bab 2 konsep perencanaan pengajaran

Upload: jelagafisikaitulahsaya

Post on 10-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tugas Perencanaan Belajar Mengajar Fisika BAB 2 Konsep Perencanaan Pengajaran

OLEH KELOMPOK 2:

Irwan SubairSovi SalamaZainuddin Fatah

Kelas : B

Jurusan FisikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Negeri Manado2014BAB 2Konsep Perencanaan PengajaranPerencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.

A. PengertianBerkenaan dengan perencanaan, William H. Newman dalam bukunya administrative Action techniques of Organization and Management :mengemukakan bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program,penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.Terry (1993:17) menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan. Untuk tu diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola tindakan unntuk masa mendatang. Banghart dan Trull, (1973) mengemukakan bahwa perencanaan adalah awal dari semua proses yang rasional dan mengandung sifat optimism yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan. Nana Sudjana (2000:61)mengatakan bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan dating. Hal senada juga dikemukakan oleh Hadari Nawawi (1983:16) bahwa perencanaan berarti menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini perencanaan mencakup rangkaian kegiatan untuk menentukan tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objektivitas ) suatu organisasi atau lembaga penyelenggara pendidikan, berdasarkan dukungan informasi yang lengkap. Setelah tujuan ditetapkan perencanaan berkaitan dengan penyusunan pola, rangkaian dan proses kegiatan yang akan dilakukan untuk mecapai tujuan tersebut. Singkatnnya, efektifitas perencanaan berkaitan dengan penyusunan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan, dapat di ukur dengan terpenuhinya factor kerjasama perumusan perencanaan, program kerja madrasah, dan upaya implementasi program kerja tersebut dalam mencapai tujuan. Sedangkan pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Dengan kata lain pengajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. (Jones at. Al dalam Mulyani Sumantri, 1988:95)Sampai saat ini riset tentang perencanaan pengajaran masih jarang, tetapi beberapa konsep dapat membantu guru dalam meningkatkan efektifitas pembuatan perencanaan pengajaran. Konsep tersebut mengandung dua pemikiran utama, yaitu proses pengambilan keputusan dan pengetahuan professional tentang proses pengajaaran. Keputusan yang diambil oleh guru bias bermacam-macam, mulai dari yang sederhana sampai pada tingkat yang komplek. Keputusan tingkat sederhana misalnya penorganisasian aktivitas kelas sedangkan keputusan pada tingkat kompleks menentukan apa yang akan dipelajari anak.Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diaartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan nilai dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :a. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong pennggunaan teknik-teknik yand dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teoori konstruktif terhaddap solusi dan problem-problem pengajaran.b. Perencanaan pengajaran sebagai suatu system adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembanan system pengajaran melalui proses yang sistematik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada system perencanaan itu.c. Perencanaan pengajjaran sebagai sebuah disiplen adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan immplementasinya terhadap strategi tersebut.d. Perencanaan pengajaran sebagai sains (sciences) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang ebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya.e. Perencanaan pengajaran sebagi sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan engajran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini dilakukan analisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas-aktivitas pengajaran.f. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalm suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mmengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik.Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan program pengajaran sebagai sebuah proses, disipllin ilmu pengetahuan, realitas, system dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaaran berjalan dengan efektif dan efisien. Kurikulum khususnya silabus menjadi acuan utama dalam penyusunan perencanaan program pengajaran, namun kondisi sekolah/ madrasah dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal penting jangan sampai diabaikan.

B. Dimensi-dimensi Perencanaan Berbicara tentang dimensi perencanaan pengajaran yakni berkaitan dengan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi itu menurut Harjanto (1997:5) memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien, yakni :1. Signifikansi Tingkat signifikansi tergantung pada tujuan pendidikan yang diajukan dan signifikansi dapat ditentukan berdasarkan krieria-kriteria yang dibangun selama proses perencanaan.2. FeasibiltasMaksudnya perencanaan harus disusun berdasarkan pertimbangan relistis baik yang berkaitan dan biaya maupun pengimplementasiannya.3. Relevansi Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal..4. Kepastiankonsep kepastian minimum diharapkan dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.5. KetelitianPrinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, serta perlu diperhatikan secara sensitive kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen.6. AdaptabilirasDiakui bahwa perencanaan pengajarana bersifat dinamis, sehingga perlu senantiasa mencari informasi sebagai umpan balik. Penggunaan berbagai proses memugkinkan perencanaan yang fleksibel atau adaptable dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.7. WaktuFactor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan dalam memprediksi masa depan, juga validasi dan reliabilitas analisi yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang. 8. Monitoring Monitoring merupakan proses mengembangkan kriteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif. 9. Isi Perencanaan Isi perencanaan merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan. Perencanaan pengajaran yang baik perlu memuat :a. Tujuan apa yang diinginkan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya.b. Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya.c. Tenaga manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka.d. Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan.e. Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan pengembangan psikologis.f. Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan manajemen operasi dan pengawasan program dan aktivitas kependidikan yang direncanakang. Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran.

Pengembangan program pengajaran dimaksud adalah rumusan-rumusan tentang apa yang akan dilakukan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, sebelum kegiatan belajar mengajar sesungguhnya dilaksanakan. Pengembangan program ini merupakan suatu sistem yang menjelaskan adanya analisis atas semua komponen yang benar-benar harus saling terkait secara fungsional untuk mencapai tujuan (Mohamad Ali, 1990).Hal ini menunjukkan bahwa guru harus mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan dalam merencanakan program. Hidayat (1990:11) mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain :1. Memahami kurikulum.2. Menguasai bahan ajar.3. Menyusun program pengajaran.4. Melaksanakan program pengajaran.5. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Kurikulum 2004 atau lebih dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi menghendaki proses pembelajaran yang memberdayakan semua peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika, kontekstual, efektif, dan efisien bermakna, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam.Dalam hal ini kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.Dalam pembelajaran berbasis kompetensi perlu ditentukan standar minimum kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Sesuai dengan pendapat tersebut, komponen materi pokok pembelajaran berbasi kompetensi meliputi: 1) Kompetensi yang akan dicapai2) Strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi3) Sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi.

Konsep pembelajaran berbasis kompetensi mensyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan tolok ukur pencapaian kompetensi, maka dalam kegiatan pembelajaran siswa akan terhindar dari mempelajari materi yang tidak menunjang tercapainya penguasaan kompetensi.Pencapaian setiap kompetensi tersebut terkait erat dengan sistem pembelajaran. Dengan demikian komponen minimal pembelajaran berbasis kompetensi adalah:a. Pemilihan dan perumusan kompetensi yang tepat.b. Spesifikasi indikator penilaian untuk menentukan pencapaian kompetensi.c. Pengembangan sistem penyampaian yang fungsional dan relevan dengan kompetensi dan sistempenilaian.

C. Manfaat Perencanaan PengajaranPerencanaan pengajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.Terdapat beberapa manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu :1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.

Sedangkan penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi diharapkan bermanfaat untuk:a. Menghindari duplikasi dalam memberikan materi pelajaran. Dengan menyajikan materi pelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai, dapat dihindari terjadinya duplikasi dan pemberian materi pelajaran yang terlalu banyak.b. Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai dalam mengajarkan suatu mata pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapapun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan.c. Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan dan kesempurnaan siswa.d. Membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan akreditasi akan lebih dipermudah dengan menggunakan tolok ukur standar kompetensi.e. Memperbaharui sistem evaluasi dan laporan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan berdasar pencapaian kompetensi atau sub-kompetensi tertentu, bukan didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar siswa yang lain.f. Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan, atau pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan cara yang digunakan untuk menentukan keberhasilan belajarnya.g. Meningkatkan akuntabilitas publik. Kompetensi yang telah disusun, divalidasikan, dan dikomunikasikan kepada publik, sehingga dapat digunakan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan pembelajaran kepada publik.h. Memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kompetensi yang lebih spesifik dan terperinci, sekolah/madrasah dapat mengeluarkan sertifikat atau transkrip yang menyatakan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.

D. Desain Pembelajaran Berbasis KompetensiPendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu yang sesuai dengan standar performansi yang telah ditetapkan. Competency Based Education is geared toward preparing individuals to perform identified competency(Schrag, 1987, h 22).Rumusan ini menunjukkan bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu agar mampu melakukan perangkat kompetensi yang diperlukan. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung empat unsur pokok, yaitu :1) Pemilihan kompetensi yang sesuai.2) Spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi.3) Pengembangan sistem pengajaran.4) Penilaian.

Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu:1) Berpusat pada peserta didik2) Mengembangkan kreatifitas peserta didik.3) Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang.4) Bermuatan, nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam(Puskur, 2004:13).Dalam kerangka itu, pengembangan program dilakukan berdasarkan pendekatan kompetensi. Penggunaan pendekatan ini memungkinkan desain program dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan tepat. Hasil-hasil pembelajaran dinilai dan dijadikan umpan balik untuk mengadakan perubahan terhadap tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya. Langkah-langkah pengembangan pembelajaran tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Stanley Elam (1971) dalam Oemar Hamalik (2002:92) sebagai berikut.

Langkah ke-1Spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi-preposisi yang mendasarProgram pembelajaran harus didasarkan pada asumsi yang jelas. Dunia pendidikan dewasa ini lebih cenderung kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti dalam kompetensi pengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali persoalan dalam kehidupan jangka panjang.Pada awal abad dua puluh, John Dewey mendengungkan filsafat progresivisme, yang kemudian melahirkan filosofi belajar konstruktivisme dengan mengajukan teori kurikulum dan metode pembelajaran yang berhubungan dngan pengalaman dan minat siswa. Inti ajarannya adalah siswa akan belajar dengan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah merek ketahui. Proses belajar akan produktif jika siswa terlibatv aktif dalam proses belajar. Di antara pokok-pokok pandangan progresivisme antara lain :1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang dipelajari.2. Anak harus bebas agar bisa berkembang dengan wajar.3. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti.5. Harus ada kerjasama antara sekolah dan masyarakat.6. Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untk melaakukan eksperimen.

Mungkin masih banyak teori-teori lain yang dapat dijadikan landasan dalam pengembangan kurikulum. Jika diantara teori belajar ternyata bada yang tidak disetujui, maka sebaiknya diadakan diskusi, sehingga dapat menyusun program yang betul-betul aktual.

Langkah ke-2Mengidentifikasi KompetensiDalam penyusunan rencana pembelajaran perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Untuk mengetahui keluasan dan kedalaman cakupan kemampuan dasar, dapat digunakan jaringan topic/tema/konsep. Kompetensi dasar yang terlalu luas dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pembelajaran. Kompetensi-kompetensi harus dijabarkan secara khusus dan telah divalidasikan serta di tes sejauh mana kontribusinya terhadap keberhasilan dan efektivitas belajar mengajar. Hasil penelitian seringkali ikut membantu dalam mengidentifikasi kompetensi, kita dapat menggunakan beberapa model pendekatan, di antaranya :a. Pedekatan analisis tugas (task analysis) untuk menentukan daftar kompetensi. Berdasarkan analisis tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru di sekolah/ madrasah sebagai tenaga professional, yang pada gilirannya ditentukan kompetensi-kompetensi apa yang diperlukan, sehingga dapat pula diketahui apakah seorang siswa telah melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dituntut kepadanya. Kompetensi dasar berfungsi untuk mengarahkan guru dan fasilitator mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran. Daftar kompetensi ini dapat disusun setelah mengadakan serangkaian diskusi atau menilai.b. Pendekatan the needs of school learners (memusatkan perhatian pada kebutuhan-kebutuhan siswa di sekolah). Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah bertitik tolak dari ambisi, nilai-nilai dan pandangan para siswa. hal ini menjadi landasan dalam mengidentifikasi kompetensi. Jadi pendekatan ini berdasarkan asumsi bahwa terdapat hubungan yang erat sekali antara persiapan guru dan hasil yang diinginkan siswa. c. Pendekatan berdasarkan asumsi kebutuhan masyarakat.Dengan menspesifikasikan kebutuhan masyarakat, terutama masyarakat sekolah maka selanjutnya disusun program pendidikan. Pendekatan ini berdasarkan asumsi, bahwa pengetahuan tentang masyarakat yang nyata dan penting itu dapat diterjemahkan menjadi program sekolah para siswa yang pada gilirannya dituangkan ke dalam program pembelajaran. Kelemahan dari pendekatan ini ialah bahwa sangat sulit menemukan kebutuhan masyarakat yang tepat, tetap serta lengkap, sehingga begitu program dilaksanakan pada waktu itu mungkin kebutuhan masyarakat telah berubah.

Hal senada juga dikemukakan oleh Ashan (198157) dalam Mulyasa (2004:8) bahwa analisis kompetensi dilakukan melalui proses :1. Analisis tugas. Analisis tugas dimaksudkan untuk mendeskripsikan tugas-tugas yang harus dilakukan ke dalam indikator-indikator kompetensi. Berdasarkan analisis tugas yang harus dipelajari oleh siswa, dikembangkan berbagai jenis pengetahuan yang menuntut dicantumkan kompetensi-kompetensi yang diperlukannya(daftar kompetensi).2. Pola analisis. Pola analisis dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan baru yang belum ada. Pola analisis dilakukan dengan menganalisis setiap pekerjaan yang ada di masyarakat dengan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh para siswa. Selanjutnya dikembangkan keterampilan-keterampilan baru yang belum dimiliki oleh para siswa, yang dipandang lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.3. Research. Research (penelitian) dimaksdukan untuk mengembangkan sejumlah kompetensi berdasarkan hasil-hasil penelitian dan diskusi. Penelitian dan diskusi ini melibatkan berbagai ahli yang memahami kondisi serta perkembangan masa kini dan masa yang akan datang. Berdasarkan pemahaman terhadap kondisi serta perkembangan masa kini dan maa yang akan datang, diidentifikasikan sejumlah kompetensi yang diperlukan untuk dikuasai oleh individu dalam menempuh kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.4. Expert judgement. Expert judgement atau pertimbangan ahli dimaksudkan untuk menganalisis kompetensi berdasarkan pertimbangan para ahli. Expert judgement ini bisa dilakukan melalui teknik delphi, sebagai suatu cara untuk memprediksi masa depan berdasarkan pandangan dan analisis para pakar ditinjau dari berbagai sudut pandang ilmu. Kelebihan dari teknik delphi antara lain bahwa yang melakukan analisis dan prediksi masa depan adalah mereka yang telah memiliki wawasan dan pengetahuan yang handal dalam bidangnya.5. Individual group interview data. Analisis kompetensi berdasarkan wawancara, baik secara individu maupun kelompok dimaksudkan untuk menemukan informasi tentang kegiatan, tugas-tugas, dan pekerjaan yang diketahui oleh seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk lisan. Dengan komunikasi dua arah, penggunaan wawancara diharapkan dapat memberi kemudahan dalam menganalisis kompetensi untuk memperoleh informasi yang diinginkan oleh pewawancara melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.6. Role play. Role play ini dimaksudkan untuk melakukan analisis kompetensi berdasarkan pengamatan dan penilaian terhadap sejumlah orang yang melakukan peran tertentu. Melalui kegiatan ini diharapkan diperoleh sejumlah peran tertentu yang ada di masyarakat, sebagai bahan untuk mengidentifikasi kompetensi yang perlu dikembangkan dan dimiliki oleh murid.

Langkah ke-3Menggambarkan secra spesifik kompetensi-kompetensiKompetensi-kompetensi yang telah ditentukan lebih diperkhusus dan dirumuskan menjadi eksplisit dan dapat diamati. Selain itu dipertimbangkan masalah target populasinya dalam konteks pelaksanaannya, hambatan-hambatan program,waktu pelaksanaan dan parameter sumber.

Langkah ke-4Menentukan tingkat-tingkat kriteria dan jenis assessmentMenentukan jenis-jenis penilaian yang akan digunakan dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Hal ini sangat penting dalam pengembangan program pembelajaran. Jika tujuan sederhana dan jelas, maka tidak begitu sulit untuk menentukan kriteria keberhasilan dan kondisi yang diperlukan untuk mempertunjukkan bahwa kompetensi telah dikuasai. Akan tetapi kebanyakan kompetensi itu bersifat kompleks dan mengandung variabel yang cukup sulit untuk dinilai. Kompetensi-kompetensi itu diwarnai oleh karakteristik guru dan bermacam-macam suasana sambutan murid, baik secara individual maupun kelompok terhadap stimulasi yang sama. Oleh karena itu harus disusun seperangkat indikator dan jangan hanya satu persangkat karena akan mengakibatkan program menjadi kaku. Tersedianya berbagai alternatif penilaian yang disiapka oleh guru menunjukkan kisapan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Langkah ke-5 Pengelompokan dan penyusunan tujuan pengajaranPada langkah kelima ini dilakukan penyusunan sesuai dengan urutan maksud-maksud instruksional setelah langkah 1 sampai 4 menguraikan deskripsi logis program yang yang didalamnya memuat kompetensi-kompetensi minimal, sub kompetensi dan bentuk assessment.Sebagai pertimbangan atau landasan dalam rangka penyusunan pengaturan tersebut adalah :a. Struktur isi yang dimuat dari pengertian-pengertian sederhana sampai dengan prinsip-prinsip yang kompleks.b. Lokasi dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan macam-macam kegiatan. Beberapa kompetensi bertalian dengan masukan kognitif dan dilengkapi dengan media pengajaran, sedangkan kompetensi lainnya mungkin memerlukan simulasi.

Langkah ke-6Desain strategi PembelajaranProgram instruksional disusun brtalian dengan kompetensi yang telah dirumuskan dan secara logis dikembangkan setelah kompetensi ditentukan. Modul instruksional adalah seperangkat pengalaman dengan maksud memberikan fasilitas kepada para siswa untuk mengembangkan kompetensi. Pada umumnya format modul terdiri dari 5 bagian utama, yaitu :a. Prospectus, memuat pernyataan yang jelas tentang rasional asumsi-asumsi pokok yang menjadi landasan, hubungan antara modul satu dengan lainnya dan dengan keseluruhan program.b. Tujuan atau seperangkat tujuan yang harus dirumuskan dengan jelas dan tidak membingungkan.c. Pre assessment yang meliputi assessment diagnostic terhadap sub kompetensi atau tujuan-tujuan modul d. Kegiatan-kegiatan yang merupakan alternative instruksional untuk mencapai kompetensi, alternative yang dapat dipilih oleh siswa berdasarkan asumsi bahwa para siswa bersikap accountable terhadap kompetensi, bukan semata-mata ikut berpartisipasi.e. Post assessment, untuk mengetahui keberhasilan modul. Modul tidak mengisolasi kurikulum, melainkan bersifat luwes dan menggunakan strategi instruksional terpadu. Efektivitas modul tergantung pada kreativitas, kepandaian, kecakapan para pengembangya.

Langkah ke-7Mengorganisasikan system pengelolaanProgram-program yang berisfat individual menuntut system pengelolaan yang berguna melayani bermacam-macam kebutuhan siswa. adanya bermacam-macam tujuan berbagai alternative kegiatan, menjadikan system instruksional dan system bimbingan lebih unik.Sebagaimana kita ketahui program pembelajaran berbasis kompetensi lebih mengutamakan suasana real (field setting) dimana sangat dibutuhkan kerjasama dan dibutuhkan persetujuan inter-institusional. Tanggungjawab pendidikan bukan hanya mennjadi tanggungjawab guru, tetapi juga oleh lembaga-lembaga lainnya seperti: lembaga professional, wakil-wakil masyarakat, murid dan institusi lainnya.Mengingat belajar adalah merupakan proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal tersebut dengan lancer dan penuh motivasi. Suasana belajar yang diciptakan oleh guru harus melibatkan siswa secara aktif, mengatasi, bertanya dan mempertanyakan, menjelaskan dan sebagainya. Menghargai usaha siswa walaupun hasilnya belum memuaskan dan menantang siswa sehingga berbuat dan berpikir merupakan contoh strategi yang memungkinkan siswa menjadi pelajar seumur hidup. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, maka sangat diperlukan praktek pengelolaan dan system pengelolaan yang didesain dengan cermat.

Langkah ke-8Melaksanakan percobaan programProgram yang telah disusun secara sistematis perlu diujicobakan. Percobaan program dilakukan terhadap bagian-bagian dari program itu atau semacam prototype test dan hendaknya dilakukan terlebih dahulu dalam skala kecil. Tujuan program ini adalah untuk mengetes efektifitas strategi instruksional; seberapa besar diperlukan tuntutan-tuntutan program; ketepatan alat atau jenis penilaian yang digunakan; dan efektifitas system pengelolaan. Tes ini harus didesain sedemikian rupa agar dapat diketahui kelemahan apa yang terdapat dalam unsur-unsur program tersebut untuk melakukan perbaikan.Langkah ke-9Menilai desain pembelajaranPelaksanaan terhadap sebuah desain instruksional, lazimnya mencakup 4 aspek, yaitu :a. Validasi tujuan dalam hubungan dengan peranan pendidik yang diproyeksikan.b. Tingkat-tingkat kriteria dan bentuk-bentuk assessment.c. Sistem instruksional dalam hubungannya dengan hasil belajar.d. Pelaksanaan organisasi dan pengelolaan dalam hubungan dengan hasil tujuan.Pada prinsipnya pelaksanaan penilaian harus dilakukan sejak awal dan kontinyu karena merupakan bagian integral dalam pengembangan program.

Langkah ke-10Memperbaiki programSetiap program sesungguhnya tidak pernah tersusun dengan kondisi sempurna, termasuk desain instruksional berbasis kompetensi. Akan tetapi senantiasa terbuka untuk perbaikan dan perubahan berdasarkan umpan balik dari pengalaman-pengalaman. Hal ini senada dengan pendapat Houston: Continual refinement of every aspect of the program is characteristic of the systemic approach which undergirds most CBE programs. This includes modifying competencies as well as changing instructional strategies and management system to make them more useful.

TABEL 2.1Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran