bab 2
DESCRIPTION
TINJAUAN PUSTAKATRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diare
1. Pengertian Penyakit Diare
Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja
( feses ) yang tidak normal dan cair. Di bagian Ilmu kesehatan Anak
FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak
dari biasanya (Dr. Rusepno Hasan, 1985:283).
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah
lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan
anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali, jadi dari beberapa pengertian
dari diare dapat di artikan sebagai pengeluaran feses yang mudah dan
berair, terjadi lebih dari 3 kali dalam satu hari.
2. Penyebab Penyakit Diare pada Anak Balita
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan penyakit diare pada
anak balita yaitu:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi bakteri
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan
penyebab utama diare pada anak, Jenis infeksi yang
umumnya menyerang sebagai berikut :
15
16
a) Kuman E.coli dikenal sebagai sebagai salah satu
penyebab diare terberat pada bayi yang baru lahir
karena di dalam usus halus bayi terdapat banyak
kuman E.coli, kuman ini mengeluarkan sejenis racun
yang merusak selaput lendir usus halus.
b) Kolera adalah penyakit yang menyerang saluran
pencernaan yang disebabkan kuman Vibrio
Cholerae. Infeksi kolera ditularkan melalui mulut
bersama makanan atau minuman yang sudah
terkontaminasi kuman Vibrio Cholerae dan
menyerang dinding usus halus.
c) Salmonella tergolong penyakit yang juga menyerang
sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare
mirip dengan typus. penularan basil ini melalui
binatang . Kontaminasi terjadi jika anak memakan
makanan yang mengandung salmonella. Penderita
dalam proses penyembuhan penyakit ini , terutama
bayi,merupakan sumber basil ini (Widjaja M.C,
2002:14).
2) Infeksi Basil ( disentri ) biasanya menyerang anak
yang kurang baik imunisasinya. Basil ini mempunyai
racun (toksin) yang menyebabkan infeksi pada dinding
usus.
17
3) Infeksi virus digolongkan menjadi tiga yaitu ; virus
entero cytopathogenic, virus poliomyelitis, dan virus
cosaxackle. Virus ini ditularkan melalui udara atau melalui
tinja.
4) Infeksi cacing ( askaris ) menular melalui jari atau
tangan, debu yang mengandung telur askaris masuk
kedalam mulut melewati makanan, menembus dinding
usus 12 jari (duodenum ), kemudian terus kepembuluh
darah kapiler bergerak kejantung, pembuluh paru,
tenggorokan, dan tertelan kesaluran pencernaan kemudian
menetap di usus halus,cacing inilah yang akhirnya
menyebabkan anak serta balita menderita diare.
5) Infeksi jamur ( Candidiasis ) yang biasa menyerang
adalah candida albicans, jamur ini sering menyebabkan
diare, infeksi kulit dan bronkhitis.
6) Keracunan makanan, makanan yang mengandung
bahan atau zat beracun enzim dan toxin disebabkan oleh
jamur myocotoxisis yang terdapat pada makanan yang
telah basi.
7) Inteloransi ( lactosa intolerance )
Intoleransi bisa disebabkan oleh kuman dan virus pada
umumnya menyebabkan kerusakan selaput lendir usus
halus. Selaput lendir memiliki enzim-enzim yang berguna
18
untuk mencerna karbohidrat, jika selaput lendir ini rusak
karbohidrat tidak dapat diserap oleh usus.
Hal inilah yang menyebabkan gangguan fungsi usus dan
diare (Widjaja M.C, 2002:18).
b. Intoleransi Makanan (malabsorbsi)
1) Malabsorbsi Karbohidrat.
Pada bayi kepekaan terhadap makanan yang
terdapat lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan
diare.
2) Malabsorbsi lemak.
Makanan yang terdapat lemak disebut tryglyserida
dengan bantuan kelenjar lipase mengubah lemak menjadi
micelles yang siap diasorbsi usus. Jika tidak ada lipase
dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul
karena lemak tidak diserap secara baik dengan gejala tinja
mengandung lemak (Widjaja M.C, 2002:20).
c. Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang
tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran mentah,
dan kurang matang.
d. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak, dapat
menyebabkan diare kronis.
19
3. Gejala Penyakit dan Akibat Diare pada Anak Balita
a. Gejala
1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu
badannya pun meninggi.
2) Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah.
3) Nafsu makan berkurang atau tidak ada.
4) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan
cairan empedu
5) Anusnya lecet.
6) Gangguan gizi akibat intake ( asupan ) makanan
yang kurang.
7) Muntah sebelum atau sesudah diare.
8) Hipoglikemia ( penurunan kadar gula darah ).
9) Dehidrasi ( Kekurangan cairan ).
Dehidrasi berat di tandai dengan kulit bayi
mengkerut, mata cekung, ubun-ubun cekung, serta mulut
bibir anak atau balita pecah-pecah, denyut nadi kurang
(lemah), denyut jantung cepat, dan kehilangan kesadaran
(Widjaja M.C, 2002:7).
Anak-anak dengan diare yang berat akan meninggal
bukan karena infeksi tetapi karena kehilangan cairan dan
20
elektrolit yang sangat banyak (misalnya, sodium,
potasium, kalium, basa) dari buang air besarnya.
b. Akibat Diare
Diare yang terus menerus biasanya akan mengakibatkan :
1) Dehidrasi
Dehidrasi akan mengakibatkan gangguan
keseimbangan metabolisme tubuh dan dapat
mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih
disebabkan karena bayi kehabisan cairan tubuh yang tidak
seimbang dengan pemasukan serta pengeluaran melalui
muntah dan berak meskipun berlangsung sedikit demi
sedikit. Menurut Widjaja M.C, 2002 dehidrasi yaitu :
keadaan yang berlangsung selama 2-3 hari dapat
mengakibatkan kematian pada bayi, dehidrasi dibagi
menjadi 3 bagian yaitu dehidrasi ringan jika tubuh
kehilangan cairan 5%, dehidrasi sedang jika tubuh
kehilangan cairan kurang dari 10% dan dikatakan
dehidrasi berat apabila tubuh kehilangan cairan lebih dari
10%.
Cara pencegahan yang baik untuk pencegahan
dehidrasi yaitu dengan cara pengobatan dini dengan cairan
baik lewat mulut atau pada beberapa negara dengan
memberikan cairan lewat sonde lambung, intraperi tonial
21
atau lewat subkutan, dalam waktu misalnya, kurang dari
24 jam dipusat dehidrasi atau balai pengobatan.
2) Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makan terhenti
sementara pengeluaran zat gizi terus berjalan. Pada diare
kronis ( menahun ) seandainya bayi tidak meninggal ,
bayi akan terus menerus mengalami penurunan berat
badan sehingga pertumbuhan fisiknya terhambat ( dr. M.
C. Widjaja, 2002 : 7 ).
Seperti diketahui, 60% otak anak terjadi sejak anak
berada masih dalam kandungan sampai berusia 2 tahun.
Diare yang terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun dan
balita akan terganggu perkembangan otaknya. Volume
otak menjadi kecil dan jaringan otak menjadi lebih sedikit
dibanding mereka yang pertumbuhannya normal. Daya
tahan tubuh yang menurun pada anak balita yang kurang
gizi akan membuat pertahanan tubuhnya rapuh dan mudah
diserang berbagai kuman penyakit. Dibandingkan dengan
diare akut, diare kronis ( menahun ) paling sering
menyebabkan kematian. Kematian ini juga disebabkan
oleh infeksi sekunder yang terjadi akibat diare, seandainya
anak balita tidak meninggal, anak balita akan terus
22
menngalami penurunan berat badan sehingga
pertumbuhan fisiknya terhambat.
4. Pencegahan Penyakit Diare Pada Anak Balita
Secara umum menurut DepKes RI, 2003 Penyakit diare
sebenarnya dapat kita cegah dengan cara sebagai berikut:
a. Menggunakan air bersih atau air minum, misalnya berasal
dari air perpipaan yang terlindung dari pencemaran, air sumur
pompa tangan, air sumur gali, air pancuran dari mata air.
b. Makanan dan minuman yang dimasak serta makanan yang
di simpan ditempat yang tertutup agar terhindar dari lalat.
c. Buang air besar di jamban atau kakus yang memenuhi
kesehatan.
d. Menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan
dengan sabun setiap kali sesudah membuang air besar, mencuci
tangan sebelum makan, menjaga kebersihan agar kuku tangan
tidak panjang dan dijaga kebersihannya.
e. Selalu menjaga kebersihan alat-alat rumah tangga, mencuci
alat-alat makan dan minum dengan sabun dan air bersih
terutama alat makan dan minum anak balita contohnya botol
susu anak balita harus dicuci dengan sabun sebelum digunakan
kemudian direndam dengan air panas yang matang.
f. Memakan makanan yang bergizi.
23
g. Menjaga agar lingkungan tempat tinggal tetap bersih.
menjaga agar halaman rumah tetapbersih dari sampah serta
kotoran lainnya
h. Pembuatan jamban keluarga yang sehat tidak terlalu dekat
dengan sumber air minum, minimal dengan jarak 10 meter dari
sumber air minum.
Diare pada anak dan balita di daerah tropis biasanya
disebabkan oleh infeksi usus. Cara terbaik mencegahnya adalah
dengan pemberian ASI, mengingat memberikan ASI ini bersih
dan komposisi yang tepat dan mengandung bahan anti infeksi
yang akan melindungi anak balita terhadap penyakit diare.
Mengunakan alat-alat makan anak balita yang bersih khususnya
bila anak balita yang sudah membutuhkan makan buatan,
penggunaan air matang, pendidikan kesehatan untuk orang tua
harus diperhatikan dalam pencegahan penyakit diare pada anak
balita.
Penyakit diare dapat berkurang jumlahnya, apabila
penyediaan air bersih yang baik sehingga si ibu dapat senantiasa
menjaga kebersihan keluarga dengan menjaga alat-alat makan
dan minum alat makan dan minum anak balita contohnya botol
susu anak balita harus dicuci dengan sabun sebalum digunakan
kemudian direndam dengan air panas yang matang agar kuman
yang menempel dibotol susu mati, membuang sampah secara
24
baik agar lalat tidak dapat hidup, apabila orangtua cukup
mengetahui dan menyadari penyakit diare maka yang
bersangkutan harus memperhatikan hal-hal diatas supaya tidak
terjadi diare.
Untuk pencegahan penyakit diare pada anak balita di
lakukan menurut dengan cara sebagai berikut :
1) Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi .
Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal
dan seimbang untuk dicerna diserap secara optimal oleh
bayi ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang
dibutuhkan selama masa ini (Widjaja M.C,2002:43).
ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain : susu
formula atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-
bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor.
Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan
tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari
bahaya bakteri dan organisme lain yang akan
menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui
secara penuh. Bayi –bayi harus disusui secara penuh
sampai mereka berumur 4-6 bulan .
25
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan
terhadap diare Pada bayi yang baru lahir pemberian ASI
secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui
mencegah tumbuhnya bakteri penyabab diare. Pada bayi
yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan, risiko mendapat diare adalah 30 x lebih besar.
Pemberian susu formula merupakan cara lain dari
menyusui Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya
menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga
mengakibatkan terjadinya gizi buruk. Hal ini dapat
disebabkan karena ASI mengandung nilai gizi yang tinggi,
adanya antibodi Ig A yang berfungsi untuk melindungi
bayi dari mikroba patogen di sekitarnya. Ig A juga
melindungi bayi dari protein asing sehingga tidak mudah
terkena alergi sehingga bayi yang meminum ASI lebih
jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya. ASI juga
mengandung zat-zat lain seperti ; sel-sel leukosit, enzim,
26
hormon, dan lain-lain yang berfungsi melindungi bayi
terhadap berbagai infeksi.
2) Makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat
bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan
orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang
berbahaya bagi bayi, sebab prilaku pemberian makanan
pendamping dapat menungkatkan resiko terjadinya diare
atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kematian
( DepKes RI, 2003 ; 155).
Apabila bayi harus diberi makanan pendamping
seperti, susu botol karena ibunya sudah tidak bisa
memberikan ASI lagi yang harus diperhatikan oleh ibu
adalah, memperhatikan besar kecilnya lubang dot botol
susu. Jika lubang terlalu kecil , susu yang diiasap lebih
sedikit dibanding udara yang terhisap bayi, sehingga
mengakibatkan anak kembung dan cengeng, perlu juga
diperiksa tingkat keenceran susunya karena apabila susu
terlalu encer akan membuat bayi lapar terus dan kurang
gizi, terlebih lagi apabila ibu tidak memperhatikan
frekuensi pemberiannya. Sebaliknya susu yang terlalu
kental dapat mengakibatkan diare, harus diperhatikan,
dalam 24 jam bayi harus diberi minum paling sedikit 150
27
ml susu per kg berat badannya. Misalnya bayi berumur 5
bulan dengan berat badan 6 kg, harus menerima susu
sebanyak 900 ml dalam 24 jam. Sebaiknya tidak terlalu
sering mengubah jenis susu, karena menyebabkan
lambung bayi berulang-ulang beradaptasi dengan jenis
susu baru, bahkan dapat saja bayi alergi terhadap salah
satu susu formula tertentu dan mengalami diare
berkepanjangan
3) Penggunaan Air Bersih
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare di
tularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan
dengan memasukan kedalam mulut cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari
tangan, makanan yang disiapkan, makanan yang disiapkan
dalam panci yang di cuci dengan air yang tercemar
(DepKes RI, 2003;203).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air
yang benar-benar bersih mempunyai resiko terkena diare
lebih kecil di bandingkan masyarakat yang tidak mendapat
penyediaan air bersih yang baik. Masyarakat dapat
mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan
28
dirumah. Di berbagai daerah, diare terjadi akibat sanitasi
penggunaan air yang tidak bersih, ibu mengunakan air
yang tidak dimasak sebelum digunakan untuk keperluan
makan keluarga terutama untuk keperluan balita, seperti
mencuci peralatan makan minum bayi sehingga bakteri
yang menempel diperalatan makan dan minum bayi ikut
masuk kedalam tubuh bayi pada saat bayi makan dan
minum menggunakan peralatan yang sudah terkontaminasi
tersebut. Oleh sebab itu sebaiknya keluarga menggunakan
air yang bersih.
4) Mencuci Tangan
Di kota besar, kebiasaan ibu menyuapi anak dengan
tangan yang kurang bersih sering terlihat. Ibu sering
langsung memberikan makan, memegang bayi, serta
menyiapkan makan anak balita tanpa mencuci tangan
terlebih dahulu dengan sabun, hal inilah yang paling
sering mengakibatkan anak balita menderita diare
berulang kali ( DepKes RI, 2003;215).
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan
perorangan yang penting dalam penularan kuman diare
adalah kebiasaan mencuci tangan. Hendaknya orangtua
mengetahui pentingnya Mencuci tangan dengan sabun,
terutama setelah buang air besar, sesudah membuang tinja
29
anak, sebelum menyiapkan makan, sebelum menyuapi
makan anak, sebelum makan, karena mempunyai dampak
yang besar dalam kejadian diare.
5) Menggunakan Jamban
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus
membuat jamban keluarga agar keluarga membuang tinja
di jamban, termasuk sebagai tempat membuang tinja bayi.
Keluarga yang mempunyai jamban sudah memenuhi
standar kesehatan dapat dipakai seluruh anggota keluarga,
mempunyai resiko lebih kecil terhadap kejadian diare dari
pada keluarga yang tidak mempunyai jamban ( DepKes
RI, 2003 ; 160 ).
Tinja harus dibuang secara benar. Oleh sebab itu
sarana pembuangan kotoran diperhatikan oleh keluarga,
khususnya tinja bayi dikumpulkan segera lalu buang ke
jamban dan membantu anak-anak buang air besar ditempat
tersedia berupa jamban keluarga yang bersih dan mudah
dijangkaunya. Bila tidak ada jamban supaya dipilih tempat
untuk membuang tinja anak seperti, didalam lubang atau
di kebun kemudian ditimbun dengan tanah. Supaya tinja
tertutup dan setelah buang air besar kemudian tangan
dicuci dengan sabun, dengan demikian dapat mencegah
penularan penyakit diare melalui upaya sanitasi
30
lingkungan dan juga melelui kebersihan dirinya setelah
buang air besar.
Bertambahnya jumlah penduduk yang tidak
sebanding dengan sarana prasarana termasuk sarana
pembuangan kotoran manusia yang tidak mencukupi,
mengingat kotoran manusia ( feses) yang dibuang
sembarangan maka hal ini akan menjadi sumber
penyebaran berbagai penyakit yang multikompleks dibawa
oleh feses. Lingkungan tercemar oleh feses melalui,
serangga (lalat, kecoa), tikus dapat mencemari makanan,
minuman, sayuran. Oleh karena itu sebaiknya di
upayakan untuk mengurangi pencemaran tinja terhadap
lingkungan melalui pembuangan kotoran manusia yang
dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan tinja orang
dewasa, anak dan bayi harus dibuang pada tempat tertentu
atau jamban yang sehat.
6) Pemberian imunisasi
Imunisasi di berikan guna memberi efek kekebalan
pada tubuh, hingga usia 5 bulan bayi mendapat kekebalan
tubuh dari ibunya, namun daya tahan tersebut akan
berkurang dari tubuh bayi oleh karena itu di perlukan
imunisasi agar bayi mempunyai daya tahan tubuh untuk
31
mengurangi angka kesakitan dan kematian. ( DepKes RI,
2003;342).
Ada 5 jenis imunisasi yang wajib di peroleh bayi
sebelum umur setahun adalah sebagai berikut:
a) Imunisasi BCG
Ketahanan terhadap penyakit TB
(Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus
tubercle bacil yang hidup didalam darah. Itulah
mengapa agar memiliki kekebalan aktif,
dimasukkan jenis basil tak berbahaya ini ke dalam
tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Celmette-
Guerin).
b) Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi ini merupakan langkah efektif untuk
mencegah masuknya VHB, yaitu virus penyebab
penyakit hepatitis B. Hepatitis B dapat menyebabkan
sirosis atau pengerutan hati, bahkan lebih buruk lagi
mengakibatkan kanker hati.
c) Imunisasi Polio
Imunisasi polio akan memberikan kekebalan
terhadap serangan virus polio. Penyakit akibat virus
ini dapat menyebabkan kelumpuhan.
32
d) Iminisasi DPT
Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan
penyakit difteri, tetanus, dan pentusis, menyingkir
jauh dari tubuh si kecil.
e) Imunisasi Campak
Sebenarnya bayi sudah mendapatkan
kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring
bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin
menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat
pemberian vaksin campak. Penyakit ini disebabkan
oleh virus Morbili. Pemberian imunisasi campak
sangat penting untuk mencegah penyakit diare pada
anak oleh karena itu sebaiknya imunisasi campak
segera di berikan setelah anak berusia 9 bulan.
5. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Terjadinya Penyakit
Diare Pada Anak Balita
Terjadinya penyakit diare pada anak balita dapat di pengaruhi
oleh berbagai macam faktor antara lain :
a. Keadaan Gizi Balita
Sebagian penderita penyakit diare adalah anak-anak usia
dibawah lima tahun. Anak dengan gizi yang cukup baik akan
mudah untuk mengganti zat-zat nutrisi yang hilang atau terkuras
33
akibat infeksi. Akan tetapi bagi anak yang gizinya kurang baik,
akan sulit untuk mampu mempertahankan kondisi tubuhnya dari
infeksi penyakit diare. ( DepKes RI, 2003;278). Dengan kata
lain seseorang yang gizinya baik daya tahan tubuhnya semakin
kuat dalam menahan serangan penyakit diare.
Kwashiorkor yang merupakan salah satu penyakit gizi
kurang salah satu gejalanya adalah gastrointestinal yang
mengakibatkan segala makanan yang diberikan ditolak oleh
lambung mengakibatkan bayi selalu muntah setelah makan
ataupun minum, intoleransi laktosa juga sering ditemukan
sehingga pemberian susu sapi pada anak atau bayi memperhebat
diare, oleh karena itu sebaiknya seorang ibu dapat memenuhi
kebutuhan gizi yang diperlukan bayinya dengan memberikan
ASI ekslusif untuk mencegah bayi terkena diare dan berikan
makanan pendamping yang bergizi sesuai kebutuhan anak dan
bayi apabila balita sudah tidak minum ASI lagi.
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
‘'Bersih adalah bebas dari kotoran: supaya kita sehat,
segala sesuatu diusulkan tetap..’’(Depdiknas, 2003: 142). ‘’sehat
adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa
tidak mempunyai keluhan apapun tidak terdapat tanda-tanda
suatu penyakit dan kelainan’’ (Effendy, 1998: 156).
34
Perilaku bersih adalah perilaku proaktif memelihara dan
meningkatkan kesehatan, dengan cara bebas dari kotoran agar
terlindung dari ancaman penyakit serta partisipasi aktif dalam
upaya kesehatan. Sedangkan, ‘’perilaku sehat adalah perilaku
proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta partisipasi aktif dalam upaya kesehatan ‘’(Depkes
RI, 2003: 1).
‘’Perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan
di masyarakat’’ (Depkes RI’ 2007: 2)
‘’Perilaku hidup bersih dan sehat adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
membersihkan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku’’ (Depkes RI 2003: 1).
Dengan kata lain perilaku hidup bersih dan sehat adalah
upaya proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah resiko terjadinya penyakit. Baik pada diri sendiri,
keluarga (rumah tangga), kelompok maupun lingkungan sekitar.
35
1) Menggunakan Air Bersih
Menurut PerMenKes RI nomor
416/Menkes/per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air, yang dimaksud dengan sarana
air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
kehidupan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum langsung.
Syarat-Syarat Air Minum Yang Sehat:
Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air
tesebut memenuhi persyaratan kesehatan menurut Prof.Dr.
Soekidjo Notoatmodjo,1996;153, sebagai berikut :
a) Syarat Fisik
Persyaratan fisik air minum yang sehat adalah
bening ( tidak berwarna ), tidak berasa, tidak berbau,
dan suhu dibawah suhu udara diluarnya.
b) Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus
babas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen.
Cara untuk mengetahui air minum terkontaminasi
oleh bakteri patogen yaitu dengan memeriksa contoh
air tesebut.
36
Hasil pemeriksaan 100cc air terdapat kurang 4
bakteri E.coli maka air tersebut sudah memenuhi
syarat kesehatan.
c) Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-
zat tertentu didalam jumlah tertentu pula.
Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia
didalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis
pada manusia.
2) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Mencuci tangan disarankan apabila setiap kali
tangan kita kotor (setelah memegang uang, setelah
menceboki bayi, anak dan kita sendiri, sebelum makan dan
menyuapi anak, sebelum memegang makanan serta
sebelum menyusui bayi. Tetapi yang di utamakan sebelum
makan dan sesudah buang air besar.
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu
tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari
jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk
menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.
Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah
satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena
tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman
37
dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke
orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak
tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain
seperti handuk, gelas).
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran
manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti
ingus, dan makanan atau minuman yang terkontaminasi
saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan
bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar
bahwa dirinya sedang ditularkan.
Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad ke 19
dengan tujuan menjadi sehat saat perilaku dan pelayanan
jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka
kematian dari penyakit menular yang terdapat pada
negara-negara kaya (maju). Perilaku ini diperkenalkan
bersamaan dengan ini isolasi dan pemberlakuan teknik
membuang kotoran yang aman dan penyediaan air bersih
dalam jumlah yang mencukupi.
Kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan dengan
sabun di tempat tempat dimana mencuci tangan
merupakan praktik umum yang dilakukan sehari-hari, dan
banyak terdapat sabun dan air bersih, orang tidak
menyadari untuk mencuci tangannya dengan sabun.
38
Pada lingkungan pemukiman yang padat dan kumuh,
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dengan benar
dapat menurunkan separuh dari penderita typoid.
Cara mencuci tangan yang baik dan benar menurut
WHO :
a) Basahi terlebih dahulu kedua tangan dengan air
mengalir
b) Beri sabun secukupnya
c) Gosok kedua telapak tangan dan punggung tangan
d) Gosok kedua sela-sela jari kedua tangan
e) Gosok kedua telapak dengan jari-jari rapat
f) Jari-jari tangan dirapatkan sambil digosok ketelapak
tangan, tangan kiri kekanan, dan sebaliknya.
g) Gosok ibu jari secara berputar dalam genggaman
tangan kanan, lakukan tangan sebaliknya.
h) Gosokkan kuku jari kanan memudar ketelapak
tangan kanan, lakukan sebaliknya.
i) Basuh dengan air
j) Keringkan tangan dengan handuk
k) Matikan kran air dengan handuk (Kusuma &
Nurarif, 2012).
39
Waktu mencuci tangan yaitu pada saat bersentuhan
dengan orang lain, permukaan atau benda, kuman akan
makin bertambah ditangan. Kuman yang menempel
ditangan, kemungkinan seseorang dapat menginfeksi didri
sendiri. Meskipun tidak membunuh kuman, tindakan
mencuci tangan dapat membatasi penyebaran kuman,
bakteri, dan virus.
Menurut (Ikasosrosoewito, 2012) berikut waktu
mencuci tangan yang disarankan:
a) Cucilah tangan sebelum menyiapkan makanan,
mengobati luka, memberikan obat, merawat orang
yang terluka dan lain-lain.
b) Cucilah tangan sesudah menyiapkan makanan
terutama daging mentah, buang air di toilet,
menyentuh binatang atau sampah, mengobati luka
dan lain-lain.
Manfaat dari mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun untuk membunuh kuman penyakit yang
ada ditangan, mencegah penularan penyakit seperti
diare, typoid, kolera disentri, kecacingan, penyakit
kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), flu
burung atau Severe Acute.
40
3) Menggunakan Jamban Sehat
Pengertian jamban keluarga menurut menurut
Prof.Dr. Soekidjo Notoatmodjo,1996;158, adalah
merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang kotoran manusia yang lazim disebut dengan
WC atau kakus, dengan demikian jamban keluarga adalah
cara pembuangan kotoran dengan membuat lubang
kedalam tanah untuk memisahkan dan menyimpan kotoran
sedemikian rupa, sehingga bakteri-bakteri yang
membahayakan kesehatan manusia, tidak dapat disebarkan
oleh serangga atau binatang-bintang lain sebagai perantara
penyakit menular. Dapat disimpulkan bahwa jamban
keluarga merupakan tempat yang digunakan untuk
membuang kotoran manusia, keluarga dapat
memanfaatkan jamban keluarga dengan baik agar kotoran
manusia tidak mencemari tanah, air, udara dan tidak
menjadi tempat berkembang biaknya lalat, kecoa,
serangga lainnya, binatang penggangu yang dapat
menularkan penyakit khususnya penyakit diare.
Pembuangan kotoran manusia yang tidak memenuhi syarat
dapat menimbulkan masalah kesehatan karena tanah, air,
udara mudah tercemar oleh bakteri terkena penyakit
penyakit diare.
41
Pembuangan kotoran yang memenuhi syarat dapat
memutuskan mata rantai penularan penyakit terutama
penyakit yang berasal dari tinja manusia.
Macam-Macam Jamban Keluarga Menurut Prof.Dr.
Soekidjo Notoatmodjo,1996;161 ada beberapa macam
jamban keluarga antara lain yaitu :
a) Jamban Cemplung ( Pit Privy )
Jamban keluarga ini merupakan jamban
yang paling sederhana dan biasanya dipakai oleh
masyarakat pedesaan karena cara membuangnya
mudah, biayanya murah dan tidak memerlukan
banyak air untuk membuang tinja. Jamban cemplung
ini hanya terdiri dari sebuah galian yang diatasnya
diberi lantai dan tempat jongkok kelubang galian
tempat penampung kotoran, tidak terdapat alat
apapun sebagai penyalur maupun penghalang.
b) Jamban Leher Angsa ( Water Seal Latrine )
Jamban jenis ini prinsipnya sama dengan
jamban jenis cemplung, tetapi merupkan modifikasi
dengan closet yang berbentuk leher angsa. Jamban
ini sangat ideal sekali untuk mencegah timbulnya
bau, karena tedapat air pada sealnya, selain itu juga
42
dapat mencegah masuknya serangga dan binatang
penggangu lainya.
c) Jamban Bor ( Bor Hole Latrine )
Jamban ini cara pembuatan lubangnya tidak
digali, melainkan dengan cara dibor ( bor auger ).
Diameter lubang antara 30 – 40 cm, sedangkan
dalamnya antara 4 – 8 meter.
d) Jamban Kimia
Jamban ini sering digunakan sebagai sarana
transfortasi seperti pada pesawat terbang. Jamban ini
hanya merupakan tempat penampungan sementara
karena tinja yang telah terkumpul akan dibuang
ketempat pembuangan akhir. Karena jamban ini
sangat mahal sehingga kecil kemungkinan
digunakan oleh mayarakat yang berpenghasilan
rendah.
e) Jamban Empang
Jamban empang ini sering digunakan oleh
masyrakat yang bertempat tinggal ditepi sungai ,
rawa, kolam, tambak, parit dan pantai. Penggunaan
jamban ini sangat tidak memenuhi syarat kesehatan,
karena kotoran yang dibuangnya pasti akan
43
mencemari air permukaan dan dapat menyebabkan
gangguan penyakit pada manusia.
f) Jamban Cair ( Aqua Privy )
Jamban ini hampir mirip dengan jamban
cemplung, hanya lubang jamban dibuat dari tangki
yang kedap air, terletak langsung dibawah tempat
jongkok. Cara kerjanya merupakan bentuk peralihan
antara jamban cemplung dengan septic tank.
g) Jamban Septic Tank
Septic tank merupakan pembuangan tinja yang
sangat baik dan dianjurkan diantara cara-cara
pembuangan tinja dan air kotor dari rumah tangga.
Jamban septic tank terdiri dari tangki sedimentasi
yang kedap air, dimana tinja dan air kotor masuk
dan mengalami proses dekomentasi (pembusukan).
Sehingga bakteri dalam tinja dapat terbunuh dengan
baik.
Penentuan letak jamban keluarga menurut DepKes
RI,2003;149, yang perlu diperhatikan dalam menentukan
letak jamban keluarga adalah sebagai berikut :
44
a) Jarak sumber air terdekat minimal 10 meter pada
tanah biasa, 15 meter untuk tanah kapur dan tanah
liat karena pada musim kemaru akan menjadi retak
dan terdapat celah.
b) Dibawah arah aliran air, bila tidak mungkin jaraknya
diatur 15 meter kearah kiri atau kanan dari sumber
air minum tersebut.
c) Diusahakan tidak di daerah banjir, bila tidak
mungkin dapat dibuat dengan lantai jamban
ditinggikan melebihi muka air yang paling dalam.
4) Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
Buah dan syur banyak mengandung vitamin dan
mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan
tubuh serta mengandung serat yang tinggi. Serat adalah
makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang sangat
berfungsi untuk memelihara usus. Adapun mamfaat serat
yang terkandung alam sayur dan buah adalah membantu
proses pembersihan racun (detoksifikasi), membantu
perkembangan bakteri yang baik dalam usus, mencegah
diabetes, melancarkan buang air besar, menurunkan berat
badan, awet muda mencegah kanker dan mengatasi
anemia.
45
5) Melakukan Aktifitas Fisik Setiap hari
Aktifitas fisik adalah melakukan pergerakan
anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga
yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar
sepanjang hari. Aktifitas fisik dilakukan secara teratur
palin g sedikit 30 menit dalam sehari melakukan aktifitas
fisik sebelum makan atau 2 jam setelah makan setiap hari.
Keuntungan melakukan aktifitas fisik setiap hari
adalah terhindar dari penyakit jantung, strokr,
osteoporosis, kanker, terkanan darah tinggi, kencing
manis. Mamfaat lain agar lebih bertenaga dan bugar, berat
badan terkendali, otot lebih lentur lebih percaya diri dan
secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.
6) Tidak Merokok di dalam Rumah
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok
didalam rumah karena dalam 1 batang rokok terdapat 4000
bahan kimia berbahaya yaitu nikotin (menyebabkan
ketagihan), tar (kerusakan sel-sel paro dan dan kanker), Co
(kerusakan darah dalam membawa oksigen).
46
c. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi orang tua balita juga akan akan
berpengaruh terhadap kemampuan orang tua dalam
menyediakan makanan, pendidikan yang memadai bagi anggota
keluarga. ( DepKes RI, 2003;279).Dengan makanan yang cukup,
baik jumlah dan kualitasnya akan berpengaruh terhadap
kemampuan daya tahan tubuh terutama kondisi tubuh anak
balita agar tahan terhadap diare. Pendidikan orang tua dan
pengetahuan orang tua yang baik, akan membawa pengaruh
yang baik terhadap sikap perilaku orang tua. Hal ini akan
tercermin dalam praktek kehidupan sehari-hari yang mendukung
terhadap kebersihan dari dan lingkungannya.
Seseorang dengan gizi yang buruk sebagai akibat dari
tidak tahu dan tidak mampu dalam menyediakan makanan yang
gizinya cukup untuk balita akan mempengaruhi terhadap daya
tahan tubuhnya sehingga mudah terjangkit penyakit diare pada
anak dan balita.
Penyakit yang sering muncul pada keluarga yang
berpenghasilan rendah adalah penyakit gizi kurang atau yang
sering kita kenal dengan penyakit kwashiorkor. Kita ketahui
makanan yang berprotein didapat dari bahan makanan ikan,
daging, udang, keju, susu, telur sementara itu untuk asupan
protein dinegara berkembang dengan masyarakat yang
47
berpenghasilan rendah maka jenis makanan itu termasuk mahal
dan tidak dapat dibeli karena terbatasnya penghasilan mereka.
Namun sebenarnya protein juga bisa didapat dari bahan
makanan yang tidak mahal akan tetapi protein juga didapat dari
bahan makanan dari jenis kacang-kacangan karena pengetahuan
mereka rendah tidak mengetahui hal tersebut. Faktor ekonomi
ketidaktahuan masyarakat disertai dengan hygiene sanitasi
lingkungan yang jelek.
Maka terjadilah penyakit diare disertai penyakit
kwashiorkor pada anak balita. Oleh karena itu orang tua penting
mempunyai pengetahuan yang lebih, guna menyiasati meskipun
keadaan sosial ekonominya yang rendah tetap mempertahankan
pememenuhi gizi anak balitanya dengan cara yang mudah dan
murah.
48
B. Kerangka Teori
C.
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Kejadian Diare Pada Anak
Balita
Faktor Sosial Ekonomi Tingkat pendidikan Besar penghasilan
Keluarga
PHBS Di Rumah Tangga Penggunaan air bersih Mencuci tangan Menggunakan jamban sehat Makan buah dan sayur setiap hari Melakukan aktifitas setiap hari Tidak merokok di dalam rumah
Faktor Keadaan Gizi anak balita :- Pemenuhan Gizi Anak Balita