bab 2

53
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diare 1. Pengertian Penyakit Diare Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja ( feses ) yang tidak normal dan cair. Di bagian Ilmu kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Dr. Rusepno Hasan, 1985:283). Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali, jadi dari beberapa pengertian dari diare dapat di artikan sebagai pengeluaran feses yang mudah dan berair, terjadi lebih dari 3 kali dalam satu hari. 15

Upload: yuhadi-luph-yunita

Post on 11-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TINJAUAN PUSTAKA

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diare

1. Pengertian Penyakit Diare

Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja

( feses ) yang tidak normal dan cair. Di bagian Ilmu kesehatan Anak

FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak

normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak

dari biasanya (Dr. Rusepno Hasan, 1985:283).

Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah

lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan

anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali, jadi dari beberapa pengertian

dari diare dapat di artikan sebagai pengeluaran feses yang mudah dan

berair, terjadi lebih dari 3 kali dalam satu hari.

2. Penyebab Penyakit Diare pada Anak Balita

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan penyakit diare pada

anak balita yaitu:

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi bakteri

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan

penyebab utama diare pada anak, Jenis infeksi yang

umumnya menyerang sebagai berikut :

15

Page 2: BAB 2

16

a) Kuman E.coli dikenal sebagai sebagai salah satu

penyebab diare terberat pada bayi yang baru lahir

karena di dalam usus halus bayi terdapat banyak

kuman E.coli, kuman ini mengeluarkan sejenis racun

yang merusak selaput lendir usus halus.

b) Kolera adalah penyakit yang menyerang saluran

pencernaan yang disebabkan kuman Vibrio

Cholerae. Infeksi kolera ditularkan melalui mulut

bersama makanan atau minuman yang sudah

terkontaminasi kuman Vibrio Cholerae dan

menyerang dinding usus halus.

c) Salmonella tergolong penyakit yang juga menyerang

sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare

mirip dengan typus. penularan basil ini melalui

binatang . Kontaminasi terjadi jika anak memakan

makanan yang mengandung salmonella. Penderita

dalam proses penyembuhan penyakit ini , terutama

bayi,merupakan sumber basil ini (Widjaja M.C,

2002:14).

2) Infeksi Basil ( disentri ) biasanya menyerang anak

yang kurang baik imunisasinya. Basil ini mempunyai

racun (toksin) yang menyebabkan infeksi pada dinding

usus.

Page 3: BAB 2

17

3) Infeksi virus digolongkan menjadi tiga yaitu ; virus

entero cytopathogenic, virus poliomyelitis, dan virus

cosaxackle. Virus ini ditularkan melalui udara atau melalui

tinja.

4) Infeksi cacing ( askaris ) menular melalui jari atau

tangan, debu yang mengandung telur askaris masuk

kedalam mulut melewati makanan, menembus dinding

usus 12 jari (duodenum ), kemudian terus kepembuluh

darah kapiler bergerak kejantung, pembuluh paru,

tenggorokan, dan tertelan kesaluran pencernaan kemudian

menetap di usus halus,cacing inilah yang akhirnya

menyebabkan anak serta balita menderita diare.

5) Infeksi jamur ( Candidiasis ) yang biasa menyerang

adalah candida albicans, jamur ini sering menyebabkan

diare, infeksi kulit dan bronkhitis.

6) Keracunan makanan, makanan yang mengandung

bahan atau zat beracun enzim dan toxin disebabkan oleh

jamur myocotoxisis yang terdapat pada makanan yang

telah basi.

7) Inteloransi ( lactosa intolerance )

Intoleransi bisa disebabkan oleh kuman dan virus pada

umumnya menyebabkan kerusakan selaput lendir usus

halus. Selaput lendir memiliki enzim-enzim yang berguna

Page 4: BAB 2

18

untuk mencerna karbohidrat, jika selaput lendir ini rusak

karbohidrat tidak dapat diserap oleh usus.

Hal inilah yang menyebabkan gangguan fungsi usus dan

diare (Widjaja M.C, 2002:18).

b. Intoleransi Makanan (malabsorbsi)

1) Malabsorbsi Karbohidrat.

Pada bayi kepekaan terhadap makanan yang

terdapat lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan

diare.

2) Malabsorbsi lemak.

Makanan yang terdapat lemak disebut tryglyserida

dengan bantuan kelenjar lipase mengubah lemak menjadi

micelles yang siap diasorbsi usus. Jika tidak ada lipase

dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul

karena lemak tidak diserap secara baik dengan gejala tinja

mengandung lemak (Widjaja M.C, 2002:20).

c. Faktor Makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang

tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran mentah,

dan kurang matang.

d. Faktor Psikologis

Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak, dapat

menyebabkan diare kronis.

Page 5: BAB 2

19

3. Gejala Penyakit dan Akibat Diare pada Anak Balita

a. Gejala

1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu

badannya pun meninggi.

2) Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah.

3) Nafsu makan berkurang atau tidak ada.

4) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan

cairan empedu

5) Anusnya lecet.

6) Gangguan gizi akibat intake ( asupan ) makanan

yang kurang.

7) Muntah sebelum atau sesudah diare.

8) Hipoglikemia ( penurunan kadar gula darah ).

9) Dehidrasi ( Kekurangan cairan ).

Dehidrasi berat di tandai dengan kulit bayi

mengkerut, mata cekung, ubun-ubun cekung, serta mulut

bibir anak atau balita pecah-pecah, denyut nadi kurang

(lemah), denyut jantung cepat, dan kehilangan kesadaran

(Widjaja M.C, 2002:7).

Anak-anak dengan diare yang berat akan meninggal

bukan karena infeksi tetapi karena kehilangan cairan dan

Page 6: BAB 2

20

elektrolit yang sangat banyak (misalnya, sodium,

potasium, kalium, basa) dari buang air besarnya.

b. Akibat Diare

Diare yang terus menerus biasanya akan mengakibatkan :

1) Dehidrasi

Dehidrasi akan mengakibatkan gangguan

keseimbangan metabolisme tubuh dan dapat

mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih

disebabkan karena bayi kehabisan cairan tubuh yang tidak

seimbang dengan pemasukan serta pengeluaran melalui

muntah dan berak meskipun berlangsung sedikit demi

sedikit. Menurut Widjaja M.C, 2002 dehidrasi yaitu :

keadaan yang berlangsung selama 2-3 hari dapat

mengakibatkan kematian pada bayi, dehidrasi dibagi

menjadi 3 bagian yaitu dehidrasi ringan jika tubuh

kehilangan cairan 5%, dehidrasi sedang jika tubuh

kehilangan cairan kurang dari 10% dan dikatakan

dehidrasi berat apabila tubuh kehilangan cairan lebih dari

10%.

Cara pencegahan yang baik untuk pencegahan

dehidrasi yaitu dengan cara pengobatan dini dengan cairan

baik lewat mulut atau pada beberapa negara dengan

memberikan cairan lewat sonde lambung, intraperi tonial

Page 7: BAB 2

21

atau lewat subkutan, dalam waktu misalnya, kurang dari

24 jam dipusat dehidrasi atau balai pengobatan.

2) Gangguan pertumbuhan

Gangguan ini terjadi karena asupan makan terhenti

sementara pengeluaran zat gizi terus berjalan. Pada diare

kronis ( menahun ) seandainya bayi tidak meninggal ,

bayi akan terus menerus mengalami penurunan berat

badan sehingga pertumbuhan fisiknya terhambat ( dr. M.

C. Widjaja, 2002 : 7 ).

Seperti diketahui, 60% otak anak terjadi sejak anak

berada masih dalam kandungan sampai berusia 2 tahun.

Diare yang terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun dan

balita akan terganggu perkembangan otaknya. Volume

otak menjadi kecil dan jaringan otak menjadi lebih sedikit

dibanding mereka yang pertumbuhannya normal. Daya

tahan tubuh yang menurun pada anak balita yang kurang

gizi akan membuat pertahanan tubuhnya rapuh dan mudah

diserang berbagai kuman penyakit. Dibandingkan dengan

diare akut, diare kronis ( menahun ) paling sering

menyebabkan kematian. Kematian ini juga disebabkan

oleh infeksi sekunder yang terjadi akibat diare, seandainya

anak balita tidak meninggal, anak balita akan terus

Page 8: BAB 2

22

menngalami penurunan berat badan sehingga

pertumbuhan fisiknya terhambat.

4. Pencegahan Penyakit Diare Pada Anak Balita

Secara umum menurut DepKes RI, 2003 Penyakit diare

sebenarnya dapat kita cegah dengan cara sebagai berikut:

a. Menggunakan air bersih atau air minum, misalnya berasal

dari air perpipaan yang terlindung dari pencemaran, air sumur

pompa tangan, air sumur gali, air pancuran dari mata air.

b. Makanan dan minuman yang dimasak serta makanan yang

di simpan ditempat yang tertutup agar terhindar dari lalat.

c. Buang air besar di jamban atau kakus yang memenuhi

kesehatan.

d. Menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan

dengan sabun setiap kali sesudah membuang air besar, mencuci

tangan sebelum makan, menjaga kebersihan agar kuku tangan

tidak panjang dan dijaga kebersihannya.

e. Selalu menjaga kebersihan alat-alat rumah tangga, mencuci

alat-alat makan dan minum dengan sabun dan air bersih

terutama alat makan dan minum anak balita contohnya botol

susu anak balita harus dicuci dengan sabun sebelum digunakan

kemudian direndam dengan air panas yang matang.

f. Memakan makanan yang bergizi.

Page 9: BAB 2

23

g. Menjaga agar lingkungan tempat tinggal tetap bersih.

menjaga agar halaman rumah tetapbersih dari sampah serta

kotoran lainnya

h. Pembuatan jamban keluarga yang sehat tidak terlalu dekat

dengan sumber air minum, minimal dengan jarak 10 meter dari

sumber air minum.

Diare pada anak dan balita di daerah tropis biasanya

disebabkan oleh infeksi usus. Cara terbaik mencegahnya adalah

dengan pemberian ASI, mengingat memberikan ASI ini bersih

dan komposisi yang tepat dan mengandung bahan anti infeksi

yang akan melindungi anak balita terhadap penyakit diare.

Mengunakan alat-alat makan anak balita yang bersih khususnya

bila anak balita yang sudah membutuhkan makan buatan,

penggunaan air matang, pendidikan kesehatan untuk orang tua

harus diperhatikan dalam pencegahan penyakit diare pada anak

balita.

Penyakit diare dapat berkurang jumlahnya, apabila

penyediaan air bersih yang baik sehingga si ibu dapat senantiasa

menjaga kebersihan keluarga dengan menjaga alat-alat makan

dan minum alat makan dan minum anak balita contohnya botol

susu anak balita harus dicuci dengan sabun sebalum digunakan

kemudian direndam dengan air panas yang matang agar kuman

yang menempel dibotol susu mati, membuang sampah secara

Page 10: BAB 2

24

baik agar lalat tidak dapat hidup, apabila orangtua cukup

mengetahui dan menyadari penyakit diare maka yang

bersangkutan harus memperhatikan hal-hal diatas supaya tidak

terjadi diare.

Untuk pencegahan penyakit diare pada anak balita di

lakukan menurut dengan cara sebagai berikut :

1) Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi .

Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal

dan seimbang untuk dicerna diserap secara optimal oleh

bayi ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan

sampai umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang

dibutuhkan selama masa ini (Widjaja M.C,2002:43).

ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain : susu

formula atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-

bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor.

Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan

tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari

bahaya bakteri dan organisme lain yang akan

menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui

secara penuh. Bayi –bayi harus disusui secara penuh

sampai mereka berumur 4-6 bulan .

Page 11: BAB 2

25

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik

dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang

dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan

terhadap diare Pada bayi yang baru lahir pemberian ASI

secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar

terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai

dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui

mencegah tumbuhnya bakteri penyabab diare. Pada bayi

yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama

kehidupan, risiko mendapat diare adalah 30 x lebih besar.

Pemberian susu formula merupakan cara lain dari

menyusui Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya

menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga

mengakibatkan terjadinya gizi buruk. Hal ini dapat

disebabkan karena ASI mengandung nilai gizi yang tinggi,

adanya antibodi Ig A yang berfungsi untuk melindungi

bayi dari mikroba patogen di sekitarnya. Ig A juga

melindungi bayi dari protein asing sehingga tidak mudah

terkena alergi sehingga bayi yang meminum ASI lebih

jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya. ASI juga

mengandung zat-zat lain seperti ; sel-sel leukosit, enzim,

Page 12: BAB 2

26

hormon, dan lain-lain yang berfungsi melindungi bayi

terhadap berbagai infeksi.

2) Makanan pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat

bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan

orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang

berbahaya bagi bayi, sebab prilaku pemberian makanan

pendamping dapat menungkatkan resiko terjadinya diare

atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kematian

( DepKes RI, 2003 ; 155).

Apabila bayi harus diberi makanan pendamping

seperti, susu botol karena ibunya sudah tidak bisa

memberikan ASI lagi yang harus diperhatikan oleh ibu

adalah, memperhatikan besar kecilnya lubang dot botol

susu. Jika lubang terlalu kecil , susu yang diiasap lebih

sedikit dibanding udara yang terhisap bayi, sehingga

mengakibatkan anak kembung dan cengeng, perlu juga

diperiksa tingkat keenceran susunya karena apabila susu

terlalu encer akan membuat bayi lapar terus dan kurang

gizi, terlebih lagi apabila ibu tidak memperhatikan

frekuensi pemberiannya. Sebaliknya susu yang terlalu

kental dapat mengakibatkan diare, harus diperhatikan,

dalam 24 jam bayi harus diberi minum paling sedikit 150

Page 13: BAB 2

27

ml susu per kg berat badannya. Misalnya bayi berumur 5

bulan dengan berat badan 6 kg, harus menerima susu

sebanyak 900 ml dalam 24 jam. Sebaiknya tidak terlalu

sering mengubah jenis susu, karena menyebabkan

lambung bayi berulang-ulang beradaptasi dengan jenis

susu baru, bahkan dapat saja bayi alergi terhadap salah

satu susu formula tertentu dan mengalami diare

berkepanjangan

3) Penggunaan Air Bersih

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare di

tularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan

dengan memasukan kedalam mulut cairan atau benda yang

tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari

tangan, makanan yang disiapkan, makanan yang disiapkan

dalam panci yang di cuci dengan air yang tercemar

(DepKes RI, 2003;203).

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air

yang benar-benar bersih mempunyai resiko terkena diare

lebih kecil di bandingkan masyarakat yang tidak mendapat

penyediaan air bersih yang baik. Masyarakat dapat

mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari

kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan

Page 14: BAB 2

28

dirumah. Di berbagai daerah, diare terjadi akibat sanitasi

penggunaan air yang tidak bersih, ibu mengunakan air

yang tidak dimasak sebelum digunakan untuk keperluan

makan keluarga terutama untuk keperluan balita, seperti

mencuci peralatan makan minum bayi sehingga bakteri

yang menempel diperalatan makan dan minum bayi ikut

masuk kedalam tubuh bayi pada saat bayi makan dan

minum menggunakan peralatan yang sudah terkontaminasi

tersebut. Oleh sebab itu sebaiknya keluarga menggunakan

air yang bersih.

4) Mencuci Tangan

Di kota besar, kebiasaan ibu menyuapi anak dengan

tangan yang kurang bersih sering terlihat. Ibu sering

langsung memberikan makan, memegang bayi, serta

menyiapkan makan anak balita tanpa mencuci tangan

terlebih dahulu dengan sabun, hal inilah yang paling

sering mengakibatkan anak balita menderita diare

berulang kali ( DepKes RI, 2003;215).

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare

adalah kebiasaan mencuci tangan. Hendaknya orangtua

mengetahui pentingnya Mencuci tangan dengan sabun,

terutama setelah buang air besar, sesudah membuang tinja

Page 15: BAB 2

29

anak, sebelum menyiapkan makan, sebelum menyuapi

makan anak, sebelum makan, karena mempunyai dampak

yang besar dalam kejadian diare.

5) Menggunakan Jamban

Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus

membuat jamban keluarga agar keluarga membuang tinja

di jamban, termasuk sebagai tempat membuang tinja bayi.

Keluarga yang mempunyai jamban sudah memenuhi

standar kesehatan dapat dipakai seluruh anggota keluarga,

mempunyai resiko lebih kecil terhadap kejadian diare dari

pada keluarga yang tidak mempunyai jamban ( DepKes

RI, 2003 ; 160 ).

Tinja harus dibuang secara benar. Oleh sebab itu

sarana pembuangan kotoran diperhatikan oleh keluarga,

khususnya tinja bayi dikumpulkan segera lalu buang ke

jamban dan membantu anak-anak buang air besar ditempat

tersedia berupa jamban keluarga yang bersih dan mudah

dijangkaunya. Bila tidak ada jamban supaya dipilih tempat

untuk membuang tinja anak seperti, didalam lubang atau

di kebun kemudian ditimbun dengan tanah. Supaya tinja

tertutup dan setelah buang air besar kemudian tangan

dicuci dengan sabun, dengan demikian dapat mencegah

penularan penyakit diare melalui upaya sanitasi

Page 16: BAB 2

30

lingkungan dan juga melelui kebersihan dirinya setelah

buang air besar.

Bertambahnya jumlah penduduk yang tidak

sebanding dengan sarana prasarana termasuk sarana

pembuangan kotoran manusia yang tidak mencukupi,

mengingat kotoran manusia ( feses) yang dibuang

sembarangan maka hal ini akan menjadi sumber

penyebaran berbagai penyakit yang multikompleks dibawa

oleh feses. Lingkungan tercemar oleh feses melalui,

serangga (lalat, kecoa), tikus dapat mencemari makanan,

minuman, sayuran. Oleh karena itu sebaiknya di

upayakan untuk mengurangi pencemaran tinja terhadap

lingkungan melalui pembuangan kotoran manusia yang

dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan tinja orang

dewasa, anak dan bayi harus dibuang pada tempat tertentu

atau jamban yang sehat.

6) Pemberian imunisasi

Imunisasi di berikan guna memberi efek kekebalan

pada tubuh, hingga usia 5 bulan bayi mendapat kekebalan

tubuh dari ibunya, namun daya tahan tersebut akan

berkurang dari tubuh bayi oleh karena itu di perlukan

imunisasi agar bayi mempunyai daya tahan tubuh untuk

Page 17: BAB 2

31

mengurangi angka kesakitan dan kematian. ( DepKes RI,

2003;342).

Ada 5 jenis imunisasi yang wajib di peroleh bayi

sebelum umur setahun adalah sebagai berikut:

a) Imunisasi BCG

Ketahanan terhadap penyakit TB

(Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus

tubercle bacil yang hidup didalam darah. Itulah

mengapa agar memiliki kekebalan aktif,

dimasukkan jenis basil tak berbahaya ini ke dalam

tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Celmette-

Guerin).

b) Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi ini merupakan langkah efektif untuk

mencegah masuknya VHB, yaitu virus penyebab

penyakit hepatitis B. Hepatitis B dapat menyebabkan

sirosis atau pengerutan hati, bahkan lebih buruk lagi

mengakibatkan kanker hati.

c) Imunisasi Polio

Imunisasi polio akan memberikan kekebalan

terhadap serangan virus polio. Penyakit akibat virus

ini dapat menyebabkan kelumpuhan.

Page 18: BAB 2

32

d) Iminisasi DPT

Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan

penyakit difteri, tetanus, dan pentusis, menyingkir

jauh dari tubuh si kecil.

e) Imunisasi Campak

Sebenarnya bayi sudah mendapatkan

kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring

bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin

menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat

pemberian vaksin campak. Penyakit ini disebabkan

oleh virus Morbili. Pemberian imunisasi campak

sangat penting untuk mencegah penyakit diare pada

anak oleh karena itu sebaiknya imunisasi campak

segera di berikan setelah anak berusia 9 bulan.

5. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Terjadinya Penyakit

Diare Pada Anak Balita

Terjadinya penyakit diare pada anak balita dapat di pengaruhi

oleh berbagai macam faktor antara lain :

a. Keadaan Gizi Balita

Sebagian penderita penyakit diare adalah anak-anak usia

dibawah lima tahun. Anak dengan gizi yang cukup baik akan

mudah untuk mengganti zat-zat nutrisi yang hilang atau terkuras

Page 19: BAB 2

33

akibat infeksi. Akan tetapi bagi anak yang gizinya kurang baik,

akan sulit untuk mampu mempertahankan kondisi tubuhnya dari

infeksi penyakit diare. ( DepKes RI, 2003;278). Dengan kata

lain seseorang yang gizinya baik daya tahan tubuhnya semakin

kuat dalam menahan serangan penyakit diare.

Kwashiorkor yang merupakan salah satu penyakit gizi

kurang salah satu gejalanya adalah gastrointestinal yang

mengakibatkan segala makanan yang diberikan ditolak oleh

lambung mengakibatkan bayi selalu muntah setelah makan

ataupun minum, intoleransi laktosa juga sering ditemukan

sehingga pemberian susu sapi pada anak atau bayi memperhebat

diare, oleh karena itu sebaiknya seorang ibu dapat memenuhi

kebutuhan gizi yang diperlukan bayinya dengan memberikan

ASI ekslusif untuk mencegah bayi terkena diare dan berikan

makanan pendamping yang bergizi sesuai kebutuhan anak dan

bayi apabila balita sudah tidak minum ASI lagi.

b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

‘'Bersih adalah bebas dari kotoran: supaya kita sehat,

segala sesuatu diusulkan tetap..’’(Depdiknas, 2003: 142). ‘’sehat

adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa

tidak mempunyai keluhan apapun tidak terdapat tanda-tanda

suatu penyakit dan kelainan’’ (Effendy, 1998: 156).

Page 20: BAB 2

34

Perilaku bersih adalah perilaku proaktif memelihara dan

meningkatkan kesehatan, dengan cara bebas dari kotoran agar

terlindung dari ancaman penyakit serta partisipasi aktif dalam

upaya kesehatan. Sedangkan, ‘’perilaku sehat adalah perilaku

proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah

resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman

penyakit serta partisipasi aktif dalam upaya kesehatan ‘’(Depkes

RI, 2003: 1).

‘’Perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota

keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang

kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan

di masyarakat’’ (Depkes RI’ 2007: 2)

‘’Perilaku hidup bersih dan sehat adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi

perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan

membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan

membersihkan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap

dan perilaku’’ (Depkes RI 2003: 1).

Dengan kata lain perilaku hidup bersih dan sehat adalah

upaya proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

mencegah resiko terjadinya penyakit. Baik pada diri sendiri,

keluarga (rumah tangga), kelompok maupun lingkungan sekitar.

Page 21: BAB 2

35

1) Menggunakan Air Bersih

Menurut PerMenKes RI nomor

416/Menkes/per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat Dan

Pengawasan Kualitas Air, yang dimaksud dengan sarana

air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan

kehidupan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum langsung.

Syarat-Syarat Air Minum Yang Sehat:

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air

tesebut memenuhi persyaratan kesehatan menurut Prof.Dr.

Soekidjo Notoatmodjo,1996;153, sebagai berikut :

a) Syarat Fisik

Persyaratan fisik air minum yang sehat adalah

bening ( tidak berwarna ), tidak berasa, tidak berbau,

dan suhu dibawah suhu udara diluarnya.

b) Syarat Bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus

babas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen.

Cara untuk mengetahui air minum terkontaminasi

oleh bakteri patogen yaitu dengan memeriksa contoh

air tesebut.

Page 22: BAB 2

36

Hasil pemeriksaan 100cc air terdapat kurang 4

bakteri E.coli maka air tersebut sudah memenuhi

syarat kesehatan.

c) Syarat Kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-

zat tertentu didalam jumlah tertentu pula.

Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia

didalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis

pada manusia.

2) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Mencuci tangan disarankan apabila setiap kali

tangan kita kotor (setelah memegang uang, setelah

menceboki bayi, anak dan kita sendiri, sebelum makan dan

menyuapi anak, sebelum memegang makanan serta

sebelum menyusui bayi. Tetapi yang di utamakan sebelum

makan dan sesudah buang air besar.

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu

tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari

jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk

menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.

Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah

satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena

tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman

Page 23: BAB 2

37

dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke

orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak

tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain

seperti handuk, gelas).

Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran

manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti

ingus, dan makanan atau minuman yang terkontaminasi

saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan

bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar

bahwa dirinya sedang ditularkan.

Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad ke 19

dengan tujuan menjadi sehat saat perilaku dan pelayanan

jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka

kematian dari penyakit menular yang terdapat pada

negara-negara kaya (maju). Perilaku ini diperkenalkan

bersamaan dengan ini isolasi dan pemberlakuan teknik

membuang kotoran yang aman dan penyediaan air bersih

dalam jumlah yang mencukupi.

Kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan dengan

sabun di tempat tempat dimana mencuci tangan

merupakan praktik umum yang dilakukan sehari-hari, dan

banyak terdapat sabun dan air bersih, orang tidak

menyadari untuk mencuci tangannya dengan sabun.

Page 24: BAB 2

38

Pada lingkungan pemukiman yang padat dan kumuh,

kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dengan benar

dapat menurunkan separuh dari penderita typoid.

Cara mencuci tangan yang baik dan benar menurut

WHO :

a) Basahi terlebih dahulu kedua tangan dengan air

mengalir

b) Beri sabun secukupnya

c) Gosok kedua telapak tangan dan punggung tangan

d) Gosok kedua sela-sela jari kedua tangan

e) Gosok kedua telapak dengan jari-jari rapat

f) Jari-jari tangan dirapatkan sambil digosok ketelapak

tangan, tangan kiri kekanan, dan sebaliknya.

g) Gosok ibu jari secara berputar dalam genggaman

tangan kanan, lakukan tangan sebaliknya.

h) Gosokkan kuku jari kanan memudar ketelapak

tangan kanan, lakukan sebaliknya.

i) Basuh dengan air

j) Keringkan tangan dengan handuk

k) Matikan kran air dengan handuk (Kusuma &

Nurarif, 2012).

Page 25: BAB 2

39

Waktu mencuci tangan yaitu pada saat bersentuhan

dengan orang lain, permukaan atau benda, kuman akan

makin bertambah ditangan. Kuman yang menempel

ditangan, kemungkinan seseorang dapat menginfeksi didri

sendiri. Meskipun tidak membunuh kuman, tindakan

mencuci tangan dapat membatasi penyebaran kuman,

bakteri, dan virus.

Menurut (Ikasosrosoewito, 2012) berikut waktu

mencuci tangan yang disarankan:

a) Cucilah tangan sebelum menyiapkan makanan,

mengobati luka, memberikan obat, merawat orang

yang terluka dan lain-lain.

b) Cucilah tangan sesudah menyiapkan makanan

terutama daging mentah, buang air di toilet,

menyentuh binatang atau sampah, mengobati luka

dan lain-lain.

Manfaat dari mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun untuk membunuh kuman penyakit yang

ada ditangan, mencegah penularan penyakit seperti

diare, typoid, kolera disentri, kecacingan, penyakit

kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), flu

burung atau Severe Acute.

Page 26: BAB 2

40

3) Menggunakan Jamban Sehat

Pengertian jamban keluarga menurut menurut

Prof.Dr. Soekidjo Notoatmodjo,1996;158, adalah

merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk

membuang kotoran manusia yang lazim disebut dengan

WC atau kakus, dengan demikian jamban keluarga adalah

cara pembuangan kotoran dengan membuat lubang

kedalam tanah untuk memisahkan dan menyimpan kotoran

sedemikian rupa, sehingga bakteri-bakteri yang

membahayakan kesehatan manusia, tidak dapat disebarkan

oleh serangga atau binatang-bintang lain sebagai perantara

penyakit menular. Dapat disimpulkan bahwa jamban

keluarga merupakan tempat yang digunakan untuk

membuang kotoran manusia, keluarga dapat

memanfaatkan jamban keluarga dengan baik agar kotoran

manusia tidak mencemari tanah, air, udara dan tidak

menjadi tempat berkembang biaknya lalat, kecoa,

serangga lainnya, binatang penggangu yang dapat

menularkan penyakit khususnya penyakit diare.

Pembuangan kotoran manusia yang tidak memenuhi syarat

dapat menimbulkan masalah kesehatan karena tanah, air,

udara mudah tercemar oleh bakteri terkena penyakit

penyakit diare.

Page 27: BAB 2

41

Pembuangan kotoran yang memenuhi syarat dapat

memutuskan mata rantai penularan penyakit terutama

penyakit yang berasal dari tinja manusia.

Macam-Macam Jamban Keluarga Menurut Prof.Dr.

Soekidjo Notoatmodjo,1996;161 ada beberapa macam

jamban keluarga antara lain yaitu :

a) Jamban Cemplung ( Pit Privy )

Jamban keluarga ini merupakan jamban

yang paling sederhana dan biasanya dipakai oleh

masyarakat pedesaan karena cara membuangnya

mudah, biayanya murah dan tidak memerlukan

banyak air untuk membuang tinja. Jamban cemplung

ini hanya terdiri dari sebuah galian yang diatasnya

diberi lantai dan tempat jongkok kelubang galian

tempat penampung kotoran, tidak terdapat alat

apapun sebagai penyalur maupun penghalang.

b) Jamban Leher Angsa ( Water Seal Latrine )

Jamban jenis ini prinsipnya sama dengan

jamban jenis cemplung, tetapi merupkan modifikasi

dengan closet yang berbentuk leher angsa. Jamban

ini sangat ideal sekali untuk mencegah timbulnya

bau, karena tedapat air pada sealnya, selain itu juga

Page 28: BAB 2

42

dapat mencegah masuknya serangga dan binatang

penggangu lainya.

c) Jamban Bor ( Bor Hole Latrine )

Jamban ini cara pembuatan lubangnya tidak

digali, melainkan dengan cara dibor ( bor auger ).

Diameter lubang antara 30 – 40 cm, sedangkan

dalamnya antara 4 – 8 meter.

d) Jamban Kimia

Jamban ini sering digunakan sebagai sarana

transfortasi seperti pada pesawat terbang. Jamban ini

hanya merupakan tempat penampungan sementara

karena tinja yang telah terkumpul akan dibuang

ketempat pembuangan akhir. Karena jamban ini

sangat mahal sehingga kecil kemungkinan

digunakan oleh mayarakat yang berpenghasilan

rendah.

e) Jamban Empang

Jamban empang ini sering digunakan oleh

masyrakat yang bertempat tinggal ditepi sungai ,

rawa, kolam, tambak, parit dan pantai. Penggunaan

jamban ini sangat tidak memenuhi syarat kesehatan,

karena kotoran yang dibuangnya pasti akan

Page 29: BAB 2

43

mencemari air permukaan dan dapat menyebabkan

gangguan penyakit pada manusia.

f) Jamban Cair ( Aqua Privy )

Jamban ini hampir mirip dengan jamban

cemplung, hanya lubang jamban dibuat dari tangki

yang kedap air, terletak langsung dibawah tempat

jongkok. Cara kerjanya merupakan bentuk peralihan

antara jamban cemplung dengan septic tank.

g) Jamban Septic Tank

Septic tank merupakan pembuangan tinja yang

sangat baik dan dianjurkan diantara cara-cara

pembuangan tinja dan air kotor dari rumah tangga.

Jamban septic tank terdiri dari tangki sedimentasi

yang kedap air, dimana tinja dan air kotor masuk

dan mengalami proses dekomentasi (pembusukan).

Sehingga bakteri dalam tinja dapat terbunuh dengan

baik.

Penentuan letak jamban keluarga menurut DepKes

RI,2003;149, yang perlu diperhatikan dalam menentukan

letak jamban keluarga adalah sebagai berikut :

Page 30: BAB 2

44

a) Jarak sumber air terdekat minimal 10 meter pada

tanah biasa, 15 meter untuk tanah kapur dan tanah

liat karena pada musim kemaru akan menjadi retak

dan terdapat celah.

b) Dibawah arah aliran air, bila tidak mungkin jaraknya

diatur 15 meter kearah kiri atau kanan dari sumber

air minum tersebut.

c) Diusahakan tidak di daerah banjir, bila tidak

mungkin dapat dibuat dengan lantai jamban

ditinggikan melebihi muka air yang paling dalam.

4) Makan Buah dan Sayur Setiap Hari

Buah dan syur banyak mengandung vitamin dan

mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan

tubuh serta mengandung serat yang tinggi. Serat adalah

makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang sangat

berfungsi untuk memelihara usus. Adapun mamfaat serat

yang terkandung alam sayur dan buah adalah membantu

proses pembersihan racun (detoksifikasi), membantu

perkembangan bakteri yang baik dalam usus, mencegah

diabetes, melancarkan buang air besar, menurunkan berat

badan, awet muda mencegah kanker dan mengatasi

anemia.

Page 31: BAB 2

45

5) Melakukan Aktifitas Fisik Setiap hari

Aktifitas fisik adalah melakukan pergerakan

anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga

yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan

mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar

sepanjang hari. Aktifitas fisik dilakukan secara teratur

palin g sedikit 30 menit dalam sehari melakukan aktifitas

fisik sebelum makan atau 2 jam setelah makan setiap hari.

Keuntungan melakukan aktifitas fisik setiap hari

adalah terhindar dari penyakit jantung, strokr,

osteoporosis, kanker, terkanan darah tinggi, kencing

manis. Mamfaat lain agar lebih bertenaga dan bugar, berat

badan terkendali, otot lebih lentur lebih percaya diri dan

secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.

6) Tidak Merokok di dalam Rumah

Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok

didalam rumah karena dalam 1 batang rokok terdapat 4000

bahan kimia berbahaya yaitu nikotin (menyebabkan

ketagihan), tar (kerusakan sel-sel paro dan dan kanker), Co

(kerusakan darah dalam membawa oksigen).

Page 32: BAB 2

46

c. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi orang tua balita juga akan akan

berpengaruh terhadap kemampuan orang tua dalam

menyediakan makanan, pendidikan yang memadai bagi anggota

keluarga. ( DepKes RI, 2003;279).Dengan makanan yang cukup,

baik jumlah dan kualitasnya akan berpengaruh terhadap

kemampuan daya tahan tubuh terutama kondisi tubuh anak

balita agar tahan terhadap diare. Pendidikan orang tua dan

pengetahuan orang tua yang baik, akan membawa pengaruh

yang baik terhadap sikap perilaku orang tua. Hal ini akan

tercermin dalam praktek kehidupan sehari-hari yang mendukung

terhadap kebersihan dari dan lingkungannya.

Seseorang dengan gizi yang buruk sebagai akibat dari

tidak tahu dan tidak mampu dalam menyediakan makanan yang

gizinya cukup untuk balita akan mempengaruhi terhadap daya

tahan tubuhnya sehingga mudah terjangkit penyakit diare pada

anak dan balita.

Penyakit yang sering muncul pada keluarga yang

berpenghasilan rendah adalah penyakit gizi kurang atau yang

sering kita kenal dengan penyakit kwashiorkor. Kita ketahui

makanan yang berprotein didapat dari bahan makanan ikan,

daging, udang, keju, susu, telur sementara itu untuk asupan

protein dinegara berkembang dengan masyarakat yang

Page 33: BAB 2

47

berpenghasilan rendah maka jenis makanan itu termasuk mahal

dan tidak dapat dibeli karena terbatasnya penghasilan mereka.

Namun sebenarnya protein juga bisa didapat dari bahan

makanan yang tidak mahal akan tetapi protein juga didapat dari

bahan makanan dari jenis kacang-kacangan karena pengetahuan

mereka rendah tidak mengetahui hal tersebut. Faktor ekonomi

ketidaktahuan masyarakat disertai dengan hygiene sanitasi

lingkungan yang jelek.

Maka terjadilah penyakit diare disertai penyakit

kwashiorkor pada anak balita. Oleh karena itu orang tua penting

mempunyai pengetahuan yang lebih, guna menyiasati meskipun

keadaan sosial ekonominya yang rendah tetap mempertahankan

pememenuhi gizi anak balitanya dengan cara yang mudah dan

murah.

Page 34: BAB 2

48

B. Kerangka Teori

C.

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Kejadian Diare Pada Anak

Balita

Faktor Sosial Ekonomi Tingkat pendidikan Besar penghasilan

Keluarga

PHBS Di Rumah Tangga Penggunaan air bersih Mencuci tangan Menggunakan jamban sehat Makan buah dan sayur setiap hari Melakukan aktifitas setiap hari Tidak merokok di dalam rumah

Faktor Keadaan Gizi anak balita :- Pemenuhan Gizi Anak Balita