bab 2

24
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Arga Fajar Sentosa dan Linda Kusumaning Wedari ( 2007 ), dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going concern menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern, kondisi keuangan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Eko Budi Setyarno, Indira Januarti dan Faisal ( 2006 ) meneliti mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern mengungkapkan bahwa hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Untuk variabel kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Upload: wiznu-aditya

Post on 14-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mlmljn., , n,.n.nlnnln

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

    Arga Fajar Sentosa dan Linda Kusumaning Wedari ( 2007 ), dalam

    penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

    kecenderungan penerimaan opini audit going concern menyatakan bahwa

    kualitas audit tidak berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini

    audit going concern, kondisi keuangan berpengaruh negatif terhadap

    kecenderungan penerimaan opini audit going concern dan pertumbuhan

    perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit

    going concern.

    Eko Budi Setyarno, Indira Januarti dan Faisal ( 2006 ) meneliti

    mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit

    tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

    mengungkapkan bahwa hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik

    memberikan bukti empiris bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan dan

    opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan

    opini audit going concern. Untuk variabel kualitas audit dan pertumbuhan

    perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan

    opini audit going concern.

  • 7

    Yulius Kurnia Susanto ( 2009 ) dalam penelitiannya mengenai faktor-

    faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada

    perusahaan publik sektor manufaktur menyatakan bahwa kondisi keuangan

    perusahaan yang buruk membuat auditor cenderung memberikan opini audit

    going concern.

    II.2. Landasan Teori

    II.2.1. Pengertian Auditing

    Auditing memiliki banyak definisi, namun pada hakikatnya makna

    yang terkandung didalamnya adalah sama, hanya saja para pakar ekonomi dan

    organisasi terkait menuangkan definisi audit tersebut kedalam tata bahasa

    yang berbeda beda.

    Berikut ini beberapa definisi auditing dari beberapa penulis, antara lain :

    Menurut Amin Widjaja Tunggal dalam buku pengantar internal auditing

    (2011) sebagai berikut :

    Audit (auditing) adalah suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan .

    Pengertian auditing menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S.

    Beasley yang telah dialih bahasa oleh Herman Wibowo dalam buku auditing

    dan jasa assurance (2008) yaitu ;

    Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen .

  • 8

    Berdasarkan pengertian tersebut, beberapa kata kunci yang terkait

    dengan pengertian auditing adalah sebagai berikut :

    a. Proses yang sistematis ( systematical process )

    Artinya proses audit menggambarkan serangkaian langkah atau

    prosedur yang logis, terstruktur dan diorganisasikan dengan baik,

    selain itu juga proses audit dilaksanakan dengan formal.

    b. Asersi ( assertion ) dan kriteria yang ditetapkan ( established criteria )

    Auditing dilakukan terhadap suatu asersi ( pernyataan tertulis ) yang

    menjadi tanggung jawab pihak tertentu. Asersi ini disebut juga sebagai

    informasi karena mengandung informasi tentang sesuatu yang akan

    dievaluasi. Selain asersi, proses auditing juga harus didukung dengan

    standar ( kriteria ) yang ditetapkan ( established criteria ) yang

    menunjukan sesuatu ( kondisi ) yang seharusnya.

    c. Pengumpulan dan Evaluasi Bukti ( evidence )

    Bukti merupakan suatu informasi yang dikumpulkan auditor yang

    digunakan untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian

    antara asersi dengan kriteria yang ditetapkan, yang dapat berupa

    informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, verifikasi

    catatan catatan dan dokumen perusahaan, hasil pengamatan fisik dan

    sebagainya.

  • 9

    d. Kompeten, independen dan objektif

    Auditing harus dilakukan oleh orang orang yang kompeten, dalam

    arti mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar teknis

    profesi independent dalam arti mampu membebaskan diri dari berbagai

    kepentingan pihak pihak yang berkaitan dengan penugasan audit,

    sehingga akan menimbulkan perilaku yang objektif seorang auditor

    dalam arti auditor tersebut tidak akan memihak.

    e. Laporan kepada pihak yang berkepentingan ( reporting )

    Pelaporan hasil auditing merupakan hasil akhir proses auditing. Inti

    laporan auditing adalah pernyataan pendapat atau kesimpulan

    mengenai tingkat kesesuaian antara asersi ( informasi ) dengan kriteria

    yang ditetapkan.

    II.2.2. Jenis Jenis Auditing

    Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, Amin Abadi Jusuf

    dalam buku jasa audit dan assurance (2011: 16) yang telah diterjemahkan oleh

    Desti Fitriani, mengemukakan tiga jenis audit, yaitu :

    a. Audit operasional

    Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektifitas setiap bagian

    dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit

    operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk

    memperbaiki operasi. Dalam audit operasional, review atau

    penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat

    mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode

  • 10

    produksi, pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor

    menguasainya.

    b. Audit ketaatan (compliance audit)

    Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak audit

    telah mengikuti prosedur, aturan atau ketentuan tertentu yang

    ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi.

    c. Audit laporan keuangan (financial statement audit)

    Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan

    keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan

    kriteria tertentu. Biasanya kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip

    akuntansi yang berlaku umum (GAAP), walaupun auditor mungkin

    saja melakukan audit atas laporan keuangan yang disusun dengan

    menggunakan akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya yang

    cocok untuk organisasi tersebut. Dalam menentukan apakah laporan

    keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai standar akuntansi yang

    berlaku umum, auditor mengumpulkan bukti untuk menetapkan

    apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan yang vital atau

    salah saji lainnya.

    II.2.3. Jenis Jenis Auditor

    Menurut Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, Amin

    Abadi Jusuf dalam buku jasa audit dan assurance (2011: 16) yang telah

    diterjemahkan oleh Desti Fitriani. Ada beberapa auditor yang berpraktik pada

    saat ini, jenis yang paling umum adalah kantor akuntan publik, auditor badan

  • 11

    akuntabilitas pemerintah, auditor pajak dan auditor internal, berikut adalah

    penjelasannya :

    a. Kantor akuntan publik

    Kantor akuntan publik bertanggung jawab mengaudit laporan keuangan

    historis yang dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka, kebanyakan

    perusahaan lain yang cukup besar dan banyak perusahaan serta organisasi

    nonkomersial yang lebih kecil. Oleh karena luasnya penggunaan laporan

    keuangan yang telah diaudit dalam perekonomian Indonesia serta

    keakraban para pelaku bisnis dan pemakai lainnya, sudah lazim

    digunakan istilah auditor dan kantor akuntan publik dengan pengertian

    yang sama, meskipun ada beberapa jenis auditor. Sebutan kantor akuntan

    publik mencerminkan fakta bahwa auditor yang menyatakan pendapat

    audit atas laporan keuangan harus memiliki lisensi sebagai akuntan

    publik. KAP seringkali disebut auditor eksternal atau auditor independen

    untuk membedakannya dengan auditor internal.

    b. Auditor internal pemerintah

    Auditor internal Pemerintah adalah auditor yang bekerja untuk badan

    pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP) guna melayani

    kebutuhan pemerintah. Porsi utama upaya audit BPKP adalah dikerahkan

    untuk mengevaluasi efisiensi dan efektifitas operasional berbagai

    program pemerintah. BPKP mempekerjakan lebih dari 4000 orang auditor

    diseluruh Indonesia. Auditor BPKP juga sangat dihargai dalam profesi

    audit.

  • 12

    c. Auditor badan pemeriksa keuangan

    Auditor badan pemeriksa keuangan adalah auditor yang bekerja untuk

    badan pemeriksa keuangan (BPK) Republik Indonesia, badan yang

    didirikan berdasarkan konstitusi Indonesia. Dipimpin oleh seorang

    kepala, BPK melapor dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada DPR.

    d. Auditor pajak

    Direktorat Jendral (Ditjen) pajak bertanggung jawab untuk

    memberlakukan peraturan pajak. Salah satu tanggung jawab utama Ditjen

    pajak adalah mengaudit SPT wajib pajak untuk menentukan apakah SPT

    itu sudah mematuhi peraturan pajak yang berlaku. Audit ini murni

    bersifat audit ketaatan. Auditor yang melakukan pemeriksaan itu disebut

    auditor pajak.

    e. Auditor internal

    Auditor internal dipekerjakan oleh perusahaan untuk melakukan audit

    bagi manajemen, sama seperti BPK mengaudit untuk DPR. Tanggung

    jawab auditor internal sangat beragam, tergantung pada yang

    mempekerjakan mereka. Ada staf audit internal yang hanya terdiri atas

    satu atau dua karyawan yang melakukan audit ketaatan secara rutin. Staf

    audit internal lainnya mungkin terdiri atas lebih dari 100 karyawan yang

    memikul tanggung jawab berlainan, termasuk dibanyak bidang diluar

    akuntansi. Banyak juga auditor internal terlibat dalam audit operasional

    atau memiliki keahlian dalam mengevaluasi sistem komputer.

  • 13

    II.2.4. Standar Auditor

    Prosedur membahas tentang langkahlangkah yang harus dilaksanakan

    sedangkan standar membahas tentang kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan

    serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan

    prosedur yang bersangkutan. Jadi berlainan dengan prosedur auditing, standar

    auditing mencakup mutu profesional auditor independen dan pertimbangan

    yang digunakan dalam pelkasanaan audit dan penyusunan laporan auditor.

    Berikut merupakan standar auditing yang terbagi kedalam tiga kelompok,

    yaitu :

    a. Standar Umum

    1) Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki

    keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

    2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

    independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

    3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

    wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

    seksama.

    b. Standar Pekerjaan Lapangan

    1) Pekerjaan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan jika

    digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

    2) Pemahaman yang memadai atas strukur pengendalian intern harus

    diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat,

    dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

  • 14

    3) Bukti audit kompeten yng cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

    pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar

    yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan

    auditan.

    c. Standar Pelaporan

    1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

    disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

    2) Laporan audit harus menunjukan keadaan yang didalamnya,

    prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam

    penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam

    hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam

    periode sebelumnya.

    3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus

    dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

    4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

    laporan keuangan secara keselouruhan atau suatu asersi bahwa

    pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus

    dinyatakan. Dalam semua hal yang sama auditor dikaitkan dengan

    laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang

    jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat

    tanggung jawab yang dipikulnya.

  • 15

    II.2.5. Tahap Tahap Pelaksanaan Audit

    Tahap-tahap pelaksanaan audit yaitu ;

    a. Penerimaan Penugasan Audit

    Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan

    keputusan untuk menerima atau menolak penugasan audit dari klien. Enam

    langkah yang perlu ditempuh oleh auditor didalam mempertimbangkan

    penerimaan penugasan audit dari calon kliennya, yaitu :

    1) Mengevaluasi integritas manajemen

    2) Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa

    3) Menilai kompetensi untuk melakukan audit

    4) Mengevaluasi independensi

    5) Menetukan kemampuan untuk menggunakan kecermatan (due care).

    6) Membuat surat penugasan audit ( engagement letter ).

    b. Perencanaan Audit

    Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya adalah

    perencanaan audit. Ada delapan tahap yang harus ditempuh, yaitu :

    1) Memahami bisnis dan industri klien

    2) Melaksanakan prosedur analisis

    3) Mempertimbangkan tingkat materialitas awal

    4) Mempertimbangkan resiko bawaan

    5) Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo

    awal dan jangka waktu penugasan klien berupa audit tahun pertama

    6) Mengembangkan strategi awal terhadap asersi signifikan

  • 16

    7) Mereview informasi yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban

    legal klien

    8) Memahami struktus pengendalian intern klien

    c. Pelaksanaan Pengujian Audit

    Tahap ini disebut juga dengan pengerjaan lapangan yang tujuan utamanya

    adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektifitas struktur

    pengendalian intren klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Secara

    garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu ;

    1) Pengujian analitis ( analytical tests ).

    Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari

    perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan data yang

    lain untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam

    menemukan bidang yang memerlukan audit secara rinci dan

    mendalam terhadap objek audit. Ia harus memperoleh gambaran yang

    menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit.

    2) Pengujianpengendalian ( tests of control ).

    Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang

    untuk menverifikasi efektifitas pengendalian inter klien.

    3) Pengujian substantif ( subtantive test ).

    Merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan

    kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi

    kewajaran penyajian laporan keuangan.

  • 17

    d. Pelaporan audit.

    Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan audit,

    pelaksanaan tahap ini harus mengacu ke standar pelaporan. Ada dua

    langkah penting yang dilaksanakan auditor dalam pelaporan audit ini :

    1) Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan

    menarik kesimpulan. Setelah semua prosedur audit yang diperlukan

    selesai dilaksanakan, auditor perlu menggabungkan informasi yang

    dihasilkan melalui berbagai prosedur audit tersebut untuk menarik

    kesimpulan secara menyeluruh dan memberikan pendapat atas

    kewajaran laporan keuangan auditan.

    2) Menerbitkan laporan audit

    Akhir proses audit adalah penyajian penyajian laporan audit ( audit

    report ) yang berisi pernyataan pendapat atau pernyataan tidak

    memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.

    II.2.6. Laporan Audit

    Laporan audit berfungsi mengkomunikasikan temuan-temuan

    auditor, dan para pengguna laporan keuangan menggunakan laporan auditor

    untuk memperoleh keandalan dari laporan keuangan perusahaan. Laporan

    audit adalah tahap akhir dari keseluruhan proses audit.

    II.2.6.1 Laporan audit bentuk baku

    Laporan audit bentuk baku ( wajar tanpa syarat ), diterbitkan bila kondisi-

    kondisi berikut ini terpenuhi :

    a. Seluruh laporan keuangan telah lengkap

  • 18

    b. Semua aspek dari ketiga standar umum GAAS/SPAP telah

    dipatuhi dalam penugasan audit tersebut

    c. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor

    telah melaksanakan penugasan audit ini sehingga dapat

    mneyimpilkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah

    dipatuhi

    d. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntan

    yang berlaku umum

    e. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk

    menambahkan sebuah paragraph penjelasan atau memodifikasi

    kalimat dalam laporan audit.

    Laporan audit wajar tanpa syarat dapat ditambahkan paragraph penjelasan

    atau modofikasi kalimat ( unqualified audit report with explanatory

    paragraph or modified wording ) dengan penyebab-penyebab sebagai berikut:

    a. Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang

    berlaku umum

    b. Ketidak pastian atas kelangsungan hidup usaha ( going concern )

    c. Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip

    akuntansi yang berlaku umum

    d. Penekanan pada suatu masalah

    e. Laporan yang melibatkan auditor lainnya

    Terdapat beberapa penyimpangandari laporan audit bentuk baku, yaitu ;

    a. Ruang lingkup audit dibatasi

  • 19

    Ketika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang

    memadai untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan telah

    disajikan sesuai dengan GAAP/PSAK, maka terdapat dua

    pembatasan lingkup audit ini, yaitu pembatasan dari klien maupun

    yang disebabkan oleh kondisi-kondisi diluar kendali klien atau

    auditor.

    b. Penyajian laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip

    akuntansi yang berlaku umum (penyimpangan dari GAAP/PSAK).

    Sebagai contoh, jika seorang klien bersikeras untuk menggunakan

    harga penggantian bagi aktiva tetapnya atau menilai persediaanya

    berdasarkan harga jual daripada berdasarkan harga historis, maka

    perlu diberikan pendapat diluar pendapat wajar tanpa syarat.

    c. Auditor tidak independen

    Independensi umumnya ditentukan berdasarkan aturan kode etik

    professional. Ketika salah satu dari ketiga kondisi diatas

    menunjukan gejala bahwa suatu penyimpangan dari laporan

    bentuk baku hadir dan bernilai material, maka suatu laporan selain

    laporan bentuk baku/ laporan wajar tanpa syarat harus diterbitkan.

    II.2.6.2 Proses pembuatan keputusan auditor untuk penerbitan laporan audit

    Proses pembuatan keputusan auditor untuk penerbitan laporan audit, yaitu ;

    a. Menentukan apakah terdapat kondisi yang memerlukan penyimpangan

    dari laporan audit bentuk baku. Jika ada, maka kondisi tersebut

    diidentifikasi dan dimasukan dalam kertas kerja sebagai bahan diskusi

  • 20

    untuk menentukan laporan audit yang tepat untuk diterbitkan, jika tidak

    ada, maka auditor akan menerbitkan laporan audit bentuk baku.

    b. Memutuskan tingkat materitas tiap kondisi

    1) Ketika terdapat penyimpangan dari GAAP atau pembatasan

    ruang lingkup audit, diputuskan apakah tidak material, material

    atau sangat material

    2) Semua kondisi, kecuali bila terjadi ketiadaan independensi bagi

    auditor, hanya

    3) membedakan apakah tidak material atau material

    4) Merupakan hal yang sulit dan membutuhkan pertimbangan yang

    matang.

    c. Memutuskan jenis laporan audit yang tepat bagi kondisi tertentu

    d. Menuliskan laporan audit, KAP memiliki suatu file komputer yang telah

    berisi kalimat yang tepat untuk masing-masing kondisi yang berbeda.

    II.2.6.3 Jenis jenis opini auditor

    Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbitan

    laporan audit. Adapun pernyataan pendapat auditor terbagi kedalam lima

    macam, yaitu ;

    a. Pendapat wajar tanpa pengecualian ( unqualified opinion )

    Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar

    dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas

    entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang umum. Pernyataan

  • 21

    ini merupakan pendapat yang dinyatakan dalam laporan audit bentuk

    baku.

    b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan

    (unqualified opinion with explanatory languange)

    Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu

    paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit,

    meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas

    laporan keuangan auditan.

    c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

    Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara

    wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan

    arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang umum,

    namun ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya

    tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

    d. Pendapat tidak wajar ( adverse opinion )

    Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar

    dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas

    entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang umum.

    e. Pernyataan tidak memberikan pendapat ( disclaimer opinion )

    Auditor menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan

    keuangan auditan, yang bisa disebabkan oleh pembatasan yang luar biasa

    sifatnya terhadap lingkup audit mauoun auditor tidak independen dalam

    hubungannya dengan klien.

  • 22

    II.2.7 Kelangsungan hidup usaha ( going concern )

    II.2.7.1 Asumsi going concern

    Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap akan

    mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan

    tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Sebuah perusahaan

    didirikan dengan harapan akan tetap bisa mempertahankan hidup usahanya,

    untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya dibutuhkan

    dukungan internal maupun eksternal seperti sebuah manajemen yang cukup

    baik dalam mengelola usaha tersebut. Seluruh anggota usaha perlu menjaga

    kelangsungan hidup usaha tersebut guna tetap dapat mempertahankan

    kelangsungan hidupnya. Beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian

    mengenai kelangsungan hidup perusahaan adalah :

    a. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja

    b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat

    jatuh tempo dalam jangka pendek

    c. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak

    diasuransikan seperti gempa bumi atau banjir atau masalah perburuhan

    yang tidak biasa

    d. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah

    terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk

    beroperasi.

  • 23

    II.2.7.2 Cara mengevaluasi masalah Going Concern

    Berikut ini penjelasan tahap-tahap cara mengevaluasi going concern :

    a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan

    dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit, dan penyelesaian auditnya,

    dapat menginvestasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan

    menunjukan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas

    dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu

    pantas ( tidak lebih dari satu tahun sejak laporan keuangan diaudit ).

    Mungkin diperlukan memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi

    dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang

    mengurangi kesangsian besar auditor.

    b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kerugian mengenai kemampuan satuan

    usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalan jangka

    waktu pantas, maka ia harus ;

    1) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang

    ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa

    tersebut

    2) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif

    dilaksanakan.

    c. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak

    kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam

    mempertahankan kelangsungan hidupnya auditor mempertimbangkan

    untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat ( disclaimer ).

  • 24

    d. Jika manajemen memilki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang

    harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan ( berdasarkan

    pertimbangannya ) atas efektifitas rencana tersebut:

    1) Jika auditor berkesimpulan rencana tidak efektif, maka auditor

    menyatakan tidak memberi pendapat ( disclaimer )

    2) Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien

    mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas laporan

    keuangan, maka auditor menyatakan pendapat wajar tanpa

    pengecualian ( unqualified opinion )

    3) Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi

    klien tidak mengungkapkan keadaan tersebut, maka auditor

    menyatakan pendapat tidak wajar ( adverse opinion ).

    II.2.7.3 Pertimbangan Atas Rencana Manajemen

    Setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah

    teridentifikasi secara keseluruhan, jika auditor yakin bahwa terdapat

    kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan

    kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka ia harus

    mempertimbanhkan rencana manajemen dalam menghadapai dampak

    merugikan dari kondisi atau peristiwa tersebut. Auditor akan

    mempertimbangkan rencana manajemen, pertimbangan auditor yang

    berhubungan dengan rencana manajemen meliputi :

  • 25

    a. Rencana untuk menjual aktiva

    1) Pembatasan terhadap penjualan aktiva, seperti adanya pasal

    yang membatasi transaksi tersebut dalam perjanjian penarikan

    utang perjanjian serupa.

    2) Kenyataan dapat di pasarkannya aktiva yang direncanakan

    akan dijual oleh manajemen.

    3) Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan

    timbul dari penjualan aktiva.

    b. Rencana penarikan utang/ restrukturisasi utang.

    1) Tersedianya pembelanjaan melalui utang, termasuk perjanjian

    kredit yang telah ada atau yang di sanggupi, perjanjian

    penjualan piutang (sale-leaseback of assets).

    2) Perjanjian untuk merestrukturisasi/ menyerahkan utang yang

    ada maupun yang telah disanggupi/ untuk meminta jaminan

    utang dari entitas.

    3) Dampak yang mungkin timbul terhadap rencana management

    untuk penarikan utang dengan adanya batasan yang ada

    sekarang dalam menambah pinjaman atau cukup atau tidaknya

    jaminan yang dimiliki oleh entitas.

    c. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran

    1) Kelangkaan rencana untuk mengurangi biaya overhead atau

    biaya administrasi untuk menunda biaya penelitian dan

    pengembangan untuk menyewa sebagai alternative membeli.

  • 26

    2) Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan

    timbul dari pengulangan atau penundaan pengeluaran.

    d. Rencana untuk menaikkan modal pemilik

    1) Kelayakan rencana untuk menaikkan modal pemilik, termasuk

    perjanjian yang ada atau disanggupi untuk menaikkan

    tambahan modal.

    2) Perjanjian yang ada atau yang dianggap untuk mengurangi

    deviden atau untuk mempercepat distribusi kas dari perusahaan

    afiliasi/ investor lain.

    II.2.7.4 Pertanggung jawaban auditor atas informasi Going Concern

    Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat

    kesangsian besar terhadap kemampuan entitas sebuah perusahaan dalam

    mempertahankan kelangsungan hidupnya ( going concern) dalam periode

    waktu pantas yaitu tidak lebih dari 1 tahun sejak tanggal laporan keuangan

    yang sedang diaudit. Namun auditor tidak bertanggung jawab untuk

    memprediksi kondisi atau peristiwa dimasa yang akan datang.

    Jika auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam

    mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka

    auditor akan memberikan informasi kepada perusahaan dan auditor wajib

    mengevaluasi rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa

    rencana manajemen entitas tidak dapat secara efektif mengurangi dampak

    negatif kondisi atau peristiwa tersebut, maka auditor menyatakan tidak

    memberikan pendapat.

  • 27

    II.3. Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan yang telah dikemukakan

    sebelumnya maka kerangka pemikiran didalam skripsi ini akan diungkapkan

    dalam skema sebagai berikut :

    Gambar 1 : Kerangka Pikir Penelitian

    Variabel Independen

    Variabel Dependen

    Regresi Logistik

    Kualitas Audit (X1)

    Kondisi Keuangan Perusahaan

    (X2)

    Pertumbuhan Perusahaan

    (X3)

    Penerimaan Opini Audit Going Concern

    ( Y )

  • 28

    II.4. Pengembangan Hipotesis

    II.4.1. Pengaruh kualitas audit terhadap penerimaan opini audit going concern

    Laporan audit sangatlah penting untuk proses audit, sebab laporan

    tersebut memberikan informasi kepada pengguna informasi atas apa yang

    dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Opini audit yang

    diberikan auditor dapat berupa opini wajar tanpa pengecualian (unqualified

    opinion), opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas

    (unqualified opinion with explanatory paragraph), opini wajar dengan

    pengecualian(qualified opinion), opini tidak wajar(adverse opinion) dan

    tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion). Opini auditor yang

    mengandung pernyataan kesangsian atas going concern pada umumnya

    terdapat pada opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, wajar

    dengan pengecualian, opini tidak wajar dan pernyataan tidak memberikan

    pendapat. Jadi, ketika auditor memeberikan opini dengan modifikasi

    mengenai going concern kepada suatu perusahaan atas laporan keuangannya,

    itu merupakan suatu indikasi bahwa perusahaan tersebut beresiko tidak dapat

    bertahan dalam bisnis atau dengan kata lain terdapat kesangsian mengenai

    kelangsungan hidup perusahaan.

    II.4.2. Pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap penerimaan opini

    audit going concern

    Perusahaan harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-

    kewajiban finansial yang harus segera dilunasi. Makin kecil likuiditas

    rasionya berarti perusahaan kurang likuid, sehingga tidak dapat membayar

  • 29

    kewajibannya memungkinkan perusahaan akan bangkrut atau tidak going

    concern. Perhitungan tingkat likuiditas suatu perusahaan dihitung

    menggunakan current ratio.

    II.4.3. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit

    going concern

    Menunjukan kemampuan untuk mengelola perusahaan secara efisien

    sehingga mampu memberikan laba bagi perusahaan. Perhitungan tingkat

    profitabilitas suatu perusahaan dihitung menggunakan return on asset.

    .