rencana proposal tesis.docx

38
Rencana Proposal Tesis HUBUNGAN DEFISIENSI GLUCOSA-6-PHOSPHATE DEHYDROGENASE (G6PD) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA MALARIA DI KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 NURUL AFIAH P1803213003

Upload: vhy-albar

Post on 25-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rencana Proposal Tesis.docx

Rencana Proposal Tesis

HUBUNGAN DEFISIENSI GLUCOSA-6-PHOSPHATE

DEHYDROGENASE (G6PD) DENGAN KADAR GLUKOSA

DARAH PENDERITA MALARIA DI KOTA MANADO

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2015

NURUL AFIAH

P1803213003

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: Rencana Proposal Tesis.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Data World Health Organization (WHO) menyebutkan malaria

merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat yang utama dan memungkinkan sebagai

penyakit emerging dan reemerging karena adanya kasus import dan

vektor potensial pada penularan dan penyebarannya. Setiap tahun

lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari

100.000 orang meninggal dunia. (WHO Recomended Surveilance, 2nd

Ed. Geneva: WHO. 2008).

Kasus malaria yang ada di Indonesia mengalami peningkatan,

dimana Annual Parasite Incidence (API) atau jumlah malaria positif di

suatu wilayah per seribu penduduk, tahun 2009 yaitu 1,85 per 1.000

penduduk naik menjadi 1,96 per 1.000 penduduk pada tahun 2010

(Kemenkes, 2010). Penduduk Sulawesi Utara adalah salah satu

daerah endemis malaria di Indonesia.

Data Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2012 menunjukkan

bahwa prevalensi penderita malaria sebanyak 2, 76% dimana daerah

tertinggi ditempati oleh minahasa utara dengan prevalensi sebesar

17,16% dan untuk kota manado sendiri prevalensinya sebesar 0,74 %

(Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara, 2012)

Page 3: Rencana Proposal Tesis.docx

Seleksi natural terhadap infeksi malaria ditemukan berhubungan

dengan enzim Glucosa 6 Phosphat Dehydrogenase yang selanjutnya

disebut G6PD. Distribusi populasi penderita G6PD banyak ditemukan

pada populasi di daerah endemik malaria (Tishkoff et al., 2001,

Saunders et al., 2002, Beutler, 1996).

Defisiensi G6PD berhubungan dengan seleksi evolusi oleh

infeksi malaria. Di daerah endemik malaria, defisiensi G6PD ini

berhubungan dengan pertahanan terhadap infeksi malaria. Ini memberi

kesan bahwa defisiensi tersebut menguntungkan pada keadaan

lingkungan tertentu.(Beutler, 1996, McKee and McKee, 2003).

Defisiensi G6PD merupakan penyakit dengan

gangguan herediter pada aktivitas eritrosit (sel darah merah), di mana

terdapat kekurangan enzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase

(G6PD). Enzim G6PD ini berperan pada perlindungan eritrosit dari

reaksi oksidatif. Karena kurangnya enzim ini, eritrosit jadi lebih mudah

mengalami penghancuran (hemolisis) (Zhao,2010).

Defesiensi G6DP telah dikenal sejak lama, diperkirakan 400 juta

kasus menderita kekurangan co-enzim ini, yang tersebar di seluruh

dunia. Di Indonesia insidennya diperkirakan antara 1-14%. Studi

populasi di pulau jawa menunjukkan prevalensi sebesar 9,46%,

penelitian suharti dkk tahun 2000 di pulau-pulau kecil yang terisolir di

Indonesia (pulau Babar, Tanimbar, Kurd an Romaang ddi propinsi

Page 4: Rencana Proposal Tesis.docx

Maluku) pulau-pulau ini juga merupakan daerah endemis malaria,

insiden defisiensi G6DP adalah 1,6 - 6,7 %.

Defisiensi Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) merupakan

efek enzim herediter dari eritrosit manusia yang paling sering

ditemukan. Enzim G6PD bekerja pada jalur fosfat pentosa

metabolisme karbohidrat (Zhao,2010).

G6PD pada jalur hexose monophosphatase berperan penting

dalam pembentukan ribose-5-phosphate untuk sintesis asam nukleat,

yakni suplai glukosa untuk metabolisme sel eritrosit (Webb J, 2002).

Sehingga ketika terjadi defisiensi G6PD, produksi glukosa untuk

membantu metabolisme eritrosit dalam darah menjadi berkurang atau

dengan kata lain semakin rendah jumlah enzim G6PD yang dipakai

dalam metabolisme karbohidrat, maka semakin rendah pula kadar

glukosa dalam darah seseorang. Oleh sebab itu, peneliti ingin

menganalisis bagaimana hubungan difisiensi G6PD dengan kadar

glukosa darah di daerah endemis malaria yang dapat dilihat melalui

hasil pemeriksaan darahnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Seberapa besar proporsi defesiensi G6PD penderita malaria di kota

Manado Propinsi Sulawesi Utara ?

Page 5: Rencana Proposal Tesis.docx

2. Apakah terdapat hubungan antara defesiensi G6PD dengan kadar

glukosa darah penderita malaria di kota Manado Propinsi Sulawesi

Utara ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui besar proporsi defesiensi G6PD penderita malaria di

kota Manado Propinsi Sulawesi Utara.

2. Mengetahui hubungan antara defesiensi G6PD dengan kadar

glukosa darah penderita malaria di kota Manado Propinsi Sulawesi

Utara.

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

1. Diharapkan ditemukannya hubungan antara defesiensi G6PD

dengan kadar glukosa darah penderita malaria dapat membantu

pencegahan dan penanggulangannya sebagai upaya peningkatan

mutu pelayanan kesehatan.

2. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi pada

akademisi maupun masyarakat luas, sekaligus menjadi pintu bagi

penelitian selanjutnya.

Page 6: Rencana Proposal Tesis.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase (G6PD)

Defisiensi G6PD merupakan kelainan yang bersifat diturunkan

dan terangkai kromosom X akibat mutasi yang terjadi pada struktur

tertier gen G6PD yang menurunkan aktivitas enzim, akibat penurunan

kestabilan enzim dan kemampuannya berikatan dengan substrat

(Naylor et al., 1996). Penyakit defisiensi G6PD bersifat genetik dan

terkait dengan sifat resesif pada kromosom X. Biasanya hanya

ditemukan pada pria pada masa anak-anak, karena wanita umumnya

menjadi carrier (pembawa) atau mengalami defisiensi ringan. Wanita

memiliki dua kromosom X, maka dari itu gejala defisiensi baru tampak

nyata apabila kedua kromosom X-nya bersifat resesif terhadap gen

pembawa defisiensi G6PD. Paling sering ditemukan di Afrika,

Mediterania, dan Asia Tenggara.

1. Angka Kejadian dan Epidemiologi

Defisiensi Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD)

merupakan efek enzim herediter dari eritrosit manusia yang paling

sering ditemukan (Zhao,2010). Enzim G6PD bekerja pada jalur

fosfat pentosa metabolisme karbohidrat. Diwariskan secara X-

linked, oleh karena itu mutasi pada gen G6PD, ditemukan lebih

banyak pada laki-laki daripada perempuan

Page 7: Rencana Proposal Tesis.docx

(Zhao,2010),menyebabkan varian fungsional dengan beberapa

biokimia dan fenotipe. Paling banyak dilaporkan dari Afrika, Eropa,

Timur Tengah dan Asia Tenggara (Cappellini,2008)

Defisiensi G6PD sering ditemukan pada populasi di kawasan

Afrika yang tropis, Laut Tengah, bagian tertentu di kawasan Asia,

dan penduduk Amerika yang berkulit hitam. Sedikitnya sekitar 7 %

atau lebih dari 400 juta populasi dunia menderita defisiensi ini

(Murray et al, 2002), dan 35 % nya ditemukan di Afrika. Akibat

lajunya perpindahan penduduk di seluruh dunia, distribusi penyakit

ini sekarang mungkin bisa ditemukan di setiap negara dunia (WHO,

1989)

Gambar 1. Distribusi Populasi G6PD (WHO, 1989)

Berdasarkan penelitian dan analisis molekuler selama lebih

dari 40 tahun sejak defisiensi enzim G6PD diidentifikasikan, jenis

Page 8: Rencana Proposal Tesis.docx

varian G6PD didapatkan 442 varian dan diduga 400 juta penduduk

dunia menderita kelainan ini. Berbagai jenis mutasi (varian) gen

G6PD dapat mengakibatkan penurunan aktivitas G6PD.

2. Biokimia enzim G6PD

Eritrosit tua tidak mempunyai inti sel, namun fungsinya

sangat strategis yaitu membawa dan melepaskan oksigen ke

jaringan dan hal ini merupakan sesuatu yang vital untuk menunjang

suatu kehidupan. Umur eritrosit antara 90-120 hari dilengkapi

dengan berbagai proses biokimia, yang salah satunya

menghasilkan energi. Dalam siklus Embden-Meyerhoff proses

glikolisis diikuti pemecahan ATP dengan hasil akhir adalah asam

piruvat dan asam laktat memerlukan penunjang hubungan salah

satunya berupa Hexoxe monophosphat (proses reduksi radikal O2

(G6PD) (Tee Koon Hien, 1997).

Untuk memahami mekanisme dasar manifestasi defisiensi

G6PD, maka peerlu dipahami biokimia metabolisme glukosa

terutama jalur hexose monophosphate, dimana glukosa-6-phosphat

dehidrogenase merupakan enzim yang berperan penting pada jalur

ini (Webb J, 2002).

G6PD adalah satu polipeptida yang terdiri dari 515 asam

amino, enzim G6PD merupakan enzim pertama dari jalur pentose

phosphate yang mengubah alpha-D-glukossa-6-phossphat pada

Page 9: Rencana Proposal Tesis.docx

proses glikolisis menjadi D-glukon-1,5-lakton-6-phosphat dan juga

berperan pada metabolisme glutation (Tee Koon Hien, 1997).

G6PD pada jalur hexose monophosphatase berperan

penting dalam pembentukan ribose-5-phosphate untuk sintesis

asam nukleat, yakni suplai glukosa untuk metabolisme sel eritrosit.

Sekitar 5-10% dari total produksi glukosa dan pembentukan

NADPH dalam sel diperlukan untuk stabilissasi katalase dan

regenerasi reduksi gluthatione (GSH) dari oksidasi gluthatione

(GSSH). Pembentukan NADPH, katalase dan GSH berperan

sebagai antioksidan sel, dalam hal ini G6PD menyediakan

sulfhydryl (SH) untuk mempertahankan inteegritas protein dan

lemak sulfhydryl pada membrane sel eritrosit, membantu detoksilasi

radikal bebas dan perokssid dalam eritrosit. Karena itu enzim G6PD

dapat melindungi eritrosit dari lisis karena H2O2 dan oksidan

radikal, sehingga defisiensi G6PD akan mengancam terjadinya

hemolisis (Webb J, 2002).

Page 10: Rencana Proposal Tesis.docx

Gambar 2. Detil Hexose Monophosphate proses reduksi radikal O2 (G6PD)

Pada defisiensi G6PD kadar antioksidan berkurang, bila ada

stres oksidan akan mempengaruhi pembentukan ikatan disulphides

dan mengakibatkan hemoglobin mengalami denaturasi, kemudian

berikatan dengan membrane sel dan meyebabkan perubahan isi,

elastisitas dan permeabilitas sel, nantinya akan dihancurkan oleh

sistem retikulo-endotelial (hepar dan sum-sum tulang) dan

terjadinya anemia hemolitik (Carter, 2002).

Page 11: Rencana Proposal Tesis.docx

Defisiensi G6PD adalah kelainan akibat mutasi gen protein

G6PD, menyebabkan sejumlah penyakit seperti anemia hemolitik

akut, anemia hemolitik kronik non spherositik, hiperbilirubinemia

pada neonatus, kecenderungan menderita sepsis setelah luka berat

dan menderita gagal ginjal akut. Keadaan ini timbul jika penderita

terpapar oksidan akibat adanya stres oksidatif setelah pemberian

obat-obatan tertentu, infeksi tertentu, diabetes asidosis dan

memakan kacang fava (Frank, 2005)

Meskipun G6PD terdapat pada semua jaringan tubuh, tetapi

efek defisiensi dalam eritrosit pengaruhnya sangat besar. Hal ini

karena enzim G6PD diperlukan dalam menghasilkan energi untuk

mempertahankan umur eritrosit normal, membawa oksigen,

regulasi transport ion dan air ke dalam dan keluar sel, membantu

pembuangan karbondioksida dan proton yang terbentuk dari

metabolisme jaringan. Karena tidak ada metokondria di dalaam

eritrosit maka oksidasi G6PD hanya bersumber dari NADPH. Bila

kadar enzim G6PD menurun, eritrosit kekurangan energy dan

perubahan bentuk yang memudahkan mengalami lisis bila ada

stress oksidan (Suhartati dkk, 2000).

Enzim G6PD mengkatalisis langkah pertama dalam jalur

fosfat pentosa, glukosa mengkonversi ke ribosa-5-fosfat (gambar 1)

dan melindungi sel terhadap stres oksidatif dalam bentuk NADPH.

Defisiensi G6PD merupakan salah satu kelainan enzimatik

Page 12: Rencana Proposal Tesis.docx

herediter yang paling sering dari eritrosit manusia. Penelitian

terbaru juga menyatakan bahwa aktivitas G6PD memainkan peran

penting dalam mengontrol pertumbuhan sel melalui produksi

NADPH (Zhao,2010).

Gambar 3 : Langkah pertama dan kedua jalur fosfat pentose. Dikutip dari Greene,1993

Enzim G6PD berperan sebagai enzim utama pada lintasan

pentose fosfat (PMP shunt), yang menghasilkan ekuivalen

pereduksi NADPH. Pada sel eritrosit, lintasan pentose fosfat

Page 13: Rencana Proposal Tesis.docx

merupakan satu-saatunya lintasan yang menghasilkan NADPH.

NADPH berperan dalam reaksi reduksi disulfide dan glutation

(GSSG) menjadi bentuk sulfidril (GSH), suatu antioksidan (Murray

et al., 2000). Kurangnya pembentukan NADPH pada sel eritrosit

defisiensi G6PD menyebabkan lingkungan sel eritrosit bersifat

oksidatif oleh karena gluthatione tidak tereduksi. Parasit

plasmodium diduga rentan teerhadap lingkungan sel eritrosit yang

bersifat oksidatif (Kamchonwongoaisan et al., 1989).

Gambar 4 : Patofisiologi Defisiensi G6PD pada Eritrosit (Lippicont Williams & Wilkins, 1994)

NADPH yang dihasilkan dalam lintasan pentosa fosfat oleh

aktifitas G6PD berperan dalam eritrosit untuk mereduksi bentuk

disulfida dari GSSG menjadi bentuk sulfhidril/ GSH melalui reaksi

Page 14: Rencana Proposal Tesis.docx

yang dikatalisis oleh enzim glutation reduktase. GSH adalah suatu

tripeptida dengan gugus sulfhidril bebas. Melalui reaksi yang

dikatalisis oleh enzim glutation peroksidase, H2O2 akan dirubah

membentuk molekul air dengan menggunakan molekul GSH

sebagai koenzim (Murray et al., 2000).

Stres oksidatif tambahan yang menyebabkan peningkatan

H2O2 mengakibatkan turunnya konsentrasi GSH di dalam sel ke

tahap tertentu. Ini menyebabkan gugus sulfhidril pada beberapa

protein yang penting menjadi krisis dan tidak dapat dipertahankan

dalam bentuk tereduksi. Terjadi peningkatan kecepatan oksidasi

hemoglobin menjadi methemoglobin (Murray et al., 2000). Oksidasi

ini menyebabkan hemoglobin terdenaturasi dan dilepaskan hemin

ke permukaan membran eritrosit (Chiu and Liu, 1997) Hemoglobin

yang teroksidasi mengalami pengikatan silang antara satu dengan

yang lain oleh ikatan disulfida, menyebabkan terbentuknya suatu

jembatan yang selanjutnya dioksidasi membentuk agregat, disebut

sebagai badan Heinz (Heinz body) . Ditemukannya Heinz body

pada sel eritrosit dapat menegakkan diagnose defisiensi G6PD

(Oduola and Olayinka, 2004).

3. Diagnosis Defesiensi

Diagnosis defisiensi G6PD berdasarkan aktifitas enzim

dalam sel eritrosit. Namun pada beberaapa kasus diagnosis

Page 15: Rencana Proposal Tesis.docx

berdasarkan pada pemeriksaan DNA sangat membantu (Beutler,

1996).

Tahap pertama adalah identiifikasi defisiensi G6PD dengan

melakukan skrining kemudian bila subyek diketahui mempunyai

defiisiensi G6PD maka dihindarkan dari obat-obatan yang mengkin

menurunkan kadar gluthatione.

Gejala klinik timbul 1 – 3 hari setelah terpapar faktor

pencetus, berupa anemia hemolitik akut dengan gambaran khas

berupa tampak lemah dan disertai kenaikaan suhu > 38o C, mual

nyeri abdominal dan diare kemudian anemia dan kelaainan pada

urin (hemoglobinuria). Pada pemeriksaan fisik didapat kepucatan

yang bervariasi dan takikardi, lien dan hepar biasanya membesar.

Pada kasus berat terjadi gagal jantung. Gaambaran laboratorium

didapatkan anemia normistik yang bervariasi dari ringan sampai

berat (Webb J, 2002).

Skrining tes dilakukan dengan tes methylene-blue dengan

perubahan warna saat reduksi methemoglobin atau dengan

flouresensi NADPH. Tes diagnostik G6PD berdasarka aktifitas

enzim dapat dideteksi dengan pemerikssaan laboratorium

sederhana. Analisis elektrophoretic (spectrophoto-metric assay

multiple PCR dengan metode tendem primer MPTP) menggunakan

media gel agarose. Tes diagnostik menggunakan sampel DNA

yang diambil dari darah segar atau darah yang dikeringkan melalui

Page 16: Rencana Proposal Tesis.docx

metode konvenssional Phenol-chlorofom jarang dilakukan karena

sangat bervariasinya mutasi gen yang terjadi (Navy Enviromental

Health Centre).

Shirakawa dkk pada tahun 2000 melakukan skrining dengan

metode the formazanring/ Hirino’s method yang dimodifikasi

menggunakan media agar dengan sampel darah kering dan

diinkubasi selama 8 jam pada suhu 37o C, hasilnya dinyatakan

dalam ukuran mikrometer. Tantular IS dkk tahun 1999 melakukan

penelitian di Halmahera, Maluku dengan tes alpha rapid single-step

screening method untuk deteksi defisiensi G6PD yang

dikombinasikan dengan tes diagnosis malaria yang cepat dengan

metode pengecatan acriidine orange.

B. Defisiensi G6PD dan Malaria

Kasus malaria yang ada di Indonesia mengalami peningkatan,

dimana Annual Parasite Incidence (API) atau jumlah malaria positif di

suatu wilayah per seribu penduduk, tahun 2009 yaitu 1,85 per 1.000

penduduk naik menjadi 1,96 per 1.000 penduduk pada tahun 2010

(Kemenkes, 2010). Penduduk Sulawesi Utara adalah salah satu

daerah endemis malaria di Indonesia, karena penyakit malaria

termasuk dalam salah satu penyakit yang menonjol di Puskesmas.

Kabupaten Minahasa merupakan daerah dengan tingkat endemisitas

yang cukup tinggi di Provinsi Sulawesi Utara. (Tuda J dkk, 2005)

Page 17: Rencana Proposal Tesis.docx

Data Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2012 menunjukkan

bahwa prevalensi penderita malaria untuk wilayah propinsi Sulawesi

utara sebanyak 2, 76% dimana daerah tertinggi ditempati oleh

minahasa utara dengan prevalensi sebesar 17,16% dan untuk kota

manado sendiri prevalensinya sebesar 0, 74 % (Profil Kesehatan

Propinsi Sulaawesi Utaara, 2012)

Gambar 5: Prevalensi Malaria Propinsi Sulawesi Utara, Profil Kesehatan Daerah Propinsi SULUT Tahun 2012

Penelitian yang menunjukkan hubungan defisiensi G6PD dengan

pertahanan terhadap infeksi malaria ditemukan pada penderita

defisiensi G6PD di daerah Afrika. Dari hasil penelitian ini, pada

penderita defisiensi G6PD variant A- didapati penurunan resiko

terinfeksi malaria 46-58% dari G6PD normal (Ruwende et al, 1995,

Ruwende & Hill, 1998). Pada penelitian yang dilakukan terhadap

Page 18: Rencana Proposal Tesis.docx

populasi ibu hamil, didapati penurunan dari 66% terinfeksi malaria

pada ibu hamil dengan G6PD normal menjadi 58% terinfeksi malaria

pada penderita defisensi G6PD heterozygot dan 50% pada penderita

defisiensi G6PD homozygot (Mockenhaupt et al., 2003)

Beberapa hemoglobinopati (seperti thalasemia dan defisiensi

G6PD) bersifat protektif dan cenderung selektif ssecaara genetic di

daerah endemis malaria, masih diperdebatkan apakah hal yang

berlawanan ini sebagai respon selektif dalam evolusi untuk

menghadapi malaria. Diduga mekanisme Defesiensi G6PD melalui

hilangnya kalium intrasel, pembentukan glukosa hanya 30% dari

normal karena defisiensi enzim, serta diduga parasitnya sendiri sensitif

terhadap tingginya kadar oksigen (peroksida) pada indiviidu tersebut

(Clyde DF, 1992).

Plasmodium lebih mudah menyerang atau menghancurkan

eritrosit (terutama P. Falcifarum, karena dapat merusak pada semua

stadium). Plasmodium mengokssidasi NADPH eritrosit melalui jalur

pentose phosphate utuk metabolismenya dan mengakibatkan

defisiensi GSH pada ertrosit. Defisiensi ini makin bertambah pada

defisiensi G6PD dan mengakibatkan terjadinya hemolisis, tetapi

peroksidase yang timbul juga dapat membatasi peerkembangan

plasmodium. Namun setelah beberapa kali siklus, plasmodium dapat

beradaptasi hingga mampu menghasilkan G6PD sendiri untuk

mengurangi ketergantungan GSH (Cappadoro et al., 1998).

Page 19: Rencana Proposal Tesis.docx

Defisiensi G6PD merupakan kelainan yang diturunkan, defisiensi

tersebut menyebabkan ketidak stabilan atau adanya enzim yang tidak

normal, akibat keadaan ini eritrosit tidak stabil untuk menyediakan

NADPH yang cukup untuk mempertahankan penurunan glutathione.

Enzim ini diperlukan untuk mencegah hemolisis eritrosit dari stres

oksidan. Oleh sebab itu seseorang dengan defiisiensi G6PD tidak

mengalami hemolisis kronik tetapi akan mengalami episode hemolisis

bila terpapar obat oksidan terutama obat antimalaria atau infeksi.

Beratnya defesiensi G6PD bervariasi diantara kelompok etnis dan atau

ras dan telah diketahui lebih dari 400 gambaran khas varian G6PD

(Lane PA et al., 1995, Sack, 1999).

Metabolisme glukosa melalui jalur heksosa monofosfat

meningkat beberapa kali ketika eritrosit terpapar dengan obat-obatan

atau toksin yang membentuk radikal bebas (Rinaldi,2009). G6PD

menginisiasi jalur ini dengan menjadi katalis oksidasi glukosa-6-fosfat

menjadi 6-phosphogluconolactone oleh ko-enzim nikotinamida adenin-

dinucleotidephosphate (NADP), yang dikurangi menjadi NADPH.

NADPH dihasilkan sebagai akibat dari reaksi mengurangi glutation

teroksidasi (GSSG) untuk mengurangi glutation (GSH) dalam reaksi

dikatalisis oleh glutation reduktase. GSH kemudian mengurangi

hidrogen peroksida, oksidan kuat yang dihasilkan dalam metabolisme

sel dan sebagai konsekuensi dari respon inflamasi, oksidan endogen

Page 20: Rencana Proposal Tesis.docx

dan eksogen lainnya, pada reaksi katalis oleh glutathione peroksidase

(Greene,1993).

C. Kerangka Teori

Page 21: Rencana Proposal Tesis.docx

D. Kerangka Konsep

.

Defisiensi G6PD

Kadar Glukosa Darah Rendah

Enzim G6PD tidak normal/ tidak aktif

Penderita Malaria ( infeksi P.falcifarum)

GeneticRas/suku

Jenis kelamin

Page 22: Rencana Proposal Tesis.docx

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dipakai adalah Cross sectional

B. Lokasi Penelitian

Wilayah penelitian ditetapkan berdasarkan daerah endemis malaria

di kota Manado Propinsi Sulawesi Utara

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret sampai April tahun

2015 dengan estimasi lebih dari 40 hari.

D. Populasi dan Sampel penelitian

Untuk desain penelitian Crosss Sectional, dengan jumlah populasi

(N) yang diketahui, maka peneliti bisa melakukan

pengambilan sampel secara acak). Namun apabila besar populasi

(N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

Rumus Lemeshow

Page 23: Rencana Proposal Tesis.docx

Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau Z2 1- /2 = 1,962 atau

dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui

kadang-kadang diubah menjadi:

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

α = derajat kepercayaan

p = proporsi sampel

q = 1-p

d = limit dari error atau presisi absolute

Berdasarkan penelitian Arega Tsegaye dkk tahun 2013 dengan

jumlah sampel 450 orang diperoleh proporsi sampel dengan

defisiensi G6PD sebesar 7,3 % sehingga nilai p adalah 0.073 dan q

adalah (1 - 0,073) adalah 0,927 dengan limit dari error (d)

ditetapkan 0,05 dan nilai Alfa = 0,05, maka jumlah sampel yang

dibutuhkan sebesar :

n=4 .0.073 .0,9270.052

n = 0,27068/ 0,0025

Page 24: Rencana Proposal Tesis.docx

n = 108 orang

E. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Berikut kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dari sampel pada

penelitian ini ;

1. Kriteria Inklusi

Usia antara 1 dan 65 tahun

Mono infeksi dengan p.falcifarum/P.fifax dikonfirmasi melalui

darah tepi positif

Mengukur suhu atau riiwayat demam 24 jam terakhir

Mampu menjalankan pengobatan oral

Mampu dan bersedia mematuhi protocol penelitian selama

masa penelitian dan mengikuti jadwal kunjungan penelitian

Tidak ada gizi buruk

2. Kriteria Eksklusi

Tanda dan gejala parah atau komplikasi malaria yang

memerlukan tindakan parenteral berdasarkan kriteria Badan

Kesehatan Dunia

Campuran atau mono infeksi dengan spesies plasmodium lain

yang terdeteksi oleh mikroskop

Gizi buruk

Kondisi demam yang disebabkan oleh penyakit selain malaria

atau penyakit kronis terkenal atau penyakit parah

Pengobattan teratur dengan pharmakokinetik anti malaria

Page 25: Rencana Proposal Tesis.docx

Riwayat reaksi hipersensitifitas atau kontra indikasi terhadap uji

coba obat

Uji kehamilan positif atau menyusui/ ASI

Tidak bisa atau tidak berkeinginan menggunakan alat

kontrasepsi

F. Analisis Data

Analasis data menggunakan software SPSS 16.0

G. Defenisi Oprasional

Defesiensi G6PD : Keadaan dimana terdapat kekurangan enzim

glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6PD) dalam

darah.

Kadar Glukosa Darah : Kadar gula darah adalah jumlah kandungan

glukosa dalam plasma darah puasa. Diukur

dengan gluko meter digital dengan melakukan

pengambilan sampel darah kapiler dengan

menggunakan lancet.

Penderita Malaria : Orang dengan  infeksi parasit

plasmodium dalam penelitian ini (P.

Falcifarum) dengan gejala klinis dan hasil

pemeriksaan laboratorium yang mendukung

Page 26: Rencana Proposal Tesis.docx

DAFTAR PUSTAKA

Beutler E. Lessons from the mowlcular biology of G6PD deficiency. 1996

http://www.nus.edu.sg/15hapd/1996/023.pdf

Beutler, E. (1996) G6PD: population genetics and clinical manifestations.

Blood Review. 10(1): 45-52

Buku Saku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2012.

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_P

ROVINSI_2012/24_Profil_Kes.Prov.SulawesiUtara_2012.pdf

Cappadoro M, Giribaldi G, O’Brien E ect. Early phagocytosis of G6PD

deficient erythrocytes parasitized by plasmodium falcifarum may

explain Malaaria protection in G6PD deficiency. J. Blood Vol 92, No

7 (October 1), 1998 pg 2527 – 2534.

Cappadoro, M., Giribaldi, G., O’Brien E., Turrini, F., Mannu, F., Ulliers,

D.,Simula, G., Luzzatto, L.,Arese, P. (1999) Early phagocytosis of

glucose-6 Phosphate dehydrogenase (G6PD)-deficient erythrocytes

parasitized by Plasmodium falciparum may explain malaria

protection in G6PD deficiency. Blood. 92 (7): 2527-2534

Cappellini,M.D. and Fiorelli,G., 2008, Glucosa-6-Phosphate

Dehidrogenase Deficiency, Lancet 371: 64-74.

Carter SM. Glucose-6-Phosphatase dehydrogenase deficiency. eMedicine

Journal, October 10, 2002.

http://www.emedicine.com/med/topic.900.htm

Chiu, D.T., Liu, T.Z. (1997) Free radical and oxidative damage in human

blood cells. J Biomed Sci. 4(5): 256-259

Clyde DF. Malaria. Dalam : Berhman RE, Vaughan III VC. Nelson. Ilmu

Kesehatan Anak edisi bahasa Indonesia, alih bahasa Siregar MR,

Maulany RF. Jakarta. EGC, 1992 : 328 – 34

Page 27: Rencana Proposal Tesis.docx

Farmedia. (2005). Malaria Update (from basic science to clinical practice).

Available from URL: http://www.farmedia.or.id/

Frank, J.E. (2005) Diagnosis and management of G6PD deficiency. Am

Fam Physician. 72: 1277-1282

Greene,L.S.,1993, G6PD Deficiency as Protection Against

falciparumMalaria: An Epidemiologic Critique of Population

andExperimental Studies, Yearbook Of Physical Anthropology

36:153—178.

Kamchonwongoaisan, S., Bunyaratvej, A., Wanachiwanawin, W.,

Yuthavong, Y. (1989) Susceptibility to hydrogen peroxide of

Plasmodium falciparum infecting glucose-6- phosphate

dehydrogenase-deficiencient erythrocytes. Parasitology. 99(Pt 2):

171-174

Kemenkes RI. Malaria Center. Jakarta. 2010.

Lane PA,. Nuss R, Ambruso DR. Hematologic disorder. In : Haay, WW.

Etc (eds). a Lange medical book Current Pediatric Diagnosis And

Treatment. 12th edition, Colorado, USA, Prentice-Hall International

inc, 1995 ; 836

Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwell, V.W. (2000) The

pentose phosphate pathway and other pathways of hexose

metabolism In: Harper’s Biochemistry. 25thed, pp 219-223. Appleton

& Lange. America

Sack GH. Glucose-6-Phosphatase Dehydrogenase (G6PD) deficiency, in

medical genetic, New York, USA, Mc Graw-hill, 1999 ; 153-54

Saunders, M.A., Hammer, M.F., Nachman, M.W. (2002) Nucleotide

variability at G6pd and the signature of malarial selection in

humans. Genetics 162: 1849-1861

Page 28: Rencana Proposal Tesis.docx

Shirakawa, T, Nishiyama K, Poh-San L etc. a simple and rapid mutation

detection system for G6PD deficiency. In : Wandita S, Herini ES,

Sujono A. (ed). Asian symposium in Neonatology G6PD Defeciency

and related condition, Yogyakarta, August 8-9, 2000, hal 33 – 43

Soemantri. Biomolekuler pada defisiensi G-6-PD, Semarang. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK UNDIP / RSUP dr Kariadi.

Suhartati, Martini T, Shirakawa T and Nishiyama K. Glucose 6

Phosphatase Dehydrogenase (G6PD) deficiency variants in isolated

small island in Eastern Indonesia. In : Wandita S, Herini ES, Sujono

A. (ed). Asian symposium in Neonatology G6PD Defeciency and

related condition, Yogyakarta, August 8-9, 2000, hal 64-74

Tee Koon Hien. Biochemistry Glucose-6-Phosphatase dehydrogenase,

Prepared on 9th of June, 1997

(http://[email protected] )

Tishkoff, S.A., Varkonyi, R., Cahinhinan, N., Abbes, S., Argyropoulos, G.,

Destro-Bisol, G. (2001) Haplotype diversity and linkage

disequilibrium at human G6PD: recent origin of alleles that confer

malarial resistance. Science; 293:455-462

Tuda J, Tumewu-Wagey M, Kapojos F,Runtuwene J, Wahongan G.

Situasi malaria di wilayah Puskesmas Tombatu, Kabupaten

Minahasa Selatan, Sulawesi Utara Media Kesehatan. 2005;1(1):24-

7.

Webb J. Retzinger GS. Glucose-6-Phosphatase dehydrogenase (G6PD)

deficiency. Journal Lab. Lines. Volume 8, May/June 2002.

http://www.med.edu/departme/pathdept/web/lablines/vol813.pdf

WHO (1989) Glucose-6-phosphate dehydrogenase deficiency Bulletin of

the World Health Organization. , 67, 601-11.

Page 29: Rencana Proposal Tesis.docx

Zhao,X., Li,Z. and Zhang,X.Y., 2010. G6PD-MutDB: A Mutation and

Phenotype Database of Glucose-6-Phosphate (G6PD) Deficiency.

Journal of Bioinformatics and Computational Biology 8:101-9.