bab ii eksplorasi isu bisnis - perpustakaan...

26
11 Gambar 2.1. : Faktor pemicu terbentuknya bisnis PLTM Management Support Company Experiences ■ Reputable Expert ■ Financial Back-up Potensi Alam ■ Sungai/sumber air ■ Kondisi geologi ■ Kondisi Topografi Government Support Deregulasi Kelistrikan ■ Penghematan BBM ■ Fasilitas Perijinan New Potential Business / Feasibility Planning Global Incentive Global warming issue ■ Incentive from CER Buyer Support ■ Pembelian Listrik langsung ■ Peningkatan Rasio Elektrifikasi ■ Program 75/100 Precipitating Event Additionality Revenue BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1. Conceptual Framework Gagasan konsep terbentuknya bisnis PLTM dilandasi oleh adanya beberapa faktor pemicu yang merupakan kerangka pemikiran atas beberapa po- tensi yang ada, seperti yang telah dijelaskan pada Bab-I. Faktor-faktor ini telah me- macu terbentuknya precipi- tating event yang akhirnya menumbuhkan adanya new potential business. Antara satu faktor dengan faktor la- innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi di bidang pembangkit listrik ini. Diagram potensi tersebut dapat di jelaskan seperti gambar 2.1. di atas.. Dari diagram diatas, terdapat lima faktor utama yang memicu pembentukan pengembangan bisnis PLTM, terutama usulan pemberlakuan tarif yang attractive serta penjualan CER yang dihasilkan dari pembangunan PLTM, yang dalam hal ini merupakan additionality revenue bagi bisnis ini. Kelima faktor tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut : 1. Support Management Adanya support dari management merupakan kunci utama dalam pengembangan suatu bisnis PLTM ini, yang terdiri dari Pengalaman para pendiri perusahaan PT Girimukti Energi dalam menangani bidang pekerjaan yang sejenis, dalam hal ini di bidang pembangkit listrik. Ketersediaan tenaga ahli, yakni tenaga ahli yang kompeten dalam bidang pem- bangunan tenaga listrik terutama pembangkit listrik tenaga air. Dukungan finansial, dalam skala yang paling kecil adalah dalam bentuk du- kungan untuk melakukan kajian awal hingga pelaksanaan pekerjaan detail disain pembangunan pembangkit listrik

Upload: phungthu

Post on 28-Jul-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

11

Gambar 2.1. : Faktor pemicu terbentuknya bisnis PLTM

Management Support

■ Company Experiences■ Reputable Expert

■ Financial Back-up

Potensi Alam■ Sungai/sumber air

■ Kondisi geologi

■ Kondisi Topografi

Government Support

■ Deregulasi Kelistrikan■ Penghematan BBM

■ Fasilitas Perijinan

New Potential

Business /

Feasibility

Planning

Global Incentive

■ Global warming issue■ Incentive from CER

Buyer Support■ Pembelian Listrik langsung

■ Peningkatan Rasio Elektrifikasi

■ Program 75/100

Precipitating

Event

Additionality Revenue

BAB II

EKSPLORASI ISU BISNIS

2.1. Conceptual Framework

Gagasan konsep terbentuknya bisnis PLTM dilandasi oleh adanya beberapa faktor pemicu

yang merupakan kerangka

pemikiran atas beberapa po-

tensi yang ada, seperti yang

telah dijelaskan pada Bab-I.

Faktor-faktor ini telah me-

macu terbentuknya precipi-

tating event yang akhirnya

menumbuhkan adanya new

potential business. Antara

satu faktor dengan faktor la-

innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi di

bidang pembangkit listrik ini. Diagram potensi tersebut dapat di jelaskan seperti gambar

2.1. di atas..

Dari diagram diatas, terdapat lima faktor utama yang memicu pembentukan pengembangan

bisnis PLTM, terutama usulan pemberlakuan tarif yang attractive serta penjualan CER

yang dihasilkan dari pembangunan PLTM, yang dalam hal ini merupakan additionality

revenue bagi bisnis ini. Kelima faktor tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut :

1. Support Management

Adanya support dari management merupakan kunci utama dalam pengembangan suatu

bisnis PLTM ini, yang terdiri dari

� Pengalaman para pendiri perusahaan PT Girimukti Energi dalam menangani

bidang pekerjaan yang sejenis, dalam hal ini di bidang pembangkit listrik.

� Ketersediaan tenaga ahli, yakni tenaga ahli yang kompeten dalam bidang pem-

bangunan tenaga listrik terutama pembangkit listrik tenaga air.

� Dukungan finansial, dalam skala yang paling kecil adalah dalam bentuk du-

kungan untuk melakukan kajian awal hingga pelaksanaan pekerjaan detail

disain pembangunan pembangkit listrik

Page 2: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

12

(MW) % (MW) % (MW) %

Sumatra 15,587 20.79 398 2.56 15,189 97.44

Jawa 4,200 5.60 2,391 56.94 1,809 43.06

Kalimantan 21,581 28.78 30 0.14 21,551 99.86

Sulawesi 10,183 13.58 190 1.87 9,993 98.13

Papua 22,371 29.84 3 0.01 22,368 99.99

Others 1,054 1.41 2 0.21 1,052 99.79

74,976 100.00 3,015 4.02 71,961 95.98

PeluangPotensi Total Telah TerpasangPulau

Tabel 2.1.:Potensi pembangkit hidro di Indonesia

Sumber: Data PT PLN tahun 2002 & Hasil Analisis

2. Potensi Alam

Kondisi alam yang ada di Indonesia memiliki potensi dan sangat mendukung untuk di

bangun pembangkit listrik tenaga air,

baik yang berskala besar, skala

menengah maupun berskala kecil.

Potensi-potensi pembangkit di tiap

propinsi dapat di lihat pada tabel 2.1.

berikut. Potensi alam tersebut teruta-

ma berupa banyaknya sungai-sungai

atau mata air yang memiliki debit

cukup besar serta tinggi jatuh (head) air yang maksimal, disamping kondisi geologi

yang mendukung terbangunnya potensi PLTM tersebut.

Kapasitas suatu pembangkit listrik tenaga air sangat dipengaruhi oleh besar debit air

yang ada serta tinggi jatuh air yang cukup tinggi. Semakin besar tinggi jatuh air dan

semakin besar debit air, maka kapasitas tenaga listrik yang dapat di bangkitkan akan

semakin besar. Energi listrik yang dapat dihasilkan oleh suatu PLTM dapat di hitung

dengan menggunakan data debit harian sungai (Q) dan tinggi hidrolik (h) yang ada,

dengan menggunakan rumus:

E = (Q x H x g x γγγγ x h)/1000

dimana : E = energi yang dihasilkan (MWh)

Q = debit air harian (m3/dtk)

H = net head (m)

g = percepatan gravitasi (9,8 m/dtk2)

γ = efisiensi

h = jumlah jam dalam 1 hari (24 jam)

Dari rumus tersebut, terlihat bahwa semakin besar debit (Q) dan semakin tinggi head

(h), maka Energi yang dihasilkan akan semakin besar. Hal lain yang berpengaruh pada

pembangunan PLTM, terutama dari sisi biaya investasi adalah kondisi geologi lokasi

proyek serta infrastruktur yang telah tersedia di sekitar lokasi proyek, di antaranya jalan

akses, jarak jalur transmisi terdekat dari lokasi rencana proyek, serta tersedianya tenaga

trampil (skill labour) yang ada di sekitar lokasi proyek.

Page 3: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

13

Gambar 2.2. : Grafik kurva debit lokasi PLTM Girimukti

Sumber: Data analisi PT Girimukti Energi, tahun 2007

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DEC

Bulan

Debit (m3/dt)

Giri Mukti - 1 Giri Mukti - 2 Kebutuhan

Potensi alam di lokasi PLTM Girimukti memiliki beberapa kelebihan, di antaranya di

samping infrastrukturnya sudah

tersedia, lokasi proyek ini berada

di Pulau Jawa (Jawa Barat), mate-

rial untuk bahan konstruksi mudah

di jumpai, banyak tersedia tenaga

ahli dan tenaga trampil di sekitar

lokasi proyek, serta yang lebih

penting lagi, debit air sungai yang

tersedia relatif cukup besar (lihat

grafik data debit bulanan di sungai

Cibuni pada gambar 2.2.).

Penggunaan air aliran sungai Cibuni bagi operasi PLTM Girimukti-1 adalah un-

tuk menggerakkan dua unit turbin yang direncanakan dengan mengambil debit

maksimum 6,00 m3/detik. Sedang pengembangan PLTM Girimukti-2 adalah un-

tuk menggerakkan dua unit turbin yang direncanakan degan memanfaatkan de-

bit maksimum = 7,50 m3/detik,

Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pada kondisi musim keringpun

operasional PLTM Girimukti-1 maupun PLTM Girimukti-2 masih tetap dapat beropera-

si atau dengan kata lain, keperluan air untuk PLTM Girimukti-1 dan Girimukti-2 akan

selalu dapat tercukupi sepanjang tahun. Dari hasil analisis rata-rata debit aliran sungai

Cibuni sebesar 12,89 m3/dt, penggunaan air aliran sungai Cibuni diperkirakan tidak

akan menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat

yang telah berlangsung sebelumnya, karena penggunaan aliran sungai Cibuni hanya

memanfaatkan energi dari sebagian debit yang tersedia. Demikian juga dengan kualitas

air yang diperkirakan tidak akan mengalami perubahan, karena setelah airnya di pakai

untuk menggerakkan turbin, air tersebut akan dikembalikan lagi melalui tail-race ke

bagian hilir saluran sungai tersebut.

Dengan data debit disain seperti uraian tersebut di atas dan dengan perhitungan data

tinggi jatuh air (head) untuk masing-masing Girimukti-1 dan Girimukti-2 berturut-turut

sebesar 152,4 m dan 49,10 m, maka dengan menggunakan perhitungan rumus Energi

Page 4: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

14

yang bisa dibangkitkan diatas akan didapat kapasitas terpasang pada masing-masing

Girimukti-1 dan Girimukti-2 berturut-turut adalah sebesar 2 x 4,2 MW dan 2 x 1,5 MW.

3. Dukungan Pemerintah

Adanya dukungan dari pemerintah ikut memacu para investor untuk menanamkan

investasinya di bidang PLTM. Dukungan tersebut di antaranya dengan di keluarkannya

beberapa peraturan pemerintah terkait dengan IPP yakni :

� PP19)

No. 10 Tahun 1989

� PP No. 3 Tahun 2005

� PP No. 26 Tahun 2006

� PerPres20

No. 42 Tahun 2005

� PerPres No. 67 Tahun 2005

� PerMen ESDM No. 10 tahun 2005

� PerMen ESDM No. 1 Tahun 2006

� PerMen ESDM No. 44 Tahun 2006

� PerMen ESDM No. 2 Tahun 2006

Berdasarkan PerMen ESDM No.1 tahun 2006, pengadaan IPP harus sesuai dengan

RUPTL yang disusun berdasarkan RUKN21)

. Sedangkan PerMen ESDM No. 2 tahun

2006 mengatur tentang prosedur pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik

yang menggunakan energi terbarukan seperti halnya PLTM Girimukti ini, yakni

Pengadaan IPP dapat dilakukan melalui proses penunjukan langsung tanpa melalui

tender dengan tata cara dan prosedur sesuai aturan yang berlaku.

Dalam kaitan pembangunan PLTM Girimukti ini, maka PT Girimukti Energi menjadi-

kan PerMen 002 tahun 2006 sebagai acuan untuk pengembangan bisnis ini, dimana

ketentuan tersebut mewajibkan PLN untuk membeli tenaga listrik yang dihasilkan oleh

PLTM tanpa melalui tender. Dengan berlandaskan pada PerMen tersebut PT Girimukti

Energi mengajukan proposal ke PLN untuk membangun PLTM Girimukti dan sekali-

gus menjual hasil energi listrik yang dihasilkannya ke PLN sesuai mekanisme yang dia-

tur pada PerMen tersebut. Dapat disimpulkan bahwa seluruh produksi listrik yang di

hasilkan dari Girimukti-1 dan Girimukti-2 setelah di kurangi keperluan listrik untuk

pemakaian sendiri yakni untuk keperluan penerangan kantor, akan dibeli oleh PLN.

19) PP = Peraturan Pemerintah 20) PerPres = Peraturan Presiden 21) RUKN = Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional

Page 5: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

15

Gambar 2.3. : Sistimatika Regulasi Ketenagalistrikan untuk IPP

Sumber: Direktorat Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi, tahun 2006

Sistimatika peraturan-peraturan dan perundangan tentang ketenagalistrikan sesuai

penjelasan di atas dapat di lihat pada gambar 2.3. dibawah ini.

4. Support dari Buyer

PT PLN selaku PSO22)

ataupun sebagai PKUK23)

sesuai Undang Undang, berkewajiban

untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di seluruh Indonesia dengan mutu dan kean-

dalan yang baik. Perkembangan kebutuhan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat

dari tahun ke tahun dengan tingkat pertumbuhan antara 6-10 %. Pertumbuhan yang

cukup tinggi tersebut membutuhkan biaya yang cukup besar untuk mengantisipasinya.

Sementara itu rasio elektrifikasi pada tahun 2006 masih sebesar 56% yang berarti

kewajiban penyediaan tenaga listrik di masa depan masih sangat besar (lihat gambar

2.4. dibawah ini). Dana Pemerintah maupun PLN sangat terbatas untuk dapat memenu-

hi peningkatan kebutuhan tenaga listrik tersebut kepada masyarakat.

Pada sisi yang lain, pada tahun 2007, PLN telah menetapkan visi perusahaan melalui

program 75/100, yang berarti bahwa, pada ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke

75 (tahun 2020), target PLN untuk rasio elektrifikasi menjadi sebesar 100%, dalam arti-

an pada tahun tersebut, masyarakat di seluruh Indonesia sudah dapat menikmati

22) PSO = Publik Service Obligation 23) PKUK = Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan

Page 6: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

16

Gambar 2.4. Grafik Rasio Elektrifikasi Kelistrikan di Indonesia

Sumber: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2006.

sambungan listrik tanpa terkecuali. Untuk pencapaian target ini sudah barang tentu di

butuhkan dana yang sangat besar.

Sebagai jalan pintas untuk dapat mengejar target tersebut, PLN memberi kesempatan

kepada pihak swasta atau IPP24)

untuk bersama-sama dengan PLN melakukan pemba-

ngunan dan pengembangan fasilitas pembangkit dan jaringan transmisi di seluruh

Indonesia, terutama dengan mengutamakan pembangkit listrik non BBM serta pem-

bangkit listrik yang berwawasan lingkungan.

5. Global Support

Karena PLTM merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan yakni tidak me-

ngeluarkan CO2 dalam proses produksinya, maka PLTM dapat di kelompokkan sebagai

proyek CDM atau di Indonesia di kenal dengan MPB25)

.

MPB atau yang lebih dikenal dengan CDM merupakan salah satu mekanisme yang di

bentuk oleh badan PBB melalui UNFCCC yang menghasilkan suatu kesepakatan yang

terkenal dengan Protokol Kyoto. Mekanisme CDM merupakan satu-satunya mekanis-

me yang melibatkan negara berkembang, dimana negara maju dapat menurunkan emisi

gas rumah kacanya dengan mengembangkan proyek yang ramah lingkungan di negara

berkembang. Mekanisme ini pada dasarnya merupakan perdagangan karbon, dimana

negara berkembang dapat menjual kredit penurunan emisi kepada negara yang memili-

ki kewajiban untuk menurunkan emisi, yang disebut negara Annex I. Sesuai tujuannya,

24) IPP = Independent Power Producer 25) MPB = Mekanisme Pembangunan Bersih

Page 7: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

17

Gambar 2.5. Diagram mekanisme kerja MPB

Sumber: Panduan Kegiatan MPB di Indonesia

CDM menghasilkan proyek yang ramah lingkungan, dan berhasil menurunkan emisi

gas rumah kaca. Sebagai bukti bahwa proyek tersebut telah menurunkan emisi gas

rumah kaca, maka proyek tersebut akan mendapatkan sertifikasi pengurangan emisi

(CER) yang di keluarkan oleh UNFCCC. Sertifikat CER inilah yang kemudian dapat di

perjual-belikan kepada Negara Annex-I. Adapun proyek-proyek yang bisa menjadi

proyek CDM adalah proyek-proyek yang terbukti mampu menurunkan jumlah emisi

karbon dari yang dihasilkan sebelumnya atau proyek baru yang tidak mengeluarkan

efek GRK. Disamping itu, proyek tersebut juga harus dapat mendukung pembangunan

berkelanjutan (sustainable), yang berarti mendukung pertumbuhan ekonomi, menjaga

kelestarian alam serta meningkatkan pengembangan sosial.

Kyoto Protocol di tandatangani pada tahun 1997 dan mulai berlaku sejak tanggal 16

Pebruari 2005. Indonesia telah meratifikasi Protocol Kyoto pada tanggal 28 Juni 2004,

dengan demikian Indonesia berpeluang untuk mendapatkan insentif berupa CER bila

melaksanakan proyek MPB. Di Indonesia, MPB di koordinir oleh Komite Nasional

MPB, yang di bentuk melalui keputusan Kementrian Lingkungan Hidup pada tanggal

21 Juli 2005, yang berhak melakukan verifikasi dan validasi terhadap proyek MPB di

Indonesia. Diagram mekanisme kerja MPB dapat dilihat pada gambar 2.5. berikut.

Mengingat sebagian besar emisi berasal dari penggunaan energi bahan bakar fosil, ma-

ka proyek CDM terutama dapat dikembangkan di sektor-sektor yang tergantung pada

bahan bakar fosil, diantaranya sektor Indus-tri dan ketenagalistrikan. Dalam hal ini con-

toh proyek CDM yang dapat dikembangkan diantaranya adalah dengan mengganti sum-

ber energi yang menggunakan bahan bakar fosil dengan sumber energi terbarukan se-

perti tenaga matahari, tenaga angin, tenaga panas bumi, tenaga air, dan bio-massa.

Page 8: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

18

Gambar 2.7. Grafik CER market price

Sumber: Data Nord Pole

Gambar 2.6. Diagram siklus poses CDM

Sumber: UNFCCC Tahun 2006.

Dari penjelasan tersebut diatas dapat diarti-kan bahwa dengan membangun PLTM Giri-

mukti maka pihak developer bisa menjual CER langsung kepada negara-negara dalam

kelompok Annex-1 atau melaui jasa konsul-

tan ataupun melalui broker. Proses jual beli

CER di tuangkan dalam bentuk ERPA26 )

yakni suatu perjanjian yang mengatur ten-

tang jual-beli CER antara buyer dan seller.

Prosedur untuk mendapatkan insentif de-

ngan CDM dapat dilihat pada diagram

(gambar 2.6.) diatas.

Calon pembeli CER pada umumnya mengi-

nginkan volume CER dalam jumlah yang

cukup besar. Semakin besar CER yang di

hasilkan akan semakin besar pula minat

pembeli, hal ini dikarenakan biaya regristra-

si untuk mendaftarkan CER ke UNFCCC

relative cukup besar, yang umumnya di

tanggung oleh pembeli CER. Cara perhi-

tungan besar CER suatu proyek CDM di

lakukan dengan mekanisme PDD27)

dengan tatacara perhitungan mengikuti ketentuan

UNFCCC, yang pada dasarnya tergantung dari daya terpasang pembangkit, penyam-

bungan daya listrik ke jaringan transmisi (tegang-

an tinggi, menengah atau rendah) serta faktor-

faktor lainnya. Sementara itu, market price untuk

CER (lihat gambar 2.7.) semakin meningkat seca-

ra signifikan, data per tanggal 2 Juni 2008, harga

CER telah mencapai €19.4 per ton CO2. Sebagai

bahan informasi, 1,0 CER ekivalen dengan 1,0 ton

emisi CO2. Saat ini banyak sekali buyer dan konsultan atau broker yang berminat untuk

membeli CER, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Kontrak

pembelian CDM dengan buyer sesuai ketentuan umumnya berlaku untuk jangka waktu

26) ERPA = Emission Reduction Purchase Agreement 27) PDD = Project Design Document

Page 9: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

19

Gambar 2.8. Skema Conceptual Framework

Industry Analysis■ Rivalry Among others

■ Threat of new entrants

■ Bargaining Power of Buyer

■ Bargaining Power of Supplier

■ Threat of Product Substitute

■ Relative Power of Stakeholders

Development Strategy■ Single PLTM

■ PLTM Cascade System

Business

Feasibility

Analysis

PLTM

Marketing Strategy■ Market Size

■ Market Segmentation

■ Marketing Mix

Pricing Strategy■ Flat Tarrif

■ Staging Tarrif

tiap 10 tahun. Hal yang perlu di perhatikan ada-lah bahwa mekanisme pembelian CER

akan dilakukan evaluasi kembali oleh UNFCCC pada tahun 2012, untuk itu di harapkan

CER dari PLTM Girimukti akan bisa terjual sebelum tahun 2012 tersebut.

Pada analisa PLTM Girimukti, dari hasil studi, diestimasikan jumlah penurunan emisi

carbon untuk kedua pembangkit Girimukti-1 dan Girimukti-2 sebesar 74.000 ton CO228)

.

Nilai CER ini akan dijual melalui pihak perantara (broker), dimana pihak broker akan

menanggung biaya registrasi di UNFCCC sekaligus menjualkan CER di global market

sesuai harga pasar yang berlaku saat itu. Konsekwensi dengan menggunakan jasa kon-

sultan/broker ini adalah pihak broker umumnya memberlakukan tarif (fee) sebesar 30%

dari nilai penjualan CER.

2.2. Analisis Situasi Bisnis

Strategi pendekatan studi yang di gunakan untuk melakukan analisis terhadap Situasi isu

bisnis PLTM Girimukti di dasarkan pada pemikiran konseptual (conceptual framework)

yang terdiri dari :

� Marketing Strategy

� Development Strategy

� Pricing Strategy

� Analisa industri dengan pendekatan Industry Analysis yang di kembangkan oleh

Michel Porter29)

.

28) Draft ERPA hasil perhitungan dari The Chugoku Electric Power Co, Inc. (CER buyer), tahun 2007 29) Wheelen Wheelen TL & Hunger JD (2004), Strategic Management and Business Policy, 9th ed., Pearson Prentice

Hall, New Jersey.

Page 10: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

20

Gambar 2.9. Skema Industry Analysis bisnis PLTM

Analyzing of Electricity Business within Indonesia (Porter’s five forces Approach)

High bargaining power due to:• Price regulation• Single buyer• lots of competitors

Potential Entrants(Threat of New Entrants)

Buyers(Bargaining Power of

Buyers)

Industry

Competitors(Rivalry among

existing Firms)

Substitutes(Threat of substitute

product/service)

SuppliersBargaining Power of

Suppliers

Other Stakeholders(Relative Power of Unions,

Governments etc.)

No product substitute for electricity:� Gas Power Plant� Coal PP� Nuclear PP

Low due to :• Huge capital investment• Specific product and knowledge• Strong R&D• High technology product• Experiences in similar fields needed• Government policy to Renewable Energy

• Assets required

Potential Entrants(Threat of New Entrants)

Buyers(Bargaining Power of

Buyers)

Industry

Competitors(Rivalry among

existing Firms)

Substitutes(Threat of substitute

product/service)

SuppliersBargaining Power of

Suppliers

Other Stakeholders(Relative Power of Unions,

Governments etc.)

SuppliersBargaining Power of

Suppliers

Other Stakeholders(Relative Power of Unions,

Governments etc.)

No product substitute for electricity:� Gas Power Plant� Coal PP� Nuclear PP

Low due to :• Huge capital investment• Specific product and knowledge• Strong R&D• High technology product• Experiences in similar fields needed• Government policy to Renewable Energy

• Assets required

� Low competitor, a lot of demands� Lots of similar fieldLow bargaining power of supplier due to :

• lots of supplier with attractive offers• low price equipment• Lots of new technology

• Regulation on electrification • Labor union • Government policies• Environmental issues• Shareholder decisions

Analisa situasi bisnis untuk pengembangan PLTM Girimukti tersebut dapat di gambarkan

secara diagram (gambar 2.8.) diatas.

2.2.1. Industry Analysis

Analisa lingkungan industri pada bisnis PLTM mengharuskan PT Girimukti Energi mem-

berikan perhatian pada persaingan di lingkungan industri bisnis kelistrikan. Pendekatan

yang dilakukan adalah dengan menggunakan analisa ”Five Forces” yang dikembangkan

Michel Porter, yakni terdapat 5 (lima) kekuatan utama (lihat gambar 2.9.) yang memacu

persaingan di industri kelistrikan. Lima kekuatan tersebut terdiri dari potential entrants,

persaingan (rivalry) diantara perusahaan yang telah ada, ancaman produk pengganti

(product substitute), daya tawar pemasok (supplier), dan kekuatan pembeli (buyer), yang

secara detail dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Threat of New Entrants (pendatang baru)

Produk jasa kelistrikan merupakan produk spesifik, sehingga potential entrants dari bisnis

ini dapat di katakan rendah, karena disamping dibutuhkan biaya investasi yang cukup besar,

juga diperlukan asset yang memadai, teknologi dan inovasi yang cukup tinggi. Disamping

itu, bisnis kelistrikan ini juga membutuhkan permodalan yang cukup kuat, pengetahuan

yang cukup tentang aspek kelistrikan serta pengalaman yang memadai. Oleh karena itu

faktor kompetensi dan profesionalisme SDM (Sumber Daya Manusia) sangat menentukan

keberhasilan bisnis ini. Di sisi lain bisnis PLTM ini memiliki advantages yakni adalah ada-

Page 11: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

21

nya jaminan dari pembeli (buyer) dalam hal ini PLN, bahwa semua produksi tenaga listrik

yang berasal dari PLTM akan di beli oleh PLN karena pemintaan akan energi listrik

(demand) masih jauh lebih tinggi di banding energi yang dapat di sediakan oleh PLN.

Dari analysis tentang threat of new entrants tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa

ancaman pendatang baru dalam bisnis PLTM ini masih sangat rendah.

2. Revalry among existing firms (persaingan diantara perusahaan yang telah ada)

Ada beberapa industry competitor untuk bisnis kelistrikan, namun usaha kelistrikan yang

berasal dari energi terbarukan (renewable energy) belum cukup banyak. Disamping itu

potensi PLTM yang cukup banyak di Indonesia serta masing-masing PLTM memiliki

kekhususan telah menjadikan bisnis PLTM ini tidak ada persaingan antara satu dengan

lainnya. Di sisi yang lain, pemerintah memberikan kemudahan lepada investor yang berniat

menanamkan investasinya di bisnis PLTM, di antaranya dalam bentuk regulasi pemerintah

berupa Peraturan Pemerintah serta Keputusan Menteri yang mewajibkan PLN selaku PSO

di bidang penyediaan tenaga listrik kepada masyarakat untuk membeli setiap energi listrik

yang dihasilkan dari pembangkit yang menggunakan renewable energy tanpa melalui pro-

ses tender. Sementara itu, ketentuan tentang harga pembelian listrik oleh PLN di lakukan

dengan konsep negosiasi dengan tetap mengacu pada pedoman harga maksimal sesuai

PerMen ESDM.

Dengan demikian, dapat di artikan bahwa Revalry among existing firms dalam industri

PLTM masih rendah.

3. Threath of Product Substitude (ancaman produk pengganti)

Energi listrik sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari baik untuk industri maupun

untuk kegiatan rumah tangga. Energi listrik hingga saat ini dipandang sebagai energi yang

paling murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat, bahkan oleh masyarakat miskin

sekalipun. Hingga saat ini belum ada produk yang bisa menggantikan energi listrik untuk

kegiatan sehari-hari, kecuali produk pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar

lain sebagai pengganti tenaga air, diantaranya pembangkit listrik yang menggunakan BBM,

batubara, solar, angin, gas, panas bumi, bio-fuel, maupun energi listrik yang menggunakan

bahan bakar nuklir. Namun dari berbagai jenis pembangkit listrik tersebut, PLTM masih di

anggap sebagai pembangkit listrik yang paling ramah lingkungan.

Page 12: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

22

Oleh karena itu produk substitusi PLTM masih dalam artian pembangkit listrik yang ramah

lingkungan masih belum ada.

4. Bargaining Power of Supplier (daya tawar pemasok)

Pemasok utama dalam bisnis PLTM adalah supply terhadap peralatan dan assesories

keperluan pembangkit listrik berupa turbine, generator, trafo, peralatan transmisi/distribusi,

olie, grease serta spareparts. Saat ini beragam produk peralatan pembangkit beserta

assesoriesnya telah dibuat dengan menggunakan teknologi terbaru oleh berbagai fabrican,

dengan harga yang cenderung murah. Bahkan beberapa produk teknologi dengan harga

murah yang berasal dari Cina telah banyak yang masuk di pasaran yang menjadikan harga-

harga peralatan pembangkit mengalami penurunan.

Dengan pertimbangan tersebut diatas dapat di katakan bahwa bargaining power of supplier

atau posisi daya tawar pemasok terhadap bisnis PLTU ini tergolong rendah.

5. Bargaining Power of Buyer (kekuatan pembeli)

Meskipun saat ini produksi listrik (power producer) tidak lagi di monopoli oleh PLN, na-

mun untuk menyalurkan dan menjual energi listrik kepada masyarakat masih tetap di ken-

dalikan oleh PLN. Sementara ketentuan harga listrik dalam bentuk TDL (Tarif Dasar Lis-

trik) masih di atur oleh pemerintah. Hal ini mengandung konskwensi bahwa harga pembeli-

an listrik oleh PLN dari pengembang pembangkitan swasta juga akan dipengaruhi oleh

harga TDL. PerMen 002 tahun 2006 secara jelas mengatur ketentuan pembelian listrik oleh

PLN terhadap pembangkit milik swasta, yakni maksimum sebesar 0,6–0,8 dari BPP30)

tenaga listrik di masing-masing propinsi.

Dengan kondisi ini, maka bargaining power of buyer untuk bisnis industri PLTM dapat di

katakan cukup kuat, dan pemilik pembangkit (IPP) pada posisi yang lemah. Untuk menca-

pai posisi bargaining yang kuat dari sisi seller diperlukan strategi negosiasi yang bisa

mempertemukan keuntungan dari sisi buyer maupun dari sisi seller. Potensi ini cukup ter-

buka mengingat target PLN untuk meningkatkan rasio eletrifikasi hingga mencapai 100%

pada tahun 2020, yang berarti membutuhkan penyediaan energi listrik yang cukup besar.

30) BPP = Biaya Pokok Penyediaan (tenaga listrik)

Page 13: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

23

6. Relative Power of Stakeholders

Pemerintah, dalam hal ini Departemen ESDM telah memberikan kemudahan-kemudahan

kepada para investor untuk menanamkan modalnya di bisnis industri kelistrikan. Disisi lain

PLN sebagai pembeli energi listrik milik swasta juga membuka kesempatan yang seluas-

luasnya kepada pihak swasta untuk ikut mengembangkan baik pembangkit listrik maupun

jaringan transmisi melalui mekanisme-mekanisme yang di atur dalam undang-undang.

Sementara itu PLN sebagai PSO di bidang kelistrikan juga telah menetapkan visi 75/100,

yakni target pencapaian ratio elektrifikasi 100% pada ulang tahun kemerdekaan Indonesia

yang ke 75 (tahun 2020). Ini merupakan kesempatan yang di berikan PLN kepada swasta

untuk ikut bermain di bisnis kelistrikan. Hal-hal lain terkait dengan perijinan di tingkat dae-

rah juga sudah mulai memberikan support terhadap investor yang berminat untuk mana-

namkan modalnya di daerah-daerah.

Dengan adanya fakta tersebut di atas, maka stakeholders memberikan support terhadap

gagasan pengembangan bisnis di industri kelistrikan.

2.2.2. Marketing Strategy

Sesuai dengan ketentuan PerMen 002 tahun 2006 maka seluruh produksi listrik yang di

hasilkan oleh pembangkit yang berasal dari renewable energy seperti halnya energi listrik

yang di hasilkan oleh PLTM Girimukti, maka hasil listrik secara otomatis akan di beli oleh

PLN melalui mekanisme jual beli tenaga listrik atau PPA. Dengan posisi pembelian

langsung oleh PLN, bisa diartikan bahwa bisnis usaha penjualan listrik tergolong dalam

captive market.

Proses pembelian energi listrik oleh PLN dapat di gambarkan pada diagram berikut (lihat

gambar 2.8. dibawah ini):

Page 14: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

24

Gambar 2.10. Skema Pembelian energi listrik oleh PLN secara penunjukan langsung PLTM

PENGEMBANG PLN ESDM RUPS DEKOM

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Tidak Tidak

Ya Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

MULAI

Proposal Pengembang

(Unsolicited), dilengkapi

dengan:

- Pre Feasibility Study

- Company Profile

- Financial Statement

- Financial Scheme

- Penawaran Harga

- Lain-lain

- Pembentukan SPC

- Permohonan penerbitan IUKUS

ke MESDM c.q DJLPE disertai

identitas pemohon, akte pendirian

& profil perusahaan, NPWP,

Pre FS, dll sesuai Permen ESDM

No. 10/ 2005)

Permohonan IUKU ke DJLPE

disertai dokumen pelengkap:

- Feasibility Study

- AMDAL

- Kontrak (PPA)

- dll sesuai Permen ESDM

No. 10/2005

Proses Internal PLN :

- Kesesuaian dengan RUPTL

- KKO, KKF & Analisa Resiko

- Sesuai Permen ESDM No. 01/2006

- Sesuai SK DJLPE Tentang Daerah

Krisis

Lengkap ?

Layak ?

Persetujuan DIREKSI untuk

Pembelian Tenaga Listrik

Permohonan Ijin Penunjukan

Langsung ke DJLPE

Pembentukan Panitia

Penunjukan Langsung

Setuju ?

Ijin Penunjukan Langsung

Proses Panitia Penujukan Langsung

(Prakualifikasi, Negosiasi Teknis & Harga)

Sepakat ?

Persetujuan DIREKSI

Setuju ?

Finalisasi PPA

Sepakat ?

Head of Agreement (HoA)

Persetujuan DIREKSI

Setuju ?

Permohonan Persetujuan

Kontrak Jual Beli Tenaga

Listrik ke DEKOM

Permohonan Persetujuan

Kontrak Jngk Pj & Pembelian

Tenaga Listrik ke RUPS

Setuju ?

Ijin Penunjukan Langsung

Permohonan Persetujuan

Harga Jual Beli

Tenaga Listrik ke MESDM

Setuju ?

IUKUS

Finalisasi PPA

Setuju ?

Persetujuan Kontrak

Setuju ?

Persetujuan Harga

Setuju ?

IUKU

Financial Closing

EPC Period

Commercial Operation Date

GAGAL

S E L E S A I

Page 15: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

25

2.2.3. Pricing Strategy

Struktur dan satuan harga pembelian listrik oleh PLN harus mengikuti ketentuan-ketentuan

yang umum berlaku di PLN, dimana satuan harga pembelian dalam kWh dengan struktur

harga terdiri dari empat komponen, yakni komponen A untuk biaya investasi, komponen B

berupa biaya O & M, komponen C biaya penggantian bahan bakar (dalam hal ini retribusi

air) dan komponen D merupakan biaya lain-lain. Dari hasil perhitungan terhadap investasi

untuk pembangunan PLTM Girimukti serta dengan mengacu pada ketentuan yang ada di

PLN, maka struktur tarif pembelian listrik yang diberlakukan oleh PLN untuk IPP Giri-

mukti ini terdiri dari 4 komponen pokok, yakni :

Komponen A : Rp 403,00 per kWh

Komponen B : Rp 35,00 per kWh

Komponen C : Rp 10,00 per kWh

Komponen D : Rp 6,00 per kWh

Komponen A + B + C + D : Rp 454,00 per kWh

Komponen struktur tarif tersebut diatas dapat dijeskan sebagai berikut :

� Komponen A (Capacity Charge): dimaksudkan untuk pengembalian biaya pem-

bangunan yang di kapitalisasikan yaitu biaya kapital dan biaya-biaya lain yang

terkait dengan pelaksanaan konstruksi pembangkit. Biaya pengembalian ini dinya-

takan sebagai Capital Cost Recovery Charge Rate (CCR).

� Komponen B (Fixed Overhead and Maintenance Charge): dimaksudkan untuk

memenuhi biaya tetap operasional dan pemeliharaan. Yang termasuk dalam kompo-

nen biaya ini diantaranya biaya untuk pegawai, pendukung teknis dan pemeliharaan,

biaya umum dan administrasi serta biaya asuransi.

� Komponen C (Fuel Charge): dimaksudkan sebagai biaya bahan bakar yang dalam

hal ini adalah retribusi air, yang dibayarkan ke Dinas Pengairan (Departemen

Pekerjaan Umum), yang dalam hal ini di wakili oleh Balai PSDA (Pengembangan

Sumber Daya Air) Jawa Barat, dan di bayar sesuai kilowatt yang di hasilkan oleh

PLTM tiap jangka waktu satu bulanan. Harga ini bersifat pass through yang berarti

bahwa tariff dari PLN mengikuti besaran retribusi air yang di bayarkan oleh PLTM

Girimukti.

� Komponen D (Variable Overhead and Maintenance Charge): dimaksudkan sebagai

pengembalian biaya variabel O & M seperti bahan habis pakai untuk operasional

dan suku cadang pemeliharaan dan biaya variabel O & M.

Page 16: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

26

Dasar perhitungan harga pembelian energi listrik oleh PLN terhadap produksi listrik yang

di hasilkan oleh IPP seperti halnya PT Girimukti Energi, dilakukan dengan mengacu pada

PerMen 002 tahun 2006 yakni :

� Untuk tenaga listrik yang tersambung (ter-interkoneksi) pada tegangan menengah

tarif pembelian listrik adalah 0,8 x BPP tegangan menengah dari BPP propinsi

� Untuk tenaga listrik yang ter-interkoneksi pada tegangan rendah adalah 0,6 x BPP

tegangan rendah dari BPP propinsi

Karena produksi listrik PLTM Girimukti ini akan tersambung pada jaringan tegangan me-

nengah (T/M) milik PLN, maka harga pembelian listrik oleh PLN maksimal sebesar 80%

dari BPP tenaga lisrik untuk Jawa Barat, dimana BPP Jawa Barat telah ditetapkan sebesar

Rp 843/kWh31)

. Sehingga harga pembelian tenaga listrik oleh PLN maksimal sebesar 80%

dari Rp 843/kWh atau sebesar Rp 492 per kWh, maka patokan harga rata-rata (flat tariff)

sebesar Rp 454/kWh masih di bawah pagu maksimal tarif sesuai ketentuan dalam PerMen.

Jangka waktu pembelian sesuai ketentuan dalam PerMen tersebut adalah selama 20 tahun,

dan sesudahnya dapat di perpanjang lagi bila masih beroperasi. Dengan ketentuan ini maka

kontrak PPA di buat dalam jangka 20 tahun.

Disamping flat tariff seperti uraian diatas, guna mendapatkan return maksimal, maka PT

Girimukti membuat suatu usulan untuk melakukan alternatif pricing strategy, yakni dengan

melakukan stagging tariff, yakni tarif bertahap dengan penjelasan sebagai berikut :

� Tarif tahun ke 1 – 12 = Rp 548,00/kWh

� Tarif tahun ke 13 – 20 = Rp 380,50/kWh

Analisis kelayakan proyek di lakukan berdasarkan dua alternatif harga pembelian tersebut

di atas yakni terhadap flat tariff dan terhadap stagging tariff.

2.2.4. Development Strategy

Guna mendapatkan return terbaik, maka pembangunan PLTM Girimukti akan dilakukan

dengan melakukan analisis terhadap dua skenario pembangunan, yakni :

� Skenario-1 : hanya membangun satu unit pembangkit, yakni Girimukti-1

� Skenario-2 : membangun dua pembangkit sekaligus dengan sistim seri (cascade)

yakni Girimukti-1 dan Girimukti-2

31 )

BPP propinsi Jawa Barat = Rp 843/kWh (RUPTL Propinsi Jawa Barat Tahun 2005)

Page 17: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

27

Kedua skenario diatas masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian di dalam imple-

mentasinya, diantaranya adalah dengan membangun satu pembangkit Girimukti-1 maka

investasi yang di butuhkan tidak sebesar apabila di bangun dua pembangkit sekaligus,

namun dengan pembangunan dua pembangkit sekaligus pada satu sungai yang sama akan

dapat di lakukan penghematan baik dari sisi biaya administrasinya maupun penghematan

dan efisiensi di biaya konstruksinya.

2.3. Penjelasan Aspek Teknis

2.3.1. Proses produksi PLTM

Sistim kerja PLTM secara sederhana adalah dengan memanfaatkan tinggi jatuh (h) air

dengan debit (Q) yang mencukupi sehingga bisa memutar turbin yang dipasang pada tinggi

jatuh air dan akhirnya setelah di hubungkan dengan generator akan dapat menghasilkan

energi listrik dan disalurkan dengan menggunakan jaringan transmisi/distribusi. Peralatan

utama/sistem yang umum terdapat pada PLTM terdiri dari :

� Bangunan penyadap (intake)

� Saluran pembawa (waterway)

� Bak penenang (head pond)

� Pipa pesat (penstock)

� Saluran pelimpah (spillway)

� Rumah pembangkit (power house)

� Saluran pembuang (tail race)

� Turbine

� Generator dan kelengkapannya

� Seradang hubung (Switchyard) dan kelengkapannya.

Sistim dan proses kerja PLTM Girimukti dapat dilihat pada diagram gambar 2.9. dibawah

ini, dan dapat dijelaskan secara garis besar sebagai berikut:

a. Aliran air sungai yang ada di bagian hulu di pasang bendung sehingga tinggi air akan

meningkat, dan kemudian dibuat bangunan penyadap (intake) dan saluran pembawa

(waterway) untuk membawa air ke kolam penenang (head pond).

b. Saluran pembawa akan mangalirkan arus air tersebut ke kolam penenang.

c. Dari kolam penenang, aliran air tersebut diluncurkan ke bawah melalui pipa pesat (pen-

stock) dimana pada ujung pipa pesat tersebut di pasang turbine yang diletakkan di

rumah pembangkit (power house). Turbine digerakkan oleh arus air yang daya dorong-

nya telah di perkuat melalui tinggi jatuh (head) air di dalam pipa pesat, sehingga air

Page 18: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

28

CB CB

CB CB

CB CB

CB CB

GARDU HUBUNG

WRK

300 M5 KM

GARDU INDUK

BDS

CB

CB

G1 G2G1 G2

GARDU HUBUNG

GIRIMUKTI

GIRIMUKTI 1 GIRIMUKTI 2

CB CB

CB CB

CB CB

CB CB

GARDU HUBUNG

WRK

300 M5 KM

GARDU INDUK

BDS

CB

CB

G1 G2G1 G2G1 G2G1 G2

GARDU HUBUNG

GIRIMUKTI

GIRIMUKTI 1 GIRIMUKTI 2

Gambar 2.11. : Diagram skema operasi PLTM

Gambar 2.12. : Skema titik hubung ke

jaringan tegangan menegah

tersebut memiliki kekuatan untuk memutar turbin dengan kecepatan yang sangat tinggi,

dan tubine tersebut selanjutnya di coupling dengan generator yang merubah energi

mekanik menjadi energi listrik.

d. Energi listrik yang di produksi selanjutnya di salurkan ke jaringan listrik tegangan ren-

dah/menengah/tinggi melalui sera-

dang hubung (switchyard), dan da-

ri jaringan listrik ini energi listrik

disalurkan ke konsumen.

e. Bila ketinggian air melebihi tinggi

bangunan kolam penenang atau-

pun bendung, maka aliran air ter-

sebut akan melimpah melalui

saluran pelimpah (spillway).

f. Aliran air setelah dipergunakan

untuk memutar turbine akan dike-

luarkan dari rumah pembangkit melalui saluran pembuang (tail race) untuk kemudian

di salurkan kembali ke sungai di bagian hilir.

g. Proses yang serupa akan berlangsung sama pada unit Girimukti-2 yakni melalui

bendung, kemudian dengan saluran penyadap air dialirkan ke kolam penenang lalu

masuk ke pipa pesat yang akan menggerakkan turbin generator pada rumah pembangkit

selanjutnya di buang kembali ke sungai.

2.3.2. Proses Pengiriman Produksi

Untuk memastikan bahwa produksi listrik dari

PLTM Girimukti bisa di beli oleh PLN, maka

energi listrik yang dibangkitkan PLTM Girimukti

harus memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh

PLN, diantaranya adalah tentang sistim pengi-

riman energi listrik yang dihasilkan oleh PLTM

Girimukti.

Seperti halnya produk barang yang hasil produksi-

nya biasanya dikirim ke pembeli dengan berbagai

alat transportasi, maka pada produk hasil energi

Page 19: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

29

Tabel 2.2. : Struktur Biaya Kontruksi PLTM Girimukti

ITEM ITEM

I.1. Civil Works 2.1. Electrical & Mecanical Equipments

1 Site Clearance 1 Turbine & Auxiliries

2 Weir 2 Generator & Exitation System

3 Intake 3 Transformer & Switcgear

4 Desand 4 Control & Protection Equipment

5 Waterways 5 Mandatory Spareparts

6 Head Pond 6 Other Items

7 Penstock Anchorage/Foundation 6.1. Packaging, Shipment & Insurance

8 Powerhouse & Tailrace 6.2. On-land Transportation

9 Access Road & Bridges 6.3. Engineering Design & Fabrication

10 Other Support Building 6.4. Erection, Commissioning & Training

I.2. Metal Works 2.2. Transmission System

1 Penstock Steel Works 1 Transmision Line

2 Pipeline Steel Works 1.1. Conductor AAAC 150 mm2

3 Bifurcation 1.2. Mini Tower (350; 11M)

4 Gates, Bulkheads & Screens 1.3. Cross Arm

4.1. Weir Sluice Gates 1.4. Horn Lighting Arrester & Accessories

4.2. River Intake Gates 1.5. Lighting Arrester & Accessories

4.3. Desand Sluice Gates 1.6. MOF

4.4. Head Pond Sluice Gates 1.7. Fuse

4.5. Penstock Intake Screen 1.8. Disconnecting Switch

4.6. River Intake Screen 2 Sub Station

4.7. Penstock Intake Gates 2.1. Incumming Cubicle for Transf. 20kV/8.8MV

4.8. Intake & Tailrace Stop Lock 2.2. Outgoing cubicle to Cijedil Grid

4.9. Accessories 2.3. Outgoing cubicle to Bandung Selatan Grid

2.4. Bus PT Cubicle

2.5. Lightening Arrester Cubicle

2.6. Incoming Control Cubicle

2.7. Outgoing Control Cubicle

2.8. Synchronous Generator Panel

2.9. On Land Transportation

2.10. Factory Inspection Supervision

2.11. Testing & Commissioning

Lot - I (Civil & Metal Works) Lot - II (Mechanical & Electrical Works)

listrik PLTM Girimukti di kirim ke pembeli yang dalam hal ini PLN, melalui jaringan

listrik tegangan menengah (T/M) kapasitas 20 kV milik PLN. Karena energi listrik

tersambung ke tegangan menengah, maka PT Girimukti Energi harus mengikuti ketentuan-

ketentuan sambungan jaringan listrik ke sistim interko-neksi tegangan menengah yang

ditentukan oleh PLN. Jarak jalur T/M dari pembangkit lis-trik ke titik terdekat jaringan 20

kV milik PLN untuk Girimukti-1 dan Girimukti-2 berturut-turut adalah 8 km dan 3 km.

Skema hubungan interkoneksi dari pembangkit Girimukti ke jaringan terdekat milik PT

PLN dapat di lihat pada gambar 2.10. diatas.

2.4. Penjelasan Aspek Finansial

2.4.1. Struktur Biaya Investasi

Struktur biaya investasi pembangunan PLTM Girimukti secara umum di golongkan dalam

dua kelompok utama yakni kelompok pekerjaan Civil Works (termasuk pekerjaan Metal)

dan kelompok pekerjaan Mechanical & Electrical (termasuk pekerjaan jaringan distribusi

20 kV). Rincian masing-masing item pekerjaan untuk dua kelompok pekerjaan tersebut

dapat di lihat pada tabel 2.2. berikut :

Page 20: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

30

2.4.2. Struktur Biaya Operasi & Pemeliharaan

Struktur biaya produksi pada bisnis PLTM hampir sama dengan struktur biaya yang umum

berlaku pada bisnis yang lain, dimana sebagai bahan bakar dari PLTM adalah air, struktur

biaya produksi ini diantaranya meliputi :

� Biaya Retribusi Air

� Biaya Operation & Maintenance

� Biaya Personalia dan Administrasi

� Biaya Asuransi

� Biaya Overhaul umumnya pada periode 5 tahunan

2.4.3. Aspek Kelayakan Investasi (Business Feasibility Planning)

Kelayakan investasi terhadap strategi pengembangan bisnis PLTM dilakukan kajian

melalui proses Capital Budgeting terhadap 3 Strategi Pengembangan, yakni :

1. Strategi Pengembangan hanya pembangunan Girimukti-1 dengan pertimbangan

terbatasnya biaya investasi, dengan harga penjualan tetap (flat tariff)

2. Strategi Pengembangan pada pembangunan Girimukti-1 dan Girimukti-2 sekaligus,

dengan harga penjualan listrik secara tetap (flat tariff).

3. Strategi Pengembangan pada pembangunan Girimukti-1 dan Girimukti-2 sekaligus,

dengan harga penjualan listrik secara bertahap (stagging tariff).

Untuk melakukan analisis kelayakan investasi, akan dilakukan kajian finansial terhadap

beberapa aspek utama, diantaranya :

� Pay Back Period

� NPV (Net Present Value)

� IRR (Internal Rate of return)

� PI (Profitability Index)

� ROI (Return on Investment)

2.4.4. Pengertian PBP, NPV, IRR, dan ROI

Untuk melakukan analisa kelayakan suatu proyek atau investasi terdapat beberapa metode

yang dapat digunakan, di antaranya Payback Period (PBP), Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR), Profitabiliti Index (PI) dan Return on Investment (ROI).

Analisa terhadap perhitungan parameter tersebut memerlukan faktor Weighted Average

Cost of Capital (WACC) yang merupakan hurdle rate atau discount rate. WACC dapat di

pergunakan untuk menggambarkan tingkat risiko suatu perusahaan berdasarkan investasi

Page 21: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

31

(Cost of debt x debt) + (Cost of Equity x equity)

Total AssetsWACC =

Ke = KRF + (Km - KRF) β

yang di tanamkannya. Formula untuk menentukan discount rate atau WACC adalah

sebagai berikut :

Umumnya, cost of debt (Kd) yang di pakai di Indonesia adalah suku bunga kredit investasi

yang berlaku di perbankan Nasional (i loan), sedangkan cost of equity (Ke) dihitung dengan

menggunakan pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model), yakni dengan mengguna-

kan rumus :

dimana, Ke = Cost of Equity

KRF = Risk-free Rate (Suku Bunga Bebas Risiko)

Km – KRF = Equity Market Risk Premium

β = Reaksi nilai saham perusahaan terhadap volatilitas indeks

harga saham di pasar saham

Risk-free Rate (KRF) atau suku bunga bebas risiko, di Indonesia dapat di pakai rujukan dari

Suku Bunga Bank Indonesia (SBI-Rate) sebesar 8,25%, sedangkan Equity Market Risk

Return (Km) adalah return yang di refleksikan terhadap investasi di pasar saham, dengan

asumsi rata-rata return di bursa saham sebesar 16,0%, sehingga nilai Km= 7,75%. WACC

dapat di pakai untuk menghitung risiko yang dimiliki suatu investasi dan dapat di gunakan

pada perhitungan NPV sebagai discount rate. Selain itu, WACC juga dapat dijadikan

sebagai pembanding terhadap IRR, yakni apabila nilai IRR lebih besar dari WACC maka

NPV yang di hasilkan akan positif, dengan kata lain investasi tersebut layak secara

finansial, sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari WACC, maka nilai NPV suatu proyek

akan negatif yang berarti proyek tersebut berpotensi tidak dapat menghasilkan return yang

menarik atau dapat dikatakan tidak layak.

Net Present Value (NPV) dari suatu proyek atau investasi merupakan performa investasi

yang sudah memperhitungkan time value of money. NPV merupakan penjumlahan nilai

sekarang (Present Value) dari discounted free cash inflow di kurangi dengan initial

investment. Sedangkan Present Value (PV) merupakan nilai sekarang atas nilai uang yang

Page 22: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

32

(1 + r)t

CFtΣt = 1

n

CF0NPV =

NPV = Net Present Value

CFt = Cash Inflow pada tahun ke-t

r = Rate of Return pada WACC

CF0 = Cash Outflow (Initial Investment)

PV =FVt

(1 + r)t

(1 + IRR)t

CFtΣt = 1

n

CF00 =

(1 + IRR)t

CFtΣt = 1

n

CF0=

di investasikan pada tahun ke-t (FVt) dengan rate of return (r), atau dapat dijelaskan

dengan persamaan berikut :

Konsep Net Present Value merupakan instrument keuangan yang memperhitungkan pola

cash flow keseluruhan dari suatu investasi, dalam kaitannya dengan waktu berdasarkan

discount rate tertentu. Konsep ini tidak di perhitungkan di metode Payback Period. Dengan

demikian Net Present Value (NPV) merupakan nilai sekarang bersih dari akumulasi nilai

uang yang akan datang (dalam hal ini Free Cash Inflow), atau dapat dijelaskan dengan

persamaan berikut :

dimana,

Dari rumus NPV di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu investasi dapat dikatakan layak

apabila nilai NPV lebih besar dari nol. Dengan pengembangan rumus tersebut dapat di ten-

tukan nilai Internal Rate of Return (IRR) suatu proyek, yakni rate of return (r) yang

menyebabkan nilai NPV = 0, karena Present Value dari Cash Inflow sama dengan Initial

Investment. Oleh karena itu IRR dari suatu investasi harus memiliki nilai yang lebih besar

dari Rate of Return (r) pada WACC, atau dapat disimpulkan bahwa nilai IRR > WACC.

Atau,

Performa investasi lainnya yang akan dikaji untuk melengkapi performa pada basis time

value of money, adalah :

� Pay Back Period (PBP)

Page 23: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

33

Payback

Period=

Net Investment

Net Cash flow(year)

� Profitability Index (PI)

� Return on Investment (ROI)

Pay Back Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang di dasarkan pada waktu

pelunasan biaya investasi oleh akumulasi Free Cash Flow (FCF). Menurut kriteria dari

metode ini adalah, suatu proyek dengan pengembalian makin pendek akan semakin baik.

Kelemahan dari metode ini adalah PBP tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang (time

value of money), serta tidak mempertimbangkan pemasukan pada periode setelah PBP ter-

capai. Payback period dihitung dengan memperbandingkan benefit tiap tahun dari suatu

investasi dengan jumlah initial investment, yakni dengan menggunakan rumus :

Profitability Index (PI) merupakan instrument keuangan yang digunakan untuk mengeta-

hui perbandingan antara nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa datang dengan

nilai investasi sekarang (initial investment). Suatu proyek dikatakan menguntungkan jika PI

> 1, sebaliknya tidak menguntungkan bila PI < 1. Rumus yang di pakai untuk menghitung

PI adalah :

atau

Return on Investment (ROI) merupakan instrument keuangan yang mudah untuk mengukur

tingkat pengembalian ekonomis dari suatu proyek. ROI juga dikenal dengan Return on

Total Assets (ROA), yaitu mengukur efektivitas suatu investasi dengan membandingkan

net benefit dengan investasi awal (initial investment). ROI menjadi salah satu metode yang

paling popular digunakan untuk memahami, mengevaluasi dan membandingkan nilai dari

pilihan investasi yang berbeda.

Dalam hal untuk menilai tingkat pengembalian ekonomis dari suatu investasi baru, maka

ROA atau ROI yang telah memperhitungkan time value of money dihitung dari efektivitas

rata-rata Present Value EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) berdasarkan discount

rate yang sudah ditentukan, terhadap aset yang diinvestasikan atau Initial Investment atau

dengan persamaan berikut :

Page 24: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

34

x 100%ROI =average PV Ebit

Initial Investment

Nilai ROI ini sangat bermanfaat sebagai informasi para stakeholders, yakni kreditur (untuk

melihat potensi terbayarnya bunga pinjaman), Pemerintah (untuk potensi terbayarnya pajak

pajak), dan owner equity (untuk melihat potensi keuntungan).

2.5. Akar Masalah

Kenaikan harga BBM yang sudah berada di luar batas psikologis dan posisi Indonesia saat

ini yang tidak lagi menjadi negara pengekspor minyak, bahkan sebaliknya, Indonesia kini

menjadi negara pengimpor minyak, telah mengakibatkan membengkaknya biaya operasio-

nal beberapa industri tidak terkecuali biaya operasional pembangkit listrik terutama yang

menggunakan BBM sebagai bahan bakarnya. Kondisi ini telah memaksa beberapa pemilik

pembangkit listrik yang menggunakan BBM mulai memikirkan perlunya pembangkit

dengan bahan bakar non BBM, salah satu pilihan diantaranya adalah menghidupkan kem-

bali pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air (PLTA).

Sementara itu, potensi tenaga air di Indonesia cukup melimpah, namun yang termanfaatkan

baru sekitar 14% dari seluruh potensi yang ada, seharusnya hal ini menjadi daya taik bagi

investor untuk menanamkan modalnya di bisnis pembangkitan, namun kenyataannya,

investor tidak begitu tertarik terhadap bisnis ini. Masalahnya untuk membangun skala daya

yang sama, maka biaya investasi PLTM lebih besar jika dibandingkan dengan investasi

pembangkit jenis lainnya, sementara tarif pembelian litrik oleh PLN hampir sama

Untuk mengetahui tingkat kelayakan dari bisnis pembangkit tenaga air, maka di perlukan

suatu analisis yang komprehensif, sehingga investasi di bidang pembangkitan yang semula

dianggap kurang menarik, akan dapat menjadi layak dan bahkan menjadi bisnis yang

menarik serta profitable bila di implementasikan. Sebagai gambaran, dapat di perbanding-

kan bahwa dengan PLTD yang menggunakan HSD sebagai bahan bakarnya, data menu-

njukkan untuk setiap 1 liter HSD (sejenis solar) hanya dapat membangkitkan listrik sebesar

3 kWh, sehingga bila PLTM Girimukti dibangun, yang direncanakan dapat memproduksi

energi listrik sebesar 91.874.880 kWh per tahun, berarti akan dapat di hemat pemakaian

BBM sedikitnya 30,6 juta liter dalam setahun. Ini merupakan keuntungan tidak langsung

yang terjadi bila dilakukan pembangunan PLTM.

Page 25: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

35

Gambar 2.13. : Struktur Biaya Kontruksi PLTM Girimukti

Business

Feasibility

Planning

(PLTM)

Development

Plan

Kelayakan

Investasi

Alternatif Terpilih

No

Yes

No

Yes

Implementation

Plan

Kelayakan

Investasi

Girimukti-1,

Girimukti-2 &

CDM

Kelayakan

Investasi

Analisa

Sensitivitas

No

Yes

Girimukti-1&

Girimukti-2

Girimukti-1

Akar masalah yang telah diuaraikan di atas selanjutnya dijadikan sebagai alat dalam

menyusun alternatif-alternatif solusi bisnis, dengan tahapan analisis sebagaimana di

jelaskan pada diagram Gambar 2.11.. berikut.

Page 26: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS - Perpustakaan …digilib.itb.ac.id/files/disk1/631/jbptitbpp-gdl-yoyoksukar-31550-3... · innya sangat berkaitan erat didalam pengambilan keputusan untuk

36