kecelakaan dan kesehatan kerja ketaaaaaaa

22
Kecelakaan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat kerja. Menurut Suma’nur (1987) kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting yaitu: (1) Kecelakaan akibat langsung pekerjaan, (2) Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Ditinjau dari aspek yuridis K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Upload: brigita-de-vega

Post on 03-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

TRANSCRIPT

Page 1: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

Kecelakaan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan

disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas

kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat

kerja.

Menurut Suma’nur (1987) kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang

berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat

berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting

yaitu: (1) Kecelakaan akibat langsung pekerjaan, (2) Kecelakaan terjadi pada saat

pekerjaan sedang dilakukan.

Ditinjau dari aspek yuridis K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan

tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan

setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat

dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3 adalah ilmu

pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Penerapan K3 dijabarkan kedalam sistem manajemen yang disebut SMK3

(Somaryanto, 2002).

Tujuan dari upaya kesehatan kerja adalah untuk:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien

(Sama’nur, 1992).

Menurut Dewi (2006), dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi

Page 2: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

di Indonesia, keselamatan kerja adalah sarana utama dalam pencegahan penyakit,

cacat kematian yang disebabkan oleh penyakit akibat hubungan kerja. Kesehatan

kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.

Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun

rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budayanya menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).

Menurut Suma’nur (1987) keselamatan kerja adalah keselamatan yang

bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,

landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.

Di mana sasaran keselamatan kerja adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam

tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara.

Keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau berdasarkan aspek secara yuridis

adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan

pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki

tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien.

Peninjauan dari aspek teknis keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah ilmu

pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja yang disebut SMK 3 (Soemaryanto, 2002).

Dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan kebijakan

dari manajemen perusahaan, sehingga sekali kebijakan telah ditetapkan akan menjadi

pedoman pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam lingkungan perusahaan

sampai diterbitkannya kebijakan lain yang menggantikan kebijakan terdahulu.

Menurut Muhammad (2005) kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

Page 3: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi

setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan

hubungan kerja.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996

disebutkan bahwa: kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu

pernyataan tertulis yang dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil

tenaga kerja yang memuat keseluruhan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad

melaksanakan K3, kerangka dan program kerja perusahaan yang bersifat umum dan

operasional. Kebijakan ini ditanda tangani oleh pengusaha dan atau pengurus.

Menurut Tunggal S. W (1996) tahapan keselamatan dan kesehatan kerja memiliki

beberapa tahapan antara lain:

1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko.

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan produk

barang dan tanda jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana

untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, karenanya harus

dipelihara dan ditetapkan prosedurnya.

2. Peraturan Perundangan dan Peraturan Lainnya

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi dan

pemahaman keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan kegiatan organisasi

yang bersangkutan manajemen organisasi juga harus menjelaskan peraturan

perundang-undangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.

3. Tujuan dan Sasaran Manajemen

Tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan ditetapkan oleh

organisasi sekurang-kurangnya harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut:

a. Dapat diukur,

Page 4: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

b. Satuan/indikator pengukuran,

c. Sasaran pencapaian,

d. Jangka waktu pencapaian.

4. Indikator Kerja

Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan dan

kesehatan kerja organisasi harus menggunakan indikator yang dapat diukur

sebagai penilaian kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang sekaligus

merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian sistem manajemen K3.

Kecelakaan yang didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diinginkan yang

mengakibatkan kerugian fisik (Physical harm) atas orang atau kerusakan atas milik

atau harta benda (property). Kecelakaan terjadi adalah sebagai akibat dari kontak

dengan sumber energi (kinetik, kimia, dan panas) yang melebihi nilai ambang batas.

Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan

akibat dari kerja (Notoatmodjo S, 1996).

Terjadinya kecelakaan kerja merupakan rangkaian yang berkaitan satu dengan

yang lainnya, faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain (H.W. Heinrich, 1980):

1. Ancestry dan Social Environment, yaitu faktor keturunan, keras kepala, gugup,

penakut, iri hati, sembrono, tidak sabar, pemarah, tidak mau bekerjasama, tidak

mau menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.

2. Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan

yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. Ada

beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan kesalahan-kesalahan:

a. Pendidikan, pengetahuan dan keterampilan rendah,

b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik,

c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.

Page 5: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

3. Unsafe actions anda unsafe conditions, yaitu tindakan berbahaya disertai bahaya

mekanik dan fisik memudahkan terjadinya kecelakaan. Contoh tindakan tidak

aman (unsafe actions), yaitu:

a. Mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya/tanpa perintah,

b. Membuat alat pengaman yang bukan tugasnya,

c. Menjalankan mesin dengan kecepatan yang membahayakan,

d. Kurang pengetahuan dan keterampilan,

e. Tidak memakai salah satu alat pelindung diri,

f. Kesalahan memberikan peringatan atau keamanan,

g. Memakai peralatan yang rusak,

h. Menggunakan peralatan yang sesuai,

i. Mengangkat dengan cara yang salah,

j. Posisi kerja yang tidak sesuai,

k. Memperbaiki peralatan yang sedang bergerak,

l. Bekerja sambil bercanda,

m. Bekerja tidak konsentrasi,

n. Bekerja sambil merokok/makan,

o. Meminum minuman keras dan obat-obatan terlarang,

p. Cacat tubuh yang tidak jelas kelihatan,

q. Kelelahan dan kelesuan.

Kondisi tidak aman sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan antara

lain:

a. Mesin tidak diberi pagar pengaman,

b. Pagar pengaman tidak berfungsi,

c. Kerusakan alat, peralatan dan substansi/bahan baku yang digunakan,

Page 6: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

d. Disain dan konstruksi bangunan/tempat bekerja yang tidak benar,

e. Ventilasi yang tidak memenuhi persyaratan,

f. Tidak ada ada sistem peringatan keselamatan di tempat kerja,

g. Bahaya kebakaran dan ledakan,

h. Kemacetan alat/peralatan yang digunakan,

i. Pemeliharaan kebersihan di bawah standar,

j. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif (panas, bising, cahaya, tidak

memadai),

k. Cara penyimpanan yang berbahaya,

l. Tidak ada prosedur kerja,

m. Adanya pemakaian bahan-bahan yang mudah terbakar,

n. Tata letak area kerja yang tidak baik.

4. Accident, yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda, jatuh terpeleset, rambut

tergulung mesin, dan lain-lain) yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh

berbagai kerugian.

5. Injuri, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan cedera (luka ringan, luka berat/

parah), cacat dan bahkan kematian (Allen and Friends, 1976).

Menurut Notoatmodjo (2003), terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh

dua faktor utama yaitu fisik dan faktor manusia. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor

manusia) yang tidak memenuhi keselamatan misalnya karena kelengahan,

kecerobohan, ngantuk, kelelahan dan sebagainya. Menurut hasil penelitian 85 %

kecelakaan kerja terjadi karena faktor-faktor manusia. Kondisi-kondisi lingkungan

pekerjaan yang tidak aman misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau,

mesin yang terbuka, dan sebagainya.

2.2. Penyebab Kecelakaan

Page 7: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

Terjadinya kecelakaan kerja umumnya disebabkan beberapa faktor

antara lain faktor manusia, peralatan, manajemen dan lokasi kerja.

Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja pada

umumnya digolongkan menjadi dua, yakni:

(a) Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi

keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan,

dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang ada 85 % dari kecelakaan yang

terjadi disebabkan karena faktor manusia ini.

(b) Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition

misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau, mesin yang terbuka, dan

sebagainya.

Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan faktor karakteristik

pekerja, demikian halnya kurangnya kemampuan/pelatihan, rekruitmen pekerja yang

tidak benar, kelelahan akibat jam kerja yang berlebih, serta minimnya pengawasan

terhadap pekerja (Notoadmojo S, 1996).

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja

(kecelakaan kerja) dapat diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:

a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan,

b. Klasifikasi menurut penyebab,

c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan,

d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh.

H.W.Heinrich, 1980, mengatakan bahwa terjadinya kecelakaan kerja

merupakan suatu rangkaian yang berkaitan satu dengan yang lainnya, antara lain:

1. Ancestry and Social Environment, yaitu faktor keturunan, keras kepala, gugup,

penakut, iri hati, sembrono, tidak sabar, pemarah, tidak mau bekerja sama, tidak

mau menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.

Page 8: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan

yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. Ada

beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan kesalahan-kesalahan:

a. Pendidikan, pengetahuan dan keterampilan rendah,

b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik,

c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.

2. Unsafe actions an unsafe conditions, yaitu tindakan berbahaya disertai bahaya

mekanik dan fisik memudahkan terjadinya kecelakaan. Contoh tindakan tidak

aman (unsafe actions) yaitu: mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya/tanpa

perintah, membuat alat pengaman yang bukan tugasnya, menjalankan mesin

dengan kecepatan yang membahayakan, kurang pengetahuan dan keterampilan,

tidak memakai salah satu alat pelindung diri, kesalahan memberikan peringatan

atau keamanan, memakai peralatan yang rusak, menggunakan peralatan yang

tidak sesuai, mengangkat dengan cara yang salah, posisi kerja yang tidak sesuai,

memperbaiki peralatan yang sedang bergerak, bekerja sambil bercanda, bekerja

tidak konsentrasi, bekerja sambil merokok/makan, meminum minuman keras dan

obat-obatan terlarang, cacat tubuh yang tidak jelas kelihatan, kelelahan dan

kelesuan.

3. Kondisi tidak aman sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan antara

lain: mesin tidak diberi pagar pengaman, pagar pengaman tidak berfungsi,

kerusakan alat, peralatan dan substansi/bahan baku yang digunakan, desain dan

konstruksi bangunan/tempat bekerja yang tidak benar, ventilasi yang tidak

memenuhi persyaratan, tidak ada sistem peringatan keselamatan di tempat kerja,

bahaya kebakaran dan ledakan, kemacetan alat/peralatan yang digunakan,

pemeliharaan kebersihan di bawah standar, kondisi lingkungan yang tidak

Page 9: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

kondusif (panas, bising, cahaya tidak memadai), cara penyimpanan yang

berbahaya, tidak ada prosedur kerja, adanya pemakaian bahan-bahan yang mudah

terbakar, tata letak area kerja yang tidak baik.

4. Accident, yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda, jatuh terpeleset, rambut

tergulung mesin, dan lain-lain) yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh

berbagai kerugian.

5. Injury, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan cedera (luka ringan, luka berat/

parah), cacat dan bahkan kematian (Allen and Friends, 1976).

Alat Pelindung D iri ( A P D)

a. De f inisi

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang

digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari

kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Tarwaka, 2008)

Adapun syarat-syarat APD agar dapat dipakai dan efektif dalam

penggunaan dan pemiliharaan APD sebagai berikut :

1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif pada

pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja.

2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman

dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi pemakainya.

3. Bentuk cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya.

4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis

bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian.

5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta

Page 10: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup

lama.

7. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda

peringatan.

8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia di

pasaran.

9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan

10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan.

(Tarwaka, 2008).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian APD yaitu:

1) P e n g ujian mutu

Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan untuk

menjamin bahwa alat pelindung diri akan memberikan perlindungan sesuai

yang diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum dipasarkan harus

diuji lebih dahulu mutunya.

2) P e m e lihar aa n A PD

Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan

kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan pekerja sendiri agar benar-benar

dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja.

3) Uku ra n h a rus tep a t

Untuk dapat memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga kerja

serta ukuran APD harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan menimbulkan

gangguan pada pemakainya.

4) Cara p e m a k aian y a n g be nar

Sekalipun APD disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini tidak akan

Page 11: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak benar.

b. Asp e k k ea m a nan dan Aspek Er g onomi da r i pe n gguna a n APD

1) Aspek keamanan

Alat pelindung diri harus memberikan perlindungan yang adekuat terhadap

bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

2) Aspek ergonomi

Hendaknya APD beratnya seringan mungkin dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa ketidaknyamanan bagi tenaga kerja yang berlebihan

dan bentuknya harus cukup menarik.

c. P emeliha raa n d an Pe n y i m pan a n A PD

1. Secara prinsip pemeliharaan APD dapat dilakukan dengan cara :

a) Penjemuran di panas matahari untuk menghilangkan bau dan

mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri.

b) Pencucian dengan air sabun untuk plindung diri seperti helm,

kacamata, earplug yang terbuat dari karet, sarung tangan

kain/kulit/karet dan lain-lain.

c) Penggantian cartirgde atau canister pada respirator setelah dipakai

beberapa kali.

2. Penyimpanan APD

a) Tempat penyimpanan yang bebas dari debu, kotoran, dan tidak terlalu

lembab, serta terhindar dari gigitan binatang.

b) Penyimpanan harus diatur sedemikian rupa sehingga mudah diambil

dan dijangkau oleh pekerja dan diupayakan disimpan di almari khusus

APD (Tarwaka, 2008).

d. Ma ca m APD

Page 12: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

1. Alat Pelindung Ke p ala

Berdasarkan fungsinya alat pelindung kepala dapat dibagi menjadi tiga jenis :

1) Safety Helmets

Untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh,

benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik.

2) Tutup Kepala

Untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas atau

dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan

api/korosi, kulit dan kain tahan air.

3) Topi

Untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran/debu atau mesin

yang berputar. Topi ini biasanya terbuat dari kain katun (Tarwaka,

2008).

2. Alat p e lindung m a t a

Terdapat 3 bentuk alat pelindung mata yaitu

1) Kacamata

Kacamata keselamatan untuk melindungi mata dari partikel kecil yang

melayang di udara serta radiasi gelombang elektrobagnetis.

2) Goggles

Kacamata bentuk framennya dalam, yang digunakan untuk melindungi

mata dari bahaya gas-gas, uap-uap, larutan bahan kimia korosif dan

debu-debu.

3) Tameng muka

Tameng muka ini melindungi muka secara keseluruhan dari bahaya.

Bahaya percikan logam dan radiasi. Dilihat dari segi keselamatannya,

Page 13: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

penggunaan tameng muka ini lebih dari menjamin keselamatan tenaga

kerja dari pada dengan spectacles maupun googles.

Dari ketiga alat pelindung mata tersebut, kacamata adalah yang paling

nyaman untuk dipakai dan digunakan untuk dipakai dan digunakan

untuk melindungi mata dari partikel kecil yang melayang di udara serta

radiasi gelombang ultramagnetik.

3. Alat Pelindung T e li n g a

Alat ini bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga

dalam selain itu, alat ini melindungi pemakaiannya dari bahaya percikan

api atau logam-logam panas misalnya pada pengelasan. Pada umumnya

alat pelindung telinga dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

a. S umbat t elin g a ( e arplu g )

Digunakan di tempat kerja yang mempunyai intensitas

kebisingan antara 85 dB A sampai 95 dB A.

b. Tutup Telin g a (Ear muf f )

Tutup telinga (ear muff) terdiri dari dua buah tudung untuk tutup

telinga dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap

suara frekuensi tinggi. Tutup telinga dapat mengurangi intensitas suara sampai

30 dB (A) dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda

keras atau percikan bahan kimia. (Tarwaka, 2008)

4. Alat Pelindung Pe r n a f a s a n

Alat pelindung pernafasan dibedakan menjadi :

a. Masker

Masker umumnya terbuat dari kain kasa atau busa yang didesinfektan

terlebih dahulu. Penggunaan masker umumnya digunakan untuk

Page 14: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang lebih besar masuk ke

dalam saluran pernapasan.

b. Respirator

Respirator digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu,

kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya (Tarwaka, 2008).

5. Alat Pelindung T a n gan

Alat pelindung tangan mungkin yang paling banyak digunakan. Hal

ini tidak mengherankan karena jumlah kecelakaan pada tangan adalah yang

banyak dari seluruh kecelakaan yang terjadi di tempat kerja (Tim Penyusun,

2008).

a. Sarung tangan biasa (Gloves)

b. Gaunlets atau sarung tangan dimana keempat dari pemakainya dibungkus

menjadi satu kecuali ibu jari yang mempunyai pembungkus sendiri

(bentuknya seperti sarung tangan petinju).

6. Alat Pelindung Ka ki

Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya

kejatuhan benda-benda berat, kepercikan larutan asam dan basa yang korosit

atau cairan yang panas, menginjak benda-benda tajam.

7. Pakai a n Pelindung

Pakaian pelindung dapat berbentuk Appron yang menutupi sebagian

dari tubuh yaitu dari dada sampai lutut dan “overall” yang menutupi seluruh

badan. Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi pemakainya dari

percikan api, cairan, larutan bahan-bahan kimia korosif dan di cuaca kerja

(panas, dingin, dan kelembaban). Appron dapat dibuat dari kain (drill), kulit,

Page 15: Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Ketaaaaaaa

plastic (PVC, polietilen) karet, asbes atau yang dilapisi alumunium. Perlu

diingat bahwa apron tidak boleh dipakai di tempat-tempat kerja yang terdapat

pada mesin berputar (Tim Penyusun, 2008).

Menurut jenis pakaian pelindung dapat dibedakan menjadi :

a. Pakaian pelindung biasa : pelindung ringan, pakaian pelindung medium,

pakaian pelindung berat.

b. Pakaian pelindung yang bersifat khusus : pakaian dari kulit, pakaian

asbestos, pakaian pelindung berat, dan pakaian alumunium.

8. Sabuk Pen g a m an

Tali dan sabuk pengaman digunakan untuk menolong korban

kecelakaan misalnya yang terjadi pada palka kapal, sumur atau tangki. Selain

itu, alat pengaman ini juga digunakan pada pekerjaan mendaki, memanjat dan

konstruksi bangunan (Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja, 2008).