repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/bab ii tesis.docx  · web viewbab ii....

77
BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis 1. Hakikat Persepsi Siswa Tentang Pembelajaran Model Blended Learning Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi,manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya, hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. 1 Persepsi adalah proses menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. 2 1 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 102. 2 Abdurrahman Saleh dan Muhib Abdul Wahib, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta : Prenada Media, 2004), Cet.I, hlm.88. 11

Upload: others

Post on 07-Mar-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

BAB II

PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIS

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Hakikat Persepsi Siswa Tentang Pembelajaran Model Blended

Learning

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau

informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi,manusia terus

menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya, hubungan ini

dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba,

perasa dan pencium.1

Persepsi adalah proses menggabungkan dan mengorganisasikan

data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian

rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan

diri kita sendiri.2 Persepsi menyebabkan dua orang yang melihat atau

mengalami hal yang sama memberikan interpretrasi yang berbeda

tentang apa yang dilihat atau dialaminya.3

Menurut Muhaimin, bahwa persepsi merupakan suatu proses

yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima

kemudian meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya.4

1  Slameto,  Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 102.

2 Abdurrahman Saleh dan Muhib Abdul Wahib, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta : Prenada Media, 2004), Cet.I, hlm.88.

3 Prof., Dr. Sondang P. Siagian, M. PA, Teori MOtivasi dan aplikasinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), Cet.3, hlm.98-99.

4 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Meningkatkan Pendidikan Agama Islam

11

Page 2: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

12

Persepsi merupakan hasil pengamatan seseorang terhadap

sesuatu hal yang ada di lingkungan sekitar melalui panca indera.

Persepsi diperoleh dengan cara meringkas informasi dari seseorang dan

menafsirkan informasi tersebut, sehingga seseorang itu dapat

memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau positif negatifnya

informasi tersebut. Jadi persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan

antara seseorang dengan lingkungannya melalui panca indera. Setelah

seseorang menginderakan objek di lingkungannya, maka kemudian

memproses hasil penginderaan itu, sehingga timbullah makna tentang

objek itu. Dalam penelitian ini yang ingin peneliti ketahui yaitu tentang

persepsi siswa mengenai gaya mengajar guru.

Siswa merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam

proses pendidikan formal. Siswa bisa belajar tanpa guru, sebaliknya

guru tidak bisa mengajar tanpa siswa.5 Semua proses belajar selalu

dimulai dengan persepsi, yaitu setelah siswa menerima stimulus atau

suatu pola stimuli dari lingkungannya. Persepsi dianggap sebagai

tingkat awal struktur kognitif seseorang. Karena itu, sejak dini kepada

siswa harus ditanamkan rasa memiliki persepsi yang baik dan akurat

mengenai apa yang dipelajari. Kalau persepsi siswa terhadap apa yang

akan dipelajari salah maka akan mempengaruhi keberhasilan atau

kegagalan kegiatan belajar yang akan ditempuh. Dengan demikian,

dalam persepsi adakalanya persepsi tersebut baik dan adakalanya juga

persepsi tersebut buruk. Bila rangsangan yang diterima siswa itu baik

di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 1425  Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik , (Bandung: CV. Alfabeta, 2010), hlm. 1.

Page 3: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

13

menurut siswa tersebut maka siswa akan mempersepsi gaya mengajar

guru tersebut baik dan akan berakibat mendorong motivasi belajarnya.

Setiap proses belajar mengajar memerlukan pemilihan dan

penggunaan paling tidak satu media untuk menyampaikan

pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu sarana yang

digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media yang

digunakan harus bersesuaian dengan berbagai faktor, diantaranya

kesesuaian dengan pencapaian tujuan pembelajaran.

Pemilihan media pembelajaran yang kurang tepat serta

penggunaan yang tidak efektif dan tidak efisien berakibat pada

kurangnya kesiapan siswa dalam menerima pelajaran di kelas. Selain

media pembelajaran yang digunakan guru dalam penyampaian materi

pembelajaran,yang bisa mempengaruhi hasil belajar adalah motivasi.

Media pembelajaran hendaknya dapat memotivasi peserta didik untuk

memperoleh hasil belajar yang bagus.

Keutamaaan media pembelajaran adalah beragamnya hal yang

dapat dijadikan pembelajar untuk melakukan pemaknaan. Menurut

Arsyad6 penggunaan media dalam pembelajaran diutamakan sebagai

alat bantu yang mampu memberikan informasi nyata, konkret dan

sederhana. Association of Education and Comunication Technology

(AECT) 1977 memberikan batasan media sebagai segala bentuk dan

saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi.

Rohani berpendapat media adalah bentuk komunikasi tercetak maupun

audiovisual serta peralatannya, media hendaknya dapat dimanipulasi,

6 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.3

Page 4: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

14

dilihat, didengar, dibaca dan yang dipergunakan dalam kegiatan

pembelajaran.7

Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran

cukup beragam, Menurut Heinich, dkk (1996), salah satu klasifikasi

yang dapat menjadi acuan dalam pemanfaatan media adalah klasifikasi

yang dikemukakan oleh Edgar Dale yang dikenal dengan kerucut

pengalaman (cone of experience). Kerucut pengalaman Dale

mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar langsung,

pengalaman belajar yang dicapai melalui gambar, dan pengalaman

belajar yang bersifat abstrak.8 Untuk dapat memberikan gambaran lebih

jelas mengenai kerucut pengalaman Dale dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Salah satu media yang dapat digunakan dalam kegiatan

pembelajaran adalah Information and Comunication Technology (ICT)

dan di Indonesia lebih dikenal dengan Teknologi Informasi dan

7 Ahmad Rohani, Media Instuksional Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.3

8 Singgih Prihadi, Model Blended Learning, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2013), h. 49

Page 5: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

15

Komunikasi (TIK). Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang

digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,

menyusun, memanipulasi, data dalam berbagai cara untuk

menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,

akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis

dan pemerintahan, dan merupakan informasi yang strategis untuk

pengambilan keputusan.

a. Pengertian Blended Learning (Moodle)

Blanded learning pada dasarnya merupakan gabungan

keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka dan secara

virtual.9 Blanded Learning menggabungkan ciri-ciri terbaik dari

pembelajaran di kelas (tatap muka) dan ciri-ciri terbaik dari

pembelajaran online untuk meningkatkan pembelajaran mandiri secara

aktif oleh peserta didik dan mengurangi jumlah waktu tatap muka di

kelas.

Blended learning merupakan merupakan inovasi pemanfaatan

teknologi komputer dan informatika dalam dunia pendidikan. Blended

learning merupakan istilah umum bagi kombinasi pemanfaatan

teknologi komputer dan informasi  dalam pembelajaran tatap muka

(face to face teaching learning).  Bentuknya dapat beragam mulai dari

penggunaan komputer dalam menunjang  pembelajaran sampai dengan 

komplemen pembelajaran tatap muka dengan E-learning.  Pemanfaatan

blended learning dalam pembelajaran tentu saja perlu memperhatikan

sumber daya alat dan sumber daya manusia yang tersedia. 

9 Husamah, Pembelajaran Bauran (Blended Learning), (Jakarta: Prestasi Pustaka Jakarta, 2014 (cetakan Pertama)), h. 11.

Page 6: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

16

Menurut McDonal (dalam Purtadi), istilah blended learning

biasanya berasosiasi dengan memasukan media online pada program

pembelajaran. Pada saat yang sama, tetap memperhatikan perlunya

mempertahankan kontak tatap muka dan pendekatan tradisional yang

lain untuk mendukung peserta didik.

Purtadi menjelaskan bahwa blended learning adalah kombinasi

berbagai media pembelajaran yang berbeda (teknologi, aktivitas, dan

berbagai jenis peristiwa) untuk menciptakan program pembelajaran

optimum untuk audiens (peserta didik) yang spesifik. Istilah blended

sendiri berarti bahwa pembelajaran tradisional didukung dengan format

elektronik yang lain.

Berdasarkan pemaparan tersebut, karakteristik blended learning

adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian,

model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis

teknologi yang beragam.

2) Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung atau bertatap muka

(face to face), belajar mandiri, dan belajar via online.

3) Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara

penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.

4) Pengajar dan orang tua peserta belajar memiliki peran yang sama

penting, pengajar sebagai fasilitator, dan orang tua sebagai

pendukung.

Beberapa keuntungan pemanfaatan blended learning dalam

pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: 1) siswa leluasa

untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri memanfaatkan

Page 7: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

17

materi-materi yang tersedia secara on-line, 2) siswa dapat melakukan

diskusi dengan guru atau siswa lain diluar jam tatap muka, 3) kegiatan

pembelajaran yang dilakukan siswa di luar jam tatap muka dapat

diadministrasikan dan dikontrol dengan baik oleh guru, 4) guru dapat

menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet, 5) guru

dapat meminta siswa membaca materi atau mengerjakan tes yang

dilakukan sebelum pembelajaran, 6) guru dapat menyelenggarakan

kuis, memberikan balikan, dan memanfaatkan hasil tes dengan efektif,

7) siswa dapat saling berbagi file dengan siswa lain, dan masih banyak

keuntungan lain dengan memanfaatkan kelebihan pembelajaran

berbasis internet.

Peran guru dalam pembelajaran berbasis blended learning

sangat penting dalam mengelola pembelajaran. Di samping memiliki

keterampilan mengajar dalam menyampaikan isi pembelajaran tatap

muka, guru juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam

mengembangkan sumber belajar berbasis komputer (Microsoft Word

dan Microsoft PowerPoint) dan keterampilan untuk mengakses internet.

Selanjutnya dapat menggabungkan dua atau lebih metode pembelajaran

tersebut. 

Dengan model pembelajaran tersebut, diharapkan siswa dapat

dengan leluasa mengekspresikan semua kemampuan yang dimilikinya

untuk belajar. Dengan demikian, pembelajaran tidak lagi berpusat pada

guru tetapi berpusat pada siswa, karena siswa menjadi lebih aktif

mengikuti pembelajaran sedangkan guru berperan sebagai fasilitator.

Page 8: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

18

Implementasi Blended Learning10

Blended Learning merupakan suatu upaya untuk

menggabungkan kegiatan belajar konvensional (tatap muka) dengan

belajar menggunakan computer atau perlengkapan elektronik

berdasarkan petunjuk dari pendidik dimana materi dapat berbentuk

media digital yang digunakan untuk membantu proses belajar-mengajar

konvensional. Sebagai contoh, kegiatan proses belajar mengajar secara

konvensional biasa dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan di dalam kelas

dapat diubah menjadi 5-6 kali tatap muka dan 1 kali tatap muka berupa

pertemuan online dan hal ini bias disesuaikan dengan kebutuhan

proses.

Blended learning sering sekali diperbandingkan dengan

pembelajaran konvensional yang menggunakan tatap muka (face to

face). Tetapi, pada prinsipnya, akan lebih berarti ketika online learning

digunakan bersama-sama digunakan dengan pembelajaran tatap muka

secara harmonis yang bias diakses kapan saja dan dimana saja untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar. Proses

pembelajaran yang demikian disebut Blended Learning.

Blended Learning dibutuhkan pada saat:

1. Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun dengan

menambahkan waktu pembelajaran dengan memanfaatkan

teknologi dunia maya.

10 Husamah, Pembelajaran Bauran (Blended Learning), (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014), h.23-25

Page 9: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

19

2. Membuat proses komunikasi non-stop antara pengajar dan peserta

didik dengan mudah dan cepat.

3. Peserta didik dan pengajar dapat diposisikan sebagai pihak yang

belajar.

4. Membantu proses percepatan pengajaran.

Tidak ada aturan baku tentang pembelajaran secara blended,

dan hal ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Secara

khusus, Soekartawi menyarankan enam tahapan dalam merancang dan

menyelenggarakan blended learning agar hasilnya optimal. Keenam

tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan macam dan materi bahan ajar, kemudian mengubah

atau menyiapkan bahan ajar tersebut menjadi bahan ajar yang

memenuhi syarat untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Karena

media pembelajarannya adalah blended learning, bahan ajar

sebaiknya dibedakan atau dirancang untuk tiga macam bahan ajar,

yaitu:

a. Bahan ajar yang dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik.

b. Bahan ajar yang dapat dipelajari dengan cara berinteraksi

dengan cara tatap muka.

c. Bahan ajar yang dapat dipelajari dengan cara berinteraksi

melalui pembelajaran online berbasis web.

2. Menetapkan rancangan blended learning yang digunakan. Kegiatan

dalam tahap ini merupakan tahap yang paling sulit. Di sini,

diperlukan ahli e-learning untuk membantunya. Dalam tahapan ini,

intinya adalah bagaimana membuat rancangan pembelajaran yang

berisikan komponen PJJ dan tatap muka. Karenaitu, dalam

Page 10: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

20

membuat rancangan pembelajan ini, perlu diperhatikan hal-hal yang

berkaitan dengan:

a. Bagaimana bahan tersebut disajikan.

b. Bahan ajar mana yang bersifat wajib dpelajari dan mana yang

sifatnya anjuran guna memperkaya pengetahuan peserta didik.

c. Bagaimana peserta didik bias mengakses dua komponen

pembelajaran tersebut.

d. Faktor pendukung apa yang diperlukan. Misalnya, perangkat

lunak (software) apa yang digunakan, apakah kerja kelompok

diperlukan, apakah pusat sumber belajar diperlukan di daerah-

daerah tertentu.

3. Tetapkan format pembelajaran online. Apakah bahan ajar tersedia

dalam format HTML (yang mudah di cut and paste) atau dalam

format PDF (tidak bias dicut and paste), dan apakah pembelajaran

itu menggunakan jaringan internet Yahoo, Google,MSN atau

lainnya.

4. Lakukan uji coba terhadap rancangan pembelajaran tersebut bias

dilaksanakan dengan mudah atau sebaliknya. Cara yang lazim

dipakai utuk menguji coba rancangan ini adalah dengan ‘pilot test’.

Dengan cara ini penyelenggara blended learning bias meminta

masukan atau saran dari pengguna atau peserta uji coba.

5. Menyelenggarakan blended learning dengan baik sambil

menugaskan instruktur khusus (pengajar) yang tugas utamanya

menjawab pertanyaan peserta didik. Pertanyaan yang mungkin

munculyakni, bagaimana melakukan pendaftaran sebagai peserta,

Page 11: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

21

bagaimana peserta didik atau instruktur yang lain melakukan akses

terhadap bahan ajar dan lain-lain.

6. Menyiapkan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan

blended learning. Banyak cara tentang membuat evaluasi ini,

namun Semler menyarankan sebagai berikut:

a. Mudah dikendalikan (easy to navigate). Seberapa mudah

peserta didik mudah mengakses semua informasi yang

disediakan dalam paket pembelajaran yang disiapkan di

computer. Kriterianya, semakin mudah aksesnya maka semakin

baik hasilnya.

b. Pemakaian konten/isi (conten/substance). Bagaimana kualitas

isi pembelajaran yang dipakai, bagaimana petunjuk untuk

mempelajari isi bahan ajar, bagaimana bahan ajar itu disiapkan,

apakah bahan ajar yang ada sesuai dengan tujuan pembelajaran

dan sebagainya. Kriterianya, semakin dekat bahan ajar itu

dengan tujuan pembelajaran, maka semakin baik hasilnya.

c. Rancangan/format/penampilan (layout/format/appearance).

Apakah paket pembelajaran (bahan ajar, petunjuk belajar, atau

informasi lainnnya) disajikan secara professional. Kriterianya,

semakin baik penyajian bahan ajarnya, maka semakin baik pula

hasilnya.

d. Ketertarikan (interest). Sebesar apakah paket pembelajaran

(bahan ajar, petunjuk belajar, atauinformasi lainnya) yang

disajikan mampu menimbulkan daya tarik peserta didik untuk

belajar.kriterianya adalah, semakin besar daya tarik terhadap

Page 12: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

22

paket pembelajaran yang disajikan bagi peserta didik untuk

belajar, maka makin baik pula hasilnya.

e. Aplikabilitas (applicability). Seberapa jauh paket pembelajaran

(bahan ajar, petunjuk belajar, atau informasi lainnya) yang

disajikan bias dipraktekan secara mudah. Kriterianya, semakin

mudah dipraktekan, semakin baik pula hasilnya.

f. Murah/bermanfaat (cost-effectiveness/value). Seberapa murah

biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti pembelajaran tersebut.

Menuru hartono dalam Rustaman, blended learning pada

kegiatan pembelajaran online perlu dikemas agar penyajian bahan

ajarnya menjadi menarik, misalkan dalam bentuk video dan animasi.

Kedua kegiatan ini menghendaki peserta didik untuk aktif dalam

berinteraksi dan merespon sejumlah pertanyaan yang timbul setelah

peserta didik mempelajari video dan animasi. Bahan ajar dalam bentuk

video dan animasi dapat dikemas dalam Learning Management System,

misalnya dengan menggunakan program Moodle.

Lembaga pendidikan memang harus memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi, karena pada hakikatnya proses pendidikan

adalah proses transfer dan diseminasi informasi yang salah satunya

adalah pembelajaran online learning atau e-learning.11 Pembelajaran

Blended learning (Moodle) Selain pembelajaran tatap muka, guru pada

madrasah tersebut menggunakan media internet dalam penyampaian

materi maupun evaluasi. Pembelajaran yang menggunakan teknologi

11 Boediono, Wakil Presiden RI, dalam kata sambutan pada Kuliah Perdana Universitas Surya, 3 September 2013.

Page 13: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

23

internet dalam penyampaian materinya tidak harus bertatap muka, hal

ini bisa dilakukan secara real time. Penggunaan media-media

komunikasi ini memang sangat bergantung pada guru bagaimana

menggunakannya.12

Moodle adalah singkatan dari Modular Object-Oriented

Dynamic Learning Environment) artinya paket perangkat lunak yang

diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet dan situs web yang

menggunakan prinsip social constructionist pedagogy.13 Moodle

merupakan salah satu aplikasi dari konsep dan mekanisme belajar

mengajar yang memanfaatkan teknologi informasi, yang dikenal

dengan konsep pembelajaran elektronik atau e-learning.

Di dunia e-learning Indonesia, Moodle lebih dikenal fungsinya

sebagai Course Management System atau "Learning Management

System" (LMS). Dengan tampilan seperti halaman web pada umumnya,

Moodle memiliki fitur untuk menyajikan kursus (course), dimana

pengajar bisa mengunggah materi ajar, soal dan tugas. Murid bisa

masuk log ke Moodle kemudian memilih kursus yang disediakan atau

di-enrolluntuknya. Aktivitas murid di dalam Moodle ini akan terpantau

progress dan nilainya. Di Indonesia sendiri, diketahui bahwa Moodle

telah dimanfaatkan untuk sekolah menengah, perguruan tinggi dan

perusahaan.

Pemanfaatan Moodle sebagai Learning Management System

(LMS) untuk mengelola konten sebagai pendukung penerapan Online

Assessment adalah: 1) meningkatkan kadar interaksi pembelajaran 12 Mohamad Surya, Bunga Rampai Guru dan Pendidikan (Jakarta: Balai

Pustaka, 2004),h. 156.13 Tim Tekno, Pengelolaan Pembelajaran E-learning Berbasis Moodle,

(Yogyakarta: Andi, 2013), h.13

Page 14: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

24

antara siswa dengan guru, 2) memungkinkan terjadinya interaksi

pembelajaran dari mana dan kapan saja, 3) menjangkau siswa dalam

cakupan yang luas, serta 4) mempermudah penyempurnaan dan

penyimpanan materi pembelajaran.

Unsur-unsur yang digunakan untuk membangun sistem e-

learning dikelompokkan ke dalam tiga hal,yakni: hardware (perangkat

keras), software (perangkat lunak), dan SDM dalam TIK yang sering

disebut brainwane.

Tiga fungsi e-learning dengan menggunakan moodle:

1) Suplemen (tambahan) yaitu apabila siswa mempunyai kebebasan

memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik

atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban bagi siswa untuk

mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya

opsional, siswa yang memanfaatkannya tentu akan memiliki

tambahan pengetahuan atau wawasan.

2) Komplemen (pelengkap), yaitu apabila materi pembelajaran

elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran

yang diterima siswa di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti

materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi

materi pengayaan atau remedial. Dikatakan sebagai pengayaaan

(enrichment) apabila kepada siswa yang dapat dengan cepat

menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan pada saat

tatap muka, diberi kesempatan untuk mengakses materi

pembelajaran elektronik yang memang secara khusus

dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin

memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang

Page 15: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

25

telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila

siswa mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat

tatap muka diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi

pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang

untuk mereka. Tujuannya agar siswa semakin mudah memahami

materi pelajaran yang disajikan di kelas.

3) Substitusi (pengganti) yaitu apabila e-learning dilakukan sebagai

pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-

model kegiatan pembelajaran. Ada tiga alternatif model yang dapat

dipilih, yakni: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2)

sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau

bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.

b. Kelebihan dan kekurangan Blended Learning14

Blended Learning merupakan kolaborasi antara pembelajaran

tatap muka di kelas dan pembelajaran online, dapat melalui portal e-

learning, blog, website, jejaring sosial. Namun portal e-learning

disarankan untuk digunakan karena memiliki banyak kelebihan

dibanding dengan media online lainnya. Kelebihan tersebut adalah 1)

terjamin rahasianya karena peserta didik memiliki pasword dan

username masing-masing untuk login; 2) guru dapat memantau

keaktifan peserta didik dalam berdiskusi online; 3) guru dapat mengedit

tulisan-tulisan komentaratau diskusi peserta didik yang tidak layak

tanpa harus konfirmasi kepada peserta didik; 4) guru dapat dengan

14 Singgih Prihadi, Model Blended Learning, ( Surakarta: Yuma Pustaka, 2013), h.153-155

Page 16: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

26

mudah menambah, mengedit dan menghapus materi pelajaran; 5)

antara guru-peserta didik, peserta didik-peserta didik, dapat melakukan

diskusi online melalui fasilitas forum diskusi dan chatting; 6) peserta

didik dapat mengumpulkan tugas secara online melalui fasilitas upload

tugas; 7) guru dapat memberikan penilaian langsung dan memberikan

komentar yang bersifat rahasia, hanya peserta didik yang bersangkutan

yang dapat mengetahui nilai dan komentar guru; dan 8) aktivitas

peserta didik dapat di-backup, baik secara individual maupun

keseluruhan peserta didik.

Adapun kekurangan blended learning diantaranya: 1) Media

yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila

sarana dan prasarana tidak mendukung. 2) Tidak meratanya fasilitas

yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal

dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai,

apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam

mengikuti pembelajaran mandiri via online. 3) Kurangnya pengetahuan

masyarakat terhadap penggunaan teknologi. 4) Tidak meratanya

fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi menurut para ahli dalam berbagai literatur

berasal dari kata “motif”, yang berarti sebagai kekuatan yang terdapat

dalam diri individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat

diamati secara langsung, tetapi diinterpretasikan dalam tingkah

Page 17: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

27

lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga

munculnya suatu tingkah laku tertentu.15Kata Motif, dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia yaitu alasan (sebab) seseorang melakukan

sesuatu.16

Banyak pengertian tentang motivasi, bila dilihat dari asal

katanya motivasi berasal dari kata dasar “motif” diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif

dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam

subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai

suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat

diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif

menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk

mencapai tujuan sangat dirasakan/ mendesak.17Dengan demikian

motivasi sebagai sesuatu yang mendorong manusia untuk berprilaku

dan bertindak sesuai dengan tujuan tertentu.18

Hodgett menyatakan motivasi merupakan aktivitas manusia

ditentukan oleh kekuatan motif atau kebutuhannya, semakin kuat motif

atau kebutuhannya, semakin besar apabila mencapai kepuasan.

Sebaliknya dapat terjadi kekuatan motifnya meningkat. Ada dua

macam motif yaitu motif primer seperti kebutuhan akan makan dan

peneduh, dan motif sekunder seperti kebutuhan akan kekuasaan,

15 Hamzah B. Uno, Teori motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 316 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) h. 756

17Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h. 73

18 Anwar prabu Mangkunegara, Manajemenn Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 93

Page 18: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

28

prestasi dan afiliasi, motif ini diarahkan untuk mencapai tujuan.19

Sementara J.W. Atkinson dalam Hoy and Miskel secara umum

mendefinisikan motivasi adalah sebagai suatu proses mengarah pilihan

individu antara berbagai kegiatan suka rela.20

Ivancevich mendefinisikan motivasi adalah : Motivation is set of

attitudes that predisposes a person to act in aspecific goal directed

way. Motivation is those an inner state that energizes, channels, and

sustains human behavior to achieve goals. 21 Motivasi merupakan sikap

yang mendorong seseorang untuk berperilaku yang mengarah pada

pencapaian tuiuan. Sedangkan Gibson, Ivancevich dan Donnelly dalam

kesempatan lain berpendapat bahwa Motivation is concept that

describes the forces acting on an employee that initiate and direct

behaviour Bahwa motivasi adalah suatu dorongan seseorang pegwai

untuk melakukan suatu tindakan berinisiatif dan mengarahkan

perilakunya.22

Hani Handoko menyatakan bahwa motivasi adalah suatu tenaga

atau faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang menimbulkan,

mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya.23

19 Richard M. Hodgetts, Modern Relation at Work, (Orlando : The Daryden,Press, 1999). p. 467.

20 Wayne K.Hoy and Cecil G.Miskel. 1992.Edtication Administration : Theory, Research and Practic, (New York : Random House, 1992), p. 137.

21 John M.Ivancevich, Human Resource Managemet (Foundation of Personnel), Fifth Edition, (Richard D. Irwin, Inc, 1995), p. 57.

22Gibson, Ivancevich dan Donnelly, Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses. Terj. Djarkasih. (Jakarta: Erlanga, 1997), h. 100

23 Hani T. Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Pustaka Binawan Pressindo, 1992) h. 9

Page 19: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

29

Sardiman AM menyatakan motivasi yang ada pada setiap orang

itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Tekun menghadapi tugas

(dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah

berhenti sebelum selesai); 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas

putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi

sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya); 3)

Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang

dewasa (misalnya masalah korupsi, penentangan terhadap setiap

tindakan kriminal, amoral dan sebagainya); 4) Lebih senang bekerja

mandiri; 5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif); 6) Dapat

mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu); 7)

Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.24

Motivasi sangat memegang peranan penting dalam belajar ini

dapat dilihat dari fungsi-fungsi motivasi yaitu: 1) Pendorong orang

untuk berbuat dalam mencapai tujuan; 2) Penentu arah perbuatan yakni

ke arah tujuan yang hendak dicapai; 3) Penseleksi perbuatan sehingga

perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap

terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.25

Menurut hamzah B. Uno, hakikat motivasi belajar adalah

dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk

mengadakan tingkah laku. Untuk mendukung terhadap perubahan

tingkah laku. Tersebut ada beberapa indikator atau unsur-unsur yang

mempunyai peranan besar dalam keberhasilan belajar siswa. Adapun 24 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2014), h. 8325 H.M. Alisup Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu, 1996),

h. 86

Page 20: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

30

indikator motivasi belajar diantaranya sebagai berikut: 1) adanya hasrat

dan keinginan berhasil, 2) adanya dorongan dan kebutuhan belajar, 3)

adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) adanya penghargaan dalam

belajar, 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, 6) adanya

lingkungan belajar yang kondusif, sehungga siswa dapat belajar dengan

baik.

Dalam dunia pendidikan istilah motivasi belajar merupakan dua

hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku

secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari

praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan

untuk mencapai tujuan tertentu.26

Motivasi belajar dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor

intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah dorongan yang timbul

dari dalam diri seseorang untuk berbuat dan mencapai tujuan yang

diharapkan, misalnya: hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan

kebutuhan belajar harapan akan cita-cita. Adapun faktor ekstrinsik yaitu

dorongan yang timbul dari luar diri sendiri, misalnya: adanya

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, kegiatan yang menarik

dan lain-lain.

b. Teori-teori Motivasi

Menurut para ahli, secara umum teori motivasi dibagi dalam

dua bagian yaitu teori kandungan (conten),yang memusatkan

perhatan pada kebutuhan dan sasaran tujuan, dan teori proses, yang

26 Hamzah B. Uno, Teori motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 23

Page 21: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

31

banyak berkaitan dengan bagaimana orang berprilaku dan mengapa

mereka berprilaku dengan cara tertentu.27

Berikut ini beberapa teori motivasi menurut para ahli,

diantaranya yaitu:

1) Teori Motivasi Abraham Maslow

Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua

manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukannya dalam lima

tingkatan yang bebentuk piramid, lima tingkat kebutuhan itu dikenal

dengan hirarki kebutuhan Maslow.

Seperti sudah disinggung dalam teori Maslow, kebutuhan yang

paling rendah sebagian harus dipuaskan sebelum orang memenuhi

kebutuhan yang lebih tinggi.28 Maslow berpendapat ada lima tingkat

kebutuhan manusia, yaitu:

a) Kebutuhan Fisiologis

Perwujudan paling nyata dari kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan

pokok manusia seperti sandang, pangan dan perumahan.29

b) Kebutuhan Rasa Aman

Setelah kebutuhan fisiologis dipenuhi dan merasa puas, kebutuhan

manusia akan beralih dan meningkat kepada kebutuhan rasa aman.

Disini keselamatan sangat dibutuhkan karena manusia ingin dirinya

27 Hamzah B. Uno, Teori motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 39

28 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), h. 345

29 Sondang P Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 146

Page 22: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

32

mendapat keamanan dari segala bentuk ancaman fisik dan kejahatan

orang lain.

c) Kebutuhan cinta kasih dan sosial

Cinta kasih dan kasih sayang merupakan ungkapan batin antar

pribadi yang mendalam, seperti cinta kasih dan sayang orang tua

terhadap anak, begitu juga pendidik kepada siswa. Di sekolah

kebutuhan cinta kasih yang paling penting adalah kebutuhan siswa

untuk dicintai dan dihargai. Jika siswa merasa tidak dicintai, dihargai

dan dianggap tidak mampu, mereka tidak mempunyai motivasi kuat

untuk mencapai tujuan, seperti ingin mencari pengetahuan lebih

lanjut untuk dirinya sendiri, atau kreatif dan terbuka untuk ide-ide

baru dari orang lain.30

d) Kebutuhan penghargaan

Manusia memiliki keunikan dalam hidupnya, mempunyai

kemampuan, harga diri, percaya diri, serta kebutuhan pengakuan dan

penghargaan dari orang lain. Maslow menemukan bahwa setiap

orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yakni:

harga diri dan penghargaan dari orang lain, harga diri meliputi

kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan,

kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan.

Penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan,

penerimaan perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan.31

e) Kebutuhan aktualisasi diri

30 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2002).,h.348

31 Frank G Gobel, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslaw, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 76

Page 23: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

33

Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri

secara penuh sebagai manusia. Menurut Maslaw, aktualisasi diri

dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang lebih rendah

terpenuhi.32

2) Teori Motivasi Mc Clelland

Yang dikemukakan oleh Mc Clelland, meyarankan bahwa ada

tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:

a) Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)

Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk menggungguli,

berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk

sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan

akan penghargaaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri

individu yang menunjukan orientasi tinggi antara lain bersedia

menerima resiko yang relative tinggi, keinginan mendapatkan

tanggung jawab pemecahan masalah. Kebutuhan akan prestasi

adalah motivasi untuk berprestasi, karena itu karyawan akan

berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut

bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan.

Karyawan perlu mendapatkan umpan balik dari lingkungannya

sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya.

b) Need for affiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama

dengan socialneed-nya Maslow)

32 John W Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h.512

Page 24: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

34

Kebutuhan afiliasi merupakan kebutuhan nyata dari setiap manusia,

terlepas dari kedudukan, jabatan dan pekerjaannya. Artinya,

kebutuhan tersebut bukan hanya kebutuhan mereka yang menduduki

jabatan menejerial. Juga bukan hanya kebutuhan para bawahan yang

tanggung jawab utamanya hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan

operasional. Kenyataan ini berangkat dari sifat manusia sebagai

makhluk sosial.33

Kebutuhan afiliasi pada umumnya tercermin pada keinginan berada

pada situasi yang bersahabat dalam interaksi seseorang dengan orang

lain dalam organisasi, apakah orang lain itu teman sekerja yang

setingkat atau atasan.

c) Need for power (dorongan untuk mengatur)

Menurut teori ini, kebutuhan akan kekuasaan menampakan diri pada

keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain.

Penelitian dan pengalaman menunjukan bahwa setiap orang ingin

berpengaruh terhadap orang lain dengan siapa ia melakukan

interaksi.34

3) Teori Harapan

Teori lain mengenai motivasi adalah mengenai teori harapan

atau teori ekspantansi yang dikemukakan oleh Victor Vroom.

Menurut Stephen Robbin: "Teori pengharapan berargumen bahwa

33 Sondang P Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 170

34 Sondang P Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 170

Page 25: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

35

kekuatan suatu kecendrungan untuk bertindak dalam suatu cara

tertentu bergantung pada kekuatan suatu pengharapan bahwa

tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya

tarik dari keluaran tersebut bagi individu itu."35 Teori ini juga

menyatakan bahwa: “keinginan seseorang untuk menghasilkan

(berproduksi) sangat tergantung atas tujuan khusus yang ingin

dicapainya dan persepsinya atas tindakan-tindakan untuk mencapai

tujuan tersebut.”36

4) Teori X dan Y

Douglas Mc. Gregor juga mengemukakan teori motivasi yang

lebih dikenal dengan teori X dan Y. Teori X mengasumsikan bahwa

kebanyakan orang tidak menyukai pekerjaan, malas tidak bertanggung

jawab, serta tidak cerdas. Teori Y mengasumsikan kebanyakan orang

suka bekerja, belajar menerima tanggung jawab, kreatif dan cerdas,

beralih untuk mengatur dan memimpin dirinya sendiri serta senang

dihargai. Bila dibandingkan antara teori X dan teori Y tersebut dapat

disimpulkan sebagai berikut:”

Teori X (Tradisional)

a) Setiap orang tidak suka bekerja dan kalau dapat

menghindarinya.

b) Setiap orang harus diawasi dan diancam dengan hukuman

untuk memaksanya bekerja guna mencapai tujuan organisasi.

35 Ibid. h. 215.36 Wahjosumidjo, Op. Cit. , h. 192

Page 26: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

36

c) Rata-rata orang menghindari tanggung jawab dan kurang

berambisi.

d) Hukuman dan pencabutan tidak membuat seseorang lebih

maju.

e) Orang cenderung menggunakan pendekatan yang sudah ada

atas masalah-masalah.

f) Manusia jauh dengan daya kecerdasannya dan keadaan

ini tidak dapat diperhatikan.

Teori Y (Personal-Oriented)

a) Setiap orang bekerja merupakan kodrat seperti halnya bermain

atau istirahat.

b) Setiap orang akan berlatih mengatur memimpin dirinya untuk

tujuan organisasi, dimana ia merupakan bagiannya.

c) Rata-rata orang belajar mencapai dan menerima

tanggung jawab.

d) Penghargaan atas hasil usaha manusia akan mendorong

tercapainya tujuan organisasi.

e) Kemampuan berfikir secara kreatif dan pemecahan sederhana

atas masalah organisasi.

f) Dalam kehidupan industri modern, kecerdasan hanya

digunakan sebagian saja.”37

c. Fungsi Motivasi dalam Belajar

37 A.N. Hamid Sayuti, Teori Pembelanjaran. (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2000), h. 19-120.

Page 27: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

37

Dalam belajar, seorang siswa akan berhasil jika pada dirinya

terdapat keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk

belajar inilah yang bisa dikatakan motivasi. Menurut Sardiman,

motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan

menjadi optimal jika ada motivasi.

Adapun Fungsi Motivasi dalam belajar diantaranya:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.38

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang akan dicapai.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

3. Hasil Belajar Qurān Ḥadîṡ

a. Definisi Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mujiono bahwa hasil belajar merupakan

hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan sisi guru.

Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental

yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.39

38 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 8539 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 102

Page 28: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

38

Menurut Purwanto,40 hasil belajar dapat difahami dari kata yang

membentuknya yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil(prodik)

menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas

atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan

dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan

belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah prilakunya

disbanding sebelumnya.

Winkel menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Kemudian menurut Winkel, bahwa perubahan itu mengacu kepada

taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom,

Simpson dan Harrow yang mencakup Kognitif, Afektif dan

Psikomotor.

b. Tujuan Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendididkan pada

siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan

bersifat ideal sedangkan hasil belajar bersifat actual. Hasil belajar

merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehngga hasil

belajar yang diukur sangat tergantung pada tujuan pendidikannya.41

Hasil belajar harus dievaluasi. Evaluasi berfungsi untuk melihat

kembali apakah tujuan yang ditetapkan tercapai atau tidak, dan juga

apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk

memperoleh hasil belajar dengan baik.

40 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h.4441 Purwanto, Evaluasi hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 47

Page 29: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

39

1) Ranah Hasil Belajar

Domain hasil belajar adalah prilaku-prilaku kejiwaan yang akan

diubah dalam proses pendidikan. Untuk mengukur perubahan tingkah

laku pada siswa, maka ada tiga ranah yang harus diukur, yaitu: kognitif,

afektif dan psikomotor.

Hasil belajar atau perubahan prilaku yang menimbulkan

kemampuan dapat berupa hasil utama pengajaran dan hasil sampingan

pengiring. Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar

yang direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan

pembelajaran. Sedang hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai

tapi tidak direncanakan untuk dicapai, seperti siswa setelah mengikuti

pelajaran Qurān Ḥadîṡ karena senang dengan cara mengajar guru.

c. Mata pelajaran Qurān Ḥadîṡ

Mata pelajaran Qurān Ḥadîṡ merupakan unsur mata

pelajaranPendidikan Agama Islam (PAI) pada Madrasah yang

memberikan pendidikan kepada peserta didik untuk memahami dan

mencintai Qurān Ḥadîṡ sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan

isi dan kandumgannya dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik dan Fungsi Mata Pelajaran Qurān Ḥadîṡ

Dari keberadaannya tersebut implikasi dalam proses

pembelajarannya tersebut harus menekankan keutuhan dan keterpaduan

antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Page 30: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

40

Mata pelajaran Qurān Ḥadîṡ pada Madrasah Tsanawiyah

memiliki tiga karakteristik yaitu:

1. Membaca (menulis) yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid.

2. Menterjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman,

interpretasi ayat dan Hadis dalam memperkaya khazanah intelektual.

3. Menerapkan isi kandungan ayat/Ḥadîṡ yang merupakan unsur

pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Secara fungsional pelajaran Al-Qurān Ḥadîṡ memiliki fungsi

sebagai berikut:

1. Pengajaran, yaitu penyampaian ilmu pengetahuan yang merupakan

informasi dan pesan-pesan Al-Qurān Ḥadîṡ tentang berbagai disiplin

ilmu pengetahuan.

2. Sumber nilai, pengajaran Qurān Ḥadîṡ dapat melandasi nilai sikap,

nilai keyakinan dan akhlak untuk terbentuknya insan yang utuh

dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat

kelak.

3. Sumber motivasi, memberikan dorongan dan semangat yang kuat

dalam beramal dan lebih meyakini akan makna perbuatan yang

dilakukannya.

4. pengembangan, yaitu pengembangan daya pikir dan nalar peserta

didik melalui proses pendidikannya (membaca, menghafal dan

menterjemahkan Al- Qurān dan Ḥadîṡ, sehingga dapat

dikembangkan lebih lanjut daya nalar dan kemampuan sesuai

dengan  tingkat perkembangannya.

Page 31: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

41

5. Perbaikan, yaitu dapat memberikan kesadaran dan kecerdasan dalam

memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman

dan pengamalan  ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

6. Pencegahan, yaitu dapat memberikan kekuatan dan kemantapan diri

dalam mencegah segala hal yang datang dari berbagai sisi

kehidupannya  yang dapat membahayakan dan menghambat peserta

didik dalam perkembangannya menuju keimanan dan ketaqwaan.

7. Pembiasaan, yaitu pemahaman ilmu pengetahuan, penanaman dan

pengembangan nilai-nilai Al-Qurān dalam konteks lingkungan fisik

dan sosial.

Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana

pembelajaran yang terpadu, meliputi:

1. Keimanan, mendorong peserta didik untuk mengembagkan

pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah Swt sebagai

sumber kehidupan.

2. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan

dan merasakan hasil-hasil pengamalan isi  Al-Qurān Ḥadîṡ dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Pembiasaan, membiasakan sikap dan prilaku yang baik sesuai

dengan ajaran Islam.

4. Rasional, mengfungsikan rasio peserta didik sehinga isi dan nilai-

nilai yang ditanamkan mudah difahami.

5. Emosional, menggugah perasaan atau emosi peserta didik dalam

menghayati kandungan Al-Qurān Ḥadîṡ sehingga lebih terkesan.

Page 32: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

42

6. Fungsional, menyajikan materi pelajaran yang memberikan manfaat

nyata bagi peserta didik dalam kehidupan.

7. Keteladanan, menjadikan guru dan komponen madrasah lainnya

sebagai teladan dan cerminan dari individu yang mengamalkan isi

Al-Qurān dan Ḥadîṡ.

Ruang Lingkup Pembelajaran Al-Qurān dan Ḥadîṡ MTS Kelas IX

Dalam mata pelajaran Al-Qurān dan Ḥadîṡ ada beberapa

komponen yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai barikut :

1. Menjelaskan tentang ayat-ayat Al-Qurān dan Ḥadîṡ. Maksudnya

adalah ayat-ayat Al-Qurān dan Ḥadîṡ yang diambil sebagai bahan

materi atau bahan ajar yang telah disesuaikan  dengan tingkat

pendidikan baik di MTS maupun MA.

2. Mufrodat

Untuk Mufrodat, biasanya tidak disebutkan semuanya melaikan

hanya beberapa mufrodat saja yang dianggap sukar bagi siswa. Hal

ini bertujuan untuk memudahkan para peserta didik dalam hal

pemahaman. Karena mereka tahu arti mufrodatnya.

3. Terjemah

Adalah menyalin atau memindahkan dari pada suatu bahasa kepada

bahasa yang lain, mengalihbahasakan. Dengan ini akan membantu

siswa dalam memahami ayat Al-Qurān dan Ḥadîṡ yang berkaitan

dengan mata pelajaran.

4. Tafsir atau penjelasan

Tafsir atau penjelasan ini juga dapat membantu siswa dalam

memahami ayat Al-Qurān dan Ḥadîṡ yang berkaitan dengan mata

Page 33: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

43

pelajaran karena menghafalkan saja tidak cukup, harus dengan

memahami atau menjelaskan. Karena dengan menjelaskan materi

akan lebih kuat tersimpan dalam ingatan siswa dan sulit terlupakan.

5. Tajwid

Pengertian Tajwid menurut bahasa (etimologi) adalah:

memperindah sesuatu.

Sedangkan menurut istilah, Ilmu Tajwid adalah pengetahuan

tentang kaidah serta cara-cara membaca Al-Qurān dengan sebaik-

baiknya. Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara bacaan Al-Qurān

dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari

kesalahan membaca. Belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu

kifayah, sedang membaca Al-Qurān dengan baik (sesuai dengan

ilmu tajwid) itu hukumnya Fardlu ‘Ain.

Analisis materi pelajaran Al-Qurān dan Ḥadîṡ MTS kelas IX

Tsanawiyah.

1. Analisis Materi I

a. Surah al-Qāri’ah

القارعة سورةالرحيم الرحمن الله بسم

) (1القارعة القارعة) (2ما القارعة) ما أدراك )3وما

المبثوث ( كالفراش الناس يكون الجبال) 4يوم وتكون

) المنفوش موازينه) (5كالعهن ثقلت من ا فهو) 6فأم

) راضية عيشة (7في موازينه) ت خف من ا ه) 8وأم فأم

Page 34: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

44

) (9هاوية هيه) ما أدراك (10وما حامية) )11نار  

b. Mufrodat

NO Arti Mufrodat

1 Kiamat القارعة2 Tahukah kamu   أدراك وما3 seperti anai-anai yang bertebaran المبثوث كالفراش4 gunung-gunung الجبال5 seperti bulu yang diambur-hamburkan المنفوش كالعهن6 orang-orang yang berat timbangan ثقلت من

7 Api yang sangat panas حامية نار

c. Terjemah

Artinya :

1. Hari Kiamat, 2. apakah hari Kiamat itu?, 3. Tahukah kamu apakah

hari Kiamat itu?, 4. Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai

yang bertebaran, 5. dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang

dihambur-hamburkan., 6. Dan adapun orang-orang yang berat

timbangan (kebaikan)nya, 7. maka dia berada dalam kehidupan yang

memuaskan. 8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan

(kebaikan)nya, 9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.

10. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? 11. (Yaitu) api yang

Page 35: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

45

sangatpanas.

d. Tafsir atau penjelasan

Secara bahasa, lafal berarti  القارعة  bahaya besar, peristiwa

besar yang menggungkan hati (hari kiamat), hari hancurnya alam

semesta. Denagn demikian, hukum fenomena alam yang dimaksud

pada Surah al-Qāri’ah adalah peristiwa besar yang disebut yaumus-saah

atau hari kiamat.

Pada ayat 1-3, Allah SWT. Mengingformasikan tentang adanya

hari kiamat. Ayat ini dimulai dengan pernyataan. “Hari kiamat”.

Setelah Allah swt. Menyebut, kemudian bertanya kepada Rasulullah

saw., “apakah hari kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari kiamat

itu? Pertanyaan ini bukan berarti menunjukkan ketidaktahuan Allah.

Pada ayat 4 dan 5, Allah SWT, menjelaskan peristiwa pada saat

terjadinya hari kiamat. Pada saat itu, terjadi peristiwa yang sangat

dahsyat dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Ayat 6-7 menjelaskan tentang keadaan orang-orang yang

memiliki timbangan amal kebaikan yang lebih banyak. Setelah hari

terjadinya hari kiamat, ada tiga tahapan yang akan dilalui manusia yaitu

yaumul-ba’as, yaumul mahsyar, dan yaumul jaza’.

d. Tajwid

No Kata Hukum Keterangan

1 موازينه

Mad Shilah Qashirah Ha dhamir dibaca panjang dua harakat.

2 ه فأم Mad Shilah Qahirah Ha dhamir dibaca panjang dua harakat.

Page 36: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

46

2. Analisis materi II

a. Surah az-Zalzalah

الزلزلة سورةالرحيم الرحمن الله بسم

زلزالها ( الأرض زلزلت أثقالها) (1إذا الأرض وأخرجتلها) (2 ما الإنسان أخبارها) (3وقال تحدث بأن) 4يومئذ

) لها أوحى ليروا) 5ربك أشتاتا الناس يصدر يومئذ

) (6أعمالهم يره) خيرا ة ذر مثقال يعمل ومن) 7فمن

يره ( ا شر ة ذر مثقال ).8يعمل

   b. Mufrodat

MufrodatKataNo

Bumi digoncangkan الأرض 1زلزلت

Dan bumi telah mengeluarkan الأرض 2وأخرجت

Beban -beban berat (yang dikandung)nya3أثقالها

Pada hari itu bumi menceritakan تحدث 4يومئذ

Keluar dari kuburnya dalam

keadaan bermacam-macam,

الناس يصدرأشتاتا

5

Seberat dzarrahpun ة ذر 6مثقال

Melihat (balasan)nya pula.7يره

 c. Terjemah

1.Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), 2.

dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang

Page 37: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

47

dikandung)nya,3. dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi

begini)?", 4. pada hari itu bumi menceritakan beritanya, 5. karena

sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu)

kepadanya, 6.Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam

keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka

(balasan) pekerjaan mereka,7.Barangsiapa yang mengerjakan

kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya,

8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,

niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

d.  Tafsir atau penjelasan

Pada Ayat 1 dan 2, Allah swt. Menyatakan. “Apabila bumi

digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), 2. dan bumi telah

mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, Hukum

fenomena alam terungkap dalam ayat ini adalah guncangnya bumi

sehingga beban-beban berat yang ada di dalamnya dimuntahkan keluar.

Kejadian ini sebagai awal terjadinya hari kiamat (kehancuran alam

semesta).

e.  Tajwid

No Kata Hukum Keterangan

1 يره Mad Shilah Qashirah Ha dhamir dibaca panjang

dua harakat.

2 ا ير شره

Mad Shilah Qahirah Ha dhamir dibaca panjang

dua harakat.

Page 38: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

48

3. Analisis Materi III

      a. Ḥadîṡ tentang menuntut ilmu

وسلم : : عليه الله رسول قال قال مالك ابن انس عنماجه ( ) ابن رواه مسلم كل على فريضة العلم طلب

b. Mufrodat

No Kata Mufrodat

1 Menuntut ilmu العلم طلب2 Wajib فريضة3 Bagi setiap muslim مسلم كل على

c. Terjemah Ḥadîṡ menuntut ilmu

Artinya : Dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Rasulullah Saw

bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. (HR. Ibn

Majah).

d. Penjelasan/ Syarh

Hadits riwayat Ibnu Majah tersebut mengandung pengertian

bahwa mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Kewajiban itu

berlaku bagi laki-laki ataupun perempuan, anak-anak ataupun dewasa.

Dengan demikian, tidak ada alasan untuk malas mencari ilmu. Ilmu

yang wajib diketahui oleh setiap muslim adalah ilmu-ilmu yang

berkaitan dengan tata cara peribadahan kepada Allah SWT. Sedangkan

beribadah kepada Allah SWT tanpa mengetahui ilmunya dapat

mengakibatkan kesalahan. Apabila dalam beribadah salah tata caranya,

ibadah itu tidak akan diterima Allah SWT.

Page 39: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

49

ANALISIS SKL, SK DAN KD  MATA PELAJARAN AL- QURĀN

ḤADĪṠ

A. Pengertian Al-Qurān dan Ḥadîṡ

Kata Al-Qurān berasal dari bahasa arab yang arti nya bacaan.

Makna al-Qurān secara istilah ialah kalamullah yang diturunkan kpd

nabi muhammad saw, membaca nya merupakan ibadah, susunan kata

dan isi nya merupakan mu’jizat. Termaktub dalam mushaf dan di nukil

secara mutawatir.

Al-Qurān merupakan pedoman bagi setiap muslim. Oleh karena

itu , setiap muslim hendak nya tidak jemu dan bosan untuk

mempelajarai ajaran yang terkadang di dalam nya. Dengan memahami

kandungan nya, kita akan dapat menjalani hidup ini sesuai dengan

perintah allah swt. Dengan demikian, kita akan selamat dunia dan

akhirat. Seperti halnya Al-Qurān, Ḥadîṡ pun juga sangat penting bagi

kehidupan umat islam. Islam mengatakan , bahwa Al-Qurān adalah

kalam Allah yang diturunkan kepada nabi muhamad saw. Melalui

malaikat Jibril Al-Qurān ini juga di pandang sebagai ke agungan dan

penjelasan. Juga sering di sebut petunjuk dan buku (kitab). Al-Qurān

berisi segalahal mengenai petunjuk yang membewa hidup manusia

bahagia di dunia dan akhirat kelak. Kandungan yang ada di dalam Al-

Qurān meliputi segala hal sebagai mana allah berfirman dalam surah

Al-an’ām ayat 38.

B. Kurikulum Al-Qurān dan Ḥadîṡ

Page 40: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

50

Pada dasar nya kurikulum Al-Qurān dan Ḥadîṡ ini masih terkait

dengan standar isi dalam permendiknas no 22. Penyusunan kurikulum

Al-Qurān dan Ḥadîṡ dengan memperhatikan hal-hal berikut.

a. Kurikulum Al-Qurān dan Ḥadîṡ yang tertuang dalam permendiknas

22 pada jenjang sebelum nya (SD/MI).

b. Kebutuhan siswa pada usia MTs yang pada dasar nya mulai di

kenakan hukum sebagai mukalaf.

c. Kurikulum Al-Qurān dan Ḥadîṡ merupakan kelanjutan dan

kesinambungan dengan kurikulum Al-Qurān dan Ḥadîṡ pada

jenjang MI danMA, terutama pada kemampuan membaca Al-Qurān

dan Ḥadîṡ, pemahaman surat pendek dan mengaitkan dengan

kehidupan sehari-hari.

Tujuan pembelajaran Al-Qurān dan Ḥadîṡ

a. Meningkatakan kecintaan siswa terhadap Al-Qurān dan Ḥadîṡ.

Membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam  Al-Qurān

dan Ḥadîṡ sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi

kehidupan.

b. Meningkatkan kekhusukan siswa dalam beribadah terlebih sholat,

dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan ayat

yang mereka baca.

Ruang lingkup.

a. Membaca atau menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu

tajwid.

Page 41: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

51

b. Menterjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman,

interprestai ayat dan Ḥadîṡ dalam memperkaya khazanah

intelektual.

c. Menerapkan isi kandungan ayat atau Ḥadîṡ yang merupakan unsur

pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

C.   Ruang lingkup SKL mata pelajaran Al-Qurān dan Ḥadîṡ

Ruang lingkupnya adalah bagaimana mengsingkronisasikan

antara kurikulum dan materi pembelajran Al-Qurān dan Ḥadîṡ dengan

hasil yang di capai siswa dalam memahami materi yang disampaikan

oleh guru sebagai pendidik terhadap Standar Kompetensi Lulusan yang

telah direncanakan pemerintah.

Adapun Standar Kompetensi Lulusan (SKL) antara lain

1. Memahami dan mencintai Al-Qurān dan Ḥadîṡ sebagai pedoman

hidup umat Islam.

2. Meningkatakan pemahaman surat al-fātiĥah, dan surat pendek

pilihan melalui upaya menerapkan cara membacanya, menamgkap

maknanya memahami kandungan isinya dan mengaitkan dengan

fenomena kehidupan.

3. Menghapal dan memahami makna Ḥadîṡ yang terkait dengan tema

isi dari SKL tersebut dapat diketahui bahwa siswa/ peserta didik

harus bisa dan mampu untuk mencapai standar kompetensi lulusan

tersebut sehingga dalam jangka panjang mampu untuk meng

aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

 SK dan KD Al-Qurā Ḥadîṡ Kelas IX

Page 42: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

52

Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al-

8.    8. Memahami Al- Qurān surat

Al-Insyirah

8.1   8.1 Menampilkan bacaan QS Al-

Insyirah dengan tartil dan benar

8.2   8.2 Menyebutkan arti QS Al-Insyirah

8.3   8.3 Mempraktikkan perilaku dalam

bekerja selalu berserah diri kepada

Allah seperti dalam QS Al-Insyirah

    9. Memahami Ajaran   Al-

Ḥadyṡ tentang kebersihan

9.1 9.1Membaca Ḥadyṡ tentang

kebersihan

9.2  9.2 Menyebutkan arti Ḥadyṡ tentang

kebersihan

9.3  9.3Menampilkan perilaku bersih

seperti dalam Ḥadyṡ

d. Hasil Belajar mata Pelajaran Qurān Ḥadîṡ

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya.42 Gagne

mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni:

informasi verbal, kecakapan intelektual,strategi kognitif, sikap

dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkantiga

tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang 42 Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya 2000), h. 22

Page 43: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

53

yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif,

afektif dan psikomotor.

Dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan hasil

belajar mata pelajaran Qurān Ḥadîṡ yaitu hasil belajar pada

mata pelajaran Qurān Ḥadîṡ yang diperoleh setelah melakukan

rangkaian proses pembelajaran di kelas.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah lebih dulu

mengadakan telaah (kajian) terhadap beberapa karya ilmiah baik

berupa buku-buku ilmiah maupun hasil penelitian yang ada kolerasinya

dengan judul tesis ini. Hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi

pengulangan penelitian pada kajian yang sama. Akan tetapi, peneliti

mencoba untuk mencari sisi yang berbeda sehingga diharapkan dapat

memberikan kontribusi positif bagi pemikiran pendidikan.

Penelitian yang relevan diantaranya :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rohmatul Fajri (2011). “Model

Blended e-Learning dalam Perkuliahan (Studi tentang pelaksanaan

Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dalam pembentukan sikap dan

prilaku mahap eserta didik S1 PGSD di Universitas Terbuka UPBJJ

Serang)”. Menunjukkan bahwa pembelajaran model Blended e-

Learning yaitu model pembelajaran campuran yang

menggabungkan antara pertemuan tatap muka dan online melalui

internet dan hasilnya menunjukkan bahwa model Blended e-

Learning dapat digunakan dalam perkuliahan.43

43 Arsip Perpustakaan UNTIRTA

Page 44: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

54

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mahyudin Surjani Wonoraharjo,

Srini M. Iskandar (2012). “Keefektifan Blended Learning ditinjau

dari Motivasi dan Hasil Belajar kelas XII IPA SMAN 1 Kota Bima

pada materi Laju Reaksi.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pembelajaran menggunakan model blended learning dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada peserta didik kelas

XII.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Diani Rachmaniti Murniati dan I

Gusti Made senjaya (2013). Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Kimia Berbasis Blended Learning di SMA 7 Kediri,

dalam UNESA Journal Of Chemical Education ISSN: 2252-9454

vol.2 No. 3.pp 133-137 September 2013. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hasil Validasi dari perangkat pembelajaran

didapatkan 84,06 %, keefektifan kegiatan pembelajaran 96,03 %

dan respon siswa 90,95% sehingga perangkat ini dapat digunakan

dalam proses pembelajaran.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Listya Eka Yuniar yang berjudul

“Penerapan Metode Blended Learning untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sejarah (Penelitian Kuasi

Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Kota Bandung).”

Penerapan blended learning dalam penelitian ini sederhana saja

hanya menggunakan edmodo dalam pembelajarannya. Penelitian ini

dilakukan untuk menguji penerapan blended learning dalam

meningkatkan hasil pembelajaran sejarah di tiga SMA Negeri di

Bandung, yaitu SMAN 8, SMAN 22, dan SMAN 15. Metode yang

digunakan adalah metode Quasy Eksperimen dengan disain

Page 45: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

55

penelitian Nonequivalent Control Group Design. Hasilnya adalah

metode blended learning dapat memberikan hasil yang lebih baik

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan dari pendapat para ahli dan beberapa teori yang

telah dikemukakan di atas kerangka teori yang penulis bangun untuk

penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu: Hubungan Pembelajaran

Model Blanded Learning (X1) sebagai independent variable (variabel

bebas) dan Motivasi Belajar (X2) sebagai independent variable

(variabel bebas). Adapun Hasil Belajar Siswa kelas IX mata Pelajaran

Qurān Ḥadyṡ dijadikan dependent variable (variabel terikat). Berikut

ini Kerangka teori Pengaruh antara ketiga Variabel di atas, Yaitu :

Gambar. 2.2

VARIABEL PERMASALAHAN PENELITIANBlanded Learning

(X1)

Motivasi Belajar

(X2)

Hasil Belajar

(Y)

Page 46: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

56

Dari ketiga variabel permasalahan di atas dapat penulis susun

kerangka berfikir, yaitu sebagai berikut:

a. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Pembelajaran Model

Blended Learning Dengan Hasil Belajar

Guna mencapai hasil belajar Qurān Ḥadîṡ dengan baik, pendidik

dalam proses pembelajarannya telah dirancang persiapan mengajar

dalam suatu perangkat pembelajaran, yaitu: Rincian Minggu Efektif,

Program Tahunan, Program Semester, Standar Kompetensi Lulusan

(SKL), Silabus, Pemetaaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

Dasar (KD), Kritera Ketuntasan Minimal (KKM), dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Untuk Pembelajaran Qurān Ḥadîṡ guru menggunakan strategi

Pembelajaran Model Blended Learning berbasis Moodle, yang sangat

membantu pendidik menjelaskan pokok bahasan dan juga membantu

siswa untuk dapat memahami inti-inti atau esensi materi pelajaran yang

diajarkan sehingga akan meningkatkan hasil belajar.

b. Hubungan antara Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah dengan

Hasil Belajar Qurān Ḥadîṡ

Motivasi dan minat yang rendah akan menyebabkan siswa

malas untuk belajar sikap pasif, mudah menyerah dan pesimis. Dengan

demikian bisa dipastikan bahwa motivasi yang rendah akan berdampak

negatif terhadap hasil belajar, sehingga pencapaian nilai rendah. Tetapi

sebaliknya jika siswa memiliki motivasi yang tinggi akan semangat

belajar dan akan berimbas positif pada hasil belajar, dan akan

mendapatkan nilai yang tinggi.

Page 47: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

57

c. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Pembelajaran Model

Blended Learning dan Motivasi Belajar secara Bersama-sama

Dengan Hasil Belajar Qurān Ḥadîṡ

Dalam proses pembelajaran perlu adanya interaksi yang baik

antara pendidik dengan siswa, begitu pula penggunaan model Blended

Learning berbasis Moodle dengan motivasi belajar secara bersama-

sama harus bersinergi dan saling berkaitan, karena keduanya dipastikan

berpengaruh terhadap hasil belajar Qurān Ḥadîṡ.

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, penulis merumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang

menggunakan pembelajaran model Blanded Learning dengan yang

tidak menggunakan model Blanded Learning.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar mata pelajaran Qurān Ḥadîṡ yang

signifikan antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan

siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.

3. Terdapat hubungan positif penggunaan pembelajaran model Blanded

Learning dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Qurān Ḥadîṡ.

Ayat Al- Qurān yang berhubungan dengan Motivasi Belajar,

yaitu Qurān Surat Al-Mujādalah ayat 11 :

Page 48: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

58

ل� ق�ي ل�ا ق�ا ل م� ك� ل� ك� �� ل ا� ق� ل� م� ل� ك�وا ل� م� ل�ا �ق ق� ل�ا �ل م� ا ق�ي ك�وا ل�� ل� ل م� ك� ل� ل� ق�ي ل�ا ق�ا ك!وا ل" آا ل$ ق%� �� ل ا ل&ا ك�� ل'ا ل�ا

ل) ك�و �ل م( ل ل�ا ق* ك� �� ل لا� ت, ل.ا ل/ ل0 ل� م� ق( م� ا ك وا ك'ا ل$ ق%� �� ل لا م� ك� م! ق" ك!وا ل" آا ل$ ق%� �� ل ا ك� �� ل ا� ق1 ل� م2 ل� ك3ا ك4 م5 ل�ا ك3ا ك4 م5 ا

خبيرHai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah

kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan.(Q.S Al-Mujādalah (58): 11).

Ayat Al-Qurān yang berhubungan dengan Model

Pembelajaran Blended Learning adalah Qurān Surat Al-Mā’idah

ayat 31 :

م) ل'ا ك, م3 �ل ل6 ل'ا ل7ا ل� م� ل ل�ا ل8 ل�ا ق� ق9ي ل'ا ل: ل; مو ل> ق/ي لوا ك� ل< مي ل? ك� ل� ق2 كي ق� ق@ م/ A'ل Bم ا ق�ي Cك ل� Dم ل� ب*ا ل2ا Fك ك� �� ل ا� Cل ل( Dل ل�

ل$ ق"ي ق0 �!ا ل ا� ل$ ق" ل� Dل Gم ل'ا ل� ق9ي ل'ا ل: ل; مو ل> لي ق/ لا ك'ا ل� Hق ل2ا Iك م� ا ل%ا Jهل ل� Lم ق" ل) ك?و ل'ا

Artinya : Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-

gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana

seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai

celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak

ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu

jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. (Q.S Al-

Mā’idah (5): 31).

Page 49: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/631/3/BAB II tesis.docx  · Web viewBAB II. PENYUSUNAN KERANGKA T. EORITIS . DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Deskripsi Teoritis. Hakikat

59

ق� ق�ي �ل م� ا Hق ل�ا Gم ل'ا م$ ل6 ك8 ل'ا م� ك ABل ل ب2ا ق%� ل5 ل ب2ا ق4ي ل* Mق ل� م� ق*ا Oل ل!ا م� ل> م/ ل'ا �5ا ل ق�ا

Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan

kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,

dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang

penghuni-penghuni neraka.(Q.S Ibrahim(14): 119)

Ayat Al-Qurān yang berhubungan dengan Hasil Belajar, adalah

Qurān Surat Al-‘Alaq ayat 1-5 :

) Mل ل� ل9 ق%ي ل�� ا Pل ق* ل/ ق� م> ق*ا م'ا ل2 م� ٢خلقالإنسانمنعلق (١ا) Qك ل2 م? A' Bا Pل ك�* ل/ ل م'ا ل2 م� ق�) (٣ا ل� Rل م� ق*ا ل� �� ل ل6 ق%ي ل�� م�) (٤ا ل� م( ل� م� ل� ل"ا ل) ل�ا م5 A� Bا ل� �� ل ٥ل6

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia)

dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

(Q.S al- 'Alaq (96): 1-5)