bab-2

67
BAB II TELAAH PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Initial Public Offering (IPO) 1. Pengertian Initial Public Offering Penawaran Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO) adalah penjualan saham kepada masyarakat untuk pertama kalinya oleh suatu perusahaan yang akan go-publik (Bodie, Kane dan Marcus, 2008). Dengan melakukan penawaran umum saham perdana, suatu perusahaan akan berubah statusnya dari perusahaan tertutup (private company) menjadi perusahaan terbuka (public). Perusahaan terbuka diharuskan melakukan keterbukaan informasi kepada publik khususnya investor yang telah membeli saham perusahaan dan melakukan transformasi pengelolaan perusahaan dari yang bersifat tertutup ke arah yang lebih transparan dan profesional. Dalam

Upload: mega-wahyu-erliadhita

Post on 06-Feb-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

proposal skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: BAB-2

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai Initial Public Offering (IPO)

1. Pengertian Initial Public Offering

Penawaran Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO)

adalah penjualan saham kepada masyarakat untuk pertama kalinya oleh

suatu perusahaan yang akan go-publik (Bodie, Kane dan Marcus, 2008).

Dengan melakukan penawaran umum saham perdana, suatu perusahaan

akan berubah statusnya dari perusahaan tertutup (private company)

menjadi perusahaan terbuka (public). Perusahaan terbuka diharuskan

melakukan keterbukaan informasi kepada publik khususnya investor yang

telah membeli saham perusahaan dan melakukan transformasi

pengelolaan perusahaan dari yang bersifat tertutup ke arah yang lebih

transparan dan profesional.

Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/IPO istilah Initial

Public Offering (IPO), juga sering disebut “Public Offering”

adalah terminologi dalam dunia bisnis yang digunakan ketika

sebuah perusahaan mengeluarkan beberapa lembar saham

kepada publik untuk yang pertama kalinya. Kegiatan IPO bisa

dilakukan oleh perusahaan kecil, perusahaan yang baru muncul

dan membutuhkan

Page 2: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

modal, bahkan dilakukan oleh perusahaan privately-owner companies yang

besar sekalipun.

Bapepam, dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.8 tahun 1995

tentang pasar modal menyebutkan bahwa yang disebut dengan public offering

adalah aktivitas yang dilakukan oleh issuer pada saat pertama kali menjual

sahamnya ke publik berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku.

2. Tujuan Intial Public Offering

Tujuan dari Intial Public Offering (penawaran umum perdana) adalah bagian

dari prospektus emiten yang berisi pernyataan tentang alasan-alasan atau tujuan go

public suatu perusahaan.

Pagano et al. (1998) menyatakan alasan perusahaan untuk melakukan go

public yaitu:

a) Mengatasi kendala pinjaman

Manfaat yang paling utama adalah memperoleh akses sumber

pembiayaan alternatif selain pinjaman dari bank. Kesempatan bagi

public market untuk mendanai akan bertujuan khusus bagi perusahaan

dengan investasi sekarang dan masa mendatang yang besar, dengan

tingkat leverage dan pertumbuhan yang

Page 3: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tinggi. Faktor-faktor inilah yang berhubungan positif dengan keinginan untuk

melakukan penawaran perdana.

b) Mempunyai bargaining yang lebih besar dengan bank Dengan memperoleh akses ke

bursa efek dan

menebarkan informasi kepada investor, sebuah perusahaan akan melakukan

kompetisi di luar terhadap peminjamnya dan menjamin biaya kredit yang lebih

rendah serta supply pembiayaan dari luar yang besar.

c) Diversifikasi likuiditas dan portofolio

Keputusan untuk go public mempengaruhi tingkat likuiditas saham

perusahaan, dimana tingkat likuiditas merupakan fungsi dari perdagangan sehingga

likuiditas saham akan meningkat seiring dengan tersebarnya kepemilikan saham

yang semula hanya dipegang oleh beberapa pemegang saham awal.

d) Monitoring

Pasar modal juga dapat memberikan penilaian terhadap kebijakan yang

diambil oleh manajemen. Para pemegang saham dapat menggunakan informasi

yang tersedia untuk menilai apakah kebijakan manajemen telah dilakukan secara

wajar, sehingga nantinya berpengaruh terhadap harga saham.

Page 4: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

e) Pengakuan investor

Pencatatan saham di bursa yang cukup terkenal dan besar seolah-

olah menjadi pengakuan bagi investor bahwa perusahaan memang cukup

layak. Hal ini menumbuhkan kesadaran bagi investor dan mereka tertarik

untuk memilikinya.

f) Perubahan kontrol

Keputusan untuk go public yang dilakukan oleh pemilik adalah

untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Selain itu, pemilik juga

menjadikan penawaran perdana sebagai langkah untuk mengubah

struktur kepemilikan serta memaksimalkan hasil penjualan sahamnya.

Kim et al. (1993) mengemukakan ada dua alasan mengapa perusahaan go

public , yaitu karena pemilik lama ingin mendiversifikasikan portofolio mereka dan

karena perusahaan tidak memiliki alternatif sumber dana lain untuk membiayai

proyek investasinya.

3. Tahapan-tahapan go public

Menurut Mohamad Samsul (2006) suatu perusahaan yang untuk pertama

kalinya akan menjual saham atau obligasi kepada masyarakat umum atau disebut

Initial public offering (IPO),

Page 5: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

membutuhkan tahapan-tahapan terlebih dahulu. Tahapan tersebut dapat dikelompokkan

menjadi 5, yaitu: rencana go public, persiapan go public pernyataan pendaftaran ke

BAPEPAM, penawaran umum, dan kewajiban emiten setelah go public.

a. Rencana go public.

Rencana go public membutuhkan waktu yang cukup berkaitan dengan

kondisi internal perusahaan, seperti :

1) Rapat gabungan pemegang saham, dewan direksi, dan dewan komisaris

Rapat gabungan ini akan membahas:

a) Alasan go public.

b) Jumlah dana yang dibutuhkan.

c) Penerbitan saham atau obligasi.

2) Kesiapan mental anggota

Anggota dari semua lapisan manajemen (termasuk pemegang saham

mayoritas) harus siap secara mental menghadapi perubahan atau kejadian

yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Banyak kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh emiten setelah perusahaan go publik, seperti kewajiban

melaporkan secara rutin atau insidentil atas suatu peristiwa penting yang

apabila tidak dilaksanakan emiten akan terkena sanksi denda atau sanksi

pidana.

Page 6: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Perbaikan organisasi

Organisasi perusahaan yang ada sebelum go publik harus disesuaikan

dengan ketentuan perundangan yang berlaku di pasar modal. Misalnya, kewajiban

mengelola perusahaan secara baik atau disebut good corporate governanceyang

tercemin dari kewajiban mengangkat komisaris independen, kewajiban membentuk

komite audit dan kewajiban mengangkat corporate secretary.

4) Perbaikan sistem informasi

Mengingat banyak kewajiban pelaporan yang harus dilaksanakan oleh

emiten, baik yang bersifat rutin maupun insidentil, yang diminta oleh BAPEPAM

atau Bursa Efek, maka emiten harus memiliki sistem informasi yang dapat

diterbitkan setiap kali dibutuhkan. Perbaikan sistem meliputi keberadaan sistem

akuntansi keuangan yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan dari Ikatan

Akuntan Indonesia, sistem laporan tahunan yang memasukkan standar tambahan

dari bursa efek seperti hasil kerja dari komite audit, dan sistem akuntansi

manajemen yang dapat menghitung laba ekonomis yang akan digunakan sebagai

dasar

Page 7: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menentukan jumlah deviden tunai yang harus dibagikan.

5) Perbaikan aspek hukum

Pada umumnya emiten berasal dari perusahaan keluarga walaupun berbadan

hukum perseroan terbatas. Go public berarti perseroan terbatas tertutup harus

berubah menjadi perseroan terbatas terbuka (PT Tbk.), status kepemilikan asset

tetap dan asset bergerak harus jelas, semua jenis asset yang ada dalam laporan

keuangan yang telah diaudit harus sudah atas nama perseroan, termasuk rekening

yang ada di bank. Semua perjanjian dengan pihak ketiga harus dilakukan secara

tertulis notariil, tidak boleh secara lisan. Semua perizinan usaha yang diwajibkan

harus dipenuhi dan yang belum ada izin harus segera diupayakan. Semua kewajiban

pajak harus dipenuhi dan dibuktikan keabsahannya. Konsultan hukum akan

membantu perusahaan yang akan go public dari segi hukum sehingga sesuai dengan

hukum yang berlaku.

6) Perbaikan struktur permodalan

Perbaikan struktur modal dengan cara pemegang saham menambah modal

sendiri, atau mengubah

Page 8: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

struktur modal pinjaman dengan beban bunga yang lebih rendah.

7) Persiapan dokumen

Sebelum persiapan menuju go public dimulai, yaitu penunjukkan

lembaga penunjang dan lembaga profesi, semua dokumen yang dibutuhkan oleh

lembaga tersebut harus disediakan. Pihak yang terlibat dalam proses go public

adalah underwriter, akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan perusahaan

penilai (appraisal company). Dokumen yang dibutuhkan antara lain: laporan

keuangan yang telah diaudit, proyeksi laporan keuangan, bukti kepemilikan

aktiva tetap dan aktiva bergerak, anggaran dasar perseroan, perjanjian notariil

ataupun yang dibawah tangan, polis asuransi, peraturan perusahaan, pajak-pajak,

perkara pengadilan, dan lain-lain.

b. Persiapan go public

Setelah rincian rencana go public diselesaikan seperti uraian sebelumnya,

calon emiten akan menunjuk perusahaan penjamin emisi efek, akuntan publik,

notaris, konsultan hukum,dan perusahaan penilai yang terdaftar di Bapepam.

Persiapan menuju go public meliputi:

Page 9: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Penunjukkan Lembaga Penunjang dan Lembaga Profesi

Penjamin emisi akan bertindak sebagai koordinator dalam kegiatan-kegiatan

berikut :

a) Menentukan komitmen sesuai kondisi pasar.

b) Rapat-rapat teknis.

c) Pernyataan pendaftaran kepada Bapepam.

d) Public expose dan roadshow.

e) Persiapan prospektus.

f) Penawaran resmi.

Tanggung jawab untuk mendapat persetujuan dari emiten mencakup:

Penjamin emisi berkomitmen untuk membayar penuh dana pada saat penawaran umum

usai dilaksanakan sesuai dengan yang tertera dalam perjanjian penjaminan.

Jumlah penuh yang dimaksudkan disini adalah jumlah saham yang ditawarkan

dikali harga perdana.

b) Best effort commitment

Penjamin emisi berkomitment untuk membayar kepada emiten sebesar yang didapat

dalam penawaran

Page 10: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

umum atau dengan kata lain tidak penuh. Komitmen ini muncul karena kondisi

pasar sedang lesu (bearish) sehingga penjamin emisi tidak berani member

komitmen pembayaran penuh.

c) Standby commitment

Penjamin emisi member komitmen siap untuk membeli sendiri atau ada pihak lain yang

bersedia membeli apabila kondisi pasar sangat lemah sehingga sasaran yang

ditargetkan dalam penawaran umum tidak tercapai. Penjamin emisi atau pihak lain

akan membeli dengan harga lebih rendah daripada harga perdana seperti yang telah

disepakati sejak awal.

Untuk memperoleh gambaran awal mengenai kekuatan pasar. Emiten memerlukan

due diligence meeting yang dikoordinasikan oleh underwriter, yaitu pertemuan antara

emiten, underwriter, dan lembaga profesi lainnya di satu sisi dengan para pialang dan

para analis keuangan perusahaan serta investor kelembagaan di sisi lainnya.

3) Pernyataan pendaftaran kepada Bapepam

Page 11: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pernyataan pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada

Bapepam oleh emiten dalam rangka penawaran umum atau perusahaan publik.

4) Public Expose dan Road Show

Public expose dan road show merupakan upaya sendiri oleh emiten yang

menjual saham dengan nilai kapitalisasi sangat besar sehingga perlu

mengundang calon investor.

c. Pelaksanaan go public

Kegiatan pelaksanaan go public meliputi:

1) Penyerahan dokumen ke Bapepam.

2) Tanggapan dari Bapepam.

3) Perbaikan dokumen pernyataan pendaftaran.

4) Mini expose di Bapepam.

5) Penentuan harga perdana.

6) Sindikasi dan perjanjian penjaminan emisi. d. Penawaran umum

Kegiatan penawaran umum meliputi:

1) Distribusi prospektus.

2) Penyusunan prospektus ringkas untuk diiklankan.

3) Penawaran.

Page 12: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Penjatahan.

5) Pengembalian dana.

6) Penyerahan saham.

7) Pencatatan saham/perdagangan saham.

Prospektus adalah setiap informasi tertulis yang berkaitan dengan penawaran

umum dan bertujuan agar pihak lain membeli efek. Pada umumnya, prospektus

dibagikan oleh emiten melalui underwriter dan agen penjual efek yang ditunjuk oleh

underwriter menjelang penawaran umum dilaksanakan. Calon investor harus berupaya

untuk mendapatkan propektus itu dan mempelajarinya sebelum melakukan pesanan

saham. Prospektus berisikan antara lain:

a) Penawaran umum.

b) Tujuan penawaran umum tentang perusahaan seperti sejarah, organisasi, dan

personalia.

c) Kegiatan usaha dan prospeknya.

d) Ikhtisar keuangan perusahaan.

e) Modal sendiri sebelum dan sesudah penawaran umum.

f) Kebijakan deviden.

g) Pendapat dari segi hukum.

h) Laporan akuntan publik.

Page 13: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

i) Laporan penilaian harta perusahaan.

j) Penggunaan dana hasil emisi.

k) Informasi tentang perusahaan seperti sejarah, organisasi, dan personalia.

l) Kegiatan usaha dan prospeknya.

m) Ikhtisar keuangan perusahaan.

n) Modal sendiri sebelum dan sesudah penawaran umum.

o) Kebijakan deviden.

p) Pendapat dari segi hukum.

q) Laporan akuntan publik.

r) Laporan penilaian harta perusahaan.

s) Para penjamin emisi.

t) Lembaga penunjang emisi lainnya.

u) Perpajakan.

v) Anggaran dasar perseroan.

w) Persyaratan pemesanan saham.

x) Penyebarluasan propektus dan formulir pesanan saham.

Prospektus harus didistribusikan kepada para agen penjual yang ditunjuk oleh

underwriter sebelum penawaran resmi dilaksanakan. Calon investor dapat memesan

saham secara langsung dari penjamin emisi atau para agen penjual

Page 14: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sekaligus dengan pembayarannya dan menyerahkan fotokopi identitas, misalnya Kartu

Tanda Penduduk yang masih berlaku.

Penawaran resmi efek melibatkan 5 tahapan yaitu :

a) Periode penawaran (offering periode )

Adalah periode (minimal 3 hari kerja) dimulainya penawaran sekuritas.

b) Periode penjatahan ( allotment periode )

Adalah periode (maksimal 6 hari kerja) akan dilakukannya pembagian

perolehan saham.

c) Periode pengambilan dana ( refund periode )

Adalah periode tertentu (maksimal 4 hari kerja) yang telah ditetapkan dan

tertera dalam prospektus untuk mengembalikan dana kepada calon investor

akibat kelebihan pembayaran oleh calon investor berkaitan dengan penjatahan

saham.

d) Periode penyerahan saham ( delivery periode)

Adalah 3 hari sebelum saham itu dictatkan atau diperdagangkan di Bursa

Efek , saham tersebut sudah diterima oleh investor.

Page 15: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

e) Periode pencatatan di bursa efek ( listing date )

Adalah suatu tanggal yang telah ditetapkan terlebih dahulu dan tertera

pada halaman depan prospektus yang menunjukkan hari pertama saham itu

diperdagangkan di bursa efek.

Setelah selesai melakukan penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham

tersebut dicatatkan Bursa Efek Indonesia sampai perdagangan di pasar sekunder

dilaksanakan selambat-lambatnya 90 hari sesudah dimulainya masa penawaran umum,

atau 30 hari sesudah ditutupnya masa penawaran umum tersebut tergantung mana yang

lebih dahulu.

Di BEI, proses pencatatan efek dimulai dari pengajuan permohonan pencatatan

ke bursa oleh emiten tentunya berdasarkan persyaratan pencatatan efek yang berlaku di

BEI. Persyaratan untuk tiap efek berbeda, tetapi persyaratan pertama yang harus

dipenuhi terlebih dahulu antara lain mendapat pernyataan efektif dari Bapepam atas

pernyataan pendaftaran emisi emiten.

e. Kewajiban Emiten setelah go public

Pemegang saham mayoritas atau pemilik lama sebagai pemegang saham pendiri

(founding stakeholder)

Page 16: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

harus menjaga kepercayaan yang sudah diberikan oleh pemegang saham

minoritas atau masyarakat dengan cara:

a) Tidak melakukan tindakan yang menjatuhkan harga saham di pasar.

b) Selalu memberi informasi secepat mungkin kepada investor.

c) Tidak melakukan penipuan harga dalam transaksi internal yang

mengandung , misalnya transfer pricing, dan pinjaman

tanpa bunga.

d) Menyampaikan laporan keuangan yang sudah diaudit (short form report)

langsung ke alamat pemegang saham.

e) Menyampaikan laporan berkala yang sudah diwajibkan oleh

Bapepam/Bursa.

f) Menyampaikan laporan insidentil atas suatu peristiwa yang terjadi dan

dapat mempengaruhi harga saham di pasar.

4. Keuntungan dan Kerugian go-publik

Brigham et al. (2006) menjelaskan beberapa keuntungan dan kerugian

perusahaan yang melakukan IPO atau go public.

Keuntungan go public adalah:

Page 17: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Meningkatkan likuiditas perusahaan dan mempermudah pemilik merealisasikan

keuntungannya.

Perusahaan yang masih private adalah tidak likuid, dimana apabila salah satu

pemilik ingin menjual sahamnya sangat sulit menemukan calon pembelinya yang

siap untuk melakukan transaksi dan tidak ada harga pasti yang wajar sesuai dengan

pasar.

b. Mempermudah pemilik mendiversifikasi

Dengan menjual saham ke publik maka pada prinsipnya pemilik dapat

membagi tanggungan resiko yang ada pada dirinya kepada para pemegang saham

yang lain.

c. Mempunyai kesempatan untuk mendapatkan dana lebih besar jika dibutuhkan.

Dengan go publik maka perusahaan wajib mentaati seluruh aturan yang

disyaratkan oleh regulator, sehingga seluruh informasi penting yang ada harus

diungkapkan secara benar kepada publik. Hal ini akan membuat publik tertarik

untuk menginvestasikan dananya di perusahaan, sehingga sangat mudah bagi

perusahaan untuk mendapatkan dana apabila dibutuhkan.

Page 18: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Mempunyai kesempatan untuk melakukan merger.

Dengan adanya saham terjual yang tersedia di bursa maka terbuka

kesempatan untuk melakukan merger atau akuisisi terhadap perusahaan lain dengan

cara pembayaran menggunakan saham yang beredar.

e. Meningkatkan potensi pasar

Perusahaan menjadi lebih mudah untuk menjual produk dan jasa apabila

sudah go publik. Hal ini karena nama perusahaan menjadi lebih terkenal.

Sementara itu beberapa kerugian go publik adalah :

a. Biaya untuk penerbitan laporan.

Dengan adanya proses menuju go publik maka perusahaan harus mematuhi

peraturan yang dibuat oleh regulator. Termasuk mengumumkan laporan keuangan

secara kuartal dan tahunan. Hal ini tentu saja meningkatkan biaya untuk pelaporan,

terutama perusahaan yang relatif kecil

b. Disclosure (Keterbukaan)

Manajemen suatu perusahaan tidak senang apabila data-data operasional

perusahaan diketahui oleh

Page 19: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

para pesaingnya. Selain itu keterbukaan berapa saham yang dipegang oleh direksi,

mayoritas pemegang saham dan gaji pegawai. Namun dengan go publik semua data -

data tersebut harus disajikan secara publik.

Perusahaan-perusahaan yang relatif tidak besar biasanya akan mengalami resiko

perdagangan di bursa yang tidak atraktif sehingga saham yang dijual tidak begitu likuid

sehingga besar kemungkinan harga sebuah saham tidak menunjukkan nilai dari saham

tersebut.

Untuk menciptakan hubungan dengan investor maka perusahaan harus menjaga

keberadaannya untuk terus berinvestasi. Sehingga harus ada kegiatan-kegiatan yang

dilakukan untuk menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan investor.

Page 20: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Jenis analisis laporan keuangan yang dilakukan tergantung dari kepentingan

tertentu dari kreditur, pemegang saham, calon investor, manajer, instansi

pemerintah atau serikat pekerja yang bersangkutan.

Untuk menganalisis kinerja perusahaan melalui laporan keuangannya dapat

dilakukan dengan analisis sebagai berikut:

1. Analisis perbandingan (comparative analysis)

Analisis perbandingan dilakukan dengan jalan membandingkan data-

data laporan keuangan dari periode yang berurutan sehingga akan dapat

diperoleh informasi yang lebih berguna daripada angka-angka mengenai

suatu periode saja karena dari perbandingan tersebut dapat diketahui

perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan yang menguntungkan

maupun yang merugikan.

2. Analisis rasio (ratio analysis)

Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui

hubungan dari pos-pos tertentu dari neraca atau laporan laba rugi secara

individu atau kombinasi dari kedua laporaan keuangan tersebut. Analisis

rasio ini akan menjelaskan atau member gambaran kepada penganalisis

tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan

terutama apabila

Page 21: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka-angka rasio tahun-tahun sebelumnya

ataupun dari angka rasio perusahaan sejenis dari industrinya.

Dalam pengukuran kinerja keuangan (financial) suatu perusahaan kita perlu

menganalisa laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan

memberikan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan dimana neraca

mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu waktu tertentu dan

laporan laba rugi mencerminkan hasil yang dicapai selama suatu periode waktu

tertentu.

Dalam menganalisa laporan keuangan tersebut seorang analis memerlukan

adanya suatu ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam menganalisis

laporan keuangan tersebut adalah rasio. Dalam analisa rasio diketahui baik buruknya

kondisi suatu perusahaan. Rasio adalah suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu

jumlah tertentu dengan jumlah lain (Munawir,1996). Sedangkan menurut Riyanto

(1997) rasio adalah alat yang dinyatakan dalam aritmatical terms yang dapat digunakan

untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial.

Untuk menginterpretasikan suatu angka untuk analisis laporan keuangan

diperlukan perbandingan dengan angka-angka lain yang dapat dijadikan sebagai ukuran

atau standar, yaitu :

Page 22: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Didasarkan pada kondisi keuangan dan hasil operasional perusahaan

pada periode atau tahun yang telah lalu.

b. Didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya.

c. Didasarkan pada data laporan keuangan yang dianggarkan.

d. Didasarkan pada rasio standar dimana perusahaan yang bersangkutan

masuk sebagai anggotanya.

Menurut Munawir (1999) menggolongkan rasio keuangan adalah sebagai

berikut :

1. Berdasarkan sumber data

Jika dilihat dari sumber datanya maka rasio keuangan dapat dibedakan

menjadi :

a. Rasio neraca (balace sheet ratio) yaitu semua rasio yang datanya

bersumber pada neraca misalnya current ratio dan quick ratio

b. Rasio rugi laba (income statement ratio), yaitu angka rasio yangdatanya

bersumber pada laporan rugi laba, misalnya

gross profit margin,net profit margin, operating profit margin dll.

c. Rasio antar laporan (inter statement ratio) yaitu semua rasio yang

datanya bersumber pada neraca dan laporan laba

Page 23: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

rugi, misalnya inventory turn over, account receivable turn over, total asset turn over dll.

2. Berdasarkan tujuan penganalisa

Analisis keuangan yang dilakukan oleh pihak intern maupun ekstern

mempunyai tujuan yang berbeda. Jenis analisis keuangannya bervariasi sesuai

dengan kepentingan pihak-pihak yang melakukan analisis. Pada umumnya tujuan

penganalisaan adalah untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, dan

rentabilitas. Dalam menggolongkan rasio keuangan berdasarkan tujuan dari

penganalisis, banyak penulis yang memberikan istilah atau pengelompokan yang

berbeda-beda.

Menurut Brigham (2001), rasio keuangan yang berguna untuk membantu

mengevaluasi laporan keuangan suatu perusahaan terdiri atas empat kategori yaitu:

1. Rasio likuiditas, adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi hutang yang telah jatuh tempo.

2. Rasio manajemen aktiva, adalah rasio yang mengukur keefektifan

perusahaan dalam mengelola aktivanya.

3. Rasio manajemen hutang, adalah rasio yang mengukur nilai besaran

perusahaan dibiayai dengan hutang, dan kemungkinan tidak terpenuhinya

hutang perusahaan.

Page 24: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Rasio profitabilitas, adalah rasio yang memperlihatkan pengaruh

gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan manajemen hutang

terhadap hasil operasi perusahaan.

Ditambahkan pula oleh Brigham (2001), meskipun rasio-rasio keuangan

tersebut dapat memberikan informasi berkenaan dengan operasi dan kondisi

keuangan suatu perusahaan, namun rasio-rasio tersebut tetap memiliki keterbatasan

yang juga harus dipertim bangkan. Masalah dalam penggunaan rasio-rasio

keuangan tersebut akan muncul bila dilakukan analisis pada perusahaan dengan

divisi atau jenis industri yang berbeda.

C. Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas mengukur kemampuan

likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat besarnya aktiva lancar

(Hanafi,2004). Ukuran likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1.Current Ratio

Current Ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan

kewajiban lancar. rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang

diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk

menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan kurangnya

modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi tidak selalu

berarti perusahaan sedang dalam keadaan yang baik. Hal tersebut

Page 25: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin.

dapat dirumuskan (Brigham, 2001) :

Current Ratio = Current Asset

Current liabilitie

2. Quick ratio

Quick ratio dihitung dengan mengurangi persediaan dari aktiva

lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan

dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi kas

dengan cepat. sulit untuk menjadi uang tunai (kas) sebab memerlukan

dua langkah yakni menjadi piutang terlebih dulu sebelum menjadi kas.

Perhitungan quick ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham,

2001) :

Quick ratio = Current asset – Inventory

Current Liabilitie

D. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas sering juga disebut dengan rasio leverage. Rasio ini

dihitung dari perbandingan hutang dengan aktiva dan modal sendiri perusahaan.

Rasio ini menyangkut jaminan, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

membayar hutang bila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan.

Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana

dari pihak luar atau kreditur.

Page 26: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Page 27: BAB-2

1. Debt to equity ratio

Rasio ini merupakan imbangan antara hutang dengan modal sendiri. Semakin

tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi

perusahaan ukuran hutang sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko

menjadi tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk membayar

hutang. Perhitungan debt to equty ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Robert Ang,

1997) :

DER = Total Liabilitie

Owner’s equity

2. Debt to total asset ratio

Debt to total asset ratio mengukur seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh

seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih menyukai rasio yang rendah karena semakin

rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam

peristiwa likuidasi. Namun di sisi lain pemilik saham lebih menyukai rasio yang tinggi

karena dapat meningkatkan laba yang diharapkan. Untuk mengukur besarnya debt to

total asset dihitung dengan rumus sebagai berikut (Robert Ang, 1997):

DAR = Total Liabilitie

Total asset

Page 28: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan dengan

berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola

aktivanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Fixed asset turn over

Fixed asset turn over menghitung seberapa efektif perusahaan menggunakan

aktiva tetapnya. Semakin rendah aset turn over, berarti pengguna aktiva tetapnya

semakin kurang. Untuk mengukur besarnya Fixed asset turn over

Fixed asset turn over= Sales

Net fixed asset

2. Total asset turn over

Total asset turn over mengukur perputaran semua aktiva. Dengan

kata lain, rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam penggunaan total

aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik manajemen dalam

mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah rasio menunjukkan

buruknya kinerja manajemen dalam mengelola aktivanya. Untuk menghitung

digunakan rumus sebagai berikut (Riyanto, 2001):

Total asset turn over = Sales

Total asset

Page 29: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.idF. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva

perusahaan (sekelompok aktiva perusahaaan). Rasio ini membantu perusahaan

dalam mengontrol penerimaannya. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. ROA (Turn On Asset)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan

keseluruhan dana yang telah ditanamkan pada aktiva untuk operasi

perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Rasio ini juga menunjukkan

produktivitas dari seluruh dana

Perusahaan rumusnya sebagai berikut (Robert Ang, 1997) :

ROA = Laba Bersih

Total Aktiva

2. ROE (Return On Equity)

Rasio ini mengukur tingkat efisiensi modal sendiri dan menunjukkan

laba bersih yang dapat diperoleh dari modal pemilik. Semakin tinggi rasio ini

semakin memperkuat posisi modal pemilik perusahaan. Rumusnya (Robert

Ang, 1997) :

ROE = Laba Bersi

Total Equitas

Page 30: BAB-2

3. Net Profit Margin

Net Profit Margin mengukur berapa banyak laba bersih setelah pajak

dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Rasio yang

rendah bisa disebabkan karena penjualan turun lebih besar dari turunnya

ongkos, dan sebaliknya perusahaan

berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi.Net profit margin

dihitung dengan rumus sebagai berikut (Payamta, 1999):

Net Profit Margin = Laba Bersih

Penjualan

G. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan

setelah initial public offering (penawaran perdana) telah dilakukan. Seperti

penelitian yang dilakukan oleh Payamta dan Machfoedz (1999) pada perusahaaan

perbankan hingga akhir tahun 1996 dengan sampel penelitian sebanyak 22

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, yang telah memenuhi kriteria

purposive sampling. Penelitian tersebut mengamati kinerja operasional perusahaan

perbankan sebelum dan sesudah menjadi perusahaan publik. Dalam penelitiannya,

Payamta dan Machfoedz (1999) menggunakan rasio-rasio CAMEL yang merupakan

dasar penilaian kinerja perbankan dengan variabel-variabel antara lain CAR,

RORA, NPM, ROA, rasio biaya operasional terhadap pendapatan

Page 31: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

operasional (BOPO), NCM, dan rasio kredit terhadap dana yang diterima (KDN).

Penelitian menggunakan uji peringkat tanda Wilcoxon dan uji Manova,

memberikan hasil bahwa kinerja rasio-rasio perbankan tersebut tidak mengalami

perbedaan yang signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah IPO, namun

Payamta dan Machfoedz (1999) menilai perbedaan kinerja tersebut hanya bersifat

temporer dan tidak konsisten. Hal ini mungkin terjadi karena emiten telah menetapkan

kinerja sebelum IPO yang terlalu tinggi, dengan cara melakukan window dressing

Menurut Payamta dan Machfoedz (1999), window dressing adalah penyajian laporan

keuangan yang menunjukkan laba tahun berjalan yang tinggi.

Penelitian oleh Sun dan Tong (2003) melakukan evaluasi kinerja keuangan

setelah melakukan privatisasi. Dalam penelitiannya, Sun dan Tong (2003) mengamati

perubahan profitabilitas, perubahan output, perubahan dan produktiifitas

tenaga kerja. Sampel yang digunakan adalah 634 perusahaan di Shanghai Stock

Exchange dan Shenzhen Stock Exchange yang melakukan privatisasi. Penelitian yang

menggunakan uji analisis cross sectional regression pada perubahan kinerja,

memberikan hasil bahwa privatisasi dapat meningkatkan perusahaan,

dan produktifitas tenaga kerja tetapi tidak mampu meningkatkan Profit return

dan rasio leverage.

Page 32: BAB-2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penelitian lainnya dilakukan oleh Chien-Hsun dan Hui-Tzu (2003) menguji

kinerja operasional perusahaan di China. Sampel yang digunakan adalah 884

perusahaan yang melakukan IPO antara tahun 1995-1999 yang terdaftar di Shanghai

Stock Market dan Shenzhen Stock Market. Variabel yang diteliti antara lain variabel

pertumbuhan (diukur dari operating revenue dan net profit growth rates), variabel

profitabilitas (diukur dari earning per shares/EPS dan Return on equity/ROE), serta

variabel stabilitas (diukur dari quick ratio dan current ratio).

Hasil dari penelitian Chien-Hsun dan Hui-Tzu (2003) menggunakan uji

ANOVA diperoleh bahwa proses IPO hanya mengakibatkan perubahan yang signifikan

pada indikator variabel profitabilitas yaitu EPS dan ROE pada perusahaan yang

terdaftar di Shanghai Stock Market dengan tingkat signifikansi 1%, namun indikator

pertumbuhan pendapatan operasi dan pertumbuhan laba bersih tidak mengalami

perubahan yang signifikan. Sedangkan dengan menggunakan uji beda untuk sebelum

dan sesudah IPO, hasil kinerja keuangan yang diperoleh setelah proses IPO

menunjukkan bahwa operating revenue, net profit growth rates, EPS, dan ROE

cenderung menurun tajam setelah proses IPO.

Penelitian Wei et al. (2003) dengan menggunakan variabel-variabel yang terdiri

dari: (ROS) net profit level, real sales, real assets, total employment,

sales efficiency dan total debt to total assets (TOTA)

Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada kemajuan yang

Page 33: BAB-2

signifikan pada real sales, real assets, sales efficiency dan net profit level, serta

penurunan yang signifikan pada rasio leverage sesudah privatisasi yang diukur dari

TOTA. Namun ditemukan pula dalam penelitian ini dengan tidak adanya yang

perubahan signifikan pada tingkat keuntungan (profitabilitas) yang pada penelitian ini

diukur melalui ROS.

Penelitian oleh Nasir dan Pamungkas (2005) menganalisa kinerja keuangan

perusahaan perbankan sebelum dan sesudah go publik. Sampel yang digunakan adalah

31 perusahaan non-perbankan yang melakukan IPO pada tahun 2001 di Bursa Efek

Jakarta berdasarkan hasil purosive sampling. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada

perbedaan kinerja yang signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah go public.

Meskipun terjadi perbedaan kinerja pada rasio likuiditas dengan tingkat signifikansi 5%

pada penelitian satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah IPO, namun perbedaan

tersebut hanya bersifat temporer dan tidak konsisten

Page 34: BAB-2

H. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Rasio Keuangan : Rasio Keuangan :

Waktu

pelaksanaanFix Fix proses IPO

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis

Dari gambar 2.1, dapat dijelaskan bahwa waktu pelaksanaan

proses IPO yang dilakukan oleh sebuah perusahaan adalah berbeda -

beda. Sehingga dideskripsikan bahwa nilai-nilai rasio keuangan

perusahaan sebelum proses IPO berada di sebelah kiri waktu

pelaksanaan proses IPO, sedangkan nilai-nilai rasio keuangan

perusahaan sesudah proses IPO berada di sebelah kanan waktu

pelaksanaan proses IPO.

Sesuai dengan Gambar 2.1, ukuran kinerja perusahaan dapat

Page 35: BAB-2

dilihat dari berbagai variabel atau indikator. Sumber utama variabel

atau indikator tersebut adalah laporan keuangan perusahaan. Dengan

melakukan initial.

Page 36: BAB-2

Public offering perusahaan akan mendapat dana tambahan dari publik/masyarakat yang

mempengaruhi rasio likuiditas (Current ratio dan quick ratio) dan solvabilitas (DAR &

DER). Seiring dengan meningkatnya tingkat likuiditas maka efektifitas perusahaan

dalam mengelola aktivanya juga meningkat dan dapat ditinjau dari rasio aktivitas (Total

Asset Turnover & Fixed Asset Turnover) dan rasio profitabilitas ( ROA, ROE & NPM).

I. Hipotesis

H1: Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan antara

sebelum dan sesudah IPO ditinjau dari Rasio Likuiditas

H2: Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan antara

sebelum dan sesudah IPO ditinjau dari Rasio Solvabilitas

H3: Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan antara

sebelum dan sesudah IPO ditinjau dari Rasio Aktivitas

H4: Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan antara

sebelum dan sesudah IPO ditinjau dari Rasio Profitabilitas