bab 2 eksplorasi isu bisnis -...

26
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis 13 BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. Peta Pemikiran Konseptual Gambar 2.1. Conceptual Framework PT Agricinal Untuk melakukan pengembangan bisnis di PT Agricinal digunakan conceptual framework diatas, dan akan dijabarkan faktor – faktor yang dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan bisnis terutama dalam kaitannya dengan divisi trading. Faktor – faktor tersebut adalah Pengidentifikasian pada divisi trading PT Agricinal untuk mengetahui keadaan dan apakah terjadi permasalahan pada divisi ini, Menganalisa situasi industri, dan Menganalisa laporan keuangan untuk mengetahui performa PT Agricinal. Beberapa data untuk menunjang analisa yang terdapat dalam conseptual framework didapatkan dari hasilwawancara dengan nara sumber yang berasal dari pihak manajemen PT Agricinal, pengamatan langsung ke perkebunan dan pabrik PT Agricinal di Bengkulu, dan pada in-depth interview yang dilakukan pada saat riset di pelabuhan khusus yang dimiliki oleh

Upload: doankien

Post on 06-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

13

BAB 2

Eksplorasi Isu Bisnis

2.1. Peta Pemikiran Konseptual

Gambar 2.1. Conceptual Framework PT Agricinal

Untuk melakukan pengembangan bisnis di PT Agricinal digunakan conceptual

framework diatas, dan akan dijabarkan faktor – faktor yang dijadikan sebagai

dasar dalam pengembangan bisnis terutama dalam kaitannya dengan divisi

trading. Faktor – faktor tersebut adalah Pengidentifikasian pada divisi trading PT

Agricinal untuk mengetahui keadaan dan apakah terjadi permasalahan pada divisi

ini, Menganalisa situasi industri, dan Menganalisa laporan keuangan untuk

mengetahui performa PT Agricinal. Beberapa data untuk menunjang analisa yang

terdapat dalam conseptual framework didapatkan dari hasilwawancara dengan

nara sumber yang berasal dari pihak manajemen PT Agricinal, pengamatan

langsung ke perkebunan dan pabrik PT Agricinal di Bengkulu, dan pada in-depth

interview yang dilakukan pada saat riset di pelabuhan khusus yang dimiliki oleh

Page 2: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

14

PT Agricinal di Bengkulu pada beberapa nahkoda kapal dan awak kapal dari

beberapa kapal tangker lokal maupun asing telah ditemukan data data yang yang

berhubungan dengan produktifitas kapal dan sisi operasional dari kapal. Juga studi

literatureyang berhubungan dengan pelaksanaan proyek akhir ini.

Kemajuan dalam bisnis kelapa sawit Indonesia ditandai dengan semakin

terintegrasinya spesialisasi fungsi dan pembagian kerja berdasarkan fungsi –

fungsi sistem agribisnis. Dari Pengadaan dan Penyaluran sarana produksi, sampai

dengan Produksi Primer ( Budi Daya Pertanian ), dan Pengolahan Agroindustri

Hilir sampai pada proses akhir yaitu pemasaran.

Gambar 2.2. Spesialisasi fungsi dan pembagian kerja berdasarkan fungsi – fungsi sistem

agribisnis

2.1.1. Evaluasi pada divisi trading PT Agricinal

Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal yang terbentuk mengacu pada

pemasaran produk CPO. Faktor- faktor utama yang mempengaruhi pemasaran

produk CPO ditentukan dan kemudian akan dijelaskan satu per satu seperti

gambar di bawah ini.

Page 3: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

15

Gambar 2.3. Faktor- faktor utama yang mempengaruhi pemasaran produk CPO

2.1.1.1. Distribusi produk

Perusahaan membutuhkan proses distribusi dan pelaksanaan logistical

management yang baik dan efisien. Namun dalam pelaksanaannya, masih

terdapat berbagai kendala dalam mewujudkan logistical management sesuai

dengan standar yang ditetapkan, dan hal ini menganggu kelancaran penjualan.

Pada bab ini penulis akan membahas hasil yang didapat dari pengamatan secara

langsung pada perusahaan, yaitu berupa data penjualan selama tiga tahun 2005-

2007. Dalam penelitian ini penulis mendeteksi beberapa masalah yang akan diulas

di bawah ini dan akan juga penulis sampaikan pemikiran penyelesaiannya agar

sales selalu lancar, yang menyangkut outbound logistic yaitu masalah pada

kegiatan transportation.

2.1.1.2. Permintaan dan konsumsi domestik dan dunia

Pada tahun 2007 pemerintah telah menerbitkan aturan yang mewajibkan produsen

minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) mendahulukan pasokan untuk

Page 4: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

16

dalam negeri.Kewajiban atau domestic market obligation (DMO) itu diatur dalam

Surat Keputusan Menteri Pertanian.Penerapan DMO adalah sebagai antisipasi

jangka panjang untuk mengamankan kebutuhan kelapa sawit dalam negeri

termasuk mengantisipasi kecenderungan peningkatan permintaan biofuel. �

Konsumsi minyak & lemak dunia sudah bertambah besar dengan stabil selama 25

tahun terakhir.Dua faktor yang mengemudikan ini adalah pertumbuhan penduduk

dunia & pertambahan per capita konsumsi.Hal diperlihatkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Populasi dan Konsumsi Dunia Terhadap Minyak Nabati

Dunia terus mempunyai kebutuhan dan tidak puas-puasnya terhadap minyak

dengan konsumsi di sekitar 82,5 juta barrels per hari dan terus bertumbuh.

Amerika Serikat mempunyai kebutuhan tertinggi sekitar 20 juta barrels setiap

Page 5: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

17

harinya. Negara China dan India juga mengikuti Amerika sebagai akibat dari

proses industrialisasi di kedua negara ini1.

2.1.1.3. Mutu dan kualitas CPO

Masalah utama pada pabrik pengolahan kelapa sawit di Indonesia adalah tingkat

efisiensi pengolahan yang masih rendah.Penyebabnya, masih menggunakan cara

manual dan sangat tergantung pada si operator.��Dampaknya, terjadi

kelambatan (delay time) yang sangat besar sehingga kuantitas dan kualitas

produksi crude palm oil (CPO) menurun.

Pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi mengakibatkan peningkatan konsumsi

pangan, termasuk konsumsi minyak nabati.Kebutuhan minyak nabati dunia ini

terutama dipenuhi dari minyak kelapa sawit. Peningkatan produksi kelapa sawit di

Indonesia telah mendorong devisa sehingga menempatkan Indonesia sebagai

penghasil minyak kelapa sawit dunia terbesar. Persaingan ekspor minyak kelapa

sawit Indonesia dengan Malaysia mengakibatkan produk CPO Indonesia harus

memiliki mutu yang sesuai dengan persyratan internasional. Untuk itu maka

kegiatan produksi terutama kegiatan penanganan panen kelapa sawit dan

pengolahannya menjadi CPO hendaknya dilakukan secara terintregrasi

(Junaran,1995).

2.1.1.4. Harga pasaran

Ketidakstabilan harga pertanian secara umum dihubungkan dengan

ketidakstabilan produksi pertanian yang sebagian besar karena faktor seperti

cuaca.Pada pasar terbuka sampai perdagangan internasional, pergerakan harga ini

juga adalah atribut penentu harga lokal.

Dibawah ini adalah tabel yang menunjukan harga rata – rata, harga teringgi, dan

persentase perubahan harga komoditi minyak nabati internasional dari tahun 2005

sampai tahun 2007.

1 oilworld.com

Page 6: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

18

Sumber dari www.fao.org

Gambar 2.5. Harga Komoditi Internasional

Sejak tahun 2004 harga minyak sawit dunia sudah naik, ada beberapa diskusi yang

membahas tentang harga minyak sawit dunia yang tinggi ini dan trend harga

kedepan. Salah satu berpendapat bahwa harga minyak sawit yang tinggi ini adalah

berbentuk siklus dan muncul karena ledakan permintaan pasar dan masalah di Iraq

serta kombinasi bull run di pasar modal.

Pendapat lain mengatakan bahwa saat ini terjadi perubahan struktur standar pada

pasar minyak yang mencerminkan ketidakefisienan investasi selama 10 tahun

terakhir ini. Perbedaan pendapat ini sangat besar, bila harga saat ini adalah suatu

siklus maka suatu saat akan turun, sedangkan bila karena masalah struktur pasar

maka harga ini akan tetap naik.

Sumber dari BP Statistical Overview, 2005, Energy Information Agency

Gambar 2.6. Harga Crude oil

Page 7: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

19

2.1.1.5. Persaingan

Dari sisi persaingan usaha, struktur industri CPO dan minyak goreng di Indonesia

relatif terintegrasi dan cenderung oligopolistik.Produsen CPO (hulu) memiliki

keterkaitan usaha (kepemilikan) dengan produsen minyak goreng (hilir). Kondisi

yang sama juga terjadi di jalur distribusi, dimana distributor-pengecer diduga

memiliki market power yang signifikan. ��Berbagai kondisi tersebut diduga

mengarah kepada terjadinya oligopoli pricing, dimana baik produsen-distributor

memiliki market power sehingga harga minyak goreng menjadi tidak kompetitif.

2.1.1.6. Pertambahan dan berkurangnya pasokan minyak nabati lainnya

Prospek industri sawit di negeri sudah berkembang sangat pesat, hal ini terbukti

dengan semakin berkembangnya industri ini dari hulu ke hilir dan menjadi

primadona ekspor dari sektor non migas. Di samping memberikan profitabilitas

yang tinggi dan berkesinambungan bagi para pelaku bisnis, industri ini secara

nyata juga ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia bahkan dunia.

Saat ini dengan total produksi mencapai sekitar 16 juta ton pertahun di 2006,

minyak sawit mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari 14,7 juta ton

pada 2005 dan 13,6 juta ton di 2004. Peningkatan produksi minyak sawit ini di

masa mendatang akan terus berlanjut, sejalan dengan dukungan teknologi dan

implementasinya, yang didorong oleh kebutuhan konsumsi yang semakin

meningkat. Gejala tersebut membuat masa depan industri kelapa sawit secara

umum akan semakin cerah. Ini dapat ditunjukan dengan beberapa indikator utama

yang menunjukkan kenaikan, seperti luas lahan, angka produksi, ekspor serta

penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut membuat minyak sawit akan men-substitusi

jenis minyak nabati lain, terutama edible oil seperti minyak kedelai, bunga

matahari dan biji lobak. Peningkatan peluang minyak sawit juga di dukung oleh

harga minyak sawit yang relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan jenis

minyak nabati lainnya.

Pertumbuhan yang besar ini tidak hanya terjadi di Indonesia semata, melainkan

juga terjadi di negara lainnya yang memproduksi minyak sawit. Berdasarkan data

oil world Annual 2006, produksi minyak sawit dunia mengalami kenaikan sebesar

Page 8: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

20

7,7% menjadi 37,6 juta ton di bandingkan 35,2 juta ton pada 2005. Ini merupakan

kenaikan terbesar dibandingkan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai

yang mengalami kenaikan sebesar 5,7% menjadi 36,6 juta ton di 2006 dari 34,8 di

tahun sebelumnya.

Tabel2.1 di bawah, berisi detail produksi oils & fats sejak 2003/04, serta prediksi

untuk tahun berikutnya. Peningkatan yang terjadi beberapa tahun ini, diatas rata-

rata peningkatan selama kurun waktu 20 tahun kebelakang.Dapat dilihat pada

tabel, terjadi kenaikan sebesar 17% (22.6 MT) dalam kurun waktu 3 tahun

(termasuk prediksi tahun 2006/07). Hampir seluruh kenaikan ini akibat dari

bertambahnya suplai soybean, palm (termasuk palm kernel), serta rapeseed oil,

yang jumlah total kenaikan dari tiga oil ini mencapai 18.6 MT. Kenaikan sebagian

produk lain cukup menarik untuk dicatat bahwa butter, lard, dan tallow turut

menyumbang kenaikan sebanyak 1.6 MT.

Peningkatan ini semakin memperkuat minyak sawit sebagai primadona minyak

nabati di dunia mengalahkan minyak nabati lainnya. Dengan pasar utama CPO

Indonesia masih di dominasi China dan India yang mengkonsumsi lebih dari 60%

dari total ekspor setiap tahun. Kini Indonesia bersama negara tetangga Malaysia,

telah menguasai lebih dari 85% produksi CPO dunia, dan bukan suatu hal yang

mustahil apabila Indonesia akan berhasil mengungguli Malaysia menjadi

produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Page 9: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

21

Tabel 2.1. Produksi Minyak Nabati sejak 2003/2004 dengan prediksi 2006/2007

Million Metric Tons (MMT)

Komoditi lain seperti : Fish oil (~1.0 MMT), Sesame (~0.8 MMT), linseed (~0.7 MMT) dan

Castor (~0.5 MMT)

Source : Oil World Annual 2006

2.2.Analisa Situasi Industri

Kondisi makroekonomi di Indonesia sepanjang tahun 2007 menunjukkan banyak

perbaikan. Target pertumbuhan ekonomi 6,3 persen tercapai. Inflasi dan nilai

tukar rupiah cenderung stabil, suku bunga acuan ( BIrate ) bisa terus diturunkan

dan ini mendorong perbankan menurunkan tingkat bunganya. Investasi

meningkat. Kinerja ekspor nasional yang bagus mendorong cadangan devisa

Indonesia relatif kuat. Situasi politik juga cukup stabil dan gangguan keamanan

nasional tidak banyak terjadi.Gangguan ternyata justru banyak datang dari luar,

terutama dengan harga minyak mentah dunia terus menanjak, terutama ketika

mulai memasuki triwulan keempat.

Ekspor masih akan terus meningkat, terutama dari nonmigas, sebagian besar

karena kenaikan harga pasar internasional. Contohnya adalah ekspor minyak

sawit mentah CPO, sampai september 2007 sudah mencapai US$5,6 miliar.

Kenaikan ini paling banyak disumbang oleh harga CPO yang mencapai US$900

per ton. Sampai akhir tahun 2008 ekspor CPO diperkirakan masih tinggi karena

Page 10: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

22

minyak sawit kini tidak hanya diolah untuk minyak goreng, tapi juga untuk

biodiesel2.

2.2.1. Kondisi Internal Perusahaan

Luas perkebunan dan produksi kelapa sawit di PT Agricinal

Didirikan tahun 1985. Berlokasi di Bengkulu

Kebun inti :

• 8.902 ha di Ds. Pasar Seblat (TM 15-20)

• 2.500 ha di Desa Tunggang (TBM 2-3)

• Pabrik CPO kapasitas 60 ton TBS/jam

• Pabrik PKO kapasitas 100 ton inti/hari

PT Agricinal juga melakukan pembinaan kebun plasma :

• Kab. Bengkulu Utara : 18.300 ha

• Kab. Mukomuko : 1.433 ha

• Kab. Bengkulu Selatan : 1.265 ha

• Kab. Seluma : 340 ha

Saat ini Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTAgricinal beroperasi dengan kapasitas olah

45 ton TBS/jam dan Pabrik inti mengolah 50 ton inti/hari, yang kemudian akan

ditingkatkan kapasitasnya menjadi 60 ton TBS/jam(PKS) dan 100 ton/hari (pabrik

inti).

Pelabuhan khusus dan perdagangan dibangun untuk memenuhi kebutuhan

perdagangan dan pengangkutan PT Agricinal, Pelabuhan Khusus memulai

operasinya sejak akhir tahun 2005.Hingga akhir tahun 2006, Pelsus telah

digunakan untuk mengangkut 72.500 ton CPO3.

Pengembangan Usaha :

Berperan sebagai Mitra Usaha dalam Program Nasional Pemerintah : 2 Tempo, 23 Desember 2007. Liputan khusus prospek ekonomi 2008 3 Data laporan tahunan PT Agricinal

Page 11: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

23

Revitalisasi Perkebunan (Revbun), yaitu pembangunan kebun rakyat.

Dalam 5 tahun akan dibangun seluas 60.000 Ha di Bengkulu dan 64.000

Ha di Kaltim.

Program Kerja :

Bengkulu :

telah memperoleh penyediaan lahan seluas 50.500 Ha, dan

akan segera dibuat ijin lokasi.

Kaltim : Penyediaan lahan telah dicanangkan oleh tiap

kabupaten baik untuk inti maupun plasma.

Volume penjualan dan Laporan penjualan

Laporan penjualan bersih selama periode 1 Januari 2006 s/d 31

Desember 2006 sebesar Rp 215.521.831.403. dengan perincian sebagai

berikut : Tabel 2.2. Tabel Laporan Penjualan Bersih PT Agricinal2007

Transaksi Jumlah ( kg ) Nilai (Rp)

Penjualan CPO 40,534,930 139.137.497.640

Pejualan Inti sawit 5,859,570 9.937.032.110

Palm Kernel Oil 400,000 1.611.000.000

Penjualan Bibit Sawit 304,581 1.642.769.750

Pendapatan Jasa Pelabuhan 845.259.175

Trading CPO 59.348.272.727

Total 215.521.831.403

2.2.2. Isu utama dalam industri minyak sawit

Kenaikan harga minyak sawit sampai pada US$ 900 per ton yang dipercaya

disebabkan oleh meningkatnya permintaan untuk biofuels. Hal ini mengarahkan

pada perubahan besar pada strategi bisnis industri minyak sawit. Alokasi tentang

“foods vs fuels” menjadi lebih jelas dari pada era sekitar 10 tahun yang lalu.

Page 12: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

24

Industri ini harus memperkuat research dan development ( R&D ) untuk

mendukung strategi bisnis pada masa yang akan datang.

2.2.3. Kondisi Persaingan

Fakta di lapangan menunjukan bahwa minyak goreng di Indonesia menunjukkan

trend kenaikan harga.Hal tersebut memicu keresahan di kalangan masyarakat,

belum lagi dapat berdampak kepada kenaikan bahan-bahan makanan pokok

lainnya.Untuk mencegah kenaikan harga ini, pemerintah menerapkan instrumen

pajak ekspor (PE) terhadap CPO yang diharapkan dapat menjadi disinsentif bagi

produsen CPO untuk mengekspor produk mereka. Selain PE, pemerintah juga

menerapkan kebijakan domestic market obligation (DMO) yang memprioritaskan

kestabilan pasokan CPO dalam negeri. ��Dari sisi persaingan usaha, struktur

industri CPO dan minyak goreng di Indonesia relatif terintegrasi dan cenderung

oligopolistik.Produsen CPO (hulu) memiliki keterkaitan usaha (kepemilikan)

dengan produsen minyak goreng (hilir). Kondisi yang sama juga terjadi di jalur

distribusi, dimana distributor-pengecer diduga memiliki market power yang

signifikan. Berbagai kondisi tersebut diduga mengarah kepada terjadinya oligopoli

pricing, dimana baik produsen-distributor memiliki market power sehingga harga

minyak goreng menjadi tidak kompetitif.��Dalam konteks DMO, kebijakan

pemerintah untuk membatasi ekspor CPO dapat dianalisis melalui UU No. 5/1999

tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

khususnya bagian pengecualian seperti pasal 50.g. Pasal ini mengecualikan

perjanjian/kegiatan berorientasi ekspor dari UU No. 5/1999, sepanjang tidak

mengganggu pasokan dalam negeri.��Apabila diketahui bahwa peningkatan

ekspor tersebut dilatarbelakangi oleh kesepakatan para produsen (direct maupun

indirect), maka hal tersebut tidak dapat dikecualikan dari UU No. 5/1999. Sangat

jelas kesepakatan tersebut telah mengakibatkan ketidakstabilan dalam

pasokan.Dalam hal ini, analisis persaingan usaha menjadi sangat penting

mengingat struktur pasar yang terkonsentrasi dan terintegrasi. ��

Page 13: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

25

2.2.3.1.Penawaran dan Permintaan Produk Kelapa Sawit

Berbagai jenis minyak nabati dan lemak yang ada di pasaran dunia memepunyai

sifat yang dapat saling menggantikan (barang subtitusi), dan oleh karena itu

penawaran dan permintaan produk kelapa sawit harus dibicarakan dalam konteks

ekonomi minyak nabati dan lemak dunia. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

volume permintaan minyak kelapa sawit di pasar domestik dan pasar dunia adalah

sebagai berikut.

1. Pertambahan penduduk dan pertumbuhan gross domestic product

(GDP).

2. Kepentingan politik di masing-masing negara.

3. Letak geografis suatu negara dan biaya transportasi minyak kelap

sawit ke negara tersebut.

4. Akses informasi.

5. Tingkat subtitusi produk.

2.2.3.2. Penawaran dan Produksi Kelapa sawit

Konsumsi minyak kelapa sawit domestik yang tinggi merupakan salah satu faktor

yang mendukung peningkatan produktifitas. Indonesia merupakan negara

produsen terbesar kedua di dunia dan negara konsumen terbesar di dunia dalam

hubungannya dengan kelapa sawit. Keseimbangan penawaran dan permintaan

akan minyak kelapa sawit ini mengakibatkan peran Indonesia menjadi semakin

dominan sebagai negara yang mempengaruhi pola penawaran dan permintaan

minyak kelapa sawit dunia. Pada tahun 2008 ini, negara Indonesia di proyeksikan

akan menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit yang terbesar di dunia

melebihi negara Malaysia. Hal ini terutama karena adanya banyak dukungan dari

pemerintah Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan produksi

minyak kelapa sawit dalam memenuhi permintaan konsumsidunia adalah sebagai

berikut,

1. Iklim

2. Luas lahan yang tersedia

3. Ketersediaan akan tenaga kerja

Page 14: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

26

4. Dukungan masing-masing negara

5. Gerakan masyarakat pemerhati lingkungan

6. Pendanaan investasi

2.2.3.3. Ketersediaan Produk Pengganti

Ditengah ramainya persaingan beberapa merek minyak goreng berbahan baku

CPO, kini juga hadir di pasaran pesaing-pesaing baru: minyak kanola, minyak

kedelai, dan minyak jagung. Jenis minyak yang sama-sama dipakai untuk

menggoreng ini diyakini oleh para ahli gizi memberi manfaat lebih besar

ketimbang minyak goreng biasa.

2.2.3.4.Kondisi Perekonomian

Secara keseluruhan, tingkat investasi keuangan di Indonesia pada tahun 2007

meningkat pesat. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukan

realisasi investasi asing selama sembilan bulan pertama 2007 meningkat 103%

menjadi US$ 9 miliar dibandingkan pada periode yang sama tahun 2006. Investasi

dalam negri juga meningkat lebih tinggi , 143%, menjadi Rp 33 triliun. Salah satu

faktor yang menyerap investasi adalah perkebunan kelapa sawit4.

Pengaturan alokasi produksi minyak kelapa sawit dalam negeri diatur melalui

surat keputusan bersama (SKB) 3 Menteri, yaitu Menteri Pertanian, Mentri

Perindustrian, dan Mentri Perdagangan nomor 275/KPB/XII/78 tanggal 16

Desember 1978 yang mengatur hal-hal sebagai berikut.

• Jumlah produksi dan rencana ekspor.

• Kapasitas dan kebutuhan masing-masing unit industri pengolahan lanjutan,

seperti minyak goreng, sabun, dan lain-lain.

• Pengawasan penyaluran minyak kelapa sawit ke industri pengolahan

lanjutan.

• Harga ditetapkan oleh pemerintah

4 Badan Koordinasi Penanaman Modal

Page 15: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

27

Berdasarkan SKB 3 Mentri tersebut, pengaturan alokasi produksi minyak kelapa

sawit berdasarkan penggunaan dan harganya ditentukan sebagai berikut.

• Harga minyak kelapa sawit untuk pembuatan minyak goreng ditetapkan di

Belawan.

• Harga minyak kelapa sawit untuk operasi pasar berdasarkan minyak

goreng dikurangi biaya operasional.

• Harga minyak kelapa sawit untuk industri hilir sama dengan harga ekspor

Free On Board (FOB) Belawan.

Prospek pemasaran minyak kelapa sawit sangat cerah karena tekanan permintaan

minyak goreng yang berasal dari minyak kelapa sawit terus meningkat karena

meningkatnya jumlah pertambahan penduduk dan GDP dunia. Selain itu seperti di

sebutkan di awal laporan penelitian ini bahwa prospek pemasaran minyak kelapa

sawit juga dipengaruhi pesatnya perkembangan industri yang berbasis bahan baku

produk kelapa sawit seperti biofuel.

Melihat kecenderungan pasar dan pertimbangan faktor penawaran dan permintaan

maka prospek pemasaran minyak kelapa sawit dalam dua dasawarsa mendatang

cenderung akan meningkat, sepanjang kondisi-kondisi yang mempengaruhi

pembentukan harga dipengaruhi oleh mekanisme pasar secara bebas.

2.3. Analisis Situasi Bisnis

2.3.1. Potensi dan prospek Kelapa Sawit di Indonesia

Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki nilai tinggi

dan industrinya termasuk padat karya. Indonesia merupakan negara penghasil

CPO kedua terbesar di dunia setelah Malaysia. Sebagian besar dari CPO itu

diekspor ke India, Eropa dan Cina. Dengan kondisi ini prospek industri kelapa

sawit nasional diperkirakan akan terus meningkat. Optimisme ini muncul karena

harga minyak sawit mentah di pasar dunia terus membaik. Bahkan, harga tersebut

dalam waktu dekat akan meningkat. Indikasi ke arah sana semakin menguat

setelah melihat perkembangan harga pasar.

Page 16: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

28

Manfaat dari buah kelapa sawit sendiri sangat bervariasi. Cukup banyak industri

lain yang dapat menggunakan sebagai bahan baku produknya, seperti minyak

goreng, makanan, kosmetik, bahan bakar dan lain-lain. Akhir-akhir ini industri

kelapa sawit cukup marak dibicarakan, karena dunia saat ini sedang ramai-

ramainya mencari sumber energi baru pengganti minyak bumi yang cadangannya

semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti tersebut adalah energi bio diesel

dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah kelapa sawit atau yang lebih

dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Bio diesel ini merupakan energi

alternatif yang ramah lingkungan, selain itu sumber energinya dapat terus

dikembangkan, sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika cadangannya sudah

habis tidak dapat dikembangkan kembali. Pertumbuhan permintaan CPO tidak

hanya disebabkan dengan adanya pengembangan energi alternatif tersebut, tetapi

juga disebabkan kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertumbuhan industri

hilirnya. Indonesia sebagai produsen utama bersama Malaysia seharusnya dapat

memperoleh keuntungan dari keadaan tersebut, dengan berkonsentrasi

membangun industri kelapa sawit dan infrastruktur pendukungnya.

2.3.2. Perkembangan Minyak Kelapa Sawit Dunia

Konsumsi minyak sawit (CPO ) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukkan tren

meningkat. Pertumbuhan akan permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun

terakhir, rata-rata tumbuh sebesar 9,92%5. China dengan Indonesia merupakan

negara yang paling banyak menyerap CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa

juga termasuk konsumen besar pengkomsumsi CPO di dunia.

Seiring dengan meningkatnya konsumsi dunia, ekspor CPO dalam 5 (lima) tahun

terakhir juga menunjukkan trend meningkat, rata-rata peningkatannya adalah

sebesar 11%. Eksportir terbesar didunia didominasi oleh Malaysia dan Indonesia,

kedua negara tersebut menguasai 91% pangsa pasar ekspor dunia. Papua Nugini

berada di urutan ke 3 dengan perbedaan share yang cukup jauh yaitu hanya

berkisar 1,3%. Diprediksikan peningkatan konsumsi dan ekspor ini akan terus

berlanjut bahkan dalam persentase yang lebih besar mengingat faktor yang 5 www.oilworld.com

Page 17: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

29

mendukung hal tersebut cukup banyak, seperti: pertumbuhan penduduk,

pertumbuhan industri hilir, perkembangan energi alternatif, dll. Malaysia dan

Indonesia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor CPO ini,

mengingat belum ada perkembangan yang signifikan dari negara pesaing lainnya.

Bahkan Indonesia diprediksikan akan menyalip Malaysia baik dalam produksi

maupun ekspor CPO, karena didukung oleh luas lahan yang tersedia dimana

Malaysia sudah mulai terbatas.

Gambar 2.7. Perkembangan ekspor dan Konsumsi CPO Dunia

2.3.3. Perkembangan Harga CPO Dunia.

Permasalahan utama perdagangan dunia CPO sebenarnya bukan terletak pada

tingkat permintaan konsumsi atau ekspornya, karena baik konsumsi atau ekspor

dunia cenderung meningkat dengan stabil. Permasalahan utamanya justru terletak

pada fluktuasi harga yang tidak stabil. Fluktuasi harga CPO ini cenderung

dipengaruhi oleh isu-isu yang dibuat oleh negara penghasil produk subtitusi

(saingan CPO), yaitu negara-negara penghasil minyak dari kacang kedelai dan

jagung yang umumnya merupakan negara di Eropa dan Amerika (negara maju).

Isu-isu seperti produk yang tidak higienis, pengrusakan ekosistem hutan termasuk

isu pemusnahan orang utan merupakan isu yang diangkat untuk menjatuhkan

harga CPO dunia. Harga CPO dunia saat ini (Februari 2008) adalah USD900/ton,

relatif tinggi jika dibandingkan dengan harga selama tujuh tahun terakhir,

walaupun pada 1984 harga CPO pernah mencapai USD729/ton.

Page 18: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

30

Gambar 2.8. Perkembangan Harga CPO di Rotterdam

2.3.4. Kondisi Dalam Negeri Industri/perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan Indonesia

dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar. Dalam enam

tahun terakhir rata-rata share per tahun adalah 6,17% dan setiap tahun cenderung

terus mengalami peningkatan. Ekspor CPO Indonesia setiap tahunnya juga

menunjukkan tren meningkat dengan rata-rata peningkatan adalah 12,97%.

Sampai dengan tahun 2005 luas perkebunan kelapa sawit yang ternanam di

Indonesia adalah 5,6 juta ha, yang terdiri dari: perkebunan rakyat 1,9 juta ha,

perkebunan pemerintah 0,7 juta ha, dan perkebunan swasta 3, 0 juta ha. Rata-rata

pertumbuhan lahan per tahun sebesar 15% atau 200.000 ha per tahun. Sementara

itu, produksi kelapa sawit Indonesia di tahun 2005 telah mencapai 17 juta ton

meningkat 63,7% dibandingkan tahun 2003 yang mencapai 10,4 juta ton.

Sebagian besar lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terletak di Pulau

Sumatera (69%) disusul Pulau Kalimantan (26%). Dengan adanya rencana

pemerintah membangun 850 km perkebunan kelapa sawit di sepanjang perbatasan

Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan maka pada tahun 2020 diprediksikan

luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia akan menjadi 9 juta ha sehingga share

lahan kelapa sawit di Kalimantan naik menjadi 35% sebaliknya Sumatera turun

menjadi 56%6.

6 Data statistik Pemda Sumatra, www.sumbarprov.go.id

Page 19: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

31

Produktifitas kebun kelapa sawit di Indonesia masih kalah dibandingkan

Malaysia. Produktifitas Indonesia berkisar 3,04 ton/ha sedangkan Malaysia

berkisar 3,83 ton/ha. Hal ini lebih disebabkan oleh pemilihan bibit yang kurang

baik, sistem pemupukan yang kurang optimal dan kondisi perkebunan kelapa

sawit di Indonesia yang sudah banyak melewati usia produktif akibat

keterterlambatan dalam melakukan regenerasi pohon kelapa sawit. Ke depan,

pengembangan industri kelapa sawit nasional sangat prospektif karena saat ini

pemerintah Indonesia sedang menjalankan program pengembangan bio diesel

yang menggunakan CPO sebagai bahan bakunya. Dengan demikian kapasitas

penyerapan CPO akan jauh lebih besar lagi disamping nilai tambahnya juga akan

semakin tinggi.

2.3.5. Kendala-Kendala Pengembangan Industri Kelapa Sawit Nasional

Secara makro, prospek industri kelapa sawit di Indonesia cukup baik, tetapi dalam

pelaksanaan pengembangannya cukup banyak kendala yang dihadapi diantaranya

adalah:

1. Kebijakan yang saling tumpang tindih antara pusat dan daerah, seperti

ijin pembukaan lahan yang kadang membuat para pelaku bisnis ragu-ragu

dalam bertindak dan mengakibatkan biaya besar.

2. Infrastruktur yang belum memadai terutama pelabuhan ekspor. Saat ini

kapasitas pelabuhan ekspor kelapa sawit baru mencapai 8 juta ton,

sedangkan total ekspor telah mencapai 10 juta ton lebih, sehingga masih

terdapat kekurangan 2 juta ton. Diprediksikan dengan pertumbuhan lahan

kelapa sawit yang signifikan (jika tidak didukung adanya penambahan

kapasitas pelabuhan baik perluasan atau penambahan pelabuhan baru)

maka industri kelapa sawit dalam 10 tahun bisa terganggu karena akan

banyak hasil produksi yang tidak dapat diekspor, sementara daya tampung

dalam negeri akan semakin terbatas apalagi jika program bio diesel

pemerintah tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan.

3. Tumbuhnya industri hilir tidak secepat pertumbuhan industri kelapa

sawit itu sendiri, mengakibatkan nilai jual hasil minyak kelapa sawit

Page 20: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

32

Indonesia bernilai rendah. Ekspor Indonesia baru 42% yang sudah berupa

produk turunan kelapa sawit, sedangkan ekspor industri kelapa sawit

Malaysia sudah 80% lebih berupa produk turunan.

4. Belum adanya grand strategy yang jelas dan terkoordinasi dari

pemerintah untuk mengembangkan industri ini, padahal pemerintah telah

mencanangkan bahwa sektor ini adalah sektor unggulan Indonesia untuk

ekspor non migas dan penyerapan tenaga kerja.

2.4 Manajemen logistik

memberikan kontribusi bagi perusahaan dengan menyediakan dengan tepat dan

akurat produk yang diminta oleh pelanggan, Karena itu customer service atau

pelayanan pelanggan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam proses

pemasaran dewasa ini. Dengan pelayanan yang memuaskan pelanggan, akan

tercipta suatu keunggulan bersaing yang tentunya memberikan keuntungan bagi

perusahaan.

Sebelum membahas lebih lanjut, berikut ini pengertian dalam suatu sistem

perusahaan, untuk dapat menyampaikan barang dari satu titik asal ke titik tujuan,

baik di dalam perusahaan (inbound transportation) maupun di luar perusahaan

(outbound transportation), dengan kondisi yang baik dan dalam jumlah serta

waktu yang tepat, maka pihak perusahaan harus menentukan transportasi yang

tepat. Hal mengenai transportasi akan dijelaskan di sub bab di bawah ini.

2.4.1. Transportation

Adalah salah satu unsur dalam kegiatan manajemen logistik. Kegiatan ini

mempunyai dua fungsi utama yaitu product movement dan product storage.

Dalam product movement bagian tranportasi bertanggung jawab terhadap

pergerakan produk, baik produk berupa bahan baku, komponen, barang setengah

jadi, maupun barang jadi. Fungsi berikutnya adalah product storage, transportasi

dapat berperan sebagai tempat penyimpanan sementara, dengan pengertian bahwa

selama pergerakan produk, transportasi dapat digunakan sementara sebagai salah

satu alternatif pilihan untuk sebagai tempat penyimpanan produk, terutama

apabila gudang yang tersedia sudah tidak memadai.

Page 21: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

33

Terdapat beberapa jenis transportasi yang dapat dilakukan untuk memindahkan

CPO, yaitu:

1. Kereta api (rail network)

Keuntungan penggunaan kereta api adalah jadwal pengiriman yang relatif

dapat dipastikan, karena bebas hambatan, ekonomis untuk pengiriman

produk dalam jumlah besar dan jarak yang jauh, serta resiko kerusakan

dan kehilangan yang lebih kecil. Namun kelemahannya adalah lokasi

tujuan dan waktu pengiriman yang sangat terbatas. Hal ini dapat dilakukan

apabila lokasi PMKS dekat dengan jalur kereta api. Pada kasus ini, karena

di propinsi Bengkulu tidak ada jalur kereta api, maka jenis transportasi ini

tidak dapat digunakan.

2. Angkutan darat

Salah satu keunggulan yang menonjol dalam model transportasi ini adalah

kemampuan untuk pengantaran barang secara door-to-door service, dan

fleksibilitas yang tinggi dalam rute maupun jadwal pengiriman. Model

transportasi ini sangat cocok untuk pengiriman jarak dekat dan sedang.

Kelemahannya antara lain adalah terbatasnya kapasitas angkut yang relatif

sedikit dibandingkan model transportasi lain, dan resiko kepadatan lalu

lintas serta kemungkinan produk rusak maupun hilang yang tinggi. Pada

kasus ini, CPO yang sudah dibeli dari perusahaan ini diangkut melalui

jalan darat oleh pihak pembeli menggunakan truk tangki.

3. Angkutan air (water transport)

Model transportasi ini adalah model yang paling tua, paling lambat, dan

sangat terpengaruh oleh cuaca. Karena biaya yang diperlukan relatif sangat

rendah, maka model trasportasi ini sangat cocok untuk mengangkut

produk dalam jumlah yang sangat besar. Jenis transportasi ini biasa

digunakan untuk pengiriman CPO dalam jumlah besar 3000 ton ke atas,

menggunakan kapal tangker.

Page 22: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

34

4. Saluran pipa (pipelines)

Model transportasi ini banyak digunakan untuk mengangkut hasil bumi

seperti minyak, gas, dan batu bara. Memerlukan biaya yang relatif rendah.

Keunikan dibandingkan model transportasi lain adalah kemampuan untuk

beroperasi selama 24 jam.

5. Angkutan udara (air transport)

Keunggulan dari sarana ini adalah kecepatannya namun memiliki biaya

yang paling mahal. Angkutan ini tidak digunakan dalam mengirim CPO

karena walaupun cepat tetapi biaya kirimnya akan menjadi sangat mahal.

Usaha-usaha logistical management perusahaan secara langsung maupun

tidak bermuara pada customer satisfaction. Customer satisfaction ini

sedikit banyak didukung oleh kegiatan customer service. Pada sub bab

selanjutnya, akan dibahas mengenai customer service ini.

2.4.2. Customer Service

Customer service menurut Bernard J. La Londe seperti dikutip oleh Donald J.

Bowersox (Bowersox dan Closs, 1996:66):

“Customer service is a process for providing significant value

added to the supply chain in a cost effective way. This definition

illustrates the trend of think of customer service as a process-

focused orientation that includes supply chain management

concept”.

Jadi, melalui customer service perusahaan harus menciptakan value added atau

nilai tambah bagi pelanggan. Namun yang menjadi masalah adalah bahwa setiap

pelanggan memiliki ukuran tersendiri dalam menerima suatu nilai tambah, karena

itu harus dibuat suatu standar yang menjadi patokan dalam memberikan suatu

nilai tambah bagi kelompok pelanggan tertentu. Hal ini yang perlu

dipertimbangkan adalah faktor biaya dari customer service yang diberikan, apakah

biaya tersebut sudah memberikan hasil yang sebanding bagi perusahaan atau

Page 23: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

35

tidak.

Secara umum penilaian pelanggan terhadap pelayanan meliputi:

1. Timeliness of delivery, terbagi atas:

a. Consistency of delivery or punctuality, yaitu kemampuan

perusahaan untuk memenuhi pesanan pada waktu yang telah

disepakati sebelumnya. Hal ini sangat penting bagi perusahaan dan

juga pelanggan karena bila pengiriman tidak konsisten, akan

mengakibatkan pelanggan kesulitan dalam menentukan waktu

pemesanan dan mengakibatkan biaya safety stock meningkat,

sementara bagi perusahaan akan mengakibatkan penilaian yang

buruk oleh pelanggan.

b. Speed of delivery, yaitu kecepatan perusahaan dalam

mengantarkan barang ke tempat yang harus dituju. Makin cepat

barang tiba di tempat pelangan, maka akan semakin baik, terutama

bagi produk consumer goods, karena konsumen cenderung untuk

memenuhi kebutuhan mereka secepat mungkin. Sedangkan untuk

industrial goods, pelanggan membeli berdasarkan rencana tingkat

persediaan dan produksi. Bagi mereka pengiriman tepat waktu

lebih penting.

2. High levels of order fill

Pemenuhan pesanan yang dimaksud adalah pemenuhan

dalam keseluruhan item yang dipesan. Pelanggan akan berusaha

mencari pemasok tetap yang dapat memenuhi pesanan mereka

dengan tingkat pemenuhan pesanan yang tinggi.

3. Good Communication

Komunikasi merupakan hal penting yang harus

diperhatikan oleh perusahaan, baik komunikasi yang bersifat

internal, antar bagian dalam perusahaan, dan komunikasi eksternal

antar perusahaan dengan pelanggan.

Page 24: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

36

Tujuan komunikasi antara perusahaan dengan pelanggan

antara lain adalah:

1. Menginformasikan perubahan-perubahan, mendiskusikan

masalah-masalah distribusi, memberikan perhatian pada nota

kredit, dan lain-lain.

2. Menginformasikan pesanan dan memberikan informasi tentang

order processing, yaitu tentang status pesanan saat ini, back

order, kekurangan pesanan, dan memberikan informasi tentang

produk yang dihasilkan.

3. Memelihara hubungan antara perusahaan dengan pelanggan

secara pribadi. Untuk menunjang hal ini, perusahaan sebaiknya

memiliki suatu customer database, agar dapat memperhatikan

perkembangan dan keadaan pelanggan. Sehingga akhirnya akan

tercipta suatu hubungan dengan dasar kepercayaan antara

perusahaan dengan pelanggan.

4. Flexibility, Fleksibilitas dalam hal ini berkaitan dengan

kemampuan perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan

permintaan dan kebutuhan pelanggan, sebab tidak semua

pelanggan memiliki kebutuhan yang sama terhadap layanan

yang diberikan. Misalnya kesediaan untuk melakukan

pengiriman kilat, mendahulukan pesanan, melakukan

pengiriman di luar jam kerja, menyediakan kemasan tertentu,

dan lain-lain. Fleksibilitas perusahaan dinilai sebagai kesediaan

untuk memberikan respon terhadap kebutuhan pelanggan dan

sebagai keinginan untuk kerjasama, walaupun pelanggan harus

mengeluarkan biaya ekstra untuk itu. Yang perlu diingat adalah

fleksibilitas ini diberikan sejauh masih rasional dan berada

dalam batas kemampuan perusahaan.

5. Availability, Ketersediaan barang berhubungan dengan

pengelolaan persediaan yang baik, sehingga dapat memenuhi

Page 25: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

37

semua pesanan yang diterima.

Penilaiannya dapat dilakukan dengan membandingkan:

1. Jumlah item out of stock dengan keseluruhan item.

2. Jumlah item yang dikirim dengan item yang dipesan.

3. Nilai item yang dikirim dengan item yang dipesan.

4. Jumlah pesanan yang dikirim secara lengkap dengan

jumlah keseluruhan pesanan yang diterima.

Untuk mengukur semua unsur pelayanan diatas, perusahaan perlu memiliki

customer service standard, yaitu standar untuk pelayanan yang diterima

pelanggan.

2.4.3. Peranan manajemen logistik dalam menunjang kelancaran penjualan

Manajemen logistik menjadi penting peranannya pada perusahaan, karena

berdampak pada biaya dan kepuasan pelanggan. Manajemen logistik memberikan

pengaruh yang positif terhadap efisiensi biaya, artinya semakin baik kegiatan

manajemen logistik yang dijalankan perusahaan, akan semakin tinggi efisiensi

dari biayanya. Biaya yang dimaksud meliputi visible cost dan hidden cost.

Dimana visible cost terdiri dari biaya-biaya transportasi, pergudangan, dan

manajemen persediaan. Sedangkan yang dimaksud dengan hidden cost adalah

sales dan opportunity lost, yaitu hilangnya kesempatan untuk mendapatkan

keuntungan akibat tidak ditepatinya jadwal pengambilan barang, pesanan yang

dibatalkan, bahkan pelanggan yang merasa tidak puas sehingga mereka pindah ke

produsen lain.

Dalam kaitannya dengan pemasaran dan kelancaran penjualan produk, maka

hidden cost harus diperhatikan dan dikurangi menjadi seminimal mungkin, salah

satu caranya adalah dengan memberikan customer service yang baik, sehingga

pelanggan akan merasa puas dan mau melakukan pembelian ulang, atau bahkan

dapat menarik pasar yang lebih besar lagi. Kelancaran penjualan ini dapat berarti

kelancaran dalam arus fisik barang dari perusahaan ke pelanggan, maupun

kelancaran dalam penjualan yang bersifat terus menerus.

Page 26: BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis - digilib.itb.ac.iddigilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-indrasanto-31537-3... · BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis 2.1. ... dan Menganalisa laporan

Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis

38

Perusahaan tempat penulis melakukan penelitian juga melakukan aktivitas

manajemen logistik untuk menunjang kelancaran penjualan produknya. Aktivitas

manajemen logistik ini sangat berarti bagi perusahaan, karena perusahaan ini

bergerak dalam bidang raw materials dari industrial goods, yang hasil

produksinya digunakan oleh pelanggan untuk proses produksi lebih lanjut. Karena

itu, ketepatan dalam jumlah, waktu, jenis, dan kualitas produk sangat diperlukan

untuk menciptakan nilai kepuasan pelanggan. Karena hal tersebut sangat

berpengaruh pada kelancaran proses produksi pada perusahaan pelanggan.

Bila aktivitas-aktivitas dalam manajemen logistik ini telah dijalankan dengan baik

oleh perusahaan, diharapkan hal ini dapat meningkatkan kepuasan pelanggan,

mengurangi biaya perusahaan, dan akhirnya dapat membantu kelancaran

penjualan perusahaan. Dengan demikian manajemen logitik berperan dalam

menunjang kelancaran penjualan CPO pada perusahaan ini.