bab 2

23
BAB II ISI A. Skenario Skenario PBL 1 Sofia, seorang mahasiswa semester awal profesi kedokteran gigi sedang mendapat giliran jaga di klinik Konservasi Gigi RSGMP UNSOED. Pagi itu Sofia telah didatangi pasien, Yana, 30 tahun yang mengeluh gigi belakang kanan bawahnya ngilu sekali. Seperti biasa, sebelum Sofia mulai melakukan perawatan, Sofia wajib mengkonsultasikan hasil pemeriksaannya kepasa supervisor klinik yang berjaga hari itu. Sofia : “Selamat pagi dokter, saya ingin diskusi tentang pasien saya dokter” Drg. X : “Pagi, oke, bagaimanana hasil pemeriksaannya?” Sofia : “Pasien ini datang karena mengeluh sakit sekali pada gigi belakang kanan bawahdok setelah saya lihat ternyata gigi 46 sudah berlubang di permukaan oklusalnya, lumayan besar dok. Drg. X : ”Hmmm...rasa sakit yang dialami pasien seperti apa?” Sofia : ”Menurut pasien, rasa nyerinya muncul tiba-tiba.

Upload: hesti-devinta

Post on 18-Jan-2016

106 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

konservasi

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2

BAB II

ISI

A. Skenario

Skenario PBL 1

Sofia, seorang mahasiswa semester awal profesi kedokteran gigi sedang mendapat

giliran jaga di klinik Konservasi Gigi RSGMP UNSOED. Pagi itu Sofia telah didatangi

pasien, Yana, 30 tahun yang mengeluh gigi belakang kanan bawahnya ngilu sekali. Seperti

biasa, sebelum Sofia mulai melakukan perawatan, Sofia wajib mengkonsultasikan hasil

pemeriksaannya kepasa supervisor klinik yang berjaga hari itu.

Sofia : “Selamat pagi dokter, saya ingin diskusi tentang pasien saya dokter”

Drg. X : “Pagi, oke, bagaimanana hasil pemeriksaannya?”

Sofia : “Pasien ini datang karena mengeluh sakit sekali pada gigi belakang kanan

bawah dok setelah saya lihat ternyata gigi 46 sudah berlubang di permukaan

oklusalnya, lumayan besar dok.

Drg. X : ”Hmmm...rasa sakit yang dialami pasien seperti apa?”

Sofia : ”Menurut pasien, rasa nyerinya muncul tiba-tiba.

Drg. X : ”Okee.. sudah dilakukan sondasi, perkusi, palpasi, tes termal?”

Sofia : “Sudah dokter.”

Drg. X : “Bagaimana hasilnya?”

Sofia : “Sondasi negative, perkusi positif dok, palpasi negative, tes termal negative.”

Drg. X : “Oke.. lalu diagnosanya apa?

Sofia : “Pasien ini mengalami pulpitis irreversible dok.”

Drg. X : “Pulpitis irreversible??? (sambil menggerutkan dahi)”

“Coba saya diceritakan tadi tes termalnya bagaimana caranya”

Page 2: BAB 2

Sofia : “ehmmmm...ehmmm....itu dok, menggunakan itu.. apaya dok.. kapas kecil

itu dok, disemprot CE dok, lalu dimasukkan di kavitasnya, kemudian dilihat

respon pasiennya, tadi pasien tidak memberikan respon apa-apa dok.”

Drg. X : “Yakin, seperti itu cara tes termal?”

“Sudah di foto rontgen?”

Sofia : “Sudah dokter, begini foto rontgennya.”

B. Tahap Seven jumps

1. Step 1 (Clarifying unfamiliar term)

a. Pulpitis irreversible

Kerusakan gigi yang sudah menyerang sampai ruang pulpa

b. Tes termal

Metode dengan pengetesan suhu

c. CE

Chlor Etil

d. Sondasi

Cara mengukur kedalaman lubang gigi dengan sonde

e. Kavitas

Lubang

f. Perkusi

Cara mengetahui nyeri gigi dengan jari atau diketuk dengan ujung dari sonde

g. Palpasi

Cara mengetahui bentukan atau nyeri dengan jari tangan.

2. Step 2 (Problem Definition)

a. Apa itu karies?

b. Sebutkan apa saja klasifikasi karies!

c. Bagaimana tahapan diagnosa penyakit jaringan keras?

d. Bagaimana cara sondasi, perkusi, palpasi dan tes termal? Bagaimana cara

membaca hasil interpretasinya

e. Bagaimana penatalaksaannya pada kasus di skenario?

f. Apa perbedaan dari pulpitis irreversible dengan pulpitis reversible?

g. Apa etiologi dan tahapan karies?

Page 3: BAB 2

h. Apa saja upaya preventive dari karies?

3. Step 3 (Brainstorm)

a. Definisi karies

Karies merupakan keruakan pada jaringan keras gigi yang ditandai

dengan demineralisasi dalam jangka waktu tertentu yang menimbulkan

kavitas akibat dari akumulasi plak dan asam yang mengikis unsur anorganik

dari enamel gigi. Tanda tandanya berupa white spot kemudian menjadi brown

spot, gigi menjadi lebih sensitif terhadap makanan dan minuman yang dingin

atau panas, dan pelunakan jaringan keras gigi ini memungkinkan perforasi

hingga ruang pulpa.

b. Klasifikasi karies

Klasifikasi karies dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu:

1) Berdasarkan kedalamannya, dibagi menjadi tiga, yaitu:

a) Karies superfisial: Keadaan karies yang baru mengenai enamelnya

saja

b) Karies media: Keadaan karies yang sudah mengenai dentin tetapi

belum melebihi setengah dentin

KARIES

Klasifikasi

Tahapan

dan

EtiologiCara Pemeriksaan,

Interpretasi,

Penatalaksanaan

Pencegahan

Pulpitis

Page 4: BAB 2

c) Karies profunda: Keadaan karies yang sudah mengenai bagian

pulpanya.

2) Berdasarkan anatomi yaitu:

a) Karies dibagian pit dan fissure

b) Karies dibagian cusp

c) Karies dibagian servikal

3) Berdasarkan tingkat keparahannya

a) Karies ringan, karies didaerah yang rentan terhadap karies terutama di

gigi posterior

b) Karies Moderat

c) Karies parah, karies di daerah gigi anterior

4) Berdasarkan klasifikasi sistem G.V. Black

a) Kelas I: pada oklusal pit dan fissure

b) Kelas II: pada proksimal gigi posterior

c) Kelas III: pada proksimal gigi anterior yang belum mencapai insisal

d) Kelas IV: pada proksimal gigi anterior yang sudah mencapai insisal

e) Kelas V: pada bagian servikal

f) Kelas VI: pada cusp atau insisal.

c. Berikut ini adalah tahapan dan etiologi karies:

1) Tahapan karies mula-mula ditandai dengan adanya white spot yang

menandakan terjadinya demineralisasi. Kemudian dalam jangka waktu

tertentu, karies mencapai email kemudian mencapai dentin.

2) Etiologi karies terdiri dari empat faktor, yaitu waktu, mikroorganisme,

host, dan diet. Apabila salah satu dari faktor tersebut dihilangkan, karies

tidak akan terjadi.

d. Berikut adalah cara pemeriksaan gigi:

1) Pemeriksaan subjektif: Anamnesa.

2) Pemeriksaan objektif: Sondasi, perkusi, palpasi, tes termal.

3) Pemeriksaan penunjang: Radiologi.

e. Cara membaca interpretasi hasil pemeriksaan yaitu sebagai berikut:

1) Sondasi negatif: Apabila sonde tidak nyangkut saat dijalankan di permukaan

gigi.

Page 5: BAB 2

2) Perkusi positif: Apabila diketuk dengan ujung jari terdapat feedback dari

pasien, maka gigi tersebut vital.

3) Palpasi negatif: Tidak terdapat tonjolan atau luka.

f. Penatalaksanaan untuk kasus pada skenario adalah penumpatan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Apabila pasien merasakan giginya sedang sakit pada saat kunjungan,

sebaiknya diberi obat penghilang rasa sakit terlebih dahulu dan buat perjanjian

untuk kunjungan selanjutnya.

2) Bersihkan kavitas dari jaringan karies.

3) Berikan obat untuk mematikan saraf.

4) Berikan tumpatan sementara.

5) Buka tumpatan sementara.

6) Apabila sudah tidak sakit, lakukan penumpatan permanen.

g. Pencegahan karies dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut:

1) Periksa ke dokter gigi minimal enam bulan sekali.

2) Sikat gigi secara teratur.

3) Apabila terdapat karies, segera lakukan penumpatan.

h. Aplikasikan pit dan fissure sealant.

4. Step 4 (Analyzing the problem)

a. Karies moderat: Jika karies meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi

posterior

5. Step 5 (Formulating learning issue)

a. Bagaimana cara pemeriksaan karies dan tahapan kerjanya?

b. Bagaimana menginterpretasikan suatu hasil pemeriksaan?

c. Apa perbedaan pulpitis reversible dan irreversble?

6. Step 6 (Self Study)

7. Step 7 (Reporting)

a. Cara pemeriksaan karies dan tahapan kerjanya

1) Pemeriksaan subjektif

Page 6: BAB 2

Pemeriksaan subjektif adalah suatu informasi tentang riwayat penyakit,

yang meliputi gejala-gejala yang dirasakan pasien dan dilaporkan kepada

dokter. Dasar dari pemeriksaan subjektif yaitu anamnesa kepada pasien,

yang berisi Chief complaint. Present illness, Past Medical History, Past

Dental History, Family history, dan Social History

2) Pemeriksaan Objektif

Menurut Grossman(1995), pemeriksaan objektif merupakan

pemeriksaan yang dilakukan dokter kepada pasien melalui berbagai uji tes.

Pemeriksaan objektif terdiri dari:

a) Pemeriksaan visual

Uji klinis yang paling sederhana adalah pemeriksaan berdasarkan

penglihatan. Hal ini terlalu sering hanya dilakukkan sambil lalu selama

pemeriksaan, dan sebagai hasilnya, banyak informasi penting yang

hilang. Suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak

yang cermat mengandalkan pada pemeriksaan “Three Cs”: Color,

contour, dan consistency. Pada jaringan lunak yang, seperti gusi,

penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat dengan mudah

dikenal apabila terdapat inflamasi. Suatu perubahan kontur yang

timbul dengan pembengkakan, dan konsistensi jaringan lunak,

fluktuan, atau seperti bunga karang yang berbeda dengan jaringan

normal, sehat da kuat adalah indikatif dari keadaan patologik.

Pemeriksaan ini di bagi menjadi dua yaitu:

(1) Ekstra oral

Pemeriksaan ekstra oral yaitu seperti melihat kesimetrisan pada

wajah pasien, kondisi pasien saat datang.

(2) Intra oral

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan pada gigi apakah ada karies,

adakah perubahan warna, atau gigi goyah dan pemeriksaan

jaringan lunak di sekitarnya.

b) Perkusi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengevaluasi status

periodonsium pada sekitar gigi. Caranya itu gigi di beri pukulan

menggunakan tangkai instrument di bagian insisal atau oklusal gigi

dan jika perkusi positif itu tandanya terdapat inflamasi periodonsium.

Page 7: BAB 2

c) Palpasi

Pemeriksaan dengan cara palpasi bertujuan untuk mengetahui

rangsangan pada jaringan lunak. Bagian intra oral dilakukan dengan

cara diraba dengan ujung jari untuk mengetahui kondisi jaringan lunak

pada gigi.

d) Tes mobilitas dan deprebilitas

Tes mobilitas merupakan tes dengan menggerakkan suatu gig kearah

lateral dalam soketnya dengan menggunakan jari atau tangkai dari

insrument. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui apakah gigi terikat

kuuat atau longga pada alveolusnya. Jika gerakan makin besar

gerakannya, maka makin jelek status periodontalnya. Sedangkan tes

untuk depresibilitas adalah menggerakkan gigi kearah vertikal dalam

soketnya.

Adapun klasifikasi mobilitas yaitu:

(1) Derajat 1: ada gerakan

(2) Derajat 2: gerakan 1 mm

(3) Derajat 3: gerakan >1 mm

e) Tes vitalitas gigi

Tes vitalitas terdiri dari:

(1) Tes elektris

Tes elektris ini yaitu mengetes pulpa dengan listrik dan lebih

cermat daripada pemeriksaan tes yang digunakan untuk

menentukkan vitalitas pulpa. Alatnya yaitu menggunakan

Electronic Pulp Tester.

(2) Tes termal

Tes ini meliputi tes tes dingin dan tes panas. Cara tes dingin yaitu

misal dengan bahan Chlor etyl, dan sebelum di lakukan tes dingin

gigi di keringkan terlebih dahulu, lalu cotton pellet di basahi

dengan Chlor etyl, di tunggu sampai terlihat seperti Kristal pada

kapas, lalu di letakkan pada gigi bagian servikal gigi. Tes panas

juga seperti tes dingin, bedanya hanya bahannya saja yaitu dapat

menggunakan air pabas

(3) Tes kavitas

Page 8: BAB 2

Tes ini dilakukan jika cara diagnosis lain telah gagal. Caranya itu

dengan melubangi atap pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak

merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller.

(4) Tes jarum miler

Tes miller juga dapat dilakukan jika tedapat peforasi akibat karies

atau tes kavitas. Cara aplikasinya yaitu jarum miller dimasukkan

kedalam saluran akar hingga timbul rasa sakit, lalu dilakukan

radiografik.

b. Interpretasi Hasil Pemeriksaan

Setelah dilakukan suatu pemeriksaan maka perlu dilakukan interpretasi

untuk mengetahui hasil dan rencana perawatan untuk pasien

1) Visual dan taktil

Pemeriksaan ini berdasarkan 3 Cs : colour, contour dan consistency

(warna, kontur dan konsistensi). Pada jaringan lunak seperti gusi, adanya

penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat diketahui bila terjadi

inflamasi. Adanya perubahan kontur yang timbul disertai pembengkakan

dan konsistensi jaringan lunak, fluktuan atau karang yang berbeda dengan

jaringan normal merupakan indikatif dari keadaan patologik (Andaw dan

Rock, 1992).

2) Palpasi

Palpasi dikatakan positif apabla terdapat tonjolan, fluktuan atau

limfadenopati pada jaringan mukosa, hal ini menunjukkan adanya

peradangan preradikuler (Walton dan Torabinejad, 2008).

3) Perkusi

Perkusi dikatakan positif apabila pasien merasa sakit apabila giginya

diketuk. Hal ini menunjukkan adanya inflamasi pada jaringan

periodontium (Walton dan Torabinejad, 2008).

4) Sondasi

Sondasi sebagai pemeriksaan obyektif dapat dikatakan positif apabila

ujung sonde tersangkut pada kavitas gigi. Selain itu apabila terjadi

perforasi pulpa maka pasien akan kesakitan. Apabila sondasi sebagai uji

vitalitas maka gigi tersebut dikatakan vital apabila pasien merasa

sakit/nyeri saat sonde masuk ke dalam kekavitasnya, sedangkan gigi

tersebut dikatakan nekrosis apabia pasien tidak merasakan sakit/nyeri pada

Page 9: BAB 2

saat sonde masuk ke dalam kavitas gigi bahkan masuk hingga pulpanya

(Grossman, 1988).

5) Tes Elektrik

Gigi dikatakan masih vital ketika terasa geli/kesemutan apabila dialirkan

arus listrik, sedangkan gigi non vital apabila gigi tersebut tidak merasakan

apa-apa (Walton dan Torabinejad, 2008).

6) Uji jarum Miler

Apabila jarum Miler dapat masuk ke dalam pulpa dan terasa sakit sebelum

menyentuh apeks gigi atau masuk di permukaan pulpa maka diindikasikan

pulpa nekrotik parsialis, sedangkan apabila tidak terasa sakit jika jarum

Miller dapat masuk hingga apeks gigi maka indikasi sebagai pulpa

nekroktik totalis.

7) Tes Thermal

a) Tes Thermal dingin

Gigi vital dapat diketahui apabia sensasi tajam hilang apabila gigi

tersebut dihindarkan dari bahan uji. Apabila sensasi tajam tidak kuat

atau semakin sakit dapat dikatakan adanya pulpitis irreversible, bila

tidak terdapat sensasi rasa tajam maka dapat dikatakan sebagai nekrotik

pulpa.

b) Tes Thermal panas

Apabila terdapat respon dari pasien berupa adanya sensasi maka gigi

tersebut masih vital. Pada pasien dengan pulpitis irreversiblemaka akan

terasa sensai panas, namun pada pasien pulpitis reversible sennsasi

tersebut tidak dapat dirasakan (Grossman, dkk., 1995).

c. Pulpitis reversible adalah suatu bentuk inflamasi pulpa yang tidak parah yang

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti karies insipien, erosi servikal, atrisi

oklusal, dan lain-lain yang berupa stimulus ringan atau sebentar dan jika

dilenyapkan penyebabnya, inflamasi akan menghilang dan pulpa kembali

normal (Walton dan Torabinejad, 2008). Stimulusnya bisa berupa panas,

dingin, atau udara. Apabila diberikan stimulus, penderita akan mengalami rasa

sakit. Namun apabila stimulus dihilangkan, rasa sakit pun hilang sedangkan

pulpitis irreversible seringkali merupakan kelanjutan dari pulpitis reversible

(Walton dan Torabinejad, 2008). Pulpitis ireversible merupakan inflamasi

pulpa yang parah dan pulpa tidak dapat kembali sehat seperti semula

Page 10: BAB 2

meskipun penyebabnya telah dihilangkan dan cepat atau lambat akan

berkembang menjadi nekrosis pulpa. Penderita pulpitis ireversible akan

mengalami rasa nyeri yang spontan dan terus menerus (Walton dan

Torabinejad, 2008).

Tabel 2.1 Perbedaan Pulpitis Reversible dan Pulpitis Irreversible

Pulpitis Reversible Pulpitis Irreversible

Inflamasi pulpa tidak terlalu parah,

pulpa dapat kembali pulih

Inflamasi pulpa parah, pulpa tidak

dapat kembali pulih

Terasa sakit bila diberi rangsangan.

Apabila rangsangan dihilangkan,

rasa sakit hilang

Rasa sakit atau nyeri secara

spontan dan terus-menerus

Etiologi: hal-hal yang melukai

pulpa, trauma, syok, alkohol

Etiologi: Bakteri pulpa, karies

Radiografi: tidak ada pelebaran

jaringan periodontal

Radiografi: terdapat pelebaran

jaringan periodontal

Akut: dengan gejala (simtomatik) Akut: luar biasa responsif terhadap

dingin atau panas

Kronis: tanpa gejala (asimtomatik) Kronis: asimtomatik dengan

terbukanya pulpa, pulpitis

hiperplastik, resorpsi internal

(Grossman, dkk., 1995)

C. Pembahasan

1. Menurut Henry H. Burchard (2009), pulpitis adalah fenomena peradangan dalam

jaringan pulpa. Pulpitis merupakan peradangan pulpa, kelanjutan dari hiperemi

pulpa, yaitu bakteri yang telah menggerogoti jaringan pulpa. Menurut Ingle, atap

pulpa mempunyai persyarafan terbanyak dibanding bagian lain pada pulpa. Jadi,

Page 11: BAB 2

saat melewati pembuluh saraf yang terbanyak ini, bakteri akan menimbulkan

peradangan awal dari pulpitis akut (Tarigan, 2002). Peradangan merupakan reaksi

jaringan ikat vaskuler yang sangat penting terhadap cedera. Reaksi pulpa

sebagian disebabkan oleh lama dan intensitas rangsangnya. Rangsang yang ringan

dan lama bisa menyebabkan peradangan kronik, sedangkan rangsang yang berat

dan tiba-tiba besar kemungkinan mengakibatkan pulpitis akut (Walton dan

Torabinejad, 2003).

a. Pulpitis reversible

1) Pengertian

Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika

penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa kembali

normal (Walton dan Torabinejad, 2003).

2) Patofisiologi

Pulpitis awal dapat terjadi karena karies dalam, trauma, tumpatan resin

komposit/ amalgam/ ionomer gelas. Gambaran mikroskopis ditandai oleh

lapisan odontoblas rusak, vasodilatasi, udem, sel radang kronis, kadang

sel radang akut (Standar Pelayanan Medis, 1999).

3) Faktor Penyebab

Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel adalah

stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau

atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretasi periodontium

yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka

(Walton dan Torabinejad, 2003).

4) Gejala

Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang

hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman

dingin dari pada panas dan oleh udara dingin. Tidak timbul spontan dan

tidak berlanjut bila penyebabnya ditiadakan. Perbedaan klinis antara

pulpitis reversibel dan ireversibel adalah kuantitatif; rasa sakit pulpitis

ireversibel adalah lebih parah dan berlangsung lebih lama. Pada pulpitis

reversibel, penyebab sakit umumnya peka terhadap stimulus, seperti air

dingin atau aliran udara, sedangkan pada pulpitis ireversibel rasa sakit

datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimtomatik dapat

disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali

Page 12: BAB 2

setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik (Grossman et

al, 1995.).

5) Pemeriksaan

Diagnosis berdasarkan suatu studi mengenai gejala pasien dan

berdasarkan tes klinik. Rasa sakitnya tajam, berlangsung beberapa detik,

dan umumnya berhenti bila stimulusnya dihilangkan. Dingin, manis, atau

asam biasanya menyebabkan rasa sakit. Rasa sakit dapat menjadi kronis.

Meskipun masing-masing paroksisme (serangan hebat) mungkin

berlangsung sebentar, paroksisme dapat berlanjut berminggu-miggu

bahkan berbulan-bulan. Pulpa dapat sembuh sama sekali atau rasa sakit

tiap kali dapat berlangsung lebih lama dan interval keringanan dapat

menjadi lebih pendek, sampai akhirnya pulpa mati. Karena pulpa sensitif

terhadap perubahan temperatur, terutama dingin, aplikasi dingin

merupakan suatu cara untuk menemukan dan mendiagnosis gigi yang

terlibat. Sebuah gigi dengan pulpitis reversibel secara normal bereaksi

terhadap perkusi, palpasi, dan mobilitas, dan pada pemeriksaan

radiografik jaringan apikal adalah normal (Grossman et al, 1995.).

6) Diagnosis Banding

Pada pulpitis reversibel, rasa sakit umumnya tidak terus menerus,

berlangsung beberapa detik, sedangkan pada pulpitis ireversibel, rasa sakit

dapat berlangsung beberapa menit atau lebih lama. Gambaran pasien

mengenai rasa sakit, terutama mengenai permulaannya, sifatnya dan

lamanya, sering merupakan bantuan yang tidak ternilai sampai pada

diagnosis banding yang tepat. Tes termal berguna untu menemukan gigi

bersangkutan bila tidak diketahui. Tes pulpa listrik, menggunakan lebih

sedikit arus dibandingkan pada gigi kontrol, merupakan suatu tes

menguatkan yang baik (Grossman et al, 1995.).

7) Perawatan

Menghilangkan iritan dan menutup serta melindungi dentin yang

terbuka atau pulpa vital biasanya akan menghilangkan gejala (jika ada)

dan memulihkan proses inflamasi jaringan pulpa. Akan tetapi jika iritasi

ini berlanjut atau intensitasnya meningkat, inflamasi akan berkembang

menjadi sedang bahkan parah yang akhirnya menjadi pulpitis ireversibel

dan bahkan nekrosis (Walton dan Torabinejad, 2003).

Page 13: BAB 2

b. Pulpitis Irreversible

1) Pengertian

Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan

dari pulpitis reversibel. Pulpitis ireversibel merupakan inflamasi parah

yang tidak bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Cepat atau

lambat pulpa akan menjadi nekrosis (Walton dan Torabinejad, 2003).

2) Patofisiologi

Radang pulpa akut akibat karies yang lama. Kerusakan jaringan pulpa

mengakibatkan gangguan sistem mikrosirkulasi pulpa yang berakibat

udem, syaraf tertekan, dan menimbulkan nyeri hebat (Standar Pelayanan

Medis, 1999).

3) Faktor Penyebab

Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas

selama porsedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat

trauma atau pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsia dapat pula

menyebabkan pulpitis ireversibel (Walton dan Torabinejad, 2003).

4) Gejala

Gejala pulpitis ireversibel biasanya asimtomatik atau pasien hanya

mengeluhkan gejala yang ringan. Akan tetapi, pulpitis reversibel dapat

juga diasosiasikan dengan nyeri spontan (tanpa stimuli eksternal) yang

intermiten atau terus-menerus. Nyeri pulpitis ireversibel dapat tajam,

tumpul, setempat, atau difus (menyebar) dan bisa berlangsung hanya

beberapa menit atau berjam-jam. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih

sulit dibandingkan dengan nyeri periradikuler dan menjadi lebih sulit

ketika nyerinya semakin intens. Aplikasi stimulus eksternal seperti dingin

atau panas dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan (Walton dan

Torabinejad, 2003).

5) Pemeriksaan

Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke

periapeks, respons gigi terhadap palpasi dan perkusi berada dalam batas

normal. Penjalaran inflamasi hingga mencapai ligamen periodontium akan

mengakibatkan gigi peka terhadap perkusi dan nyerinya lebih mudah

ditentukan tempatnya (Walton dan Torabinejad, 2003).

6) Perawatan

Page 14: BAB 2

Perawatan endodontik disesuaikan dengan keadaan gigi, yaitu gigi

apeks terbuka dan gigi apeks tertutup. Pada dewasa muda dengan pulpitis

ringan dilakukan pulpotomi (Ca(OH)2) dan pada pulpitis yang

berlangsung lama dilakukan pulpotomi foromoeresol menunggu

apeksogenesis. Pada gigi dewasa dengan perawatan saluran akar dan

dilanjutkan restorasi yang sesuai (Standar Pelayanan Medik, 1995).

2. Pemeriksaan subjektif

Pada skenario disebutkan bahwa gigi 46 pasien terasa sakit dan ngilu yang

muncul secara tiba-tiba. Menurut Torabinejad dan Walton (2009), gejala pulpitis

irreversible adalah nyeri terus-menerus tanpa pengaruh rangsangan dan nyeri

spontan yang berlangsung setiap hari. Sesuai dengan pernyataan tersebut, keluhan

pasien mengarah pada pulpitis irreversible. Selain itu, disebutkan bahwa gigi 46

pasien sudah berlubang pada bagian oklusal, hal ini dapat menjadi etiologi pulpitis

irreversible karena adanya karies pada gigi memudahkan invasi bakteri ke dalam

pulpa. Terutama jika karies tersebut tidak diobati, maka invasi bakteri akan

semakin mendekati pulpa sehingga menyebabkan terjadinya pulpitis atau nekrosis

pulpa (Grossman, 1995).

3. Pemeriksaan objektif

Pada pemeriksaan objektif yang dilakukan berupa sondasi, perkusi, palpasi,

dan tes termal didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Sondasi (-)

b. Perkusi (+)

c. Palpasi (-)

d. Tes thermal (-)

Menurut Torabinejad dan Walton (2005), pada kasus pulpitis irreversible, jika

inflamasi hanya mengenai jaringan pulpa dan belum menjalar ke apikal maka saat

dilakukan tes palpasi dan perkusi hasilnya negatif. Namun, jika inflamasi sudah

sampai ke membran periodontal maka pasien akan berespon positif saat dilakukan

tes palpasi dan perkusi. Pada skenario disebutkan bahwa pasien bereaksi positif

pada tes perkusi, maka dapat diindikasikan pulpitis irreversible (Grossman,

1995).

Pada pemeriksaan selanjutnya yaitu tes thermal dengan hasil negatif.

Seharusnya pada pasien dengan pulpitis irreversible akan merespon positif saat

dilakukan tes termal karena pulpitis irreversible akan bereaksi dengan suhu panas

Page 15: BAB 2

ataupun dingin dan rasa sakitnya akan menetap. Kemungkinan terjadi kesalahan

prosedur saat melakukan tes termal sehingga menghasilkan negative false

(Grossman, 1995).