak dipengaruhi jumlah tenaga kerja yang bekerja

diperusahaan. Dengan demikian kinerja yang diukur dengan ratio ini dapat

diperbandingkan. Dengan menggunakan ratio ini kinerja perusahaan untuk kurun

waktu yang berbeda bisa pula dibandingkan.

2.4.1 Ratio Kekerapan Cidera

Menurut standar ANSI, ratio kekerapan cidera adalah jumlah cidera yang

menyebabkan tidak bisa bekerja per sejuta orang pekerja, dengan rumus sebagai

berikut :

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

48

Ratio kekerapan cidera = Jumlah kecelakaan x 1.000.000 Jumlah man-hours kerja

2.4.2 Ratio Keparahan Cidera

Sedangkan ratio keparan cidera adalah jumlah hari kerja yang hilang per sejuta

jam pekerja dengan rumus sebagai berikut :

Ratio keparahan cidera = Hari kerja yang hilang x 1.000.000 Jumlah Man-Hours kerja

Yang dimaksud dengan hari kerja yang hilang terdiri dari hari kerja yang aktual

yaitu jumlah hari kerja pekerja tidak dapat masuk bekerja karena cidera dan hari kerja

sebagai nilai dari beratnya cacat tetap yang dibebankan sebagai hari kerja hilang.

Misalnya standar ANSI Tahun 1992 (tabel 2.1). Mati dinilai dan dibebankan 6000

hari kerja. Demikian pula cacat tetap total. Cacat tetap sebagian dinilai sesuai dengan

berat cacatnya misalnya kehilangan tangan dinilai 600 hari kerja. Nilai yang

dibebankan lebih besar dari kehilangan hari kerja yang sesungguhnya sebagai

kompensasi turunnya kemampuan kerja karena cacat tetapnya. Untuk menghitung

jumlah man-hours kerja yang digunakan dalam perhitungan ratio cidera adalah

jumlah total jam kerja karyawan dalam setahun / sebulan dikurangi jumlah absensi

pekerja dalam setahun / sebulan.

Memperhitungkan hari kerja yang hilang karena cidera akibat kerja, yang

sebenarnya adalah hari seorang pekerja tidak bisa masuk bekerja, yang

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

49

diperhitungkan mulai shift hari berikutnya. Pada cacat anatomis atau cacat fungsi

digunakan konversi nilai cacat kedalam hari kerja yang hilang sesuai tabel 2.1.

dibawah ini:

Tabel 2.1. Konversi Cacat Badan dan Hilang Hari Kerja

A. Kerugian Anggota badan Karena Cidera Atau Pembedahan

1. Tangan Dan Jari

Amputasi seluruh

atau sebagian tulang

Ibu Jari Telunjuk Jari Tengah Jari manis kelingking

Ruas Tulang

Ruas Tengah

Ruas Bawah

Bagian Telapak

Pergelangan = 3000

300

-

600

900

100

200

400

600

75

150

300

500

60

120

240

450

50

100

200

400

2. Jari Kaki

Jari Kaki Ibu Jari Jari Lain

Ujung

Ruas Tengah

Bagian Bawah

Bagian Telapak

Pergelangan : 2000

150

-

300

600

35

75

150

350

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

50

3. Lengan

Tiap bagian dari pergelangan sampai siku : 3600

Tiap bagian siku sampai sendi bahu : 4500

4. Tungkai

Tiap bagian dari atas mata kaki sampai lutut : 3000

Tiap bagian dari atas lutut sampai pangkal paha : 4500

B. Kehilangan Fungsi

Satu mata : 1800

Dua mata : 6000

Satu telinga tidak berfungsi : 600

Dua telinga tidak berfungsi : 3000

Lumpuh total : 6000

Meninggal dunia : 6000

C. Lumpuh Total Atau Meninggal

Lumpuh total menetap : 6000

Meninggal : 6000

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

51

2.5 Kalisifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional tahun

1962 adalah sebagai berikut :

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :

a. Terjatuh

b. Tertimpa benda jatuh

c. Tertumbuk benda-benda, terkecuali benda jatuh

d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tinggi

g. Tekanan arus pendek

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi

i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak

cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk kalsifikasi tersebut.

2. Klasifikasi menurut penyebab:

a. Mesin

i. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik

ii. Mesin Penyalur (transmisi)

iii. Mesin-mesin pengolah kayu

iv. Mesin-mesin pertanian

v. Mesin-mesin pertambangan

vi. Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

52

b. Alat-alat dan alat angkat

i. Mesin angkat dan peralatannya

ii. Alat angkutan diatas rel

iii. Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api

iv. Alat angkutan udara

v. Mesin-mesin pertanian

vi. Mesin-mesin pertambangan

c. Peralatan lain

i. Bejana bertekanan

ii. Dapur pembakar dan pemanas

iii. Instalasi pendingin

iv. Instalasi listrik, termasuk motor listrik

v. Alat-lata listrik (tangan)

vi. Alat-alat kerja dan perlengkapannya

vii. Tangga

d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi

i. Bahan peledak

ii. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak

iii. Benda-benda melayang

iv. Radiasi

v. Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

53

e. Lingkungan kerja

i. Diluar ruangan

ii. Didalam bangunan

iii. Dibawah tanah

f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan diatas:

i. Hewan

ii. Penyebab lain.

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan

a. Patah tulang

b. Dislokasi/ keseleo

c. Regang otot/ urat

d. Memar dan luka dalam

e. Amputasi

f. Luka-luka lain

g. Luka dipermukaan

h. Gegar dan remuk

i. Luka bakar

j. Keracunan-keracunan mendadak (akut)

k. Akibat cuaca

l. Mati lemas

m. Pengaruh arus listrik

n. Pengaruh radiasi

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

54

o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya

p. Lain-lain

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh

a. Kepala

b. Leher

c. Badan

d. Anggota atas

e. Anggota bawah

f. Banyak tempat

g. Kelainan umum

h.

2.6 Beberapa Prinsip Pencegahan kecelakaan

2.6.1 Perencanaan

Perencanaan yang baik penting sekali artinya untuk keselamatan kerja produksi.

Apabila suatu pabrik baru akan dibangun atau pabrik yang sudah ada ingin diperbaiki,

maka dalam tingkat perencanaan harus diperhatikan mengenai keselamatan kerja dan

produksi, misalnya ruangannya, fasilitas untuk penimbunan dan pengambilan barang-

barang dan alat-alat, lantai-lantai, penerangan, pemanasan, ventilasi, lift, ketel uap,

listrik, mesin-mesin, fasilitas perawatan, perbaikan dan usaha pencegahan kebakaran.

Penting sekali bahwa masalah keselamatan kerja timbul dalam pemikiran pada

waktu perencanaan dan bukan pada waktu pabrik sudah selesai dibangun. Jadi harus

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

55

selalu diikutsertakan ahli keselamatan kerja mulai dari perencanaan sampai selesai

pekerjaan.

Sebaiknya rencana pembuatan dan perbaikan pabrik disampaikan terlebih dahulu

kepada pengawas keselamatan kerja setempat untuk mendapatkan tanggapan dan

saran-saran. Hal ini penting untuk usaha pencegahan kecelakaan. Perencanaan yang

baik sangat menguntungkan baik ditinjau dari segi ekonomi maupun dari segi

keselamatan kerja.

Ada beberapa prinsip manajemen pabrik yang dapat diikuti dalam perencanaan

keselamatan kerja dan efisiensi produksi, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Usahakan seminimal mungkin pengaturan barang yang dilakukan dengan

pekerjaan tangan.

2. Penyediaan tangga-tangga, paltform, gang-gang dan lantai-lantai yang aman

untuk dilalui pekerja.

3. Penyediaan ruangan yang cukup untuk penempatan mesin-mesin dan alat-alat.

4. Penyediaan jalan masuk yang aman ketempat-tempat kerja.

5. Penyediaan tenaga untuk perawatan dan pemeliharaan yang mengetahui

tentang keselamatan kerja.

6. Penyediaan fasilitas angkutan-angkutan yang aman.

7. Penyediaan sarana yang cukup baik untuk jalan-jalan atau pintu-pintu keluar

bila terjadi kebakaran.

8. Memungkinkan untuk perluasan

9. Penyekatan terhadap proses yang berbahaya.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

56

10. Sedapat mungkin harus diusahakan pembelian mesin-mesin dengan peralatan

pengaman yang sudah langsung terpasang.

2.6.2 Penataan Ruangan Yang Baik Dan Penjagaan Kebersihan

Penataan seluruh ruangan pabrik dan penjagaan kebersihan merupakan faktor

penting dalam usaha peningkatan keselamatan kerja. Apabila tersedia tempat khusus

untuk keperluan masing-masing barang dan peralatan dan masing-masing berada

pada tempatnya yang tertentu, kecelakaan-kecelakaan mungkin dapat dihindari.

Penataan secara teratur akan dapat mencegah benturan-benturan dan tersandung

serta memperlancar usaha untuk berlari keluar ruangan apabila timbul bahaya. Jalur-

jalur jalan harus diberi tanda dengan jelas dan tidak boleh dipergunakan untuk tempat

penyimpanan barang-barang. Penataan yang teratur berarti pula bahan dan barang-

barang harus disimpan dalam ruangan khusus sesuai keperluannya.

Suatu aspek kebersihan dan penataan yang baik adalah pemeriksaan secara teratur

dan membuang alat-alat yang sudah rusak. Penataan ruangan yang baik dan

penjagaan kebersihan, tidak hanya bertujuan untuk mencegah kecelakaan, tetapi juga

penting untuk pengaruh psikologis. Hal ini dapat menyebabkan pekerja akan bekerja

dengan tenang dan hati-hati, sebaliknya jika ruangna kotor dan tidak teratur dapat

menyebabkan kecelakaan kerja.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

57

2.6.3 Kacamata Pengaman

Yang paling sulit dalam usaha pencegahan kecelakaan adalah masalah pencegahan

kecelakaan mata. Orang biasa memakai kacamata dengan resep dokter, biasanya

menolak memakai kacamata pengaman karena dianggap mengganggu dan

menyebabkan tidak enak. Kini penyediaan kacamata pengaman yang memuaskan

sudah semakin meningkat. Namun demikian tidak cukup dengan hanya menyediakan

kacamata pengaman yang baik saja, tetapi penting pula dalam hal mengusahakan agar

pekerja bersedia memakainya. Hal ini dapat dilakukan dengan disiplin dan

pendidikan. Pekerja yang berfikir bahwa kecelakaan mata merupakan suatu resiko

besar, akan bersedia memakai kacamata pengaman dengan kesadaran sendiri,

sedangkan mereka yang menganggap ringan terhadap bahaya tersebut akan

melalaikan pemakainya.

2.6.4 Sepatu Keselamatan Kerja

Sepatu keselamatan kerja harus dapat melindungi kaki dari bahaya kejatuhan

benda pada kaki, palu, benda cair yang panas, cairan asam dan lain-lain. Sepatu

keselamatan kerja yang baik dan memenuhi syarat yang dapat melindungi terhadap

bahaya tekanan, harus memakai pelindung baja pada ujung sepatu dan sol baja.

Sepatu macam ini penting untuk mencegah bahaya keselamatan bagi pekerja

bangunan dimana banyak terdapat paku-paku dan benda-benda lainnya yang dapat

terinjak dan tersentuh kaki. Sepatu keselamatan juga berguna untuk mencegah

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

58

kecelakaan terpleset akibat banda cair karena memiliki lapisan karet yang tebal atau

biasa disebut sepatu Boots.

2.6.5 Sarung Tangan Pengaman

Sarung tangan pengaman harus diberikan kepada pekerja-pekerja dengan

pertimbangan untuk mencagah bahaya. Macamnya sarung tangan yang dipakai

tergantung pada bahaya yang harus dicegah misalnya bagi pekerja yang pekerjaannya

memebuat lubang, memotong, mengerjakan zat kimia yang berbahaya, pekerjaan

listrik, dan lain-lain.

2.6.6 Perlindungan Paru-paru

Perlindungan paru-paru diperlukan ditempat-tempat kerja yang terdapat zat-zat

berbahaya atau kelainan oksigen dalam udara. Zat-zat yang berbahaya itu

memungkinkan dalam bentuk gas, uap, kabut atau debu dan kelainan oksigen dalam

udara yang berada dalam tempat kerja yang ventilasinya tidak baik misalnya tangki-

tangki atau peti besar. Zat-zat yang berbahaya dapat pula berupa racun, korosi atau

zat yang merangsang yang dapat menyebabkan kelainan-kelainan pada kondisi paru-

paru yang dikenal sebagai Pneumoconiosis. Pada umumnya Pneumoconiosis adalah

Siliconsis yang disebabkan debu silica. Pemakaian respirator dan masker termasuk

dalam bidang keselamatan kerja. Beberapa negara menganggap masalah gas

merupakan sumber bahaya kecelakaan.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

59

2.6.7 Peringatan Dan Tanda-tanda (Display)

Peringatan atau tanda-tanda dapat disediakan untuk bermacam-macam tujuan

misalnya pemberian instruksi, peringatan-peringatan bahaya, atau informasi secara

umum. Peringatan dan tanda-tanda tidak boleh dianggap sebagai pengganti untuk

usaha pengamanan, tetapi hanya untuk membantu usaha tersebut.

Larangan merokok adalah salah satu contoh yang umum dipakai sebagai tanda

peringatan, untuk mengingatkan nahaya kebakaran. Peringatan lainnya yang umum

dipakai adalah larangan membuka klep yang terkunci atau larangan melayani saklar

sewaktu dilakukan pekerjaan perbaikan atau perawatan. Dan sejumlah tanda

peringatan lainnya dipakai untuk lalu lintas dipabrik. Tanda-tanda penjelasan

disediakan untuk menyatakan dimana letak pintu-pintu bahaya, pos-pos pertolongan

pertama waktu terjadi kecelakaan dan lain-lain.

Display adalah suatu ungkapan yang digunakan pada semua metode penyampaian

informasi secara tidak langsung. Misalnya pemberitahuan bahaya panas pada mesin

dengan menggunakan gambar yang bertuliskan “bahaya panas, jangan dipegang”,

akan membantu pekerja untuk menghindari mesin tersebut. Display juga dapat

menggunakan media visual, seperti lampu denga warna-warna tertentu yang dapat

mewakili tanda peringatan tertentu. Contohnya warna merah dapat mewakili tanda

bahaya, artinya tempat atau mesin dengan lampu merah merupakan tempat yang

berbahaya jadi harus hati-hati apabila berada atau menyentuh tempat tersebut. Dan

juga warna lainnya yang dapat digunakan.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

60

Dengan display ini diharapakan para pekerja dapat mengetahui tanda-tanda

peringatan yang diberikan sehingga dapat lebih berhati-hati, dan dapat mecegah

terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.

Tabel 2.2 Pemilihan Jenis Display

Gunakan Penyajian Suara Jika : Gunakan Penayjian Visula Jika:

1. Pesan sederhana

2. Pesan pendek

3. Pesan tidak akan dikaitkan lagi pada

masa yang akan datang

4. Pesan berhubungan dengan kejadian

dalam waktu tertentu

5. Pesan memberikan tindakan segera

6. Sistem visual dari orang tersebut

sudah terlalu sibuk

7. Lokasi penerimaan terlalu terang atau

gelap sehingga diperlukan adapatasi

8. Pekerjaan dari orang tersebut selalu

berpindah-pindah

1. Pesan rumit

2. Pesan panjang

3. Pesan akan diperlukan lagi pada masa

yang akan datang

4. Pesan berhubungan dengan lokasi

pada suatu daerah

5. Pesan tidak membutuhkan tindakan

segera

6. Sistem audio (pendengaran) dari orang

tersebut sudah terlalu sibuk

7. Lokasi penerimaan terlalu sibuk

8. Pekerjaan orang tersebut selalu tetap

pada satu tempat.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

61

2.7 Kondisi Lingkungan Kerja Fisik

Manusia sebagai seoarnag pekerja pekerja tidak luput dari kekurangan, dalam

arti kata segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-

faktor tersebut bisa datang dari dirinya sendiri (intern) atau mungkin dari pengaruh

luar (extern). Salah satu faktor yang berasal dari laur adalah kondisi lingkunag kerja

yaitu semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja, seperti: temperatur,

kebisingan, pencahayaan, sirkulasi udara, bau-bauan, dan lain-lain – yang dalam hal

ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut.

2.7.1 Penerangan (Lighting)

Penerangan penting sekali sebagai suatu faktor keselamatan kerja dalam

lingkungan kerja. Beberapa hasil penyelidikan menunjukan bahwa penerangan yang

baik dapat mengurangi kecelakan dan meningkatkan produksi dan efisiensi kerja.

Kecelakaan dapat pula disebabkan oleh faktor kelelahan, penerangan yang baik

merupakan suatu usaha pencegahan kecelakaan.

Apabila dalam suatu ruangan kerjaterdapat banayk pekerja, penting sekali untuk

memebri penerangan pada tempat-tempat yang gelap seperti gang-gang, tangga-

tangga dan jalur-jalur keluar. Dalam prakteknya hal ini memang merupakan masalah

yang sulit. Biasanya digunakan penerangan dengan lampu-lampu darurat yang

mendapat aliran khusus dari generator kecil terpisah dari aliran listrik umum, tetapi

tidak semua perusahaan dapat melaksanakan sistem ini.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

62

Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat suatu objek secara

jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan.

Kemampuan mata untuk dapat melihat objek dengan jelas ditentukan oleh ukuran

objek, derajat kontras, lumenensi dan lamanya melihat. Derajat kontras adalah

perbedaan derajat terang relatif antara objek dengan lingkungan sekitarnya.

Lumenensi artinya banyaknya berkas cahaya perunit area yang dipantulkan atau

dipancarkan dari permukaan suatu objek.

Efektifitas mata dalam melihat suatu objek ditentukan oleh letak sumber cahaya.

Sebaiknya mata tidak langsung menerima cahaya dari sumbernya (akan menyebakan

silau), tetapi cahaya tersebut harus terpantul dari objek yang ingin dilihat.

Cahaya adalah energi yang dipancarkan dan mampu merangsang retina dan

menghasilakn sebuah visual. Cahay datang dari dua sumber yaitu:

1. Dari sumber panas misalnya : matahari dan api

2. Dari sumber dingin yaitu objek yang memantulkan cahaya.

cahaya yang dipantulakn dari objek mempunyai 3 karakteristik :

1. Panjang gelombang dominan yang memungkinkan kita mengenali warna dari

cahaya misalnya : kuning, biru, dan lain-lain.

2. Luminance (Terangnya cahaya)

3. Saturation (Jenuhnya cahaya) adalah derajat perbedaan cahaya dari warna

abu-abu.

Lampu dengan watt yang sama tidak memebrikan derajat terangan yang sama.

Lampu bohlam dengan daya 100 W bisa memberikan lumen (derajat terang) yang

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

63

lebih rendah dibanding dengan lampu neon. Karena itu, yang harus dipertimbangkan

juga nilai lumen dan daya listrik yang diperlukan.

Bennet, Chitangia, dan Pangrekar (1977) menemukan bahwa terang sumber

cahaya tidak berhubungan secara linear dengan kecepatan penyelesaian tugas. Ada

batas tertentu dimana penambahan terang sumber cahaya tidak lagi membantu

penyelesaian tugas. Ross (1978) menambahkan, meningkatkan iluminasi lebih dari

500 lx (50 fc) hanya meningkatkan sedikit performans kerja. Hal lain yang perlu

diperhatikan adalah bekerja ditempat yang terlalu terang justru menyilaukan mata dan

berakibat buruk pada jangka panjang.

Tabel 2.3 Tingkat Pencahayaan Yang Disarankan Oleh IESNA

Kategori Terang lux (fc) Jenis Aktivitas

A 20-30-50

(2-3-5)

Tempat publik dengan lingkungan yang gelap

B 50-75-100

(5-7,5-10)

Daerah untuk kunjungan singkat

C 100-150-200

(10-15-20)

Area kerja dimana pandangan mata tidak penting

D 200-300-500

(20-30-50)

Pekerjaan visual dengan keadaan kontras tinggi

dan ukuran besar : membaca, mengetik,

pemeriksaan, dan perakitan kasar

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

64

E 500-750-1000

(50-75-100)

Pekerjaan visual dengan kontras medium dan

ukuran kecil

F 1000-1500-2000

(100-150-200)

Pekerjaan visual dengan kontras rendah dan

ukuran sangat kecil

G 2000-3000-5000

(20-30-50)

Pekerjaan visual dengan kontras rendah dan

ukuran yang sangat kecil dan dalam waktu lama

: inspeksi yang sulit, perakitan yang rumit

H 5000-7500-10000

(500-750-1000)

Pekerjaan yang sangat lama dan membutuhkan

pandangan yang eksak : perakitan dan inspeksi

yang super sulit

I 10000-15000-20000

(1000-1500-2000)

Pekerjaan yang membutuhkan pandangan mata

khusus pada kontras yang sangat rendah dan

ukuran yang sangat kecil : ruang operasi gawat

darurat

2.7.2 Temperatur

Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur

yang berbeda-beda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk memepertahankan keadaan

normal ini dengan sesuatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat

menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuhnya. Tetapi

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

65

kemampuan manusia untuk meneysuaikan diri inipun ada batasnya, yaitu bahwa

tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika

perubahan temperatur luar tubuh ini tidak melebihi dari 20% untuk kondisi panas dan

35% untuk kondisi dingin, semuanya dari keadaan normal tubuh (Sutalaksana, 1979,

h.81)

Penyesuaian diri dilakukan dengan konveksi, radiasi, dan penguapan. Dalam

keadaan dingin, tubuh manusia akan kehilangan panas tubuh melalui konveksi dan

radiasi serta sebagian kecil melalui penguapan. Dalam keadaan panas, tubuh manusia

akan menerima konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari penguapan yang

dilakukan tubuh. Ini menyebabkan temperatur tubuh ikut naik sebanding dengan

makin tingginya temperatur uadar. Temperatur yang terlampau dingin akan

mengakibatkan gairah kerja menurun, sedangkan temperatur udara yang panas akan

mempercepat kelellahan tubuh dan pekerja akan cenderaung lebih banyak melakukan

kesalahan. Kondisi optimum untuk manusia sekitar 24-27°C.

Kebanyakan orang tidak menyadari tentang kondisi suasana nyaman didalam

ruangan. Hanya bila kondisi itu menyimpang dari batas kenyamanan, kita akan

mengalami ketidaknyamanan. Perasaan tidak nyaman dapat bervariasi dari

menggangu sampai pada kesakitan, bergantung pada derajat usikan dari pengatur

suhu. Rasa tak nyaman penting secara biologis, karena ia menyebabkan orang

mengambil langkah-langkah untuk mengembalikan keseimbangan suhu. Manusia

dapat menghindari rasa tak nyaman dengan jalan mengenakan pakaian yang sesuai

atau dengan menciptakan lingkungan nyaman dengan menerapkan teknologinya,

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

66

Penyimpangan dari batas kenyamanan suhu menyebabkan perubahan fungsional

yang meluas. Terlalu panas dapat menyebabkan perasaan cepat capai dan lelah yang

mengurangi kesediaan untuk berprestasi dan meningkatkan frekuensi kesalahan.

Hambatan atas kejadian ini mengurangi laju produksi panas didalam badan.

Sebaliknya jika terlalu dingin membuahkan rasa ngantuk dan mengurangi daya atensi,

yang berpengaruh negatif terutama pada kerja mental.

Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan

pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:

• ± 49° C : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas

tingkat kemampuan fisik dan mental.

• ± 30° C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung

untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.

• ± 24° C : Kondisi optimum.

• ± 10° C : Kecelakaan fisik yang ekstrim mulai muncul.

Kombinasi dari kerja dan temperatur lingkungan kerja dapat menyebabkan sebuah

peningkatan dalam penyimpangan panas dalam tubuh, yang akhirnya dapat

menghasilkan kondisi resiko yang serius pada kesehatan pekerja, dan penurunan

produktivitas pekerja. Pekerja pada lingkungan kerja yang dingin dapat melindungi

diri dengan beberapa lapis pakaian tetapi kombinasi antara temperatur yang rendah

dengan pakaian dapat menyebabkan akibat negatif pada sistem motorik tubuh

manusia. Lingkungan dengan temperatur yang dingin sekali dapat mempengaruhi

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

67

kesehatan pekerja, bagian tangan, lengan, jari tangan serta kaki merupakan bagian

tubuh yang paling banyak terkena dampak temperatur yang dingin.

2.7.3 Sirkulasi Udara

Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti kata cukup

mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang bisa mengganggu kesehatan, harus

dipikirkan tentang sirkulasi udara yang baik, sehingga udara kotor bisa diganti

dengan udara segar dan bersih, dimana melalui jendela atau ventilasi inilah udara

bersih dan segar didalam ruangan bisa dijamin kesehatannya, karena akan terjadi

sirkulasi udara dengan sendirinya.

Sebagaimana kita ketahui, udara sekitar kita mengandung 21% oksigen, 78%

nitrogen, 0,03% karbondioksida dan 0,97% gas lainnya (campuran). Oksigen (O2)

merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh mahlik hidup terutama untuk menjaga

kelangsungan hidup kita, yaitu proses untuk metabolisme. Udara disekitar kita

dikatakan kotor apabila kadar oksigen didalam uadara tersebut telah berkurang dan

telah bercampur dengan gas-gas atau bau-bauan yang berbahay bagi kesehatan tubuh.

Kotornya udara disekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernafasan kita, dan

ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena akan mempengaruhi

kesehatan tubuh dan akan mempercepat proses kelelahan.

Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja.

Pada siang hari, dimana biasanya manusia melakukan sebagian besar dari

kegiatannya, pohon-pohon merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

68

pernafasan manusia. Dengan cukupnya oksigen disekitar kita, ditambah dengan

pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman-tanaman disekitar tempat kerja,

keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani manusia. Rasa

sejuk dan segar selama bekerja akan sangat membantu untuk memeprcepat pemulihan

tubuh akibat lelah setelah bekerja (Sutaklaksana, 1979, h.84).

2.7.4 Kebisingan

Mengenai kebisingan hingga saat ini belum ada perumusan yang tepat mengenai

kebisingan yang melampaui batas, tetapi satu ukuran yang telah disepakati bersama

menyatakan bahwa kekuatan suara berada diatas 90 Decibels dianggap menggangu

pekerja. Kekuatan suara diatas 90 Decibels ini biasanya dapat disebabkan oleh suara-

suara mesin yang besar atau mesin yang tidak terawat dengan baik sehingga

menimbulakan suara diatas batas. Kebisingan yang melampaui batas menyebabkan:

1. Sulit berkomunikasi

2. Tidak dapat mendengar sinyal-sinyal peringatan

3. Salah pengertian

4. Kemungkinan hilangnya pendengaran secara permanen

5. Kelelahan, dan lain-lain.

Kebisingan dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang

menggangu. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa

menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu : lama, Intensitas, dan

frekuensi.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

69

Bising yang keras dan berulang-ulang dapat menimbulkan hilang pendengaran

(hearing loss) sementara. Tetapi kalau rangsangan itu berjalan terus, bisa

mengakibatkan rusak pendengaran secara permanen, suatu kondisi yang disebut tuna

rungu. Itulah akibat dari proses degenerasi yang lambat tapi berlanjut pada sel peka

suara dari telainga dalam. Sumber bising yang bernada tinggi lebih berbahaya dari

pada yang dengan frekuensi rendah dan bising yang kadangkala lebih berbahaya dari

pada suara yang kontinu.

Bunyi terputus-putus (Non-continous) meliputi bunyi yang stabil (contoh : mesin

yang beroperasi untuk waktu yang singkat, bunyi kejatuhan barang dan bunyi

ledakan). Dlam kasus yang berat, bunyi ini juga memungkinkan terjadinya

kehilangan pendengaran. Hal yang perlu dipertibangkan juga intensitas bunyi,

spektrum kebisingan, frekuensi, dan lama paparan.

Telinga manusia kurang sensitif untuk frekuensi dibawah 1000 Hz dan lebih

sensitif untuk frekuensi diatasnya. Karena itu, untuk suara dengan frekuensi rendah,

intensitasnya harus lebih besar dibanding dengan suara dengan frekuensi tinggi.

Kesimpulam umum mengenai kebisingan:

1. Untuk dapat mempengaruhi kinerja memori jangka pendek (kegiatan logika

sederhana), diperlukan kebisingan yang lebih dari 95 dBA. Sedangkan

Weinstein menemukan bahwa pada tingkat kebisingan 68-70 dBA, operator

mengalami kesulitan memahami arti dari bacaan (kegiatan ini memerlukan

proses tata bahasa dan memori jangka pendek).

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

70

2. Kinerja dari tugas rutin mungkin tidak akan menampakkan pengaruh buruk

dari kebisingan, terkadang justru meningkat.

3. Jika seorang operator harus bereaksi pada waktu tertentu, menerima sinyal

peringatan dan memerlukan pandangan yang baik untuk bekerja, maka bising

yang terus-menerus (>95 dBA) sedikit pengaruhnya.

4. Fungsi penglihatan seperti : perbedaan kontras, kecepatan gerak mata, dan

lain-lain, tidak berpengaruh.

5. Pengaruh buruk dari kebisingan umumnya berkaitan dengan tugas yang harus

dikerjakan terus-menerus tanpa henti dan tugas yang sulit yang memerlukan

pemikiran yang mendalam.

Tabel 2.4. Skala Intensitas Kebisingan (Sutalaksana, 1979, h.86)

Kriteria Pendengaran Tingkat kebisingan

[dB(A)]

Ilustrasi

Memilukan

120

110

100

Halilintar, Meriam

Sanagt hiruk

90

80

Jalan hiruk pikuk

Perusahaan sangat gaduh

Peluit polosi

70 Jalan pada umumnya

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

71

Kuat

60

Radio

Kantor gaduh

Sedang

50

40

Kantor pada umumnya

Percakapan kuat

Rumah gaduh

Tenang]

30

20

Rumah tenang

Kantor perorangan

Auditorium

Percakapan

Sangat Tenang

10

0

Suara daun-daun

Berbisik

Batas dengar terendah

Tabel 2.5. Keterangan Waktu Yang Diijinkan Berdasarkan Intensitas suara

Intensitas Suara (dBA) Waktu Yang Diijinkan (Jam)

80 32

85 16

90 8

95 4

100 2

105 1

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

72

110 0,5

115 0,25

2.7.5 Bau-Bauan

Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran

apalagi kalau bau-bauan tersebut sedemikan rupa sehingga dapat mengganggu

konsentrasi bekerja dan secara lebih bau-bauan yang terjadi terus-menerus bisa

mempengaruhi kepekaan penciuman.

Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor yang dapat mempengaruhi

kepekaan penciuman. Dan juga mempengaruhi tingkat ketajaman penciuman

seseorang. Oleh karena itu pemakaian air conditioning merupakan salah satu cara

yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang dapat mengganggu

disekitar tempat kerja (Sutalaksana, 1979, h.87).

Pengendalian bau-bauan dilakukan dengan :

1. Penambahan bau-bauan baru kepada udara yang berbau untuk merubah zat

berbau menjadi zat lain yang kurang merangsang. Percobaan harus diadakan

lebih dahulu, agar penambahan suatu zat baru tidak berakibat lebih

memburukkan keadaan.

2. Proses menutupi (Masking process) yang didasarkan atas kerja antagonistis

diantara dua zat berbau. Kedua zat tersebut saling menetralkan bau masing-

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

73

masing. Misalnya bau karet dapat ditiadakan oleh paraffin atau minyak sedar,

sedangkan bau amoniak oleh ionone, dan lain-lain.

3. Adsorpsi, absorpsi, kondensasi, dan proses-proses lainnya. Penggunaan

pancaran air, air pencuci dan filter, kering atau basah, tidak saja baik untuk

menghilangkan gas dan aerosol, tetapi juga bau-bauan. Jika air yang

digunakan, maka yang dibersihkan hanya gas-gas yang larut atau dapat

berkondensasi dalam air. Penyaringan kering dengan karbon aktif silika

mungkin efektif untuk gas-gas lainnya. Untuk efisiensi tinggi, volume

saringan mungkin dan kecepatan udara harus sebaik-baiknya.

4. Pengubahan kimiawi dari bau-bauan meliputi penggunaan bahan oksidasi

sepertochlor dan persenyawaannya serta ozon. Zat-zat yang dihasilkan harus

tidak berbau. Oleh karena itu proses reaksi kimia memakan waktu, kecepatan

pengaliran udara keluar tidak boleh terlalu cepat.

5. Air conditioning adalah cara deodorasi yang baik ditempat kerja, asalkan

dilaksanakan secara tepat.

2.8 Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara

sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistical, diagram sebab

akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan

karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor0faktor penyebab itu.

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

74

Diagram sebab akibat ini menunjukkan 5 faktor yang disebut sebagai sebabm dari

suatu akibat. Kelima faktor itu adalah man (manusia, tenaga kerja), method (metode),

material (bahan), machine (mesin), dan environtment (lingkungan). Diagram ini

biasanya disusun berdasarkan informasi yang didapatkan dari hasil sumbang saran

atau “Brainstorming”. Diagram sebab akibat ini sering juga disebut sebagai diagram

Tulang Ikan (Fishbone Diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan, atau

diagram Ishikawa (Ishikawa’s diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof.

Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1953.

Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-

kebutuhan berikut :

1. Membantu mengidentifikasikan akar penyebab suatu maslah

2. Membantu Membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah

3. Membantu dalam penyelidikkan atau pencarian fakta lebih lanjut.

Langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat:

1. Definisi masalah utama yang akan dicari penyebanya, tuliskan pada bagian

kepala ikan dari diagram

2. Pilih metode analisa untuk mencari kemungkinan penyebab masalah misalnya

metode brainstorming, inspeksi, wawancara, dan lain sebagainya.

3. Tuliskan faktor-faktor uatama yang mungkin menjadi penyebab dari masalah

pada bagian ujung tulang uatama. Faktor utama misalnya : 4M (Man,

Machine, Material, Method), 4P (People, Prosedure, Policy, Place), 4S (Skill,

Surrounding, Supplier, System), atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-1-00253-TI-Bab 2.pdf · Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung

75

4. Tuliskan penyebab-penyebab masalah, yang mungkin, lebih terperinci pada

batang cabang tulang diagram.

5. Kaji kembali setiap penyebab yang telah tercantum, sepakati mana yang

terpenting dan benar-benar penyebab yang perlu mendapatkan penanganan

segera.

Manusia Lingkungan Material

Pengalaman Pencahayaan Penyimpanan

Pelatihan Suhu Pengangkutan

Pembagian Kerja Perawatan

Alat Potong

Metode Mesin

Gambar 2.1 Sebab Akibat Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja