kecelakaan kerja
DESCRIPTION
forensikTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
LUKA IRIS
Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi
Persyaratan Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik RS Islam Sultan Agung Semarang
Pembimbing : dr. Istiqomah, Sp.KF
Oleh :
1. Halimatus Anita S 01.210.6170
2. Kanzi 01.210.6
3. Miranti Dewi P 01.210.6220
4. M. Hafid Ernanda 01.210.6
5. M. Zulkham Faza 01.210.6
6. Ayu Fitrotun Nisa 01.210.6098
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2014
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar belakang
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997). Perlukaan
oleh benda tumpul berbentuk luka memar, luka lecet dan luka robek. Sedangkan
luka iris, luka tusuk, dan luka bacok merupakan kelompok luka akibat benda tajam.
Luka iris adalah luka superfisial akibat permukaan benda tajam yang
ditekankan ringan sambil digeser secara tangensial pada permukaan kulit. Luka iris
dapat disebabkan oleh pisau dapur, pisau cukur, box cutter atau benda bertepi
tajam lain misalnya pecahan kaca, logam, bahkan kertas. Ciri umum perlukaan
benda tajam adalah bentuk teratur, tepi luka rata, dan tidak ada jembatan jaringan
(tissue bridging) (Dahlan, 2007).
Kecelakaan yang fatal akibat benda tajam relatif jarang. Studi oleh pusat
trauma selama 11 tahun (1994-2005) melaporkan mortalitas kekerasan akibat
benda tajam (terutama luka tusuk) mencapai 11%, dibanding luka tembak 56%,
terjatuh 11% dan kecelakaan lalu lintas 9%. Studi Center for Desease Control
terhadap 16 negara bagian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 1,7%
kasus bunuh diri menggunakan benda tajam (selainnya menggunakan senjata api
51,3%, gantung diri/strangulasi/sufokasi 22,1% , dan meminum racun 18,4%).
Pada kasus pembunuhan, 12,1% merupakan akibat kekerasan benda tajam, 65,8%
akibat kekerasan senjata api, dan 4,6% akibat kekerasan benda tumpul (marisa,
2010)
3
Dokter dalam menghadapi kasus perlukaan akan bertindak selaku klinisi
yang bertugas memberikan pertolongan medis sekaligus sebagai petugas forensik
yang sewaktu-waktu dapat dimintai keterangannya baik secara tertulis maupun
secara lisan. Dari segi medikolegal, orientasi pemeriksaan perlukaan adalah
membantu rekonstruksi peristiwa dan menentukan derajat keparahan luka.
Pemeriksaan yang kadang dianggap tidak perlu untuk tujuan terapi misalnya lokasi
luka, tepi luka, dan sebagainya sebaliknya penting secara medikolegal. Derajat
keparahan luka sendiri memiliki konsekuensi pidana yang berbeda bagi pelakunya.
Pada kasus ini ditemukan adanya luka iris akibat benda tajam yang
didapatkan dari kecelakaan kerja. Dalam hal ini akan dibahas mengenai
kemungkinan penyebab luka iris dan akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan uraian
latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengajukan judul refrat " LUKA
IRIS ”.
1. 2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam referat ini meliputi:
1.2.1. Apakah yang menyebabkan terjadinya luka iris ?
1.2.2. Apa akibat yang ditimbulkan dari luka iris ?
1. 3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan referat ini sebagai berikut
1.3.1. Untuk mengetahui pola luka pada korban luka iris
1.3.2. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari luka tersebut.
4
1. 4 Manfaat Penelitian
Menambah informasi dan referensi terkait luka iris.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KECELAKAAN KERJA
2.1.1 Definisi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan
tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas
dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.
Syarat-syarat keselamatan kerja ditetapkan salah satu untuk mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan termasuk di tempat kerja yang sedang dikerjakan
pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah,
gedung atau bangunan lainnya (UU No 1 Tahun 1970).
2.1.2 Teori Kecelakaan Kerja
Teori kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak
diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta milik atau
kerugian waktu. Salah satu teori yang berkembang untuk menjelaskan terjadinya
kecelakaan kerja yang diusulkan oleh H.W. Heinrich yang dikenal sebagai teori
Domino Heinrich. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kecelakaan terdiri atas
lima faktor yang saling berhubungan, yaitu : (1) kondisi kerja, (2) kelalaian
manusia, (3) tindakan tidak aman, (4) kecelakaan, dan (5) cedera. Kelima faktor ini
tersusun seperti kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka kartu
ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi
6
ini mirip dengan efek domino, jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu
peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain.
Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan
menghilangkan tindakan tidak aman yang merupakan poin ketiga dari lima faktor
penyebab kecelakaan yang menyumbang 98% terhadap penyebab kecelakaan. Jika
dianalogikan dengan kartu domino, maka jika kartu nomor 3 tidak ada lagi,
seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya
semua kartu. Dengan adanya jarak antara kartu kedua dengan kartu keempat, maka
ketika kartu kedua terjatuh tidak akan sampai menimpa kartu nomor 4. Akhirnya
kecelakaan pada poin 4 dan cedera pada poin 5 dapat dicegah.
Teori Frank E. Bird Petersen mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu
kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta
kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak
dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur. Teori ini
memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen
yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan, antara lain :
a. Manajemen kurang control
b. Sumber penyebab utama
c. Gejala penyebab langsung
d. Kontak peristiwa
e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)
2.1.3 Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja yang terjadi menurut Suma’mur (2009) disebabkan oleh dua
faktor, yaitu :
7
1. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi
aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya
kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-
perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental.
Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang
tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi,
kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan
kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran
mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat,
kelelahan dan penyakit. Diperkirakan 85% dari
kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini
dikarenakan pekerja itu sendiri (manusia) yang tidak memenuhi keselamatan
seperti lengah, ceroboh, mengantuk, lelah dan sebagainya.
2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat
pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Faktor
mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan
suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat
disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dab
pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau
perkakas yang dipegang dengan manual (tangan), menginjak atau terbentur
barang, luka bakar oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari
kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari
tempat yang tinggi maupun di tempat datar. Lingkungan kerja berpengaruh
besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang
penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house
8
keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan
bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin.
Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan
lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan
yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada
pencahayaan setempat.
2.1.4. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1962 dalam
Suma’mur (1987), klasifikasi kecelakaan kerja sebagai berikut :
1. Berdasarkan jenis pekerjaan
a) Terjatuh
b) Tertimpa benda jatuh
c) Tertumbuk atau terkena benda-benda
d) Terjepit oleh benda
e) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f) Pengaruh suhu tinggi
g) Terkena arus listrik
h) Kontak bahan berbahaya atau radiasi
2. Berdasarkan penyebab a) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik,
mesin penggergajian kayu, dan sebagainya.
b) Alat angkut dan angkat, misalnya mesin angkat dan peralatannya, alat angkut
darat, udara dan air
c) Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,
alat-alat listrik, bejana bertekanan, tangga, scaffolding dan sebagainya.
9
d) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, debu, gas, zat-zat
kimia, dan sebagainya.
e) Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah tanah).
3. Berdasarkan sifat luka atau kelainan
a) Patah tulang
b) Dislokasi (keseleo)
c) Regang otot
d) Memar dan luka dalam yang lain
e) Amputasi
f) Luka di permukaan
g) Gegar dan remuk
h) Luka bakar
i) Keracunan-keracunan mendadak
j) Pengaruh radiasi
4. Berdasarkan letak kelainan atau luka di tubuh
a) Kepala
b) Leher
c) Badan
d) Anggota atas
e) Anggota bawah
f) Banyak tempat
g) Letak lain yang tidak dapat dimasukan klasifikasi tersebut
2.1.5 Kerugian Oleh Kecelakaan Kerja
10
Korban kecelakaan kerja mengeluh dan menderita, sedangkan sesama
pekerja ikut bersedih dan berduka cita. Kecelakaan seringkali disertai
terjadinya luka, kelainan tubuh, cacat bahkan juga kematian. Gangguan
terhadap pekerja demikian adalah suatu kerugian besar bagi pekerja dan juga
keluarganya serta perusahaan tempat ia bekerja.
Tiap kecelakaan merupakan suatu kerugian yang antara lain tergambar
dari pengeluaran dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan
akibat terjadinya kecelakaan seringkali sangat besar, padahal biaya tersebut
bukan semata-mata beban suatu perusahaan melainkan juga beban masyarakat
dan negara secara keseluruhan. Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya langsung
meliputi biaya atas P3K, pengobatan, perawatan, biaya angkutan, upah selama
tidak mampu bekerja, kompensasi cacat, biaya atas kerusakan bahan,
perlengkapan, peralatan, mesin dan biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu
yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu pasca kecelakaan terjadi,
seperti berhentinya operasi perusahaan oleh karena pekerja lainnya menolong
korban, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang ditimpa
kecelakaan dan sedang sakit serta berada dalam perawatan dengan orang baru
yang belum biasa bekerja pada pekerjaan di tempat terjadinya kecelakaan
(Suma’mur, 2009)
2.1.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab
kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan
mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Metode analisis penyebab
kecelakaan harus benar-benar diketahui dan diterapkan sebagaimana mestinya.
11
Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan,
untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukan
identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden
kecelakaan di perusahaan serta mengases besarnya risiko bahaya.
Pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009) ditujukan
kepada lingkungan, mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama
faktor manusia.
1. Lingkungan
Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi
udara, pencahayaan dan penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara
ruang kerja
b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat
kerja yang dapat menjamin keselamatan
c. Memenuhi penyelenggaraan ketatarumahtanggaan, meliputi
pengaturan penyimpanan barang, penempatan dan pemasangan mesin,
penggunaan tempat dan ruangan
2. Mesin dan peralatan kerja
Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang
baik dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik
terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin
atau perkakas yang bergerak, antara lain bagian yang berputar. Bila pagar atau
tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya
pagar atau tutup pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan ukurannya
12
yang sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya
keselamatan pekerja dilindungi.
3. Perlengkapan kerja
Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus
terpenuhi bagi pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata,
sarung tangan, yang kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga
menimbulkan kenyamanan dalam penggunaannya.
4. Faktor manusia
Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan
kerja, mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja,
meniadakan hal-hal yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin
kerja, menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta
menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental.
2.2 TRAUMATOLOGI
2.2.1 Definisi
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Traumatologi berarti
kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue), sedangkan logos
berarti ilmu. Jadi pengertian yang sebenarnya dari traumatologi adalah ilmu yang
mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan
tubuh manusia yang masih hidup.
13
Dalam kaitannya dengan forensik tersebut, traumatologi dapat di manfaatkan
untuk membantu menentukan :
a. Jenis penyebab trauma
b. Waktu terjadinya trauma
c. Cara melakukannya
d. Akibat trauma
e. Kontek peristiwa penyebab trauma (Dahlan,2000).
2.2.2 Trauma Tajam
Ciri-ciri umum dari luka tajam adalah sebagai berikut:
a. Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing.
b. Bila ditautkan akan menjadi rapat (karena benda tersebut hanya
memisahkan, tidak menghancurkan jaringan).
c. Tebing luka rata dan tida ada jembatan jaringan.
d. Daerah di sekitar batas luka tidak ada memar (Dahlan, 2000).
Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat, luka
tusuk dan luka bacok. Selain gambaran umum luka tersebut diatas, luka iris atau
sayat dan luka bacok mempunyai sudut luka yang lancip dan dalam luka tidak
melebihi panjang luka. Sudut luka yang lancip dapat terjadi dua kali pada tempat
yang berdekatan akibat pergeseran senjata waktu ditarik atau akibat bergeraknya
korban. Bila dibarengi gerak memutar, dapat menghasilkan luka yang tidak selalu
berupa garis (FK UI, 1997).
Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda
penyebabnya, apakh berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut
luka lancip dan yang lain tumpul, berarti benda penyebabnya adalah benda tajam
bermata satu. Bila kedua sudut luka lancip, luka tersebut dapat diakibatkan oleh
14
benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan luka
tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja
yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya
(FK UI,1997).
Pada luka tusuk, panjang luka biasannya tidak mencerminkan lebar benda
tajam penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak
menunjukkan panjang benda tajam tersebut. Hal ini disebabkan oleh faktor
elastisitas jaringan dan gerakan korban (FK UI, 1997).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bentuk luka tusuk,
salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal
tersebut dapat menyebabkan luka menjadi tidak begitu khas atau manipulasi yang
dilakukan pada saat penusukan juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka
yang ditemukan :
a. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian
ditusukan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka
tidsak sesuai dengan keadaan sebenarnya pada keadaan tersebut luka tidak
sesuai dengan gambar sebenarnya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui
pada jaringan yang lebih dalam maupun pada organ.
b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu
sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada
permukaan kulit seperti ekor.
c. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan kearah lain,
sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terkihat juga lebih
luas dibandingkan lebar senjata yang digunakan.
15
d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan menggunakan titik
terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam
dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar
dibandingkan lebar senjata yang digunakan.
e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka terbentuk
ireguler dan lebar. (Idries dan Tjiptomartono, 2008)
2.2.3. Trauma Tumpul
Menurut Sofwan Dahlan (2007) trauma tumpul dibagi menjadi luka
memar, luka lecet, dan luka robek. Masing-masing luka memiliki ciri-ciri
tersendiri.
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar dari
kulit, yang ciri-cirinya adalah :
a. Bentuk luka tidak teratur
b. Batas luka tidak teraturoleh
c. Tepi luka tidak rata
d. Kadang ditemukan sedikit perdarahan
e. Permukaan tertutup krusta
f. Warna coklat kemerahan
g. Pad pemeriksaan mikroskopik terlihat adanya bagian yang masih ditutupi
epitel dan reaksi jaringan (inflamasi).
Luka Robek (Laserasi) adalah luka yang disebabkan karena persentuhan dengan
benda tumpul, dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan
jaringan dibawahnya, yang ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tidak rata
16
b. Bila ditautkan tidak dapat rata
c. Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
d. Disekitar luka terdapat memar
e. Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah dekat tulang
Luka Memar
luka memar merupakan luka yang ditandai oleh kerusakan jaringan, tanpa disertai
dengan diskontinuitas permukaan kulit.
Pada luka memar harus dibedakan dengan lebam mayat, perbedaannya yaitu:
Memar Lebam Mayat
Lokasi Reaksi Bisa dimana saja Bagian terendah
Pembengkakan Positif Negatif
Bila ditekan Warna tetap Pucat atau hilang
Mikroskopik Reaksi jaringan positif Reaksi jaringan negatif
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. KRONOLOGI KEJADIAN
Pada tanggal 9 Agustus 2014, pukul 11.00 WIB, korban mengalami kecelakaan kerja
di tempat kerjanya. Pukul 11.20 WIB tiba di IGD Rumah Sakit Islam Sultan Agung
untuk mendapatkan penanganan luka.
3.2. HASIL PEMERIKSAAN
3.2.1. PEMERIKSAAN LUAR
3.2.1.1. Identitas
Seorang laki – laki umur 40 tahun, buruh bangunan,
kewarganegaraan Indonesia, agama Islam terdapat luka terbuka pada
lengan bawah kirinya akibat kecelakaan kerja.
3.2.1.3. Pemeriksaan Luka
a. Kepala
Tidak ditemukan kelainan.
b. Leher
Tidak ditemukan kelainan.
c. Dada
Tidak ditemukan kelainan.
18
d. Punggung
Tidak ditemukan kelainan.
e. Perut
Tidak ditemukan kelainan.
f. Anggota gerak atas
Terdapat sebuah luka terbuka pada lengan bawah kiri nol koma
lima sentimeter diatas pergelangan tangan, luka berbentuk tidak
beraturan setelah dirapatkan berbentuk tidak beraturan. Sebelum
dirapatkan panjang luka empat koma tujuh sentimeter, lebar nol
koma lima sentimeter dan dalamnya nol koma lima sentimeter.
Ketika dirapatkan panjang luka menjadi lima sentimeter. Garis
batas luka bentuknya teratur, tebing luka rata terdiri atas jaringan
kulit, jaringan ikat, lemak serta otot. Jembatan jaringan tidak ada.
Dasar luka terdiri atas jaringan otot. Daerah disekitar garis batas
luka tidak didapatkan memar.
g. Anggota gerak bawah
Tidak ditemukan kelainan.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
(ini belom gue ganti)
4.2 JENIS KEKERASAN, JENIS LUKA DAN POLA LUKA
4.2.1 Jenis Kekerasan
Dilihat dari luka korban, bentuk nya yang oval, dengan ujung kedua luka
lancip, garis batas luka teratur dan tepi tajam. Pada luka bila ditautkan menjadi
rapat dan membentuk garis lengkung dengan tebing luka rata dan tidak ditemukan
adanya jembatan jaringan. Pada daerah garis batas luka tidak ditemukan pula
adanya memar. Hal ini merupakan ciri tanda kekerasan akibat benda tajam.
4.2.2 Jenis Luka
Pada kasus ini ditemukan adanya kekerasan akibat benda tajam, yaitu luka
iris. Luka iris yang terlihat pada tubuh korban sesuai dengan ciri luka akibat
senjata tajam dan ditemukan panjang luka lebih besar dari dalamnya luka.
4.2.3 Pola Luka
20
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari referat ini adalah:
5.1.1. Terdapat luka terbuka akibat benda tajam yang merupakan suatu kecelakaan
kerja.
5.1.2. Pola luka pada kasus ini adalah
5.1.3. Akibat luka tersebut korban tidak dapat melakukan pekerjaanya dalam
waktu tujuh hari.
5.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, MIF., Sunardi., Risma., Heryati., 2000, Psikiatri. Dalam : http://www.freewebs.com.org/forensikpsikiatri.full.pdf. Dikutip tanggal : 6 Juni 2013
Buchari, 2007. ,Manajemen Kesehatan Kerja dan Alat Pelindung Diri. Universitas Sumatera Utara, Medan.
FKUI, 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : FKUI
FKUI, 2010. Kristal – Kristal : Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : FKUI
Dahlan, S., 2000. Ilmu Kedokteran Forensik : Pedoman Bagi Dokter Dan Penegak Hukum. Semarang : Undip
Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1995. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Pustaka Binaman Pressindo.
Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung Agung