bab 2

51
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka menjelaskan tentang konsep dasar skizofrenia dengan isolasi sosial, TAK stimulasi sensori, kemampuan komunikasi dan pengaruh TAK stimulasi sensori terhadap kemampuan komunikasi. Selengkapnya seperti pada uraian berikut: 2.1 Konsep Dasar Skizofrenia Konsep dasar skizofrenia menjabarkan tentang pengertian skizofrenia, penyebab skizofrenia, gejala- gejala skizofrenia, dan terapi skizofrenia, seperti pada uraian berikut: 2.1.1 Pengertian Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, perilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck, 2008). Menurut Hawari (2009), skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yang artinya 9

Upload: letigz-mahendra

Post on 15-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pengertian pasien gangguan jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka menjelaskan tentang konsep dasar skizofrenia dengan

isolasi sosial, TAK stimulasi sensori, kemampuan komunikasi dan pengaruh TAK

stimulasi sensori terhadap kemampuan komunikasi. Selengkapnya seperti pada

uraian berikut:

2.1 Konsep Dasar Skizofrenia

Konsep dasar skizofrenia menjabarkan tentang pengertian skizofrenia,

penyebab skizofrenia, gejala-gejala skizofrenia, dan terapi skizofrenia, seperti

pada uraian berikut:

2.1.1 Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan

menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, perilaku yang aneh dan

terganggu (Videbeck, 2008). Menurut Hawari (2009), skizofrenia berasal dari dua

kata “Skizo” yang artinya retak atau pecah (spilt), dan “frenia” yang artinya jiwa.

Dengan demikian skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau

keretakan kepribadian (splitting of personality). Bleuer meyakini bahwa gangguan

ini melibatkan terpisahnya fungsi psikis yakni asosiasi mental, pemikiran, dan

emosi yang seharusnya terintegrasi. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang

mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi,

gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu.Skizofrenia tidak dapat

didefinisikan sebagai penyakit tersendiri,melainkan diduga sebagai suatu sindrom

9

Page 2: BAB 2

atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala

(Videbeck, 2008). Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius

yang mengakibatkan perilaku psikotik,pemikiran konkret,dan kesulitan dalam

memproses informasi,hubungan interpersonal serta memecahkan masalah

(Stuart,2006). Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi

psikopatologi, biasanya berat berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan

dari pikiran, persepsi serta emosi (Luana, 2007).

Jadi skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi psikopatologi

penyakit yang mempengaruhi otak yang persisten dan serius yang melibatkan

terpisahnya fungsi psikis yakni asosiasi mental, pemikiran dan emosi, dan

menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan perilaku yang aneh,

perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi,

hubungan interpersonal serta memecahkan masalah terganggu.

2.1.2 Penyebab Skizofrenia

Menurut Maramis (2005), adapun kemungkinan penyebab dari

skizofrenia adalah sebagai berikut:

1. Keturunan

Potensi untuk mendapat skizofrenia diturunkan (bukan penyakit itu

sendiri) melalui gene yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah,

tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi

skizofrenia atau tidak. Hal ini dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-

keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur. Angka

kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9-1,8%, bagi saudara kandung 7-15%, bagi

10

Page 3: BAB 2

anak dengan salah satu anggota keluarga yang menderita skizofrenia 7-16%, bila

kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%, bagi kembar dua telur

(heterozigot) 2-15%, bagi kembar satu telur (monozigot) 61-86%.

2. Endokrin

Teori ini berhubungan dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu

pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi hal ini

tidak dapat dibuktikan.

3. Metabolisme

Ada yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu

gangguan metabolisme, karena klien dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak

sehat.

4. Susunan Saraf Pusat

Penyebab skizofrenia ke arah kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada

diensefalon atau kortex otak.

5. Teori Adolf Meyer

Menurut Meyes skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu

maladaptasi, oleh karena itu timbul suatu disorganisasi kepribadian dan lama

kelamaan orang itu menjauhkan diri dari kenyataan.

6. Teori Sigmund Freud

Pada skizofrenia terdapat kelemahan ego, yang dapat timbul karena

penyebab psikogenik ataupun somatik. Superego dikesampingkan sehingga tidak

bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisme.

11

Page 4: BAB 2

2.1.3 Gejala Skizofrenia

Ada banyak gejala-gejala skizofrenia, gejala ini dirumuskan dari

berbagai sumber. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

IV-TR, 2008 gejala skizofrenia berupa adanya :

1. Waham atau delusi (keyakinan yang salah dan tidak bisa dikoreksi yang tidak

sesuai dengan kenyataan, maupun kepercayaan, agama, dan budaya pasien

atau masyarakat umum).

2. Halusinasi (persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar).

3. Pembicaraan kacau

4. Perilaku kacau

5. Gejala negatif (misalnya berkurangnya kemampuan mengekspresikan emosi,

kehilangan minat, penarikan diri dari pergaulan sosial)

Selain itu menegakkan diagnosa skizofrenia menurut DSM IV-TR

(2008) adalah munculnya disfungsi sosial, durasi gejala khas paling sedikit enam

bulan, tidak termasuk gangguan perasaan (mood), tidak termasuk gangguan

karena zat atau karena kondisi medis, dan bila ada riwayat Autistic Disorder atau

gangguan perkembangan pervasive lainnya diagnosa skizofrenia dapat ditegakkan

bila ditemui halusinasi dan delusi yang menonjol selama paling tidak satu bulan.

Menurut Bleuer dalam Nolen–Hoeksema, 2000 ada dua kelompok

skizofrenia yaitu :

1. Gejala primer yang meliputi :

1) Gangguan proses pikiran ( bentuk, langkah dan isi pikiran). Pada skizofrenia

inti, gangguan memang terdapat pada proses pikiran.

12

Page 5: BAB 2

2) Gangguan afek dan emosi, gangguan ini pada skizofrenia berupa parathimi

yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada

penderita malah menimbulkan rasa sedih atau marah. Paramini yaitu

penderita merasa senang tetapi menangis.

3) Gangguan kemauan yaitu gangguan di mana banyak penderita skizofrenia

memiliki kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat bertindak dalam situasi

menekan. Gangguan yang timbul antara lain negativisme, ambivalensi dan

otomatisme.

4) Gejala psikomotor disebut juga dengan gejala-gejala katatonik. Sebetulnya

gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan

hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes

atau agak kaku.

2. Gejala sekunder yang meliputi: waham dan halusinasi.

Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain

ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi, wajah dingin, jarang

tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi seperti pasien sulit

melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang atau berputar-putar.

Gangguan atensi yaitu penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan,

atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku menjadi pemalu, tertutup, menarik

diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas,

mengganggu dan tidak disiplin (Luana, 2007).

Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas

(Videbeck, 2008) yaitu :

13

Page 6: BAB 2

1. Gejala-gejala positif: termasuk halusinasi yang merupakan persepsi sensori

yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas.Waham

yaitu keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak memiliki dasar dalam

realitas. Ekoprasia yaitu peniruan gerakan dan gestur orang lain yang diamati

klien. Flight of ideas yaitu aliran verbalisasi yang terus–menerus saat individu

melompat dari satu topik ke topik lain dengan cepat. Perseverasi yaitu terus-

menerus membicarakan satu topik atau gagasan pengulangan kalimat kata, atau

frase secara verbal dan menolak untuk mengubah topik tersebut. Asosiasi longgar

yaitu pikiran atau gagasan yang terpecah-pecah atau buruk. Gagasan rujukan yaitu

kesan yang salah bahwa peristiwa eksternal memiliki makna khusus bagi individu.

Ambivalensi yaitu mempertahankan keyakinan atau perasaan yang tampak

kontradiktif tentang individu, peristiwa atau situasi yang sama.

Gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati

oleh orang lain.

2. Gejala-gejala negatif atau gejala samar : meliputi apati yaitu perasaan tidak

peduli terhadap individu, aktivitas dan peristiwa. Alogia yaitu kecenderungan

berbicara sangat sedikit atau menyampaikan sedikit substansi makna (miskin isi).

Afek datar yaitu tidak adnya ekspresi wajah yang akan menunjukkan emosi atau

mood. Afek tumpul yaitu rentang keadaan perasaan emosional atau mood yang

terbatas. Anhedonia yaitu merasa tidak senang atau tidak gembira dalam

menjalani hidup, aktivitas, atau hubungan. Katatonia yaitu imobilitas karena

faktor psikologis, kadangkala ditandai oleh periode agitasi atau gembira, klien

tampak tidak bergerak seolah-olah dalam keadaan setengah sadar. Tidak memiliki

14

Page 7: BAB 2

kemauan yaitu tidak adanya keinginan, ambisi, atau dorongan untuk bertindak

atau melakukan tugas-tugas. Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena

merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 2008

adapun gejala-gejala awal yang terlihat pada tahap-tahap perkembangan adalah

sebagai berikut:

1. Pada anak perempuan tampak sangat pemalu, tertutup, menarik diri secara

sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, dan ekspresi wajah sangat terbatas.

2. Pada anak laki-laki, sering menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan

tidak disiplin.

3. Pada bayi biasanya terdapat problem tidur makan, gangguan tidur kronis, tonus

otot lemah, apatis dan ketakutan terhadap objek atau benda yang bergerak

cepat.

4. Pada balita terdapat ketakutan yang berlebihan terhadap hal-hal baru seperti

potong rambut, takut gelap, takut terhadap label pakaian, takut terhadap benda-

benda bergerak.

5. Pada anak usia lima samapai enam tahun, mengalami halusinasi suara seperti

mendengar bunyi letusan, bantingan pintu atau bisikan, juga halusinasi visual

seperti melihat adanya sesuatu yang bergerak meliuk-liuk, ular, bola-bola

bergelindingan, lintasan cahaya dengan latar belakang warna gelap. Anak

terlihat bicara atau tersenyum sendiri, menutup telinga, dan sering mengamuk

tanpa sebab.

15

Page 8: BAB 2

2.1.4 Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi Sosial adalah suatu keadaan klien yang mengalami

ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan

lingkungan disekitarnya secara wajar (Stuart dan Sundeen, 1998, dalam Hidayati,

2008). Sedangkan pengertian yang lebih lengkap menurut Nasution (2009) bahwa

menarik diri adalah suatu keadaan klien yang mengalami ketidakmampuan untuk

mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan disekitarnya

secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak realistik.

1. Tingkah Laku Isolasi Sosial

Menurut Nasution (2009), adapun tingkah laku klien Isolasi sosial yaitu:

1. Kurang sopan

2. Apatis

3. Ekspresi wajah kurang berseri

4. Afek tumpul

5. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri

6. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada

7. Mengisolasi diri

8. Kurang sadar dengan lingkungan sekitar.

9. Pemasukan makanan dan minuman berkurang.

10. Aktivitas menurun.

11. Kurang energik (tenaga).

12. Menolak hubungan dengan orang lain.

16

Page 9: BAB 2

2.1.5 Terapi Skizofrenia

Skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cederung berlanjut (kronis,

menahun), oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan waktu relatif lama

berbulan-bulan bahkan bertahun, hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil

mungkin kekambuhan (relapse). Terapi yang komprehensif dan holistik atau

terpadu dewasa ini sudah dikembangkan (Hawari, 2009). Adapun terapi atau

pengobatan dari klien skizofrenia adalah sebagai berikut:

1. Psikofarmaka

Skizofrenia dari sudut organobiologik terdapat gangguan pada fungsi

transmisi sinyal pengantar saraf (neurotransmitter) sel-sel susunan saraf pusat

(otak) yaitu pelepasan zat dopamine dan serotonin yang mengakibatkan gangguan

pada alam pikir, alam perasaan dan perilaku. Oleh karena itu obat psikofarmaka

yang diberikan ditujukan pada gangguan neurotransmitter sehingga gejala-gejela

klinis dapat dihilangkan atau dengan kata lain klien skizofrenia dapat diobati.

2. Psikoterapi

Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien skizofrenia, baru dapat

diberikan apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan

dimana kemampuan menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) sudah kembali

pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi diberikan dengan catatan

bahwa klien masih tetap mendapat terapi psikofarmaka.

Menurut Hawari (2009) psikoterapi banyak ragamnya tergantung dari

kebutuhan dan latar belakang klien sebelum sakit, yaitu sebagai berikut :

17

Page 10: BAB 2

1) Psikoterapi Suportif, untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi

agar klien tidak merasa putus asa dan semangat dalam menghadapi hidup ini

tidak menurun.

2) Psikoterapi Re-konstruktif, untuk memperbaiki kembali (re-konstruksi)

kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh.

3) Psikoterapi Kognitif, untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir

dan daya ingat) rasional sehingga klien mampu membedakan nilai-nilai moral

etika, mana yang baik dan buruk.

4) Psikoterapi Psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses

dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya

untuk mencari jalan keluarnya.

5) Psikoterapi Perilaku, untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu

(maladaptif) menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri).

6) Psikoterapi Keluarga, untuk memulihkan hubungan klien dengan

keluarganya.

3. Terapi Psikososial

Terapi psikososial dimaksudkan agar klien mampu kembali beradaptasi

dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri

tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan

masyarakat.

4. Terapi Psikoreligius

Terapi keagamaan (psikoreligius) terhadap klien skizofrenia ternyata

mempunyai manfaat, dari penelitian yang dilakukan oleh Larson, dkk (1982,

18

Page 11: BAB 2

dalam Hawari, 2009) secara umum memang menunjukkan bahwa komitmen

agama berhubungan dengan manfaatnya dibidang klinik.

Menurut Hawari (2009), klien gangguan jiwa skizofrenia yang berulang

kali kambuh, selain program terapi diperlukan juga program rehabilitasi sebagai

persiapan penempatan kembali ke keluarga dan masyarakat. Adapun program

rehabilitasi sebagai persiapan kembali ke keluarga dan masyarakat meliputi

berbagai macam kegiatan, antara lain:

1) Terapi aktivitas kelompok.

2) Menjalankan ibadah keagamaan.

3) Kegiatan kesenian (menyanyi, musik, tari-tarian, seni lukis dan sejenisnya).

4) Terapi fisik berupa olahraga.

5) Keterampilan (membuat kerajinan tangan).

6) Berbagai macam kursus.

7) Bercocok tanam.

8) Rekreasi, dan lain-lain.

2.2 Konsep Dasar TAK Stimulasi Sensori

Pada konsep dasar TAK stimulasi sensori dibahas tentang pengertian

TAK stimulasi sensori, manfaat TAK, indikasi dan kontraindikasi TAK,

komponen TAK, tujuan TAK stimulasi sensori, aktivitas dan indikasi TAK

stimulasi sensori. Selengkapnya seperti pada uraian berikut:

2.2.1 Pengertian TAK Stimulasi Sensori

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan

sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang

19

Page 12: BAB 2

dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist (Yosep, 2009). Sedangkan

pengertian TAK stimulasi sensori menurut Purwaningsih dan Karlina (2009)

adalah aktifitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien,

kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan

melalui gerakan tubuh, ekspresi muka dan ucapan. Pengertian yang lebih singkat

diungkapkan oleh Keliat dan Akemat (2005), TAK stimulasi sensori adalah upaya

menstimulasi semua pancaindera (sensori) agar memberi respons yang adekuat.

Berdasarkan pengertian TAK stimulasi sensori menurut Purwaningsih dan

Karlina, Keliat dan Akemat, maka dapat disimpulkan bahwa TAK stimulasi

sensori adalah suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok klien bersama-sama

yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapistuntuk memberikan stimulasi

semua panca indera (sensori) agar memberi respons yang adekuat, kemudian

diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui

gerakan tubuh, ekspresi muka dan ucapan.

2.2.2 Manfaat TAK

Menurut Purwaningsih dan Karlina (2009), TAK mempunyai manfaat

terapeutik, yaitu manfaat umum, khusus dan rehabilitasi. Selengkapnya seperti

pada uraian berikut:

1. Manfaat Umum

1)Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan

umpan balik dengan atau dari orang lain.

2) Melakukan sosialisasi.

3) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

20

Page 13: BAB 2

2. Manfaat Khusus

1) Meningkatkan identitas diri.

2) Menyalurkan emosi secara konstruktif.

3) Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial.

3. Manfaat Rehabilitasi

1) Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.

2) Meningkatkan keterampilan sosial.

3) Meningkatkan kemampuan empati.

4) Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.

2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi

Menurut Yosep (2009), semua klien rehabilitasi perlu mendapat terapi

kelompok, kecuali mereka yang mengalami:

1. Psikopat dan sosiopat.

2. Selalu diam dan/atau autistik.

3. Delusi yang tidak terkontrol.

4. Klien yang mudah bosan.

5. Klien rehabilitasiambulatory yang tidak termasuk psikosis berat, tidak

menunjukkan gejala regresi dan halusinasi dan ilusi yang berat dan orang-

orang dengan kepribadian scizoid serta neurotic.

6. Klien dengan ego psiko patologik berat yang menyebabkan psikotik kronik

sehingga menyebabkan toleransi terhadap kecemasan rendah dan adaptasi

yang kurang.

21

Page 14: BAB 2

2.2.4 Komponen TAK

Menurut Stuart & Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005),

komponen kelompok terdiri dari delapan aspek, yaitu sebagai berikut:

1. Struktur Kelompok

Struktur kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses

pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur

kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan

interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota,

arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara

bersama.

2. Besar Kelompok

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang

anggotanya berkisar antara 5-12 orang (Keliat dan Akemat, 2005). Jumlah

anggota kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam Keliat dan

Akemat, 2005) adalah 7-10 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan

Beck (1993, dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 5-10 orang. Jika anggota

kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan

mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak

cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi.Sedangkan menurut Johnson

(dalam Yosep, 2009) terapi kelompok sebaiknya tidak lebih dari 8 anggota karena

interaksi dan reaksi interpersonal yang terbaik terjadi pada kelompok dengan

jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaanya lebih dari 10, maka akan terlalu

22

Page 15: BAB 2

banyak tekanan yang dirasakan oleh anggota sehingga anggota merasa lebih

terekspos, lebih cemas, dan seringkali bertingkah laku irasional.

3. Lamanya Sesi

Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok

yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia,

dalam Keliat dan Akemat, 2005). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa

orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi

tergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali perminggu; atau

dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

4. Komunikasi

Tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan

menganalisa pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan

balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang

terjadi.

5. Peran Kelompok

Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada

tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja

kelompok (Bernes & Sheats, 1948, dalam Keliat dan Akemat, 2005), yaitu

maintenance roles, task roles, dan individual role. Maintence role, yaitu peran

serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus

pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered dan distraksi pada

kelompok.

23

Page 16: BAB 2

6. Kekuatan Kelompok

Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam

mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan

anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak

mendengar dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok.

7. Norma Kelompok

Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan

terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman

masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok.

Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan normal kelompok, penting dalam

menerima anggota kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma

dianggap pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain.

8. Kekohesifan

Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam

mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah

dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas

terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat

dipertahankan.

2.2.5 Tujuan TAK Stimulasi Sensori

Menurut Keliat dan Akemat (2005) tujuan umum TAK stimulasi sensori

adalah klien dapat berespons terhadap stimulus pancaindra yang diberikan dan

tujuan khususnya adalah:

24

Page 17: BAB 2

1. Klien mampu berespons terhadap suara yang didengar.

2. Klien mampu berespons terhadap gambar yang dibuat.

3. Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar.

2.2.6 Aktivitas dan Indikasi TAK Stimulasi Sensori

Aktivitas TAK stimulasi sensoris dapat berupa stimulus terhadap

penglihatan, pendengaran, dan lain-lain, seperti gambar, video, tarian, dan

nyanyian. Klien yang mempunyai indikasi TAK stimulasi sensori adalah klien

isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah, yang disertai kurang komunikasi

verbal (Keliat dan Akemat, 2005).

TAK stimulasi sensori terdiri dari 3 sesi, yaitu sesi 1: mendengar musik,

sesi2: menggambar dan sesi 3: menonton telivisi atau video (Keliat dan Akemat,

2005). Selengkapnya pelaksanaan TAK stimulasi sensori, adalah sebagai berikut:

2.2.7 Sesi 1: Mendengar Musik

1. Tujuan

1) Klien mampu mengenali musik yang didengar

2) Klien mampu memberi respon terhadap musik

3) Klien mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan musik

2.Setting

1) Terapis dan klien duduk bersama dalam bentuk setengah lingkaran

2) Ruangan nyaman dan tenang

3.Alat

1) Tape recorder

25

Page 18: BAB 2

2) Kaset musik

4.Metode

1) Diskusi

2) Sharing persepsi

2. Langkah Kegiatan

1) Persiapan

a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi: menarik diri, harga diri

rendah dan kurang mau bicara.

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2) Orientasi

a. Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada klien

b. Evaluasi atau validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendengarkan musik

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:

a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada

terapis

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

26

Page 19: BAB 2

3) Tahap Kerja

a. Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri (nama dan nama

panggilan) dimulai dari terapis secara berurutan searah jarum jam.

b. Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua

klien untuk bertepuk tangan.

c. Terapis dan klien memakai papan nama.

d. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh tepuk tangan atau

berjoget sesuai dengan irama lagu. Setelah lagu selesai, klien akan diminta

menceritakan isi dari lagu tersebut dan perasaan klien setelah mendengar lagu.

e. Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh berjoget atau tepuk tangan

(kira-kira 15 menit). Musik diputar boleh diulang beberapa kali. Terapis

mengobservasi respons klien terhadap musik.

f. Secara bergiliran, klien diminta menceritakan isi lagu dan perasaannya. Sampai

semua klien mendapat giliran.

g. Terapis memberikan pujian, setiap klien selesai menceritakan perasaannya, dan

mengajak klien lain tepuk tangan.

4) Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan musik yang disukai dan

bermakna dalam kehidupannya.

27

Page 20: BAB 2

c. Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati TAK yang akan datang yaitu menggambar

2) Menyepakati waktu dan tempat.

2. Evaluasi dan Dokumentasi

1) Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.

Untuk TAK stimulasi sensori mendengar musik, kemampuan klien yang

diharapkan adalah mengikuti kegiatan, respons terhadap musik, memberi

pendapat tentang musik yang didengar dan perasaan saat mendengar musik.

2) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan

proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi

sensoris mendengar musik. Klien mengikuti kegiatan sampai akhir dan

menggerakkan jari sesuai dengan irama musik, namun belum mampu memberi

pendapat dan perasaan tentang musik. Latih klien untuk mendengarkan musik di

ruang rawat.

2.2.8 Sesi 2: Menggambar

1. Tujuan

1) Klien dapat mengekspresikan perasaan melalui gambar

2) Klien dapat memberi makna gambar

2. Setting

28

Page 21: BAB 2

1) Klien dan terapis duduk bersama dalam bentuk setengah lingkaran

2) Ruangan nyaman dan tenang

3. Alat

1) Kertas HVS

2) Pensil 2B (bila tersedia krayon juga dapat digunakan)

4. Metode

1) Dinamika kelompok

2) Diskusi

5. Langkah Kegiatan

1) Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2) Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada klien

2) Terapis dan klien memakai papan nama

b. Evaluasi atau validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menggambar dan menceritakannya

kepada orang lain

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:

29

Page 22: BAB 2

a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada

terapis

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3) Tahap Kerja

a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menggambar dan

menceritakan hasil gambar kepada klien lain

b. Terapis membagikan kertas dan pensil, untuk tiap klien

c. Terapis meminta klien menggambar apa saja sesuai dengan yang diinginkan

saat ini

d. Sementara klien mulai menggambar, terapis berkeliling, dan memberi

penguatan kepada klien untuk terus menggambar. Jangan mencela klien.

e. Setelah semua klien selesai menggambar, terapis meminta masing-masing

klien untuk memperlihatkan dan menceritakan gambar yang telah dibuatnya

kepada klien lain. Yang harus diceritakan adalah gambar apa dan apa makna

gambar tersebut menurut klien.

f. Kegiatan poin e. dilakukan sampai semua klien mendapat giliran

g. Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya, terapis mengajak klien lain

bertepuk tangan.

4) Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

30

Page 23: BAB 2

b. Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan melalui gambar

c. Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu menonton TV

2) Menyepakati waktu dan tempat

5. Evaluasi dan Dokumentasi

1) Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.

Untuk TAK stimulasi sensoris menggambar, kemampuan klien yang diharapkan

adalah mampu mengikuti kegiatan, menggambar, menyebutkan apa yang di

gambar dan menceritakan makna gambar.

2) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan

proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 2, TAK stimulasi

sensoris menggambar. Klien mengikuti kegiatan sampai selesai. Klien mampu

menggambar, menyebutkan nama gambar, dan menceritakan makna gambar.

Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan melalui gambar.

2.2.9 Sesi 3: Menonton TV/Video

1. Tujuan

1) Klien dapat memberi respon terhadap tontonan TV/video (jika menonton TV,

acara tontonan hendaknya dipilih yang positif dan bermakna terapi untuk

klien)

31

Page 24: BAB 2

2) Klien menceritakan makna acara yang ditonton

2. Setting

1) Klien dan terapis duduk membentuk setengah lingkaran di depan televisi

2) Ruangan nyaman dan tenang

3. Alat

1) Video/CDplayer dan video tape/CD

2) Televisi

4. Metode

Diskusi

5. Langkah kegiatan

1) Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti TAK sesi 2

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2) Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada klien

2) Terapis dan klien memakai papan nama

b. Evaluasi atau validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menonton TV/video dan

menceritakannya

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:

32

Page 25: BAB 2

a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada

terapis

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3) Tahap Kerja

a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menonton

TV/video dan menceritakan makna yang telah ditonton

b. Terapis memutar TV/VCD yang telah disiapkan

c. Terapis mengobservasi klien selama menonoton TV/video

d. Setelah selesai menonton, masing-masing klien diberi kesempatan

menceritakan isi tontonan dan maknanya untuk kehidupan klien. Berurutan

searah jarum jam, dimulai dari klien yang ada di sebelah kiri terapis. Sampai

semua klien mendapat giliran.

e. Setelah selesai klien menceritakan persepsinya, terapis mengajak klien lain

bertepuk tangan dan memberikan pujian.

4) Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien untuk menonton acara TV yang baik

c. Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati TAK yang akan datang sesuai dengan indikasi klien

33

Page 26: BAB 2

2) Menyepakati waktu dan tempat

5. Evaluasi dan Dokumentasi

1) Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.

Untuk stimulasi sensoris menonton, kemampuan klien yang diharapkan adalah

mengikuti kegiatan, berespons terhadap tontonan, menceritakan isi tontonan dan

mengungkapkan perasaan saat menonton.

2) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan

proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi

sensoris menonton. Klien mengikuti kegiatan sampai selesai, ekspresi datar, dan

tanpa respons, klien tidak dapat menceritakan isi tontonan dan perasaannya.

Tingkatkan stimulus di ruangan, ulang kembali dengan stimulus yang berbeda.

2.3 Konsep Dasar Kemampuan Komunikasi

Konsep dasar kemampuan komunikasi menjabarkan tentang pengertian

kemampuan komunikasi, jenis komunikasi, komponen komunikasi, tujuan

komunikasi, faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada klien skizofrenia.

2.3.1 Pengertian Kemampuan Komunikasi

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan

beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Wikipedia, 2010). Sedangkan pengertian

yang lain menurut Wikipedia (2010) kemampuan adalah sebuah penilaian terkini

atas apa yang dapat dilakukan seseorang.

34

Page 27: BAB 2

Komunikasi adalah proses yang digunakan individu untuk bertukar

informasi (Balzer-Riley, 1996, dalam Videbeck, 2008). Sedangkan menurut

Taylor dkk (1993, dalam Nurjannah, 2004) komunikasi adalah proses pertukaran

informasi atau proses yang menimbulkan dan meneruskan makna atau arti.

Pengertian yang hampir sama menurut Musliha dan Fatimawati (2009),

komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau meneruskan makna atau

arti.

Menurut Nurjannah (2004), kemampuan komunikasi adalah kemampuan

untuk menerima, interprestasi, mengekspresikan bicara menulis dan pesan

nonverbal.

Berdasarkan uraian tersebut diatas yang dimaksud kemampuan komunikasi

adalah kemampuan seorang individu untuk menerima, interprestasi, dan

mengekspresikan bicara dan pesan nonverbal dalam proses pertukaran informasi

atau proses yang menimbulkan dan meneruskan makna atau arti.

2.3.2 Jenis Komunikasi

Menurut Videbeck (2008), pesan-pesan secara simultan dikirim dan diterima

dengan dua cara, yaitu secara verbal dan nonverbal. Selengkapnya seperti pada

uraian berikut:

1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal terdiri dari kata-kata yang digunakan untuk berbicara

kepada satu pendengar atau lebih. Kata-kata merupakan simbol yang digunakan

untuk mengidentifikasi objek dan konsep yang didiskusikan. Urutan dan makna

35

Page 28: BAB 2

simbol tersebut terbentuk dengan menyusun kata-kata menjadi frasa dan kalimat

yang dapat dipahami baik oleh pembicara maupun pendengar.

Menurut Ellis dan Nowlis (1994, dalam Musliha dan Fatmawati, 2009),

menyatakan beberapa hal yang penting dalam berkomunikasi verbal, yaitu:

1) Pengunaan Bahasa

Penggunaan bahasa perlu mempertimbangkan pendidikan klien, tingkat

pengalaman dan kemahiran dalam berbahasa.

2) Kecepatan

Kecepatan akan mempengaruhi komunikasi verbal. Seseorang yang dalam

keadaan cemas atau sibuk biasanya akan lupa untuk berhenti berbicara dan

pembicaraan dilakukan sangat cepat sehingga hal ini menyebabkan pendengar

tidak dapat memproses pesan dan menyusun respon yang akan diberikan.

Komunikasi verbal dengan kecepatan yang sesuai akan memberikan kesempatan

untuk berpikir jernih tentang apa yang diucapkan dan juga akan menyebabkan

seseorang dapat menjadi pendengar yang efektif.

3) Intonasi Suara

Menunjukkan gaya dari ekspresi yang digunakan dalam bicara dan dapat

merubah arti dari kata. Pengaruh dari bicara dengan suara keras akan berbeda

dengan suara lembut atau lemah.

2. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah perilaku yang menyertai isi verbal, seperti gerak

tubuh, ekspresi wajah dan mata, nada suara, kecepatan dan keengganan bicara,

suara mendengkur dan suara merintih serta jarak dari pendengar. Komunikasi

36

Page 29: BAB 2

nonverbal dapat menunjukkan pikiran, perasaan, kebutuhan dan nilai pembicara

yang kebanyakan ditunjukkan secara tidak sadar.

Adapun tujuan dari komunikasi nonverbal (Stuart dan Sundeen, 1995, dalam

Musliha dan Fatmawati, 2009), adalah:

1) Mengekspresikan emosi.

2) Mengekspresikan tingkah laku interpersonal.

3) Membangun, mengembangkan dan memelihara interaksi sosial

4) Menunjukkan diri.

5) Terlibat dalam ritual.

6) Mendukung komunikasi verbal.

Menurut Musliha dan Fatmawati (2009), secara umum komunikasi nonverbal

terdiri dari:

1) Kinesics

Kinesics merupakan komunikasi verbal yang dilakukan melalui pergerakan

tubuh, terdiri dari: ekspresi muka, gesture (gerak, isyarat, sikap), gerakan tubuh

dan postur, gerak mata atau kontak mata.

2) Paralanguage

Paralanguage menunjukkan pada bahasa itu sendiri. Vocal dapat

membedakan emosi yang dirasakan satu orang dengan orang lain.

3) Proximics

Merupakan jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain yang

menggambarkan keintiman.

4) Sentuhan

37

Page 30: BAB 2

Setuhan merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, dapat menimbulkan

reaksi positif dan negatif tergantung dari orang yang terlibat dan lingkungan

disekeliling interaksi tersebut.

2.3.3 Komponen Komunikasi

Unit dasar komunikasi terdiri dari seorang pengirim, seorang penerima dan

sebuah pesan dalam konteks tertentu. Menurut Musliha dan Fatmawati (2009),

komunikasi mempunyai enam komponen, yaitu:

1) Komunikator: penyampaian informasi atau sumber informasi.

2) Komunikan: penerima informasi, pemberi respon terhadap stimulus.

3) Pesan: gagasan, pendapat, stimulus, fakta, informasi.

4) Media: saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan.

5) Kegiatan “Encoding”: perumusan pesan oleh komunikator.

6) Kegiatan “Decoding”: penafsiran pesan oleh komunikan.

2.3.4 Tujuan Komunikasi

Menurut Musliha dan Fatmawati (2009), tujuan komunikasi antara lain:

1) Mampumemahami perilaku orang lain

2) Menggali perilaku bila setuju dan tidak setuju.

3) Memahami perlunya memberi pujian.

4) Menciptakan hubungan personal yang baik.

5) Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu.

6) Untuk menentukan suatu kesanggupan

7) Untuk meneliti pola kesehatan.

8) Mendorong untuk bertindak

38

Page 31: BAB 2

9) Memberi nasehat

2.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Klien

Skizofrenia

Menurut Pasaribu (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada

klien skizofrenia adalah ditinjau dari komunikator (perawat) dan ditinjau dari

komunikan (klien skizofrenia). Selengkapnya seperti pada uraian berikut:

1. Ditinjau dari komunikator (perawat)

Ditinjau dari komunikator (perawat), faktor-faktor yang mempengaruhi

komunikasi pada klien skizofreniaantara lain:

1) Kecakapan perawat (dapat menguasai cara-cara menyampaikan pikiran,

mudah dimengerti, sederhana, baik secara lisan maupun tulisan).

2) Sikap perawat (sikap terbuka, bermuka manis, saling percaya, rendah hati,

dapat menjadi pendengar yang baik).

3) Pengetahuan perawat (wawasan atau pengetahuan semakin dalam dan

menguasasi masalah akan semakin baik dalam memberikan uraian atau

penjelasan).

4) Sistem sosial (penyesuaian terhadap situasi atau kondisi, dimana, dengan

siapa berkomunikasi).

5) Pengaruh komuniasi (gerak tubuh perawat dalam berkomunikasi terutama

komunikasi lisan)

2. Dintinjau dari komunikan (klien skizofrenia)

39

Page 32: BAB 2

Ditinjau dari komunikan (klien skizofrenia), faktor-faktor yang mempengaruhi

komunikasi pada klien skizofreniaantara lain:

1) Kecakapan.

2) Sifat.

3) Pengetahuan.

4) Sistem sosial.

5) Saluran (pendengaran, penglihatan) dari komunikan.

2.4 Pengaruh TAK Stimulasi Sensori Terhadap Kemampuan Komunikasi

TAK stimulasi sensori merupakan aktivitas yang digunakan sebagai stimulasi

pada sensori klien, kemudian diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus

yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekpresi wajah,

gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi

verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respon.

Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah: musik, seni, menyanyi,

menari. Jika hobi klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus

(Keliat dan Akemat, 2005).

Menurut Purwaningsih dan Karlina (2009) pada TAK stimulasi sensori, aktivitas

yang digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien, kemudian

diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui

gerakan tubuh, ekspresi muka dan ucapan. TAK untuk menstimulasi sensori

menggunakan teknik yang digunakan meliputi fasilitas penggunaan panca indera

dan kemampuan mengekspresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.

2.5 Kerangka Konsep

40

Page 33: BAB 2

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap

konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007). Adapun

kerangka konseppada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.5Kerangka Konsep Pengaruh TAK Stimulasi Sensori Terhadap Kemampuan Komunikasi Klien

Skizofrenia Di RSJ Provinsi Bali

41

Faktor Penyebab(Keturunan, Endokrin,

Metabolisme, SSP, Teori Adolf Meyer, Teori

Sigmund Freud)

Skizofrenia

Gejala Skizofrenia

Terapi:

Kemampuan Komunikasi1. Belum Mampu2. Mampu

Keterangan :

: variabel diteliti

: variabel tidak diteliti

2. Psikoterapi

3. Psikososial

1. Psikofarmaka

4. Psikoreligius

1. Gejala Positif (waham, kekacauan alam pikiran, gaduh, gelisah)

2. Gejala Negatif- Menarik diri

5. Rehabilitasi: TAK stimulasisensori

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi:

1. Komunikator (perawat)

2. Komunikan (klien skizofrenia)

Page 34: BAB 2

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua

atau lebih variabel yang diharapkan akan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam

penelitian (Nursalam, 2008).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hipotesa penelitian yaitu ada

pengaruh TAK stimulai sensori terhadap komunikasi klien skizofrenia dengan

isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

42