kecelakaan kerja zaid

26
Kecelakaan Kerja dan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Mohd Zaid bin Ahmad Zalizan 102012499 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 [email protected] I. Pendahuluan Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di 1 | Page

Upload: zaid-zalizan

Post on 27-Jan-2016

285 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

hjh

TRANSCRIPT

Page 1: Kecelakaan Kerja Zaid

Kecelakaan Kerja dan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Mohd Zaid bin Ahmad Zalizan

102012499

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

[email protected]

I. Pendahuluan

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum

diperkirakan termasuk rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu

tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu

memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi

perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi

penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja

perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan

terjadinya kecelakaan kerja.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan

dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab,

sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang

kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan

alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam

bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk

diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan

berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat

meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai

1 | P a g e

Page 2: Kecelakaan Kerja Zaid

kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan

kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

II. Pembahasan

Definisi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh

karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk

perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminil adalah di luar ruang

lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan

disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang

paling berat.1

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja, dalam

kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Hubungan kerja

di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian muncul dua permasalahan:1

a. Kecelakaan sebagai akibat langsung dari pekerjaan atau;

b. Kecelakaan terjadi saat melakukan pekerjaan.

Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga

mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke

dan dari tempat kerja.1

Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke

dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk kecelakaan

kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2, yakni:1

• Faktor Fisik. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety

condition misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.

• Faktor Manusia. Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan,

misalnya karena kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil

2 | P a g e

Page 3: Kecelakaan Kerja Zaid

penelitian yang ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor

manusia.

Faktor-Faktor Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena suatu sebab. Oleh karena

ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan

tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut

kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali.2

Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori tentang terjadinya suatu

kecelakaan adalah :2

1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa kecelakaan

terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian

peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja

2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja tertentu lebih

sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk

mengalami kecelakaan kerja.

3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan

peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.

4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya

(unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).

5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya

seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia.

Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis

dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah

faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaanBennett (1991) mengemukakan

bahwa di dalam setiap kejadian kecelakaan kerja, empat faktor bergerak dalam satu kesatuan

berantai, yakni a) faktor lingkungan, b) faktor bahaya, c) faktor peralatan dan perlengkapan, dan

d) faktor manusia.2

3 | P a g e

Page 4: Kecelakaan Kerja Zaid

Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai Negara adalah berbeda. Namun

adanya kesamaan umum, yaitu disebabkan oleh dua golongan penyebab:3

a. Penyebab langsung

(1) Perbuatan yang tidak aman (unsafe actions), didefinisikan sebagai segala tindakan

manusia yang dapat memungkinkan tejadinya kecelakaan pada diri sendiri maupun

orang lain. Contoh dari perbuatan yang tidak aman seperti misalnya:3

- Tidak menggunakan alat yang telah disediakan.

- Salah menggunakan alat yang telah disediakan.

- Menggunakan alat yang sudah msak.

- Metode kerja yang salah.

- Tidak mengikuti prosedur keselamatan kerja.

(2) Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), didefinisikan sebagai suatu kondisi

lingkungan kerja yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan. Contoh kondisi

yang tidak aman:3

- Kondisi fisik, mekanik, peralatan.

- Kondisi permukaan tempat berjalan dan bekerja.

- Kondisi penerangan, ventilasi, suara dan getaran.

- Kondisi penataan lokasi yang salah.

b. Penyebab tidak langsung 4

(1) Fungsi manajemen proyek.

(2) Kondisi pekerja

a. Faktor Manusia

Umur/usia

Usia muda rata-rata lebih mudah terkena kecelakaan kerja dibandingkan dengan usia

lanjut yang mungkin dikarenakan sikap ceroboh, kurang perhatian dan tergesa-gesa. Pengkajian

4 | P a g e

Page 5: Kecelakaan Kerja Zaid

usia dan kecelakaan akibat kerja menunjukkan angka kecelakaan pada umumnya lebih rendah

dengan bertambahnya usia, tetapi tingkat keparahan cedera dan penyembuhannya lebih serius.5

Jenis Kelamin

Dar aspek ini, tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan umumnya akan lebih

tinggi daripada pada laki-laki. Ini dikarenakan adanya perbedaan kekuatan fisik antara

perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja

perempuan rata-rata sekitar 30% lebih rendah dari laki-laki. Tugas yang berkaitan dengan gerak

berpindah, laki-laki mempunyai waktu reaksi lebih cepat daripada perempuan.5

Koordinasi Otot

Koordinasi otot manusia berpengaruh dan berperan penting terhadap keselamatan

pekerja. Diperkirakan kekakuan dan reaksi yang lambat banyak berperan dalam terjadinya

kecelakaan kerja.5

Kecenderungan Celaka

Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah “accident prone theory”. Teori ini

didasarkan pada pengamatan bahwa ada pekerja yang lebih besar mengalami kecelakaan

dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri yanga ada dalam pribadi yang

bersangkutan (ILO,1979).5

Pengalaman Kerja

Pengalaman merupakan suatu elemen yang penting dalam suatu pekerjaan. Semakin

banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya

kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan kerja bertambah

baik sesuai dengan usia, maka kerja atau lamanya bekerrja di tempat yang bersangkutan.5

Tingkat Pendidikan

Dua tipe pendidikan yaitu pendidikan formal dan pendidikan non-formal akan

mempengaruhi peningkatan pengetahuan pekerja dalam menerima informasi dan perubahan, baik

5 | P a g e

Page 6: Kecelakaan Kerja Zaid

secara langsung maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job requirements pada seorang

pekerja adalah:5

1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik tentang pekerjaan).

2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam mengerjakan suatu pekerjaan).

3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam suatu pekerjaan).

Kelelahan

Kelelahan merupakan faktor yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu

industri. Kelelahan merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk

melakukan aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-fungsi

kesadaran otak dan perubahan pada organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan oleh berbagai

hal, antara lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan

kerja yang buruk serta adanya konflik.5

b. Faktor lingkungan

Lokasi/Tempat Kerja

Tempat kerja merupakan tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana

terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat itu. Disain

di lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tempat kerja yang

baikapabila lingkungan kerja aman dan sehat.5

Peralatan dan Perlengkapan

Proses produksi atau penghasilan adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah

penting dalam perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai

dengan apa yang diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-

bagian kritis yang dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu:5

1. Bagian-bagian fungsional

2. Bagian-bagian operasional

6 | P a g e

Page 7: Kecelakaan Kerja Zaid

Bagian-bagian mesin yang berbahaya dan dapat menyebabkan kecelakaan harus

ditiadakan atau dihapus dengan jalan mengubah konstruksi, memberi alat perlindungan.

Peralatan dan perlengkapan yang dominan menyebabkan kecelakaan kerja, antara lain:5

Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan.

Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif.

Peralatan/perlengkapan dengan temperature tinggi ataupun terlalu rendah.

Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya.

Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi.

Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.

Shift Kerja

Menurut definisi dari National Occupational Health and Safety Committee, shift kerja

adalah bekerja di luar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur dan bekerja

mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih. Pada umumnya, shift kerja malam

biasanya lebih banyak menimbulkan kecelakaan kerja dibandingkan dengan shift kerja siang,

tetapi shift kerja pagi-pagi tidak menutup kemungkinan dalam menimbulkan kecelakaan akibat

kerja.5

Sumber Kecelakaan

Sumber kecelakaan adalah asal dari timbulnya kecelakaan, dapat berawal dari jenis

peralatan/perlengkapannya, atau berawal dari faktor human error, dimana sumber dari jenis

kecelakaan merambat ke tempat-tempat lain, sehingga terjadinya kecelakaan kerja.5

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

Dari Undang-undang Ketenagakerjaan bahwa setiap perusahaan yang mempunyai lebih

dari 100 pekerja atau kurang dari 100 namun berisiko tinggi, diwajibkan ke atas perusahaan

tersebut untuk menerapkan dan mengembangkan SMK3. Sistem Managemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (SMK3) harus diperhatikan supaya proses produksi, peningkatan kualitas dan

7 | P a g e

Page 8: Kecelakaan Kerja Zaid

kendali biaya dapat terus dioptimalkan. Fungsi managemen mengarah pada aspek kualitas,

produksi, kecelakaan/kerugian dan biaya. Terdapat 4 program K3 di tempat kerja, yaitu :6

(1) Komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja.

(2) Analisis risiko di tempat kerja.

(3) Pencegahan dan pengendalian bahaya.

o Menetapkan prosedur kerja berdasarkan analisis, pekerja memahami dan

melaksanakannya.

o Aturan dan prosedur kerja dipatuhi.

o Pemeliharaan sebagai usaha preventif.

o Perencanaan untuk keadaan darurat.

o Pencatatan dan pelaporan kecelakaan.

o Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja.

o Pemeriksaan tempat kerja secara berkala.

(4) Pelatihan untuk pekerja, penyelia dan manager.

SMK3 berperan cukup penting dalam proses kerja dalam suatu perusahaan (pemrakarsa).

Apabila SMK3 tidak cukup baik atau tidak diterapkan maka akibatnya dapat dilihat dari

banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan juga proses produksi mengalami

kemunduran. Tujuan khusus dari SMK3 adalah mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja,

kebakaran, peledakaan dan PAK, mengamankan mesin instalasi, pesawat, alat, bahan dan hasil

produksi, menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian antara

pekerjaan dengan manusia atau antara manusia dengan pekerjaan. Penerapan K3 yang kuat dan

baik dalam suatu industri tentunya akan memberikan dampak yang bagus, salah satunya adalah

sumber daya manusia yang berkualitas.6

Tujuan dari penerapan Sistem Manajemen K3 adalah:6

1. Sebagai alat uniuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik

buruh. petani. nelayan. pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas.

2. Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan

akibat kerja, memelihara, dan meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja,

8 | P a g e

Page 9: Kecelakaan Kerja Zaid

merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia,

memberantas kekelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta semangat bekerja.

Langkah-langkah Penerapan SMK3

Setiap Sistem Manajemen K3 mempunyai beberapa elemen atau persyaratan tertentu yang

harus dibangun dalam suatu organisasi atau perusahaan. Sistem Manajemen K3 ini harus

dipraktekkan dalam semua bidang/divisi dalam organisasi. Sistem Manajemen K3 harus dijaga

dalam operasinya untuk menjamin bahwa sistem itu mempunyai peranan dan fungsi dalam

manajemen perusahaan. Tahapan penerapan SMK3 dibagikan menjadi dua yaitu:6

1. Tahap Persiapan

Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu

organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah

personel, mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan menetapkan kebutuhan

sumber daya yang diperlukan. Adapun, tahap persiapan ini, antara lain:6

- Komitmen manajemen puncak.

- Menentukan ruang lingkup.

- Menetapkan cara penerapan.

- Membentuk kelompok penerapan.

- Menetapkan sumber daya yang diperlukan.

2. Tahap pengembangan dan penerapan

Sistem dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh

organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personal, mulai dari

menyelenggarakan penyuluhan dan melaksanakan sendiri kegiatan audit internal serta

tindakan perbaikannya sampai dengan melakukan sertifikasi.6

9 | P a g e

Page 10: Kecelakaan Kerja Zaid

Berikut ini langkah-langkah spesifik dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 dalam suatu

perusahaan:6

• Menyatakan komitmen

Pernyataan komitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan sebuah Sistem

Manajemen K3 dalam organisasi/manajemen harus dilakukan oleh manajemen

puncak. Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya

komitmen terhadap sistem manajemen tersebut. Manajemen harus benar-benar

menyadari bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan

atau kegagalan penerapan Sistem Manajemen K3.6

• Menetapkan cara penerapan

Perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan untuk menerapkan Sistem

Manajemen K3.Namun dapat juga tidak menggunakan jasa konsultan jika organisasi

yang bersangkutan memiliki personel yang cukup mampu untuk mengorganisasikan

dan mengarahkan orang.6

• Membentuk kelompok kerja

Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok

kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit

kerja. Hal ini penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung jawab

terhadap unit kerja yang bersangkutan.6

• Menetapkan sumber daya yang diperlukan

Sumber daya di sini mencakup orang, perlengkapan, waktu dan dana. Orang yang

dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi di luar tugas-tugas

pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan.6

• Kegiatan penyuluhan

Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan

personal perusahaan. Oleh karena itu perlu dibangun rasa adanya keikutsertaan dari

seluruh karyawan dalam perusahaan melalui program penyuluhan.6

10 | P a g e

Page 11: Kecelakaan Kerja Zaid

• Peninjauan sistem

Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk

meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan

persyaratan yang ada da lam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat dilakukan

melatui dua cara yaitu dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau

pelaksanaannya.6

• Penyusunan Jadwal Kegiatan

Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja dapat menyusun

suatu jadwal kegiatan.6

• Pengembangan Sistem Manajemen K3

Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan sistem

manajemen K3 antara lain mencakup dokumentasi, pembagian kelompok,

penyusunan bagan alir, penulisan manual sistem manajemen K3, prosedur dan

instruksi kerja.6

• Penerapan system

Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota kelompok kerja

kembali ke masing-masing untuk menerapkan sistem yang telah ditulis.6

• Proses sertifikasi

Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya sucofindo

melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05/Men/1996. Namun untuk OHSAS

18001:1999 organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi manapun yang

diinginkan.6

11 | P a g e

Page 12: Kecelakaan Kerja Zaid

Diagram Fishbone

Diagram Fishbone atau nama lainnya adalah Ishikawa Diagram atau sering disebut

sebagai Cause-and-Effect Diagram diperkenalkan oleh dr. Kaoru Ishikawa. Diagram ini

dinamakan Fishbone karena memang bentuknya mirip tulang ikan yang moncong kepalanya

menghadap ke kanan. Umumnya, fungsi diagram ini adalah untuk menunjukkan dampak atau

akibat dari sebuah permasalahan dengan berbagai penyebabnya. Diagram ini juga dapat

membantu suatu perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sehingga sampai ke

dasar atau akarnya. Penyusunan Diagram Fishbone dimulai dengan menyatakan masalah-

masalah utama yang penting untuk diselesaikan. Masalah itu ditempatkan di kepala ikan sebagai

akibat (effect). Seterusnya faktor-faktor penyebab utama (cause) yang mempengaruhi masalah

sebagai tulang besar. Faktor-faktor ini dapat dikembangkan dengan stratifikasi ke dalam

pengelompokan dari faktor yang misalnya manusia, mesin, materi atau proses. Penyebab

sekunder juga dituliskan yang dapat mempengaruhi penyebab utama sebagai cabang yang sedang

dari tulang-tulang utama tadi. Penyabeb tersier juga dituliskan sebagai tulang berukuran kecil

jika ada.6

Pencegahan Kecelakaan Kerja

Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari sudut

keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M yaitu:7

a. Manusia.

b. Manajemen (unsur pengatur).

c. Material (bahan-bahan).

d. Mesin (peralatan).

e. Medan (tempat kerja / lingkungan kerja).

Saat bekerja, terdapat tiga unsur kelompok, yaitu manusia, perangkat keras dan perangkat

lunak. Oleh karena itu dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah

dengan pendekatan kepada ketiga unsur kelompok tersebut, yaitu:7

1. Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain:7

12 | P a g e

Page 13: Kecelakaan Kerja Zaid

o Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian antara

bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.

o Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan dengan

pekerjaannya.

o Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertindak sesuai dengan

keperluan perusahaan.

o Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas.

o Pengawasan dan disiplin yang wajar.

2. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain: 7

o Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang, mesin-

mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.

o Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan, penyusunan,

penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat sesuai dengan standar

keselamatan kerja yang berlaku.

o Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.

o Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.

o Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.

3. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh level

manajemen, antara lain:7

o Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.

o Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung jawab.

o Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi

sistem/prosedur

o kerja yang benar.

o Pembuatan sistem pengendalian bahaya.

o Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja yang

terpadu.

o Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.

o Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang ada.

13 | P a g e

Page 14: Kecelakaan Kerja Zaid

Berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja dalam

industri dewasa ini diklasifikasikan sebagai berikut:7

a. Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-halseperti kondisi

kerja umum, perancangan, konstruksi, pemeliharaan,pengawasan, pengujian dan

pengoperasian peralatan industri, kewajiban-kewajiban para pengusaha dan pekerja,

pelatihan, pengawasan kesehatan,pertolongan pertama dan pemeriksaan kesehatan.

b. Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi, ataupuntidak

resmi.

c. Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan yangharus

dipatuhi.

d. Riset teknis, termasuk hal-hal seperti penyelidikan peralatan dan ciri-ciri daribahan

berbahaya, penelitian tentang pelindung mesin, pengujian maskerpernapasan,

penyelidikan berbagai metode pencegahan ledakan gas dan debudan pencarian bahan-

bahan yang paling cocok serta perancangan tali kerekandan alat kerekan lainya

e. Riset medis, termasuk penelitian dampak fisiologis dan patologis dari faktor-faktor

lingkungan dan teknologi, serta kondisi-kondisi fisik yang amatmerangsang terjadinya

kecelakaan.

f. Riset psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola psikologis yang dapat

menyebabkan kecelakaan.

g. Riset statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, berapabanyak,

kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban, dalamkegiatan seperti apa dan

apa saja yang menjadi penyebab.

Menurut Permenaker No. 5/MEN/1996 pengendalian kecelakaan kerja dapat dilakukan

melalui 3 metode pengendalian kecelakaan kerja, yaitu:8

1. Pengendalian teknis atau rekayasa (engineering control)

Adalah melakukan rekayasa pada bahan dengan cara;

‐ Eliminasi, yaitu dengan cara menghilangkan sumber bahaya secara total.

14 | P a g e

Page 15: Kecelakaan Kerja Zaid

‐ Substitusi, mengganti material maupun teknologi yang digunakan dengan material atau

teknologi lain yang lebih aman bagi pekerja dan lingkungan.

‐ Minimalisasi, yaitu mengurangi jumlahpaparan bahaya yang ada di tempat kerja.

‐ Isolasi, memisahkan antara sumber bahaya dengan pekerja.

Pengendalian teknis atau rekayasa diperkirakan dapat memberikan hasil atau efektifitas

penurunan risiko sebesar 70%-90% (perubahan disain atau penggantian mesin dan 40%-70%

pemberian batas atau barier).

2. Pengendalian Administrasi (administrative control)

Yaitu pengendalian bahaya dengan kegiatan yang bersifat administrasi seperti pemberian

penghargaan, training dan penerapan prosedur.

3. Penggunaan alat pelindung diri (APD)

Yaitu alat yang digunakan untuk melindungi pekerja agar dapat memproteksi dirinya

sendiri. Pengendalian ini adalah alternatif terakhir yang dapat dilakukan bila kedua

pengendalian sebelumnya belum dapat mengurangi bahaya dan dampak yang mungkin

timbul.

Untuk cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja, antara lain:8,9

• Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan

berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah dan

ventilasi pergantian udara.

• Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan

keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda – tanda

peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan pelatihan

sistem penangganan darurat.

• Pemantauan kesehatan: melakukan pemeriksaan kesehatan atau biological

monitoring.

15 | P a g e

Page 16: Kecelakaan Kerja Zaid

Alat Pelindung Diri (APD)

Tiap perusahaan harus mewajibkan para pekerjanya untuk memakai alat pelindung diri.

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat, mesin, peralatan

dan lingkungan kerja wajib diutamakan, namun kadang-kadang risiko terjadinya kecelakaan

masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Jadi, penggunaan APD adalah alternatif terakhir

yaitu perlengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan. APD harus memenuhi

beberapa persyaratan yaitu:9,10

1. Harus nyaman dipakai selama waktu bekerja

2. Tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan

3. Memberingan perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi

Pakaian kerja harus dianggap sebagai alat perlindungan terhadap bahaya kecelakaan.

Pakaian kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlangan pendek, pas (tidak

longgar) pada dada atau punggung, tidak ada dasi, tidak ada lipatan atau kerutan yang mungkin

mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya mengenakan celana panjang, jala atau ikat rambut, baju

yang pas dan tidak mengenakan perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan

kimia korosif, tetapi justru bahaya pada lingkunan kerja dengan bahan yang dapat meledak oleh

aliran listrik statis.8

Alat proteksi diri beraneka ragam. Jika digolongkan menurut bagian tubuh yang

dilindunginya, maka jenis alat proteksi diri dapat dilihat pada daftar sebagai berikut:9,10

1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai jenis yaitu topi pengaman

(safety helmet) topi atau tudung kepala, tutup kepala

2. Mata : kacamata pelindung (protective goggles)

3. Muka : Pelindung muka (face shields)

4. Tangan dan jari : sarung tangan(sarung tangan dengan ibu jari terpisah), sarung tangan

biasa(gloves), pelindung telapak tangan(hand pad), dan sarung tangan yang menutupi

pergelanan tangan sampai lengan (sleeve).

5. Kaki : sepatu pengaman (safety shoes)

6. Alat pernafasan : Respirator, masker alat bantu pernafasan.

7. Telinga : Sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff)

16 | P a g e

Page 17: Kecelakaan Kerja Zaid

8. Tubuh : pakaian kerja menurut keperluan yaitu pakaian kerja yang tahan panas, tahan

dingin, pakaian kerja lainnya

9. Lainnya : sabuk pengaman

III. Kesimpulan

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan pada saat kerja

karena dapat mencederai pekerja dan menurunkan kinerja para pekerja. Ada dua faktor yang

menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu faktor manusia dan faktor lingkungan. Namun, dalam

setiap tempat kerja pasti sudah terdapat Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(SMK3) dan juga alat pelindung diri (APD) untuk menghindari atau meminimalisir terjadinya

kecelakaan kerja.

17 | P a g e

Page 18: Kecelakaan Kerja Zaid

IV. Daftar Pustaka

1. Suma’mur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Gunung Agung;1996.h.207-17.

2. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (hiperkes) dalam Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat; Editor: Jonathan Oswari. Jakarta: Widya Medika, 1995. h.71-2

3. Ridley John. Kecelakaan dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Ed.3. Jakarta: Erlangga, 2007. h. 113-8

4. Chundawan E. Kecelakaan Kerja dan Penerapan K-3 Dalam Pengoperasian Tower Crane pada Proyek Industri. Surabaya: Universitas Kristen Petra;

5. Okti FP. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia; 2008

6. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapannya dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.15-6, 23-34

7. McKenzie, F James. Kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dalam Kesehatan Masyarakat: Suatu Pengantar. Ed.4; Alih bahasa, Atik Utami, et all. Editor bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC, 2007. h.615.

8. Ridley J. Hukum-hukum kesehatan dan keselamatan kerja: health and safety in brief. Jakarta: Erlangga;2008.h.22-36, 113-20.

9. Mayendra O. Kecelakaan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia; 200910. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: EGC;2009.h.213-4.

18 | P a g e