bab 2
DESCRIPTION
Bab 2TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pentingnya Proses Rekrutmen
2.1.1 Definisi Rekrutmen
Perekrutan adalah proses menghasilkan satu kelompok pelamar yang
memenuhi syarat untuk pekerjaan-pekerjaam organisasional (Mathis dan Jackson
2006 : p227).
Drs. Fautisno Cardoso Gomes (1995:105), menyatakan bahwa “rekruitmen
merupakan proses mencari, menemukan dan menarik para pelamar untuk
dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi”.
Definisi diatas sejalan dengan yang dikemukakan Rifai (2008 : p158), bahwa
rekrutmen pada hakikatnya merupakan proses menentukan dan menarik pelamar
yang mampu untuk bekerja dalam suatu perusahaan.
Menurut Flippo (1984), “Penarikan calon pegawai atau tenaga kerja adalah
proses pencarian tenaga kerja yang dilakukan secara seksama,sehingga dapat
merangsang mereka untuk mau melamar jabatan–jabatan tertentu yang ditawarkan
oleh organisasi”.
Sedangkan menurut Sihotang (2007, p89), rekrutmen adalah kegiatan mencari
dan menarik para pelamar pekerjaan dengan motivasi kemampuan, keahlian, dan
pengetahuan sumber daya manusia yang diperlukan oleh organisasi untuk mengisi
lowongan kerja yang telah diidentifikasi sebelumnya didalam rencana kepegawaian.
Mengambil kesimpulan berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas,
rekrutmen yaitu usaha suatu perusahaan dalam mencari, menentukan, dan menarik
calon pelamar yang dibutuhkan dan memenuhi syarat untuk mengisi lowongan
pekerjaan yang ada di perusahaan.
2.1.2 Tujuan Rekrutmen
Menurut Henry Simamora (1997:214), rekrutmen memiliki beberapa
tujuan, antara lain sebagai berikut:
Untuk memikat sebagian besar pelamar kerja sehingga organisasi akan
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan pemilihan
terhadap calon-calon pekerja yang dianggap memenuhi standar kualifikasi
organisasi.
Tujuan pasca pengangkatan adalah penghasilan karyawan-karyawan yang
merupakan pelaksana-pelaksana yang baik dan akan tetap bersama dengan
perusahaan sampai jangka waktu yang masuk akal.
Meningkatkan citra umum organisasi, sehingga para pelamar yang gagal
mempunyai kesan-kesan positif terhadap organisasi atau perusahaan.
2.1.3 Jenis-jenis Seleksi
Jenis-jenis seleksi (Rivai dan Sagala, 2009 : p181):
1. Seleksi Administrasi, yaitu seleksi berupa surat-surat yang dimiliki pelamar
untuk menentukan apakah sudah sesuai dengan kpersyaratan yang diminta
organisasi perusahaan,
2. Seleksi secara tertulis, terdiri dari tes kecerdasan, tes kepribadian, tes bakat,
tes minat, tes prestasi,
3. Seleksi tidak tertulis, terdiri dari wawancara, praktik, kesehatan/medis.
2.1.4 Proses Rekrutmen
Didalam proses rekrutmen dikenal dua sistem atau filosofi yaitu:
1. Sistem gugur (successive hurdles)
Pada sistem ini, seorang peserta mengikuti tahap seleksi satu demi
satu secara bertahap. Jika tidak lulus pada satu tahap, maka peserta
dinyatakan gugur dan tidak dapat mengikuti tahap seleksi berikutnya.
2. Sistem kompensatori (compensatory approach)
Pada sistem ini, peserta mengikuti seluruh tahap seleksi atau seluruh
tes yang diberikan. Kelulusan peserta ditentukan dengan mengevaluasi nilai
atau hasil seluruh tahap atau tes itu. Nilai tinggi pada satu tahap atau tes
dapat mengkompensasi nilai rendah pada tahap atau tes yang lain (Sofyandi,
p105).
2.1.5 Definisi Karyawan
Dalam buku yang berjudul: ”Manajemen Sumber Daya Manusia”
(1995:327), menurut Henry Simamora kinerja karyawan adalah tingkat
terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.
Menurut A. Sonny Keraf, Karyawan adalah orang - orang profesional
yang tidak mudah digantikan. Karena mengganti seorang tenaga profesional
akan sangat merugikan baik dari segi finansial, waktu, dan energi.
Sedangkan menurut Rico Sierma & Eva H. Saragih, Karyawan
merupakan penggerak utama dari setiap organisasi. Tanpa mereka, organisasi
dan sumber daya lainnya tidak akan pernah menjadi sesuatu yang berarti.
Dari Pendapat para ahli tersebut diatas, penulis mengartikan karyawan
yaitu merupakan unsur yang paling penting yang dimiliki perusahaan. Dimana
karyawan lah sebagai penggerak utama sumberdaya perusahaan hingga
mencapai citra yang tinggi dimata masyarakat.
2.1.6 Hal-hal Yang Diinginkan Karyawan
Abraham Maslow, mengemukakan bahwa manusia memiliki lima kategori
kebutuhan, antara lain sebagai berikut:
Kebutuhan Fisiologis (physiological needs). Merupakan kebutuhan paling
pokok yang kita miliki, misalnya kebutuhan akan makanan, minuman, tempat
tinggal, dan istiraahat.
Kebutuhan Rasa Aman (safety needs). Merupakan kebutuhan akan
perlindungan dari mara bahaya atau kehilangan susuatu, yaitu kebutuhan
akan jaminan keamanan.
Kebutuhan Sosial (Social needs). Merupakan kebutuhan seperti afiliasi,
memberi dan menerima kasih saying, serta persahabatan.
Kebutuhan Ego (ego needs). Merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan
kehormatan diri seseorang, kebutuhan akan rasa yakin atas diri sendiri,
kemandirian, keberhasilan, pengetahuan, dan berkaitan dengan reputasi
seseorang, kebutuhan akan status, pengakuan, penghargaan, atau
penghormatan dari orang lain.
Kebutuhan Perwujudan Diri (self-actualization needs). Merupakan kebutuhan
tertinggi. Yaitu kebutuhan yang dimiliki semua orang untuk menjadi orang
yang kita rasa bahwa kita memiliki kemampuan untuk mewujudkannya.
Kebutuhan yang memotivasi seseorang untuk bekerja (Dessler, Gary.
Manajemen Personalia. 1995: 330).
2.1.7 Teori Motivasi Karyawan
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan
faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk
keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar
manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik),
sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan,
kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
Teori dari Vroom (1964), tentang cognitive theory of motivation
menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini
ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia
inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan
oleh tiga komponen, yaitu:
• Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
• Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil
dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan
outcome tertentu).
• Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau
negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi
harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang
diharapkan.
Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang
menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
• Need for achievement (kebutuhan akan prestasi).
• Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial).
• Need for Power (dorongan untuk mengatur).
2.2 Administrasi Personalia
2.2.1 Definisi Administrasi
Administrasi adalah kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan
bersama (Herbert A. Simon, 1999).
Administrasi yaitu sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua orang
manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2004:2).
Administrasi adalah daya upaya yang kooperatif yang mempunyai tingkat
rasionalitas yang tinggi (Inu Kencana Syafiie, 1971).
Menurut pendapat The Liang Gie (1976), administrasi adalah segenap
rangkaian perbuatan penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjsama sekelompok
manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut pendapat Soetarto dan R. P. Soewarno (1978),
administrasi adalah suatu proses penyelenggaraan dan pengurusan segenap
tindakan/kegiatan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk
mencapai tujuan.
Dari uraian para ahli tersebut, penulis mendefinisikan administrasi adalah
sebuah kegiatan kerjasama antara individu-individu yang didalamnya terdapat
seseorang yang memimpin untuk mengarahkan dan mengontrol setiap anggota dalam
berfikir dan bertindak agar tujuan-tujuan perusahaan dapat tercapai.
2.2.2 Definisi Personalia
Menurut Made Pidarta, personalia ialah semua anggota yang bekerja
untuk kepentingan organisasi yaitu untuk mencapai tujuan organisasi yang
sudah ditentukan.
Sedangkan menurut Suryo Subroto, yang dimaksud personalia atau
personil adalah orang-orang yang melaksanakan suatu tugas untuk mencapai
tujuan.
Dari kedua pendapat ahli diatas, maka penulis mendefinisikan bahwa
personalia yaitu keseluruhan orang-orang yang bekerja dalam bidang atau
berhubungan dengan manusiawi dalam sebuah organisasi atau perusahan guna
mencapai tujuan perusahaan.
2.2.3 Definisi Administrasi Personalia
2.2.4 Teori Administrasi
Frederick taylor (1856-1915 M), dikenal sebagai bapak managemen
ilmiah, yang mendasarkan teorinya pada hasil eksperimen yang ia lakkan yang
dituangkan dalam karya tulisnya yang berjudul the principles of scientific
management sekitar tahun 1911, yang dipopulerkan oleh Louis brandeis yng
berisi beberapa prinsip:
1. Prinsip studi waktu
2. Prinsip hasil upah
3. Prinsip pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan
4. Prinsip metode kerja ilmiah
5. Prinsip control managerial
6. Prinsip management fungsional
2.2.5 Masalah-masalah Administrasi Personalia
Proyeksi Pergantian (sebagai akibat pengunduran diri dan pemberhentian
karyawan).
Kualitas, keahlian, keterampilan, dan hakikat karyawan (dalam hal ini
Administrasi Personalia harus mengetahui kebutuhan perusahaan yang terus
berubah).
Perubahan teknologi dan administrasi mengakibatkan meningkatnya
produktivitas.
Sumber finansial yang tersedia bagi departemen administrasi personalia
Kesejahteraan dan pelayanan pegawai (Menentukan tingkat gaji karyawan,
tanggungan istri dan anak, tunjangan asuransi, tunjangan masa tua) (Dessler,
Gary. Manajemen Personalia. 1995: 123).
Adapun menurut (Drs. T. Hani Handoko, M.B.A., 1989 : 1-2) dalam
bukunya yang berjudul Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia,
masalah-masalah personalia masa kini terbagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut:
Faktor-faktor Lingkungan:
Kemajuan teknologi yang terjadi secara dahsyat
Pertumbuhan persaingan nasional dan internasional
Perkembangan kegiatan kolektip para karyawan
Faktor-faktor organisasional:
Tingkat pendidikan karyawan
Peningkatan heterogenitas angkatan kerja
Pelonjakan biaya-biaya personalia
2.2.6 Ruang Lingkup Administrasi Personalia
Kegiatan-kegiatan personalia adalah tindakan-tindakan yang diambil
untuk memberikan kepada organisasi satuan kerja yang efektif. Fungsi-fungsi
personalia yaitu penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan
penggunaan sumberdaya manusia. (Drs. T. Hani Handoko, M.B.A. Manajemen
Personalia dan Sumberdaya Manusia. 1989 : 1-2).
2.3 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Dan Citra Perusahaan
2.3.1 Definisi Kualitas Pelayanan
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan (Tjiptono, 2001).
Definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam
mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2007).
Menurut Kotler (2002:83), definisi pelayanan adalah setiap tindakan
atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang
pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik.
Kotler yang dikutip oleh Heryati Punomo (1992 : 128), menyatakan
bahwa kualitas pelayanan adalah tingkat pelayanan yang diberikan oleh
perusahaan kepada konsumen yang barometernya dapat dilihat dari prosedur
atau mekanisme pelayanan itu sendiri dan didukung reaksi konsumen yang
ditandai dengan kepuasan.
2.3.2 Tujuan Kualitas Pelayanan
Pendapat Kotler yang dikutip oleh Heryati Punomo (1992 : 131), bahwa
kualitas pelayanan mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1. Terwujudnya efektifitas kerja, (perusahaan telah memanfaatkan semua
sumber daya secara baik, sehingga kualitas pelayanan secara otomatis juga
terwujud).
2. Meningkatkan kualitas kerja, (perusahaan telah menempatkan personil pada
posisi atau jabatan yang tepat, sehingga personil akan dengan cepat
memberikan pelayanan kepada konsumen).
3. Meningkatkan volume pekerjaan, (perusahaan telah berhasil menjalankan
konsep atau strategi pemasaran dengan baik, sehingga penjualan yang
meningkat tidak bisa terlepas dari adanya pelayanan yang baik pula kepada
konsumen.
2.3.3 Syarat Kualitas Pelayanan
Guna mewujudkan kualitas pelayanan, maka syarat-syarat utama yang
perlu dipenuhi menurut Rhenald Kasali (2000 : 65), sebagai berikut :
1. Penempatan karyawan yang tepat dan sesuai
Penempatan karyawan sesuai posisi atau jabatan akan dapat
diwujudkan dengan memulai dari perekrutan karyawan, dimana karyawan
yang direkrut harus disesuaikan (match) antara jabatan yang akan diduduki
dengan latar belakang pendidikan, keterampilan dan keahlian.
2. Kualitas sumber daya manusia yang handal
Perusahaan harus melakukan kegiatan pengembangan kualitas
sumber daya manusia dengan cara pemberian pendidikan dan pelatihan agar
karyawan mendapatkan tambahan pengetahuan terutama pengetahuan yang
disesuaikan dengan posisi atau jabatan yang diembannya agar karyawan
bersangkutan dapat meningkatkan kinerjanya lebih baik.
3. Sistem dan prosedur pelayanan yang jelas
Setelah masalah unsur manusia yang utama, maka kualitas pelayanan
juga sangat ditentukan dengan adanya sistem dan prosedur pelayanan yang
jelas. Artinya perusahaan harus menetapkan satu sistem dan prosedur yang
sifatnya permanen tentang pelaksanaan pelayanan agar karyawan mengacu
pada sistem dan prosedur tersebut.
4. Pelaksanaan pengawasan yang baik
Pelaksanaan pengawasan terhadap semua pihak yang terlibat dalam
aktifitas pelaksanaan pelayanan harus dilaksanakan secara baik agar apa
yang telah direncanakan sesuai dengan yang dilaksanakan.
2.3.4 Definisi Citra
Kata citra sering kali diartikan sebagai “identitas atau “reputasi” atau
dalam arti yang lebih sempit diartikan sebagai persepsi internal dari
perusahaan yang diyakini oleh karyawan (Kennedy, 1977).
Selaras dengan pendapat diatas, seorang ahli (Albert an Whetten’s,
1985), mengatakan bahwa citra adalah pandangan internal mengenai
perusahaan yang menurut mereka harus dilabelkan sebagai “identitas”.
Adapun menurut Davies et al (2001), dikatakan bahwa citra diartikan
sebagai pandangan mengenai perusahaan oleh para pemegang saham
eksternal, khususnya oleh para pelanggan.
Sedangkan menurut Gronroos (1984), citra perusahaan dibangun oleh
kualitas teknikal yaitu apa yang pelanggan terima dari pengalaman
sebelumnya dan kualitas fungsional yaitu cara bagaimana servis diberikan
kepada pelanggan.
Dari pendapat-pendapat ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa citra
merupakan identitas atau reputasi sebuah perusahaan yang dilihat oleh
pelanggan melalui kulaitas pelayanan yang diberikan.
2.3.5 Denifisi Perusahaan
Menurut pendapat Kansil (2001:2) definisi atau pengertian perusahaan
adalah setiap bentuk badan usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan
dalam wilayah negara indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan
atau laba.
Menurut pendapat Swastha dan Sukotjo (2002:12) definisi atau
pengertian perusahaan adalah adalah suatu organisasi produksi yang
menggunakan dan mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan
kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.
Penulis menyemipulkan dari kedua pendapat ahli diatas bahwa
perusahaan merupakan semua organisasi atau instansi yang menyediakan atau
memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dalam pelaksanaannya
memiliki pemimpin yang mengarahkan karyawannya agar tujuan perusahaan
dapat tercapai.
2.3.6 Jenis-Jenis Citra
Jefkins (2003), menyebutkan beberapa jenis citra (image) yakni:
1. Citra bayangan (mirror image)
Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi.
Biasanya adalah pemimpinnya. Mengenai anggapan pihak luar tentang
organisasinya.
2. Citra yang berlaku (current image)
Suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar
mengenai suatu organisasi.
3. Citra yang diharapkan (wish image)
Suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.
4. Citra perusahaan (corporate image)
Citra dari suatu organisasi secara keseluruhan. Bukan hanya sekedar
citra atas produk dan pelayanannya.
5. Citra majemuk (multiple image)
Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari
sebuah organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama
dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.
2.3.7 Manfaat Citra Perusahaan
Perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi bagus, umumnya
menikmati enam hal, yaitu:
1. Hubungan yang baik dengan para pemuka masyarakat.
2. Hubungan positif dengan pemerintah setempat.
3. Risiko krisis yang lebih kecil.
4. Rasa kebanggaan dalam organisasi dan diantara khalayak sasaran.
5. Saling pengertian antara khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal.
6. Meningkatkan kesetiaan para staf perusahaan (Anggoro, 2002).
2.3.8 Unsur Pembentuk Citra Perusahaan
Dalam News Of PERHUMAS (2004), beberapa aspek yang merupakan
unsur pembentuk citra dan reputasi perusahaan antara lain:
1. Kemampuan financial
2. Mutu produk dan pelayanan
3. Fokus pada pelanggan
4. Keunggulan dan kepekaan SDM
5. Reliability
6. Inovasi
7. Tanggung jawab lingkungan
8. Tanggung jawab sosial
Pentingnya Proses Rekrutmen Bagi Administrasi Personalia Guna Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan
Citra Perusahaan
Oleh:
Kelompok 2
1. Dahrizal Jannariko (0612 3060 1178)
2. Dwi Desti Damayanti (0612 3060 1181)
3. Yulia Permata Sari (0612 3060 1197)
Kelas: 2 AB A
Makalah ini disusun sebagai pengganti Mid Tes 1 mata kuliah Pengantar
Ilmu Administrasi
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
PALEMBANG2013
Prinsip-prinsip Rekrutmen
1. Mutu karyawan yang akan direkrut harus sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan untuk mendapatkan mutu yang sesuai. Untuk itu sebelumnya
perlu dibuat: analisis pekerjaan, deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan.
2. Jumlah karyawan yang diperlukan harus sesuai dengan job yang tersedia
untuk mendapatkan hal tersebut perlu dilakukan: peramalan kebutuhan
tenaga kerja dan analisis terhadap kebutuhan tenaga kerja (work force
analysis).
3. Biaya yang diperlukan diminimalkan.
4. Perencanaan dan keputusan-keputusan strategis tentang perekrutan.
5. Fleksibilitas.
6. Pertimbangan-pertimbanga hukum.
http://samsul-amin.blogspot.com/2011/12/rekrutmen.html
http://ridhotha.wordpress.com/2009/12/28/rekrutmen-sdm/
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2009-1-00307-MN%20Bab
%202.pdf
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2011-2-00630-MNSI%20Bab
%202.pdf
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2011-2-00630-MNSI%20Bab
%202.pdf
http://psychosystem.wordpress.com/2011/02/09/recruitment/
Dessler, Gary. 1995, Manajemen Personalia. Jakarta: Prenhallindo
Dr.Harbani Pasolong, M.Si. 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik. Makassar:
Alfabeta
Drs. T. Hani Handoko, M.B.A., 1989. Manajemen Personalia dan
Sumberdaya Manusia
Jefkins, Frank. 2003. Public Relations. Edisi Kelima. Direvisi Oleh Daniel
Yadin. Penerbit Erlangga, Jakarta.
M.Linggar Anggoro. 2002. Dasar-Dasar Publik Relations.Jakarta: Gramedia
Widyasarana Indonesia
Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Simamora, Henry. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta.
YPPKN
http://adesuherman.blogspot.com/2012/06/peranan-fungsi-pengadaan-
procurement.html
http://id.shvoong.com/business-management/management/2195095-
pengertian-perusahaan
http://mirzualone.wordpress.com/2012/05/16/pengertian-citra/
http://psychosystem.wordpress.com/2011/02/09/recruitment/
http://sufiani.staff.gunadarma.ac.id