bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-1-00253-ti-bab 2.pdf ·...
TRANSCRIPT
32
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Masalah Kecelakaan Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja didalam perusahaan berhubungan erat dengan
salah satu sumber daya manusia yang memegang peranan yang sangat penting
didalam proses produksi, yaitu tenaga kerja. Dibandingkan dengan faktor-faktor
produksi lainnya, tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling menentukan,
karena tenaga kerja dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari produk yang
dihasilkan.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran
segala temapt kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air,
maupun diudara. Tempat-tempat demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi,
seperti pertanian, perindustrian, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa
dan lain-lain. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.
Kecelakaan bisa terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja,
atau perbuatan yang tidak selamat. Jadi definisi kecelakaan kerja adalah :
“Setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan”.
33
• Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah dokrin keselamatan dan
kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja
adalah meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan mengadakan pengawasan ketat.
Untuk memberikan batasan definisi tentang keselamatan dan kesehatan kerja,
dibawah ini akan disajikan beberapa definisi tentang keselamatan dan kesehatan kerja
yang dikemukaan oleh para ahli, antara lain:
• Dr. Suma’mur PK, Msc (Suma’mur,1976) memberikan definisi keselamatan kerja
sebagai: “Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai
akibat kecelakaan kerja”.
• Drs. A.S Moenir (Suma’mur, 1981) memberikan definisi keselamatan kerja
sebagai: “Suatu keadaan dalam lingkungan atau tempat kerja yang dapat menjamin
secara maksimal keselamatan orang-orang yang berada didaerah atau ditempat
tersebut, baik orang tersebut pegawai ataupun bukan pegawai dari organisasi
tersebut”.
• DR. Santoso, MS (Suma’mur,1981) pada forum seminar Keselamatn dan
Kesehatan Kerja di Surakarta tanggal 28 Februari 1986 memberikan definisi
mengenai keselamatan kerja sebagai: “Pengetahuan tentang upaya untuk pencegahan
kecelakaan kerja yang berhubungan dengan penggunaan mesin, pesawat, alat,
bahan, dan proses pengolahannya, lingkungan tempat kerja serta melakukan
pekerjaan”.
34
Dari definisi-definisi mengenai keselamatan kerja yang diberikan oleh beberapa
ahli diatas sangat jelas bahwa keselamatan kerja memegang peranan yang sangat
penting didalam lingkungan kerja, karena tenaga kerja yang menginginkan
lingkungan kerjanya yang aman, sehat dan nyaman. Selain itu keselamatan dan
kesehatan kerja bagi karyawan dapat menambah semangat dabn ketenangan para
karyawan, sehingga hasil kerjanya dapat lebih baik.
Disamping keselamatan kerja yang memberikan perlindungan dari resiko bahaya
yang dapat terjadi akibat kerja, kesehatan kerja juga membutuhkan perhatian khusus
untuk memebrikan jaminan akan kondisi fisik para karyawannya.
Untuk memberikan batasan definisi kesehatan kerja, dibawah ini akan disajikan
beberapa definisi tentang kesehatan kerja, antara lain :
Drs. Suma’mur PK, Msc. (Suma’mur,1976) memebrikan definisi kesehatan kerja
sebagai : “Spesialisasi dalam ilmu Kesehatan/Kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit
umum”.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas dapat dilihat bahwa
kemampuan seorang tenaga kerja tergantung dari keadaan kesehatannya, sebab
derajat kesehatan seorang tenaga kerja bukan suatu hal yang bersifat statis melainkan
berkembang secara dinamis sesuai dengan perkembangan kemauan masyarakat.
35
Program higine perusahaan dan kesehatan kerja didalam sebuah perusahaan
mempunyai dua tujuan utama, yaitu sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan
kerja dari tenaga kerja yang setinggi-setingginya dan sebagai alat untuk
meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi
(suma’mur, 1976).
2.1.1 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan kerja
Faktor-faktor penyebab kecelakaan tidaklah selalu sama antara satu dengan yang
lain. Akan tetapi walaupun berbeda semua memilki kesamaan umum, yaitu
kecelakaan disebabkan oleh dua faktor yaitu
1. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (Unsafe Condition)
2. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (Unsafe Human
Acts)
Banyak para ahli (Expert) menyimpulkan faktor manusia dalam timbulnya
kecelakaan sangat penting, karena dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85%
kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Dari hasil persentase
tersebut dapat disimpulkan bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua
kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Faktor manusia dapat juga meliputi
kesalahan yang mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang
membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik,
pimpinan kelompok, pelaksana, atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin
dan peralatan.
36
Upaya untuk mencari sebab kecelakaan disebut analisa sebab kecelakaan. Analisa
ini dilakukan dengan mengadakan penyelidikan atau pemeriksaan terhadap peristiwa
kecelakaan. Analisa kecelakaan tidak mudah, oleh karena penentuan sebab-sebab
kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit. Kecelakaan kerja harus secara tepat
dan jelas diketahui, bagaimana dan mengapa terjadi. Hanya pernyataan bahwa
kecelakaan dikarenakan oleh misalnya alat kerja atau tertimpa benda jatuh tidaklah
cukup, melainkan perlu adanya kejelasan tentang serentetan peristiwa atau faktor-
faktor ini adalah penting artinya bagi terjadinya kecelakaan, tetapi serentetan
peristiwa seluruhnyalah yang menyebabkan terjadinyas kecelakaan. Apabila sebab
satu bagian dari rentetan peristiwa tersebut dihilangkan, kecelakaan tidak akan
terjadi.
2.1.2 Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah Kecelakaan Kerja
Dalam menghindari terjadinya kecelakaan kerja, harus adanya tanggung jawab
dari segala pihak yang bersangkutan. Secara operasiaonal pencegahan kecelakaan
kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab para manajer lini, penyelia, mandor
kepala dan juga kepala urusan. Funsioanris lini wajib memelihara kondisi kerja yang
selamat sesuai dengan ketentuan pabrik pnduan praktek pembikinan yang baik (Good
Manufacturing Practice). Dilain pihak, para kepala urusan wajib senantiasa
mencegah jangan sampai terjadi kecelakaan. Kedua macam funsionaris ini
kelihatannya mempunyai tanggung jawab berbeda, sebebarnya tidak, pemeliharaan
keadaan tidak selamat dan pencegahan kecelakaan adalah satu funsi yang sama.
37
Hal-hal yang dapat dilakukan guna mencegah kecelakaan dari aapek manusia
harus bermula pada hari pertama ketika semua karyawan bekerja. Setaip karyawan
harus diberitahu secara tertulis uraian mengenai jabatannya yang mencakup funsi,
hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab, serta tugas dan syarat-syarat
kerjanya.
Setelah itu harus dipegang prinsip bahwa kesalahan utama sebagian besar
kecelakaan, kerugian atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah,
kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya, yang pada umumnya
meneyebabkan kecelakaan dan kerugian.
Manajemen (dari manajer bagian hingga ketua kelompok) bertanggung jawab
dalam seleksi, penempatan, pembinaan untuk para karyawan. Manusia adalah mahluk
yang serba mudah berubah sehingga pembinaan yang serba baik tidak selamanya
membawa hasil yang baik. Kelengahan dan kelalaian manajemen dalam pengelolaan
sumber daya manusia perusahaan akan mengakibatkan kecelakaan atau kerugian.
Setiap anggota manajemen harus tanggap dan serba berhati-hati dalam memimpin
bawahan mereka.
Sikap-sikap karyawan yang tidak memenuhi syarat adalah sebagai berikut:
1. Tidak mau memakai alat pelindung yang disediakan
2. Melanggar peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diwajibkan
dengan sengaja.
3. Tergesa-gesa dan kurang berhati-hati dalam pekerjaan.
4. Bersikap kasar, bergurau, atau berkelakar sambil kerja (kurang konsentarsi).
38
5. Tidak memahami arti kerugian bagi perusahaan maupun dirinya.
Tiga sebab mengapa seorang karyawan melakukan kegiatan tidak selamat adalah:
1. yang bersangkutan tidak mengetahui tatacara yang aman atau perbuatan-
perbuatan berbahaya.
2. yang bersangkutan tidak mampu memenuhi persyaratan kerja sehingga
terjadilah tindakan yang dibawah standar.
3. Yang bersangkutan mengetahui seluruh peraturan dan persyaratan kerja, tetapi
dia sungkan memenuhinya.
Dari aspek manusia, gejala penyebab kecelakaan bermula pada kegiatan/perbuatan
tidak selamat manusia itu sendiri. Beberapa perbuatan yang mengusahakan
keselamatan antara lain:
1. Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntutan yang
diberikan.
2. Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan
kepada atasan
3. Setiap peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja harus
dipatuhi secermat mungkin.
4. Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan akan
perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.
39
5. Peralatan dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja harus dipakai
atau dipergunakan bila perlu.
Selain itu, bermacam-macam usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan kerja diperusahaan-perusahaan atau tempat-tempat kerja, yaitu dengan
membuat dan mengadakan:
1. Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundangan yang berhubungan dengan
syarat-syarat kerja umum, perencanaan, konstruksi, perawatan, pengawasan,
pengujian dan pemakaian peralatan industri, kewajiban pengusaha dan
pekerja, latihan, pengawasan keehatan kerja, pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) dan pengujian kecelakaan.
2. standarisasi : menyusun standar-standar yang bersifat resmi, setengah resmi
atau tidak resmi yang berhubungan dengan konstruksi yang aman dari
peralatan industri, keselamatan dan kesehatan kerja, atau alat-alat pelindung
diri.
3. Pengawasan : pengawasan terhadap pelaksanaan dan peraturan perundangan
yang berlaku
4. Technical research : meliputi hal-hal seperti penyelidikan kandungan dan
karakteristik dari bahan-bahan berbahaya, mempelajari pengamanan mesin,
pengujian respirator, penyelidikan tentang cara pencegahan gas dan debu yang
mudah meledak, menyelidiki bahan dan desain yang cocok untuk bahan baku
yang digunakan.
40
5. Medical Research : meliputi hal-hal yang khusus mengenai penyelidikan
pengaruh psikologis dan fisiologis dari faktor-faktor lingkungan dan teknologi
serta keadaan fisik yang menjurus kepada kecelakaan.
6. Psychological Research : misalnya penyelidikan mengenai pola-pola
psikologis yang menjurus kepada kecelakaan.
7. Statistic Research : untuk menentukan berbagai macam dari kecelakaan yang
terjadi, jumlah, jenis orang-orangnya, operasinya dan sebab-sebabnya.
8. Pendidikan : meliputi pengajaran dan pendidikan keselamatan kerja sebagai
mata pelajaran disekolah-sekolah teknik dan pusat-pusat latihan.
9. Training : misalnya memberikan instruksi atau petunjuk-petunjuk praktek
kepada para pekerja dan pekerja-pekerja yang baru masuk, mengenai hal
keselamatan dan kesehatan kerja.
10. Penerangan : misalnya menanamkan pengertian dan kesadaran keselamatan
dan kesehatan kerja kepada para pekerja dengan cara pembinaan dan
penertiban dan lain-lain.
11. Asuransi : misalnya memberikan insentif keuangan untuk meningkatkan
usaha pencegahan kecelakaan, umpamanya dalam bentuk pemberian reduksi
terhadap premi yang dibayar oleh pihak pengusaha, apabila ternyata tingkat
kecelakaan dalam pabriknya menurun.
12. tindakan usaha keselamatan kerja ditempat kerja.
41
2.2 Beberapa Prinsip Pencegahan Kebakaran
2.2.1 Pencegahan Kebakaran
Banyak sekali kebakaran pabrik terjadi diluar jam kerja. Tentunya hal ini tidak
menimbulkan korban manusia tetapi dapat menyebabkan kehilangan lapangan
pekerjaan yang berarti kerugian dibidang sosial dan ekonomi. Kebakaran-kebakaran
yang terjadi dalam jam-jam kerja sangat berbahaya bagi pekerja. Sesungguhnya
banyak yang dapat dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab terhadap tempat
kerja untuk mencegah bahaya kebakaran, dan pekerja pun bertanggung jawab
terhadap pemakaian alat-alat pencegahan kebakaran secara efektif.
2.2.2 Bahaya Kebakaran Umum
Timbulnya suatu kebakaran disebabkan tiga unsur yaitu oksigen, bahan bakar dan
panas. Tanpa oksigen tidak ada yang dapat terbakar, tanpa panas tidak akan terjadi
kebakaran. Penyebab terjadinya kebakaran umum adalah api rokok, cairan yang
mudah terbakar, nayal apai terbuka, penataan ruang yang tidak sempurna, mesin-
mesin yang terlalu panas karena kurang perawatan, instalasi listrik, listrik statis,
peralatan las dan solder. Beberap industri antara lain industri kimia, minyak dan cat
mempunyai potensi bahaya kebakaran khusus.
2.2.3 Konstruksi Dan Pintu Keluar Bangunan
Konstruksi bangunan erat sekali hubungannya dengan usaha penaggulangan
kebakaran. Bangunan-bangunan industri harus dari bahan tahan api. Hal ini adalah
42
masalah arsitek dan perencana. Konstruksi tahan api dapat meyakinkan bahwa
bagian-bagian dari bangunan tidak dapat terbakar dengan mudah dan api tidak dapat
menyebar melalui bangunan baik secara vertikal melalui dinding-dinding, lantai-
lantai, pintu-pintu, lift, tangga atau saluran-saluran ventilasi. Pintu-pintu keluar
penting sekali dan harus sesuai dengan syarat-syarat berikut:
1. Bagian dari bangunan tidak boleh jauh dari pintu-pintu menuju keluar,
jaraknya tergantung dari tingkat bahaya didalamnya.
2. Setiap lantai harus mempunyai paling sedikit 2 pintu keluar, dengan luas yang
cukup, bebas dari nyala api dan asap dan keduanya garus terpisah dengan
jarak yang cukup jauh.
3. Tangga kayu, tangga spiral dan lift tidak dihitung sebagai pintu keluar.
4. Pintu-pintu keluar harus diberi tanda petunjuk dan dengan penerangan yang
cukup.
5. Pintu-pintu keluar harus selalu bebas atau tidak terdapat rintangan-rinatngan.
6. Tangga luar dan jalan-jalan pelarian kebakaran (Fire Escape) tidak boleh
merupakan jalan buntu dan harus menuju keluar bangunan.
2.2.4 Peralatan Pemadam kebakaran
Penyediaan peralatan pemadam api dapat terdiri dari peralatan yang sederhana
sampai kepada peralatan yang modern misalnya Sprinkler systems. Macam dan
jumlah peralatan yang dibutuhkan tergabtung pada luas dan konstruksi bangunan
43
yang akan dilindungi atau diamankan dan proses produksi yang dilakukan
didalamnya.
Kadang-kadang cukup dengan tabung pemadam api atau persediaaan pasir kering
atau beberapa ember yang diisi air. Didaerah yang mempunyai jaringan ledeng air,
kebayakan pabrik-pabrik dilengkapi dengan Hydrant dan selang pemadam kebakaran.
2.2.5 Tabung-Tabung Pemadam Api
Dalam pemakaian tabung-tabung pemadam api, harus dijaga betul supaya tabung-
tabung tersebut tidak menimbulkan bahaya. Sering terjadi bahwa konstruksi tabung
pemadam api tidak sesuai dengan pengisian zat kimia, sehingga menyebabkan mulur
semprotnya menjadi buntu. Sewaktu tabung ini harus dipergunakan zat kimia
didalamnya tercampur dengan membalikkan tabung pemadam api. Tekanan dalam
silinder meningkat sehingga memaksa bahan pemadam api yang didalamnya
menyemprot keluar, tetapi jika mulut semprot kebetulan buntu, tekanan tinggi yang
ada didalam dapat mengakibatkan tabung silinder menjadi pecah atau meledak. Oleh
sebab itu konstruksi yang sesuai dengan isinya dan pemeliharaan serta pengawasan
secara teratur dapat mencegah terjadinya kecelakaan semacam ini.
2.2.6 Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran harus tersedia untuk memperingatkan kepada setiap orang jika
terjadi kebakaran. Hal ini dapat dilakukan apabila tersedia alarm yang bekerja secara
otomatis dengan pemasangan alarm bells, sirine ditempat-tempat kerja didalam
44
pabrik dan tersedia pula tombol tekan atau handles untuk membunyikan alarm apabila
dianggap perlu. Alarm harus dapat didenganr dimana saja didalam area pabrik
termasuk diruangan kerja didalam gudang, gang-gang, dikamar pakaian kerja dan di
kamar kecil.
2.3 Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
2.3.1 Pengertian Manajemen
Manajemen sebagai satu ilmu prilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak tidak
tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi
perencanaan, maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Baik kecelakaan kerja,
gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari
biaya produksi. Sekalipun sifatnya sosial, setiap kecelakaan atau tingkat
keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi suatu lingkungan kerja.
Pencegahan kecelakaan dana pemeliharaan hygene dan kesehatan kerja tidak saja
dinilai dari segi biaya pencegahannya, tetapi juga dari segi manusianya.
45
2.3.1 Akar Kecelakaan Kerja
Diagram 2.1. Manajemen : Akar Kecelakaan Kerja
KECELAKAAN
• PERBUATAN TIDAK SELAMAT
• KEADAAN TIDAK SELAMAT
KERUGIAN MATERI KERUGIAN TENAGA
KERJA
KEBIJAKAN MANAJEMEN
46
Adapun yang termasuk didalam perbuatan tidak selamat dan keadaan tidak
selamat, masing-masing unsurnya adalah sebagai berikut :
A. Perbuatan tidak selamat / berbahaya ditekankan kepada unsur manusia :
1. Kegiatan tidak sah
2. Kegiatan dengan kecepatan yang berbahaya
3. Tidak memanfaatkan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja
4. Salah penggunaan perlengkapan atau penggunaan alat perlengkapan yang
tidak tepat
5. Pemuatan, penempatan, pencampuran, penyatuan yang tidak selamat
6. Mengambil kedudukan atau sikap yang tidak selamat
7. Bekerja pada peralatan yang bergerak atau yang perlengkapannya berbahaya
8. Mengganggu, mengejek, menyalahgunakan, dan mengejutkan
9. Tidak memakai pakaian keamanan atau pelindung badan
B. Keadaan tidak selamat / berbahaya ditekankan pada unsur lingkungan
1. Perlindungan yang kurang memadai
2. Tanpa pelindung
3. Keadaan yang rusak misalnya kasar, tajam, licin, ambruk, berkarat, longgar,
bengkok
4. Rancangan atau konstruksi yang tidak selamat (Unsafe design or
constraction)
47
5. Penyusunan, penimbunan, penyimpanan, gang, pintu, keluar, tata ruang,
rancangan, muatan yang berlebihan, penjajaran yang berbahaya
6. Penerangan yang kurang selamat
7. Peredaran udara yang tidak selamat
8. Pakaian atau perlengkapan yang kurang selamat
2.4 Pengukuran Kinerja Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
American National Standard Instirute (ANSI) menerbitkan metode standar untuk
mengukur kinerja dengan menggunakan ratio kekerapan cidera (injury frequency
rate) dan ratio keparahan cidera (injury severity rate).
Kedua angka ini membandingkan jumlah kejadian kecelakaan dan jumlah hari
hilang karena kecelakaan dengan jumlah jam orang bekerja. Kedua ratio ini
distandarisasi sehingga tidak dipengaruhi jumlah tenaga kerja yang bekerja
diperusahaan. Dengan demikian kinerja yang diukur dengan ratio ini dapat
diperbandingkan. Dengan menggunakan ratio ini kinerja perusahaan untuk kurun
waktu yang berbeda bisa pula dibandingkan.
2.4.1 Ratio Kekerapan Cidera
Menurut standar ANSI, ratio kekerapan cidera adalah jumlah cidera yang
menyebabkan tidak bisa bekerja per sejuta orang pekerja, dengan rumus sebagai
berikut :
48
Ratio kekerapan cidera = Jumlah kecelakaan x 1.000.000 Jumlah man-hours kerja
2.4.2 Ratio Keparahan Cidera
Sedangkan ratio keparan cidera adalah jumlah hari kerja yang hilang per sejuta
jam pekerja dengan rumus sebagai berikut :
Ratio keparahan cidera = Hari kerja yang hilang x 1.000.000 Jumlah Man-Hours kerja
Yang dimaksud dengan hari kerja yang hilang terdiri dari hari kerja yang aktual
yaitu jumlah hari kerja pekerja tidak dapat masuk bekerja karena cidera dan hari kerja
sebagai nilai dari beratnya cacat tetap yang dibebankan sebagai hari kerja hilang.
Misalnya standar ANSI Tahun 1992 (tabel 2.1). Mati dinilai dan dibebankan 6000
hari kerja. Demikian pula cacat tetap total. Cacat tetap sebagian dinilai sesuai dengan
berat cacatnya misalnya kehilangan tangan dinilai 600 hari kerja. Nilai yang
dibebankan lebih besar dari kehilangan hari kerja yang sesungguhnya sebagai
kompensasi turunnya kemampuan kerja karena cacat tetapnya. Untuk menghitung
jumlah man-hours kerja yang digunakan dalam perhitungan ratio cidera adalah
jumlah total jam kerja karyawan dalam setahun / sebulan dikurangi jumlah absensi
pekerja dalam setahun / sebulan.
Memperhitungkan hari kerja yang hilang karena cidera akibat kerja, yang
sebenarnya adalah hari seorang pekerja tidak bisa masuk bekerja, yang
49
diperhitungkan mulai shift hari berikutnya. Pada cacat anatomis atau cacat fungsi
digunakan konversi nilai cacat kedalam hari kerja yang hilang sesuai tabel 2.1.
dibawah ini:
Tabel 2.1. Konversi Cacat Badan dan Hilang Hari Kerja
A. Kerugian Anggota badan Karena Cidera Atau Pembedahan
1. Tangan Dan Jari
Amputasi seluruh
atau sebagian tulang
Ibu Jari Telunjuk Jari Tengah Jari manis kelingking
Ruas Tulang
Ruas Tengah
Ruas Bawah
Bagian Telapak
Pergelangan = 3000
300
-
600
900
100
200
400
600
75
150
300
500
60
120
240
450
50
100
200
400
2. Jari Kaki
Jari Kaki Ibu Jari Jari Lain
Ujung
Ruas Tengah
Bagian Bawah
Bagian Telapak
Pergelangan : 2000
150
-
300
600
35
75
150
350
50
3. Lengan
Tiap bagian dari pergelangan sampai siku : 3600
Tiap bagian siku sampai sendi bahu : 4500
4. Tungkai
Tiap bagian dari atas mata kaki sampai lutut : 3000
Tiap bagian dari atas lutut sampai pangkal paha : 4500
B. Kehilangan Fungsi
Satu mata : 1800
Dua mata : 6000
Satu telinga tidak berfungsi : 600
Dua telinga tidak berfungsi : 3000
Lumpuh total : 6000
Meninggal dunia : 6000
C. Lumpuh Total Atau Meninggal
Lumpuh total menetap : 6000
Meninggal : 6000
51
2.5 Kalisifikasi Kecelakaan Kerja
Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional tahun
1962 adalah sebagai berikut :
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Tertumbuk benda-benda, terkecuali benda jatuh
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Tekanan arus pendek
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak
cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk kalsifikasi tersebut.
2. Klasifikasi menurut penyebab:
a. Mesin
i. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik
ii. Mesin Penyalur (transmisi)
iii. Mesin-mesin pengolah kayu
iv. Mesin-mesin pertanian
v. Mesin-mesin pertambangan
vi. Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut
52
b. Alat-alat dan alat angkat
i. Mesin angkat dan peralatannya
ii. Alat angkutan diatas rel
iii. Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api
iv. Alat angkutan udara
v. Mesin-mesin pertanian
vi. Mesin-mesin pertambangan
c. Peralatan lain
i. Bejana bertekanan
ii. Dapur pembakar dan pemanas
iii. Instalasi pendingin
iv. Instalasi listrik, termasuk motor listrik
v. Alat-lata listrik (tangan)
vi. Alat-alat kerja dan perlengkapannya
vii. Tangga
d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
i. Bahan peledak
ii. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak
iii. Benda-benda melayang
iv. Radiasi
v. Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut
53
e. Lingkungan kerja
i. Diluar ruangan
ii. Didalam bangunan
iii. Dibawah tanah
f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan diatas:
i. Hewan
ii. Penyebab lain.
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
a. Patah tulang
b. Dislokasi/ keseleo
c. Regang otot/ urat
d. Memar dan luka dalam
e. Amputasi
f. Luka-luka lain
g. Luka dipermukaan
h. Gegar dan remuk
i. Luka bakar
j. Keracunan-keracunan mendadak (akut)
k. Akibat cuaca
l. Mati lemas
m. Pengaruh arus listrik
n. Pengaruh radiasi
54
o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya
p. Lain-lain
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Kelainan umum
h.
2.6 Beberapa Prinsip Pencegahan kecelakaan
2.6.1 Perencanaan
Perencanaan yang baik penting sekali artinya untuk keselamatan kerja produksi.
Apabila suatu pabrik baru akan dibangun atau pabrik yang sudah ada ingin diperbaiki,
maka dalam tingkat perencanaan harus diperhatikan mengenai keselamatan kerja dan
produksi, misalnya ruangannya, fasilitas untuk penimbunan dan pengambilan barang-
barang dan alat-alat, lantai-lantai, penerangan, pemanasan, ventilasi, lift, ketel uap,
listrik, mesin-mesin, fasilitas perawatan, perbaikan dan usaha pencegahan kebakaran.
Penting sekali bahwa masalah keselamatan kerja timbul dalam pemikiran pada
waktu perencanaan dan bukan pada waktu pabrik sudah selesai dibangun. Jadi harus
55
selalu diikutsertakan ahli keselamatan kerja mulai dari perencanaan sampai selesai
pekerjaan.
Sebaiknya rencana pembuatan dan perbaikan pabrik disampaikan terlebih dahulu
kepada pengawas keselamatan kerja setempat untuk mendapatkan tanggapan dan
saran-saran. Hal ini penting untuk usaha pencegahan kecelakaan. Perencanaan yang
baik sangat menguntungkan baik ditinjau dari segi ekonomi maupun dari segi
keselamatan kerja.
Ada beberapa prinsip manajemen pabrik yang dapat diikuti dalam perencanaan
keselamatan kerja dan efisiensi produksi, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Usahakan seminimal mungkin pengaturan barang yang dilakukan dengan
pekerjaan tangan.
2. Penyediaan tangga-tangga, paltform, gang-gang dan lantai-lantai yang aman
untuk dilalui pekerja.
3. Penyediaan ruangan yang cukup untuk penempatan mesin-mesin dan alat-alat.
4. Penyediaan jalan masuk yang aman ketempat-tempat kerja.
5. Penyediaan tenaga untuk perawatan dan pemeliharaan yang mengetahui
tentang keselamatan kerja.
6. Penyediaan fasilitas angkutan-angkutan yang aman.
7. Penyediaan sarana yang cukup baik untuk jalan-jalan atau pintu-pintu keluar
bila terjadi kebakaran.
8. Memungkinkan untuk perluasan
9. Penyekatan terhadap proses yang berbahaya.
56
10. Sedapat mungkin harus diusahakan pembelian mesin-mesin dengan peralatan
pengaman yang sudah langsung terpasang.
2.6.2 Penataan Ruangan Yang Baik Dan Penjagaan Kebersihan
Penataan seluruh ruangan pabrik dan penjagaan kebersihan merupakan faktor
penting dalam usaha peningkatan keselamatan kerja. Apabila tersedia tempat khusus
untuk keperluan masing-masing barang dan peralatan dan masing-masing berada
pada tempatnya yang tertentu, kecelakaan-kecelakaan mungkin dapat dihindari.
Penataan secara teratur akan dapat mencegah benturan-benturan dan tersandung
serta memperlancar usaha untuk berlari keluar ruangan apabila timbul bahaya. Jalur-
jalur jalan harus diberi tanda dengan jelas dan tidak boleh dipergunakan untuk tempat
penyimpanan barang-barang. Penataan yang teratur berarti pula bahan dan barang-
barang harus disimpan dalam ruangan khusus sesuai keperluannya.
Suatu aspek kebersihan dan penataan yang baik adalah pemeriksaan secara teratur
dan membuang alat-alat yang sudah rusak. Penataan ruangan yang baik dan
penjagaan kebersihan, tidak hanya bertujuan untuk mencegah kecelakaan, tetapi juga
penting untuk pengaruh psikologis. Hal ini dapat menyebabkan pekerja akan bekerja
dengan tenang dan hati-hati, sebaliknya jika ruangna kotor dan tidak teratur dapat
menyebabkan kecelakaan kerja.
57
2.6.3 Kacamata Pengaman
Yang paling sulit dalam usaha pencegahan kecelakaan adalah masalah pencegahan
kecelakaan mata. Orang biasa memakai kacamata dengan resep dokter, biasanya
menolak memakai kacamata pengaman karena dianggap mengganggu dan
menyebabkan tidak enak. Kini penyediaan kacamata pengaman yang memuaskan
sudah semakin meningkat. Namun demikian tidak cukup dengan hanya menyediakan
kacamata pengaman yang baik saja, tetapi penting pula dalam hal mengusahakan agar
pekerja bersedia memakainya. Hal ini dapat dilakukan dengan disiplin dan
pendidikan. Pekerja yang berfikir bahwa kecelakaan mata merupakan suatu resiko
besar, akan bersedia memakai kacamata pengaman dengan kesadaran sendiri,
sedangkan mereka yang menganggap ringan terhadap bahaya tersebut akan
melalaikan pemakainya.
2.6.4 Sepatu Keselamatan Kerja
Sepatu keselamatan kerja harus dapat melindungi kaki dari bahaya kejatuhan
benda pada kaki, palu, benda cair yang panas, cairan asam dan lain-lain. Sepatu
keselamatan kerja yang baik dan memenuhi syarat yang dapat melindungi terhadap
bahaya tekanan, harus memakai pelindung baja pada ujung sepatu dan sol baja.
Sepatu macam ini penting untuk mencegah bahaya keselamatan bagi pekerja
bangunan dimana banyak terdapat paku-paku dan benda-benda lainnya yang dapat
terinjak dan tersentuh kaki. Sepatu keselamatan juga berguna untuk mencegah
58
kecelakaan terpleset akibat banda cair karena memiliki lapisan karet yang tebal atau
biasa disebut sepatu Boots.
2.6.5 Sarung Tangan Pengaman
Sarung tangan pengaman harus diberikan kepada pekerja-pekerja dengan
pertimbangan untuk mencagah bahaya. Macamnya sarung tangan yang dipakai
tergantung pada bahaya yang harus dicegah misalnya bagi pekerja yang pekerjaannya
memebuat lubang, memotong, mengerjakan zat kimia yang berbahaya, pekerjaan
listrik, dan lain-lain.
2.6.6 Perlindungan Paru-paru
Perlindungan paru-paru diperlukan ditempat-tempat kerja yang terdapat zat-zat
berbahaya atau kelainan oksigen dalam udara. Zat-zat yang berbahaya itu
memungkinkan dalam bentuk gas, uap, kabut atau debu dan kelainan oksigen dalam
udara yang berada dalam tempat kerja yang ventilasinya tidak baik misalnya tangki-
tangki atau peti besar. Zat-zat yang berbahaya dapat pula berupa racun, korosi atau
zat yang merangsang yang dapat menyebabkan kelainan-kelainan pada kondisi paru-
paru yang dikenal sebagai Pneumoconiosis. Pada umumnya Pneumoconiosis adalah
Siliconsis yang disebabkan debu silica. Pemakaian respirator dan masker termasuk
dalam bidang keselamatan kerja. Beberapa negara menganggap masalah gas
merupakan sumber bahaya kecelakaan.
59
2.6.7 Peringatan Dan Tanda-tanda (Display)
Peringatan atau tanda-tanda dapat disediakan untuk bermacam-macam tujuan
misalnya pemberian instruksi, peringatan-peringatan bahaya, atau informasi secara
umum. Peringatan dan tanda-tanda tidak boleh dianggap sebagai pengganti untuk
usaha pengamanan, tetapi hanya untuk membantu usaha tersebut.
Larangan merokok adalah salah satu contoh yang umum dipakai sebagai tanda
peringatan, untuk mengingatkan nahaya kebakaran. Peringatan lainnya yang umum
dipakai adalah larangan membuka klep yang terkunci atau larangan melayani saklar
sewaktu dilakukan pekerjaan perbaikan atau perawatan. Dan sejumlah tanda
peringatan lainnya dipakai untuk lalu lintas dipabrik. Tanda-tanda penjelasan
disediakan untuk menyatakan dimana letak pintu-pintu bahaya, pos-pos pertolongan
pertama waktu terjadi kecelakaan dan lain-lain.
Display adalah suatu ungkapan yang digunakan pada semua metode penyampaian
informasi secara tidak langsung. Misalnya pemberitahuan bahaya panas pada mesin
dengan menggunakan gambar yang bertuliskan “bahaya panas, jangan dipegang”,
akan membantu pekerja untuk menghindari mesin tersebut. Display juga dapat
menggunakan media visual, seperti lampu denga warna-warna tertentu yang dapat
mewakili tanda peringatan tertentu. Contohnya warna merah dapat mewakili tanda
bahaya, artinya tempat atau mesin dengan lampu merah merupakan tempat yang
berbahaya jadi harus hati-hati apabila berada atau menyentuh tempat tersebut. Dan
juga warna lainnya yang dapat digunakan.
60
Dengan display ini diharapakan para pekerja dapat mengetahui tanda-tanda
peringatan yang diberikan sehingga dapat lebih berhati-hati, dan dapat mecegah
terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.
Tabel 2.2 Pemilihan Jenis Display
Gunakan Penyajian Suara Jika : Gunakan Penayjian Visula Jika:
1. Pesan sederhana
2. Pesan pendek
3. Pesan tidak akan dikaitkan lagi pada
masa yang akan datang
4. Pesan berhubungan dengan kejadian
dalam waktu tertentu
5. Pesan memberikan tindakan segera
6. Sistem visual dari orang tersebut
sudah terlalu sibuk
7. Lokasi penerimaan terlalu terang atau
gelap sehingga diperlukan adapatasi
8. Pekerjaan dari orang tersebut selalu
berpindah-pindah
1. Pesan rumit
2. Pesan panjang
3. Pesan akan diperlukan lagi pada masa
yang akan datang
4. Pesan berhubungan dengan lokasi
pada suatu daerah
5. Pesan tidak membutuhkan tindakan
segera
6. Sistem audio (pendengaran) dari orang
tersebut sudah terlalu sibuk
7. Lokasi penerimaan terlalu sibuk
8. Pekerjaan orang tersebut selalu tetap
pada satu tempat.
61
2.7 Kondisi Lingkungan Kerja Fisik
Manusia sebagai seoarnag pekerja pekerja tidak luput dari kekurangan, dalam
arti kata segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut bisa datang dari dirinya sendiri (intern) atau mungkin dari pengaruh
luar (extern). Salah satu faktor yang berasal dari laur adalah kondisi lingkunag kerja
yaitu semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja, seperti: temperatur,
kebisingan, pencahayaan, sirkulasi udara, bau-bauan, dan lain-lain – yang dalam hal
ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut.
2.7.1 Penerangan (Lighting)
Penerangan penting sekali sebagai suatu faktor keselamatan kerja dalam
lingkungan kerja. Beberapa hasil penyelidikan menunjukan bahwa penerangan yang
baik dapat mengurangi kecelakan dan meningkatkan produksi dan efisiensi kerja.
Kecelakaan dapat pula disebabkan oleh faktor kelelahan, penerangan yang baik
merupakan suatu usaha pencegahan kecelakaan.
Apabila dalam suatu ruangan kerjaterdapat banayk pekerja, penting sekali untuk
memebri penerangan pada tempat-tempat yang gelap seperti gang-gang, tangga-
tangga dan jalur-jalur keluar. Dalam prakteknya hal ini memang merupakan masalah
yang sulit. Biasanya digunakan penerangan dengan lampu-lampu darurat yang
mendapat aliran khusus dari generator kecil terpisah dari aliran listrik umum, tetapi
tidak semua perusahaan dapat melaksanakan sistem ini.
62
Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat suatu objek secara
jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan.
Kemampuan mata untuk dapat melihat objek dengan jelas ditentukan oleh ukuran
objek, derajat kontras, lumenensi dan lamanya melihat. Derajat kontras adalah
perbedaan derajat terang relatif antara objek dengan lingkungan sekitarnya.
Lumenensi artinya banyaknya berkas cahaya perunit area yang dipantulkan atau
dipancarkan dari permukaan suatu objek.
Efektifitas mata dalam melihat suatu objek ditentukan oleh letak sumber cahaya.
Sebaiknya mata tidak langsung menerima cahaya dari sumbernya (akan menyebakan
silau), tetapi cahaya tersebut harus terpantul dari objek yang ingin dilihat.
Cahaya adalah energi yang dipancarkan dan mampu merangsang retina dan
menghasilakn sebuah visual. Cahay datang dari dua sumber yaitu:
1. Dari sumber panas misalnya : matahari dan api
2. Dari sumber dingin yaitu objek yang memantulkan cahaya.
cahaya yang dipantulakn dari objek mempunyai 3 karakteristik :
1. Panjang gelombang dominan yang memungkinkan kita mengenali warna dari
cahaya misalnya : kuning, biru, dan lain-lain.
2. Luminance (Terangnya cahaya)
3. Saturation (Jenuhnya cahaya) adalah derajat perbedaan cahaya dari warna
abu-abu.
Lampu dengan watt yang sama tidak memebrikan derajat terangan yang sama.
Lampu bohlam dengan daya 100 W bisa memberikan lumen (derajat terang) yang
63
lebih rendah dibanding dengan lampu neon. Karena itu, yang harus dipertimbangkan
juga nilai lumen dan daya listrik yang diperlukan.
Bennet, Chitangia, dan Pangrekar (1977) menemukan bahwa terang sumber
cahaya tidak berhubungan secara linear dengan kecepatan penyelesaian tugas. Ada
batas tertentu dimana penambahan terang sumber cahaya tidak lagi membantu
penyelesaian tugas. Ross (1978) menambahkan, meningkatkan iluminasi lebih dari
500 lx (50 fc) hanya meningkatkan sedikit performans kerja. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah bekerja ditempat yang terlalu terang justru menyilaukan mata dan
berakibat buruk pada jangka panjang.
Tabel 2.3 Tingkat Pencahayaan Yang Disarankan Oleh IESNA
Kategori Terang lux (fc) Jenis Aktivitas
A 20-30-50
(2-3-5)
Tempat publik dengan lingkungan yang gelap
B 50-75-100
(5-7,5-10)
Daerah untuk kunjungan singkat
C 100-150-200
(10-15-20)
Area kerja dimana pandangan mata tidak penting
D 200-300-500
(20-30-50)
Pekerjaan visual dengan keadaan kontras tinggi
dan ukuran besar : membaca, mengetik,
pemeriksaan, dan perakitan kasar
64
E 500-750-1000
(50-75-100)
Pekerjaan visual dengan kontras medium dan
ukuran kecil
F 1000-1500-2000
(100-150-200)
Pekerjaan visual dengan kontras rendah dan
ukuran sangat kecil
G 2000-3000-5000
(20-30-50)
Pekerjaan visual dengan kontras rendah dan
ukuran yang sangat kecil dan dalam waktu lama
: inspeksi yang sulit, perakitan yang rumit
H 5000-7500-10000
(500-750-1000)
Pekerjaan yang sangat lama dan membutuhkan
pandangan yang eksak : perakitan dan inspeksi
yang super sulit
I 10000-15000-20000
(1000-1500-2000)
Pekerjaan yang membutuhkan pandangan mata
khusus pada kontras yang sangat rendah dan
ukuran yang sangat kecil : ruang operasi gawat
darurat
2.7.2 Temperatur
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur
yang berbeda-beda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk memepertahankan keadaan
normal ini dengan sesuatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat
menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuhnya. Tetapi
65
kemampuan manusia untuk meneysuaikan diri inipun ada batasnya, yaitu bahwa
tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika
perubahan temperatur luar tubuh ini tidak melebihi dari 20% untuk kondisi panas dan
35% untuk kondisi dingin, semuanya dari keadaan normal tubuh (Sutalaksana, 1979,
h.81)
Penyesuaian diri dilakukan dengan konveksi, radiasi, dan penguapan. Dalam
keadaan dingin, tubuh manusia akan kehilangan panas tubuh melalui konveksi dan
radiasi serta sebagian kecil melalui penguapan. Dalam keadaan panas, tubuh manusia
akan menerima konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari penguapan yang
dilakukan tubuh. Ini menyebabkan temperatur tubuh ikut naik sebanding dengan
makin tingginya temperatur uadar. Temperatur yang terlampau dingin akan
mengakibatkan gairah kerja menurun, sedangkan temperatur udara yang panas akan
mempercepat kelellahan tubuh dan pekerja akan cenderaung lebih banyak melakukan
kesalahan. Kondisi optimum untuk manusia sekitar 24-27°C.
Kebanyakan orang tidak menyadari tentang kondisi suasana nyaman didalam
ruangan. Hanya bila kondisi itu menyimpang dari batas kenyamanan, kita akan
mengalami ketidaknyamanan. Perasaan tidak nyaman dapat bervariasi dari
menggangu sampai pada kesakitan, bergantung pada derajat usikan dari pengatur
suhu. Rasa tak nyaman penting secara biologis, karena ia menyebabkan orang
mengambil langkah-langkah untuk mengembalikan keseimbangan suhu. Manusia
dapat menghindari rasa tak nyaman dengan jalan mengenakan pakaian yang sesuai
atau dengan menciptakan lingkungan nyaman dengan menerapkan teknologinya,
66
Penyimpangan dari batas kenyamanan suhu menyebabkan perubahan fungsional
yang meluas. Terlalu panas dapat menyebabkan perasaan cepat capai dan lelah yang
mengurangi kesediaan untuk berprestasi dan meningkatkan frekuensi kesalahan.
Hambatan atas kejadian ini mengurangi laju produksi panas didalam badan.
Sebaliknya jika terlalu dingin membuahkan rasa ngantuk dan mengurangi daya atensi,
yang berpengaruh negatif terutama pada kerja mental.
Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan
pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:
• ± 49° C : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas
tingkat kemampuan fisik dan mental.
• ± 30° C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung
untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.
• ± 24° C : Kondisi optimum.
• ± 10° C : Kecelakaan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Kombinasi dari kerja dan temperatur lingkungan kerja dapat menyebabkan sebuah
peningkatan dalam penyimpangan panas dalam tubuh, yang akhirnya dapat
menghasilkan kondisi resiko yang serius pada kesehatan pekerja, dan penurunan
produktivitas pekerja. Pekerja pada lingkungan kerja yang dingin dapat melindungi
diri dengan beberapa lapis pakaian tetapi kombinasi antara temperatur yang rendah
dengan pakaian dapat menyebabkan akibat negatif pada sistem motorik tubuh
manusia. Lingkungan dengan temperatur yang dingin sekali dapat mempengaruhi
67
kesehatan pekerja, bagian tangan, lengan, jari tangan serta kaki merupakan bagian
tubuh yang paling banyak terkena dampak temperatur yang dingin.
2.7.3 Sirkulasi Udara
Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti kata cukup
mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang bisa mengganggu kesehatan, harus
dipikirkan tentang sirkulasi udara yang baik, sehingga udara kotor bisa diganti
dengan udara segar dan bersih, dimana melalui jendela atau ventilasi inilah udara
bersih dan segar didalam ruangan bisa dijamin kesehatannya, karena akan terjadi
sirkulasi udara dengan sendirinya.
Sebagaimana kita ketahui, udara sekitar kita mengandung 21% oksigen, 78%
nitrogen, 0,03% karbondioksida dan 0,97% gas lainnya (campuran). Oksigen (O2)
merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh mahlik hidup terutama untuk menjaga
kelangsungan hidup kita, yaitu proses untuk metabolisme. Udara disekitar kita
dikatakan kotor apabila kadar oksigen didalam uadara tersebut telah berkurang dan
telah bercampur dengan gas-gas atau bau-bauan yang berbahay bagi kesehatan tubuh.
Kotornya udara disekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernafasan kita, dan
ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena akan mempengaruhi
kesehatan tubuh dan akan mempercepat proses kelelahan.
Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja.
Pada siang hari, dimana biasanya manusia melakukan sebagian besar dari
kegiatannya, pohon-pohon merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh
68
pernafasan manusia. Dengan cukupnya oksigen disekitar kita, ditambah dengan
pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman-tanaman disekitar tempat kerja,
keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani manusia. Rasa
sejuk dan segar selama bekerja akan sangat membantu untuk memeprcepat pemulihan
tubuh akibat lelah setelah bekerja (Sutaklaksana, 1979, h.84).
2.7.4 Kebisingan
Mengenai kebisingan hingga saat ini belum ada perumusan yang tepat mengenai
kebisingan yang melampaui batas, tetapi satu ukuran yang telah disepakati bersama
menyatakan bahwa kekuatan suara berada diatas 90 Decibels dianggap menggangu
pekerja. Kekuatan suara diatas 90 Decibels ini biasanya dapat disebabkan oleh suara-
suara mesin yang besar atau mesin yang tidak terawat dengan baik sehingga
menimbulakan suara diatas batas. Kebisingan yang melampaui batas menyebabkan:
1. Sulit berkomunikasi
2. Tidak dapat mendengar sinyal-sinyal peringatan
3. Salah pengertian
4. Kemungkinan hilangnya pendengaran secara permanen
5. Kelelahan, dan lain-lain.
Kebisingan dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang
menggangu. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa
menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu : lama, Intensitas, dan
frekuensi.
69
Bising yang keras dan berulang-ulang dapat menimbulkan hilang pendengaran
(hearing loss) sementara. Tetapi kalau rangsangan itu berjalan terus, bisa
mengakibatkan rusak pendengaran secara permanen, suatu kondisi yang disebut tuna
rungu. Itulah akibat dari proses degenerasi yang lambat tapi berlanjut pada sel peka
suara dari telainga dalam. Sumber bising yang bernada tinggi lebih berbahaya dari
pada yang dengan frekuensi rendah dan bising yang kadangkala lebih berbahaya dari
pada suara yang kontinu.
Bunyi terputus-putus (Non-continous) meliputi bunyi yang stabil (contoh : mesin
yang beroperasi untuk waktu yang singkat, bunyi kejatuhan barang dan bunyi
ledakan). Dlam kasus yang berat, bunyi ini juga memungkinkan terjadinya
kehilangan pendengaran. Hal yang perlu dipertibangkan juga intensitas bunyi,
spektrum kebisingan, frekuensi, dan lama paparan.
Telinga manusia kurang sensitif untuk frekuensi dibawah 1000 Hz dan lebih
sensitif untuk frekuensi diatasnya. Karena itu, untuk suara dengan frekuensi rendah,
intensitasnya harus lebih besar dibanding dengan suara dengan frekuensi tinggi.
Kesimpulam umum mengenai kebisingan:
1. Untuk dapat mempengaruhi kinerja memori jangka pendek (kegiatan logika
sederhana), diperlukan kebisingan yang lebih dari 95 dBA. Sedangkan
Weinstein menemukan bahwa pada tingkat kebisingan 68-70 dBA, operator
mengalami kesulitan memahami arti dari bacaan (kegiatan ini memerlukan
proses tata bahasa dan memori jangka pendek).
70
2. Kinerja dari tugas rutin mungkin tidak akan menampakkan pengaruh buruk
dari kebisingan, terkadang justru meningkat.
3. Jika seorang operator harus bereaksi pada waktu tertentu, menerima sinyal
peringatan dan memerlukan pandangan yang baik untuk bekerja, maka bising
yang terus-menerus (>95 dBA) sedikit pengaruhnya.
4. Fungsi penglihatan seperti : perbedaan kontras, kecepatan gerak mata, dan
lain-lain, tidak berpengaruh.
5. Pengaruh buruk dari kebisingan umumnya berkaitan dengan tugas yang harus
dikerjakan terus-menerus tanpa henti dan tugas yang sulit yang memerlukan
pemikiran yang mendalam.
Tabel 2.4. Skala Intensitas Kebisingan (Sutalaksana, 1979, h.86)
Kriteria Pendengaran Tingkat kebisingan
[dB(A)]
Ilustrasi
Memilukan
120
110
100
Halilintar, Meriam
Sanagt hiruk
90
80
Jalan hiruk pikuk
Perusahaan sangat gaduh
Peluit polosi
70 Jalan pada umumnya
71
Kuat
60
Radio
Kantor gaduh
Sedang
50
40
Kantor pada umumnya
Percakapan kuat
Rumah gaduh
Tenang]
30
20
Rumah tenang
Kantor perorangan
Auditorium
Percakapan
Sangat Tenang
10
0
Suara daun-daun
Berbisik
Batas dengar terendah
Tabel 2.5. Keterangan Waktu Yang Diijinkan Berdasarkan Intensitas suara
Intensitas Suara (dBA) Waktu Yang Diijinkan (Jam)
80 32
85 16
90 8
95 4
100 2
105 1
72
110 0,5
115 0,25
2.7.5 Bau-Bauan
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran
apalagi kalau bau-bauan tersebut sedemikan rupa sehingga dapat mengganggu
konsentrasi bekerja dan secara lebih bau-bauan yang terjadi terus-menerus bisa
mempengaruhi kepekaan penciuman.
Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor yang dapat mempengaruhi
kepekaan penciuman. Dan juga mempengaruhi tingkat ketajaman penciuman
seseorang. Oleh karena itu pemakaian air conditioning merupakan salah satu cara
yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang dapat mengganggu
disekitar tempat kerja (Sutalaksana, 1979, h.87).
Pengendalian bau-bauan dilakukan dengan :
1. Penambahan bau-bauan baru kepada udara yang berbau untuk merubah zat
berbau menjadi zat lain yang kurang merangsang. Percobaan harus diadakan
lebih dahulu, agar penambahan suatu zat baru tidak berakibat lebih
memburukkan keadaan.
2. Proses menutupi (Masking process) yang didasarkan atas kerja antagonistis
diantara dua zat berbau. Kedua zat tersebut saling menetralkan bau masing-
73
masing. Misalnya bau karet dapat ditiadakan oleh paraffin atau minyak sedar,
sedangkan bau amoniak oleh ionone, dan lain-lain.
3. Adsorpsi, absorpsi, kondensasi, dan proses-proses lainnya. Penggunaan
pancaran air, air pencuci dan filter, kering atau basah, tidak saja baik untuk
menghilangkan gas dan aerosol, tetapi juga bau-bauan. Jika air yang
digunakan, maka yang dibersihkan hanya gas-gas yang larut atau dapat
berkondensasi dalam air. Penyaringan kering dengan karbon aktif silika
mungkin efektif untuk gas-gas lainnya. Untuk efisiensi tinggi, volume
saringan mungkin dan kecepatan udara harus sebaik-baiknya.
4. Pengubahan kimiawi dari bau-bauan meliputi penggunaan bahan oksidasi
sepertochlor dan persenyawaannya serta ozon. Zat-zat yang dihasilkan harus
tidak berbau. Oleh karena itu proses reaksi kimia memakan waktu, kecepatan
pengaliran udara keluar tidak boleh terlalu cepat.
5. Air conditioning adalah cara deodorasi yang baik ditempat kerja, asalkan
dilaksanakan secara tepat.
2.8 Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara
sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistical, diagram sebab
akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan
karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor0faktor penyebab itu.
74
Diagram sebab akibat ini menunjukkan 5 faktor yang disebut sebagai sebabm dari
suatu akibat. Kelima faktor itu adalah man (manusia, tenaga kerja), method (metode),
material (bahan), machine (mesin), dan environtment (lingkungan). Diagram ini
biasanya disusun berdasarkan informasi yang didapatkan dari hasil sumbang saran
atau “Brainstorming”. Diagram sebab akibat ini sering juga disebut sebagai diagram
Tulang Ikan (Fishbone Diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan, atau
diagram Ishikawa (Ishikawa’s diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof.
Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1953.
Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-
kebutuhan berikut :
1. Membantu mengidentifikasikan akar penyebab suatu maslah
2. Membantu Membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
3. Membantu dalam penyelidikkan atau pencarian fakta lebih lanjut.
Langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat:
1. Definisi masalah utama yang akan dicari penyebanya, tuliskan pada bagian
kepala ikan dari diagram
2. Pilih metode analisa untuk mencari kemungkinan penyebab masalah misalnya
metode brainstorming, inspeksi, wawancara, dan lain sebagainya.
3. Tuliskan faktor-faktor uatama yang mungkin menjadi penyebab dari masalah
pada bagian ujung tulang uatama. Faktor utama misalnya : 4M (Man,
Machine, Material, Method), 4P (People, Prosedure, Policy, Place), 4S (Skill,
Surrounding, Supplier, System), atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
75
4. Tuliskan penyebab-penyebab masalah, yang mungkin, lebih terperinci pada
batang cabang tulang diagram.
5. Kaji kembali setiap penyebab yang telah tercantum, sepakati mana yang
terpenting dan benar-benar penyebab yang perlu mendapatkan penanganan
segera.
Manusia Lingkungan Material
Pengalaman Pencahayaan Penyimpanan
Pelatihan Suhu Pengangkutan
Pembagian Kerja Perawatan
Alat Potong
Metode Mesin
Gambar 2.1 Sebab Akibat Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Kerja